TUGAS PROFESI PENDIDIKAN
NAMA : ASBAETY
NIM :1305035080
KELAS : FISIKA REGULER B
MENJADI GURU YANG PROFESIONAL
1
GURU YANG PROFESIONAL DAN EFEKTF
Guru Profesional
C.O Houle (1980), membuat ciri-ciri suatu pekerjaan disebut profesional, yaitu:
1. Harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat;
2. Harus berdasarkan atas kompetensi individual;
3. Memiliki sistem seleksi dan sertifikasi;
4. Ada kerja sama dan kompetisi yang sehat dan antarsejawat;
5. Adanya kesadaran profesional yang tinggi;
6. Memiliki prinsip-prinsip etik;
7. Memiliki sistem sanksi profesi;
8. Adanya militansi individual;
9. Memiliki organisasi profesi.
Guru Efektif
Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas (1989), telah mengelompokkan ciri-ciri guru efektik ke dalam empat kelompok besar, yait:
Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, yang dapat dirinci lagi menjadi:
Memiliki keterampilan antarpersonal, khususnya kemampuan menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan;
Memiliki hubungan baik dengan siswa;
Mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan siswa secara tulus;
Menunjukkan minat dan antusiasme yang tinggi dalam mengajar;
Mampu menciptakan atmosfer untuk tumbuhnya kerja sama dan kekoesifan antarkelompok siswa;
Mampu melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran;
Mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi;
Mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas jika ada.
Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi:
Memiliki kemampuan untuk menghadapi dengan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mamapu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran;
Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa.
Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang meliputi:
Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa;
Mampu memberikan respons yang bersifat membantu terhadap siswa yang lamban belajar;
Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan;
Mampu memberikan bantuan prfesional kepada siswa jika diperlukan.
Memiliki kemampua yang terkait peningkatan diri, meliputi:
Mampu menerapkan kurikulum dengan metode mengajar secara inovatif;
Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran;
Mampu memanfaatkan perencaaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan.
Implementasi di Ruang Kelas
Semua upaya guru dalam menampilkan wajah yang lebih baik dapat dilakukan dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, di antaranya sebagai berkut.
Meniatkan diri untuk memberikan ilmu dengan penuh cinta dan keikhlasan;
Menyampaikan ilmu denagn menarik dan penuh semangat;
Membiasakan diri untuk bertanya untuk kemajuan diri;
Menjadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan sehari-hari;
Mengiuti seminar dan training bila ada kesempatan;
Melanjutkan studi tinggi jika memungkinkan.
Kemampuan guru dalam mengajar bisa dideteksi dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk mencapai keberhasilan yang optimal, ada beberapa aktivitas/ciri yang dituntut melekat pada diri guru, antara lain:
Pertama, berusaha tampil di muka dengan kelas prima.
Kedua, berlaku bijaksana.
Ketiga, berusaha selalu ceria di muka kelas.
Keempat, berusaha mengendalikan emosi.
Kelima, berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa.
Keeenam, memiliki rasa malu dan takut.
Ketujuh, tidak sombong.
Kedelapan, berlakulah adil.
2
KEPRIBADIAN DAN PROFESIONALISME GURU
Kepribadian Guru
Kepribadian yang harus ada pada diri guru adalah kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial, yaitu: bertindak sesuai dengan norma hukum dan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan berprilaku.
Ciri Kepribadian Guru
Kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar siswa. Karena kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap siswa, maka guru perlu memiliki ciri sebagai orang yang berkepribadian matang dan sehat. Allport (1978) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai kepribadian matang adalah:
Extension of the sense of self
Warm relatedness to other
Self acceptance
Realistic perception of reality
Self objectification
Unifying philosophy of life (filsafat hidup yang mempersatukan)
Selain berkepribadian yang matang, guru juga memiliki kepribadian yang sehat. Karakteristik yang mencerminkan kepribadian yang sehat menurut Elizabeth B. Hurlock (1978) adalah sebagai berikut.
Mampu menilai diri secara realistis
Mampu menilai situasi secara realistis
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis
Menerima tanggung jawab
Kemandirian
Dapat mengontrol emosi
Berorientasi tujuan
Berorientasi keluar
Diterima secara sosial
Memiliki filsafat hidup
Berbahagia
Kepribadian Guru yang Konstruktif
Guru yang konstruktif adalah guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perubahan dari dalam diri siswanya. Perubahan tersebut bisa dicapai jika guru mampu menempatkan drinya sebagai sumber kreativitas dan inspirasi bagi siswa.
Jika ingin menjadi guru yang konstruktif yang mudah memotifasi belajar para siswa, maka guru tersebut harus lebih dahulu bisa memotivasi dirinya sendiri. Dia harus mampu memahami dan mengendalikan dirinya sendiri. Selain itu, guru yang konstruktif juga harus dapat memahami kebutuhan dari masalah-masalah siswa seperti halnya tugas guru BK (Bimbingan Konseling). Dengan memahami kondisi psikologi siswa, seorang guru konstruktif mudah mengubah kesadaran siswanya.
