PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
BUTONIK (BUDIDAYA TANAMAN ORGANIK) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL PERTANIAN DAN PENGEMBALIAN KESUBURAN TANAH
DI KABUPATEN WONOSOBO
BIDANG KEGIATAN:
PKM Gagasan Tertulis (PKM-GT)
Diusulkan oleh:
Ema septiani (2101411003) Angkatan 2011
Diannesti Mumpuni (4101412149) Angkatan 2012
Anjani Yekti M (2101411010) Angkatan 2011
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya karya tulis ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada dosen pendamping yang telah memberikan sumbangsihnya di dalam mengkritisi karya tulis ini. Tidak lupa kepada segenap narasumber penulis ucapkan terima kasih.
Penulisan karya tulis ini dilatarbelakangi semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah di kabupaten Wonosobo. Berangkat dari masalah tersebut, penulis mencoba memberikan solusi efektif. Solusi yang diberikan adalah bimbingan pelatihan ketrampilan kepada masyarakat petani di kabupaten Wonosobo dalam suatu wadah tertentu. Selanjutnya penulis menyusun karya tulis "Butonik (Budidaya Tanaman Organik) Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Pertanian Dan Pengembalian Kesuburan Tanah di Kabupaten Wonosobo".
Namun penulis menyadari, bahwa karya tulis yang telah disusun ini masih banyak terdapat kekurangan didalamnya. Untuk itulah berbagai saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan guna memotivasi dalam pelaksanaan maupun menciptakan karya dan pemikiran lainnya.
Semarang, 3 Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
RINGKASAN v
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penulisan 2
Manfaat Penulisan 2
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan 3
Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya 4
Pihak-Pihak yang Dapat Membantu Mengimplementasikan
Gagasan dan Perannya 4
Langkah-langkah Strategis yang Dilakukan untuk
Mengimplementasikan Gagasan 5
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan 7
Teknik Implementasi yang Akan Dilakukan 7
Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh 7
DAFTAR PUSTAKA 8
BIODATA PESERTA 9
RINGKASAN
Ema Septiani, dkk. Butonik (Budidaya Tanaman Organik) Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Pertanian dan Pengembalian Kesuburan Tanah di Kabupaten Wonosobo. Dosen Pembimbing: Imam Baehaki, S.Pd. M.Hum. Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tulis Tahun 2013. 10 halaman.
Penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan telah menyebabkan degradasi lingkungan pada lahan pertanian. Alasan utamanya adalah karena dalam prakteknya banyak kandungan tanah yang terbuang. Jika penggunaan pupuk anorganik diteruskan akan menyebabkan hilangnya zat-zat organik dalam tanah, merusak keseimbangan zat-zat makanan yang terkandung dalam tanah, sehingga menimbulkan banyak penyakit tanaman. Selain dapat merusak kesuburan tanah, pemakaian pupuk anorganik dapat menyebabkan hasil pertanian tidak maksimal karena saat ini harga pupuk anorganik semakin mahal dan sulit untuk didapatkan. Harga tanaman anorganik di pasaran pun lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman organik.
Teknik penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah teknik deskriptif yaitu mendeskriptifkan bagaimana sosialisasi kepada masyarakat petani mengenai Butonik dalam upaya meningkatkan hasil pertanian dan mengembalikan kesuburan tanah serta menggambarkan bagaimana bentuk pelatihan keterampilan pembuatan pupuk organik atau kompos dan Butonik. Sumber kepustakaan yang digunakan dalam karya tulis ini antara lain dari surat kabar, media elektronik seperti televisi, karya tulis, dan data-data lain dari internet.
Butonik menjadi suatu solusi baru untuk pemerintah dalam meningkatkan hasil pertanian masyarakat dan mengembalikan kesuburan tanah di wonosobo. Butonik pun diharaphan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Wonosobo betapa pentingnya menjaga kesuburan lahan pertanian untuk generasi selanjutnya.
Kata kunci: Petani, Butonik, dan Kabupaten Wonosobo.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Butonik adalah sebutan dari penulis untuk program budidaya tanaman organik atau pertanian organik. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian secara holistik dan terpadu yang mampu mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan.Mengkonsumsi tanaman organik dapat meningkatkan kesehatan, karena tanaman organik memiliki kandungan vitamin C, kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Dari segi kuantitas, hasil tanaman organik juga lebih banyak dibandingkan dengan tanaman anorganik.
