TUGAS MAKAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI “PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS PRAKTIS” PRAKTIS ”
Oleh Kelompok 3 :
1. 2. 3. 4.
Meylana Dewy Andi Sukmawangi Andi Arimbi Mappidemmang
1610311013 1610311015 1610311030 1610311032
PRODI D3 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU-ILMU SOSIAL UNIVERSITAS FAJAR 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan materi “PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS PRAKTIS” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dan kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Makassar ,20 juni 2017 i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................... 1 B. RUMUSAN MASALAH ........................................ 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN …………..3 B. PERKEMBANGAN TERKINI ........................................... 6 C. ANALISIS DAMPAK PEMANGKU KPENTINGAN ……… 9 D. SNIFF TESTS DAN ATURAN PRAKTIS UMUM – TES AWAL ETIKALITAS SEBUAH KEPUTUSAN ........……..12 E. ANALISIS DAMPAK PEMANGKU KEPENTINGAN – PERANGKAT KOMPREHENSIF UNTUK MENILAI KEPUTUSAN DAN TINDAKAN…………………………..12
BAB III
PENUTUP A. KESIMPULAN .................................................. 15 B. SARAN .............................................................. 15
DAFTAR PUSAKA ....................................................................... 15 ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika prinsip – prinsip atau peraturan tertentu yang terkandung dalam kode etik tidak sepenuhnya berlaku untuk masalah tertentu yang dihadapi oleh seseorang akuntan professional, para pembuat keputusan dapat berpedoman pada prinsip – prinsip umum untuk sampai pada keputusan
etis yang
dipertahankan. Apakah yang dimaksud dengan prinsip – prinsip umum etika dan bagaimana penerpannya? Membahas tentang prinsip – prinsip etika dan bagaimana mengembangkan sebuah kerangka keputusan menyeluruh yang praktis dan komprehensif berdasarkan pada bagaimana tindakan yang diusulkan akan mempengaruhi pemangku kepentingan untuk membuat keputusan.
1
B. Rumusan masalah
Dari permasalahan kemiskinan yang terjadi, penulis mencoba untuk mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Apa definisi dari pengambilan keputusan ? 2. Apa saja Faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan 3. Perkembangan terkini terkait etika dan penerapannya setelah kasus Enron ? 4. Kerangka pengambilan keputusan ? 5. Pendekatan – pendekatan yang dilakukan
untuk mengambil
keputusan dan dampaknya terhadap pemangku kepentingan? 6. Sniff Test Dan Aturan praktis umum – tes awal etikalitas dalam pengambilan keputusan ? 7. Penilaian para pihak kompreshif terhadap pengambilan keputusan dan tindakan ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ELIT DAN ETIS A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Para individu dalam organisasi membuat keputusan (decision), artinya mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak
bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi,
produk atau jasa yang ditawarkan, cara terbaik untuk membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang baru. Manajer tingkat menengah dan
bawah menentukan jadawal produksi,
menyeleksi karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka bekerja. Semakin banyak organisasi memberikan karyawan nonmanajerial otoritas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, maka pengambilan keputusan individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi. Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik dari sejumlah Alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa pegertian tentang keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo: 2) adalah sebagai berikut :
3
-
Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap
rencana
pengambilan
yang
keputusan
telah
ditetapkan
tingkatnya
sebelumnya.
sederajad
dengan
Tugas tugas
pengambilan rencana dalam organisasi. -
Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan
adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. -
Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan
keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif. -
Horolddan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa
pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. -
Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan keputusan
sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan
yang
menghasilkan
dapat
dianalisa,
ketepatan
serta
diperhalus, ketelitian
dan
yang
dipadukan lebih
besar
untuk dalam
menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh Handoko (1997),
4
pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu. -
Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan
dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis. Dari
beberapa
penjelasan
diatas
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan , seperti ; tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tida kontradiktif). Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembilan keputusan adalah : 1. hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan; 2. setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi; 3. setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain; 4. jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5
5. pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik; 6. pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama; 7.
diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik
8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; 9.
dan setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat adanya reaksi atas sebuah masalah (problem), yang artinya ada ketidaksesuian antara perkara saat ini dan keadaan yang diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative. Namun, berpaling dari hal ini keputusan yang dibuat haruslah keputusan yang baik, rasional, dan mengandung nilai-nilai etis dalam batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu haruslah ada kerangka kerja pengambilan keputusan
yang etis atau ethical
decision making (EDM) Framework.