Selain itu, untuk bisa menjadi guu yang kostruktif, dibutuhkan juga pemahaman spiritualitas yang cukup. Guru yang memiliki pemahaman spiritualitas yang cukup, bukan hanya taat menjalankan agama tertentu, tetapi lebih dari itu. Mereka memahami bahwa tujuan beragama adalah menemukan siapa dirinya dan peran apa yang dimainkannya di alam semesta ini. Dengan kata lain seorang guru yang memiliki spiritualutas yang baik, ibarat api yang mampu menjadi sumber cahaya dan mampu membakar semangat siswanya. Sebagai api yang mampu membakar semangat siswanya, seorang guru akan menciptakan perubahan atau transformasi dalam masyarakat. Sebelumnya, guru harus mampu mentransformasikan dirinya sendiri karena ia tidak mungkin dapat mentransformasikan suatu generasi, sementara dirinya sendiri belum dapat bertransformasi. Ia pun harus senantiasa memiliki semangat untuk memotivasi siswa-siswanya dan menjadi pembimbing yang mengarahkan api di dalam diri mereka ke arah yang konstruktif. Seorang guru yang memiliki moralitas yang kurang baik tentunya akan memberikan dampak yang tidak baik pula bagi sisws-siswanya.
Profesionalisme Guru
Memaknai Profesionalisme Guru
Sebutan "guru profesional" mengacu pada guru yang telah mendapat pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan jabatan maupun latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat, dan sebagainya baik yang menyangkut kualifikasi maupun kompetensi. Sebutan "guru profesional" juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru dalam melaksanakn tugas-tugasnya sebagai tenaga pengajar. Dalam UU Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 4) disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, keahira, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
"Profesionalisme" adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningktakan kualitas profesionalnya. Sementara itu, "profesionalitas" adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Di sisi lain, "profesionalisasi" adalah suatu proses menuju perwujudan dan peningktan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan profsionalisasi, para guru secara bertahap diharapkanakan mencapai suatu derajat kriiteria profesional sesuai dengan standar yang telah ditetakan menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005, yaitu berpendidikan akademik S-1 atau D-IV dan telah lulus Sertifikasi Pendidikan. Kompetensi yang dimiliki guru profesional sesuai dengan UU Guru dan Dosen Pasal 10 ayat 1, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalaui pendidikan profesi.
Profesi Guru
Prasyarat profesi akan terenuhi jika memenuhi kriteria sebagai berikut.
Profesi menutut suatu latihan profesional yang memadai dan membudidaya;
Profesi mencerminkan keterampilan yang tidak dimiliki masyarakat umum;
Profesi harus mampu mngembangkan suatu hasil dan pengaaman yang sudah teruji kemanfaatannya;
Profesi memerlukan pelatihan spesifik;
Profesi merupakan tipe pekerjaan yang bermanfaat;
Profesi mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai kekuatan yang mampu mendorong dan membina anggotanya;
Profesi tidak dijadikan loncatan mencari pekerjaan lain;
Profesi harus mengakui kewajibannya di masyarakat dengan meminta anggotanya memenuhi kode etik yang diterima dan disepakati.
Adapun ciri pokok profesi yaitu: pertama, profesi mempunyai fungsi dan signifikasi sosial karena diperlukan untuk mengabdi kepada masyarakat.
Kedua, profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang "lama" dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggung jawabkan.
Ketiga, profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu, bukan sekedar serpihan atau hanya berdasarkan akal sehat semata.
Keempat, ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik.
Kelima, sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial.
Dalam UU Guru dan Dosen pasal (7) ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai berikut.
Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;
Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai bidang tugasnya;
Memiliki kompetensi yang dipelukan sesuai dengan bidang tugasnya;
Mematuhi kode etik profesi;
Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas;
Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya;
Memilih kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan;
Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya;
Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.
Kriteria lain yang diharapkan melekat pada sosok guru profesional adalah:
Kesalehan Pribadi
Kepekaaan Sosial
Integritas Keilmuan
Keahlian Pedagogis
Kepemimpinan
Tugas Profesi Guru
Menurut Gerstner (1981), tugas guru tidak hanya sebagai pengajar, melainkan harus berperan sebagai:
Pelatih
Konselor
Manajer belajar
Watten (1994) mengemukakan 14 peran yang dapat dilakukan guru, yaitu sebagai: 1) Tokoh terhormat dalam masyarakat, 2) Penilai, 3) Sumber ilmu pengetahuan, 4) Pembantu, 5) Wasit, 6) Detektif, 7) Objek identifikasi, 8) Penyangga rasa takut, 9) Penolong, 10) Pemimpin kelompok, 11) Orang tua/wali, 12) Pembina dan pemberi layanan, 13) Kawan skerja, dan 14) Pembawa rasa kasih sayang.
