BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan sains masih rendah. Hal ini terungkap dalam hasil studi The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003 yang menyatakan bahwa kemampuan sains siswa SMP Indonesia berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara (TIMSS, 2004). Hal ini merupakan manifestasi penerapan pola pendidikan yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa. Selama ini pola pengajaran yang terjadi terlalu menekankan pada tuntutan hasil akhir yang akan diperoleh siswa, tanpa melihat bagaimana proses yang harus dijalani. Pendidikan IPA Terpadu merupakan produk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang tidak lain melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan hanya dikhususkan untuk siswa jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan IPA Terpadu (integrated science) sebagaimana telah diterapkan di negara-negara barat, mencoba menggabungkan, memadukan dan mengintegrasikan pembelajaran IPA dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan pengimplementasian pembelajaran IPA Terpadu ini, diharapkan materimateri IPA yang terpisah-pisah dalam beberapa bidang studi, yakni Fisika, Kimia, dan Biologi dapat diajarkan secara terpadu dan menyeluruh dalam satu bidang studi, IPA Terpadu. Tidak perlu melihat negara maju karena pada kenyataannya mereka sudah maju. Berdasarkan data hasil PISA (Program for International Assessment of Student) tahun 2009, peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Ada tiga aspek yang diteliti PISA, yakni kemampuan membaca, matematika, dan sains, berikut hasil survey PISA tahun 2009; Reading (57), Matematika (61) dan Sains (60). Dengan predikat ini bisa mencerminkan bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat ini. Berdasarkan data PISA tahun 2009 tersebut, anak Indonesia masih rendah dalam kemampuan literasi sains diantaranya mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan sains.
Berdasarkan data prestasi sains di TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) Indonesia pada tahun 2003 Indonesia berada diurutan 36 dan tahun 2007 diurutan 41. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan di Indonesia memang harus terus dilakukan. Perlu diupayakan penataan pendidikan yang bermutu dan terus menerus yang adaptif terhadap perubahan zaman. Rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia itu memang tidak terlepas dari hasil yang dicapai oleh pendidikan kita selama ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian TIMSS
TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study) merupakan studi internasional yang dilakukan oleh IEA (International Association for the Evaluation of Educational Achievement) setiap empat tahunan, sejak tahun 1955. TIMSS menilai prestasi matematika dan sians siswa serta mengumpulkan berbagai informasi berkaitan dengan sekolah, kurikulum, dan pembelajaran. TIMSS berfungsi antara lain adalah description or mirror functions, a bench marking, monitoring of quality of education, as a large scale policy research (Plomp, 1999). Hasil studi TIMSS dapat dimanfaatkan untuk: assist to generate policy questions, comparisons in relation to relevant common policies rather than to reference groups, need for improved data analysis method, and need for different ways of presenting the data. Indonesia telah tiga kali berpartisipasi dalam TIMSS, yaitu tahun 1999, 2003, dan 2007, tetapi hanya mengikutkan siswa grade 8 (siswa kelas VIII SMP/MTs). Capaian siswa kelas 8 di Indonesia terhadap tiga kali keikutsertaan dalam TIMSS (TIMSS-R 1999, TIMSS 2003, TIMSS 2007) dalam Matematika dan Sains yang berada di papan bawah dibandingkan capaian siswa setingkat di beberapa negara di Asia (Hongkong, Japan, Korea, Taiwan, Malaysia, Thailand). Rata-rata skor prestasi sains siswa Indonesia pada TIMSS tahun 1999, 2003, dan 2007 secara berturutan adalah 435, 420, dan 433. Dengan skor tersebut siswa Indonesia menempati peringkat 32 dari 38 negara (tahun 1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003), dan peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007). Rata-rata skor siswa Indonesia pada TIMSS 2007 di bawah skor rata-rata yaitu 500, dan hanya mencapai Low International Benchmark. Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. Pemanfaatan hasil studi internasional seperti TIMSS dapat ditindaklanjut. Pemanfaatan hasil studi internasional seperti TIMSS dapat ditindaklanjuti dengan menganalisis faktor-faktor penentu hasil belajar sains dengan cara yang berbeda. Data hasil TIMSS perlu dikaji guna meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam bidang matematika dan sains. Kajian tersebut meliputi:
(1) Kompetensi-kompetensi mana yang telah dikuasai dan kompetensikompetensi mana yang belum dikuasai oleh siswa-siswi Indonesia berdasarkan hasil tiga kali TIMSS; (2) Bagaimana tingkat penguasaan siswa Indonesia relatif terhadap benchmark internasional (rata-rata internasional) dalam masing-masing kompetensi yang diases dalam TIMSS; dan (3) Penyebab-penyebab kelemahan siswa Indonesia dalam masing-masing kompetensi yang diukur oleh TIMSS yang diinferensi dari spesifikasi respon sampel siswa terhadap setiap butir soal TIMSS.
