Tugas Metodologi Penelitian Sonia Aulia Rakhmah (14670049)
Metode penelitian cohort Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan, Em Yunir, Pringgodigdo Nugroho Latar Belakang Ulkus kaki diabetik terinfeksi merupakan kasus DM yang paling banyak dirawat di RS, berhubungan dengan morbiditas, mortalitas, biaya yang tinggi dan bersifat multifaktorial. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah albumin. Penelitian ini bertujuan mendapatkan data mengenai konsentrasi albumin serum awal perawatan dan hubungannya dengan perbaikan klinis infeksi ulkus kaki diabetik dan untuk mendapatkan titik potong konsentrasi albumin yang berhubungan tersebut dan pada akhirnya dapat dievaluasi untuk memperbaiki manajemen ulkus kaki diabetik terinfeksi Metode Penelitian dengan desain kohort prospektif terhadap 71 pasien diabetes dengan ulkus kaki terinfeksi yang dirawat inap di RSUPNCM, RSPADGS, atau RSP pada kurun waktu AprilAgustus 2014. Diagnosis dan klasifikasi ulkus kaki diabetik terinfeksi menggunakan kriteria IDSA. Data klinis dan albumin serum diambil dalam 24 jam pertama perawatan dan diikuti dalam 21 hari perawatan dengan terapi standar untuk dilihat perbaikan klinis infeksi ulkus kaki diabetik. Perbedaan rerata konsentrasi albumin antara subjek yang mengalami perbaikan klinis infeksi dan yang tidak, diuji dengan uji t tidak berpasangan dengan batas kemaknaan p<0,05. Untuk analisis multivariat, digunakan analisis regresi logistik dengan koreksi terhadap variabel perancu. Kemudian dinilai kemampuan konsentrasi albumin serum dalam memprediksi perbaikan klinis dengan membuat kurva ROC dan menghitung AUC. Lalu ditentukan titik potong konsentrasi albumin serum dengan sensitivitas dan spesifisitas terbaik pada penelitian ini. Hasil dan Diskusi Karakteristik subyek penelitian
Jumlah pasien sebanyak 116 orang (RSUPNCM 69 pasien, RSP 33 pasien, dan RSPADGS 14 pasien). Sampel sebanyak 71 subyek (RSUPNCM 37 pasien, RSP 26 pasien, dan RSPADGS 8 pasien). Sebanyak 38 orang (53,5%) diantaranya perempuan, dengan mean usia 54,56 (SB 8,12) tahun. Sebagian besar subyek sudah menderita DM lebih dari 5 tahun (52,1%) dengan median lama menderita DM 7 (0-30) tahun dan menggunakan terapi OHO (60,6%), dengan control gula darah jangka pendek buruk, yaitu median guka darah sewaktu 246 (25-915) g/dL. Karakteristik ulkus kaki diabetic terinfeksi subyek penelitian Karakteristik ulkus kaki diabetik terinfeksi memiliki median luas luka rata-rata 18 (3162,2) cm², sebagian besar dengan Wagner grade 3 dengan derajat IDSA berat. Sebagian besar penyebab luka adalah trauma mekanik (49,3%), seperti sepatu yang terlalu sempit, tersandung atau tertusuk sedangkan trauma spontan dialami oleh 39,4% subyek. Konsentrasi albumin serum pada ulkus kaki diabetik terinfeksi Rerata konsentrasi albumin serum pasien yang tidak mengalami perbaikan klinis 2,47 (SB 0,45) g/dL, sedangkan yang mengalami perbaikan 2,94 (SB 0,39) g/dL. Konsentrasi albumin pasien ulkus kaki diabetic, umumnya lebih rendah dibandingkan pasien diabetes tanpa ulkus kaki. Hubungan albumin serum dengan perbaikan klinis infeksi ulkus kaki diabetik Dari hasil kurva ROC dan AUC, didapatkan konsentrasi albumin kurang dari 2,66 g/dL dapat memperkirakan bahwa ulkus kaki diabetic terinfeksi tidak akan mengalami perbaikan dalam 21 hari perawatan dengan sensitivitas 75% dan spesifitas 69,6%. Hal ini berarti terdapat hubungan antara konsentrasi albumin serum dengan perbaikan klinis infeksi ulkus kaki diabetic. Analisis bivariate : variable luas luka, derajat Wagner dan penyakit arteri perifer merupakan variable perancu yang bermakna (p>0,05) dalam perbaikan klinis infeksi ulkus kaki diabetic. Derajat IDSA tidak bermakna, tetapi karena p<0,25, tetap dimasukkan dalam analisis multivariate. Nefropati dan malnutrisi memiliki p>0,25, sehingga bukan merupakan variabel perancu. Analisis multivariate : variabel yang bermakna adalah penyakit arteri perifer ringan-sedang dan luas luka.
