BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Foto toraks sebaiknya selalu dilakukan pada penderita dengan trauma yang
mengancam nyawa. Dengan foto toraks ini dapat dilihat pneumotoraks, hematotoraks, fraktur iga, cedera mediastinum dan kadang-kadang juga dapatdilihat cedera pada diafragma. Pada penderita yang syok, tanpa tanda perdarahan diluar, biasanya terjadi perdarahan didaerah fraktur di dalam toraks atau di abdomen.1 Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul.Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman dan tembakan. Cedera toraks sering disertai dengan cedera perut, kepaladan ekstrimitas sehingga merupakan cedera majemuk.1 Cedera dada yang memerlukan tindakan darurat adalah obstruksi jalan nafas, hemotoraks besar, tamponade jantung, pneumotoraks desak, flail chest, pneumotoraks terbuka, dan kebocoran udara trakeobronkial. Semua kelainan ini menyebabkan gawat dada atau toraks akut analog dengan gawat perut, dalam arti diagnosis harus ditegakkan secepat mungkin dan penanganan dilakukan segera untuk mempertahankan pernafasan, ventilasi paru dan pendarahan. Sering tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan penderita bukan merupakan tindakan operasi seperti membebaskan jalan nafas, aspirasi rongga pleura, aspirasi rongga perikard, dan menutup sementara luka dada. Akan tetapi kadang diperlukan torakotomi darurat.1
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi dan Fisiologi Dada berisi organ vital paru dan jantung. Rangka dinding toraks, yang dinamakan
compage thoracis yang dibentuk oleh columna vertebralis di belakang, costae dan spatium intercostalis di samping dan sternum serta rawan iga di depan. Di superior toraks, berhubungan dengan leher melalui aperture thoracis superior dan di inferior dipisahkan dari abdomen oleh diafragma. Cavitas thoracis dapat dibagi dalam bagian median yang dinamakan mediastinum, dan bagian lateral yang ditempati oleh paru-paru dan pleura. Dengan cara ini terbentuk dua kantong membranosa yang dinamakan cavitas pleuralis pada setiap pinggir toraks antara paru-paru dan dinding toraks.2
Gambar 2.1:
Anatomi Rangka Dinding Toraks
Trakea terbentang dari pinggir bawah cartilage cricoidea (berhadapan dengan corpus vertebrae cervical VI) di leher sampai setinggi angulus sterni padatoraks. Trakea terdapat di garis tengah dan berakhir tepat di sebelah kanan garis tengah dengan bercabang menjadi bronchus principalis dextra dan sinistra.2 Masing-masing paru mempunyai apeks yang tumpul, yang menjorok ke atas, masuk ke leher sekitar 2,5 cm diatas klavikula, facies costalis yang konveks, yang berhubungan Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 2
dengan dinding dada dan facies mediastinalis yang konkaf, yang membentuk cetakan pada perikardium dan struktur mediastinum lain. Sekitar pertengahan permukaan kiri, terdapat hillus pulmonalis, suatu lekukan dimana bronkus, pembuluh darah, dan saraf masuk ke paruparu untuk membentuk radiks pulmonis.2 Di inferior, toraks berhubungan dengan abdomen melalui lubang besar yang dinamakan aperture thoracis inferior . Lubang ini dibatasi oleh articulatio xiphosternalis, arcus costae , dan corpus vertebrae thoracical XII.2 Pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang mengembang dan mengempis. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan, yaitu m.intercostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar dan paru-paru mengembang sehingga udara terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.1
