I. TUJUAN INSTRUKSIONAL 1.1. HIRARKI TUJUAN INSTRUKSIONAL DALAM TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan instruksional merupakan “deployment ” atau penjabaran dari tujuan pendidikan. Dalam sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari tujuan pendidikan nasional ini kemudian dijabarkan ke dalam tujuan pendidikan institusional, tujuan pendidikan kurikuler dan tujuan instruksional dengan memperhatikan aspek pengelolaan pendidikan (Organisasi makro, Organisasi meso, dan Organisasi mikro) dan taraf pengelolaan. pengelolaan. Penjabaran Penjabaran ini ini dapat dilihat dilihat pada Gambar Gambar 1. Hirarki Tujuan Pendidikan
Taraf Organisasi
Tujuan Pendidikan Nasional
Makro
Keseluruhan usaha pendidikan masyarakat di negara Indonesia
Meso
Jenjang Jenjang pendidikan sekolah teetentu dan jenis pendidikan tertentu
Meso
Kesatuan kurikulum tertentu yang mencakup sejumlah bidnag studi
Mikro
Kesatuan Bidang Studi tertentu yang mencakup sejumlah sejumlah pokok poko k bahasan
Mikro
Satuan pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu.
⇓ Tujuan pendidikan Institusional ⇓ Tujuan Pendidikan Kurikuler ⇓ Tujuan Instruksional Umum ⇓ Tujuan Instruksional Khusus
Taraf Pengelolaan
Gambar 1. Hirarki tujuan instruksional dalam tujuan pendidikan.
1.2. TUJUAN INSTRUKSIONAL DALAM MODEL PENGAJARAN.
Dalam pengelolaan dan pengembangan pengajaran diperlukan seuatu model yang dipakai sebagai pegangan yang mencakup semua komponen pokok yang harus dipertimbangkan, dibuat, diatur dan dilaksanakan oleh pengajar. 1.2.1. Model “Basic Teaching” Basic Teaching Model merupakan metode didaktik yang dikembangkan oleh Gasler. Model ini terdiri atas komponen Tujuan instruksional, kemampuan untuk mencapai tujuan instruksional, prosedur instrusional, assesment dan feedback. Keterkaitan model ini speeti yang terdapat dalam Gambar 2.
1
INSTRUCTIONAL OBJECTIVE (1)
ENTERING BEHAVIOUR (2)
INSTRUCTIONAL PROCEDURES (3)
PERFORMANCE ASSESMENT (4)
FEED BACK (5)
Gambar 2. “Basic Teaching Model” menurut konsep Glaser Penjelasan : 1. Intructional Intr uctional objective adalah kemapuan yang harus dicapai siswa. 2. Entering Enter ing behaviour behaviour adalah kemampuan kemampuan yang yang diperlukan diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional (prasyarat) 3. Instructional Instr uctional procedures procedur es adalah kegiatan mengajar mengajar yang yang memberikan memberikan stru struktur ktur dan arah pada kegiatan belajar siswa. 4. Performance Perfor mance Asessment Asessment adalah sampai berapa jauh tujuan tercapai, uyang dapat dilihat dari prestasi siswa 5. Feedback adalah umpan balik balik dari komponen satu ke yang lain. lain. 1.2.2. Model “Didactische Analyse”
Model “Didactiche Analyse’ dikembangkan oleh van Gelder. Komponen komponen yang terkait dalam model ini dapat dilihat pada Gambar 3. TUJUAN INSTRUKSIONAL (1)
MATERI PELAJARAN (3)
KEMAMPUAN SISWA PADA AWAL PELAJARAN (2)
PROSEDUR DIDAKTIS (4)
KEGIATAN BELAJAR (5)
PERALATAN MENGAJAR DAN PERALATAN BELAJAR (6)
EVALUASI HASIL BELAJAR (7)
Gambar 3. Model “ Didactische Analyse” menurut Van Gelder Penjelasan : 1. Tujuan Instruksional adalah adalah kemampuan kemampuan yang harus diperoleh siswa 2. Kemampuan Kemampuan siswa pada awal pelajaran adalah kemampuan yang yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional (prasyarat) 3. Materi Mater i Pelajaran adalah bahan pelajaran 4. Prosedur Pro sedur didaktis adalah metode didaktis yang yang digunakan oleh guru, misalnya misalnya ceramah, demostrasi dll. 5. Kegiatan belajar adalah aktivitas belajar yang yang dijalankan oleh siswa siswa sendiri, misalnya misalnya diskusi kelompok, membaca membaca referensi. r eferensi. 6. Peralatan mengajar dan belajar belajar adalah berbagai media media pengajaran dan alat-alat bantu untuk belajar. 7. Evaluasi Belajar adalah peniliaian peniliaian terhadap ter hadap kemampuan siswa.
