TUGAS RADIOLOGI
1. Bagian tulang secara radiologi (liat hal 94 buku Malueka, 2011) Tulang panjang tersusun oleh suatu diafisis (batang) dan epifisis (ujung). Rongga medula pada diafisis mengandung sumsum kuning; epifisis mengandung spongy bone. Epiphyseal line merupakan sisa dari epiphyseal plate. Periosteum menutupi diafisis; endosteum melapisi bagian dalam rongga tulang. Tulang rawan hyalin menutupi permukaan persendian.
Tulang pipih terdiri dari dua lempengan tulang padat yang menutupi suatu diploe (lapisan [dalam] spongy bone).
Tulang pendek dengan bentuk tak beraturan secara struktur mirip dengan tulang pipih
2. Gambaran tulang abnormal a. Fraktur - Tampak discontinuitas completa/ incompleta - Cum contractionum/discontractionum contractionum/discontractionum - Aposisi, alignment tampak kurang baik b. Dislokasi - Tampak dislokasi pada articulatio c. Osteosarcoma - Tampak lesi litik dan sklerotik pada tulang - Gambaran periosteum reaction Codman triangle d. Osteochondroma - Gambaran penonjolan tulang spt bunga kol yg menjauhi sendi
2. Gambaran tulang abnormal a. Fraktur - Tampak discontinuitas completa/ incompleta - Cum contractionum/discontractionum contractionum/discontractionum - Aposisi, alignment tampak kurang baik b. Dislokasi - Tampak dislokasi pada articulatio c. Osteosarcoma - Tampak lesi litik dan sklerotik pada tulang - Gambaran periosteum reaction Codman triangle d. Osteochondroma - Gambaran penonjolan tulang spt bunga kol yg menjauhi sendi
3. Tipe fraktur
Berdasarkan lokasinya, fraktur dapat mengenai bagian proksimal (plateau), diaphyseal (shaft), maupun distal. Berdasarkan proses osifikasinya, tulang panjang terdiri dari bagian diafisis (corpus/shaft) yang berasal dari pusat penulangan sekunder. Epifisis ini terletak di kedua ujung tulang panjang. Bagian dari diaphysis yang terletak paling dekat dengan epifisis disebut metafisis, yaitu bagian dari korpus tulang yang melebar. Fraktur dapat terjadi di 3 bagian ini. Berpindahnya fragmen tulang dari tempatnya semula disebut displacement. Displacement ini dibagi menjadi 4, yaitu : 1. Aposisi Aposisi merupakan suatu keadaan dimana fragmen tulang mengalami perubahan letak sehingga terjadi perubahan dalam kontak antara fragmen tulang proksimal dan distal. Pada pemeriksaan radiologik, aposisi dinyatakan dalam persentase kontak antara fragmen proksimal dan distal. Jadi, misalnya dari hasil pemeriksaan rontgen terlihat bahwa tidak ada kontak sama sekali antara permukaan fragmen proksimal dengan distal maka dinyatakan aposisi
0%, disebut juga aposisi komplet. Kalau kontak masih terjadi disebut aposisi parsial, misalnya aposisi 80%, berarti 80% permukaan fragmen proksimal masih kontak dengan fragmen distal. 2. Alignment Alignment merupakan suatu kondisi miringnya fragmen tulang panjang sehingga arah aksis longitudinalnya berubah. Apabila antara aksis longitudinal fragmen proksimal dan distal membentuk sudut maka disebut angulasi. Pada pemeriksaan radiologi, angulasi ini dinyatakan dalam derajat. 3. Rotasi Rotasi adalah berputarnya fragmen tulang pada aksis longitudinalnya, misalnya fragmen distal mengalami perputaran terhadap fragmen proksimal. 4. Length (panjang) Length dapat dibagi menjadi 2, yaitu overlapping (tumpang tindihnya tulang) yang menyebabkan pemendekan (shortening) tulang serta distraksi yang menyebabkan tulang memanjang.
