TUGAS INDIVIDU
SISTEM REPRODUKSI ANALISIS JURNAL
Dosen : Putria Carolina, S.Kep.,Ns
Disusun Oleh :
Ririn priscila 2010.02a.0128
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN S-1 KEPERAWATAN III B 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nyalah, selaku penulis makalah ini untuk dianalisis jurnal yang berjudul ” Hubungan pengetahuan penyakit menular seksual (pms) dengan Tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal remaja Putri di sma nasional makassar tahun 2013 ” yang mana jurnal ini sebagai salah satu tugas Sistem
Reproduksi, dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Palangka Raya, Agustus 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................ ............................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................... ..................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pen gertian............................................... ..................................................... ....................................................... .. 3 2.2 Klasifikasi ..................................................................................................... 3 2.3 Etiologi ................................................... ..................................................... ....................................................... .. 6 2.4 Manifestasi Klinis ......................................................................................... 7 2.5 Patofisiologi .................................................................................................. 8 2.6 Komplikasi .................................................................................................... 9 2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 9 2.8 Penatalaksanaan Medis ................................................................................. 9 BAB 3 JURNAL PENELITIAN
3.1 Hubungan pengetahuan Penyakit Menular Seksual (PMS) dengan Tindakan Kebersihan Alat Reproduksi Eksternal Remaja Putri Di Sma Nasional Makassar Tahun 2013 ................................................. ................... 11 BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan ...................................................... ................................................................................................... ............................................. 22 BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 25 5.2 Saran .............................................. ...................................................... ................................................................ .......... 25 DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis saat periode pubertas seiringi dengan perkembangan seksual. Kondisi ini menyebabkan remaja rentan terhadap masalah-masalah perilaku berisiko, seperti melakukan hubungan seks sebelum menikah, menjaga kebersihan alat genital dan penyalahgunaan napza, dengan risiko tertular penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Permasalahan remaja tersebut perlu mendapat perhatian lebih khusus guna menjamin kualitas generasi muda mendatang. Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi, menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah dan mampu mengambil keputusan terbaik bagi dirinya, maka pelayanan konseling sangat diperlukan remaja. Atas dasar itulah Pemerintah Kabupaten Subang melalui Dinas Kesehatan Keluarga Berencana (BKKBN) membentuk pusat Pelayanan Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) (BKKBN, 2010). Kelompok Remaja Putri adalah populasi yang berisiko terkena penyakit menular seksual, yang umumnya ditandai oleh gejala leukore, dan perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri memasuki masa pubertas ditandai dengan menstruasi dan pada sebagian remaja saat menjelang menstruai mengalami leukore normal yang umumnya berwarna bening, tidak berwarna, b erwarna, tidak gatau atau berbau. Bila cairan berubah berub ah warna, berbau, dan d an gatal maka telah t elah terjadi leukore patologis akibat peradangan p eradangan atau a tau infeksi pada alat genitalianya (Pribakti, 2004;Wijayanti, 2009). Leukore tidak hanya mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan, tetapi juga merupakan gejala awal kanker serviks yang merupakan pembunuh nomor satu bagi wanita, dengan insidensi mencapai 100 per 100.000 penduduk per tahun (Iskandar, 2002). Banyak remaja Indonesia yang tidak mengetahui bahaya leukore patologis sehingga menganggap leukore sebagai hal biasa dan rasa malu sehingga enggan berkonsultasi dengan dokter.
1
2
BKKBN melaporkan bahwa 75% wanita di Indonesia pernah mengalami leukore minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya mengalami leukore sebanyak dua kali atau lebih (BKKBN, 2009). Data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2008 melaporkan bahwa dari 43,3 juta jiwa remaja usia 15-24 tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat. Hasil penelitian dari salah satu SMA Negeri Semarang didapatkan 48 dari 50 siswi yang diwawancarai (96%) siswi yang mengalami leukore akibat ketidaktahuan tentang merawat organ genitalia eksterna 23 siswi (47,9%) dan ketidakseimbangan hormon 25 siswi (52,1%) (Wiwit, 2008). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku feminine hygiene terhadap insidensi leukorrhoea”. leukorrhoea”. 1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Menjelaskan tentang analisi jurnal yang berhubungan dengan sistem reproduksi yaitu hubungan pengetahuan penyakit menular seksual (pms) dengan tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal remaja putri. 1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas mengenai analisis data yang berhubungan dengan sistem reproduksi yaitu hubungan pengetahuan penyakit menular seksual (pms) dengan d engan tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal ek sternal remaja putri. 1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Institusi Untuk membantu institusi dalam melengkapi bahan-bahan pada perpustakaan institusi. 1.4.2 Bagi Mahasiswa Untuk membantu mahasiswa agar lebih memahami analisis jurnal yang berhubungan dengan sistem reproduki.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs), Sexually Transmitted Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana pengertian dari IMS ini adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. IMS disebut juga penyakit kelamin atau pen yakit kotor. Namun ini hanya menunjuk pada penyakit yang ad a di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya, karena menunjuk pada cara penularannya (Ajen Dianawati, 2003). IMS atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. IMS yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar diantaranya adalah AIDS, kaena mengakibatkan sepenuhnya pada kematian pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengn antibiotik (Zohra dan Rahardjo, 1999). Menurut Aprilianingrum (2002), Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. 2.2 Jenis – Jenis – Jenis Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS) ( IMS) Beberapa penyakit infeksi menular seksual yang sering terjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) menurut Fahmi (2008) adalah : 1) Gonore (kencing nanah) Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ reproduksi dan menyerang selaput lendir, mucus, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini adalah Neisseria adalah Neisseria Gonorrhoeae. Gejala akibat penyakit ini pada wanita antara lain : (1) Keputihan kental berwarna kekuningan.
