BAB I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang memegang peranan
penting di Indonesia, karena kedelai memiliki kandungan gizi yang tinggi, Suprapto (2002) menyatakan bahwa biji kedelai memiliki kandungan gizi yang terdiri dari 40 % - 45 % Protein, 18 % lemak, 24 %- 36 % karbohidrat, 8 % kadar air, asam amino dan kandungan gizi lainnya yang bermanfaat bagi manusia. Disamping itu, kedelai juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan juga untuk pembuatan minyak. Kebutuhan akan kedelai dalam negeri semakin meningkat untuk setiap tahunnya, peningkatan ini seiring dengan peningkatan jumlah penduuk, populasi ternak serta peningkatan kebutuhan industri. Untuk pencapaian pemenuhan kebutuhan tersebut pemerintah mengimpor dari beberapa Negara penghasil kedelai didunia. Ketidakseimbangan antara kemampuan untuk memproduksi kedelai didalam negri dengan kenaikan permintaan, sebenarnya telah terjadi dalam kurun waktu yang lama. Sebagai gambaran, selama periode 1969-1985 kenaikan produksi kedelai telah mencapai angka 4,75%, tetapi angka tersebut belum mampu mencukupi karena selama periode tersebut angka permintaan akan kedelai lebih besar yaitu 5,74%. Hingga tahun 2007, konsumsi kedelai nasional mencapai 1,9 juta ton, sedangkan produksi yang didapatkan masih rendah yaitu 600 ribu ton. Maka untuk memenuhi kebutuhan kedelai tersebut pemerintah mengimpor kedelai lebih kurang 1,3 juta ton (Badan Penelitian dan pengembangan pertanan, 2007). Secara garis besar, usaha untuk meningkatkan produksi kedelai diantaranya dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul dan pemenuhan unsur hara. Salah satu pemenuhan unsur hara dilakukan dengan pemupukan. pemberian pupuk diharapkan akan mempercepat pertumbuhan serta perkembangan tanaman, meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil. Pemupukan yang baik dan benar harus memperhatikan waktu, jumlah, serta cara pemberian yang tepat dan seimbang. Serta pemeliharaan yang intensif agar menghasilkan produksi yang semaksimal mungkin. Beberapa faktor yang menyebabkan produksi kedelai di Indonesiarendah ialah: 1) Cara bercocok tanam dan pemeliharaan kurang intensif. 2) Mutu benih kurang baik dan daya tumbuh rendah. 3) Varietas lokal yang digunakan tidak mempunyai daya produksi yang tinggi.
4) Suatu areal yang sempit seering ditanami beberpa varietas kedelai yang berbeda. 5) Pencegahan hama belum intensif. Berdasarkan permasalahan untuk kebutuhan pangan kita, penulis akan melakukan penelitian “Teknik Budidaya Kedelai putih Varietas Taichung”. 1.2
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui teknik budidaya kedelai (Glycine max L)
varietas Taichung mulai dari persiapan lahan sampai pasca panen. 1.3
Dasar Pemikiran Penilitian Program kerja untuk Budidaya Kedelai diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Persiapan lahan Pengolahan tanah Penyuburan tanah Penyediaan benih Penanaman Pemupukan Panen dan pasca panen
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang memiliki beberapa nama botani yaitu Glycine max (kedelai kuning) dan glycine soja (kedelai hitam). Secara lengkap, tanaman kedelai mepunyai klasifikasi sebagi berikut: Kingdom: plantae, divisio: spermatopyta,
subdivision:
Angiospermae,
Kelas:
Dikotyledoneae,
Subkelas:
Archihlamyadae, Ordo: Rosales, Subordo: Leguminosinae, Famili: Leguminosae, Subfamili polilonaceae, Genus: Glycine, Spesies:Glycine max.L Merril (Adisarwantyo 2005). Menurut Pitojo (2003), cirri khas tanaman kedelai yaitu batang tanaman kedelai berkayu dan tingginya berkisar antara 30-1000 cm, memiliii 3-5 percabanagn dan bebrbentuk tanaman perdu. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinet), tidak terbatas (indeterminet), dan setengah terbatas (semi-determinet). Tipe terbatas memiliki cirri khas berbunga serentak dan mngakiri poertumbuhan meninggi jika sudah berbunga. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hamper samabesar dengan batang bagian tengah daun teratas sama besar dengan daun batng tengah. Tipe tidak terbatas memiliki cirri berbunga secara bertahap dari bawah keats. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batng lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karateristik antara kedua tipe lainnya. (Adisarwanto 2005). Di Indonesia kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pada pH tanah 5,87 tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asalkan drainase dan aerasi tanah cukup baik, disamping itu tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman yang peka terhadap pH rendah (Margarettha, 2002). Kesesuain pH pada tanah dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, Hakim ett all 1986 melaporkan pH tanah dipengaruhi oleh kejenuhan basa, sifat misel (koloid) dan macam kation yang terjerap pada lapisan tanah. Tanaman kedelai juga berproduksi dengan baik pada dataran rendah sampai 900 m dpl, dan mampu beradaftasi didataran tinggi sampai +- 1.200 m dpl. Kedelai tumbuh baik pada daerah yang memiliki curah hujan 100-400 mm/bulan, dengn suhu yang cocok antara 23 C – 30 C, serta kelembababn antara 60 – 70 %. Kedelai juga merupakan salah satu tanaman yang dapat dibudidayakan pada lahan pasang surut dengan hasil yang cukup memadai, namun cara budidayanya berbeda dari lahan sawah irigasi dan lahan kering ( Purwono et all, 2007). Fachrudin (2000) menjelaskan, perakaran tanaman kedelai terdiri dari akar lembaga, akar tunggang dan akar cabang berupa akar rambut yang dapat membentuk bintil akar dan
merupakan koloni bakteri riozobium japanicum. Akar tunggangnya dapat menembus tanah yang gembur sedalam 150 cm sedangkan bintil akar nya mulai terbentuk pada umur 15-20 hari setelah tanam. Antara bakteri rhyzobium sp. dan tanaman kedelai terjadi kerja sama yang saling menguntungkan. Tanaman kedelai memberikan kharbohidrat dan perlindungan pada bakteri, dan sebaliknya bakteri mengkonversi nitrogen atmosfire menjadi bentuk yang komplek. Kedelai memiliki dua tipe pertumbuhan batang, yaitu determinet dan indeterminet. Pertumbuhan batang determinet ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbyh lagi pada saat tanaman mulai berbunga, sedangkan pertumbuhan indeterminet dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tabnaman sudah mulai berbunga. Pada batang terdapat buku tempat tumbuhnya bung, terdiri 15-30 buah dan biasanya jumlah buku batang indeterminet lebih banyak dibandingkan detrminet. (Adisarwanto, 2008) Purwono (2007) melaporkan bahwa kedelai mempunyai empat tipe daun yang berbeda yait7u kotiledon atau daun biji, daun primer sedehana, daun bertiga dan daun profila. Pada pada buku (nodus) pertaman tanaman yang 6umbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal . selanjutnya Andrianto dan Indarto (2004) menambahkan bentuk daun kedelai umunya berbentuk bulat (oval) dan lancip serta berbulu. Daun kedelai merupakan tanaman majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan umunya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan, pada saat sudah tua dau-daunnya akan rontok. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna dimana setiap bunga mempunyai alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun terjadi penyerbukan secara sempurna, sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Buah kedelai berbentuk polong, setiap tanaman mampu menghasilkan 100-250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematamgan bauah, polong yang mula-mula berwarna hijaukan berubah menjadi coklat kehitaman (Adisarwanto 2005). Tanaman kedelai harus dipanen pada tingkat kematangan biji yang tepat. Panen yang terlalu awal menyebabjkan banyak butir kedelai menjadi keriput sedangkan jadwal panen yang terlambat akan mengakibatkan meningkatnya butir yang rusak dan kehilangan biji yang tinggi yang disebabkan oleh biji yang mudah rontok. Cirri-ciri kedelai siap untuk dipanen