Gambar 2.2 : Anatomi Paru Sebaliknya, bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil kembali dan udara terdorong ke luar. Sementara itu, karena tekanan intraabdomen, diafragma akan naik ketika m.interkostalis tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini,yaitu kelenturan dinding toraks, kekenyalan paru dan tekanan intraabdomen menyebabkan ekspirasi jika otot interkostal dan diafragma kendur dan tidak mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian, ekspirasi merupakan kegiatan yang pasif.1
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 3
Jika pernafasan gagal karena otot pernafasan tidak bekerja, ventilasi paru dapat dibuat dengan meniup cukup kuat agar paru mengembang di dalam toraks bersamaan dengan mengembangnya toraks. Hal ini dilakukan pada ventilasi dengan respirator atau pada resusitasi dengan nafas buatan mulut ke mulut.1 Jantung merupakan organ muscular berongga yang bentuknya mirip piramid dan terletak di dalam perikardium di mediastinum. Basis kordis dihubungkan dengan pembuluh pembuluh darah besar, meskipun demikian terletak bebas di dalam perikardium. Jantung juga mempunyai apeks yang arahnya ke bawah, depan dan ke kiri. Apeks ini dibentuk oleh ventriculus sinister mengarah ke bawah depan dan kiri. Apeks terletak setinggi spatium intercostalisV sinistra, Sembilan cm dari garis tengah. Basis cordis berbentuk piramid dan terletak berlawanan dengan apeks. Batas kanan jantung dibentuk oleh atrium dextra, batas kiri oleh aurikula sinistra dan dibawah oleh ventrikulus sinistra. Batas bawah terutama dibentuk oleh ventrikulus dekstra tetapi juga oleh atrium dekstra dan apeks oleh ventrikulus sinister. Batas-batas ini penting pada pemeriksaan radiografi jantung.1
Gambar 2.3 :
2.2
Anatomi Radiografi Toraks Normal (lange)
Definisi dan Epidemiologi Trauma Toraks Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Definsi ini
memberikan gambaran superfisial dari respon fisik terhadap cedera. Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur dibawah 35 tahun. Di Indonesia, trauma
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 4
merupakan penyebab kematian nomor empat, tetapi pada kelompok umur 15-25 tahun, trauma merupakan penyebab kematian utama.1 Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul. Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman dan tembakan. 1 Trauma toraks yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat adalah trauma tumpul toraks (90%), biasanya sebagai akibat dari kecelakaan sepeda motor. Insiden trauma tembus seimbang atau lebih sedikit, dan banyak luka tembus pada dada dapat ditanggulangi dengan tube thoracostomy.3
Gambar 2.4 :
Mekanisme Trauma
Trauma tumpul toraks dapat mempengaruhi komponen dinding toraks dan rongga toraks. Trauma ini dapat mencederai tulang (iga, klavikula, skapula dan sternum), paru dan pleura, trakeobronkial, esofagus, jantung, pembuluh darah besar toraks, dan diafragma.4 Dan lapisan fasia, untuk mengidentifikasi saluran luka, dan untuk mendeteksi luka yang mengenai peritoneum atau pleura parietalis.7
2.3
Peranan Radiologi Pada Kasus Trauma Toraks Tujuan pemeriksaan radiologis :5 1. Mencari adanya fraktur tulang-tulang dinding dada 2. Mencari adanya benda asing (luka tembak) 3. Mencari adanya kelainan pada mediastinum 4. Mencari adanya hematotoraks, pneumotoraks Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain :
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 5
1. Radiografi konvensional Radiografi dipakai sebagai dasar untuk mencari fraktur, pneumotoraks,
hematotoraks,
benda
asing,
dan
melihat
kelainandiafragma sinus.5 Radiografi toraks merupakan hal penting dalam traumatoraks, hanya dalam kasus yang bisa mengancam nyawa, radiografitoraks bisa ditunda. Penilaian sistematis dari radiografi dapat menemukan kelainan yang terlihat dan yang tidak terlihat secara klinis. Tulang-tulang toraks, yaitu tulang iga, klavikula, skapula dan vertebra dapat dinilai apakah terjadi fraktur atau tidak, terutama untuk tulang iga harus lebih diperhatikan.5 2. USG USG
