Nama : Sukartini Nim : 201431151 201431151 Resume dari desain penelitian cross cross sectional,cohort dan study kasus. a. Cas asee co cont ntrrol Case contr control ol dal dalam am des desain ain stud studii epi epidem demiolo iologi gi adal adalah ah stu studi di ana analit litik ik yan yang g men mengan ganali alisis sis hubungan kausal dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit ( outcome outcome)) terle te rlebi bih h da dahu hulu lu da dan n ke kemu mudi dian an me meng ngid iden enti tifi fikas kasii pe peny nyeb ebab ab (f (fak akto torr ris risik iko) o).. St Stud udii case control biasany control biasanyaa dilak dilakukan ukan denga dengan n memaka memakaii kelomp kelompok ok kont kontrol rol sehing sehingga ga disebu disebutt sebaga sebagaii studi kasus kontrol atau case control study dan study dan bersifat retrospektif. Di dalam studi kasus kontrol ini dimulai dengan kasus atau sampel yang telah ada atau dengan kata lain sudah terjadi dan sudah tersedia) dimana digunakan sampel kelompok kontrol sebagai pembanding. Kelompok kontrol tersebut terdiri dari sekumpulan orang yang bukan kasus (bukan penderita penyakit yang bersangkutan) yang ciri-cirinya (dalam hal umur, jenis kelamin, ras, tingkat sosial, dll). Pada case control, dimulai dari pemaparan pada masa lampau untuk melacak riayat pengalamannya. Padaa case con Pad contro trol, l, pen penelit elitian ian dim dimula ulaii den dengan gan men menentu entukan kan pop popula ulasi. si. Pop Popula ulasi si pen penelit elitian ian diambi dia mbill dar darii sum sumber ber yan yang g sam samaa seh sehing ingga ga mem memili iliki ki kar karakt akteris eristik tik ya yang ng seba sebandi nding ng kec kecual ualii status penyakitnya.!ontoh kasus" #Suatu penelitian ingin mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit thypoid pada anak-anak. $eberapa faktor yang diduga sebagai seb agai fak faktor tor risi risiko ko terj terjadin adinya ya pen penyak yakit it thy thypoi poid d ada adalah lah keb kebiasa iasaan an cuc cucii tan tangan gan seb sebelu elum m makan dan kebiasaan jajan di sekolah%. &embagi sasaran penelitian menjadi ' populasi yaitu populasi kasus dan populasi control (penyakit thypoid). th ypoid). Peneliti mengukur paparan (penyakit thypoid) yang dialami subjek pada aktu yang lalu (retrospektif) dengan cara aancara, memeriksa memeri ksa catatan medic, dll. ntuk Kasus Kasus thypoid sebagai sebagai disease(D) yang terjadi terjadi pada anak an ak-a -ana nak k ma maka ka po popu pula lasi si de deng ngan an ka kasu suss at atau au pe peny nyak akit it hypoid mem memilik ilikii pap paparan aran() () kebiasaan jajan di sekolah dan tidak mencuci tangan, tidak jajan disekolah dan mencuci tangan. Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki kebiasaan tidak jajan di sekolah dan sering cuci tangan untuk yang tidak terkena resiko penyakit thypoid.
Penelitian retrospektif sering disebut juga penelitian kasus control, ekspos factor dan untuk memudahkan agar tidak terjadi kesalahan maka disarankan untuk menggunakan istilah trohok atau trohoc ! *l+an einstein) yaitu cohort yang dibaca dari belakang sesui dengan proses perjalanan nya penyakit yang diikuti, sedangkan pada penelitian kohort proses diikuti kedepan artinya dari factor resiko mencari insidensi, sedangkan penelitian retrospektif mengikuti proses ke belakang dari penderita pada keadaan aal untuk mencari factor resiko. Studi case control adalah rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. !iri-ciri studi case control adalah pemilihan subyek berdasarkan status penyakit, untuk kemudian dilakukan pengamatan apakah subyek mempunyai riayat terpapar faktor penelitian atau tidak.
Karakteristik case control antara lain "
.
&erupakan penelitian obser+asional yang bersifat retrospektif
'.
Penelitian diaali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol
.
Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat
/.
0erdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik
1.
Kelompok kontrol mempunyai risiko terpajan yang sama dengan kelompok kasus
2.
Pada penelitian kasus-kontrol, yang dibandingkan ialah pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol
3.
Penghitungan
besarnya
risiko
relatif
hanya
melalui
perkiraan
melalui
perhitunganodds ratio Studi case control bersifat retrospektif, yang maksudnya adalah
jika peneliti
menentukan status penyakit dulu, lalu mengusut riayat paparan ke belakang. *rah pengusutan seperti itu bisa dikatakan #anti-logis%, sebab peneliti mengamati akibatnya dulu
lalu meneliti penyebabnya, sementara yang terjadi sesungguhnya penyebab
selalu
mendahului akibat. Pada studi kasus kontrol, peneliti menggunakan kasus kasus yang sudah ada dan memilih kontrol (non-kasus) yang sebanding. 4alu peneliti mencari informasi status (riayat) paparan masing-masing subjek kasus dan kontrol. 5adi pada studi kasus kontrol peneliti tidak bisa menghitung risiko dan risiko relatif (66). Sebagai ganti risiko, pada studi kasus kontrol peneliti menggunakan odd. 7hat is odd8 9dd adalah probabilitas dua peristia yang berkebalikan, misalnya sakit +erus sehat, mati +ersus hidup, terpapar +ersus tak terpapar. Pada studi kasus kontrol, odd pada kasus adalah rasio antara jumlah kasus yang terpapar dibagi tidak terpapar. 9dd pada kontrol adalah rasio antara jumlah kontrol terpapar dibagi tidak terpapar. 5ika odd pada kasus dibagi dengan odd pada kontrol, diperoleh 9dds ratio (96). 96 digunakan pada studi kasus kontrol sebagai pengganti 66.
5adi penelitian retrospektif dapat diartikan sebagai suatu penelitian dengan pendekatan longitudinal yang bersifat obser+asional mengikuti perjalanan penyakit ke arah belakang (retrospektif) untuk menguji hipotesis spesifik tentang adanya hubungan pemaparan terhadap factor resiko dimasa lalu dengan timbulnya penyakit. Dengan kata lain, mengikuti perjalanan penyakit dari akibat ke sebab dengan membandingkan besarnya pemaparan factor resiko di masa lalu antara kelompok kasus dengan kelompok control sebagai pembanding. :al ini menunjukkan baha pada aalnya penelitian terdiri dari kelompok penderita (kasus) dan kelompok bukan penderita yang akan diteliti sebagai control. raian diatas secata skematis dapat digambarkan sebagai berikut"
;*<= 4*4
&encari pemaparan factor resiko
S$*$
S**0 ><>
retrospektif
kelompok kasus dan control
*K>$*0
Kelompok kasus atau kelompok penderita ialah kelompok indi+idu yang menderita penyakit yang akan diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subjek studi. :al ini penting dijelaskan karena tidak semua orang yang memenuhi criteria penyakit yang akan diteliti bersedia mengikuti penelitian dan tidak semua penderita memenuhi criteria yang telah ditentukan.
Kelompok control ialah kelompok indi+idu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan diteliti tetapi memiliki peluang yang sama dengan kelompok kasus untuk terpajan oleh factor resiko yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit dan bersedia menjadi subjek studi
1.
Ciri- Ciri Penelitian Kasus Kontrol/Retrospektif
Penelitian retrospektif memiliki ciri- ciri sebagai berikut"
a.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat obser+asional
b.
Diaali dengan kelompok penderita dan bukan penderita
c.
0erdapat kelompok control
d.
Kelompok control harus memliki resiko terpajan oleh factor resiko yang sama dengan
kelompok kasus
e.
&embandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh factor resiko antara kelompok
kasus dan kelompok control
f.
0idak mengukur insidensi
2.
Keuntungan Dan Kerugian Penelitian Kasus Kontrol
Penelitian case control memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut"
a.
Sangat sesuai untuk penelitian penyakit yang jarang tterjadi atau penyakit dengan fase
laten yang panjang atau penyakit yang sebelumnya tidak pernah ada
b.