B. Perkembangan Terkini
Skandal Enron, Arthur Andersen, dan Worldcom menimbulkan kemarahan public, runtuhnya pasar modal, dan akhirnya Sarbanes – oxley act 2002, yang membawa reformasi tata kelola tersebar luas. Skandal perusahaan berikutnya melibatkan Adelpia, Tyco, Health-South dan lainnyamengingatkan kita untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa eksekutif perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik, dan harus melakukannya untuk mempertahankan profitabilitas dan kelangsungan hidup perusahaan mereka .
6
Namun tidak cukup dengan membuat keputusan dan mengambil tindakan yang sah – t indakan juga harus dapat dipertahankan secara etis
a) Kerangka kerja pengambilan keputusan etis
Sebagai respon terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis kerangka kerja yang praktis , komprehensif, dan beraneka ragam untuk pengambilan keputusan etis . kerangka ini menyertakan persyaratan tradisonal untuk profitbiltas dan legaliats, serta persyaratan yang akan ditampilakan filosofis secara penting dan yang baru – baru ini dituntbertujuan untuk met oleh pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dalam mengambil keputusan dengan menyediakan:
Pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus dipertimbangkan dan pertayaan atau tantangan yang harus diungkap
Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan faktor keputusan yang relevan ke dalam tindakan praktis.
Suatu keputusan atau tindakan dianggap etis atau “ benar” jika sesuai dengan standar tertentu. Namun tidak cukup hanya satu standar saja untuk memasstik keputusan etis. Akibatnnya kerangka kerja pengambilan keputusan etis (ethical decision making – EDM) mengusukjan bahwa keputusan atu tindakan
akan
dibandingkan
dengan
empat
standar
komprehensif dari perilaku etis yakni dengn melihat :
7
penilaian
yang
Konsekuesi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan bersih atau biaya
Hak dan kewajiban yang terkena dampak
Kesetaraan yang dilibatkan
Motivasi atau kebijakan yang diharapkan
a) . Pendekatan-pendekatan pengambilan keputusan etis (Leonard J Brooks : 330)
1.
Pendekatan filosofis merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan
dalam mengambil keputusan, pendekatan filosofis dibedakan menjadi 3 yaitu:
Konsekuensilisme (utilitarianisme) bertujuan untuk memaksimalkan hsil akhir dari sebuah keputusn.bagi mereka , kebenaran dari suatu perbuatan
bergantung
pada
konsekuensinya.
Pendekatn
ini
mengharuskan untuk menganalisa keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku kepentingan dan untuk mencapai ebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan dalam jumlah besar.
Deontologi berbeda dengan konsekuensialisme , dalam artian bahwa deontologist
berfokus
pada
kewajiban
atau
tugas
memotivasi
keputusan atau tindakan, bukan pada konsekuensi dari etika dentologi mengambil posisi bahwa kebenaran bergantung pada rasa hormat yang ditujukan dalam tugas, serta hak keadilan yang dicerminkan oleh tugas – tugas tersebut dan meggunakan standar moral, prinsip , dan aturanaturan sebagai panduan untuk membuat keputusan etis yang terbaik.
8
Etika kebajikan berkaitan dengan aspek memotivasi karakter moral yang ditujukan oleh para pengambil keputusan. Tanggung jawab – khususnya kesalahan atau layak dianggap salah- baik moralitas dan hukum memiliki dua dimensi : actus reus (tindakan yang salah ) dan mens rea ( pikiran yang salah).etika kebajikan berfokus pada karakter atau integritas moral pada para pelaku dan melihat pada moral masyarakat,
seperti
masyarakat
professional
untuk
membantu
mengidentifikasi isu – isu etis dan panduan tindakan etis.
