SCROFULODERMA . I. DEFINISI Limfadenitis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening. Limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis. Apabila peradangan terjadi pada pada kelenj kelenjar ar limfe limfe di leher leher diseb disebut ut dengan dengan scrofu scrofula. la. Limfadenitis pada kelenjar limfe di leher inilah yang biasanya paling sering terjadi. Istilah scrofula diambil dari bahasa latin yang berarti pembengkakan kelenjar. Infeksi M.tuberculosis pada kulit disebabkan oleh perluasan langsung tuberkulosis ke kulit dari struktur dasar atau terpajan melalui kontak dengan tuberkulosis disebut dengan scrofuloderma. II. EPIDEMIOLOGI Insiden tuberkulosis kutis yang tercatat masih rendah. Di negara seperti ina atau atau Indi India a di mana mana pre! pre!al alen en tube tuberk rkul ulos osis is terc tercat atat at masi masih h tingg tinggi" i" mani manife fest stas asii tuberkulosis pada kulit kurang dari #"$% indi!idu yang berkunjung ke klinik&klinik dermat dermatolo ologi. gi.'kr 'krofu ofulod loderm erma a biasan biasanya ya menge mengenai nai anak& anak&ana anak k dan deasa deasa muda muda terutama pada pria. 'umber lain menyebutkan baha dapat terjadi pada semua umur dan perbedaan banyaknya insidens pada pria dan anita tidak bermakna. aktor&faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini sering terkait dengan fakt faktor or lingk lingkun unga ganny nnya a
atau ataupu pun n
peke pekerja rjaan anny nya. a. Bias Biasan anya ya peny penyak akit it ini ini
seri sering ng
ditemu ditemuka kan n pada pada pekerj pekerjaan aan sepert sepertii ahli ahli patolo patologi" gi" ahli ahli bedah" bedah" orang& orang&ora orang ng yang yang melakukan autopsi" peternak" juru masak" anatomis" dan pekerja lain yang mungkin berk berkon onta tak k lang langsu sung ng deng dengan an *. tube tuberc rcul ulos osis is ini" ini" sepe sepert rtii cont contoh ohny nya a peke pekerj rja a labora laboratur turium ium.. +ada +ada negar negara&n a&nega egara ra yang yang belum belum berkem berkemban bang" g" daera daerah h denga dengan n sanitasi yang kurang baik dan gi,i kurang" penyakit lebih mudah meluas dan lebih berat. +enyebaran lebih mudah terjadi pada musim penghujan.
III. ETIOLOGI 'crof rofulod loderma
dise isebabkan
oleh
inf infeksi
Mycoba Mycobacte cteriu rium m
tuberc tuberculo ulosis sis..
Mycobacte Mycobacteria ria tergol tergolong ong dalam dalam famili famili Mycobacte Mycobactericea riceae e dan dan ordo ordo Actinomyceales. Actinomyceales. 'pesies patogen yang termasuk dalam Mycobacterium kompleks" yang merupakan agen agen penye penyebab bab penya penyakit kit yang yang terser tersering ing dan terpe terpenti nting ng adalah adalah Mycobacterium tuberculosis. tuberculosis. -ang tergolong dalam Mycobacterium tuberculosae complex adalah 1
$. M. tuberculosae" /. M. bovis" 0. M. caprae" 1. M. africanum" 2. M. Microti, 3. M. Pinnipedii " 4. M.canettii +embagian tersebut berdasarkan perbedaan epidemiologi. Basil TB adalah bakteri aerobik obligat berbentuk batang tipis lurus berukuran sekitar #"1 5 0 6m dan tidak berspora. +ada media buatan berbentuk kokoid dan filamentous tampak ber!ariasi dari satu spesies ke spesies lain. *ycobacteria termasuk M.tuberculosis tidak dapat diarnai dengan pearnaan 7ram dan hanya dapat diarnai dengan pearnaan khusus serta sangat kuat mengikat ,at arna tersebut sehingga tidak dapat dilunturkan alaupun menggunakan asam alkohol" sehingga dijuluki bakteri tahan asam. M.tuberculosis mudah mengikat pearna 8iehl&9eelsen atau karbol fuksin. Dinding bakteri *ikobakterium kaya akan lipid yang terdiri dari asam mikolat" lilin" dan fosfat. *uramil dipeptida yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan pembentukan granuloma. Lipid inilah yang bertanggung jaab pada sifat tahan asam bakteri *ikobakterium. +enghilangan lipid dengan menggunakan asam yang panas menghancurkan sifat tahan asam bakteri ini. Bakteri ini mendapatkan energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana. +enambahan :/ meningkatkan pertumbuhan. Akti!itas biokimia tidak khas dan laju pertumbuhannya lebih lambat daripada kebanyakan bakteri. ;aktu replikasi basil tuberkulosis sekitar $< jam. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat" berproliferasi dengan baik pada temperatur //&/0=" dan tidak terlalu bersifat tahan asam bila dibandingkan dengan bentuk patogennya. IV. PATOGENESIS 'ecara umum penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi TB pulmoner dan TB ekstrapulmoner. Basil tuberkulosis juga dapat menginfeksi organ lain selain paru" yang disebut sebagai TB ekstrapulmoner. :rgan ekstrapulmoner yang sering diinfeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar getah bening" pleura" saluran kemih" tulang" meningens" peritoneum" dan perikardium. TB primer terjadi pada saat seseorang pertama kali terpapar terhadap basil tuberculosis. Basil TB ini masuk ke paru dengan cara inhalasi droplet. 'ampai di paru" basil TB ini akan difagosit oleh makrofag dan akan mengalami dua kemungkinan. +ertama" basil TB akan mati difagosit oleh makrofag. >edua" basil TB akan dapat bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag sehingga basil TB akan dapat menyebar secara limfogen" perkontinuitatum" bronkogen" bahkan 2
hematogen. +enyebaran basil TB ini pertama sekali secara limfogen menuju kelenjar limfe regional di hilus" dimana penyebaran basil TB tersebut akan menimbulkan reaksi inflamasi di sepanjang saluran limfe (limfangitis) dan kelenjar limfe regional (limfadenitis). +ada orang yang mempunyai imunitas baik" 0 ? 1 minggu setelah infeksi akan terbentuk imunitas seluler. Imunitas seluler ini akan membatasi penyebaran basil TB dengan cara menginakti!asi basil TB dalam makrofag membentuk suatu fokus primer yang disebut fokus 7hon. okus 7hon bersama&sama dengan limfangitis dan limfadenitis regional disebut dengan kompleks 7hon. Terbentuknya fokus 7hon mengimplikasikan dua hal penting. +ertama" fokus 7hon berarti dalam tubuh seseorang sudah terdapat imunitas seluler yang spesifik terhadap basil TB. >edua" fokus 7hon merupakan suatu lesi penyembuhan yang didalamnya berisi basil TB dalam keadaan laten yang dapat bertahan hidup dalam beberapa tahun dan bisa tereakti!asi kembali menimbulkan penyakit. @ika terjadi reakti!asi atau reinfeksi basil TB pada orang yang sudah memiliki imunitas seluler" hal ini disebut dengan TB post&primer. Adanya imunitas seluler akan membatasi penyebaran basil TB lebih cepat daripada TB primer disertai dengan pembentukan jaringan keju (kaseosa). 'ama seperti pada TB primer" basil TB pada TB post&primer dapat menyebar terutama melalui aliran limfe menuju kelenjar limfe lalu ke semua organ. >elenjar limfe hilus" mediastinal" dan paratrakeal merupakan tempat penyebaran pertama dari infeksi TB pada parenkim paru. Basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar limfe tanpa terlebih dahulu menginfeksi paru. Basil TB ini akan berdiam di mukosa orofaring setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet. Di mukosa orofaring basil TB akan difagosit oleh makrofag dan dibaa ke tonsil" selanjutnya akan dibaa ke kelenjar limfe di leher. +ort dentre skrofuloderma di daerah leher ialah pada tonsil atau paru. @ika di ketiak" kemungkinan port dentre pada ape5 pleura" bila dilipat paha kemungkinan port dentree pada ekstremitas baah. >adang&kadang ketiga tempat predileksi tersebut diserang sekaligus" yakni pada leher" ketiak dan lipat paha" kemungkinan besar terjadi penyebaran hematogen.