digunakan
untuk
melihat
adanya
efusi
pleura.Ultrasonografi sangat berguna, yang merupakan teknik yang sederhana dalam diagnosis cedera diafragma. Ultrasonografi juga digunakan untuk mengevaluasi pasien yang mengalami luka tusuk daerah torakoabdominal, yang digunakan untuk melukiskan subkutan dan lapisan fasia, untuk mengidentifikasi saluran luka, dan untuk mendeteksi luka yang mengenai peritoneum atau pleura parietalis.7
2.4
Trauma Aorta dan Pembuluh Darah Besar Sampai dengan 15% dari semua kematian akibat kecelakaan kendaraan bermotor
adalah karena cedera aorta torakalis. Banyak dari pasien ini meninggaldi TKP akibat transeksi aorta lengkap. Pasien yang bertahan hidup yang diantar ke instalasi gawat darurat biasanya memiliki cedera dinding aorta yang kecil atau parsial dengan formasi pseudoaneurysm.1 Trauma pembuluh darah besar (dengan atau tanpa robekan aorta yang serentak) terjadi pada 1-2% pasien dengan trauma tumpul toraks. Hematommediastinum superior perivaskuler atau hematom servikal inferior, khususnya pada keadaan fraktur kosta superior
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 6
atau dislokasi sternoklavikular posterior,harus segera mendapat perhatian untuk trauma pembuluh darah besar atau trauma pada struktur lain di dalam toraks.3 Pemeriksaan Radiologis Tanda-tanda radiografi dada dari trauma aorta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang kecil. Tanda-tanda radiografi yang paling sensitif (tetapi tidak spesifik) adalah pelebaran mediastinum dan kehilangan definisi dari arkus aorta. Radiografi dada yang normal memiliki nilai prediksi negatif tinggi (98%) tetap inilai prediksi positif yang rendah untuk trauma aorta.3
Gambar 2.5 : pada ismus aorta.
Laserasi aorta A.Pelebaran mediastinum non spesifik B. Aortogram menunjukkan laserasi 3
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 7
Tabel 2.1 :
2.5
Tanda Radiografi dada pada Trauma Aorta3
Trauma Parenkim Paru Kontusio paru dapat menyebabkan edema dan menumpuknya darah diruang alveolar
serta hilangnya struktur dan fungsi paru-paru yang normal. Cedera tumpul paru yang berkembang selama 24 jam, menyebabkan gangguan pertukaran gas dan peningkatan resistensi pembuluh darah paru. Dalam hal ini dapat terjadi pula, reaksi inflamasi yang signifikan pada paru-paru, dan 50-60% dari pasien dengan kontusio paru yang signifikan akan berkembang menjadi Respiratory Distress Syndrome bilateral akut (ARDS).1 Gambaran Klinis Kontusio paru jarang didiagnosis pada pemeriksaan fisik. Mekanisme cedera mungkin mengarahkan pada trauma tumpul dada, dan mungkin ada tanda-tanda jelas trauma dinding dada seperti memar, patah tulang rusuk atau flail chest. Hal ini dapat menunjukkan adanya kontusio paru yang mendasari. Sekitar 50% pasien dengan kontusio paru mengalami hemoptisis. Kontusio ini dapat terjadi dengan atau tanpa fraktur iga.1,9 Pemeriksaan Radiologis Pada pemeriksaan radiologi tampak bayangan bercak di paru. Opasifikasi abnormal parenkim paru pada pasien trauma dapat sebagai hasil dari atelektasis, aspirasi, edema, Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 8
pneumonia, trauma paru-paru (kontusio dan laserasi) dan biasanya etiologinya multifaktorial. Kontusio paru-paru (lung bruis) dapat berakibat pada kebocoran darah dan edema cairan ke dalam interstisial dan ruangalveolar. Laserasi paru-paru merupakan trauma yang lebih berat yang mengakibatkan gangguan arsitektur paru-paru.3
Gambar 2.7: Laserasi Paru. A. Radiografi dada posisi AP supinasi seorang laki-laki usia16 tahun yang mengalami trauma dada, terlihat bayangan opak pada paru kanan dan beberapa iga yang patah. B. radiografi dada yang dibuat 4 hari kemudian, terlihat beberapa bayangan lusen berbentuk bulat dengan bayangan opak pada paru kanan yang menunjukkan laserasi paru dan perkembangan pneumatocele3