2
1.2.3. Model Kegiatan Didaktis
Model kegiatan didaktis dikembangkan oleh E. De. Corte yang merupakan pengembangan lebih anjut dari model Van Gelder. Keterkaitan komponen pada model ini seperti yang terdapat pada Gambar 4. TUJUAN ISTRUKSIONAL (1)
R D U I S E T O S A K ) 5 P R D I D ( P
P E N M G E A J D I A ( A 8 ) R A N PROSES BELAJAR
R
P E M M S B E A T L A E E R ( J I 6 ) A R S A N B E
O
L
A
J
O K P M A L O I S W E N G N S 7 ) P E A (
A R -
M
E
N
G
) 9 (
R
EVALUASI: *) HASIL *) PROSES (3)
A
J
A
KEADAAN AWAL (2)
Gambar 4. Model Kegiatan Didaktis menurut De Corte Penjelasan: 1. Tujuan Instruksional adalah apa yang yang menjadi menjadi tujuan belajar-mengaj belajar-mengajar ar 2. Keadaan awal diarikan dengan dua cara : a. Dalam arti luas: keadaan siswa, guru, jaringan jaringan sosial di sekolah sekolah dan di kelas sebagai instutusi pendidijan, faktor-faktor situasional. b. Alam arti sempit : kemampuan kemampuan yang yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional (prasyarat) 3. Evaluasi diartikan dalam dua hal: hal: a. Penilaian Penilaian terhadap hasil belajar belajar siswa yang yang telah dicapai sesuai dengan tujuan istruksional (evaluasi produk), produ k), baik dalam aspek isi maupuj aspek jenis perilaku. b. Penilaian Penilaian terhadap proses belajar-mengaj belajar-mengajar ar yang yang mengacu mengacu pada tujuan instruksional dan keadaan awal siswa (evaluasi proses0 4. Proses Pro ses belajar belajar adalah kegiatan mental mental yang dilakukan siswa menurut menurut urutan uru tan fase tertentu dan sesuai dengan jalur belajar tertentu. 5. Prosesdur Pro sesdur didaktis adalah cara-cara mengatur mengatur kegiatan siswa. 6. Materi Mater i Pelajaran Pelajaran adalah adalah hal yang menyangkut menyangkut aspekisi dan tujuan instru instruksional ksional dan pokok bahasan 7. Pengelompokan siswa adalah tata tat a cara mebentuk kelompok-kelompok siswa di dalam kelas. 8. Media pengakjaran pengakjaran adalah alat-alat bantu yang digunakan oleh guru sendiri sendiri atau ditawarkan kepada siswa untuk digunakan.