Lebih lanjut Olivia (1994) mengemukakan 10 peran guru yaitu sebagai: 1) Pencramah, 2) Narasumber, 3) Fasilitator, 4) Konselor, 5) Pemimpin kelompok, 6) Tutor, 7) Manajer, 8) Kepala laboratorium, 9) Perancang program, 10) Manipulator untuk mengubah situasi pembelajaran agar menjadi lebih baik.
Pullas dan Young (1997) mengemukakan bahwa guru itu hendaknya dapat berperan sebagai: 1) Pembimbing, 2) Guru, 3) Modernis, 4) Model, 5) Peneliti, 6) Konselor, 7) Pencipta, 8) Empunya kekuasaan dalam ilmu pengetahuan, 9) Pemberi inspirasi, 10) Pekerja rutin, 11) Perantara, 12) Pembawa cerita, 13) Aktor, 14) Pembuat desain skenario, 15) Pembina masyarakat, 16) Siswa, 17) Penerima realitas, 18) Pengikut, 19) Pengevaluasi, 20) Pengubah, 21) Peraih cita-cita/puncak, 22) Manusia biasa.
Usaha Peningkatan Profesionalisme Guru
Peningkatan profesionalisme guru pada akhirnya ditentukan oleh guru sendiri. Upaya apa saja yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya? Caranya adalah guru harus selalu berusaha untuk melakukan hal-hal berikut:
Memenuhi tuntutan standar profesi yang ada;
Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan;
Membangun hubungan kerja yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi;
Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada siswa;
Mengaopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi sehingga metode pembelajaran dapat terus diperbarui.
Upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga idak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai, guru akan memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan.
Selanjutnya, upaya membangun hubungan kerja yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja. Jaringan kerja guru bisa dimulai dari skala sempit, misalnya mengadakan pertemuan informal kekeluargaan dengan sesama teman sa,bil berolahraga, silaturrahmi, atau melakukan kegiatan sosial lainnya. Selain itu, guru juga bisa dibina melalui jaringan kerja yang lebih luas dengan menggunakan teknolgi kmunikasi dan informasi, misalnya melalui korespondensi dan mugkin melalui Internet untuk skala yang lebih luas.
Upaya membangun etos kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada siswa merupakan suatu keharusan. Oleh karena itu, guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
Usaha Peningkatan Kualitas Guru
Menurut Balitbang Diknas, ada beberapa cara yang dpat ditempuh dalam pengembangan profesionalisme guru, antara lain adalah:
Perlunya revitalisasi pelatihan guru yang secara khusus mengntiberatkan pada perbaikan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, bukan untuk meningkatkan sertifikasi semata;
Perlunya mekanisme kontrol penyelenggaraan pelatihan guru untuk memaksimalkan pelaksaannya;
Perlunya sistem penilaian yang sistemik dan periodik untuk mengetahui efektivitas dan dampak pelatihan guru terhadap mutu pendidikan;
Perlunya desentralisasi pelatihan guru pada tingkat kabupaten/kota;
Perlunya upaya-upaya alternatif yang mampu meningkatkan kesempatan dan kemampuan para guru dalam penguasaan materi pelajaran;
Perlunya tolak ukur kemampuan profesional sebagai acuan pelaksaan pembinaan dan peningkatan mutuguru;
Perlunya mengkaji ulang aturan atau kebijakan yang ada melalui perumusan kembali aturan atau kebijakan yang lebih fleksibel dan mampu mendorong guru mengembangkan kreativitasnya;
Perlunya reorganisasi dan rekonseptualisasi kegiatan pengawasan pengelolaan sekolah, sehingga kegiatan ini dapat menjadi sarana altenatif peningkatan mutu guru;
Perlunya upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam peneliuan, terutama Penelitian Tindakan Kelas, agar guru lbih memahami dan menghayati permasalahan-permasalahan yang dihadapi dlam proses pemblajaran;
Perlu mendorong guru untuk bersikap kritis dan selalu berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan.
Memperketat persyaratan untuk menjadi calon guru pada Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK);
Menumbuhkan apresiasi karier guru dengan memberikan kesempatan yang lebih luas untuk meningkatkannya;
Perlunya ketentuan sistem credit point yang lebih fleksibel untuk mendukung jenjang karier guru, yang lebih menekankan pada aktivitas dan kreativitas guru dalam melaksanakn proses pengajaran.
Pembinaan Profesionalisme Guru Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Manfaat lain dari MGMP, antara lain:
Sebagai wadah yang efektif untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guru di kelas;
Sebagai wadah untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan mencari solusi permasalahan yang dihadapinya di kelas, terutama menyangkut perbedaan budaya guru dan siswa.