Metode penelitian case control PENCEGAHAN SEKUNDER UNTUK MENURUNKAN KEJADIAN STROKE BERULANG PADA STROKE ISKEMIK Hidayah Karuniawati, Zullies Ikawati, Abdul Gofir
Pendahuluan Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak dengan kejadian, kecacatan, dan kematian yang cukup tinggi. Stroke selain menyebabkan kegagalan fungsi tubuh, juga mengakibatkan timbulnya kerusakan jantung, otak, dan ginjal (Hasnawati dkk., 2009). Pemberian terapi pencegahan sekunder secara optimal dapat mencegah stroke berulang sebesar 80% (Prabhakaran dan Chong, 2014). Pada kenyataan di lapangan, angka kejadian stroke berulang masih relatif tinggi. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka diperlukan penelitian pengaruh pencegahan sekunder terhadap kejadian stroke berulang dan faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian stroke berulang. Metode Penelitian
Pendekatan kuantitatif case control (retrospektif). Populasi : semua pasien stroke iskemik RSUD. dr. Moewardi Surakarta. Sampel : semua subyek yang datang selama periode Oktober - November 2014. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus studi kasus kontrol tidak berpasangan (Dahlan, 2010. Jumlah sampel minimal masing-masing kelompok adalah 78. Sampel (165 responden)
Kelompok kasus (82 responden)
Kelompok kontrol (83 responden)
pasien stroke iskemik yang mengalami
pasien stroke iskemik yang pernah
stroke berulang berdasarkan diagnosis
didiagnosis stroke dan belum pernah
dokter
mengalami stroke berulang
Perolehan data :
Perolehan Data Data sekunder
Data Pimer
(hasil rekam medik mengenai data karakteristik responden,
(hasil wawancara dengan pasien tentang
riwayat penyakit dan riwayat sosial, riwayat pengobatan
kepatuhan menggunakan terapi
pencegahan sekunder (terapi antiplatelet, terapi antihipertensi,
pencegahan sekunder)
terapi antidislipidemia, terapi antihiperglikemi, dan kombinasi terapi keempatnya), dan data obyektif.)