3
4
(2) Rasa nyeri di rongga panggul. (3) Dapat juga tanpa gejala. Sedangkan gejala pada laki – laki – laki laki antara lain: (1) Rasa nyeri pada saat kencing. (2) Keluarnya nanah kental kuningkehijauan. (3) Ujung penis agak merah dan bengkak. 2) Sifilis Penyakit ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunan barang-barang dari seseorang yang tertular (misalnya : baju, handuk dan jarum suntik). Penyebab timbulnya timbuln ya penyakit ini adanya kuman Treponema pallidum, pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh lainya seperti selaput lender , anus, bibir, lidah dan mulut. Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). Dengan gejala klinis : Luka atau koreng, jumlah biasanya satu, bulat atau lonjong, lonjon g, dasar bersih, dengan d engan perabaan kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri pada penekanan. 3) Chlamydia Trachomatis Chlamydia trachomatis adalah salah satu dari tiga spesies bakteri dalam genus Chlamydia, famili chlamydiaceae, kelas Chlamydiae, filum Chlamydiae, domain Bacteria. Chlamydia trachomatis adalah agen chlmydial pertama yang ditemukan dalam tubuh manusia. Bakteri ini pertama kali diidentifikasi tahun 1907. Infeksi chlamydia trachomatis sering tidak menimbulkan gejala dan sangat beresiko bila terjadi pada ibu-ibu karena dapat menyebabkan kehamilan ektopik, infertilitas dan abortus. Dengan gejala klinis : (1 ) Pada pria duh (sekret/cairan) tubuh uretra u retra dapat disertai eritema meatus. (2) Pada wanita duh tubuh serviks seropurulen, serviks mudah berdarah. 4) Herpes 4) Herpes Genitali
5
Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes simpleks. Kedua herpes ini berasal dari virus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, sedangkan herpes simpleks disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). Gejala klinis yang disebabkan oleh : Virus Herpes Simplex sebagai berikut: 1) Herpes genital pertama : diawali dengan bintil lentingan dan luka/erosi berkelompok, di atas dasar kemerahan, sangat nyeri, pembesaran kelenjar lipat paha dan disertai gejala sisitemik. 2) Herpes genital kambuhan : timbul bila ada faktor pencetus yaitu : daya tahan tubuh menurun, stres pikiran, senggama berlebihan, kelelahan. 5) Kondiloma akuminata(Kutil Genitalis) Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual. Kutil genitalis sering ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena tidak enak dilihat, bisa terinfeksi bakteri, bisa merupakan petunjuk adanya gangguan sistem kekebalan. Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil pap smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis, mulut, tenggorokan atau kerongkongan. 6) HIV-AIDS HIV singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus, Virus, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam tubuh sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang berkuran g dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lemas. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. 7) Ulkus mole
6
Disebabkan oleh : Haemophillus Ducreyi, Ducreyi, dengan gejala klinis seperti koreng jumlahnya banyak, bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi bergaung, sekitar koreng merah dan edema, sangat nyeri. 2.3 Etiologi PMS disebabkan oleh: 1) Bakteri (gonore, sifilis, klamidia). 2) Parasit (trikomoniasis). 3) Virus (human papillomavirus, herpes genitel, HIV). Berikut ini adalah penyebab tertularnya penyakit menular seksual, yaitu: 1) Seks tanpa pelindung Meski kondom tidak seratus persen melindungi, kondom tetap merupakan cara terbaik untuk menghindari infeksi. 2) Berganti-ganti pasangan Semakin banyak pasangan seksual seseorang, kian besar juga kemungkinan tertular suatu PMS. 3) Mulai aktif secara seksual pada usia dini Remaja lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada orang yang lebih tua. 4) Penggunaan alcohol Konsumsi alcohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual. Seseorang yang biasa meminunm alcohol bias jadi kurang selektif memilih pasangan seksual dan menurunkan batasan. 5) Penyalahgunaan obat Prinsipnya mirip dengan alcohol, orang yang berhubungan seksual dibawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan perilaku seksual beresiko/tanpapelindung. 6) Seks untuk uang/obat Orang yang menual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya rendah sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan seksual yang aman.