Sebagai wadah yang memberikan peluang kepada guru untuk merancang program kerja berdasarkan kebutuhan guru mata pelajaran dan juga disesuaikan dengan paradigma baru di bidang pendidikan.
Peningkatan Profesinal Guru Melalui Sertifikasi
Isi pasal 1 butir (11) UUGD menyebutkan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen, dengan logika bahwa guru telah memiliki dua hal yang dipersyaratkan yakni kualifikasi pendidikan minimum dan penguasaan kompetensi guru. Kualifikasi pendidikan minimal dapat diperoleh melalui ijazah (D4/S1). Namun, sertifikat pendidik sebagai bukti penguasaan kompetensi minimal sebagai guru harus melalui evaluasi yang cermat dan komprehensif dari aspek-aspek pembentuk ssok guru yang kompeten dan profesional. Tuntutan evaluasi yang cermat dan komprehensif ini dilandaskan pada isi pasal 11 ayat (3) UUGD yang menyebutkan bahwa sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan dan bertanggung jawab. Jadi, sertifikasi guru dari sisi proses akan berbentuk uji kompetensi yang cermat dan komprehensif. Jika seorang guru/calon guru dinyatakan lulus dalam uji kompetensi ini, maka dia berhak memperoleh sertfikat pendidik.
Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Komponen penilaian tersebut mencakup: a) kualifkasi akademik, b) pendidikan dan pelatihan, c) pengalaman mengajar, e) penilaian dari atasan dan pengawas, f) prestasi akademik, g) karya pengembangan profesi, h) keikutsertaan dalam forum ilmiah, i) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan j) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
3
KOMPETENSI GURU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF
Kompetensi Guru
Menurut Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) ada tiga jenis kompetensi guru:
Kompetensi profesional,
Kompetensi kemasyarakatan,
Kompetensi personal
Kompetensi Guru dalam Konteks Kebijakan
Kompetensi Pedagogiik
Memahami siswa secara mendalam,
Merancang pembelajaran,
Melaksanakan pembelajaran,
Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran,
Mengembangkan siswa.
Kompetensi Kepribadian
Kepribadian yang mantap dan stabil,
Kepribadian yang dewasa,
Kepribadian yang arif,
Akhlaq mulia dan dapat menjadi tauladan,
Kepribadian yang berwibawa.
Kompetensi Sosial
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa,
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendididk dan tenaga kependididkan,
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali dan masyarakat sekitar.
Kompetensi Profesional
Memahami motivasi para siswa;
Memahami kebutuhan belajar siswa;
Memiliki kemampuan yang cukup tentang teori dan praktek;
Mengetahui kebutuhan masyarakat para pengguna pendidikan;
Mampu menggunakan beragam metode dan teknik pembelajaran;
Memiliki keterampilan mendengar dan berkmunikasi;
Mengetahui bagaimana menggunakan materi yang diajarkan;
Memiliki pandangan yang terbuka ;
Memiliki keinginan untuk teus memperkaya pengetahuannya;
Memiliki kemampuan untuk melakukakan evaluasi
Kompetensi dalam Mengajar
Mengajar dan mengembangkan potensi siswa
Merancang pembelajaran yang menarik
Membangun Pembelajaran yang menarik
Memahami Gaya Mengajar Guru adalah gaya Belajar Siswa
Kompetensi dalam Membanguan Kekuatan Siswa
Membangun rasa percaya diri siswa
Membangundaya ingat siswa
Membangun motivasi siswa
Membangun komunikasi dan empati
Membangun krativitas dalam pembelajaran
Memahami beragam kecerdasan siswa
Menerapkan model pembelajaran kecerdasan ganda di sekolah
Kompetensi Penunjang
Keahlian menulis
Keahlian meneliti
Keahlian berbahasa asing
Mendorong siswa mau membaca
4
PENGELOLAAN PROSES PEMBELAJARAN
Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
Pengelolaan ruang belajar
Pengelolaan siswa
Pengelolaan kegiatan pembelajaran
Strategi Kegiatan Pembelajaran
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi serta kualifikasi perubahan tingkah laku yang diharapkan.
Memilih cara pendekatan belajar yang tepat untuk mencapai standar kompetensi dengan memerhatikan karakteristik siswa sebagai subjek standar.
Memilih dan menetapkan sejumlah prosedur, metode, dan teknik kegiatan pembelajaran yang relevan.
Menetapkan norma atau kriteria keberhasilan.
Dalam pengembangan strategi pembelajaran, Dave Maier (1990:103) menawarkan pola SIKLUS Empat Tahap, yaitu: persiapan, penyampaian, praktik dan penampilan hasil.