Cedera yang terkait sabuk pengaman dapat menyebabkan kontusio pada jaringan subkutan dan lemak dari dinding dada anterior. Hal ini dapat diidentifikasi pada CT scan. Cedera sabuk pengaman berat dapat menyebabkan lecet kulit yang berhubungan dengan luka dalam pada 30% pasien.7
Gambar 2.9 : Radiografi dada pada seorang laki-laki dengan trauma dada tumpul terlihat perdarahan pada lobus atas paru kiri, dan emfisema. Pasien dengan hemoptisis setelah cedera.7
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 9
Insiden fraktur sternum sebenarnya lebih tinggi pada pengguna sabuk pengaman daripada bukan pengguna; patah tulang terjadi pada 2 cm dari persimpangan manubriumtulang dada.7
2.6
Trauma Trakeo-bronkial Insiden trauma trakheobronkhial (ITT) dilaporkan sebesar 0,4% sampai1,5% dalam
serial klinis trauma tumpul mayor. Trauma tumpul yang berat dapatmenyebabkan ruptur jalan napas, dan trauma pada struktur-struktur lain seperti kerangka toraks, paru-paru, dan pembuluk darah besar sepertinya. Ketika trakeaintratorasis atau bronkus terluka, aorta adalah yang paling sering dihubungkan dengan struktur yang terluka. ITT dihubungkan dengan 30% dari seluruh angka kematian, yang tersering dari trauma yang berhubungan.3 Ruptur trakea servikal dapat terjadi sebagai sebuah “clothesline injury” ketika leher tertarik pada kecepatan yang tinggi yang berkontak dengan tali,kawat, atau kabel oleh individu yang sedang mengendarai berbagai jenis kendaraan rekreasi atau sedang berlari. Laserasi trakea bisa juga terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor ketika leher pengendara menghantam puncak dari roda stir, kompresi jalan napas yang melawan vertebra. Kerusakan trakea dan bronkus akan menyebabkan pneumomediastinum dan emfisema subkutis yang luas.1,3 Trauma pada trakea mediastinum atau bronkus utama dapat menghasilkan pneumomediastinum yang dengan cepat menyebar ke dalam leher dan wajah, bahu, dan dinding dada.3 Pneumomediastinum merupakan suatu tanda yang lebih spesifik ITT dari pada pneumotoraks, karena pneumotoraks biasanya terlihat bersama fraktur iga. Pneumotoraks terlihat dalam 60% sampai 100% kasus ITT, akan tetapi hal ini mungkin tidak dijumpai jika outer adventitial sleevedari sisa bronkus intak dan tidak ada kebocoran udara. Pada banyak kasus, pneumotoraks akan respon terhadap penempatan thorax tube, sehingga reekspansi paru-paru tidak meniadakan trauma trakheobronkhial.3 Pemeriksaan Radiologis Sebuah indikasi dari robekan trakea adalah elevasi tulang hyoid ke atas level C3, yang dapat terlihat pada radiografi lateral dari vertebra sevikal. Hal ini terjadi sebagai akibat dari trauma otot-otot infrahyoid, yang menyebabkan elevasi yang searah dari tulang hyoid oleh Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 10
perototan suprahyoid. Tanda lain dari transeksitrakea adalah overdistensi akut dari cuff pipa endotrakea (ETT), secara langsung dimana ini menambah diameter normal trakea. Pada ruptur trakea, balon bias mendekati ujung ETT sebagai hasil dari ekspansi distal dari balon pada robekan, dengan herniasi parsial balon ke dalam robekan seperti Tube yang berpindah kedalam jalan napas atau direposisi kembali.3 Tanda fallen lung sign jarang terlihat namun sangat menyokong tanda robekan bronkial yang bisa terlihat pada radiografi dada dan CT. Tanda ini mengarah kepada paruparu yang jatuh secara lateral dan posterior pada posisi supinasi dan jatuh secara inferior menjauh dari hilus pada posisi atas kanan. Normalnya dengan sebuah pneumotoraks, pergerakan paru ke dalam ke arah hilus.