7
7) Hidup dimasyarakat yang prevalensi PMS-nya tinggi Ketika seseorang tinggal tengah dikomunitas dengan prevalensi PMS yang tinggi, ketika berhubungan seksual (dengan orang lain dikomunitas itu), orang tersebut lebih rentan terinfeksi PMS. 8) Monogamy serial Monogamy serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang dikencani/dinikahi juga banyak. 9) Sudah pernah terjangkit suatu PMS Kalauseseorang pernah terjangkit PMS, seseorang tersebut lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya. 10) Hanya memakai pil KB untuk kontrasepsi Kadang seseorang lebih menghindari kehamilan daripada PMS sehingga mereka memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. 2.4 Manifestasi klinis Menurut Kusuma (2009), tanda dan gejala IMS pada laki-laki dan perempuan berbeda. Karena bentuk dan letak alat kelamin laki-laki berada di luar tubuh, gejala IMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda IMS pada laki-laki antara lain: 1) Berupa bintil-bintil berisi cairan. 2) Lecet atau borok pada penis/alat kelamin. 3)
Luka tidak sakit.
4) Keras dan berwarna merah pada alat kelamin. 5) Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam. 6) Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin. 7) Rasa sakit yang hebat pada saat kencing. 8) Kencing nanah atau darah yang berbau busuk. 9) Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.
8
Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika ada gejala, biasanya berupa antara lain: 1) Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual. 2) Rasa nyeri pada perut bagian bawah. 3) Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin. 4) Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan
pada alat kelamin atau sekitarnya. 5) Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal. 6) Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual. 7) Bintil-Bintil berisi cairan. 8) Lecet atau borok pada alat kelamin.
2.5 Patofisiologi Bila tiak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan kematian. Wanita lebih berseiko untuk terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab lebih mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan. Dan sering laki berakibat lebih parah karena tidak segera dikenali, sedangkan penyakit melanjut ketahap yang lebih parah. Oleh larena leta dan bentuk kelaminnya yang agak menonjol, gejala PMS pada laki-laki lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Sedangkan pada perempuan sebagian besar gejala hampit tak timbul dirasakan. Cara penularan PMS ini terutama melalui hubungan seksual yang tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral. Cara penularan lainnya secara perinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, bail selama kehamilan, saat kelahiran maupun setelah lahir. Bias melalui transfuse darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah. Dan juga bias melalui penggunaan dalam atau handuk yang telah dipakai penderita PMS. Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah: 1) Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom). 2) Gonta-ganti pasangan seks.
9
3) Prostitusi. 4) Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka atau radang karena epital mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding vagina. 5) Penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita PMS. 2.6 komplikasi 1) kemandulan. 2) kecacatan. 3) gangguan kehamilan. 4) kanker. Suatu studi epidemiologi menggambarkan bahwa pasien dengan PMS lebih rentan terhadap HIV. Infeksi menular seksual diimplikasikan sebagai faktor memfasilitasi penyebaran HIV (WHO, 2004). 2.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang biasanya dianjurkan untuk diagnosis penyakit menular seksual meliputi: 1) Pemeriksaan fisik. 2) Pemeriksaan laboratorium: darah, urin dan cairan tubuh lainnya. 2.8 Penatalaksanaan medis Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan berdasarkan mikroorganisme penyebabnya. Namun, dalam kenyataannya penderita infeksi menular seksual selalu diberi pengobatan empiris. Antibiotika untuk pengobatan PMS adalah : 1) Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksilin, seftriakson, seftinomosin, kuinolon, tiamfenikol dan kanamisin (Daili, 2007). 2) Pengobatan sifilis: penisilin, selfalosforin, tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol (Hutapea, 2001). 3) Pengobatan herpes genital: asiklovir, valasiklovir (Wells et al, 2003). 4) Pengobatan klamidia: azithromisin, dosisiklin, eritromisin (Wells et al, 2003).
10
5) Pengobatan trikomoniasis: metronidazole (Wells et al, 2003). Pencegahan agar tidak terjadi PMS: 1) Setia dengan pasangan atau hindari seks bebas. 2) Pastikan jarum suntik yang akan dipakai steril. 3) Menjaga kebersuhan dan kesehatan organ intim. 4) Vaksinasi.