5
KOMPETENSI MEMECAHKAN PERMASALAHAN BELAJAR DI DALAM KELAS
Gambaran Ruang Kelas
Situasi kelas
Meluruskan makna bermain
Aktivitas guru dan siswa di kelas
Peraturan Kelas
Buatlah aturan seminimal dan sejelas mungkin
Berikan hadiah atau hukuman yang masuk akal
Banyaklah berkomunikasi dengan siswa
Bekerja sama dengan siswa
Bersikap dan berpikir positif
Pendekatan kepada siswa yang bermasalah
Interaksi Energetik Guru dan Siswa di Kelas
Ada senyum di dalam kelas
Sebagai teladan
6
PENGELOLAAN KELAS DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Pembelajaran yang Efektif
Memahami pengertian pembelajaran yang efektif
Pengelolaan kelas. Wilford mengemukakan mengenai pandangan-pandangan yang bersifat filosofis dan operasional dalam pengelolaan kelas, yaitu:
Pendekatan otoriter.
Pendekatan intimidasi.
Pendekatan permisif.
Pendekatan "Resep Masakan".
Pendekatan pengajaran
Pendekatan modifikasi perilaku.
Pendekatan iklim sosio-emosional.
Pendekatan sistem proses kelompok/dinamika kelompok
Pengorganisasian lingkungan belajar
Penggunaan Media Pembelajaran
Ada tiga pokok dalam prosedur penggunaan media pembelajaran yang harus diikuti, yaitu:
Persiapan.
Pelaksanaan (penyajian dan penerimaan).
Tindak lanjut.
7
METODE, MODEL, DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Macam-Macam metode Pembelajaran
Ceramah
Diskusi
Diskusi panel
Buzz group
Syndicate group
Simposium
Informal debate
Fish Bowl
Brainstorming Group
Pemecahan masalah
Colluqium
Demonstrasi dan eksperimen
Sosiodrama
Permainan
Drill
Kerja lapangan
Model-Model Pembelajaran
Pengertian
Apa yang dimaksud model pembelajaran? Dewey dalam Joyce dan Weil, 1986, mendifinisikan model pembelajaran sebagai a plan or pattern that we can use to design face-to-face teaching in classroom or tutorial settings and to shape instructinal material. (suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di kelas atau pembelajaran tambahan di luar kelas, serta untuk menyusun materi pembelajaran).
Ciri-ciri Model Pembelajaran
Pada umumnya, model-model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Memiliki prosedur yang sistematis.
Hasil belajar dirumuskan secara khusus.
Penetapan lingkungan secara khusus.
Ukuran keberhasilan.
Interaksi dengan lingkungan.
Fungsi dan Sumber Model Pembelajara
Ada beberapa fungsi dari sebuah model pembelajaran menurut Chauhan (1979:20-1) yaitu sebagai berikut.
Pedoman.
Pengembangan kurikulum.
Penempatan bahan-bahan pembelajaran.
Perbaikan.
Bentuk Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Langsung
Ciri-ciri pembelajaran langsung adalah:
Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar;
Adanya syntax atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran;
Adanya sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung pelaksanaan dan keberhasilan proses pembelajaran.
Model Pembelajaran Tidak Langsung
Flanders (1970) mengemukakan bahwa pembelajaran tidak langsung dimulai dengan keyakinan bahwa siswa mempunyai keinginan alamiah untuk belajar. Dalam pembelajaran ini, guru mendorong potensi dan kepercayaan diri siswa.
Model Pembelajaran Koorperatif
Koorperatif memiliki pendekatan atau serangkaian model yang harus dirancang untuk memberikan dorongan kepada siswa agar selama proses pembelajaran melakukan kerja sama.
Ada beberapa tipe pembelajaran koorperatif yang digunakan.
Coorperatif Learning Tipe Jigsaw
Koorperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)
Koorperatif Tipe GI (Group Investigation)
Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Model Hibrid
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
Model pembelajaran penyelidikan (Inquiry)
8
GURU DAN PERUBAHAN ZAMAN
Pembelajaran Berbasis Teknologi
Perubahan IPTEK dan Penyesuaian Guru
Ilmu pengetahuan kita berkembang cepat seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Oleh karena itu, di tengah cepat dan cepat dan kuatnya ledakan ilmu pengetahuan dan TIK, guru harus mampu menginisasi dirinya untuk terus belajar, terutama terhadap hal-hal yang baru.
Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran
Menurut Rosenberg (2001), ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran seiring dengan berkembangnya penggunaan TIK, yaitu:
Dari pelatihan ke penampilan.
Dari ruang kelas ke mana pun dan kapan pun.
Dari kertas ke online.
Dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja.
Dari waktu siklus ke waktu nyata.