Gambar 2.10 :Trakeal tear . Radiografi dada posisi supinasi AP pada wanita muda yang menglami kecelakaan lalu lintas yang menunjukkan overdistensi balonendotrakeal tube pada sisi dimana terjadi herniasi balon melalui trakeal tear .3
2.7
Ruptur Diafragma Ruptur akut diafragma terjadi pada 1-7 % pasien dengan trauma tumpulyang hebat,
dan kesalahan diagnosis pada pemeriksaan awal terjadi lebih dari 66%.Hernia karena trauma tumpul kebanyakan terjadi di bagian tendineus kiri karena di sebelah kanan dilindungi oleh hati. Visera seperti lambung dapat masuk ke dalam rongga toraks segera setelah trauma, atau berangsur angsur dalam waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun.1 Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 11
Pemeriksaan Radiologis Tujuh puluh lima hingga 95% pasien dengan ruptur akut diafragma memiliki gambaran radiografi toraks yang abnormal, namun hanya 17 hingga 40% yang ditemukan pada radiografi. Hal yang didapat pada gambaran radiografiruptur termasuk gambaran diafragma normal, pneumotoraks, perpindahan tempat dari isi perut, seperti hati, limpa, kolon ataupun sedikit traktus urinarius ke dalam toraks, perpindahan tempat dari NGT di dalam gaster, pleura efusi, basilar opacity yang menyebabkan gambaran yang tidak biasa pada diafragma, gambaran elevasi dari diafragma, kontur diafragma yang tidak teratur, fraktur tulang iga dan pergeseran mediastinum pada kejadian pleura efusi ataupun pnemotoraks.3 Angka kejadian ruptur hemidiafragma kanan mungkin sama dengan angka kejadian ruptur hemidiafragma kiri, walaupun tampilan klinis cedera lebih sering disadari pada sebelah kiri. Pada penegakkan diagnosis tidak selalu mudah, pasien mungkin tidak merasakan gejala apapun, ataupun inkarserasi dari hernia abdominal visera dapat terjadi lama setelah kejadian trauma.3 Tabel 2.2 : Penemuan Radiologi pada Ruptur Diafragma3
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 12
Gambar 2.12 : Ruptur Diafragma. Radiografi toraks AP posisi supine pada wanita berusia24 tahun yang mengalami kecelakaan kendaraan.Terlihat herniasi dari isi perut yang mengembung melampaui diafragma kiri ke dalam hemitoraks kiri (pada panah putih danhitam). Terlihat pergeseran mediastinum ke kanan, fraktur iga kiri, dan opaksikasi dari paru kiri akibat cedera parenkim.3 Gambar 2.13 : Ruptur Diafragma. Foto toraks AP posisi supinepada kasus kecelakaan kendaraan. Terlihat massa di hemitoraks bagian bawah kiri yang tak terlihat herniasi.Perpindahan tempat dari NGT (panah), dan pergeseran mediastinum ke kanan. 3
Gambar 2.14 : Ruptur diafragma. A. Radiografi toraks AP posisi supine pada pasien kecelakaan motor yang terlihat opaksikasi hemitoraks kiri dan pneumotoraks kiri (panah). Hemidiafragma kiri tidak terlihat. 3
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 13
2.8
Trauma Tulang Toraks Cedera iga, klavikula, scapula, sternum, dan tulang belakang bisa terjadi bahkan oleh