Pesatnya penurunan kualitas kesuburan tanah serta penghasilan masyarakat Wonosobo di bidang pertanian adalah salah satu dampak dari penggunaan pupuk kimia yang berlebih. Saat ini harga pupuk urea mencapai kisaran Rp 90.000 per sak atau Rp 1.800 per kilogram, sedangkan pupuk SP 36 pada kisaran Rp 110.00 per sak atau Rp 2.200 per kilogram. Padahal jika dihitung, sekali menanam padi yang luas lahannya sekitar 1 hektar memerlukan minimal 2 kali pemupukan. Satu kali pemupukan memerlukan 5 sak pupuk Urea dan 5 sak pupuk jenis SP 36. Itu berarti memerlukan biaya sekitar Rp 1.000.000. Belum lagi biaya perawatan, membajak sawah, dan pemanenan. Hal ini menyebabkan berkurangnya penghasilan masyarakat petani di Kabupaten Wonosobo. Selain itu dampak penggunaan pupuk kimia atau pupuk anorganik terhadap lingkungan juga perlu diperhatikan.
Kabupaten Wonosobo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya adalah Wonosobo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara di utara, Kabupaten Temanggung dan Magelang di timur, kabupaten Purworejo dan Kebumen di selatan, dan Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen di barat (diunduh dari http://wsb/geografis.htm/, 12 Februari 2013).
Secara administratif kabupaten Wonosobo memiliki luas wilayah 98.468 ha atau 984,68 kilometer2 dengan komposisi tata guna lahan terdiri atas tanah sawah mencakup18.696,68 ha, tanah kering seluas 55.140,80 ha, hutan Negara 108.909,72 ha, perkebunan Negara/swasta 2.764,51 ha, dan lainnya seluas 2.968,07 ha (diunduh dari http://wsb/geografis.htm/, 12 Februari 2013).
Melimpahnya sumber daya alam yang ada di kabupaten Wonosobo dapat dikatakan tidak seimbang dengan penghasilan di sektor pertanian. Penghasilan kurang maksimal karena tidak seimbangnya harga pupuk anorganik dan pestisida dengan penghasilan yang didapat petani, semakin merosotnya kesuburan tanah yang mengakibatkan menurunnya kuantitas hasil panen, serta rendahnya harga jual tanaman anorganik di pasaran.
Dari uraian di atas, penulis mencoba menyampaikan gagasan tentang suatu upaya bagaimana pertanian organik dapat dibudidayakan di kalangan masyarakat petani kabupaten Wonosobo untuk dapat meningkatkan penghasilan di sektor pertanian dan menjaga kesuburan tanah dengan merangkumnya dalam karya tulis berjudul Butonik (Budidaya Tanaman Organik) sebagai Upaya Peningkatan Hasil Pertanian dan Pengembalian Kesuburan Tanah di Kabupaten Wonosobo.
Tujuan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah mengacu pada permasalahan yang ada, yaitu bagaimana menjelaskan bentuk sosialisasi kepada para petani untuk beralih pada pertanian organik untuk meningkatkan penghasilan serta mengembalikan kesuburan tanah dan bagaimana pelaksanaan pelatihan untuk para petani dalam mengembangkan keterampilannya dalam budidaya tanaman organik atau Butonik ini.
Manfaat
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan solui kepada pemerintah daerah kabupaten Wonosobo untuk terus berupaya dalam peningkatan penghasilan masyarakat khususnya di bidang pertanian yang menjadi sektor paling menjanjikan di kabupaten Wonosobo.
Karya tulis ini juga diharapkan dapat memberikan solusi kepada pemerintah daerah bagaimana berupaya mengembangkan sumberdaya alam yang ada yaitu dengan pertanian organik.
Karya tulis ini diharapkan pula dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk peduli pada lingkungan serta melestarikan budaya pertanian organik yang dulu pernah berkembang di kabupaten Wonosobo sebelum adanya Revolusi Hijau tahun 1990.
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang bahwa kondisi pertanian di kabupaten Wonosobo yang semakin memprihatinkan baik ditinjau dari sisi kesuburan tanah maupun penghasilan yang tidak seimbang dengan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan.
Jika kita mencermati dari kondisi tersebut, teramati bahwa tidak ada peningkatan pendapatan sector pertanian. Hal ini tentu bukan tanpa sebab. Ketidakdinamisan ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi pemeritah untuk mencari solusi terbaik dalam menangani masalah ini. Salah satu cara terbaik adalah dengan Butonik ini.
Dari segi letaknya kabupaten Wonosobo merupakan daerah yang strategis di bidang ekonomi sosial budaya dan memiliki potensi sumber daya alam serta sumber daya manusia yang dapat dikembangkan dalam semua aspek kehidupan masyarakat seperti pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, pertambangan/penggalian dan pariwisata. Dari data yang diperoleh, potensi utama kabupaten ini adalah pada sektor pertanian, potensi pertanian cukup besar meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan (diunduh dari http://wsb/ekonomipdrb.php.htm12 Februari 2013).