Penilaian kepatuhan dilakukan dengan menggunakan kuesioner MMAS-8 Analisis data Analisis Data Uji chi square
Regresi logistik digunakan untuk melihat
(untuk melihat hubungan terapi pencegahan sekunder dan
pengaruh beberapa variabel terhadap
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke
kejadian stroke berulang
berulang kelompok yang diteliti atau kelompok kasus dengan kelompok kontrol) Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Uji validitas terhadap 30 responden memberikan hasil satu item pertanyaan tidak valid,yaitu item pertanyaan keempat. Kuesioner MMAS-8 yang digunakan adalah reliabel. 2. Hasil Kepatuhan Subyek Penelitian Kepatuhan merupakan faktor penting terhadap keberhasilan suatu terapi. Faktor-faktor tersebut yakni faktor yang berhubungan dengan obat, faktor yang berhubungan dengan pasien, faktor yang berhubungan dengan tenaga kesehatan, dan faktor yang berhubungan dengan sistem 3. Hubungan Pencegahan Sekunder dan Faktor Lain dengan Kejadian Stroke Berulang Hasil dari analisis multivariat, di antara 13 variabel yang terseleksi, ada 4 variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian stroke berulang yaitu tidak menggunakan terapi antihipertensi, tekanan darah sistolik ≥140mmHg, kadar HDL<40mg/dl, dan inaktivitas. 4. Tidak Menggunakan Terapi Antihipertensi Angka kejadian stroke berulang pada pasien yang tidak menggunakan terapi antihipertensi adalah 69%, sedangkan pasien yang menggunakan antihipertensi dan patuh menggunakannya, angka kejadian stroke berulang menurun menjadi 23%. Tidak
menggunakan terapi antihipertensi juga berpengaruh terhadap kejadian stroke berulang berdasarkan hasil uji multivariat. 5. Tekanan Sistolik ≥140 mmHg Hasil penelitian hubungan tekanan sistolik dengan kejadian stroke berulang menunjukkan bahwa pasien yang mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg mempunyai risiko untuk mengalami stroke berulang sebesar 3,156 kali dibandingkan dengan pasien yang mempunyai tekanan darah sistolik<140 mmHg 6. Kadar HDL< 40mg/dl Hasil dari penelitian ini menunjukkan kadar HDL<40mg/dl berpengaruh terhadap kejadian stroke berulang dengan nilai p=0,005. Pasien yang mempunyai kadar HDL<40mg/dl mempunyai resiko mengalami stroke berulang sebesar 3,594 kali dibandingkan pada pasien yang mempunyai nilai HDL>40mg/dl 7. Inaktivitas Hasil analisis multivarat menunjukkan bahwa ada pengaruh inaktivitas dengan kejadian stroke berulang dengan nilai signifikansinya 0,048. Pasien yang inaktivitas mempunyai resiko terjadinya stroke berulang sebesar 2,365 kali dibandingkan dengan pasien yang melakukan aktivitas rutin. Aktifitas fisik mempunyai manfaat pada faktor resiko stroke.
Metode penelitian cross sectional KUALITAS PELAYANAN FARMASI BERDASARKAN WAKTU PENYELESAIAN RESEP DI RUMAH SAKIT Nita Rusdiana, Rahayu Wijayanti, Sri Wahyuni Pemdahuluan Standar minimal pelayanan rumah sakit memiliki indikator waktu tunggu pelayanan farmasi untuk obat jadi yaitu ≤ 30 menit dan pelayanan farmasi untuk obat racik yaitu ≤ 60 menit (Kepmenkes, 2008). Pelayanan farmasi memiliki kualitas dan memberikan kepuasan kepada pasien, maka pihak rumah sakit harus memperhatikan berbagai dimensi yang dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas pelayanan farmasinya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kualitas pelayanan farmasi rawat jalan yang diukur menggunakan waktu penyelesaian resep dokter di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Metode Penelitian 1. Metode penelitian cross-sectional. 2. Populasi penelitian Seluruh pasien rawat jalan di Rumah Sakit antara bulan Januari-Februari 2015. 3. Menentukan Jumlah Sampel Sampel ditentukan dengan cara random sampling dengan teknik accidental sampling. Mengambil data berdasarkan responden yang datang pada saat dilakukan kegiatan secara langsung, dilakukan pada saat shift pagi dengan waktu 8 jam per hari selama bulan Januari-Februari 2015. Peneliti menggunakan rumus levelconfidence sebagai berikut :