trauma tumpul. Fraktur tulang belakang toraks terjadi sekitar 16%-30% dari keseluruhan cedera tulang belakang dan dapat menyebabkan gangguan neurologi yang berat pada hampir 60% pasien.7 Gambaran Klinis Diagnosis patah tulang ditentukan berdasarkan gejala dan tanda nyeri local. Nyerinya berupa nyeri lokal dan kompresi kiri-kanan, muka-belakang, dan nyeri pada gerak nafas.Jika terjadi patah tulang iga multiple, biasanya dinding toraks tetap stabil. Akan tetapi, bila beberapa iga mengalami patah tulang pada dua tempat, suatu segmen dinding dada akan terlepas dari kesatuannya.1
Pemeriksaan Radiologis Radiografi tulang belakang torakal dilakukan untuk menilai tulang belakang torakal, namun akan lebih optimal jika ditambah dengan foto frontal dan lateral dari dada, ataupun ditambah dengan CT Scan. Tujuh puluh persen hingga 90% fraktur tulang belakang dapat dilihat dengan radiografi konvensional. Yang dinilai adalah disrupsi korteks, ukuran vertebra yang abnormal, bentuk, densitas,dan lokasi. CT dan MRI mungkin dapat memberikan gambaran komplikasi darifraktur dan hanya dilakukan untuk menilai integritas dari spinal cord dan ligamenintervertebra. CT dan MRI berguna untuk membedakan brust fracture yang stabil dan yang tak stabil, dan perluasan fraktur kompresi anterior.3 Fraktur iga atas, klavikula, dan sternum bagian atas biasanya diikuti cedera pleksus brakial dan vaskular pada 3%-15% pasien. Fraktur iga bawah biasanya juga mengenai cedera limpa, hati dan ginjal, yang dapat dikonfirmasi dengan CT scan. Fraktur iga bisa mengakibatkan laserasi pada pleura dan paru, yang dapat menyebabkan hematoma, hemotoraks, ataupun pneumotoraks. Fraktur lima iga atau lebih pada iga yang terpisah atau lebih dari tiga iga yang berdekatan (satu iga fraktur di dua tempat atau lebih) bisa menyebabkan gangguan gerakan paradoksal yang akan menyebabkan gangguan mekanis lalu menyebabkan atelektasis dan infeksi paru.
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 14
Fraktur sternum, terjadi pada 8% trauma toraks, dapat menyebabkan kontusio jantung dan sering tidak memberikan gejala klinis yang jelas padaawalnya. Fraktur jenis ini tidak tidak dapat dilihat pada foto toraks PA, foto lateral lebih jelas biasanya, namun biasanya lebih tampak lagi dengan CT Scan. Fraktur sternum yang sering terjadi dengan hematoma retrosternal, sekitar 58%-80% angka kejadian.3 Dislokasi ke posterior dari klavikula bisa menyebabkan cedera pembuluh darah yang berat, nervus mediastinum atas, trakea, dan esofagus. Walaupun dislokasi sternoklavikula dapat dilihat dengan radiografi dada, namun ini lebih mudah dilihat dengan CT. Fraktur skapula didiagnosis berdasarkan foto toraksinisial pada setengah pasien. Ketika fraktur skapula tidak terlihat pada foto toraksinisial, mungkin fraktur terjadi pada bagian retrospektif pada 725 kasus, tidak termasuk dalam pengobatan (19%), kasus foto yang kabur akibat superimposed structureatau artefak (9%). CT paru, khususnya digunakan secara kombinasi dengan radiografi konvensional, pada banyak kasus fraktur skapula. Fraktur skapula biasanya menyebabkan sedikit komplikasi pada pasien.3