Tujuan TIMSS Tujuan TIMSS adalah untuk mengukur prestasi matematika dan sains siswa kelas VIII di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan. Apa yang diukur? Dasar penilaian prestasi matematika dan sains dalam TIMSS dikategorikan ke dalam dua domain, yaitu isi dan kognitif. Distribusi spesifikasi dari penilaian tersebut adalah sebagai berikut: Domain isi matematika: 1. Bilangan 2. Aljabar 3. Geometri 4. Data dan Peluang Domain isi sains: 1. Biologi 2. Kimia 3. Fisika 4. Ilmu Bumi
Domain kognitif, baik untuk matematika maupun untuk sains: 1. Pengetahuan 2. Penerapan 3. Penalaran Indonesia sendiri masuk sebagai negara partisipan tahun 1999. Ini berarti saat anak-anak itu diujikan masih hidup di zaman ORBA. 2003 dan 2007 anak-anak yang diuji hidup di zaman reformasi. Indonesia sendiri sebagai partisipan untuk 8 th Grade (kelas 2 SMP). Pada TIMSS tahun 2007 ada 3 negara baru yang ikut, salah satunya dari Asia Tenggara yaitu Thailand. Tetapi ada juga yang tidak lagi menjadi partisipan yaitu Philipina. Philipina sendiri secara rangking selalu di bawah Indonesia. Indonsia sudah dua tahun 2003 dan 2007 ini prestasi sains di TIMSS memalukan, selalu kalah dengan Negara Palestiana, Negara yang sedang berkecamuk perang. Tahun 2003 Palestina Ada di urutan 34 Tahun 2007 ada di urutan 34. Bandingkan dengan Indonesia 2003 diurutan 36 2007 diurutan 41. TIMSS menyediakan informasi penting untuk pengembangan kebijakan, untuk mendorong akuntabilitas publik, untuk memungkinkan daerah kemajuan atau penurunan prestasi untuk diidentifikasi dan dimonitor, dan untuk mengatasi permasalahan yang muncul. Sekitar 50 negara ikut berpartisipasi dalam TIMSS. TIMSS putaran pertama diadakan pada tahun 1995, putaran kedua pada tahun 1999, putaran ketiga pada tahun 2003, dan berlanjut seterusnya setiap empat tahun sekali. TIMSS 1999 TIMSS pertama kali diadakan pada tahun 1995, saat itu ikut berpartisipasi 41 negara. Negara-negara tersebut mengevaluasi prestasi matematika dan sains murid-murid kelas ketiga, keempat, ketujuh, kedelapan, dan pada tahun terakhir sekolah menengah. TIMSS 1999 menggunakan teknik sampling untuk mencapai cakupan yang luas (total 308 item) secara sistematis didistribusikan di 8 buku uji dan booklet dibagikan secara acak kepada siswa. Setiap siswa menyelesaikan satu booklet tes selama 90 menit. Secara keseluruhan, ada 162 item matematika dan 146 item ilmu pengetahuan. Sekitar sepertiga dari item disusun menggunakan format respon, dan item sisanya pilihan
ganda. Untuk tahun 1999, TIMSS akan melaporkan penilaian untuk matematika dan sains dengan 11 pokok bahasan. Matematika : 1.
Fractions and number sense
4.
Geometri
2.
Measurement
5.
Aljabar
3.
Representasi data, analisis, dan probabilitas
Sains : 1.
Ilmu bumi
4.
Kimia
2.
Ilmu pengetahuan hidup
5.
Scientific inquiry and the nature of science
3.
Fisika
6.
Isu lingkungan dan sumber daya
TIMSS pada tahun 1995 dan 1999 dikembangkan melalui upaya kolaborasi antara Pusat Studi Internasional, pendidik ( bidang matematika dan sains) dari seluruh dunia, dan perwakilan negara-negara yang ikut berpartisipasi. Sekitar sepertiga dari item dalam penilaian 1995 disimpan untuk mengukur tren dari waktu ke waktu. Dalam mengembangkan tes tahun 1999, instrument pada tahun 1995 yang dirilis ke publik digantikan dengan item dengan isi, format, dan kesulitan yang serupa. Penggantian item dan panduan skoring dikembangkan dengan bantuan dari Science and Mathematics Item Replacement Committee, sekelompok pendidik matematika dan pendidik sains terkemuka dari seluruh dunia. Item yang diuji coba pada tahun 1998 di tes lapangan yang luas yang melibatkan 31 negara, dan telah ditinjau oleh Koordinator Nasional Penelitian, yang melakukan review dalam negara dengan panel pendidik matematika dan ilmu pengetahuan dan ahli pengukuran. TIMSS 1999 mengumpulkan informasi yang luas tentang pengajaran dan pembelajaran matematika dan sains di seluruh dunia. Melalui serangkaian kuesioner, TIMSS mengumpulkan informasi tentang kurikulum, praktik pembelajaran, kebijakan, dan latar belakang siswa dan sikap. Banyak pertanyaan juga diminta pada tahun 1995, provididing tren untuk negara-negara yang berpartisipasi dalam kedua penilaian.