3
9. Proses Pro ses belajar-mengaj belajar-mengajar ar adalah interaksi antara guru dan kegiatan siswa siswa selama selama periode tertentu. 1.3. DEFINISI TUJUAN INSTRUKSIONAL
Tujuan Istruksional merupakan bagian dari pembelajaran. Berbagai definisi tujuan instruksional disampaikan oleh beberapa tokoh diantaranya : 1. Robert F. Mager (1962). (1962) . Tujuan instruksional instruksional sebagai tujuan perilaku yang yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi kompetensi tertentu. t ertentu. 2. Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981). Tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang tersamar (covert). 3. Fred Percival dan Henry Ellington (1984). Tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. belajar. Dalam proses belajar-mengajar, Tujuan Istruksional terbagi menjadi dua yaitu: 1. Tujuan Instruksional Inst ruksional Umum yang menggariskan hasil-hasil hasil-hasil di aneka aneka bidang studi yang harus dicapai oleh siswa. 2. Tujuan Istruksional Istr uksional Khusus (TIK) yang yang merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional Umum yang menyangkut satu pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu sebagai tujuan pengajaran yang kongkrit dan spesifik, yang dianggap cukup berharga, wajar dan pantas yang dapat direalisasikan dan bertahan lama untuk tercapainya tujuan instruksional umum. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dapat dibedakan menjadi dua aspek yakni: a. Aspek jenis jenis perilaku yang dituntut dari siswa siswa b. Aspek isi (content) yakni aspek terhadap hal yang harus dilaksanakan Adapaun cara merumuskan tujuan instruksional khusus: a. Menyebutkan Menyebutkan siapa yang yang mencapai mencapai tujuan dan bagaimana bagaimana cara mencapainya. mencapainya. Dengan cara ini siswa diharapkan melakukan sesuatu yang dapat dilihat, didengar (observable behaviour) dan menampakkan hasil belajarnya dengan menunjukkan menunjukkan perilaku (behavioral aspect) yang diharapkan. b. Menjelaskan Menjelaskan sasaran siswa melakukan sesuatu (isi). c. Menjelaskan Menjelaskan persyaratan yang yang berlaku bila bila siswa siswa melaksanakan melaksanakan tugas sesuai dengan instruksional khusus. d. Menentukan target prestasi mini minimal mal yang harus dicapai. dicapai. 1.4. MANFAAT M ANFAAT TUJUAN INSTRUKSIONAL
Ø Ø Ø Ø Ø Ø
Manfaat tujuan instruksional adalah sebagai dasar dalam : Menentukan tujuan ( objective ) proses belajar mengajar Menentukan persyaratan awal instruksional. Merancang strategi instruksional Memilih media pembelajaran. Menyusun instrumen tes pada proses evaluasi (pretes dan post tes). Melakukan tindakan perbaikan per baikan atau improvement pembelajaran.
4
1.5. TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL 1.5.1. Menurut Jenis Perilaku Taksonomi di sini diartikan sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara berjenjang dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi. Masingmasing isi kawasan Taksonomi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Dalam proses belajar-mengajar, guru harus menempatkan tujuan instruksional menurut aspek perilaku pada kawasan menurut sitematika Bloom Gagne dan Simpson yakni: Ragam Kognitif Bloom Gagne 1. Pengetahuan
à
2. Pemahaman
b. Kemahiran intelektual à (dibentuk konsep, kaedah)
3. Penerapan
4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi
a.Informasi verbal
Ragam Afektif Bloom Gagne 1. Penerimaan 2. Partisipasi 3. Penilaian/Penentuan sikap 4. Organisasi 5. Pembentukan pola hidup
c. Pengaturan kegiatan à kognitif(digun akan informasi konsep dan kaedah)
S I d. K A P
Ragam Psikomotorik Psikomotorik Simpson Gagne K E 1. Persepsi T R 2. Kesiapan A 3. Gerak M terbimbing P I 4. Gerakan L A terbiasa e. N 5. Gerakan M kompleks O 6. Penyesuaian T O pola gerak R 7. Kreatifitas I K
A. Kawasan Kognitif Kogniti f (Pemahaman)
Kawasan kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat “pengetahuan” sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu “evaluasi”. Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut; 1. Tingkat pengetahuan ( knowledge) Tujuan intruksional pada level ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) informasiyang telah diterima sebelumnya, seperti misalnya : fakta, terminology, rumus, strategi pemecahan masalah, dan sebagainya. 2. Tingkat pemahaman ( comprehension) Kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, dan informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. 3. Tingkat penerapan ( application) Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai maslaah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 4. Tingkatan analisis ( analysis) Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.
