BAB I PENDAHULUAN
Berbicara tentang pentingnya pengendalian internal, kita dapat analogkan dengan tubuh manusia yang memiliki sistem sangat kompleks. Ketika suatu bagian atau komponen tertentu mengambil beban yang melebihi batas, maka akan terjadi kerusakan pada sistem secara keseluruhan dan demikian juga ketika suatu bagian atau komponen berfungsi secara berlebihan, maka juga akan mengganggu sistem besar. Demikian juga suatu organisasi, lembaga, atau perusahaan yang dibentuk dari komponenkomponen sistem yang masing-masing memiliki kepentingan, maka sangat memerlukan adanya pengendalian internal. Pengendalian internal ini dimaksudkan untuk mencegah secara dini tindakan yang akan menyimpang dari pencapaian tujuan organisasi, lembaga, atau perusahaan. Tujuan tersebut (tujuan lembaga, organisasi, perusahaan) merupakan tujuan bersama diantara anggota-anggota yang tergabung pada organisasi, lembaga, atau perusahaan. Sistem pengendalian internal adalah suatu hal yang sangat memegang peranan penting dalam auditing. Struktur pengendalian internal diperlukan dalam suatu perusahaan karena adanya keterbatasan pimpinan dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas perusahaan. Hal ini disebabkan karena ruang lingkup perusahaan telah meluas sedemikian rupa sehingga struktur organisasi perusahaan menjadi sangat kompleks dan melebar ke segala arah. Untuk itu diperlukan adanya pelimpahan wewenang dan tugas dengan tepat. Dengan adanya struktur pengendalian intern ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan.
1
1. Definisi Struktur Pengendalian Intern Dalam Standar Profesional Akuntan Publik pada SA 319.par 06 dikatakan bahwa Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah suatu hal yang sangat memegang peranan penting dalam auditing. SPI merupakan rangkaian proses yang dijalankan entitas, yang mana proses tersebut mencakup berbagai kebijakan dan prosedur sistematis, bervariasi dan memiliki tujuan.
2. Kandungan Struktur Pengendalian Internal Kandungan yang terdapat dalam struktur pengendalian intern terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu suatu entitas akan tercapai. Kebijakan adalah kerangka yang telah ditetapkan oleh manajemen untuk mencapai sasaran finansial. Sedangkan prosedur adalah langkah-langkah khusus yang ada dalam kebijakan yang harus diamati. Sasaran perusahaan terdiri dari dua, yaitu: a. Sasaran Finansial Secara umum, sasaran finansial dapat berupa keakuratan dan ketepatan pelaporan keuangan kepada pemegang saham atau BAPEPAM-LK. Sasaran finansial yang khusus dapat berupa perbaikan aliran kas masuk, dan pendapatan per lembar saham. b. Sasaran Nonfinansial Sasaran nonfinansial meliputi pengendalian kualitas, pengembangan produk, penelitian pasar, dan sebagainya. Berdasarkan keempat tujuan struktur pengendalian intern, ada dua jenis pengendalian, yaitu: a. Pengendalian Administratif (Feedback Controls) Tujuan SPI ketiga dan keempat, yaitu mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Kedua tujuan tersebut dapat dipenuhi dengan pengendalian administratif yang baik. Pengendalian administratif adalah pengendalian yang ditujukan untuk mendorong efisiensi operasional dan menjaga diikutinya kebijakan perusahaan. Pengendalian ini dapat 2
berupa rencana organisasi, prosedur-prosedur, dan catatan-catatan yang berhubungan dengan proses pembuatan keputusan yang membawa wewenang terhadap transaksi-transaksi. Pelimpahan wewenang merupakan fungsi pimpinan perusahaan yang secara langsung berhubungan dengan tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi dan merupakan titik tolak untuk menciptakan pengendalian akuntansi atas transaksi. Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong
dipatuhinya
kebijakan
manajemen.(dikerjakan
setelah
adanya
pengendalian
akuntansi). Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.
b. Pengendalian Akuntansi (Preventive Controls) Tujuan SPI pertama dan kedua, yaitu menjaga kekayaan dan catatan organisasi, serta mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kedua tujuan tersebut dapat dipenuhi dengan pengendalian akuntansi yang baik. Pengendalian internal akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi
dan tanggung jawab antar unit organisasi. Pengendalian
akuntansi berupa rencana organisasi, prosedur-prosedur, dan catatan-catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta kekayaan perusahaan dan catatan-catatan. Sehingga dalam pengendalian ini dilakukan penyusunan sedemikian rupa untuk meyakinkan bahwa:
Transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai dengan persetujuan atau wewenang pimpinan, baik yang bersifat umum maupun khusus.