TIMSS 2003 TIMSS 2003 adalah putaran ketiga dari TIMSS yang serius melakukan serangkaian penilaian internasional yang dilaksanakan di negara-negara di dunia untuk mengukur tren dalam matematika dan sains di kelas keempat dan kedelapan. TIMSS sangat membantu negara – negar yang ikut serta untuk memperoleh kesempatan memperoleh informasi komparatif tentang siswa mereka mengenai prestasi dalam matematika dan sains. Dalam TIMSS 2003 terdapat 49 negara yang ikut serta. IEA, TIMSS, PIRLS, dan National Center for Education Statistics ( dari U. S Department of Educations) bekerja sama dengan negara peserta untuk menjelaskan secara rinci mengenai matematika dan sains tentang konten yang akan dinilai untuk memperbarui hasil pembelajaran. Dalam TIMSS 2003 matematika terbagi dalam lima domain contents yaitu, jumlah, aljabar, pengukuran, geometri, dan data. Setiap domain content dijelaskan topik yang akan dinilai dan setiap area topic ini diuraikan dengan jelas untuk kelas keempat dan kelas kedelapan. Ada empat domain kognitif dalam setiap domain content yaitu mengetahui fakta dan prosedur, pemahaman konsep, pemecahan masalah rutin, dan penalaran. Seperti tujuan TIMSS yang berupaya untuk mengetahui keberhasilan kurikulum dalam suatu negara melalui tes yang diujikan, pada tahun 2003 pun dilakukan tes yang serupa yang diujikan pada sampel kelas dalam suatu sekolah yang diambil secara acak pada setiap negara. TIMSS cukup konsisten memberikan laporan mengenai keberhasilan kurikulum matematika dan sains kepada setiap negara yang ikut serta. TIMSS 2007 TIMSS 2007 adalah TIMSS keempat dalam siklus penilaian komparatif internasional yang didedikasikan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dalam matematika dan sains bagi siswa di seluruh dunia. Dilakukan setiap empat tahun di kelas keempat dan kedelapan, TIMSS menyediakan data tentang tren dalam matematika dan prestasi sains dari waktu ke waktu. Untuk menginformasikan kebijakan pendidikan di negara-negara yang berpartisipasi, penilaian ini di seluruh dunia dan proyek penelitian juga secara rutin mengumpulkan informasi latar belakang yang luas yang membahas kekhawatiran tentang kuantitas, kualitas,
dan isi dari instruksi. Sebagai contoh, TIMSS 2007 mengumpulkan informasi rinci tentang matematika dan ilmu pengetahuan cakupan kurikulum dan pelaksanaan, serta persiapan guru, ketersediaan sumber daya, dan penggunaan teknologi. Pengembangan Kerangka Kerja Penilaian TIMSS 2007 merupakan usaha bersama yang luas yang melibatkan individu dan kelompok ahli dari lebih dari 60 negara di seluruh dunia. Terdapat tiga kerangka kerja untuk melaksanakan TIMSS 2007, yaitu Kerangka Matematika, Kerangka Sains, dan Kerangka Kontekstual untuk kuesioner. Hal ini juga memberikan gambaran dari desain penilaian, termasuk parameter umum untuk pembangunan item. Kerangka kerja konten TIMSS untuk tahun 2007 sangat tergantung pada upaya-upaya luas yang dikeluarkan untuk memperbaharui kerangka kerja untuk tahun 2003. Laporan Teknis TIMSS 2007 menyediakan dokumentasi teknis tentang desain dan pelaksanaan penilaian, termasuk rincian proses yang mendasari pengembangan instrumen TIMSS tahun 2007 dan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel, pengumpulan data, skala, analisis data, dan pelaporan. Secara khusus, TIMSS 2007 Laporan Teknis menyediakan dokumentasi rinci tentang prosedur dan metode yang digunakan oleh TIMSS untuk menyediakan data perbandingan internasional berkualitas tinggi. Laporan ini menjelaskan multi-faceted perhatian terhadap kualitas dan langkah-langkah jaminan kualitas yang banyak diterapkan dari memperbarui kerangka kerja penilaian untuk TIMSS 2007 melalui rilis dari database internasional dan Panduan Pengguna Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi matematika dan sains siswa antar-negara peserta (Tahun 2007 rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar deviasi = 100):
Tabel 2.1.1 Skor Rata-rata Prestasi Matematika
TIMSS 1999
TIMSS 2003
TIMSS 2007
No. Negara
Skor
No. Negara
Skor
No. Negara
Skor
1
Singapura
604
1
Singapura
605
1
Taiwan
598
2
Korea Selatan 587
2
Korea Selatan 589
2
Korea Selatan
597
3
Taiwan
585
3
Hongkong
586
3
Singapura
593
4
Hongkong
582
4
Taiwan
585
4
Hongkong
572
5
Jepang
579
5
Jepang
570
5
Jepang
570
6
Belgia
558
6
Belgia
537
6
Hungaria
517
7
Belanda
540
7
Belanda
536
7
Inggris
513
8
Slowakia
534
8
Estonia
531
8
Rusia
512
9
Hungaria
532
9
Hungaria
529
9
Amerika Serikat
508
10
Kanada
531
10
Malaysia
508
10
Lituania
506
11
Slovenia
530
11
Latvia
508
11
Ceko
504
12
Rusia
526
12
Rusia
508
12
Slovenia
501
13
Australia
525
13
Slowakia
508
Internasional
500
14
Finlandia
520
14
Australia
505
13
Armenia
499
15
Ceko
520
15
Amerika
504
14
Australia
496
Serikat 16
Malaysia
519
16
Lituania
502
15
Swedia
491
17
Bulgaria
511
17
Swedia
499
16
Malta
488
18
Latvia
505
18
Skotlandia
498
17
Skotlandia
487
19
Amerika
502
19
Inggris
498
18
Serbia
486
Serikat 20
Inggris
496
20
Israel
496
19
Italia
480
21
Selandia Baru 491
21
Selandia Baru 494
20
Malaysia
474
Internasional 487
22
Slovenia
493
21
Norwegia
469
22
Lituania
482
23
Italia
484
22
Siprus
465
23
Italia
479
24
Armenia
478
23
Bulgaria
464
24
Siprus
476
25
Serbia
477
24
Israel
463
25
Rumania
472
26
Bulgaria
476
25
Ukraina
462
26
Maldova
469
27
Rumania
475
26
Rumania
461
27
Thailand
467
Internasional 467
27
Bosnia
456
Herzegovina 28
Israel
466
28
Norwegia
461
28
Libanon
449
29
Tunisia
448
29
Maldova
460
29
Thailand
441
30
Masedonia
447
30
Siprus
459
30
Turki
432
31
Turki
429
31
Masedonia
435
31
Yordania
427
32
Yordania
428
32
Libanon
433
32
Tunisia
420