Kabupaten Wonosobo memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan sebenarnya dapat mengangkat kabupaten Wonosobo menjadi sebuah kabupaten besar. Misalnya pertanian organik. Keberadaan pertanian organik ini memiliki potensi untuk membesarkan kabupaten Pati. Pertanian organikjuga sukses di beberapa wilayah di Jawa Barat yang memiliki iklim sama dengan kabupaten Wonosobo. Tanaman organik dapat tumbuh di semua daerah di kabupaten Wonosobo. Tidak hanya di lahan yang luas, namun juga di pekarangan rumah. Tentunya hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat memiliki lahan yang cukup untuk pertanian. Paling tidak hasil pertanian ini dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Selain menyehatkan, tanaman atau sayur-sayuran organik memiliki harga yang lebih mahal di pasaran. Cotohnya yaitu beras. Beras dari hasil pertanian organik perkilonya kurang lebih Rp 15.000 sedangkan beras dengan pupuk kimia hanya mencapai kisaran Rp 8.500 (hasil survey di Pasar Kepil, Wonosobo pada tanggal 23 Februari 2013). Jika petani mau berallih ke pertanian organic, tentu hasil yang mereka peroleh akan lebih maksimal.
Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya
Kegagalan program Revolusi Hijau ini membuat keterpurukan di sektor pertanian Indonesia, hingga terjadinya krisis pada Thun 1998 yang mengakibatkan mundurnya Presiden Soeharto atas desakan mahasiswa.
Kemudian pada masa pemerintahan presiden Megawati Soekarno Putri, pertanian Indonesia pernah mengalami kemajuan yaitu indonesia mamapu mengadakan swasembada pangan. Hal ini dirasa cukup memuaskan. Namun ketika pemerintahan Megawati bergulir, pertanian Indonesia kembali menurun. Hingga pada saat ini pemerintah belum dapat menemukan solusi yang tepat dan efektif.
Adanya dukungan dari pemerintah yang mencanangangkan pertanian organik, dapat membangkitkan kejayaan di sektor pertanian khususnya di Kabupaten Wonosobo.
Pihak-Pihak yang Dapat Membantu Mengimplementasi Gagasan dan Perannya
Pemerintah daerah yang memiliki wewenang mengatur seluruh kepentingan daerah termasuk mengatur pemberdayaan di sektor pertanian sangatlah berperan untuk meningkatkan penghasilan di sektor pertanian dan juga mengembalikan tingkat kesuburan tanah yang telah terkikis oleh penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Pemerintah harus lebih tegas untuk dapat mencapai kesuksesan program budidaya tanaman organik ini.
Tidak kalah penting adalah peran Dinas Pertanian untuk menggalakkan, memantau, serta membantu proses pelaksanaan pertanian organik ini. Seperti melakukan studi lapangan kepada para petani yang masih bertani secara anorganik. Kemudian pengarahan dan sosialisasi tentang cara-cara dan strategi jitu bertanam secara organik.
Langkah-Langkah Strategis yang Dilakukan untuk Mengimplementasi Gagasan
Langkah awal, Dinas Pertanian mengadakan kegiatan yang langsung berkaitan dengan budidaya tanaman organik kepada para petani. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah penanganan masalah ketergantungan kepada pupuk anorganik yang dialami oleh petani saat ini. Penanganan ketergantungan ini meliputi:
Workshop bertema penanganan dampak ketergantungan terhadap pupuk anorganik. Kegiatan ini mencari rumusan program dalam penyusunan kebijakan penanganan masalah ketergantungan terhadap pemakaian pupuk anorganik. Peserta workshop meliputi lembaga yang menangani masalah dampak pemakaian pupuk anaorganik seperti Dinas Pertanian, LSM, dan pemerintah daerah.
Penyuluhan bagi masyarakat dalam penanganan ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik. Tujuannya adalah masyarakat memahami program penanganan ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik.
Penanganan terhadap ketergantungan ini meliputi bimbingan pelatihan kepada para petani yang masih menggunakan pupuk organik dan bimbingan tentang bahaya pemakaian pupuk anorganik secara berlebihan. Selain itu juga diberikan pengarahan bagaimana cara membuat pupuk organik atau kompos dan cara perawatan tanaman organik hingga waktu pemanenan serta pemasaran hasil panen.
Langkah kedua, Dinas Pertanian dan masyarakat mendorong bupati Wonosobo untuk menganjurkan petani beralih kepada pertanian organik dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan para petani, dan mengupayakan seluruh masyarakat untuk bekerjasama dengan dinas sosial menghadap bupati.
Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan program Butonik (Budidaya Tanaman Organik). Butonik ini meliputi beberapa bimbingan pelatihan ketrampilan, workshop-workshop kepada para petani kegiatan yaitu pengembalian kesuburan tangah selama 2-3 tahun pertama setelah pemakaian pupuk organik, pembuatan pupuk organik, dan proses budidaya tanaman organik itu sendiri.
Butonik ini awalnya menerapkan sistem rehabilitasi yaitu para petani dijauhkan dari penggunaan pupuk anorganik yang dapat membahayakan kesehatan tubuh dan merusak lingkungan. Rehabilitasi awal ini terdiri dari:
Workshop pengenalan Butonik kepada petani
Peserta : petani
Waktu : hari ketiga setelah sosialisasi dilakukan
Bimbingan pelatihan keterampilan bercocok tanam Tonik (Tanaman Organik)
Peserta : petani
Waktu : hari keempat sampai 2 atau 3 bulan kedepan
Tujuan : memberikan keterampilan Butonik kepada petani
Pelatih :
Dinas Pertanian
Mahasiswa jurusan pertanian yang berasal dari kabupaten Wonosobo
Dan pelatih yang lain
Setelah pengadaan Butonik berjalan selama kurang lebih satu tahun, selanjutnya para petani dapat kembali menanam bercocok tanam secara mandiri namun masihterikat dengan kegiatan Butonik. Para petani akan mendapatkan pemantauan dari Dinas Pertanian sesuai jadwal yang ditentukan setiap minggunya.
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan
Sebagai upaya peningkatan hasil pertanian dan pengembalian tingkat kesuburan tanah di kabupaten Wonosobo, Butonik menjadi salah satu solusi yang ditawarkan kepada pemerintah daerah setempat. Butonik merupakan cara bercocok tanam dengan meggunakan pupuk organik sehingga ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik dapat diputuskan dan menuju pada pertanian yang lebih sehat, berkualitas, dan berdaya jual tinggi dengan memberikan pelatihan keterampilan dalam budidaya tanaman organik. Pelatihan yang diberikan meliputi keterampilan membuat pupuk organik, merawatan tanaman, pemanenan, hingga penjualan.
Teknik Implementasi yang Akan Dilakukan
Bentuk upaya yang akan dilakukan dalam membudidayakan tanaman organik terbagi dalam berbagai tahapan. Tahapan yang pertama yaitu sosialisasi kepada petani dan masyarakat oleh Dinas Pertanian bersama lembaga lain yang mengurusi pertanian ini. Sosialisasi dilaksanakan dalam bentuk workshop penanganan dampak penggunaan pupuk anorganik. Selanjutnya tahapan kedua yaitu Dinas Pertanian bersama masyarakat mendorong bupati untuk menganjurkan petani beralih pada pertanian organik dan dapat memberikan fasilitas untuk kesuksesan program ini.
Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh
Setelah mendapat beberapa pelatihan dari Dinas Pertanian diharapkan petani dapat memiliki modal untuk bertani secara sehat, bekerja dengan petani lain sesuai keterampilan bertani yang dimiliki, dan dapat menghilangkan meningkatkan penghasilan dari bertani serta dapat turut melestarikan kesuburan tanah. Dengan adanya upaya bersama dari pemerintah daerah, dinas Pertaniandan masyarakat untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan beralih ke Butonik dapat membantu tujuan dari penulisan karya tulis ini. Pelatihan yang dilakukan diharapkan pula dapat meningkatkan pamor pertanian kabupaten Wonosobo di masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Andrawati, Arini Ungki. 2011. Efisinesi Teknis Usaha Kentang dan Faktor yang
mempengaruhi di Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Sumartono,G.H. 2006. Evaluasi Penerapan Sistem Pertanian Organik Terhadap
Peningkatan Produktivitas Lahan Dan Tanaman. Purwokerto
http://wsb/demografipendudukjkel.php.htm ( Diakses tanggal 12 Februari 2013)
http://wsb/ekonomipdrb.php.htm (Diakses tanggal 12 Februari 2013)
http://wsb/geografis.htm (Diakses tanggal 12 Februari 2013)
http://wsb/Kabupaten_Wonosobo.htm (Diakses tanggal 12 Februari 2013)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ketua Pelaksana
Nama lengkap : Ema Septiani
NIM : 2101411003
TTL : Wonosobo, 22 September 1993
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, S1
2) Anggota Pelaksana I
Nama lengkap : Diannesti Mumpuni
NIM : 4101412149
TTL : Wonosobo, 29 Juli 1993
Jurusan : Pendidikan Matematika, S1
Anggota Pelaksana I
Diannesti Mumpuni
NIM 4101412149
3) Anggota Pelaksana II
Nama lengkap : Anjani Yekti Mahanani
NIM : 2101411010
TTL : Rembang, 24 Oktober 1993
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, S1
NIM 2101411010
14