Transaksi-transaksi dicatat sedemikian rupa sehingga memungkinkan dibuatnya ikhtisarikhtisar keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi atau kriteria lain yang sesuai dengan tujuan ikhtisar tersebut, serta menekankan pertanggungjawaban atas harta perusahaan.
Penguasaan atas harta perusahaan diberikan hanya dengan persetujuan dan wewenang pimpinan.
Jumlah aktiva/harta perusahaan seperti yang tercantum dalam catatan perusahaan dicocokkan dengan aktiva/harta yang ada pada waktu yang tepat dan tindakan yang sewajarnya diambil jika terjadi perbedaan. 3
3. Konsep Dasar Pengendalian Internal Beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan struktur pengendalian internal, meliputi hal-hal berikut: a. Pertanggungjawaban manajemen Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan mempertahankan struktur pengendalian internal, pelaksanaan pengawasan struktur pengendalian internal yang sedang berjalan, dan harus selalu memperbaiki struktur pengendalian internal perusahaan. Pengendalianpengendalian khusus struktur pengendalian internal dalam perusahaan tergantung pada:
Besar kecilnya entitas
Karakteristik organisasi dan kepemilikan’
Sifat kegiatan usahanya
Keanekaragaman dan kompleksitas operasinya
Metode pemrosesan data
Persyaratan perundang-undangan yang harus dipatuhi
b. Kewajaran atau keyakinan rasional yang memadai Manajemen bukan mencari tingkat absolut atau mutlak, tetapi mencari kualitas struktur pengendalian internal manajemen pada tingkat yang “wajar”. Hal ini digunakan untuk memastikan bahwa sasaran struktur pengendalian intern dapat tercapai. Ada beberapa alasan
penggunaan kata “wajar” dan bukan absolut. Alasan-alasan tersebut adalah:
Kriteria biaya-manfaat merupakan suatu titik kritis bagi manajemen dalam setiap pengambilan keputusan ekonomi. Pada kenyataannya, nilai hubungan antara manfaat dan biaya tersebut merupakan hasil suatu estimasi atau judgement, dan bukan hasil pengukuran secara absolut.
Realisasi bahwa pengendalian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi dan profitabilitas perusahaan.
c. Keterbatasan bawaan Struktur pengendalian internal mempunyai keterbatasan bawaan yang melekat pada struktur pengendalian internal tersebut. Keterbatasan bawaan tersebut diakibatkan oleh:
4
Faktor manusia yang melakukan fungsi pengendalian. Keterbatasan ini hanya dapat diminimumkan tidak dapat dihilangakan sama sekali oleh orang dari dalam maupun dari luar yang independen.
Pengendalian tidak dapat mengarah pada seluruh transaksi. Pengendalian tidak dapat diterapkan pada transaksi yang bersifat tidak rutin, seperti kejadian luar biasa, bonus, dan lain sebagainya.
d. Metode pengolahan data Konsep pengendalian yang dibicarakan dalam bab ini dapat diterapkan, baik untuk sistem pengolahan data manual maupun terkomputerisasi atau electronic data processing (EDP). Sistem manual biasanya dipakai dalam perusahaan kecil. Sedangkan sistem EDP banyak digunakan dalam bisnis pemanufakturan internasional dan perusahaan multi nasional dan/atau mengglobal. Di samping itu, pengendalian mempunyai sifat yang dinamis. Pengendalian tidak bersifat statis. Perubahan kondisi lingkungan mungkin akan mengakibatkan perlunya modifikasi atas struktur pengendalian.