33
Iran
422
33
Yordania
424
33
Georgia
410
34
INDONESIA 403
34
Iran
411
34
Iran
403
35
Cili
392
35
INDONESIA 411
35
Bahrain
398
36
Filipina
345
36
Tunisia
410
36
INDONESIA
397
37
Maroko
337
37
Mesir
406
37
Siria
395
38
Afrika Selatan 275
38
Bahrain
401
38
Mesir
391
39
Palestina
390
39
Algeria
387
40
Cili
387
40
Maroko
381
41
Maroko
387
41
Kolombia
380
42
Filipina
378
42
Oman
372
43
Botswana
366
43
Palestina
367
44
Saudi Arabia
332
44
Botswana
364
45
Gana
276
45
Kuwait
354
46
Afrika Selatan 264
46
Elsavador
340
47
Saudi Arabia
329
48
Ghana
309
49
Qatar
307
Tabel 2.1.2 Skor Rata-rata Prestasi Sains
TIMSS 1999
TIMSS 2003
TIMSS 2007
No. Negara
Skor
No. Negara
Skor
No. Negara
Skor
1
Taiwan
569
1
Singapura
578
1
Singapura
567
2
Singapura
568
2
Taiwan
571
2
Taiwan
561
3
Hungaria
552
3
Korea Selatan 558
3
Jepang
554
4
Jepang
550
4
Hongkong
556
4
Korea Selatan
553
5
Korea Selatan 549
5
Estonia
552
5
Inggris
542
6
Belanda
545
6
Jepang
552
6
Hungaria
539
7
Australia
540
7
Inggris
544
7
Ceko
539
8
Ceko
539
8
Hungaria
543
8
Slovenia
538
9
Inggris
538
9
Belanda
536
9
Hongkong
530
10
Finlandia
535
10
Amerika
527
10
Rusia
530
Serikat 11
Slowakia
535
11
Australia
527
11
Amerika Serikat
520
12
Belgia
535
12
Swedia
524
12
Lituania
519
13
Slovenia
533
13
Slovenia
520
13
Australia
515
14
Kanada
533
14
Selandia Baru 520
14
Swedia
511
15
Hongkong
530
15
Lituania
519
Internasional
500
16
Rusia
529
16
Slowakia
517
15
Skotlandia
496
17
Bulgaria
518
17
Belgia
516
16
Italia
495
18
Amerika
515
18
Rusia
514
17
Armenia
488
19
Selandia Baru 510
19
Latvia
512
18
Norwegia
487
20
Latvia
503
20
Skotlandia
512
19
Ukraina
485
21
Italia
493
21
Malaysia
510
20
Yordania
482
22
Malaysia
492
22
Norwegia
494
21
Malaysia
471
23
Lituania
488
23
Italia
491
22
Thailand
471
Internasional 488
24
Israel
488
23
Serbia
470
24
Thailand
482
25
Bulgaria
479
24
Bulgaria
470
25
Rumania
472
26
Yordania
475
25
Israel
468
26
Israel
468
Internasional 474
26
Bahrain
467
27
Siprus
460
Maldova
27
Bosnia
466
Serikat
27
472
Herzegovina 28
Maldova
459
28
Rumania
470
28
Rumania
462
29
Masedonia
458
29
Serbia
468
29
Iran
459
30
Yordania
450
30
Armenia
461
30
Malta
457
31
Iran
448
31
Iran
453
31
Turki
454
32
INDONESIA 435
32
Masedonia
449
32
Siria
452
33
Turki
433
33
Siprus
441
33
Siprus
452
34
Tunisia
430
34
Bahrain
438
34
Tunisia
445
35
Cili
420
35
Palestina
435
35
INDONESIA
427
36
Filipina
345
36
Mesir
421
36
Oman
423
37
Maroko
323
37
INDONESIA 420
37
Georgia
421
38
Afrika Selatan 243
38
Cili
413
38
Kuwait
418
39
Tunisia
404
39
Kolombia
417
40
Saudi Arabia
398
40
Libanon
414
41
Maroko
396
41
Mesir
408
42
Libanon
393
42
Algeria
408
43
Filipina
377
43
Palestina
404
44
Botswana
365
44
Saudi Arabia
403
45
Gana
255
45
Maroko
402
46
Afrika Selatan 244
46
Elsavador
387
47
Botswana
355
48
Qatar
319
49
Ghana
303
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara . Dengan jumlah negara peserta yang sama seperti dalam matematika, untuk rata-rata skor prestasi sains posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 37, dan pada tahun 2007 berada di peringkat ke 35.
2.2 Survei Internasional PISA Pengertian PISA
PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) yang berkedudukan di Paris, Perancis. PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 2000. Pada tahun 2000 sebanyak 41 negara berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003 menurun menjadi 40 negara dan pada tahun 2006 melonjak menjadi 57 negara. Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan pengendalian mutu. Desain dan implementasi studi berada dalam tanggung jawab konsorsium internasional yang beranggotakan the Australian Council for Educational Research (ACER), the Netherlands National Institute for Educational Measurement (Citogroep), the National Institute for Educational Policy Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.
Tujuan PISA
Tujuan PISA adalah untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi literasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi literasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan.
Apa yang diukur?
Dasar penilaian prestasi literasi membaca, matematika, dan sains dalam PISA memuat pengetahuan yang terdapat dalam kurikulum dan pengetahuan yang bersifat lintas kurikulum. Masing-masing aspek literasi yang diukur adalah sebagai berikut: Membaca: memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam bentuk tulisan. Matematika: mengidentifikasikan dan memahami serta menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sains: menggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi masalah untuk memahami fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada lingkungan. Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa antar-negara peserta (rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar deviasi = 100):
Tabel 2.2.1. Skor Rata-rata Prestasi Literasi Membaca PISA 2000
PISA 2003
PISA 2006
No.