Pelaksanaannya relati+e lebih cepat jika dibandingkan dengan cohort karena pada
penelitian case control diaali dengan penderita yang berarti penyakit yang diteliti telah timbul, sedangkan pada penelitian cohort, insidensi penyakit yang akan diteliti harus menunggu cukup lama.
c.
Sampel yang dibutuhkan untuk penelitian case control lebih kecil dari pada penelitian
cohort alaupun digunakan beberapa control untuk satu kasus.
d.
$iaya penelitiannya relati+e lebih kecil dibandingkan dengan penelitian cohort karena
sampel yang lebih sedikit dan aktu yang lebih singkat
e.
f.
0idak dipengaruhi oleh factor etis seperti penelitian aksperimen
Data yang ada mungkin dapat dimanfaatkan terutama bila penelitian dilakukan di
rumah sakit
g.
Kemungkinan untuk mengadakan penelitian terhadap beberapa factor yang diduga
sebagai factor penyebab
Disamping beberapa keuntungan tersebt, terdapat pula beberapa kerugian sebagai berikut"
a.
Kesalahan pemilihan kasus yang disebabkan kesalahan dalam diagnose
b.
Kesalahan dalam pemilihan control
c.
$erpotensi timbulnya bias informasi
d.
?aliditas adat yang diperoleh tidak dapat dilakukan
e.
Pengendalian terhadap factor perancu (con"oundin# "actor )sulit dilakukan dengan
lengkap f.
Perhitungan resiko relati+e hanya berupa erkiraan
g.
0idak didapat dilakukan untuk penelitian e+aluasi hasil penelitian
3.
Pengukuran Odd Rasio (=psi
Pengukuran resiko relatif pada penelitian case control tidak dapat dilakukan secara langsung tetapi hanya berupa perkiraan karena pada penelitian case control tidak mengukur insidensi tetapi hanya mengukur besarnya paparan. Secara skematis dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut
Pen!akit
Odds Pe"aparan
Positif
#egati$e
%u"la&
pen!akit
Positif
*
$
m
a@b
#egati$e
!
D
m'
c@d
%u"la&
n
n'
<
9dds pemaparan a@c b@d
9dds ratio () (a@b)@(c@d) atau ad@bc
Conto&'
Suatu penelitian tentang hubungan karsinoma paru- paru dengan rokok yang dilakukan secar a retrospektif dengan mengambil AA orang penderita !a paru- paru sebagai kasus dan AA orang dengan penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan !a paru- paru sebagai kelompok control. Kedua kelompok disamakan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan social ekonomi
:asilnya yang diperoleh adalah pada kelompok kasus dengan BA orang yang merokok, sedangkan pada kelompok control terdapat /A orang yang merokok. :al ini dapat digambarkan secara skematis dalam bentuk tabel berikut"
Paanan
Kasus
Control
Perokok
BA
/A
)ukan perokok
A
2A
%u"la&
AA
AA
6ate pemaparan pada kelompok kasusC BA@AAC BA
6ate pemaparan pada kelompok control C /A@AAC /A
9dds ratioC (BAE2A)@(/AF A)C 1/AA@1AAC A,G
>ni berarti baha diperkirakan resiko bagi perokok terkena karsinoma paru- paru adalah A,G kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok.
a. !ohort
Studi kohort adalah studi obser+asional yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status paparan kemudian diikuti (di "ollo$ up) hingga periode aktu tertentu sehingga dapat diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit. *pabila periode induksi yaitu kejadian penyakit dapat diamati dalam aktu yang panjang maka studi kohort raan terhadap bias penarikan responden (banyak yang drop out dari obser+asi), perlu dana yang besar dan aktu yang panjang.
Kelebihan penelitian kohort
. Dapat membandingkan ' kelompok yaitu kelompok subjek dengan faktor resiko positifdan dari kelompok kontrol sejak aal penelitian '. Secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari aktu ke aktu . Keseragaman obser+asi terhadap faktor resiko maupun dari efek aktu ke aktu. Kekurangan penelitian kohort. . &emerlukan aktu penelitian yang relatif cukup lama '. &emerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data yang lebih rumit . Kemungkinan adanya subjek penelitian yang droupout sehingga mengurangi ketepatan dan kecukupan data untk di analisis /. &enyangkut etika, sebabfaktor resiko dari subjek yang di amati sampai terjadinya efek menimbulkan ketidaknyamanan bagi subjek. %.