BAB 3 JURNAL 3.1 Hubungan Pengetahuan Penyakit Menular Seksual (Pms) Dengan Tindakan Kebersihan Alat Reproduksi Eksternal Remaja Putri Di Sma Nasional Makassar Tahun 2013
3.1.1 Abstrak Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) dengan tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal remaja putri di SMA Nasional Makassar tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan Croos Sectional Study. Populasi adalah seluruh siswi kelas X dan XI di SMA Nasional Makassar yang aktif mengikuti proses pembelajaran. Sampel adalah sebagian siswi SMA Nasional Makassar yang masih aktif sebanyak 79 responden yang diperoleh dengan menggunakan Proporsional Stratified Random Sampling . Data diolah dengan program SPSS menggunakan Uji Chi-Square. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dan disertai pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan hubun gan pengetahuan pe ngetahuan penyakit p enyakit menular seksual (PMS) dengan tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal (p=0,035) dimana dari total 51 responden yang berpengetahuan cukup, terdapat 66,7 % responden memiliki tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal yang baik dengan kekuatan hubungan sedang (φ=0,265). Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada pihak sekolah untuk meningakatkan
pemberian
pelajaran
mengenai
kesehatan
reproduksi
dengan
memberikan satu mata pelajaran khusus kesehatan reproduksi remaja, serta diharapkan kepada instansi terkait dapat memberikan pendidikan kesahatan reproduksi remaja yang merata di sekolah - sekolah. Kata Kunci : Penyakit Menular Seksual, Pengetahuan, Kebersihan, Organ Reproduksi Eksternal. 11
12
AB A B STR A CT
Adolescent reproductive health is determined by how the teenager in caring and maintaining genital hygiene tools. This study aims to determine the relationship between knowledge about sexually transmitted diseases (STDs) and reproductive hygiene measures external national high school girls in Makassar in 2013. This research is an observational study with Croos sectional study design. The population is all students of class X and XI in the National High School Makassar who actively follow the learning process. Samples are mostly high school students who are still active National Makassar as much as 79 respondents were obtained using the Proportional Stratified Random Sampling. The data were processed with SPSS using Chi-Square Test. Presentation of data is done in the form of tables and accompanied discussion.This study results indicate that there is a correlation between knowledge of sexually transmitted diseases (STDs) with external reproductive hygiene measures (p = 0.035) which, from a total of 51 respondents were knowledgeable enough, there were 66.7% of respondents have external reproductive hygiene measures are good with power relations medium (φ = 0.265).Based on the results of the study suggested the school to improve the delivery of lessons on reproductive health by providing the specific subjects of adolescent reproductive health, and is expected to relevant agencies such as health departments can provide reproductive health education teen in school uniform - school. key words: Sexual Diseases, Knowledge, Hygiene,External Tools of Reproductv.
13
3.1.2 Pendahuluan Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya. Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi (Ratna , 2010). Perawatan area genital sangat jarang dilakukan dan dibicarakan khususnya oleh masyarakat Indonesia karena terkesan tabu dan jorok. Perawatan kebersihan yang dibicarakan biasanya hanya menyangkut hal umum saja, sedangkan untuk kesehatan alat reproduksi sangat jarang didapatkan karena kurang nyaman untuk dibicarakan (Prawirohardjo, 2009). Faktor utama timbulnya masalah kesehatan genital adalah kondisi di sekitar vagina yang sangat rentan terhadap infeksi. Infeksi mudah terjadi karena letaknya yang sangat dekat dengan uretra dan anus, sehingga mikroorganisme (jamur, bakteri, parasit, virus) mudah masuk ke vagina. Area genital yang lembab, tertutup, terlipat dan tidak steril juga merupakan tempat yang cocok bagi berkembangnya mikroorganisme yang tidak menguntungkan bagi tubuh (Sharma et al, 2008). Saat ini masih banyak dijumpai penyakit infeksi yang mengganggu alat reproduksi wanita. Beberapa penelitian menunjukan bahwa remaja Indonesia beresiko untuk terkena infeksi PMS/HIV/AIDS. Survei surveilans perilaku yang diadakan Universitas Indonesia (PPK-UI) menunjukan bahwa 2,8% pelajar SMA wanita dan 7% dari pelajar SMA pria melaporkan adanya gejala-gejala PMS (Utomo, 2006). Masalah kesehatan area genital yang umum terjadi pada wanita adalah keputihan. Sebanyak 75% wanita di dunia pernah menderita keputihan paling tidak satu kali seumur hidup, dan 45% diantaranya bisa mengalami dua kali atau lebih (Pribakti 2008).