V. MANIFESTASI KLINIS 3
'krofuloderma biasanya mulai sebagai limfadenitis tuberkulosis" berupa pembesaran kelenjar getah bening" tanpa tanda&tanda radang akut" selain tumor. *ula&mula hanya beberapa >7B yang diserang" lalu makin banyak dan sebagian berkonfluensi. 'elain limfadenitis juga terdapat periadenitis yang menyebabkan perlekatan >7B tersebut dengan jaringan sekitar. >emudian kelenjar&kelenjar tersebut mengalami perlunakan tidak serentak" menyebabkan konsistensinya menjadi bermacam ? macam" yaitu didapati kelenjar getah bening melunak dan membentuk abses yang akan menembus kulit dan pecah" bila tidak disayat dan dikeluarkan nanahnya. Abses ini disebut abses dingin artinya abses tersebut tidak panas maupun nyeri tekan" melainkan berfluktuasi (bergerak bila ditekan" menandakan baha isinya cair). +ada stadium selanjutnya terjadi perkejuan dan perlunakan" pecah dan mencari jalan keluar dengan menembus kulit di atasnya dengan demikian membentuk fistel. *uara fistel kemudian meluas hingga menjadi ulkus yang mempunyai sifat khas" yakni bentuk memanjang dan tidak teratur" disekitarnya berarna merah kebiru&biruan (li!id)" dinding bergaungC jaringan granulasinya tertutup oleh pus seropurulen" jika mengering menjadi krusta berarna kuning. lkus&ulkus tersebut dapat sembuh spontan membentuk sikatriks yang memanjang dan tidak teratur dan diatasnya kadang&kadang terdapat jembatan kulit (skin bridge). Basil tahan asam banyak dijumpai pada lesiEjaringan. Tes tuberkulin biasanya positif. +embengkakan kelenjar limfe dapat terjadi secara unilateral atau bilateral" tunggal maupun multipel" dimana benjolan ini biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan minggu sampai bulan" dan paling sering berlokasi di regio ser!ikalis posterior dan yang lebih jarang di regio suprakla!ikular. Beberapa pasien dengan limfadenitis TB dapat menunjukkan gejala sistemik yaitu seperti demam" penurunan berat badan" f atigue dan keringat malam. *enurut @ones dan ampbell ($F3/) dalam *ohapatra (/##1) limfadenopati tuberkulosis perifer dapat diklasifikasikan ke dalam lima stadium yaitu •
'tadium $" pembesaran kelenjar yang berbatas tegas" mobile dan diskret.
•
'tadium /" pembesaran kelenjar yang kenyal serta terfiksasi ke jaringan sekitar oleh karena adanya periadenitis.
•
'tadium 0" perlunakan di bagian tengah kelenjar (central softening ) akibat pembentukan abses. 4
•
'tadium 1" pembentukan collar-stud abscess.
•
'tadium 2" pembentukan traktus sinus.
Gambar 1 . tampak lesi basah tersebar dari regio colli " submandibula dextra dan sinistra menyebar secara linier ke dada dan axila dextra.
Gambar 2. Abses Dingin
5
Gambar 3. 'istem limfatik region coli
VI. DIAGNOSA ntuk mendiagnosa limfadenitis TB diperlukan tingkat kecurigaan yang tinggi" dimana hal ini masih merupakan suatu tantangan diagnostik untuk banyak klinisi meskipun dengan kemajuan teknik laboratorium. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap" pearnaan BTA" pemeriksaan radiologis" dan biopsi aspirasi jarum halus dapat membantu dalam membuat diagnosis aal yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan pengobatan sebelum diagnosis akhir dapat dibuat berdasarkan biopsi dan kultur. @uga penting untuk membedakan infeksi mikobakterium tuberkulosis dengan non&tuberkulosis. Beberapa
pemeriksaan
yang
dilakukan
untuk
menegakkan
diagnosa
limfadenitis TB •
+emeriksaan darah Gasil pemeriksaan laboratorium dasar mungkin menunjukan hasil yang tidak spesifik" dengan hasil hitung darah (blood count) yang normal. Ganya saja pada sebagian besar penderita TB kutis termasuk skrofuloderma terjadi peningkatan laju endap darah (LHD) sampai mencapai $## mmEjam.