!ross sectional
Cross sectional adalah studi epidemiologi yang mempelajari pre+alensi, distribusi, dan hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain secara serentak pada indi+idu-indi+idu dari suatu populasi pada satu saat. Studi cross sectional tidak mengenal adanya dimensi aktu sehingga mempunyai kelemahan dalam
menjamin baha paparan mendahului efek ( disease). Dalam studi ini memiliki kekuatan dalam teknisnya, yaitu mudah dilakukan, dan murah, tidak memerlukan aktu follo up. Studi ini dimanfaatkan untuk merumuskan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi analitik lainnya. Studi ini mengamati paparan dan penyakit pada aktu kurang lebih bersamaan (non&directional ). Di dalam penelitian dengan desain studi Cross sectional untuk mengetahui faktor yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit hypoid pada anakanak dapat dilakukan dengan menentukan sampel yang dilakukan dengan pencuplikan random (random sampling) agar deskripsi dalam sampel meakili (representatif) populasi sasaran.
Pada populasi dilakukan pencuplikan (random), lalu dikelompokkan" kelompok terpapar dan berpenyakit hypoid (H DH), terpapar dan tidak berpenyakit hypoid (H D-), tak terpapar dan berpenyakit hypoid (- DH), tak terpapar dan tak berpenyakit hypoid (- D-). Studi cross sectional adalah suatu penelitian yang menggunakan rancangan atau desain obser+asi dengan ciri-ciri sebagai berikut "
.
Semua pengukuran +ariabel (dependen dan indpenden) yang diteliti dilakukan pada
aktu yang sama
'.
0idak ada periode follo-up
.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pre+alensi penyakit tertentu
/.
Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding
1.
:ubungan sebab- akibat hanya merupakan perkiraan saja
2.
Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis
3.
&erupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis
!ross sectional dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan tujuan penelitian dan subjeknya baik komunitas, institusi, klinik, dll. !ross sectional berguna untuk mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi pada satu titik aktu tertentu. Data yang dihasilkan dari studi potong-lintang adalah data pre+alensi. 0etapi studi potong-lintang dapat juga digunakan untuk meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun bukti yang dihasilkan tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit, karena tidak dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan baha paparan mendahului penyakit.
Studi potong lintang (cross sectional) bersifat non-directional sebab hubungan antara paparan dan penyakit pada populasi diteliti pada satu aktu yang sama. !ara studi potong lintang meneliti hubungan antara paparan dan penyakit"
.
&embandingkan pre+alensi penyakit pada berbagai subpopulasi yang berbeda status
paparannyaI
'.
&embandingkan status paparan pada berbagai subpopulasi yang berbeda status
penyakitnya.
rekuensi penyakit dan paparan pada populasi diukur pada saat yang sama, maka data yang diperoleh merupakan pre+alensi (kasus baru dan lama), bukan insidensi (kasus baru saja), sehingga studi potong lintang disebut juga studi pre+alensi, atau sur+ei. Pada studi potong lintang, karena bersifat #non-directional%, peneliti tidak bisa menghitung insidensi (kasus baru), yang menunjukkan risiko terjadinya penyakit dalam suatu periode aktu. 5adi pada studi potong lintang, peneliti tidak bisa menghitung risiko dan risiko relatif (66). Data yang diperoleh studi potong lintang adalah pre+alensi, terdiri atas kasus baru dan lama. Pre+alensi adalah jumlah kasus yang ada di suatu saat dibagi dengan jumlah populasi studi. 5ika pre+alensi penyakit pada kelompok terpapar dibagi
dengan pre+alensi penyakit
pada
kelompok tak
terpapar, maka
diperoleh
Pre+alence 6atio (P6). Demikian pula jika odd penyakit pada kelompok terpapar
dibagi dengan odd penyakit pada kelompok tak terpapar, diperoleh Pre+alence 9dds 6atio (P96).
1.
*uuan +tudi Cross +e,tional
Secara garis besar, tujuan penelitian cross sectional adalah sebagai berikut a.