C. Analisis dampak pemangku kepentingan
Pendekatan-konsekuensialisme filosofis, deontologi, dan kebajikan-etika yang dikembangkan pada awal bab mendasari, dan harus disimpan dalam pikiran untuk menginformasikan dan memperkaya, analisis bila menggunakan pendekatan tiga pemangku kepentingan dampak. Pada gilirannya, dampak pemangku kepentingan analisis pendekatan yang digunakan harus memberikan pemahaman tentang fakta, hak, kewajiban, dan keadilan yang terlibat dalam keputusan atau tindakan yang aseential ke analisis etis yang tepat dari motivasi, vitues, dan karakter yang diharapkan. Akibatnya, dalam analisis, efektif komprehensif dari ethicality dari keputusan atau tindakan yang diusulkan, pendekatan-pendekatan
filosofis
tradisional
stakeholder dan sebaliknya.
9
harus
menambah
model
2. Pendekatan tradisional merupakan salah satu pendekatan yang dipakai dalam pengambilan keputusan yang didalamnya terdapat kajian mendalam tentang motivasi bagi keputusan – keputusan yang terlibat, sifat kebajikan, atau karakter yang diharapkan diera akuntabilitas pemangku kepentingan diera modern, yang dibedakan menjadi 3 ,yaitu :
Kerangka
5-pertanyaan
adalah
pendekatan
berguna
untuk
pertimbangan tertib masalah tanpa banyak eksternalitas dan di mana fokus khusus yang diinginkan oleh perancang proses pengambilan untuk pengobatan yang diperluas dari pendekatan ini. Pendekatan 5 pertanyaan opsional dirancang untuk memfokuskan proses pengambilan keputusan pada relevansi isu tertentu untuk organisasi atau pengambil keputusan yang terlibat.
Pendekatan standar moral. Pendekatan standar moral untuk analisis dampak stakeholder yang dibangun
langsung
pada
tiga
kepentingan
mendasar
dari
stakeholder. Hal ini agak lebih umum dalam fokus dari pendekatan 5-pertanyaan, dan memimpin pengambil keputusan untuk analisis yang lebih luas berdasarkan keuntungan bersih bukan hanya profitabilitas sebagai tantangan pertama dari keputusan yang diusulkan. Akibatnya, ia menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok untuk pertimbangan keputusan yang memiliki dampak signifikan di luar korporasi dari kerangka kerja
10
Pendekatan pastin Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau
perilaku
menyinggung
yang
diinginkan.
nilai-nilai
ini,
Jika ada
keputusan
dipandang
kemungkinan
bahwa
disenchamtment atau relatiation akan terjadi. Sayangnya, hal ini dapat menyebabkan pemecatan seorang karyawan yang bertindak tanpa pemahaman
aturan dasar etika baik dari organisasi
pengusaha yang terlibat. Dalam rangka untuk memahami aturan dasar yang berlaku untuk benar mengukur komitmen organisasi untuk proposal dan untuk melindungi pembuat keputusan., Pastin menunjukkan bahwa pemeriksaan keputusan masa lalu atau tindakan dibuat. Ia menyebut ini pendekatan reverse engineering keputusan, karena upaya ini dilakukan untuk mengambil keputusan masa lalu terpisah untuk melihat bagaimana dan mengapa mereka dibuat. Pastin menunjukkan bahwa orang sering dijaga (secara sukarela atau tanpa sadar) tentang mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan bahwa reverse engineering menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan masa lalu, apa nilai-nilai mereka. Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau
perilaku
menyinggung
yang
diinginkan.
nilai-nilai
ini,
Jika ada
keputusan
kemungkinan
disenchamtment atau relatiation akan terjadi.