•
+emeriksaan mikrobiologi +emeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis dan kultur. +emeriksaan mikroskopis dilakukan dengan pearnaan 8iehl&9eelsen. 'pesimen untuk pearnaan dapat diperoleh dari sinus atau biopsi aspirasi. Dengan pemeriksaan ini kita dapat memastikan adanya basil mikobakterium
6
pada spesimen" diperlukan minimal $#.### basil TB agar perarnaan dapat positif .
Gambar 4. Mycobacterium tuberculosis" dengan pearnaan Ziehl-Neelsen pembesaran $###5
>ultur juga dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis limfadenitis TB. Adanya $#&$## basilEmm0 cukup untuk membuat hasil kultur positif. Gasil kultur positif hanya pada $#&3F% kasus. Berbagai media dapat digunakan seperti +etregnani" Trudeau" *iddle&brook" dan Bactec TB. Diperlukan aktu beberapa minggu untuk mendapatkan hasil kultur. +ada adenitis tuberkulosa" M.tuberculosis adalah penyebab tersering" diikuti oleh M.bovis. •
Tes Tuberkulin +emeriksaan intradermal ini (Mantoux est ) dilakukan untuk menunjukkan adanya reaksi imun tipe lambat yang spesifik untuk antigen mikobakterium pada seseorang. Jeagen yang digunakan adalah protein purified derivative (++D). +engukuran indurasi dilakukan /&$# minggu setelah infeksi. Dikatakan positif apabila terbentuk indurasi lebih dari $# mm" intermediat apabila indurasi 2&F mm" negatif apabila indurasi kurang dari 1 mm.
•
+emeriksaan 'itologi 'pesimen untuk pemeriksaan sitologi diambil dengan menggunakan biopsi aspirasi kelenjar limfe. 'ensiti!itas dan spesifitas pemeriksaan sitologi dengan biopsi aspirasi untuk menegakkan diagnosis limfadenitis TB adalah 4<% dan FF%. T scan dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan biopsi aspirasi kelenjar limfe intratoraks dan intraabdominal. +ada pemeriksaan 7
sitologi akan terlihat !anghans giant cell " granuloma epiteloid" nekrosis kaseosa.
Gambar 5. >elompokan seperti granuloma dari histiosit histiosit epiteloid pada latar belakang dari nekrosis kaseosa granular
Gambar 6. ormasi 7ranuloma
Gambar 7. >elompokan seperti granuloma dari histiosit&histiosit epiteloid nekrosis
8
Gambar . !anghans "iant #ell *uncul kesulitan dalam pendiagnosaan apabila gambaran kon!ensional seperti sel epiteloid atau !anghans giant cell tidak ditemukan pada aspirat. +ada penelitian yang dilakukan oleh Lubis (/##<)" baha gambaran sitologi bercak gelap dengan materi eusinofilik dapat digunakan sebagai tambahan karakteristik tuberkulosis selain gambaran epiteloid dan !anghans giant cell. Didapati baha aspirat dengan gambaran sitologi bercak gelap dengan materi eusinofilik" dapat memberikan hasil positif tuberkulosis apabila dikultur. •
+emeriksaan Jadiologis oto toraks" '7" T scan dan *JI leher dapat dilakukan untuk membantu
diagnosis limfadenitis TB. oto toraks dapat menunjukkan kelainan yang konsisten dengan TB paru pada $1&/#% kasus. Lesi TB pada foto toraks lebih sering terjadi pada anak&anak dibandingkan deasa" yaitu sekitar $2% kasus. '7 kelenjar dapat menunjukkan adanya lesi kistik multilokular singular atau multipel hipoekhoik yang dikelilingi oleh kapsul tebal. +emeriksaan dengan '7 juga dapat dilakukan untuk membedakan penyebab pembesaran kelenjar (infeksi TB" metastatik" lymphoma" atau reaktif hiperplasia). +ada pembesaran kelenjar yang disebabkan oleh infeksi TB biasanya ditandai dengan fusion tendency, peripheral halo, dan internal echoes. +ada T scan" adanya massa nodus konglumerasi dengan lusensi sentral" adanya cincin irregular pada contrast enhancement serta nodularitas didalamnya" derajat homogenitas yang ber!ariasi" adanya manifestasi inflamasi pada lapisan dermal dan subkutan mengarahkan pada limfadenitis TB.
