A. Pemeriksaan subjektif a.
Identitas pasien/ data demografis
b. Keluhan utama c.
Present illness (PI)
d. Riwayat medic e.
Riwayat dental
f.
Riwatyat keluarga
g. Riwayat social 12
B. Pemeriksaan objektif a.
Pemeriksaan ekstra oral yang bertujuan untuk melihat penampakan secara umum dari pasien, misalnya pembengkakan di muka dan leher, dll.
b.
Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan dalam rongga mulut. Pemeriksaan intra oral berkaitan dengan gigi da n jaringan sekitar. 12 Pemeriksaan objektif pada gigi dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut : 12
1.
Inspkesi : memeriksa dengan mengamati objek (gigi) seperti warna, ukuran, bentuk, permukaan karies, dll
2.
Sondasi : dengan menggunakan sonde atau eksplores dapat diketahui kedalaman kavitas, dan reaksi pasien.
3. Perkusi : dilakukan dengan mengetukkan jari atau instrument kea rah jaringan untuk mengetahui adanya peradangan pada jaringan periodontal atau tidak. 4. Palpasi : dengan cara menekan jaringan ke arah tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan dengan fluktuasi atau tanpa fluktuasi. 5. Tes mobilitas : gigi di mobilisasi untuk memeriksa ada tidaknya luksasi. 6. Tes suhu : tes yang dilakukan dengan iritan dingin atau panas, untuk mengetahui vitalitas gigi. 7. Tes elektrik : pemakaian alat pulp tester untuk mengetahui vitalitas gigi. 8.
Transluminasi : menggunakan illuminator dari arah palatal atau lingual, untuk mengetahui adanya karies di lingual palatal, membedakan membedak an gigi nekrosis dan gigi vital. 12
C. Pemeriksaan penunjang
a.
Radiografi
b. Pemeriksaan laboratorium c.
Prognosis yaitu prakiraan tentang jalannya penyakit
d.
Assessment/ penilaian terhadap status yang diperlukan pasien berupa status gigi dan jaringan mulut apakah bisa dirawat atau tidak
e.
Rencana perawatan. 12
II.6. DIAGNOSA KARIES
Penegakkan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal penting. Penegakkan diagnosa karies memerlukan pencahayaan yang baik ke objek (gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka semuanya harus dibersihkan dahulu sebelum mencoba menegakkan dagnosis dengn tepat. Kemudian dilakukan pemeriksaan. -
Rasa sakit Umumnya, sakit puklpa oleh seseorang pasien dilukisakan dalam suatu atau dua cara : menusuk, tajam menusuk, menyayat atau agak sakit seperti dibur. Rasa sakit pada kelompok pertama adalah cocok dengan serabut saraf “delta A” didalam pulpa, sedang kelompok yang kedua adalah cocok dengan rasa sakit yang dihasilkan dari eksitasi dan kecepatan penyebaran serabut saraf “delta C” yang lebih lambat didalam pulpa. Kemampuan membatasi rasa sakit jelas penting. Kondisi lamanya rasa sakit adalah juga diagnostik. Kadan-kadang, nyeri pulpa hanya berlansung dari beberapa menit sampai berjam jam. Rasa sakit dapat sebentar-sebentar ataupun konstan. Pengalaman k linis menunjukkan bahwa gigi dengan sakit pulpa yang terlalu cepat yang sakitnya segera hilang setelah iritan dihilangkan mempunyai kemungkinan sembuh kembali. Kondisi ini, pulpitis reversibel akut (hiperemia), ditandai dengan rasa sakit yang tidak lama. Bila rasa sakitnya bertahan, atau timbulnya tanpa suatu penyebab yang nyata, pulpitis ini biasanya irreversibel dan pasien memerlukan perawatan endodontik 13hal 4
Gejala
Radiografis
Tes pulpa
Tes periapeks
ada Memberi
Tidak sensitif
Pulpa Normal
Tidak ada yang Tidak signifikan
perubahan
respon
periapeks Reversebel
Mungkin
Tidak
menimbulkan
perubahan
gejala
ada Memberi
Tidak sensitif
respon
ringan periapeks
terhadap stimulus thermal
atau
mungkin
juga
tidak Irreversibel
Sama
dengan Tidak
reversibel,
ada Memberi
perubahan
selain
respon
itu radiolusensi
mungkin terdapat parah
di (mungkin
periapeks. Satu dengan nyeri pengecualian
: ekstrem
terhadap condensing
terhadap
stimulus
asteitis
yang stimuli
thermal
kadang-kadang
Mungkin memberi respon nyeri atau
nyeri mungkin
tidak
terhadap
perkusi
atau
palpasi
thermal)
terjadi Nekrosis
Tidak
ada Bargantung pad Tidak memberi Bergantung
reaksi terhadap status periapeks stimulus
respon
pada
status
periapeks
thermal (gejala lain
:
lihat
terminologi diagnosis periapeks
II.7 PENCEGAHAN KARIES
Karies merupakan penyakit yang dapat dicegah. Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu : a. Hilangkan substrat karbohidrat
Untungnya tidaklah perlu menghilangkan secara total karbohidrat dari makanan kita. Yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja. Hal ini dianggap cara pencegahan yang paling efektif. 14 b. Tingkatkan ketahanan gigi. Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan memaparkannya terhadap fluor secara tepat. Pit dan fisur yang dalam dapat dikurangi kerentanannya dengan menutupnya dengan resin. Mengingat bahwa dalam proses karies ini terliput kuman yang spesifik, tidaklah mustahil dalam waktu yang akan dating dapat dilakukan pencegahan dengan imunisasi. 14 c. Hilangkan plak bakteri Secara teoritis permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies. Tetapi penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan mudah. Untungnya tidak semua kuman dalam plak mampu meragikan gula sehingga tidaklah mustahil untuk mencegah karies dengan jalan mengurangi kuman yang kariogeniknya saja. 14 Adapula pencegahan lainnya yaitu : Kesehatan umum Kesehatan umum pasien memiliki dampak yang signifikan terhadap karies, setiap pasien memiliki pengawasan yang efektif dan sistem kehancuran bagi bakteri “asing”. Efektifitas system kekebalan pasien tergantung pada status kesehatan secara keseluruhan. Imunisasi Ig A ini antibodi mampu aglutinasi (penggumpalan) oral bakteri. Hal ini untuk mencegah penggumpalan kepatuhan terhadap gigi dan struktur mulut lainnya. Fungsi saliva Air liur sangat penting dalam pencegahan karies, kurangnya air liur sangat meningkatkan kejadian karies. Diet. Diet sukrosa memiliki 2 efek yang merugikan yang penting pada plak. Pertama kinsumsi yang mengundang karies sukrosa memberikan potensi kuat untuk kolonisasi bakteri. Kedua, plak dewasa sering terkena sukrosa cepat dimetabolisme menjadi asam organik. 15 - metode kimia -
ada sejumlah zat kimia yang digunakan dalam pencegahan karies : a. fluoride b. chlorhexidine dan alexidine c. nitrat silver d. kloride zinc e. vitamin k f. vaksin karies - metode diet karise dapat dicegah dengan pembatasan asupan karbohidrat olahan sukrosa yaitu karbohidrat yang paling kariogenik, seingga penggunaannya dibatasi
- metode mekanik a. menyikat gigi b. denta floss c. berkumur d. pencegahan penyakit gigi dan mulut (ke dokter gigi) e. pit dan fissure sealent 16
II.8. PENANGANAN KARIES
-
-
Karies dini : - remineralisasi dengan pengluasan flour Konsul diet dan faktor resiko yang lain Kavitas insisal: : - aplikasi penutup fisur Restorasi setelah ekskavasi Lesi atau preparasi minimal Kavitas sedang : - restorasi dengan preparasi minimal Kavitas dalam : - restorasi dengan preparasi minimal Perawatan endodontik.10
1. penanganan karies dini gambaran histopatologi karies dini perku dipahami sehingga ketentuan apakah lesi sebaiknya tidak ditumpat dapat dimengerti pla. gambaran histopatologik karies dini terdiri dari empat zona, yaitu zona ermukaan, badan lesi, zona gelap dan zona translusen. volume pori-pori lesi karies dini adalah 1-5%, 10-25%, 1-4% dan 1%. jika dibandingkan dengan email normal yang volume porinya adalah 0,1%. zona permukaan volume porinya lebih besar. namun, ternyata zna atau lapisan permukaan ini mengandung lebih banyak fluor, karena sebetlnya zona permukaan juga lebih tahan terhadap asam daripada email normal. dengan demikian zona ini sebaiknya dipertahankan dan tidak perlu ditumpat sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan. 2. penanganan karies pada tahap kabitasi adanya kavitas biasanya mengindikasikan bahwa penmpatan harus dilakukan. tetapi perlu diingat bahwa penumpatan merupakan terapi karies yang sebetulnya dan hanya merupakan terapi yang sebetulnya dan hanya merupakan terapi simptomatis untuk menghilangkan rasa sakit dan
mengembalikan fungsi gigi. selanjutnya perlu disimak pula ketentuan yang telah digunakan kapan sua lesi harus diumpat dan kapan harus dilakukan tindakan preventif dan diperiksa ulang.3