Penelitian cross sectional digunakan untuk mengetahui masalah kesehatan masyarakat
di suatu ilayah, misalnya suatu sampling sur+ey kesehatan untuk memperoleh data dasar untuk menetukan strategi pelayanan kesehatan atau digunakan untuk membandingkan keadaan kesehatan masyarakat disuatu saat b.
Penelitian dengan pendekatan cross sectional digunakan untuk mengetahui pre+alensi
penyakit tertentu di suatu daerah tetapi dalam hal- hal tertentu pre+alensi penyakit yang ditemukan dapat digunakan untuk mengadakan estimasi insidensi penyakit tersebut. misalnya penyakit yang menimbulkan bekas seperti +ariola karena dari bekas yang ditinggalkan dapat diperkirakan insidensi penyakittersebut dimasa lalu tetapi akan sulit memperkirakan insidensi berdasarkan bekas yang ditinggalkan bila bekas tersebut tidak permanen. c.
Penelitian cross sectional dapat digunakan untuk memperkirakan adanya hubungan
sebab akibat bila penyakit itu mengalami perubahan yang jelas dan tetap, misalnya penelitian hubungan antara golongan darah dengan karsinoma endometrium $ila perubahan yang terjadi tidak jelas dan tidak tetap seperti penyakit yang menimbulkan perubahan biokimia atau perubahan fisiologi dilakukan penelitian cross sectional karena pada penelitian ini sebab dan akibat ditentukan pada aktu yang sama dan antara sebab akibat dapat saling mempengaruhi misalnya hubungan antara hipertensi dengan tingginya kadar kolesterol darah. d.
Penelitian cross sectional dimaksudkan untuk memperoleh hipotesis spesifik yang akan
diuji melalui penelitian analitis, misalnya dalam suatu penelitian cross sectional di suatu daerah ditemukan baha sebagian besar penderita diare menggunakan air kolam sebagai sumber air minum. Dari hasil ini belum dapat dikatakan baha air kolam tersebut factor resiko timbulnya diare, tetapi penemuan tersebut hanya merupakan suatu perkiraan atau hipotesis yang harus diuji melalui penelitian analitis.
2.
angka&-langka& +tudi Cross +e,tional
ntuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut. a.
>dentifikasi dan perumusan masalah
&asalah yang akan diteliti harus diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas agar dapat ditentukan tujuan penelitian dengan jelas
>dentifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap insidensi dan pre+alensi berdasarkan catatan yang lalu untuk mengetahui secara jelas baha masalah yang sedang dihadapi merupakan masalah yang penting untuk diatasi melalui suatu penelitian. Dari masalah tersebut dapat diketahui lokasi masalah tersebut berada.
b.
&enentukan tujuan penelitian
0ujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas agar orang dapat mengetahui apa yang akan dicari, dimana akan dicari, sasaran, berapa banyak dan kapan dilakukan serta siapa yang melaksanakannya.
Sebelum tujuan dapat dinyatakan dengan jelas, hendanya tidak melakukan tindakan lebih lanjut. 0ujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian karena dari tujuan ini dapat ditentukan metode yang akan digunakan.
c.
&enentukan lokasi dan populasi studi
Dari tujuan penelitian dapat diketahui lokasi penelitian dan ditentukan pula populasi studinya. $iiasanya, penelitian cross sectional tdak dilakukan terhadap semua subjek studi, tetapi dilakukan kepada sebagian populasi dan hasilnya dapat diekstrapolasi pada populasi studi tersebut. Populasi studi dapat berupa populasi umum dan dapat berupa kelompok populasi tertentu tergantung dari apa yang diteliti dan di mana penelitian dilakukan
*gar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data, sasaran yang dituju yang disebut subjek studi harus diberi criteria yang jelas, misalnya jenis kelamin, umur, domisili, dan penyakit yang diderita. :al ini penting untuk mengadakan ekstrapolasi hasil penelitian yaitu kepada siapa hasil penelitian ini dilakukan
d.