11
dipandang bahwa
D. SNIFF TESTS DAN ATURAN PRAKTIS UMUM – TES AWAL ETIKALITAS SEBUAH KEPUTUSAN
Pendekatan filosofis memberikan dasar bagi penedekatan keputusan praktis dan bantuan yang berguna, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan professional tidak menyadari bagaimana dan mengapa demikian. Bagaimanapun telah mengembangkan tes dan aturan praktis yang dapat diguanakan untuk menilai etikalitas keputusan dalam tahap awal. Jika tes awal ini
menimbulkan kekhawatiran, maka harus dilakukan analis yang lebih
menyeluruh
dengan
menggunakan
teknik
analisis
dampak
pemangku
kepentingan. Merupakan hal wajar bagi manajer dan karyawan lainnya untuk ditanyai agar memeriksa keputusan yang diajukan dengan cara pendahuluan yang cepat . tes cepat seperti inilah yang disebut sniff tets. Sedangkan aturan praktis umum adalah aturan praktis yang dikembangkan oleh eksekutif untuk memutuskan apakah suatu tindakan etis atau tidak.
E. ANALISIS DAMPAK PEMANGKU KEPENTINGAN – PERANGKAT KOMPREHENSIF UNTUK MENILAI KEPUTUSAN DAN TINDAKAN
Ada pemegang saham dan kelompok bukan pemegang saham, keduanya merupakan bentuk kelompok pemegang kepentingan yang harus ditanggapi perusahaan . hal ini menjadi bukti bahwa perusahaan tidak dapat mencapai potensi penuh, bahkan dapat binasa, jika kehilangan dukungan salah satu dari serangkaian
pemangku kepentiangan terpilih
kepentingan umum.
12
yang dikenal sebagai
Memperhitungkan kepentingan/interes para pemangku kepentingan saat membuat keputusan, dengan mempertimbangkan dampak potensial
dari
keputusan setiap pemangku kepentingan, merupakan perbuatan yang bijaksana jika para eksekutif ingin mempertahankan dukungan pemangku kepentingan. Namun, keberagaman dari pemangku kepentingan dan kelompok pemangku kepentingan membuat tugas ini menjadi kompleks. Untuk mempermudah proses, maka sangat baik untuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan serangkaian kepentian para pemangku kepentingan pada umumnya atau kepentingan
dasar
agar
digunakan
untuk
memfokuskan
analisis
dan
pengambilan keputusan pada dimensi etika, seperti berikut, 1. Kepentingan mereka harus menjadi lebih baik sebagai akibat dari keputusan tersebut. 2. Keputusan akan menghasilkan distribusi yang adil antara manfaat dan beban 3. Keputusan seharusnya tidak menyinggung salah satu hak setiap pemangku kepentingan, termasuk hak pengmbi keputusan dan 4. Perilaku yang dihasilkan harus menunjukan tugas yang dterima sebaik baiknya. Dan untuk tingkat tertentu, kepentingan dasar ini harsu disukung dengan kenyataan yang dihdpi oleh pengambil keputusan . sebagai contoh meskipun sebuah keputusan yang diajukan harus memaksimalkan perbaikan bagi semua pemangku kepentingan,perdagangan antar pemangku kepentingan terkadang harus dilakukan agar pengambilan keputusan bisa berikan manfaat secara umum dan dapat adil sehingga tidak menganggu hak – hak pemangku kepentingan lain.oleh karena itu dilakukan pengukuran dampak dari keputusan yang diajukan dengan melihat aspek berikut ini :
13
a. Laba atau rugi b. Eksternalisasi ( dengan kata lain, analisis biaya – manfaat / ABM) c. Probabilitas hasil (dengan kata lain, analisis risiko – manfaat / RBA d. Tingkat pemangku kepentingan Adapun dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan yaitu : a. Keadilan di antara para pemangku kepentingan dan b. Hak pemangku kepentingan yaitu :
Kehidupan
Kesehatan dan keselamatan
Perlakuan adil
Penggunaan hati nurani
Harga diri dan privasi
Kebebasan berbicara
Beberapa hak ini telah dilindungi oleh undang – undang dan peraturan hukum.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya , seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya, dan lain- lain.
B. SARAN
Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin dihadapkan pada dilemma etika dan moral. Agar keputusan yang diambil mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak dan juga lingkugannya, maka diperlukan analisis dampak dan pemimpin yang berintegritas yang menjunjung tinggi moral dan etika.
C. DAFTAR PUSTAKA
Srinurmalasari.blogspot.com
Didietmaulana.blogspot.com
Buku etika bisnis dan profesi jilid 1
15