5
Dalam hal ini siswa diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. 5. Tingkat sintesis ( synthesis) Sintesis di sini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk ter bentuk pola po la baru yang lebih menyeluruh. menyeluruh. 6. Tingkat evaluasi ( evaluation) Evaluasi merupakan level tertinggi, yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dankeputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian penilaian biasa daripada sistem siste m evaluasi. B. Kawasan Afektif (sikap dan perilaku).
Untuk memperoleh gambaran tentang kawasan tujuan instruksional afektif secara utuh, berikut ini akan dijelaskan setiap tingkat secara berurutan berikut ini : 1. Tingkat menerima (receiving) Menerima di sini diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang mengandung estetika. 2. Tingkat tanggapan (responding) Tanggapan atau jawaban (responding) mempunyai beberapa pengertian, antara lain : v Tanggapan dilihat dari segi pendidikan diartikan sebagai perilaku baru dari sasaran didik (siswa) sebagai manifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat ia belajar. v Tanggapan dilihat dari segi psikologi perilaku (behavior psychology) adalah segala perubahan perilaku organisme yang terjadi atau yang timbul karena adanya rangsangan 3. Tingkat menilai (valuing) Menilai dapat diartikan sebagai : v Pengakuan secara obyektif (jujur) bahwa siswa itu obyektif, sistem atau benda tertentu mempunyai kadar manfaat. v Kemauan untuk menerima suatu obyek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa obyek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif. 4. Tingkat organisasi (organization) Organisasi dapat diartikan sebagai : v Proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut, tersebut , kemudian memilih memilih nilai-nil nilai-nilai ai yang terbaik untuk unt uk diterapkan. diter apkan. v Kemungkinan untuk mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan dibanding nilai yang lain apabila kepadanya diberikan berbagai nilai. 5. Tingkat karakterisasi/Pembentukan karakterisasi/Pembentukan pola hidup (characterization (characterization by a value or value complex) Karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah seo lah-olah telah menjadi ciri-ciri ciri-ciri pelakunya.
6
Berdasarkan pada kelima tingkatan yang dirumuskan oleh Bloom dan Kratwohl tersebut di atas, maka Romiszowski dalam bukunya Producing Instruction System (1984), mengelompokkan aspek afektif tersebut menjadi dua tipe perilaku yang berbeda. 1. Reflek yang yang terkondisi terko ndisi,, yaitu reaksi kepada stimuli khusus tertentu tertent u yang yang dilakukan secara spontan tanpa direncanakan lebih dahulu tujuan reaksinya. 2. Sukarela (voluntary ) adalah aksi dan reaksi yang terencana untuk mengarahkan ke tujuan tertentu dengan cara membiasakan dengan latihan-latihan untuk mengontrol diri. C. Kawasan Psikomotor Psikomotor (psychomotor domain)
Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan ( action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dengan demikian maka kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh fikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Kawasan psikomotor meliputi sebagai berikut : 1. Persepsi (perception) Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing masing-masing rangsangan. 2. Kesiapan (set) Mencakup kemampuan untuk menempatkan menempatkan dirinya dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. 3. Gerakan terbimbing (Guided response) Mencakup kemampuan untuk melakukan rangkaian geral sesuai dengan contoh conto h yang diberikan (imitasi). (imitasi). 4. Gerakan yang terbiasa (mechanical response) response) Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu gerakan dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. 