Pergeseran Pandangan tentang Pembelajaran
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas sehingga pembelajaran dimaknai sebagai:
Proses alami;
Proses jaringan;
Proses aktif dan pasif;
Proses linear dan/atau tidak linear;
Proses yang berlangsung integratif dan kontekstual;
Aktifitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kultur siswa;
Aktifitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
9
KEMAMPUAN EVALUASI
Pemahaman Tentang Penilaian
Evaluasi
Menurut Nitko dan Brookhart (2007) evaluasi adalah suatu proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja hasil karya siswa. Evaluasi dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Penilaian
Penilain adalah proses pengumpulan informasi kinerja siswa yang digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan.
Pengukuran
Pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara sistematik.
Fungsi Penilaian dan Evaluasi
Fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni fungsi evaluasi hasil belajar dan fungsi evaluasi program pengajaran. Fungsi evaluasi hasil belajar terdiri dari: Fungsi formatif, fungsi sumatif, fungsi diagnstik, fungsi seleksi,dan fungsi motivasi.
Fungsi evaluasi program pengajaran dapat dikategorikan: laporan untuk orang tua siswa, laporan untuk sekolah, dan laporan untuk masyarakat.
Prinsip Penilaian
Adapun prinsip penilaian yaitu: meneyeluruh, berkelanjutan, berorientasi pada indikator, dan sesuai dengan pengalaman belajar.
Aspek yang Dinilai
Aspek-aspek yang dinilai meliputi: proses belajar dan hasil belajar.
Jenis-Jenis Instrumen Penilaian
Jenis-jenis ini meliputi tes dan nontes
Langkah-langkah Membuat Instrumen Penilaian
Langkah penyusunan instrumen tes
Membuat daftar kompetesi dasar yang akan diujikan;
Menentukan indikator;
Menentukan jenis tagihan, bentuk, dan jumlah butir soal.
Langkah penyusunan instrumen nontes
Instrumen untuk mengungkap aspek psikomotorik
Instrumen untuk mengungkap aspek afktif
Teknik Penilaian dalam Pembelajaran
Penilaian untuk kerja, penilaian sikap,penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri.
10
JARINGAN KERJA GURU
Pengertian
Jaringan kerja guru adalah sekelompok guru yang menjalin suatu komunikasi satu sama lain.
Jaringan Kerja Guru di Indonesia
Jaringan kerja guru yang diakui dan tengan berjalan di Indonesia yaitu Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk guru SD dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk guru SMP/SMA/SMK.
Jenis Kegiatan Jaringan Kerja Guru
Peningkatan penguasaan materi mata pelajaran
Peningkatan pemahaman kurikulum
Peningkatan kualitas pembelajaran
Peningkatan kemampuan evaluasi
Pengembangan penunjang/profesi
11
PEMBELAJARAN TEMATIK
Pengertian
Pembelajaran tematik merupakan salah satu teknik dari pembelajaran terpasu yang mengaitkan konsep-konsep dari beberapa mata peajaran dengan tema sebagai pemersatu.
Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Berpusat pada siswa
Memberikan pengalaman langsung
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran
Berifat fleksibel
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Syarat- syarat Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi siswa.
Siswa dalam pembelajaran harus memenuhi kriteria: harus siap mengikut kegiatan yang bersifat individu maupun kelompok dan harus siap mengikuti kegiatan secara aktif.
Berkaiatan dengan saran, prasarana, sumber belajar dan media.
Pelu melakukan pengaturan ruang yang lebih nyaman dan menyenangkan.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik
Bersifat kontekstual
Kegiatan belajar harus dirancang sedemikian rupa
Efisiensi
Persiapan dan pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Persiapan
Persiapan ini meliputi menentukan tema, prinsip penetuan tema, menetapkan jaringan tema, penyusunan silabus dan penyusunan rencana pembelajaran.
Tahapan kegiatan pembelajaran tematik
Tahapan ini meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup
Kelebihan dan Kekurangan
Beberapa kelebihan pembelajaran tematik antara lain:
Siswa mampu memutuskan perhatian pada satu tema tertentu;
Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar anatarmata-pelajaran dalam tema yang sama;
Pemahaman terhadap materi lebih mendalam;
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik;
Siswa mampu lebih merasakan mafaat dan makna belajar;
Siswa lebih bergairah belajar;
Guru dapat menghemat waktu.
Kelemahan pembelajaran tematik antara lain:
Bahan ajar yang banyak tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema;
Bahan ajar tematik masih bersifat nasional;
Sekolah yang kekurangan jumlah guru menetapkan model pembelajaran kelas rangkap;
Lingkungan sekolah di wilayah kabupaten masih standar;
Jadwal yang mnggunakan mata pelajaran masih menyulitkan guru.