14
Penelitian yang pernah dilakukan di Asia Selatan, di daerah Bengal Selatan tentang tingkat pengetahuan kebersihan alat reproduksi pada saat menstruasi dari 160 anak perempuan didapatkan 67,5% memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan 97,5% tidak mengetahu tentang kebersihan alat reproduksi pada saat mentruasi. Penelitian yang dilakukan di Dusun Serbajadi Kecamatan Natae Lampung Selatan tentang kebersihan alat kelamin pada saat mentruasi dari 69 responden yang memiliki kategori baik terdapat 52,17%, cukup 43,48% dan kurang 4,35%. di SMU Negeri 2 Medan tahun 2004 tentang perawatan alat reproduksi bagian luar dari 58 responden , yang memiliki kategori baik 25,86%, cukup 67,24% dan kategori kurang 6,8%. Beberapa penyakit infeksi pada alat reproduksi wanita adalah dapat berupa trikomoniasis, vaginosis bakterial, kandidiasis, vulvovaginitis, gonore, klamidia dan sifilis. Salah satu gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi alat reproduksi wanita adalah terjadinya keputihan. Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Keputihan ( flour flour albus) albus) adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina. (Kliegman, 2007). Salah satu penyebab penularan PMS adalah penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita PMS (Hutagalung, 2002). 3.1.3 Bahan dan Metode Penelitian ini dilakukan di SMA Nasional Makassar. Waktu pengumpulan data yaitu selama tiga hari pada tanggal 1-3 Mei 2013 dengan menggunakan rancangan Cross Sectional Study. Populasi penelitian adalah siswi kelas X dan XI di SMA Nasional Makassar Tahun 2013 yang masih aktif mengikuti proses belajar-mengajar dan sebanyak 99 siswi yang hadir pada saat penelitian dijadikan unit analisis. Pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik pengambilan sampel “Stratified “ Stratified Random Sampling ”. ”. Pengumpulan data diperoleh dengan dua cara, data primer diperoleh dengan mengunakan kuesioner dan data sekunder berupa data jumlah siswi kelas X dan XI di SMA Nasional Makassar dari absensi masing-masing kelas. Data diolah dan dianalisis menggunakan program SPSS di komputer dengan melakukan analisis univariat dan analisis hubungan dilakukan terhadap tiap variabel independen dengan variabel dependen dengan
15
menggunakan uji Yate’s Correction dengan tingkat signifikan alfa (α) 0,05. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. 3.1.4 Hasil 1) Karakteristik responden Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur responden, distribusi yang tertinggi berada pada umur 16 tahun yaitu sebanyak 39 responden (49,4%), Distribusi responden berdasarkan agama mayoritas adalah agama islam yaitu sebanyak 72 responden (91,1%), sementara itu pada distribusi responden untuk tingkatan kelas terbanyak berada pada kelas XI sebesar 43 orang (54,4%). 2) Analisis univariat Tabel 2 menunjukkan distribusi responden berdasarkan pengetahuan pengertian PMS dari 79 responden terdapat 87,3% responden berpengetahuan cukup, dan 12,7% berpengetahuan kurang. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan pengetahuan penyebab PMS dari 79 responden terdapat 65,8% responden berpengetahuan cukup dan 27% berpengetahuan kurang. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan penularan PMS, dari 79 responden terdapat 55,7% responden berpengetahuan cukup dan 44,3% berpengetahuan kurang. kurang. Distribusi responden responden berdasarkan pengetahuan pengetahuan jenis jenis PMS dari 79 responden terdapat 69,6% responden berpengetahuan cukup dan 30,4% berpengetahuan kurang. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan gejala PMS dari 79 responden terdapat 77,2% responden berpengetahuan cukup dan 22,8% berpengetahuan kurang. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan pengetahuan pencegahan PMS dari 79 responden terdapat 75,9% responden berpengetahuan cukup dan 24,1% berpengetahuan kurang. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan pengetahuan pengobatan PMS dari 79 responden terdapat 60,8% responden berpengetahuan cukup dan 39,2% berpengetahuan kurang. Berdasarkan tabel 2, proporsi responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang pengetahuan PMS sebanyak (64,6%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 35,4%. Tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi responden yang memiliki tindakan yang baik terhadap kebersihan alat reproduksi eksternal sebesar 57,0%, sedangkan proporsi responden yang memiliki tindakan buruk sebesar 43,0%.
16
3) Analisis bivariat Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat 51 responden yang memiliki pengetahuan PMS cukup yaitu 34 responden (66,7%) dengan tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal dalam kategori baik dan 17 responden (33,3 %) dengan tindakan dalam kategori buruk. Sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang tentang PMS sebanyak 28 responden dimana 11 responden (39,3%) tindakan kebersihan alat reproduksinya baik dan 17 responden (60,7%) %) tindakan kebersihan alat reproduksinya reproduksinya buruk. Responden yang berpengetahuan cukup memiliki tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal yang baik (66,7%) , lebih banyak dibanding responden yang berpengetahuan berpengetahuan kurang (39,3%) , sedangkan responden yang berpengetahuan cukup yang mempunyai kategori buruk dalam tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal (33,3%) lebih sedikit dibanding responden yang berpengetahuan kurang (60,7%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase responden yang paling banyak bertindak baik dalam kebersihan alat reproduksi eksternal berada pada kategori pengetahuan cukup. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,035 (p<0,05) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan antara pengetahuan PMS terhadap tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal remaja putri di SMA Nasional Makassar tahun 2013. Besarnya keeratan hubungan antara pengetahuan PMS terhadap tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal dilihat dari hasil uji statistik dengan koefisien (phi) dengan nilai =0,265. Hal ini berarti hubungan sedang atau dapat dikatakan bahwa pengetahuan pengetahuan PMS berkontribusi sebesar 26,5% terhadap tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal remaja putri di SMA Nasional Makassar tahun 2013. 3.1.5 Pembahasan
1) Pengetahuan tentang penyakit menular seksual (PMS) Pengetahuan PMS dalam penelitian ini adalah segala pengetahuan responden mengenai pengertian PMS, penyebab PMS, penularan PMS, jenis PMS, gejala PMS, pencegahan PMS dan pengobatan PMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa tingkat pengetahuan penyakit menular seksual remaja putri sebagian
17
besar mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup (64,6%). Sementara itu pada perhitungan tiap-tiap kategori dalam pengetahuan penyakit menular seksual, kategori pengertian PMS merupakan kategori pengetahuan tertinggi (87,3%), sedang kategori pengetahuan tentang penularan PMS merupakan kategori terendah (55,7%). Selain itu, dari hasil penelitian disimpulkan bahwa semua kategori dalam pengetahuan penyakit menular seksual seluruhnya seluruhn ya memiliki proporsi pengetahuan yang cukup. Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden telah memahami bahwa penyakit menular seksual dapat dicegah dengan menjaga kebersihan alat reproduksi eksternal dan bahwa menjaga kebersihan alat reproduksi bukan hanya tentang personal hygiene, hygiene, tetapi juga termasuk untuk tidak melakukan hubungan seksual. Pengalaman dapat dijadikan cara untuk menambah pengetahuan seseorang tentang suatu hal. Selain itu umur juga mempengaruhi daya tangkap dan pola fikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola fikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden berumur 16 - 17 tahun yaitu 58 orang (73,5%). Hasil penelitian Bobak et al (2005) tahap perkembangan remaja dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu remaja tahap awal (10-14 tahun), remaja tahap menengah (15-16 tahun), dan remaja tahap akhir (17-21 tahun). Semakin dewasa umur seseorang, tingkat pengetahuan seseorang akan lebih matang atau lebih baik dalam berpikir dan bertindak.
2) Tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal remaja putri Tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal dalam penelitian ini adalah cara membersihkan dan menjaga kebersihan organ kelamin luar wanita yaitu dengan cara membasuh dari arah depan ke belakang, membersihkan dan mengeringkan alat kelamin dengan menggunakan tissu atau handuk khusus, menyiram kloset terlebih dahulu sebelum menggunakannya, tidak perlu menggunakan sabun khusus pembersih vagina, tidak sering-sering menggunakan pantyliner, mengganti pakaian
18
dalam minimal 2 kali sehari dan mengganti pembalut minimal 3 jam sekali saat terasa basah, menggunakan pakain dalam yang terbuat dari katun serta menggunting rambut kemaluan minimal 1 kali dengan mengajukan beberapa pernyataan yang berupa kuesioner. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 57% memiliki tindakan yang baik, sedangkan sebanyak 43 % memiliki tindakan yang buruk dalam menjaga kebersihan alat reproduksi ekternal. Dari hasil survey pendahuluan di SMA Nasional Makassar didapatkan bahwa pihak sekolah dan guru melaksanakan pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja ) dengan memasukkan materi KRR ke dalam pelajaran Biolagi, Penjaskes, dan Agama. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang dilakukan oleh sekolah merupakan salah satu upaya untuk membimbing remaja mengatasi konflik seksualnya. Perubahan fisiologis pada remaja putri menurut Potter & Perry (2005) adalah menarche, ovulasi dan lengkapnya perkembangan payudara, munculnya rambut aksila serta perubahan hormonal. Fase remaja merupakan fase yang sangat penting, karena pada fase ini ditandai dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu menjalankan tugas reproduksi (Yusuf, 2007). Banyaknya perubahan yang terjadi pada p ada masa remaja termasuk proses pematangan p ematangan organ-alat reproduksi sehingga siap berfungsi sebagai orang dewasa. Tetapi banyak sekali permasalahan yang timbul pada proses pematangan alat reproduksi, salah satunya adalah munculnya keputihan pada remaja putri (Nursal, 2007). Tindakan buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencucinya dengan air kotor, memakai sabun antiseptik secara berlebihan, menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan sehingga mempermudah masuknya bakteri, virus dan parasit penyebab PMS ke dalam vagina. Pengetahuan dan menjaga system reproduksi.