Negara
Skor
No. Negara
Skor
No. Negara
1
Finlandia
546
1
Finlandia
543
1
Korea Selatan 556
2
Kanada
534
2
Korea Selatan 534
2
Finlandia
547
3
Selandia Baru 529
3
Kanada
528
3
Hongkong
536
4
Australia
528
4
Australia
525
4
Kanada
527
5
Irlandia
527
5
Liechtenstein
525
5
Selandia Baru 521
6
Hongkong
525
6
Selandia Baru 522
6
Irlandia
517
7
Korea Selatan 525
7
Irlandia
515
7
Australia
513
8
Inggris
8
Swedia
514
8
Liechtenstein
510
523
Skor
9
Jepang
522
9
Belanda
513
9
Polandia
508
10
Swedia
516
10
Hongkong
510
10
Swedia
507
11
Austria
507
11
Belgia
507
11
Belanda
507
12
Belgia
507
12
Norwegia
500
12
Belgia
501
13
Islandia
507
Internasional 500
13
Estonia
501
14
Norwegia
505
13
Swis
499
15
Prancis
505
14
Jepang
498
14
Swis
499
504
15
Makau
498
15
Jepang
498
Internasional 500
16
Polandia
497
16
Taiwan
496
Denmark
17
Prancis
496
17
Inggris
495
Internasional 500
Amerika 16
17
Serikat
497
Amerika 18
Swis
494
18
Serikat
495
18
Jerman
495
19
Spanyol
493
19
Denmark
492
19
Denmark
494
20
Ceko
492
20
Islandia
492
20
Slovenia
494
21
Italia
487
21
Jerman
491
21
Makau
492
22
Jerman
484
22
Austria
491
22
Austria
490
23
Liechtenstein
483
23
Latvia
491
23
Prancis
488
24
Hungaria
480
24
Ceko
489
24
Islandia
484
25
Polandia
479
25
Hungaria
482
25
Norwegia
484
26
Yunani
474
26
Spanyol
481
26
Ceko
483
27
Portugis
470
27
Luksemburg
479
27
Hungaria
482
28
Rusia
462
28
Portugis
478
28
Latvia
479
29
Latvia
458
29
Italia
476
29
Luksemburg
479
30
Israel
452
30
Yunani
472
30
Kroasia
477
31
Luksemburg
441
31
Slowakia
469
31
Portugis
472
32
Thailand
431
32
Rusia
442
32
Lithuania
470
33
Bulgaria
430
33
Turki
441
33
Italia
469
34
Meksiko
422
34
Uruguay
434
34
Slowakia
466
35
Argentina
418
35
Thailand
420
35
Spanyol
461
36
Cili
410
36
Serbia
412
36
Yunani
460
37
Brasil
396
37
Brasil
403
37
Turki
447
38
Masedonia
373
38
Meksiko
400
38
Cili
442
39
INDONESIA
371
39
INDONESIA
382
39
Rusia
440
40
Albania
349
40
Tunisia
375
40
Israel
439
41
Peru
327
41
Thailand
417
42
Uruguay
413
43
Meksiko
410
44
Bulgaria
402
45
Serbia
401
46
Yordania
401
47
Rumania
396
48
INDONESIA
393
49
Brasil
393
50
Montenegro
392
51
Kolumbia
385
52
Tunisia
380
53
Argentina
374
54
Azerbeijan
353
55
Qatar
312
56
Kirgistan
285
Tabel 2.2.2 Skor Rata-rata Prestasi Literasi Matematika
PISA 2000
PISA 2003
PISA 2006
No.
Negara
Skor
No. Negara
Skor
No. Negara
Skor
1
Hongkong
560
1
Hongkong
550
1
Taiwan
549
2
Jepang
557
2
Finlandia
544
2
Finlandia
548
3
Korea Selatan 547
3
Korea Selatan 542
3
Hongkong
547
4
Selandia Baru 537
4
Belanda
538
4
Korea Selatan 547
5
Finlandia
536
5
Liechtenstein
536
5
Belanda
531
6
Australia
533
6
Jepang
534
6
Swis
530
7
Kanada
533
7
Kanada
532
7
Kanada
527
8
Swis
529
8
Belgia
529
8
Makau
525
9
Inggris
529
9
Makau
527
9
Liechtenstein
525
10
Belgia
520
10
Swis
527
10
Jepang
523
11
Prancis
517
11
Australia
524
11
Selandia Baru 522
12
Austria
515
12
Selandia Baru 523
12
Belgia
520
13
Denmark
514
13
Ceko
516
13
Australia
520
14
Islandia
514
14
Islandia
515
14
Estonia
515
15
Liechtenstein
514
15
Denmark
514
15
Denmark
513
16
Swedia
510
16
Prancis
511
16
Ceko
510
17
Irlandia
503
17
Swedia
509
17
Islandia
506
Internasional 500
18
Austria
506
18
Austria
505
18
Norwegia
499
19
Jerman
503
19
Slovenia
504
19
Ceko
498
20
Irlandia
503
20
Jerman
504
Internasional 500
21
Swedia
502
22
Irlandia
501
Amerika 20
Serikat
493
21
Jerman
490
21
Slowakia
498
22
Hungaria
488
22
Norwegia
495
23
Rusia
478
23
Luksemburg
493
23
Prancis
496
24
Spanyol
476
24
Polandia
490
24
Inggris
495
25
Polandia
470
25
Hungaria
490
25
Polandia
495
26
Latvia
463
26
Spanyol
485
26
Slowakia
492
27
Italia
457
27
Latvia
483
27
Hungaria
491
Internasional 500
Amerika 28
Portugis
454
28
Serikat
483
28
Luksemburg
490
29
Yunani
447
29
Rusia
468
29
Norwegia
490
30
Luksemburg
446
30
Portugis
466
30
Lithuania
486
31
Israel
433
31
Italia
466
31
Latvia
486
32
Thailand
432
32
Yunani
445
32
Spanyol
480
33
Bulgaria
430
33
Serbia
437
33
Azerbeijan
476
34
Argentina
388
34
Turki
423
34
Rusia
476
Amerika 35
Meksiko
387
35
Uruguay
422
35
Serikat
474
36
Cili
384
36
Thailand
417
36
Kroasia
467
37
Albania
381
37
Meksiko
385
37
Portugis
466
38
Masedonia
381
38
INDONESIA
360
38
Italia
462
39
INDONESIA
367
39
Tunisia
359
39
Yunani
459
40
Brasil
334
40
Brasil
356
40
Israel
442
41
Peru
292
41
Serbia
435
42
Uruguay
427
43
Turki
424
44
Thailand
417
45
Rumania
415
46
Bulgaria
413
47
Cili
411
48
Meksiko
406
49
Montenegro
399
50
INDONESIA
391
51
Yordania
384
52
Argentina
381
53
Kolumbia
370
54
Brasil
370
55
Tunisia
365
56
Qatar
318
57
Kirgistan
311
Tabel 2.2.3 Skor Rata-rata Prestasi Literasi Sains
PISA 2000
No.