adalah daunnya telah menguning, dan mudah rontok, polong biji mongering dan berwarna kecoklatan. Hasil produksi kedelai local optimal mencapai 2 ton per hektar dengan masa tanam sekitar 75 hari atau maksimal tiga bulan. (Purwono, 2007). Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai. Pemupukan merupakan usaha penyediaan unsure hara yang dibutuhkan tanaman pada tanah. Pemupukan sebaiknya dilakukan berdasarkan asas keseimbangan. Pemberian pupuk yang mengandung unsur hara tertentu secara berlebihan akan mengganggu penyerapan unsur hara lainnya. Hasil maksimal dari suatu upaya pemupukan akan diperoleh jika dilakukan dengan tepat meliputi dosis, jenis, waktu, dan cara pemberiannya. Salah satu jenis pupuk tunggal adalah pupuk urea. Pupuk urea mengandung unsure nitrogen, unsure ini merupakan unsure makro yang berasal dari bahan organic ataupun anorganik (Foth. H D, 1994). Selanjutnya Novisan (2005) menambahkan keuntungan lain menggunakan pupuk urea adalah cepat tersedia bagi tanaman, dan memiliki kandungan N tinggi yang dibutuhkan tanaman pada awal pertumbuhan, pernyataan ini juga diungkapkan oleh Winarno et all (2000), pemberian pupuk nitrogen dalam bentuk urea lebih cepat tersedia dibanding dengan pupuk majemuk dan reaksinya mudah dapat diamati pada hari ke 15 setelah aplikasi. Kegunaan pupuk urea pada tanaman adalah Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri, berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman, dan mempercepat pertumbuhan tanaman terutama organ vegetatif dan perakaran serta menambah kandungan protein tanaman (Iopri, 2008). Nitrogen juga berperan penting sebagai bagian dari protoplasma dan klorofil oleh sebab itu nitrogen berperan penting dalam penentuan produksi dan kualitas tanaman (Sudarno et all, 2002). Nurzal jalid dan Yunizar salim (1995) melaporkan Inokulasi rhizobium dan pemupukan nitrogen berpengaruh terhadap tinggi dan berat kering tanaman kedelai pada umur 45 HST, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah dan bobot bintil akar.
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dikebun saintek RPM Universitas Islam Negeri SGD.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai dari bulan Oktober sampai Desember. 3.2
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai yang terdiri
dar varietas Taichung. sedangkan pupuk yang akan digunakan adalah Urea, TSP dan KCL serta pestisida terdiri dari Diazinon 60 EC dan Dithane M-45, Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, neraca analitik, mistar, mesin rumput, traktor, sprayer solo, oven, parang, cangkul, tali rapia, selang, kertas, , ember, dan alat tulis. .3.3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode konvensional Dosis pupuk Nitrogen (N) dalam 3 taraf yaitu: N0 = tanpa pupuk N N1 = 50 Kg Pupuk N/ha N2 = 100 Kg Pupuk N/ha 3.4
Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Persiapan Lahan Sebelum dilaksanakan penelitian terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan dari gulma dan sisa tanaman dengan menggunakan mesin rumput, parang dan cangkul serta membuang sampah yang ada pada lahan. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali, yang pertama adalah pembalikan tanah dengan menggunakan traktor dengan kedalaman 25-35 cm dan pengolahan tanah ke dua dilakukan 15 hari kemudian untuk menggemburkan tanah. Pembuatan plot percobaan dilakukan setelah selesai pengolahan tanah ke dua dengan ukuran 4m x 4m sebanyak 20 plot dimana antar plot pada petak utama berjarak 20 cm dan jarak antara petak utama adalah 40 cm.