Jumlah sebaran kuesioner pada perhitungan diatas adalah untuk 157 sampel responden, sedangkan sampel data waktu penyelesaian resep dokter pasien rawat jalan sebanyak 787 resep yang diambil dari 40 resep pasien rawat jalan perhari selama bulan Januari-Februari 2015. 4. Alat dan Bahan Penelitian - Instrumen pengumpulan yaitu menggunakan kuesioner dan alat pencatat waktu (Time -
Stemp). Bahan dalam penelitian ini adalah resep-resep pasien rawat jalan di instalasi farmasi yang berkaitan dengan kualitas pelayanan farmasi dan waktu pelayanan resep dokter
5. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Kualitas Pelayanan Farmasi (kesesuaian antara harapan pasien dengan persepsi pasien atas pelayanan farmasi yang diberikan oleh pihak rumah sakit berdasarkan skor) yang diukur berdasarkan dimensi sebagai berikut : •
Reliabilitas (reliability) : ketepatan menepati janji, ketepatan waktu, kecepatan pelayanan, kesesuaian pelaksanaan, dan kejelasan informasi
•
Daya Tanggap (Responsiveness) : kepedulian, kesediaan membantu, kesungguhan, ketepatan pelayanan, dan kesediaan menanggapi
•
Jaminan (Assurance) : jaminan asuransi, kepercayaan, kesesuaian jam, rasa aman, dan kesopanan
•
Empati (Empathy) : perhatian secara individual, jam operasi yang nyaman, pemahaman kebutuhan secara spesifik, membangun minat dan kenyamanan
•
Bukti Fisik (Tangible) : fasilitas, jenis peralatan, kecanggihan peralatan dan kerapihan pegawai. b. Variabel Waktu Penyelesaian Resep Dokter (waktu yang dihitung mulai saat pasien menyerahkan resep ke apotek diterima oleh apoteker sampai obat diserahkan kepada pasien sekaligus penjelasan informasi penggunaan obat).
6. Analisis Data a. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada penelitian ini pengukuran hanya dilakukan satu kali saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. b. Analisis Korelasi Sederhana Menggunakan SPSS dengan metode korelasi sederhana (bivariate correlation), yaitu Pearson correlation atau sering disebut product moment pearson. c. Analisis Regresi Sederhana Rumus yang digunakan disesuaikan dengan jumlah variabel yang diteliti (Hartono, 2004). Y = a + βX Keterangan: Y = variabel dependen a = konstanta β = koefisien regresi linear X = variabel independen Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Nilai r tabel dengan n = 24 dan probabilitas 5% adalah 0,330, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan yang diajukan kepada responden valid digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan. Waktu penyelesaian resep dokter yang kurang dari 13
menit lebih memberikan jaminan kepada pasien untuk merasa puas dengan pelayanan kefarmasian. 2. Hubungan antara Waktu Penyelesaian Resep Dokter dengan Tingkat Kepuasan Pasien Kualitas pelayanan dimulai dari kebutuhan hingga persepsi pasien. Kualitas pelayanan mempengaruhi kecepatan waktu pelayanan yang akan berpengaruh pula pada kepuasan pasien. Kepuasan pasien dalam penelitian ini diposisikan dengan lamanya waktu penyerahan resep masuk ke apotek sampai obat dan informasi penggunaan obat diterima oleh pasien. 3. Hasil Deskriptif Tingkat Kepuasan Pelanggan Nilai korelasi sebesar -0,558 dengan nilai probabilitas (0,000) artinya terdapat hubungan signifikan antara waktu penyelesaian resep dokter dengan kepuasan pasien. Nilai korelasi -0,558 artinya semakin lama waktu penyelesaian resep dokter maka akan menurunkan kepuasan pasien. Diperoleh persamaan sebagai berikut Kepuasan = 3,059 – 0,015 Waktu. Interpretasi hasil persamaan regresi adalah jika lama penyelesaian resep dokter meningkat 1 menit maka akan menurunkan kepuasan pasien sebesar 0,015 satuan. Hal tersebut menjelaskan bahwa kepuasan pasien akan menurun nilainya di Instalasi farmasi jika semakin lama waktu penyelesaian resep dokter.