Jenis-Jenis Fraktur: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Fraktur Colles : radius distal Fraktur Galeazzi : 1/3 radius distal Fraktur Montegia : 1/3 proksimal ulnae Fraktur Clay Shoveler : Proc. Spinosus C6-T1 Fraktur flexion tear drop : disrupsi ligamen posterior dan fraktur kompresi anterior pada corpus vertebrae. Fraktur hangman : pars interarticularis pada axis akibat hiperekstensi dan distraksi Fraktur burst : fraktur C3-C7 akibat kompresi axial Fraktur kompresi lumbar Fraktur linear : fraktur pd kepala, gambaran radiolusen linear
j. Fraktur impresi : fraktur pd kepala, tampak satu atau dua garis sejajar dengan densitas tinggi pada tulang cranium disertai kerusakan jaringan di bawahnya. k. Fraktur stellate : fraktur pd kepala,tampak garis radiolusen radier, menyebar dan berpusat pada satu titik. l. Fraktur diastasis : tampak pelebaran atau pmbukaan sutura (pd anak sulit diperiksa krn sutura blm menutup rapat) m. Fraktur basis cranii: tampak air fluid level dlm sinus sphenoidalis jika fraktur melewatinya sehingga darah berkumpul dlm sinus. n. Fraktur metacarpal o. Fraktur scaphoid p. Fraktur supracondilar q. Fraktur patella r. Fraktur avulsi patella transversal s. Fraktur tibia plateau t. Fraktur tillaux u. Fraktur tibia v. Fraktur fibula
4. Modalitas pemeriksaan abdomen - Foto polos abdomen - Colon in loop (untuk pemeriksaan kolon menggunakan media kontras) - OMD/barium meal (pemeriksaan oesophagus ,maag, duodenum dengan menggunakan media kontras) - Appendicogram (untuk memeriksa kelainan di appendiks) - BNO-IVP (untuk pemeriksaan urogenital menggunakan foto BNO dan media kontras) - CT scan abdomen - USG abdomen - MRI 5. Indikasi, persiapan, perubahan gambaran IVP a. Indikasi:
-
Flank pain Hematuria Frequency Dysuria Susp. Renal calculus Renal tumor
b. Kontraindikasi: - Alergi kontras - Nilai ureum > 2 c. Persiapan: - Pemeriksaan ureum kreatinin - Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal - Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan - Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok (untuk menghidari gangguan udara usus saat pemeriksaan) - Pada bayi dan anak diberi minum yg mengandung karbonat untuk mendistensikan lambung dengan gas - Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement - Skin test subkutan d. Pelaksanaan: 1. Pasien diminta mengosongkan kandung kemih 2. Dilakukan foto BNO 3. Injeksi kontras IV 4. Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30, 45, 60: o Menit ke-5: menilai nefrogram dan mungkin SPC (daerah inguinal/ureter distal ditekan dengan bola tenes) o Menit ke 15: menilai SPC dan ureter (daerah inguinal/ureter distal ditekan dengan bola tenes) o Menit ke-30: menilai UVJ (bola tenes dilepas)
o o
Menit ke 45: menilai VU Menit ke-45: VU dikosongkan lalu diambil foto
e. Perubahan gambaran - Tumor : tampak bayangan lebih opak setelah diberi kontras di traktus urinarius - Nefrolithiasis : tampak bayangan opak di calyces/pelvic renal, setelah diberi kontras bayangan opak tidak meningkat. - Ureterolithiasis : tampak bayangan opak di ureter, setelah diberi kontras bayangan opak tidak meningkat. - Vesicolithiasis : tampak bayangan opak divesica urinary, setelah diberi kontras bayangan opak tidak meningkat.