Negara
1
PISA 2003
Skor
PISA 2006
No. Negara
Skor
No. Negara
Skor
Korea Selatan 552
1
Finlandia
548
1
Finlandia
563
2
Jepang
550
2
Jepang
548
2
Hongkong
542
3
Hongkong
541
3
Hongkong
539
3
Kanada
534
4
Finlandia
538
4
Korea Selatan 538
4
Taiwan
532
5
Inggris
532
5
Liechtenstein
525
5
Estonia
531
6
Kanada
529
6
Australia
525
6
Jepang
531
7
Selandia Baru 528
7
Makau
525
7
Selandia Baru 530
8
Australia
528
8
Belanda
524
8
Australia
527
9
Austria
519
9
Ceko
523
9
Belanda
525
10
Irlandia
513
10
Selandia Baru 521
10
Liechtenstein
522
11
Swedia
512
11
Kanada
519
11
Korea Selatan 522
12
Ceko
511
12
Swis
513
12
Slovenia
519
13
Prancis
500
13
Prancis
511
13
Jerman
516
14
Norwegia
500
14
Belgia
509
14
Inggris
515
Internasional 500
15
Swedia
506
15
Ceko
513
Amerika 15
Serikat
499
16
Irlandia
505
16
Swis
512
16
Hungaria
496
17
Hungaria
503
17
Makau
511
17
Islandia
496
18
Jerman
502
18
Austria
511
18
Belgia
496
Internasional 500
19
Belgia
510
19
Swis
496
19
Polandia
498
20
Irlandia
508
20
Spanyol
491
20
Slowakia
495
21
Hungaria
504
21
Jerman
487
21
Islandia
495
22
Swedia
503
Amerika 22
Polandia
483
22
Serikat
491
23
Denmark
481
23
Austria
491
23
Polandia
498
24
Italia
478
24
Rusia
489
24
Denmark
496
25
Liechtenstein
476
25
Latvia
489
25
Prancis
495
26
Yunani
461
26
Spanyol
487
26
Slowakia
493
27
Rusia
460
27
Italia
486
27
Islandia
491
28
Latvia
460
28
Norwegia
484
28
Latvia
490
Internasional 500
Amerika 29
Portugis
459
29
Luksemburg
483
29
Serikat
489
30
Bulgaria
448
30
Yunani
481
30
Slowakia
488
31
Luksemburg
443
31
Denmark
475
31
Spanyol
488
32
Thailand
436
32
Portugis
468
32
Lithuania
488
33
Israel
434
33
Uruguay
438
33
Norwegia
487
34
Meksiko
422
34
Serbia
436
34
Luksemburg
486
35
Cili
415
35
Turki
434
35
Rusia
479
36
Masedonia
401
36
Thailand
429
36
Italia
475
37
Argentina
396
37
Meksiko
405
37
Portugis
474
38
INDONESIA 393
38
INDONESIA
395
38
Yunani
473
39
Albania
376
39
Brasil
390
39
Israel
454
40
Brasil
375
40
Tunisia
385
40
Cili
438
41
Peru
333
41
Serbia
436
42
Bulgaria
434
43
Uruguay
428
44
Turki
424
45
Yordania
422
46
Thailand
421
47
Rumania
418
48
Montenegro
412
49
Meksiko
410
50
INDONESIA
393
51
Argentina
391
52
Brasil
390
53
Kolumbia
388
54
Tunisia
386
55
Azerbeijan
382
56
Qatar
349
57
Kirgistan
322
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi literasi membaca, matematika,
dan
sains
siswa
Indonesia
berada
signifikan
di
bawah
rata-rata
internasional. Untuk literasi membaca, Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 39 dari 41 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 39 dari 40 negara, dan tahun 2006 berada di peringkat ke 48 dari 56 negara . Dengan jumlah negara peserta yang sama seperti dalam literasi membaca, untuk rata-rata skor prestasi literasi matematika posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 39, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 38, dan pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50. Begitu pula untuk ratarata skor prestasi literasi sains, posisi Indonesia masih jauh di bawah rata-rata internasional. Siswa Indonesia pada tahun 2000 berada di peringkat ke 38, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 38, dan pada tahun 2006 berada di peringkat ke 50.
Table 2.2.4 Posisi Indonesia dibandingkan negara-negara lain berdasarkan studi PISA:
Tahun Studi
2000
2003
2006
Skor RataMata Pelajaran
rata Indonesia
Jumlah Skor Rata-rata Peringkat
Negara
Internasional
Peserta
Indonesia
Studi
Membaca
371
500
39
Matematika
367
500
39
Sains
393
500
38
Membaca
382
500
39
Matematika
360
500
38
Sains
395
500
38
Membaca
393
500
48
Matematika
391
500
50
Sains
393
500
50
Membaca
402
500
57
Matematika
371
500
61
Sains
383
500
60
41
40
56 57
2009
65
2.3 Kemampuan fisika siswa Indonesia dalam TIMSS Makalah singkat ini mengungkap profil penguasaan siswa dalam ketiga TIMSS, khususnya dalam bidang Fisika, serta perbandingannya terhadap rata-rata internasional, dan menyajikan hasil diagnosis terhadap kemungkinan penyebab kelemahan siswa Indonesia dalam domain konten dan kognitif yang diukur dalam TIMSS. Makalah ini juga berisi masukan terhadap pengambil kebijakan guna peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam bidang fisika.