3.4.2. Penanaman. Penanaman dilakukan seminggu setelah pembuatan plot percobaan. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 40 cm sehingga setiap plot ditanam 2-3 biji. Jumlah plot pada lahan 4m x 4m terdapat 30 lubang sehingga jumlah biji yang diperlukan sebanyak 150 butir biiji kedelai. Lobang tanam dibuat sedalam 3-5 cm dengan tugal yang terbuat dari kayu. Pada setiap lobang ditanamkan 2-3 butir benih kedelai dan kemudian ditutup dengan tanah. 3.4.3. Pemeliharaan Dalam pemeliharaan tanaman keelai, beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah: penyiangan; pengairan; pemupukan/pengapuran; penyulaman Penyiangan dan pembubunan. Penyiangan dilakukan disekitar areal penanaman sebanyak dua kali dengan cara mencangkul atau mencabut gulma yang tumbuh pada plot percobaan ataupun pada saluran drainase. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3 (tiga) minggu dan penyiangan ke 2 (dua) dilakukan saat tanaman berumur 6 (enam) minggu. Sedangkan pembumbunan dialakukan bersamaan dengan penyiangan agar tanaman tidak rebah dan akar tanaman dapat berkembang dengan baik. Penyiraman Penyiraman dilakukan sekali sehari yang dilakukan pada sore hari, dengan mengunakan slang atau gembor. Penyiraman dilakukan pada hari tersebut jika tidak ada hujan. Penyulaman dan Penjarangan Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau tanaman tersebut pertumbuhannya tidak normal dengan benih baru. Penyulaman dilakukan maksimal 1 minggu setelah penanaman. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Pejnjarangan dilakukan jika pada rumpun tumbuh lebih dari satu tanaman dalam satu lobang tanam. Penjarangan dilakukan dengan cara memotong bagian pangkal tanaman dengan gunting stek dan menyisakan satu bagian tanaman.
Pemupukan Pupuk dasar yang diberikan setelah benih ditanam terdiri atas pupuk urea, TSP, dan KCL. Pupuk TSP diberikan sebanyak 45 Kg/ ha dan KCl sebanyak 50 kg/ ha. Pemberian pupuk dilakukan dengan mencampur pupuk TSP dan KCL dan diberikan dengan cara larikan dengan jarak 10 cm sebelah kiri barisan tanaman, dan dalam larikan 5-15 centi meter
Sedangkan pupuk urea diberikan sesuai dengan
perlakuan yaitu tanpa pupuk N (N0), 50 Kg/ Ha (N1) dan 100 kg/ ha (N2). 3.4.4. Pengendalian hama dan penyakit. Usaha pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila ada tanda-tanda serangan hama/penyakit dengan menggukan fungisida Dhitane M45 (2 gr /liter air dan dosis 2,4 EC 0,7 ml/liter air dan insektisida Diazinon 60 EC. Aplikasi akan dilakukan dengan mencampur keduanya jika terlihat serangan hama dan penyakit pada waktu yang bersamaan. 3.4.5. Pemanenan Panen dilakukan pada saat 75% tanaman tiap plot telah menunjukkan tanadatanda criteria panen. Criteria panen adalah polong berwarna kuning ke coklatan secara merata, daun mengering dan sebagian besar tanaman telah kering dan polong mudah dipecahkan. Panen dilakukan pada pagi hari dengan tujuan menghindari pecahnya polong kedelai saat panen. Penen dilakukan dengan cara memotong tanaman pada pangkal batang dengan menggunakan sabit. 3.4.5. Pengamatan Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel dari setiap plot tiap seminggu sekali. Jumlah Biji Per tanaman (butir) Pengamatan jumlah biji per tanaman dilakukan pada saat panen dengan menghitung semua biji pada lima tanaman sampel per-plot. Terlebih dahulu biji dipisahkan dari polong dengan cara menginjak dengan kaki. Biji kemudian dibersihkan dari kotoran dan biji yang tidak normal dan selanjutnya dihitung jumlahnya.