6. Indikasi foto sinus paranasal (SPN) dan orbita Jawab : a. Foto Sinus Paranasal Indikasi : - Sinusitis - Pilek kronik - Nyeri kepala kronik - Migra - Kelainan-kelainan paranasal: mukokel, pmbentukkan cairan atau sinus-sinus, tumor, trauma sekitar sinus paranasalis. b. Foto Orbita
Indikasi : - Tumor orbita - Retinoblastoma - Terdapat eksudata pada kornea
7. Bagaimana lihat foto thoraks yang baik dan layak dibaca Jawab : Ada nama pasien, pada bagian kosong dari foto (tidak menutupi bayangan foto)
Waktu pemotretan, pada bagian kosong dari foto (tidak menutupi bayangan foto) Gambaran foto tidak terpotong pada hasilnya Ada keterangan posisi (R)/(S) Pemancaran kilovolt tidak tinggi/rendah Inspirasi yang cukup Posisi sesuai simetris 8. Perubahan Radiasi foto thoraks (mis. Tumor, TB, Bronchitis, dll.) Jawab : a. Bronchitis Corakkan bronkovaskular meningkat Air bronkogram (+) Gambaran trans line b. Pneumonia Tampak infiltrat di parenkim paru perifer seiopak, homogen tipis, batas tegas, bagian perifer lebih opak disbanding bagian sentral. Air bronkogram (+) c. Bronchopneumonia Infiltrate peribronkial semiopak dan in homogeny di daerah hilus Batas jantung menghilang (silhouette sign) d. Bronchiectasis Tampak corakkan bronkovaskular kasar terdapat di basal paru Tampak perselubungan in homogen Air bronkogram (+) yang membentuk honey comb di perihiller dan pericardial e. TB/KP
TB Primer
Tampak perselubungan (mengawan) semiopak in homogen di suprahiller, perihiller (sepanjang limfangitis), dan pericardial. Pembesaran limfonodi di lnn. Hilus, lnn. Parabronchial, lnn. Paratektal Garis-gari fibrosis dari hilus ke superior Kalsifikasi di lnn. Hilus Air bronkogram (+) Ghon focus
TB Post-Primer Tampak perselubungan (mengawan) semiopak in homogen Garis-garis fibrosis Kalsifikasi Air bronkogram (+) Ghon focus
f. Pneumothorax Tampak garis putih tegas membatasi pleura visceral yang membatasi paru yang kolaps Paru tampak radioopak, jika terdapat udara. Jantung terdorong ke arah lain yang berlawanan Spatium intercostals melebar Diaphragm mendatar dan tertekan ke bawah g. Effusi Pleura Tampak perselubngan semiopak, homogen, menutupi basal paru engan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke medial bawah (meniscus sign) Sinus costophericus menumpul Terdapat trapped effusion/encapsulated effusion h. Tumor Paru
Pancoast Tumor Tampak masa opak yang terletak di sulkus superior pada apex
Costa mengalami erosi
Tumor mediastinum Tumor berbentuk sudut yang homogen di mediastinum anterior Kavitas Air bronchogram(+) i. Emfisema Tampak hiperlusensi di kedua lapangan paru Diafragma letak rendah dan mendatar Corakan bronkovaskular dan garis fibrosis jarang terlihat
j. HHD
Keadaan awal : batas kiri bawah jantung menjadi bulat karena hipertrofi konsenrik ventrikel kiri Keadaan selanjutnya : apeks jantung membesar ke kiri dan ke bawah Aortic knob membesar dan menonjol disertai dengan kalsifikasi Elongation aorta k. TOF
Cor berbentuk sepatu (Coeur en sabot) Pinggang jantung dalam Terjadi transposisi aorta Terjadi dilatasi aorta Ventrikel melebar ke kiri dengan apeks jantung tampak terangkat Vaskularisasi berkurang Ukuran jantung normal/membesar
l. Steosis Mitral
Foto PA Batas kiri atas jantung menonjol (auricular appendage) Double contour batas kanan jantung
Apeks jantung membesar jika ventrikel kana membesar Main bronchus kiri terangkat, karena atrium kiri membesar Corakan bronchovaskular meningkat
Foto Lateral RAO Esophagus terdorong ke posterior oleh pembesaran atrium kiri. Foto LAO
Atrium membesar tepat dibawah bronchus kiri
9. Pengertian, indikasi, syarat (persiapan) untuk uretrosistografi, OMD, Follow throw, CIL Jawab : a. Uretrosistografi
Pengertian Pemeriksaan uretra, vesica urinar, dan oragan sekitarnya baik dengan kontras maupun tidak.