Gambar 2.18 : radiografi dada posisi PA, yang diambil 10 hari setelah trauma,menunjukkan fraktur communited skapula kanan(panah).3
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 15
Gambar 2.19 : Radiografi dada menunjukkan fraktur iga dan hemototaks kiri. 7 Gambar 2.20 : USG iga (A) Normal (B) Fraktur Iga 13
2.9
Manifestasi Pleura Pada Trauma Toraks Pneumotoraks terjadi karena ada hubungan terbuka antara rongga dadadan dunia
luar.Hubungan ini mungkin melalui luka di dinding dada yang menembus pleura parietalis atau melalui luka di jalan nafas yang sampai ke pleuraviseralis. Jika luka penyebab tetap terbuka, paru akan menguncup karena jaringan paru bersifat elastik dan karena tak ada tekanan negatif yang menyedotnya.1 Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 16
Pneumotoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura dimana masuknya udara didalam rongga pleura dapat dibedakan menjadi :12 1. Pneumotoraks spontan timbul sobekan subpleura dan bulla sehingga udara saluran pernafasan masuk ke dalam rongga pleura melalui suatu lobang robekan atau katup. Keadaan ini dapat terjadi berulang kali dan menyebabkan suatu keadaan yang kronis. Penyebab lain adalah suatu trauma tertutup pada dinding dan fistula bronkopleural akibat neoplasma dan inflamasi. 2. Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk atau pneumotoraks artifisial dengan tujuan terapi dalam hal pengecilan kavitas proses spesifik yang sekarang tidak dilakukan lagi. Tujuan pneumotoraks sengaja lainnya adalah untuk diagnostik membedakan massa apakah berasal dari pleura atau jaringan paru. Penyebab lain adalah akibat tindakan biopsi paru dan pengeluaran cairan pleura. 3. Masuknya udara yang melalui mediastinum yang biasanya disebabkan oleh trauma pada trakea dan esofagus akibat tindakan pemeriksaan dengan alat-alat (endoskopi) atau benda asing tajam yang tertelan. Keganasan dalam mediastinum dapat pula mengakibatkan udara dalam rongga pleura melalui fistula antara saluran nafas proksimal dan rongga pleura. 4. Udara berasal dari subdiafragma dengan adanya robekan lambung akibat suatu trauma atau abses subdiafragma dengan kuman pembentuk gas.
Gambar 2.21 : Pneumotoraks desak. Mediastinum makin terdorong ke sisi yangsehat.A. pada inspirasi, udara masuk ke rongga pleura melalui luka di pleura parietalis dan dinding dada atau melalui luka di pleura viseralis dan paru. B. padaekspirasi, (1) udara tidak dapat keluar karena luka yang bersifat katup tertutup ,(2) tekanan tinggi mendesak vena kava inferior maupun superior 1
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 17
Gambaran Klinis Pasien akan merasa nyeri dan sesak nafas, pada pemeriksaan fisik mungkin dada tampak asimetris, fremitus menurun sampai hilang, perkusitimpani, dan suara nafas menurun atau hilang. Dapat timbul sianosis, takipnea dantanda hipoksia yang lainnya.2,11
Gambar 2.22 : Pneumotoraks desak dan emfisema. 1. Wajah dan leher bengkak karenaudara. 2. Udara di rongga pleura. 3. Gelembung udara di jaringan 4. Luka dinding toraks.5.Pergeseran mediastinum.