HEBAT GURUNYA DAHSYAT MURIDNYA
BAB 1 PENDAHULUAN
TINGGALKAN SEKOLAH SEBELUM TERLAMBAT
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh James Marcus Bach tadi ; namun dengan versi sedikit berbeda, saya dapatkan diharian kompas, 8 april 2011. Pada edisi tersebut Kompas, memuat sebuah artikel dengan judul Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat. Artikel itu ditulis oleh sahabat saya Yudistira ANM Masardi, yang saat ini bersama sang istri mengelola sebuah sekolah gratis untuk anak-anak duafa di bekasi, Jawa Barat.
Bagi sebagian orang, artikel itu barangkali dianggap sangat provokatif. Terutama bagi orang-orang yang memiliki mind-set bahwa sekolah adalah satu-satunya tempat paling penting bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Untuk Melaksanakan proses pembelajaran yang menghasilkan pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara berimbang, peran dan fungsi sangatlah penting. Bobbi DePorter bahkan memberikan penggambaran tentang peran dan fungsi guru ini dengan sangat indahnya. Posisi guru dalam kelas pembelajaran tidak ubahnya seperti konduktor dalam sebuah orkestra. Harmoni dan irama yang indah akan lahir dari para pemain, jika sang konduktor piawai dalam memimpin orkestra.
Mengingat demikian penting dan strategianya peran dan fungsi guru, maka kompetensi guru harus terus dikembangkan dari masa ke masa. Kemampuannya mengajar dan mendidik harus terus diasah, agar bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman. Kepribadiannya harus terus dimatangkan, agar mampu menjadi figur teladan bagi anak didiknya. Kecakapan sosial dan profesionalitasnya juga harus terus ditingkatkatkan, agar mampu menjelma menjadi pribadi yang bermanfaat, baik di masyarakat, baik dimasyarakat maupun dilingkungan tempatnya bekerja.
Itulah sebabnya, seorang guru tidak boleh cepat puas dengan apa-apa yang telah dicapai, melainkan harus terus berupaya untuk menjadi yang lebih baik. Orang yang cepat puas tidak akan pernah bisa menjadi hebat. Lebih dari itu, dalam pandangan Napoleon Hill, orang yang cepat puas termasuk golongannya orang-orang yang dibenci Tuhan.
BAB II
FASE 'ULAT': IRONI PROFESI GURU
Karena tidak memiliki bekal yang cukup tentang seluk beluk mekanisme bekerjanya otak , sebagian besar guru tidak mampu menyelaraskan proses pembelajaran yang dilakukannya dengan cara bekerjanya otak murid-muridnya. Akibatnya pun bermacam-macam, seperti :
Pembelajaran yang cenderung monoton dan membosankan,
Guru yang tidak mampu menggali bakat dan potensi murid,
Guru yang lebih sering marah ketimbang sabar saat menghadapi murid yang dianggap 'nakal' dan 'bodoh',
Model pembelajaran yang hanya terfokus pada pengembangan kecakapan akademis dan melupakan kecakapan hidup lainnya
Dengan kondisi semacam itu, maka berbagai hambatan pembelajaran yang muncul dalam proses belajar mengajar pun sulit untuk 'dijinakkan'. Kalau pun ada usaha untuk 'menjinakkan', maka yang dilakukannya tidak sesuai dengan 'maunya' otak.
BAB III
FASE 'KEPOMPONG': NILAI AKDEMIS BUKAN SEGALANYA
Kita sekarang sampai pada fase yang kedua dari proses learning metamorphosis. Fase ini adalah fase 'Kepompong', yakni fase dimana kita perlu melakukan perenungan ulang (recontemplation) atas apa-apa yang selama ini sudah kita lakukan sebagai guru. Utamanya merenungkan ulang atas paradigma proses dan hasil pembelajaran sekolah yang selama ini telah kita yakini.
Menurut Sternberg dan Grigorenka kecerdasan diartikan sebagai 'sekumpulan kemampuan terpadu yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai kesuksesan hidup, terlepas bagaimana seseorang mengartikan kesuksesan itu, dalam konteks sosio-kultural.'
Dengan demikian, tugas mulia guru bukanlah sekadar menjadikan para murid memperoleh nilai yang di tinggi, naik kelas, dan lulus ujian. Tugas mulia seorang guru pun harus diwujudkan guna membangun kecerdasan sukses murid-muridnya dalam konteks religi-sosio-kultural, yaitu sukses dalam konteks tidak syirik ( meyekutukan tuhan), tidak merugikan atau menyakiti orang lain, dan tidak menyimpang dari tat nilai yang telah disepakati masyarakat setempat.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), seorang guru selain menjalankan tugas pokok dan fungsi tau tupoksinya, selain tentunya menjadi teladan bagi murid-muridnya. Tugas ini sejalan dengan istilah'guru' itu digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh). Disamping itu, guru juga senantiasa membentuk ABC-nya murid, yakni attitude (sikap), belief (keyakinan), dan commitmen (komitmen), melalui pembelajaran yang menjunjung tinggi harkat dan martabat murid sebagai manusia yang memiliki keunikannya masing-masing.