Indikasi - Urethrography Congenital : divertikel, striktura, dupliasi, uretra tambahan Striktura : akibat radang, trauma Fistula : uretritis gonorea, iatrogenic, keganasan/peradangan rectum Batu : dari VU dan ureter Tumor -
Cystography Tumor visica urinary Rupture vesica urinary Divertikel
Neurogenik bladder Hipertrofi prostat Sistitis kronik Tumor-tumor sekitar vesika urinary
Kontraindikasi - Urethrography Alergi kontras Infeksi uretra akut Hamil Post operasi uretra Inflamasi berat pada uretra, vesika urinary, prostat - Cystography Infeksi saluran kemih Persiapan - Urethrography Informed consent Tidak perlu perubahan diet dan aktivitas Mengganti pakaian dengan pakaian khusus - Cystography Rectum dikosongkan kecuali pada keadaan akut
b. OMD
Pengertian Merupakan teknik radiografi untuk memeriksa oesophagus, maag, dan duodenum dengan media kontras. Indikasi - Kelainan esofagus lambung dan duodenum, karena infeksi, congenital, trauma, neoplasia. - Ulkus gaster - Gastritis - Ulkus duodenum - Tumor intestinum - Hematemesis, melena (di mana perdarahan sudah berhenti)
- Penurunan berat badan - Nyeri epigastrium - Tumor-tumor lambung/di luar lambung
Kontraindikasi - Adanya perforasi - Ileus - Keadaan umum yang buruk Persiapan Sama seperti pada colon in loop
c. Follow Through
Pengertian Pemeriksaan radiologi usus halus dengan meminum media kontras barium sulfat merupakan kelanjutan dari barium meal. Indikasi Hampir sama dengan OMD Kontraindikasi Hamper sama dengan OMD
Persiapan - Mengubah pola makan pasien (makan bubur kecap) selama 1-3 hari sebelum pemeriksaan. Makan malam terakhir sebelum pemeriksaan jam 8 malam diikuti dengan puasa. - Minum sebanyak-banyaknya - Pemberian pencahar dan garam inggris - Pasien dilarang untuk merokok dan banyak bicara d. Colon In Loop
Pengertian Pemeriksaan radiografik kolon dengan menggunakan kontras yang di masukkan ke dalam kolon. Indikasi
Diare kronis Hematokezia Obstipasi kronis Perubahan pola defekasi Colitis Adenoma, lipoma Karsinoma Divertikel Polip Invaginasi Ileus obstruksi letak rendah (volvulus) Tumor intraabdominal diluar kolon (tumor ekstralumen)
Kontraindikasi - Perforasi usus - Tanda2 peritonitis - konstipasi - Colitis berat - Keadaan umum pasien yang jelek - Ileus paralitik Persiapan - Makan bubur kecap selam 1-3 hari sebelum pemeriksaan - Jam 22.00 makan malam terakhir dan pencahar. - Jam 22.00 pasien makan garam inggris (MgSO ₄), dan mulai puasa - Minum max. 100 cc sampai ja 12 malam - Mengurangi bicara dan meroko untuk menghindari penumpukkan udara dalam seluruh tract. Gastrointestinal. - Jam 03.00 pagi kalisma 1 - Jam 06.00 pagi kalisma 2 - Jam 08.00 pemeriksaan
10.Kelainan Radiologi di kolon Jawab : a. Kolitis ulseratif
Gambaran haustra dan incisura menghilag, lumen kolon menyempit, kolon memendek, mukosa rectum dan kolon descenden tampak granuler dengan bintik-bintik halus, merata dan simetris. b. Kolitis crohn Tampak lumen kolon asenden menyempit tak teratur, tampak ulkus aptosa, tampak skip lesion, tampak cobble stone appearance c. Hiscprung disease Pelebaran kolon yang terisi gas dan tinja d. Megakolon toksik Pelebaran kolon yang terisi gas dan tinja e. Karsinoma/tumor kolon Tampak penonjolan ke dalam lumen (protruded lesion), deformitas dinding kolon, tampak simetris (napkin ring) atau asimetris (apple core), lumen kolon sempit dan irregular, fillng defect ireguler. 11.Alat/modalitas untuk kelainan di panggul & genitalia 12.Kelayakan foto abdomen a. Tanggal (+), nomor (+), Identitas (+), Marker (+), simetris (+) pada foto b. Gambar tidak tidak terpotong c. Kv sesuai 13.Apa saja yang dilihat di foto kepala Teknik radiografi tulang-tulang muka dan kepala. Tulang muka Arc Zygomaticum : Proyeksi Submentovertical
1. Pengertian Teknik radiografi yang digunkan untuk memperlihatkan kelainan tulang zygomatikum
2. Tujuan Memperlihatkan kelainan pada tulang zygomatikum 3. Patology yang Ditampakkan Fraktur dan neoplatic/inflamantory process dari arc zygomaticum Posisi Pasien Supine atau erect . Posisi erect akan membuat pasien
merasa
lebih
nyaman
Teknik Radiografi Nasal Bone : Proyeksi Lateral)
Persiapan Pasien Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala Patologi yang ditampakkan Fraktur nasal bone. Dapat Dibuat foto perbandingan dengan sisi yang diperiksa berada dekat dengan IR. Posisi Pasien Prone atau Erect Posisi Obyek • Atur sisi lateral bagian yang akan diperiksa dekat dengan IR • Atur nasal agar berada ditengah-tengah IR • Atur kepala agar true lateral dan posisi tubuh pasien agak oblique agar pasien merasa nyaman • Atur MSP sejajar terhadap permukaan meja/bucky. • IOML tegak lurus terhadap IR Tahan nafas saat eksposi. Untuk memperoleh hasil yang tajam, khususnya untuk detail tulang nasal yang lebih baik, gunakan fokus kecil, detail screen, dan batasi lapangan penyinaran (focus daerah nasal) Struktur Yang Ditampakkan Tulang nasal dengan soft tissue nasal, frontonasal suture, dan anterior nasal spine
Teknik Radiografi Orbita Proyeksi Postero Anterior Axial (Caldwell) POSISI PASIEN
Pasien diposisikan prone atau erect, dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan. Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dan lengan diletakan disamping tubuh dalam posisi yang nyaman
Kepala diposisikan PA, dengan menempatkan : o
Dahi dan hidung menempel diatas kaset.