tindakan dalam
19
Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, sering kali berakar dari kurangnya informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan hal ini, mulai dari pemahaman mengenai perlunya pemeliharaan kebersihan alat reproduksi, pemahaman mengenai proses-proses reproduksi serta dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab seperti kehamilan tak diinginkan, aborsi, penularan PMS. Lebih dari sekedar masalah keputihan, tindakan menjaga kebersihan alat reproduksi eksternal juga merupakan langkah awal dalam pencegahan penularan penyakit menular seksual (PMS). Dengan adanya tindakan yang baik dalam menjaga kebersihan alat reproduksi eksternal maka seseorang juga akan cenderung untuk tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah. Oleh karena itu, program pihak sekolah yang memasukkan materi KRR dalam mata pelajaran merupakan suatu kebijakan yang tepat. Hasil penelitian juga didapatkan mayoritas responden beragama islam yaitu 72 responden (91,1%). Dalam khazanah Islam juga dibahas masalah kebersihan diri karena kesehatan dalam ajaran Islam juga merupakan hal yang sangat penting yang tentunya dapat diperoleh dengan memperhatikan kebersihan diri. Kebersihan merupakan sebagian dari iman, sebagaimana kebersihan dalam ajaran Islam merupakan suatu hal untuk memperoleh tubuh yang sehat sehingga dapat melaksanakan berbagai aktivitas. Berdasarkan hal ini, remaja putri diharapkan untuk melihat pentingnya pentingnya kesehatan dari segi agama (Thalib, 2003). 3) Hubungan pengetahuan tentang penyakit penyakit menular seksual (PMS) terhadap tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal
Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara pengetahuan tentang penyakit menular seksual (PMS) terhadap tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal remaja putri. Dengan kata lain bahwa semakin baik tingkat pengetahuan responden tentang PMS maka semakin baik pula tindakan dalam menjaga kebersihan alat reproduksinya.
20
Hasil penelitian diketahui semua responden yang mempunyai pengetahuan cukup, semuanya mempunyai tindakan terhadap kebersihan alat reproduksi eksternal yang baik. Dari hasil penelitian juga diperoleh pada variabel pengetahuan, kategori pengertian PMS merupakan proporsi tertinggi responden yang memiliki pengetahuan pengetahuan cukup (87,3%), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden paham dan mengerti bahwa PMS tidak hanya ditularkan melalui hubungan seksual saja melainkan juga melalui tindakan dalam menjaga kebersihan alat reproduksi eksternal.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murni (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan penyakit menular seksual dengan sikap dan tindakan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat reproduksinya untuk mencegah keputihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 152 responden pengetahuan responden adalah tinggi yaitu 75%. Namun dari beberapa penelitian lainnya yang dilakukan oleh Triana Pujiharyati dan Muji Sulistyowati tentang upaya pencegahan penularan PMS dengan kebersihan alat reproduksi di SMAN 1 Lampung Selatan desa Hulu didapatkan hasil bahwa dari 182 responden sebanyak 82% responden berpengetahuan kurang. Hasil penelitian Triana Pujiharyati dan Muji Sulistyowati berbanding terbalik dengan hasil penelitian ini dan penelitian Murni. Perbedaaan tersebut dikarenakan diterapkannya kebijakan PIK KRR di SMA Nasional Makassar serta kondisi geografis SMA Nasional Makassar yang terletak di tengah kota sehingga memungkinkan para siswanya untuk dapat meng update informasi dengan mudah, sementara penelitian yang dilakukan Triana Pujiharyati dan Muji Sulistyowati di SMAN 1 Lampung Selatan terletak di desa Hulu yang masih minim akan informasi terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi. Teori mengatakan lingkungan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt ( overt behavior). behavior). 3.1.6 Kesimpulan Hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan pengetahuan PMS dengan tindakan kebersihan alat reproduksi eksternal remaja putri di SMA Nasional Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan PMS dengan tindakan
21
kebersihan alat reproduksi eksternal. Hal tersebut mengartikan bahwa semakin baik pengetahuan remaja remaja putri tentang penyakit penyakit menular seksual maka akan akan semakin baik pula pula tindakan kebersihan alat reproduksinya. Sebagian besar remaja putri kelas X dan XI SMA Nasional Makassar memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakit menular seksual. Sebagian besar remaja putri kelas X dan XI SMA Nasional Makassar memiliki tindakan yang baik terhadap kebersihan alat reproduksi ekternal. 3.1.7 Saran Penelitian ini menyarankan kepada siswa untuk senantiasa menjaga kebersihan diri ( Personal Hygiene) Hygiene) tidak hanya pada saat mentruasi tetapi lebih kepada tindakan menjaga kebersihan alat reproduksi secara umum serta salah satu yang paling penting adalah tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah. Bagi pihak sekolah disarankan untuk meningakatkan pemberian pelajaran mengenai kesehatan reproduksi remaja dengan memberikan satu mata pelajaran khusus kesehatan reproduksi, bukan memasukkannya dalam mata pelajaran lain, agar siswa lebih mengetahui apa itu kesehatan reproduksi dan bagaimana pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, sebab remaja adalah mereka yang haus akan informasi seputar seksualitas. Pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dilaksanakan di sekolah-sekolah dan merupakan suatu hak yang wajib diperoleh oleh remaja sehingga diharapkan kepada instansi terkait seperti dinas kesehatan, puskesmas, sekolah, lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan media massa dapat memberikan pendidikan kesahatan reproduksi remaja yang merata.