Jumlah Biji per Polong (butir) Pengamatan jumlah biji per polong dilakukan pada akhir penelitian yaitu dengan cara menghitung jumlah biji pada masing-masing polong disetiap tanaman sampel sehingga didapat rata-rata jumlah biji per polong. Hasil per plot Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang biji dari seluruh tanaman baik tanaman sampel maupun tanaman bukan sampel setiap plot yang telah dijemur selama 3 hari dengan sinar matahari. 3.4.6. Panen dan pasca panen Panen jenis varietas Taichung dapat dipanen pada umur 75-80 hari. Cara memnungut diantaranta dilakukan dengan pemeikan, pengeringan, pemecahan kulit,dan penyimpanan. 3.4.7. Anggaran Dana Rencana anggaran biaya untuk budidaya tanaman kedelai pada lahan 4m x 4m sebagai berikut: Bibit benih kedelai 1kg
: Rp. 6.000/kg
Pupuk Urea 25kg
: Rp. 125000
Pupuk TSP 45kg
:Rp. 225000
Pupuk KCl 50kg
:Rp. 250000
Pupuk Kandang
:Rp. 5000/kg Rp. 605.000
BAB III. PENUTUP
DAPTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2005. Budidaya Kedelai dengan Pemupukan yang Epektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya . Jakarta. ____________ .2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar swadaya . Jakarta. Andrianto Dan Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani : Kedelai, Kacang Hijau, dan kacang panjang. Absolut. Yogyakarta. Armaini, Nurbaiti dan Monalisa. 1997. Peranan Urea dan Lama Penyimpanan Benih Kedelai Terhadap Produksi. Jurnal Penelitian, Media Informasi dan Komunikasi Ilmiah. Vol VII. No 2 : 142-147. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanan, 2007). …………………. Badron,
S
dan
Tius
S.
2008.
Mobilitas
Pupuk
anOrganik
N
dan
P.
http:ww.Unhas.ac.id/lemlit/researches/vieuw/320.htm (26 Juni 2008). Elza, Z., Nurbaiti dan Jaya, P. 1997. Peranan Urea dalam Penyimpanan Benih Kedelai. Jurnal Penelitian, Media Informasi dan Komunikasi Ilmiah. Vol VII. No 2 : 148-153. Hakim, N., Yusup, N., A.M. Lubis, Sutopo, G,N., M. Amin, D., Go Ban Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Haryono B. 2000. Pemupukan tanaman jarak dalam monograp balittas agro inovasi, No 6 : 25-33. Iopri, 2008.
Pengaruh unsur esensial terhadap pertumbuhan dan produksi.
www.iopri.org/webned/ioprind.htm. (26 November 2010). Margarettha. 2002. Pengaruh Molybdenum Terhadap Nodulasi dan Hasil Kedelai yang Diinokulasi Rhizobium pada Tanah Ultisol. Jurnal MAPETA. Vol X (22). No 2 hal 4-7. Novisan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta Nurzal jalid dan Yunizar salim 1995. Inokulasi Rhizobium dan takaran pupuk urea pada tanaman kedelai . risalah seminar : balai penelitian tanaman pangan sukarami Vol VIII : 128134 Pitojo, S. (2003), Benih Kedelai. Kanasius . Yogyakarta Purwono dan Heni Purnawati 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadya. Jakarta. Suprapto. 2002. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudarno, H., Rusin, Marjono dan Supri. 2002. Pengaruh Sumber Nitrogen, Dosis, dan Waktu Pemberian Terhadap Produksi dan Mutu Benih Jarak. Didalam Proseding Seminar Pengembangan Wilayah dalam Rangka Otonomi Daerah. 16 oktober 2002, Malang. Widodo. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo cv. Cirata terhadap 3 Jenis Media Tanam dan Ukuran Pupuk Urea. Akta Agrosia. Vol 7 No 1 : 6-10. Winarno, E.S., Sutarto., R. Yuliasari., dan Z Poelongan, 2000.
Pelepasan Hara Pupuk
Majemuk Kelapa Sawit, Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol. 9 (2-3):103-109...