o
Atur kepala sehingga OML tegak lurus dengan bidang film
o
Pasien diberitahukan untuk menahan nafas pada saat eksposi 0
Atur CR 30 caudally setinggi pertengahan orbita
CP pada pertengahan kedua orbita.
KRITERIA GAMBARAN
Kedua orbita tampak
Petrous Ridge kiri dan kanan simetris terproyeksi di bawah bayangan orbita
sinus Frontalis dan Sinus Maxilaris terproyeksi Jarak Batas Lateral Orbita dgn batas lateral kepala kiri dan kanan sama (simetris)
Kolimasi sesuai objek yang difoto
Marker R/L harus tampak di bagian tepi
Teknik Radiografi Tulang kepala A. PROYEKSI AP POSISI PASIEN
Pasien tidur pada posisi Supine di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
Kepala diposisikan AP, dengan menempatkan : o
o
MSP kepala tegak lurus pada bidang film. Orbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang film.
Pastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala Letakkan Marker yang sesuai R atau L Lakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
Atur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi AP.
Selesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
KRITERIA GAMBARAN
Seluruh kepala tampak pada proyeksi antero posterior, batas atas verteks, batas bawah simphysis menti, kedua sisi tidak terpotong
Kepala simetris, jarak batas orbita dengan lingkar kepala sama kiri dan kanan.
Tampak Sinus frontalis, maksilaris, sinus ethmoidalis, dan crista galli
Os frontalis tampak jelas. nMarker R/L harus tervisualisasi.
B. PROYEKSI LATERAL POSISI PASIEN
Pasien tidur pada posisi semi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
Kepala diposisikan Lateral, dengan menempatkan : o
MSP kepala sejajar pada bidang film.
o
Infra Orbito Meatal Line (IOML) sejajar dengan bidang film.
o
Inter Pupillary line (IPL) tegak lurus dengan bidang film
Letakkan Marker yang sesuai R atau L Lakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
Atur Central Point tepat pada daerah 5 cm di atas Meatus Acusticus Externa (MAE), dengan memposisikan daerah tersebut tepat dipertengahan bidang film.
Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi Lateral.
Selesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
KRITERIA GAMBARAN
Seluruh cranium lateral batas atas vertex, batas belakang os occipital, batas depan soft tissue hidung
Sella tursica tidak berotasi
PCP & PCA , Dorsum sellae
Ramus mandibula superposisi
Mastoid superposisi
MAE superposisi
B. PROYEKSI PA POSISI PASIEN
Pasien tidur pada posisi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
Kepala diposisikan PA, dengan menempatkan : o
o
o
Dahi dan hidung menempel meja pemeriksaan MSP kepala tegak lurus pada bidang film. Orbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang film.
Dagu diganjal dengan spon
Pastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala nLakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek
Atur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
Atur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi PA.
Selesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
KRITERIA GAMBARAN
Keseluruhan cranium dengan batas atas vertex, batas bawah simphysis menti, bagian samping kanan dan kiri kepala tidak terpotong
Sinus frontalis, maksilaris, ethmoidalis
Dorsum sellae, PCA, bagian superior sinus ethmoidalis
Crista galli
Lingkar orbita
Jarak batas lateral kepala simetris
Marker R/L tervisualisasi
Teknik Radiografi Skull (Proyeksi Lateral)
Pengertian : Teknik Radiografi Kepala
posisi lateral adalah Teknik pemeriksaan
radiografi untuk memperlihatkan kelainan anatomi dan patologis yang hanya dapat
diperlihatkan
pada
posisi
lateral
kiri
/
kanan.
