Stenosis duodenum merupakan penyempitan pada duodenum yangmenyebabkan obstruksi pada duodenum. Stenosis duodenum dipercayaiterjadi akibat kegagalan dalam proses pembentukan embriologi strukt…Full description
DEFINISI Adalah terhambatnya atau tersumbatnya suplay darah di arteri yang menuju ke ginjal, biasanya di sebabkan arterosklerosis
ETIOLOGI Arterosklerosis
Hipertensi
Emboli dan trombosis
PATOFISIOLOGI aliran darah arteri renalis turun
renal ischemia
athropi
MANIFESTASI KLINIS
a. Peningkatan tekanan darah. b. Penurunan fungsi ginjal. c. Nyeri pinggang atau abdomen. d. Peningkatan suhu badan. e. Pemeriksaan urine mungkin normal. g. Renal scan menunjukkan tidak ada aliran darah dalam arteri.
PENATALAKSANAAN a. Revascularisasi. b. Anti hipertensi therapy yang kuat untuk mengendalikan hipertensi. c. Analgesic di berikan untuk mengurangi nyeri karena penyempitan atau penyumbatan vascular.
c. Keamanan Tanda: · Demam · Peningkatan suhu tubuh. d. Aktivitas / istirahat Gejala: · Keletihan · Kelemahan · Malaise e. Eliminasi Gejala: Perubahan pola berkemih, penurunan frekuensi. · Pemeriksaan urine mungkin normal. · Kosntipasi.
f. Makanan dan cairan Gejala: · Mual – muntah · anoreksia g. Sensori Gejala: · Gangguan status mental. · Ketidakmampuan berkonsentrasi. · Penurunan lapang perhatian. h. Tes diagnostic · Pemeriksaan urine mungkin normal. · Renal scan menunjukkan tidak adanya aliran darah dalam arteri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ischemia parenkim renal. b. Gangguan thermoregulasi (hyperthermia) berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal. c. Gangguan eliminasi urine (inkontinensia urine) berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
INTERVENSI KEPERAWATAN a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ischemia parenkim renal. · Observasi nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik, dan intensitas (dengan skala). · Dorong penggunaan teknik relaksasi. Contoh: pedoman imajenasi fisualisasi, aktivitas terapiutik. · Berikan tindakan kenyamanan seperti pemijatan punggung. · Kolaborasi dengan dokter: dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi.
b. Gangguan thermoregulasi (hyperthermia) berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal. · Observasi suhu tubuh pasien, perhatikan menggigil atau adanya diaporesis. · Berikan kompres hangat. · Atur suhu lingkungan, batasi penggunaan linen tebal. · Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik.
c. Gangguan eliminasi urine (inkontinensia urine)
berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal. · Observasi keluaran urine, selidiki penurunan atau penghentian aliran urine. · Observasi dan catat warna urine, perhatikan hematuria dan atau perdarahan. · Awasi tanda vital, kaji nadi, turgor kulit, pengisian kapiler dan mukosa mulut.