Untuk mengukur kemampuan sains siwa, TIMSS menggunakan instrumen tes tertulis dengan format pilihan ganda dan uraian. Jumlah seluruh item 67, terdiri atas 427 item (62,69%) Multiple Choice (MC) dan item (52,9%) uraian. Bahan kajian makalah ini adalah seluruh respons dan capaian siswa terhadap butir soal fisika yang digunakan dalam TIMSS 1999, TIMSS 2003 dan TIMSS 2007. Soal-soal dalam domain kognitif memuat tugas-tugas (tasks) yang meminta siswa untuk: (i) memperlihatkan pengetahuan tentang alat, metode, dan
prosedur (=Knowing); (ii) menerapkan pengetahuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah (=Applying); (iii) menggunakan pengertian ilmiah untuk memberikan penjelasan berdasarkan bukti (= Reasoning). Hasil kajian awal terhadap cakupan domain kognitif ketiga TIMSS tidak sama, maka domain kognitif soal-soal sains TIMSS 1999 dan 2003 merujuk pada kerangka domain kognitif pada TIMSS 2007 (knowing, applying, reasoning). Data sekunder dari laporan TIMSS selama tiga periode akan digunakan sebagai data utama guna mengkaji kemampuan fisika siswa Indonesia, baik ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning). Untuk mengkaji kemampuan siswa Indonesia, baik ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning), maupun aspek konten Fisika, data sekunder dari laporan TIMSS selama tiga periode
seperti ditunjukan pada Tabel 2.3.1
berikut.
Hasil Analisis Soal-soal TIMSS tahun 1999,2003, dan 2007 sebagai data sekunder diambil dari TIMSSalmanac dan TIMSS-item released. Pemanfaatan data sekunder dari laporan TIMSS selama tiga periode digunakan sebagai data utama guna mengkaji butir soal Fisika TIMSS dan kemampuan siswa Indonesia ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning) serta perbandingannya dengan kemampuan siswa Internasional. Sebagai gambaran awal, berdasarkan data sekunder dari laporan TIMSS selama tiga periode tersebut diperoleh profil distribusi soal-soal TIMSS seperti ditunjukkan pada Tabel di atas. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa berdasarkan tipe soal terdapat kecenderungan jumlah butir soal tipe mulitiple choice (pilihan berganda) pada tiap tahun TIMSS lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan soal essay. Pada TIMSS tahun 1999 jumlah soal pilihan berganda merupakan jumlah soal yang paling banyak (76,19%), akan tetapi soal ini menurun jumlahnya pada tahun 2003 dan bertambah lagi pada tahun 2007. Pada tahun 2003 jumlah soal pilihan berganda dan soal essay seimbang (pilhan berganda 12 dan essay 11 soal). Tabel 2.3.2 Profil Distribusi Butir Soal Fisika TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007 Berdasarkan Tipe Soal dan domaian Kognitif
Secara visual, profil distribusi butir soal Fisika TIMSS berdasarkan tipe soal selama tiga periode dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. Gambar 2.3.1 Profil distribusi Butir Soal TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007 Berdasarkan Tipe Soal
Berdasarkan aspek domain kognitif terdapat kecenderungan jumlah butir soal reasoning pada TIMSS tahun 1999 dan tahun 2003 merupakan jumlah soal paling banyak dibandingkan dengan aspek koginitif knowing maupun applying. Pada TIMSS tahun 2007 jumlah butir soal applying menjadi lebih banyak dibandingkan dengan aspek koginitif knowing maupun reasoning. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan soal-soal
TIMSS yang akan datang proporsi soal applying lebih banyak dibandingkan soal knowing dan reasoning. Secara visual, profil distribusi butir soal Fisika TIMSS berdasarkan domaian kognitif selama tiga periode dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 2.3.2 Profil distribusi Butir Soal TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007 Berdasarkan Domain Kognitif
Berdasarkan hasil interpretasi terhadap kemampuan siswa Indonesia baik ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying, reasoning), maupun aspek konten Fisika yang ditunjukkan pada table. Diperoleh rata-rata kemampuan kognitif knowing (40,37) lebih tinggi dibandingkan dengan aspek kognitif applying (36,96) dan reasoning (33,01). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia rata-rata masih berada pada kemampuan knowing yaitu kemampuan dalam memperlihatkan pengetahuan tentang alat, metode, dan prosedur fisika.
Tabel 2.3.3. Profil kemampuan Kognitif Siswa Indonesia Pada TIMSS
Secara visual, profil kemampuan fisika siswa Indonesia pada TIMSS berdasarkan tiap aspek domain kognitif selama tiga periode dapat dilihat pada Gambar berikut. Tabel dan Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa pada aspek kognitif knowing dan reasoning menurun pada tiap tahun. Sedangkan kemampuan siswa pada aspek kognitif applying meningkat pada tahun 2003, akan tetapi menurun kembali pada tahun 2007. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan fisika siswa Indonesia masih harus ditingkatkan pada semua aspek, terutama pada aspek reasoning.
Table 2.3.4 Profil kemampuan Fisika Siswa Pada TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007 Berdasarkan Domaian Kognitif
Kemampuan siswa Indonesia pada aspek kognitif pada TIMSS 1999 menunjukkan kemampuan tertinggi (55,93) dibandingkan aspek kognitif lainnya pada tahun yang sama maupun pada tahun 2003 dan 2007. Berdasarkan capaian tersebut menggambarkan bahwa pembelajaran sains di Indonesia (1) belum memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan tentang alat, metode dan prosedur fisika; (2) belum melatih kemampuan menerapkan pengetahuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah; dan (3) belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pengertian ilmiah sehingga siswa dapat memberikan penjelasan berdasarkan bukti. Gambar 2.3.3 Profil Kemampuan Siswa Indonesia Pada TIMSS Tahun 1999, 2003, dan 2007 Berdasarkan Domain Kognitif
Pencapaian siswa Indonesia pada TIMSS pada tahun 2007 tidak menjadi lebih baik, bahkan menurun. Hal ini perlu diantisipasi dengan cerdik oleh para praktisi di lapangan, bukan dengan cara sekedar membantu siswa latihan soal, melainkan dengan cara membekalkan kemampuan menerapkan dan bernalar (berpikir tingkat tinggi dan mencermati data yang disajikan dalam berbagi bentuk tampilan. Kemampuan membaca pemahaman siswa Indonesia sangat kurang dan perlu dibantu, karena banyak soal essay yang tidak direspon. Kalaupun direspon, responnya menunjukkan penalarannya masih tingkat rendah, linier, dan terpisah-pisah (tidak komprehensif).