Prosedur Persiapan Pasien Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala Posisi Pasien Prone atau duduk tegak, recumbent, semiprone (Sim’s) Position Tahan nafas pada saat eksposi. Catatan : pada pasien dengan posisi recumbent pemberian fiksasi di bawah dagu akan membantu agar posisi dapat true lateral Struktur yang ditampakkan Bagian yang menempel dengan film ditampakkan dengan jelas. Sella tursika mencakup anterior dan posterior clinoid dan dorsum sellae ditampakkan dengan jelas.
Teknik Radiografi Skull (Proyeksi AP Axial Towne Method) Pengertian Teknik Radiografi Skull (Proyeksi AP Axial Towne Method adalah
teknik pemeriksaan untuk menunjukkan adanya lelainan anatomis dan patologi didaerah pituitary dan sekitarnya Persiapan Pasien Lepaskan semua bahan logam, plastik, dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran
pada
daerah
kepala
Tahan nafas saat eksposi Struktur yang ditampakkan. • 37 derajat : dorsum sella dan posterior clinoid process tam pak berada pada foramen magnum. • 30 derajat : anterior clinoid tampak dengan jelas, jauh dari kedua petrous ridge, berada diatas foramen magnum, dorsum sellae tampak diatas foramen magnum, perimposisi dengan occipital bone. 14.Mammae dan testis a. PENGERTIAN Mammografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian mammae (payudara) dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif atau tidak untuk menegak kandiagnosa b. TUJUAN Tujuan umum untuk melihat susunan anatomis dan patologis. Tujuan khusus untuk melihat sol abnormal. c. INDIKASI • Screening Test • Karsinoma (Ca)
• Fibroma • Benjolan pada payudara • Sumbatan d. PERSIAPAN PASIEN 1. Informasi dan komunikasi yang baik dan jelas tentang pelaksanaan pemeriksaan Mengganti pakaian dan melepas benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran pemeriksaan. e. PERSIAPAN ALAT 1. Mammografi Unit • Anoda Mo • Kaset khusus : Singgle screem • Ada Conus • Filter : Mo 2. Film khusus mammografi : • Non Screen • High Definition Tujuan • Menghindari dosis radiasi yang diterima pasien melampaui batas yang diijinkan. • Menghindari kerusakan organ tubuh lain yang peka terhadap radiasi. Tindakan • Dilakukan hanya bila ada perintah dokter. • Luas lapangan seminimal mungkin. • Bekerja seteliti mungkin. f. PROSEDUR PEMERIKSAAN 1. Mediolateral Posisi Pasien Recumbent dan sedikit oblique ke posterior Posisi Obyek • Bagian mamae yang difoto dekat kaset. • Mammae diletakkan di atas kaset dengan posisi horizontal. • Lengan posisi yang difoto di atas sebagai ganjal kepala.
• Lengan lain menarik mamae yang tidak difoto ke arah mediolateral agar tidak superposisi dengan lobus lain. Sedekat mungkin (konus menempel mamae), bila perlu kontak NB : teknik soft tissue teknik 2. Superoinferior Posisi Pasien Duduk/erect Posisi Obyek • Mammae diletakkan diatas kaset. • Film diatur horizontal. • Tangan sebelah mammae yang difoto menekan kaset kearah dalam posterior dan tangan lain di belakang tubuh • Sebaiknya dengan sistem kompresi (mengurangi ketebalan mamae agar rata & tipis) • Kepala menoleh kearah yang berlawanan 3. Aksila Tujuan : untuk melihat penyebaran tumor pada kelenjar aksila. Posisi Pasien Erect Posisi Obyek • Dari posisi AP tubuh yang tidak difoto dirotasikan posterior 15 – 300 sehingga sedikit oblique. • Obyek diatur ditengah film. • Film vertikal pada tepi posterior. • Batas atas film pada costae 11-12. • Lengan sisi yang difoto diangkat ke atas dan fleksi dengan tangan di belakang kepala, lengan yang tidak difoto di samping tubuh. 15.Pengertian, tujuan, indikasi USG a.