Berdasarkan uraian diatas, konsep dasar pengendalian intern, yaitu: 1) Pengendalian intern adalah suatu proses, artinya pengendalian intern berupa serangkaian tindakan yang mempengaruhi dan menyatu dengan infrastruktur suatu organisasi. 2) Pengendalian intern berfungsi efektif karena manusia, artinya pengendalian intern bukan semata-mata kebijakan bersifat manual dan melibatkan berbagai macam formulir, tetapi melibatkan orang-orang yang ada di dalam organisasi termasuk dewan direksi, manajemen, dan personel lainya. 3) Pengendalian intern tidak dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang mutlak, tetapi memberikan jaminan yang memadai. 4) Pengendalian
intern
diharapkan
mencapai
kepatuhan, dan operasional.
5
tujuan,
meliputi
pelaporan
keuangan,
4. Unsur-Unsur Pengendalian Intern 1) Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian meyediakan arahan bagi organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian dari orang-orang dalam organisasi. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam lingkungan pengendalian:
Integritas dan nilai etik
Komitmen terhadap kompetensi
Dewan direksi dan komite audit
Gaya manajemen dan gaya operasi
Struktur organisasi
Pemberian wewenang dan tanggung jawab
Praktik dan kebijakan sumber daya manusia
Lingkungan pengendalian mempengaruhi suasana suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran tentang pengendalian kepada orang-orangnya. Tanpa lingkungan pengendalian yang efektif, keempat komponen lainnya mungkin tidak akan menghasilkan pengendalian internal yang efektif. Lingkungan pengendalian berfungsi sebagai payung bagi keempat komponen pengendalian internal lainnya. Auditor harus memperoleh pemahaman memadai tentang lingkungan pengendalian untuk memahami sikap, kesadaran, dan tindakan manajemen dan dewan komisaris terhadap lingkungan pengendalian intern, dengan mempertimbangkan baik substansi pengendalian maupun dampak secara kolektif.
2) Penentuan Risiko Penentuan risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya dan membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Penentuan risiko tujuan laporan keuangan adalah identifikasi organisasi, analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan yang disajikan sesuai PABU. Manajemen risiko menganalisis hubungan risiko asersi spesifik laporan keuangan dengan aktivitas, seperti pencatatan, pemrosesan, pengikhtisaran, dan pelaporan data-data keuangan. 6
Taksiran manajemen risiko hendaknya juga mempertimbangkan risiko-risiko yang muncul dari perubahan lingkungan, seperti pembukaan bisnis baru, penanganan transaksi yang menuntut perlakuan akuntansi yang khusus, perubahan standar akuntansi, peraturan hukum yang baru, perubahan penggunaan teknologi informasi, dan perubahan personel. Auditor menilai risiko untuk memutuskan jenis dan cakupan bukti yang dibutuhkan dalam pemeriksaan. Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat muncul karena keadaan berikut:
Perubahan dalam lingkungan operasi
Personel baru
Sistem informasi yang baru
Teknologi baru
Aktivitas baru
Standar akuntansi baru
Auditor harus memperoleh pemahaman memadai tentang bagaimana manajemen mengidentifikasi risiko, melakukan estimasi risiko, menaksir kemungkinan terjadinya risiko, dan menghubungkannya dengan pelaporan keuangan.
3) Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian yang relevan pada suatu audit laporan keuangan dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Salah satu cara: a. Pengendalian pengolahan informasi •
Pengendalian umum
•
Pengendalian aplikasi - Pengotorisasian secara tepat - Dokumentasi dan catatan - Pengecekan independen 7
b. Pembagian tugas. c. Pengawasan fisik. d. Review kinerja
4) Informasi dan Komunikasi Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. Komunikasi meliputi penyediaan deskripsi tugas individu dan tanggung jawab berkaitan dengan struktur pengendalian intern dalam pelaporan keuangan. Sistem informasi yang berhubungan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan-catatan yang digunakan untuk mengidentifikasi, menggabungkan, menganalisis, menggolongkan, mencatat, dan melaporkan transaksi perusahaan (termasuk pula kejadian-kejadian dan kondisi) dan menyelenggarakan pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban yang bersangkutan. Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi adalah agar transaksi yang dicatat, diproses, dan dilaporkan telah memenuhi keenam tujuan audit. Auditor harus memperoleh pemahaman memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami: a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan. b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai. c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi. d. Pengolahan transaksi sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.