Dalam tiga tahun TIMSS rata-rata capaian siswa Indonesia dibawah rata-rata internasional seperti yang ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut .
Tabel 2.3.5 Rata-rata Capaian Siswa Indonesia dibandingkan Rata-rata Internasional
Pencapaian rata-rata fisika siswa Indonesia sebesar 34,57 lebih kecil dibandingkan rata-rata Internasional sebesar 43,40. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diterapkan di Indonesia berbeda dengan proses pembelajaran di negara-negara lain. Apabila ditinjau dari tujuan kurikulum Nasional yaitu KTSP yang berorientasi pada kompetensi sebenarnya memiliki tujuan yang sama dengan target TIMSS yaitu mengukur kompetensi siswa. Sehingga yang perlu ditekankan adalah tataran implementasi kurikulum yang masih belum berorientasi pada kompetensi yang diharapkan. Permasalahan lain adalah ketidakbiasaan siswa dalam menjawab bentuk soal yang berbentuk tabel, diagram, menguji kemampuan analisis, dam problem solving. Kebanyakan soal-soal yang biasa digunakan pada ulangan umum dan UN masih berorientasi pada pengetahuan semata, sehingga perlu adanya pembiasaan pada siswa untuk berlatih soal-soal yang menguji kemampuan berpikir dan bernalar siswa. Kemampuan guru dalam mengembangkan soalsoal ‘ala TIMSS’ perlu ditingkatkan, sehingga siswa Indonesia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui proses assessment yang dapat mengukur kemampuan sains yang beragam. Kecenderungan dalam tiga tahun TIMSS pencapaian rata-rata fisika terhadap pencapaian rata-rata fisika internasional, diperoleh kecenderungan capaian Fisika siswa Indonesia dan siswa Internasional dalam tiga tahun TIMSS sama-sama menurun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesulitan soalsoal TIMSS meningkat, sehingga baik siswa Indonesia maupun rata-rata siswa internasional mengalami kesulitan dalam menjawab soal TIMSS. Rata-rata skor capaian internasional hanya 43,40 dan siswa Indonesia mencapai 34,57. Hal ini menujukkan bahwa kecenderungan proses pembelajaran baik nasional maupun internasional belum mengarahkan kepada kemampuan berpikir.
Tabel 2.3.6. Rata-rata Capaian Fisika Siswa Indonesia dibandingkan Rata-rata Internasionalpada Tiap Tahun TIMSS
Klasifikasi kemampuan yang diukur pada TIMSS 2007 lebih sederhana dibandingkan TIMSS 1999 dan TIMSS 2003 yaitu terdiri dari kemampuan kognitif knowing, applying dan reasoning. Pencapaian rata-rata nasional terhadap internasional dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 2.3.7 Rata-rata Capaian Fisika Siswa Indonesia dibandingkan Rata-rata Internasional Berdasarkan Domain Kognitif
Tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa pada domain kognitif reasoning merupakan yang paling rendah dibandingkan domain kognitif applying dan knowing baik secara nasional maupun internasional. Tetapi apabila dibandingkan kemampuan siswa Indonesia aspek reasoning memperoleh 29,10 sedangkan rata-rata internasional 40,21. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan reasoning siswa Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata internasional. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran sains di Indonesia pada umumnya belum melatih siswa untuk menganalisis, memecahkan masalah, melakukan sisntesis, membuat hipotesis, membuat rencana percobaan, merumuskan kesimpulan, membuat generalisasi, mengevaluasi dan mempertimbangkan. Demikian halnya sistem evaluasi yang diterapkan di Indonesia belum terbiasa menggunakan soal-soal yang mengukur kemampuan tersebut. Kemampuan applying siswa Indonesia hanya mencapai rata-rata 36,23 sedangkan rata-rata internasional 43,80. Hal tersebut mencerminkan kemampuan siswa dalam membandingkan,
mengklasifikasi,
menggunakan
model,
menginterpretasi informasi ilmiah masih perlu ditingkatkan.
membuat
hubungan,
dan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan TIMSS ( Trends in International Mathematics and Science Study) dibentuk oleh
International Association for the Evaluation of Educational Achievement ( IEA). IEA juga membentuk Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS). TIMSS dirancang untuk membantu negara di seluruh dunia meningkatkan belajar siswa dalam Matematika dan Sains. TIMSS mengumpulkan data prestasi pendidikan beberapa Negara terlihat bahwa kemampuan siswa Indonesia masih sangat rendah dan itu tidak terlipas dari sumber daya alam manusia tersebut. Maka dari itu perlu dilakukan pembaharuan terhadap pendidikan di Indonesia.
B.
SARAN
1.
Setiap negara hendaknya bisa ikut serta dalam Trends in International Mathematics and
Science Study agar mampu mengevaluasi system pendidikan yang telah dimiliki. 2.
Trends in International Mathematics and Science Study bisa lebih giat memberi saran
kepada setiap negara untuk kemajuan pendidikan negara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Trends_in_International_Mathematics_and_Science_Study.18N ovember2010 http://saorajaku.wordpress.com/2012/05/04/peningkatan-minat-siswa-pada-ilmu-alam/ http://id.wikipedia.org/wiki/Program_Penilaian_Pelajar_Internasional http://www.pergerakankebangsaan.org/?p=736 http://karya1-ilmiah.blogspot.com/2012/07/pengembangan-soal-matematikamodel.html#r82SBD47GAX5kQGO.99 http://aplikasikimia.blogspot.com/ http://sekolahdi.blogspot.com/2010/05/un-dan-masa-depan-pendidikan-indonesia.html http://www/collegenet.co.uk/admin /download/inside the black box_23_doc.pdf http://litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=215