5. Gerakan Kompleks (Complex response) response) Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar tepat dan efisien. 6. Penyesuaian pola gerakan gerakan (adjusment) Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan menyesuaikan pola gerak dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan taraf ketrampil ketr ampilan an yang telah t elah mencapai kemahiran. 7. Kreativitas (creativity) Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak yang baru atas dasar prakarsa pr akarsa dan inisiatif inisiatif sendiri. Taksonomi Bloom ini mendapat berbagai tanggapan di kawasan kognitif. E. De. Corte mengusulkan sebuah kalisifikasi dengan mengacu pada model intelegensia yang dikembangkan oleh Guilford dengan mengelompokkan kawasan kognitif menjadi : 7
a. Kemampuan reproduktif meliputi: Kemampuan Kemampuan ini meliputi meliputi resepsi berdasarkan berdasar kan pengamatan, mengenal kembali (recognition) dan mengingal (recall) b. Kemampuan produktif Kemampuan ini meliputi kemampuan menciptakan mencipta kan sendiri jawaban atas ata s suatu pertanyaan pert anyaan dan menemukan menemukan pemecahan atas sebuah permasalahan. permasalahan. Hasil kemampuan ini tampak dalam 3 hal: i. Hasil proses berfikir berfikir konvergen yakni hasil atau jawaban yang sudah pasti dengan langkah pemecahan yang sudah ditentukan. ditent ukan. ii. Hasil proses berfikir berfikir divergen yaitu yaitu hasil atau jawaban yang yang belum pasti dengan langkah pemecahan yang belum pasti pula. iii. Hasil proses berfikir evaluatif yaitu mengolah dan menilai berdasarkan kriteria tertentu. Sistematika Guilford dan E. De Donte tentang pemahaman pada kawaan kognitif dapat dilihat pada Gambar 5. Guilford
1. Mengetahui 2. Mengingat 3. Produksi divergen
4. Produksi konvergen
5. Evaluasi
E. De Conte
a. Apersepsi Informasi b. Mengenal kembali kembali informasi informasi c. Mengingat kembali kembali informasi
Reproduksi Reproduk si
d. Produksi informasi secara nterpretatif e. Produksi informasi secara konvergen Produksi f. Produksi informasi secara evaluatif g. Produksi informasi secara divergen
Gambar 5. Perbandingan antara sistemarika Guilford dan E. De. Conte. 1.5.2. Menurut Isi Tujuan Instruksional harus mencantumkan aspek isi ( content ) yang menunjuk pada learning content . Isi dalam Tujuan Instruksional tidak sama dengan materi, karena materi menunjuk pada subject matter. Content dalam tujuan instruksional dibuat menurut urutan tertentu dengan suatu pola yang berurut dari awal sampai akhir yang terangkai dalam satu kesatuan. Jika siswa tidak menguasai salah saru rangkaian maka siswa akan mengalami kesulitan. Hal ini umumnya umumnya berlaku pada pembelajaran matematika dan bahasa asing. Dapat juga tujuan instruksional tanpa mengikuti mengikuti pola yang berurut (sequence), sehingga tujuan istruksional dapat disusun menurut keperluan dan siswa tidak mengalami kesulitan jika tidak mengkuti salah saru rangkaian pembelajaran. Umumnya berlaku pada bidang Ilmu sosial.
8
II. KLASIFIKASI DAN ANALISIS TUGAS BELAJAR BELAJAR
Dalam menentukan Tujuan Instruksional Khusus berdasarkan aspek perilaku, Gagne menggunakan pengklasifikasian “Tugas belajar” (Task classification) dan dilengkapi dengan “Analisis tugas belajar” (Learning task analysis ) dengan menggunakan “Hirarki dalam belajar” (Learning Hierarchy ) yang berupa yang hendak dicapai menuntut persyaratan instructional sequence. Setiap TIK kemampuan internal yang harus dimiliki yang berupa salah satu dari lima hasil belajar (informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, ketrampilan motorik dan sikap). Pengklasifikasian tugas belajar dan penerapan analisis tugas belajar ini seperti yang diilustrasikan diilustrasikan pada Gambar 6 dan Gambar 7.