5)
Pemantauan Pemantauan adalah suatu proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian internal
sepanjang masa yang menyangkut penilaian tentang rancangan dan pelaksanaan operasi pengendalian oleh orang yang tepat untuk setiap periode waktu tertentu, untuk menentukan bahwa SPI telah berjalan sesuai dengan yang dikehendaki dan bahwa modifikasi yang diperlukan karena adanya perubahan-perubahan kondisi telah dilakukan. Pemantauan mencakup penentuan 8
desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar, seperti keluhan pelanggan tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.
5.
Hubungan SPI dengan Prosedur Audit Lainnya
a. Hubungan Struktur Pengendalian Intern dengan Prosedur Audit Lainnya Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil keuangan, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini, auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti yang kompeten, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun (perkiraan) laporan keuangan. Untuk menjaga mutu hasil audit atas laporan keuangan suatu perusahaan dalam menjalankan tugas profesionalnya, auditor harus membuat perencanaan audit dan dilaksanakan sebaik mungkin. Hal ini tercantum dalam standar professional akuntan publik pada standar pekerjaan lapangan yang pertama, yaitu pemeriksaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten, harus dipimpin dan diawasi dengan semestinya. Dalam merencanakan audit, auditor harus mempertimbangkan beberapa hal. Kell Boynton, dan Ziegler (1989:70) mengemukakan delapan faktor yang merupakan komponen perencanaan audit, yaitu : 1. Obtain understanding of client's business and industry 2. Obtain understanding of client's internal control structure 3. Assess materiality 4. Assess audit risk 5. Identify audit objectives 6. Design audit programs 7. Schedule the work 8. Assign professional staff to engagement
Audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan merupakan satu kesatuan sehingga auditor harus memperhitungkan hasil prosedur audit yang dilakukan untuk mengeluarkan laporan audit mengenai pengendalian internal.
9
Dalam melakukan perencanaan, sebagai pedoman digunakannya struktur pengendalian internal perusahaan karena menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan.
b. Hubungan Struktur Pengendalian Internal dengan Ruang Lingkup Pemeriksaan Jika struktur pengendalian internal suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini yang tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya.
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Tujuan struktur pengendalian internal, yaitu menjaga kekayaan dan catatan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Secara umum, sasaran dan tujuan sistem pengendalian internal terdiri dari sasaran finansial yang khusus dapat berupa perbaikan aliran kas masuk, dan pendapatan per lembar saham, serta sasaran nonfinansial meliputi pengendalian kualitas, pengembangan produk, penelitian pasar, dan sebagainya. Dalam sistem pengendalian internal terdapat 4 konsep dasar pengendalian internal, yaitu pertanggungjawaban manajemen, kewajaran atau keyakinan rasional yang memadai, keterbatasan bawaan, metode pengolahan data. Unsur-unsur pengendalian internal terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, pemantauan. Di dalam lingkungan pengendalian terdapat faktor-faktor, seperti : integritas nilai-nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan komisaris dan komite audit, falsafah manajemen dan gaya operasi, struktur organisasi, penetapan kewenangan dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik dibidang sumber daya manusia (karyawan entitas). Audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan merupakan satu kesatuan sehingga auditor harus memperhitungkan hasil prosedur audit yang dilakukan untuk mengeluarkan laporan audit mengenai pengendalian internal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan) Jilid 1. UPP STIM YKPN: Yogyakarta.
Jusuf, Al.Haryono. 2010. Auditing (Pengauditan).Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta
Alvin A.Arens, Randal J. Elde, Mark S.Beasley. 2008. Auditing and Assurance edisi 12 jilid 1. Erlangga
Hery, S. E., M.Si. 2011. Auditing I (Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi) edisi 1. Kencana: Jakarta
12