&enentukan cara dan besar sampel
Pada penelitian cross sectional diperlukan perkiraan besarnya sampel dan cara pengambilan sampel. Perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus Snedecor dan !ochran berikut. )
ntuk data deskrit
nC besar sampel
pC proporsi yang diinginkan
JC -p
C simpangan dari rata- rata distribusi normal standard
4C besarnya selisih antara hasil sampel dengan populasi yang masihh dapat diterima
')
ntuk data kontinyu
S'C +arian sampel !ara pengambilan sampel sebaiknya dilakukan acak dan disesuaikan dengan kondisi populasi studi, besarnya sampel, dan tersediannya samplin# "rame yaitu daftar subjek studi pada populasi studi. e.
&emberikan definisi operasional
f.
&enentukan +ariable yang akan diukur
g.
&enyusun instrument pengumpulan data
>nstrument yang akan digunakan dalam penelitian harus disusun dan dilakukan uji coba. >nstrument ini dimaksudkan agar tidak terdapat +ariable yang terleatt karena dalam instrument tersebut berisi semua +ariable yang hendak diteliti
>nstrument dapat berupa daftar pertanyaan atau pemeriksaan fisik atau laboratorium atau radiologi dan lain- lain disesuaikan dengan tujuan penelitian
h.
6ancangan analisis
*nalisis data yang diperoleh harus sudah dirrencanakan sebelum penelitian dilaksanakan agar diketahui perhitungan yang akan digunakan. 6ancangan analisis harus disesuaikan dengan tujuan penelitian agar hasil penelitian dapat digunakan untuk menjaab tujuan tersebut.
3.
Keuntungan dan Kekurangan Cross +e,tional
Penelitian
yang
dilakukan
dengan
pendekatan cross
sectional mempunyai beberapa
keuntungan dan kerugian sebagai berikut. Keuntungan dari cross sectional yaitu "
.
&udah untuk dilaksanakan
'.
:asil segera diperoleh
.
Dapat menjelaskan hubungan antara fenomena kesehatan yang diteliti dengan faktorfaktor terkait (terutama karakteristik yang menetap)
/.
merupakan studi aal dari suatu rancangan studi kasus-kontrol maupun kohort
1.
Dalam penelitian epidemiologi, pendekatan cross sectional merupakan cara yang cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa
2.
Penelitian cross sectional dapat menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian analitis !%aseline in"ormation'.
3.
Pendekatan cross sectional dapat digunakan untuk mengetahui pre+alensi penyakit tertentu dan masalah kesehatan yang terdapat dimasyarakat dan dengan demikian dapat digunakan untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan
G.
&emudahkan pengumpulan data dalam aktu relati+e singkat
Disamping beberapa keuntungan yang telah
disebutkan di atas, penelitian dengan
pendekatan cross sectional tidak luput dari beberapa kerugian berikut" .
:anya kasus pre+alens atau yang tidak terkena dampak tertentu yang diteliti
'.
&embutuhkan skema sampling yang terencana baik sehingga dapat memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk terpilih
.
Penelitian cross sectional tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi dengan berjalannya aktu
ntuk mengatasi kelemahan ini dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian cross sectional berulang- ulang agar dapat diketahui perubahan yang terjadi, misalnya perubahan pre+alensi penyakit 0$! di suatu daerah, tetapi cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu pada penelitian berikutnya telah terjadi perubahan dalam distribusi golongan umur dan orang- orang dengan golongan umur tertentu yang bukan berasal dari kohort yang sama karena kemungkinan terjadi migrasi ke dalam atau ke luar. !ontoh lain adalah sur+ey untuk memperoleh gambaran kesehatan masyarakat disekitar bendungan yang dilakukan sebelum dan setelah dibangunnya bendungan P40* !irata, 5aa $arat (ko $udiarto, dkk., BG'). Penelitian ini menggunakan rancangan pre- inter+ensi dan post inter+ensi tanpa kelompok kontrol
d.
>nformasi yang diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan yang
dicari tidak diperoleh.
1.
Sulit untuk perhitungan besarnya resiko secara akuran dan sulit menentukan besarnya insidensi penyakit
2.
4ebih membutuhkan subjek yang lebih besar terutama bila +ariable yang diteliti cukup banyak
3.
0idak dapat digunakan untuk penelitian terhadap penyakit yang jarang dalam masyarakat