Untuk membentuk budaya sekolah yang melahirkan karakter positif, manajemen sekolah perlu membiasakan diri menghargai setiap pendapat, khususnya pendapat warga sekolah. Sehingga aturan main yang berlaku disekolah merupakan hasil musyawarah yang melibatkan seluruh warga sekolah. Termasuk diantaranya, memberi kesempatan pada para murid untuk menyampaikan aspirasinya.
BAB IV
FASE 'KUPU-KUPU': MENJADI GURU YANG LEBIH MANUSIAWI
MODEL QUANTUM TEACHING
Pertama, sebelum mengajar kita harus diterima dengan baik oleh murid.
Kedua, setiap memulai kegiatan mengajar perlu mengaitkan apa yang diajarkan dengan peristiwa, pikiran, atau perasaan yang dihadapi sehari-hari oleh para murid
MODEL PERKEMBANGAN MANUSIA
Disebutkan oleh Thomas Armstrong bahwa tidak seperti wacana prestasi akademik, dalam wacana perkembangan manusia seluruh proses pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada delapan asumsi. Diantaranya sebagai berikut :
Pertama, menjadi manusia seutuhnya adalah bagian terpenting dari belajar.
Kedua, mengukur pertumbuhan pembelajaran ditengah pengalaman belajar itu sendiri.
Ketiga, wacana perkembangan manusia lebih menyukai kurikulum yang lebih fleksibel dibuat untuk individu dan yang meberi murid yang bermakna,
Keempat, metode penilaian yang lebih menekankan pada penilaian ipsatif. Pendekatan ipsatif merupakan cara paling alami untuk menilai perkembangan dan pembelajaran manusia.
MODEL SEKOLAH DAN GURUNYA MANUSIA
Sekolahnya manusia artinya, sekolah yang berbasis multiple intelligence. Prinsip yang perlu dilaksanakan untuk menjadikan sekolah sebagai sekolahnya manusia.
Pertama, prinsip'religion and character building'
Kedua, prinsip' agent of change'
Ketiga, prinsip' the best process'
Keempat, prinsip'the best teacher'
Kelima, prinsip'active learning'
Keenam, prinsip'Applied learning'
Ketujuh, prinsip'management control'
Kedelapan, prinsip' multiple intellegence research'
BAB V
SAATNYA GURU MENJADI AGEN PERUBAHAN
Setiap orang, dalam peran dan fungsinya masing-masing, sesungguhnya memiliki kesanggupan untuk menjadi katalisator terciptanya perubahan. Apakah itu untuk dirinya sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain. Dan untuk menjadi katalisator perubahan itu, kesempatan itu selalu ada. Karena setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, dan seterusnya adlah kesempatan yang disediakan Tuhan bagi siapa saja yang ingin melakukan perubahan. Tak terkecuali bagi guru.
Perubahan, khususnya yang terjadi pada diri manusia, bisa di pilih menjadi dua kategori yaitu perubahan yang bersifat sementara dan perubahan yang bersifat permanen. Perubahan yang bersifat sementara, biasanya berhubungan dengan perasaan (emotion), sedang perubahan yang permanen umumnya berhubungan dengan perubahan pikiran (mind-set). Maka bisa dipahami, jika ada orang ikut diklat atau pembelajaran yang'mengaduk-aduk' emosi, sehingga peserta sampai menangis tersedu-tersedu misalnya. Dampak perubahan yang ditimbulkan saaat itu memang luar biasa. Tap biasanya tidak berlangsung lama. Begitu ia kembali ke habitatnya, ia juga akan segera 'kembali ke selera asal'.
Berbeda, jika yang diubah adalah pikirannya. Ketika seseorang berubah pikiran, maka dampaknya akan berjangka panjang. Lihatlah orang-orang yang mampu mengubah kelemahan menjadi keunggulan dengan pikirannya. Merka benar-benar mampu mengubah nasib dan hidupnya.
BAB VI
PENUTUP
Guru yang telah menjalani proses metamorposis adalah guru yang siap menggunakan kemampuannya menciptakan perubahan dimana-mana. Ketika masih ada di lingkungan keluarga, ia menjelma menjadi agen perubahan positif bagi anggota keluarganya. Ketika berada dilingkungan tempat tinggalnya, ia pun menjadi agen perubahan positif bagi para tetangganya dekat maupun tetangga jauhnya. Ketika ia berada di sekolah tempatnya mengabdi, ia juga menjadi perubahan positif bagi murid dan sesama guru. Dan ketika ia berada di organisasi profesi, ia benar-benar menunjukkan dirinya sebagai agen perubahan bagi pengurus dan anggota organisasinya.