Pengertian Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitr aan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka.
b. Indikasi -
Nyeri abdomen
-
Kehamilan
-
Tumor abdomen
-
Kelainan organ genitalia
-
Kelainan usus
-
Melihat GIT bawah
-
Melihat sistem urinaria
16.INDIKASI PENGGUNAAN USG 1. Indikasi USG Obstetri Tabel 1. Indikasi untuk melakukan USG di trimester pertama kehamilan Konfirmasi kehamilan intrauterine (mencari adanya yolksac) Evaluasi kecurigaan kehamilan ektopik Mencaritahu penyebab perdarahan vagina Evaluasi nyeri panggul Memperkirakan usia gestasi Diagnosis/evaluasi kehamilan multipel Konfirmasi aktifitas jantung Membantu dalam pengambilan sampel vili chorion, transfer embrio, memasang/melepas IUD Evaluasi adanya massa di panggul ibu atau kelainan uterus Evaluasi kecurigaan penyakit trofoblastik Sedangkan indikasi untuk melakukan USG di trimester kedua dan ketiga kehamilan dapat dilihat di tabel 2. Tabel 2. Indikasi untuk melakukan USG di trimester kedua dan ketiga kehamilan Memperkirakan usia gestasi Kecurigaan abnormalitas uterus Evaluasi pertumbuhan fetus Evaluasi pertumbuhan janin Perdarahan vagina Kecurigaan hydramnion/oligohydramnion Nyeri abdomen/pelvis Kecurigaan abruptio plasenta Inkompetensi serviks Adanya kemungkinan lahir prematur Menentukan presentasi fetus Abnormalitas penanda kimia Kecurigaan kehamilan multiple Identifikasi/follow up anomali fetus Membantu melakukan amniocentesis Follow up posisi plasenta (jika dicurigai plasenta previa Massa panggul Riwayat anomali kongenital Kecurigaan kehamilan mola Evaluasi kehamilan multipel Kecurigaan kehamilan ektopik Evaluasi kondisi fetal pada pasien yang telat memeriksakan kandungannya
Kecurigaan kematian fetus
Dll.
Sedangkan referensi lain dari National Institute of Health (NIH, 1983-1984) menyebutkan indikasi penggunaan USG pada pemeriksaan obstetrik ginekologik adalah sebagai berikut: 1. Menentukan usia gestasi secara lebih tepat pada kasus yang menjalani seksio sesarea berencana, induksi persalinan, atau pengakhiran kehamilan secara efektif 2. Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah diketahui menderita insufisiensi uteroplasenta, misalnya pre-eklampsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik, diabetes mellitus berat; atau menderita gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi pertumbuhan janin terhambat, atau makrosomia. 3. Perdarahan per vaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum diketahui. 4. Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian terendahnya sulit ditentukan atau letak janin masih berubah-ubah pada trimester ketiga akhir. 5. Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya dua DJJ yang berbeda frekuensinya atau tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia gestasi, dan atau ada riwayat pemakaian obat-obat pemicu ovulasi. 6. Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales. 7. Perbedaan bermakna antara besar uterus dengan usia gestasi berdasarkan tanggal hari pertama haid terakhir. 8. Teraba masa pada daerah pelvik. 9. Kecurigaan adanya mola hidatidosa. 10. Evaluasi tindakan pengikatan serviks uteri (cervical cerclage). 11. Suspek kehamilan ektopik. 12. Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta praevia. 13. Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetoskopi, transfusi intra uterin, tindakan “shunting”, fertilisasi in vivo, transfer embrio, dan “chorionic villi sampling” (CVS). 14. Kecurigaan adanya kematian mudigah / janin. 15. Kecurigaan adanya abnormalitas uterus. 16. Lokalisasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). 17. Pemantauan perkembangan folikel. 18. Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas 28 minggu. 19. Observasi pada tindakan intra partum, misalnya versi atau ekstraksi pada janin kedua gemelli, plasenta manual, dll. 20. Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion. 21. Kecurigaan terjadinya solusio plasentae. 22. Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong. 23. Menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin pada kasus ketuban pecah preterm dan atau persalinan preterm. 24. Kadar serum alfa feto protein abnormal. 25. Pengamatan lanjut pada kasus yang dicurigai menderita cacat bawaan. 26. Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya. 27. Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda. 28. Pemeriksaan janin pada wanita berusia di atas 35 tahun. 2. INDIKASI USG GINEKOLOGI
Mioma uteri, carcinoma uteri, dan kista ovari
17.USG KEPALA dan LEHER USG 1.
KEPALA
Hanya bisa dilakukan pada bayi karena pada bayi fontanelanya masih belum sempurna / masih
membuka jadi bisa dilihat dengan USG 2.
biasanya terdapat perdarahan otak pada bayi.
USG kepala biasanya untuk melihat tumor, hidrocepalus ( peningkatan cairan LCS ), sumbatan,
perdarahan. USG TYROID 1.
TRAKHEA
2.
Kanker Tiroid
3.
Ada NODUL / ga
4.