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental maupun sosial cultural (Fauzi, 2008). Sekitar 1 milyar manusia atau 1 dari 6 manusia dibumi ini adalah remaja dan 85% diantaranya hidup dinegara berkembang(UNFA, 2000). Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara seksual meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Jurnal berjudul berjudul “Hubungan “Hubungan Pengetahuan Penyakit Menular Seksual (Pms) Dengan Tindakan Kebersihan Alat Reproduksi Eksternal Remaja Putri Di Sma Nasional Makassar Tahun 2013” 2013”. Tujuan secara umum untuk menjelaskan bahwa kesehatan reproduksi wanita terutama dalam menjaga merawat organ reproduksinya dipengaruhi oleh pengetahuan tentang suatu penyakit yaitu PMS serta tentang organ reproduksi dan fungsinya serta upaya merawat organ reproduksi termasuk didalamnya membersihkan daerah kewanitaan, menjaga kesehatan reproduksi pada masa remaja. Remaja putri merupakan aset yang paling penting karena berperan dalam menentukan tingkat pertumbuhan suatu negara. karena penduduk usia muda merupakan modal pembangunan yaitu sebagai faktor produksi tenaga manusia (human resources), dan remaja putri dimasa dewasanya akan melahirkan calon anakanak bangsa,oleh sebab itu menjaga kesehatan merupakan hal yang mutlak dilakukan terutama menjaga kesehatan organ reproduksinya.
22
23
Didalam budaya kita organ reproduksi memang kurang menjadi perhatian karena pada umumnya orang merasa kurang nyaman membicarakan masalah organ reproduksi ini . Padahal, organ tersebut sangat membutuhkan perhatian, terutama kebersihan dan kesehatannya. Bila pengetahuan remaja putri tentang perawatan daerah kewanitaan rendah hal ini berakibat pada rendahnya kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi dan berdampak serta berpengaruh pada perilaku remaja remaja yang akibatnya akibatnya dapat terjadi terjadi masalah pada pada daerah kewanitaan. kewanitaan.
Daerah genitalia wanita merupakan daerah yang penting untuk dirawat. Karena letaknya yang tertutup, area kewanitaan ini butuh perhatian ekstra. Banyak dampak yang ditimbulkan apabila seorang wanita tidak memperhatikan kebersihan daerah genitalnya. Di antaranya adalah keputihan atau fluor albus, bau tidak sedap, dll. (Manan, 2011). Pengetahuan mengenai fungsi dan struktur reproduksi akan mengetahui bagaimana cara merawat, dan menjaganya dengan benar.serta mempengaruhi mempen garuhi remaja dalam memperlakukan organ reproduksinya, yang akan berpengaruh pada kesehatan reproduksinya. Didalam jurnal membahas mengenai cara-cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan organ reproduksi wanita. Organ reproduksi pada wanita memang jauh lebih ‘rumit’ dan rentan akan penyakit. Hal itu disebabkan karena secara anatomis, letak organ reproduksi wanita berada di dalam tubuh. Berdasarkan jurnal didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Siswi kelas kurang mengenal nama dan fungsi organ reproduksi wanita. 2. Kurang mengerti cara membersihkan vagina dengan benar. 3. Sebagian besar tidak mengetahui PMS. Pengetahuan merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang
24
bertujuan untuk tercapainya tercapainya perubahan perilaku perilaku individu, individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. Pengalaman dapat dijadikan cara untuk menambah pengetahuan seseorang tentang suatu hal. Selain itu umur juga mempengaruhi daya tangkap dan pola fikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola fikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs), Sexually Transmitted Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana pengertian dari IMS ini adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. IMS disebut juga penyakit kelamin atau pen yakit kotor. Namun ini hanya menunjuk pada penyakit yang ad a di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya, karena menunjuk pada cara penularannya (Ajen Dianawati, 2003). Jenis – Jenis Jenis Infeksi Menular Seksual (IMS);
Gonore (kencing nanah), Sifilis,
Chlamydia Trachomatis, Herpes Genitali, Kondiloma akuminata(Kutil Genitalis), dll. Pencegahan agar tidak terjadi PMS: 1) Setia dengan pasangan atau hindari seks bebas. 2) Pastikan jarum suntik yang akan dipakai steril. 3) Menjaga kebersuhan dan kesehatan organ intim. 4) Vaksinasi. 5.2 Saran Pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi dilaksanakan di sekolah-sekolah dan merupakan suatu hak yang wajib diperoleh oleh remaja sehingga diharapkan kepada instansi terkait seperti dinas kesehatan, puskesmas, sekolah, lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan media massa dapat memberikan pendidikan kesahatan reproduksi remaja yang merata.
25
Daftar Pustaka
Mahrani Muin, Ummu Salmaz, Mukhsen Sarake jurnal “Hubungan Pengetahuan Penyakit Menular Seksual (Pms) Dengan Tindakan Kebersihan Alat Reproduksi Eksternal Remaja Putri Di Sma Nasional Makassar Tahun 2013”. Bagian Biostatistik/KKB, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS,
Makassar (
[email protected]/085250957250
[email protected]/085250957250)). Diunduh tgl 15 agustus 2013
http://childrengrowup.wordpress.com/2012/09/25/6-trend-secular-pertumbuhan-fisikremaja/diunduh tgl 15 agustus 2013