Pemeriksaan Radiologis Pneumotoraks terlihat pada radiografi dada pada hampir 40% pasien dengan trauma tumpul dada dan pada sampai dengan 20% dari pasien dengan luka penetrasi dada. Penyebab paling umum pada trauma tumpul dianggap patah tulang rusuk yang menembus pleura viseral, namun, pneumotoraks pada tidak adanya patah tulang rusuk kadang-kadang terlihat pada orang dewasa dan umumnya terlihat pada anak-anak. Udara pleura akan naik ke bagian yang paling nondependen toraks pada apeks pada pasien tegak dan pada aspek kaudal anterior ruang pleura pada pasien terlentang.3 Tanda-tanda radiografi pneumotoraks pada pasien telentang meliputi (a) tanda sulkus dalam, yang merupakan, lusen sulkus kostofrenikus; (b) peningkatan relatif dalam lusensi di basal paru-paru yang terkena, dan (c) tanda diafragma ganda, yang dibentuk oleh permukaan antara bagian ventral dan dorsal dari pneumotoraks dengan aspek anterior dan posterior hemidiafragma tersebut. CT jauh lebih sensitif untuk mendiagnosis pneumotoraks pada pasien terlentang daripada radiografi dada dan mengidentifikasi pneumotoraks yang tidak
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 18
dapat dilihat pada radiografi konvensional telentang dalam 10%-50% dari pasien yang telah menderita trauma tumpul pada dada.3
Gambar 2.23 : Tension Pmeumothorax7
Pneumomediastinum dapat terjadi dalam hubungan dengan pneumotoraks. Hal ini dapat didiagnosis pada radiografi dada dengan gambaranlusen abnormal dalam mediastinum yang menonjolkan kontur dari aorta dan arteri pulmonal dan displace pleura mediastinum ke lateral, dan continuous diafragma sign, yang dihasilkan oleh kehadiran udara antara perikardium dan diafragma.3
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 19
BAB III KESIMPULAN
3.1Kesimpulan Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul. Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman dan tembakan. Cedera toraks sering disertai dengan cedera perut, kepala dan ekstrimitas sehingga merupakan cedera majemuk. Adapun tujuan pemeriksaan radiologis antara lain adalah mencari adanya fraktur tulang-tulang dinding dada, adanya benda asing (luka tembak), kelainan pada mediastinum, hematotoraks, pneumotoraks. Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada seseorang yang mengalami trauma toraks diantaranya adalah trauma aorta dan pembuluh darah besar, trauma parenkim paru, trauma trakeobronkial, trauma tulang dada, ruptur diafragma, trauma jantung, trauma esophagus dan trauma jaringan lunak dinding dada.
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 20
DAFTAR PUSTAKAN 1. Sjamsuhidajat,R dan Wim De Jong. Trauma dan Bencana. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC.2003. 2. Snell, Richard S. Thorax. Dalam Anatomi Klinik. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002. 3. Collins, Jannette and Eric J. Stern. Chest Trauma. In Chest Radiology. 2ndEdition. Washington; Lippincott Williams & Wilkins. 2008 4. Mancini, Mary C et all. Blunt Chest Trauma. Available at http://emedicine.medscape.com/article/428723-overview. 5. Ghazali, Rusdi. Kasus Cito. Dalam Radiologi Diagnostik . Yogyakarta; Pustaka Cendekia Press.2008. 6. Khan, Nawas Ali. Thoracic Trauma Imaging. www.imagingpathways.health.wa.gov.au/includes/dipmenu/chest_trau/refs.html. 7. Thoracic Trauma Imaging. Available athttp://emedicine.medscape.com/ article/357007overview. 9. Mettler, Fred.A. Trauma. In Essential of Radiology. 2nd Edition. Philladelphia; Saunders.2005 10. Rasad,Sjahriar. Pneumothoraks. Dalam Radiologi Diagnotik. Edisi Kedua. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC.1995. 11. Price, Sylvia Anderson dkk. Gangguan Sistem Pernafasan. Dalam Patofisiologi. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.2005. 13. Brooks, Adam et all. Ultrasound for Bony Trauma. In Ultrasound in Emergency Care. UK; Blackwell Publishing. 2004. 14. Hopkins, Richard et all. Chest Trauma. In Greenwich Medical Media.London; Greenwich Medical Media.2003.
Refarat Radiologi │ Damiel Parapat FK UHN
Page 21