ACCS / ACCD prinsip utama yang dilihat pada thyroid
a)
ukuran tyroid
b) nodul c)
ada pendesakan / tidak
d)
kapsul thyroid
18. CT SCAN KEPALA dan LEHER Pengertian : CT, atau CAT scan, adalah tes X-ray khusus yang menghasilkan gambar penampang dari tubuh dengan menggunakan sinar-X dan komputer. CT scan juga disebut sebagai tomografi aksial komputerisasi. Tujuan : CT kepala atau otak digunakan untuk mengevaluasi berbagai struktur otak untuk mencari massa, stroke , daerah perdarahan, atau kelainan pembuluh darah kelainan tengkorak (fraktur). CT leher memeriksa jaringan lunak leher dan sering digunakan untuk mempelajari benjolan atau massa di leher atau untuk mencari pembesaran kelenjar getah bening atau kelenjar. Indikasi Umum:
• Curiga neoplasma otak , massa, lesi, atau tumor • Mestastase Otak • Perdarahan intrakranial • Aneurisma • Abses • Atrofi Otak • Kelainan post trauma (seperti hematoma epidural dan subdural) • Kelainan kongenital (Bontrager, 2001)
19. CT SCAN WHOLE BODY Pengertian : Whole Body CT-Scan adalah suatu pembangkit radiasi yang digunakanuntuk foto seluruh bagian tubuh pasien dengan sistem “computerizetomography scanning”
Indikasi : CT dari dada sering digunakan untuk studi lebih lanjut suatu kelainan pada dada polos X-ray. Hal ini juga sering digunakan untuk mencari pembesaran kelenjar getah bening.
ginjal, pankreas, dan kelenjar adrenal) dan saluran pencernaan. Studi-studi ini sering diperintahkan untuk memeriksa penyebab rasa sakit dan kadang-kadang untuk menindaklanjuti kelainan dilihat pada tes lain seperti USG. Seringkali metode terbaik untuk mendeteksi kanker, termasuk paru-paru, ginjal hati, dan kanker pankreas, karena gambar memungkinkan dokter untuk mengkonfirmasi kehadiran tumor dan mengukur ukuran, lokasi yang tepat dan sejauh keterlibatan tumor dengan terdekat lainnya jaringan.
CT umumnya digunakan untuk menilai emboli paru (bekuan darah di pembuluh paru) serta untuk aneurisma aorta abdominal (AAA). Untuk anak-anak, CT pencitraan yang lebih sering digunakan untuk mengevaluasi: limfoma, neuroblastoma, ginjal tumor, bawaan kelainan dari ginjal jantung dan pembuluh darah, cystic fibrosis, komplikasi apendisitis akut, komplikasi pneumonia, inflamasi penyakit usus.
Persiapan : Pendahuluan Pemeriksaan CT Whole Abdomen mencakup abdomen atas , abdomen bawah dan abdomen pelvis. CT Whole Abdomen secara garis besarnya terdiri dari pemeriksaan CT Abdomen rutin/ reguler / terprogram dan pemeriksaan CT Abdomen secara emergency khususnya pada kasus akut abdomen ( trauma abdomen ), yang penatalaksaanaannya dapat dilakukan dengan injector dan non injector. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT Whole Abdomen baik yang rutin / reguler khususnya emergency sebaiknya dilakukan pemeriksaan radiologi konvensional yaitu : a. Plain foto abdomen. b. Abdomen 3 posisi. c. USG Abdomen. Bila dari pemeriksaan tersebut ada indikasi guna menunjang menegakkan diagnosa lebih lanjut dapat dilakukan pemeriksaan CT Whole Abdomen.
Persiapan alat/ bahan :
a) Pastikan pesawat CT SCAN telah di warming up dan atau kalibration untuk meningkatkan kualitas image yang lebih baik. b) Siapkan bahan kontras dengan perbandingan ( 1 : 40 ) sebanyak 120 cc. c) Peralatan / alkes yang harus disiapkan : * Bahan kontras sebanyak 100 cc. * Syringe injector dan conecting injector/spuit 20 cc 4 buah. * Surflo 20 W/Flash / Wing nedle 21. * Folley Cath 20/24. * Spuit 200 cc. * Adrenalin 1ml * Kalmetason 1ml Persiapan pasien : 1. Surat persetujuan tindakan medis(inform consent ). Sebelum pasien / keluarga pasien ( suami, anak, saudara ) harus diberikan informasi yang akurat tentang pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko yang timbul akibat pemeriksaan tersebut, khususnya akibat