TIK yang Spesifik A
B
C
D
E
F
G
dan seterusnya
a
b
c
d
e
f
g
dan seterusnya
yang menuntut adanya
Kemampuan internal tertentu yang dapat digolongkan dalam
Kategori hasil tertentu
Informasi Verbal
Pengaturan Kegiatan Kognitif
Kemahiran Intelektual
Ketrampilan Motorik
Sikap
yang menuntut adanya
Proses Belajar tertentu
Belajar informasi verbal
Belajar Kemahiran intelektual
Belajar Pengaturan kegiatan kognitif
Belajar ketrampilan motorik
Gambar 6. Skema pengklasifikasian pengklasifikasian tugas belajar. belajar.
9
Belajar sikap
SK EM A TIK yang spesifik
2
1
A
CONTOH
1
I. Ketrampilan : “Berenang dengan Komponen motorik gaya katak”
2
A : “Menolak penggunaan obat bius”
Komponen
A1 Apa itu “obat bius” A2 Bahaya peng. obat bius A3 Sikap menjaga kesehatan
III. Kemahiran : “Membuktikan intelektual bahwa luas ∆ = Ѕ alas x tinggi”
Komponen
A1 Apa itu “segi tiga” A2 Apa itu “Alas, tinggi, luas” A3 Bagaimana bentuk segitiga A4 Sikap pos. thdp matematika
IV. Informal verbal
Komponen
A1 Sejarah dunia th 1918-1939 A2 Kombinasi fakta sejarah
Komponen
A1 Bagaimana cara belajar yang tepat A2 Kombinasi yang cocok untukku
II. Sikap
3
3
4
Yang menuntu adanya
: “Menyebutkan faktor-faktor penyebab Perang Dunia II”
V. Pengaturan : “Menentukan jadwal belajar kegiatan saya” kognitif
Kemampuan internal tertentu
1
2 1
3
3
A1 Gerakkan lengan, kaki A2 Prosedur gerakan A3 Sikap pos. thd OR ini
I. Komponen
a1 Ketrampilan motorik a2 Kaidah a3 Sikap
II. Komponen
a1 Konsep a2 Informasi verbal A3 Sikap
2 4
III. Komponen a1 Konsep a2 Konsep a3 Persep a4 Sikap
Yang menuntu adanya
IV. Komponen a1 Informasi verbal a2 Pengaturan kegiatan kognitif
a1
a2
a3
a1
a2
a3
Mungkin sudah dimiliki
Mungkin belum dimiliki Yang esensial/mutlak = X
diantara a1, a2, a3, a4 Yang menunjang = O
a1 Informasi verbal a2 Pengaturan kegiatan kognitif
I. Komponen
a1 X Belum dimiliki a2 X Belum dimiliki a3 O Sudah dimiliki
II. Komponen
a1 X Belum dimiliki a2 X Belum dimiliki a3 O Sudah dimiliki
a4
Beberapa sub kemampuan a1, a2, a3, a4
V. Komponen
Keterangan Keterangan ; Contoh “learning hierarchy, yaitu beberapa kemahiran intelektual yang mutlak diperlukan (prasyarat) bertumpuk-tumpuk
III. Komponen a1 a2 a3 a4
X X X O
Belum dimiliki Belum dimiliki Sudah dimiliki Belum dimiliki
IV. Komponen a1 X Belum dimiliki a2 X Belum dimiliki V. Komponen
a1 X Sudah dimiliki dimiliki a2 X Belum dimiliki
Gambar 7. Analisis tugas belajar menurut Gagne.
PUSTAKA. Winkel, W.S., “Psikologi Pembelajaran” , Media Abadi, Cetakan ke IX, tahun 2007.
10