9
+ada *JI didapatkan adanya massa yang diskret" konglumerasi" dan konfluens. okus nekrotik" jika ada" lebih sering terjadi pada daerah perifer dibandingkan sentral" dan hal ini bersama&sama dengan edema jaringan lunak membedakannya dengan kelenjar metastatik. Dalam menegakkan diagnosis TB anak" semua prosedur diagnostik dapat dikerjakan" namun apabila dijumpai keterbatasan sarana diagnostik yang tersedia" dapat menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai sistem skoring. 'istem skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli yang IDAI" >emenkes dan didukung oleh ;G: dan disepakati sebagai salah satu cara untuk mempermudah penegakan diagnosis TB anak terutama di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. 'istem skoring ini membantu tenaga kesehatan agar tidak terleat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan penunjang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya underdiagnosis maupun overdiagnosis TB. +enilaianEpembobotan pada sistem skoring dengan ketentuan sebagai berikut K +arameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB menular mempunyai nilai tertinggi yaitu 0. K ji tuberkulin bukan merupakan uji penentu utama untuk menegakkan diagnosis TB pada anak dengan menggunakan sistem skoring. K +asien dengan jumlah skor 3 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat :AT. 'etelah dinyatakan sebagai pasien TB anak dan diberikan pengobatan :AT (:bat Anti Tuberkulosis) harus dilakukan pemantauan hasil pengobatan secara cermat terhadap respon klinis pasien. Apabila respon klinis terhadap pengobatan baik" maka :AT dapat dilanjutkan sedangkan apabila didapatkan respons klinis tidak baik maka sebaiknya pasien segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
VII. DIAGNOSA 0ANDING 'crofuloderma sendiri menyerang kelenjar limfe" harus dibedakan dengan penyakit lain yang menyerang kelenjar limfe. 'elain itu secara khas scrofuloderma dapat ditemukan pada beberapa daerah tubuh yang mempunyai aliran limfe seperti lipat paha" ketiak"leher. berdasarkan letak lesinya dapat pula dipikirkan beberapa penyakit yang mengenai daerah tersebut. 'ehingga diagnosis banding yang dapat diambil Limfoma 11
Dijadikan diagnosis banding karena penyakit ini menyerang kelenjar limfe. *erupakan penyakit keganasan yang menyerang sistem limfoid. Dibedakan menjadi / jenis yaitu tipe hodkin dan non hodkin. Dibedakan dengan scrofuloderma salah
satunya
adalah
dengan
melakukan biopsi ditemukannya sel reed stenberg Actinomycosis *erupakan penyakit subakut&kronik yang diakibatkan akibat infeksi bakteri gram positif"anaerobik. *emberikan gambaran klinik berupa lesi yang supuratif dan infalmasi yang bergranul" deisertai pembentukan multipel abses. Bila terdapat pada daerah sekitar ajah dan leher umumnya disertai dengan riayat manipulasi pada gigi misalnya riayat pencabutan gigi.
Gambar . Actinomycosis Limfogranuloma !enerum *erupakan penyakit !enerik yang disebabkan oleh #lamydia trachomatis. +ersamaan dengan skrofuloderma adalah dapat menyerang daerah inguinal terdapat limfadenitis pada beberapa kelenjar" peradenitis" perlunakan tidak serentak dengan akibatnya konsistensi kelenjar bermacam&macam" serta pembentukan abses dan fistel multipel. +erbedaannya pada L7O terdapat kelima tnda radang akut" sedangkan pada skrofuloderma tidka terdapat kecuali tumor. ;alaupun sama&sama menyerang daerah inguinal namun pada L7O lebih khas menyerang >7B medial sedangkan pada skrofuloderma menyerang inguinal femoral dan lateral. Gidradenitis supuratifa yaitu infeksi bakteri piokokus pada kelenjar apokrin. +enyakit tersebut bersifat akut disertai tanda&tanda radang akut yang jelas" dengan gejala
12
konstitusi dan leukositosis.Gidradenitis supurati!a biasanya menimbulkan sikatriks sehingga terjadi tarikan ? tarikan yang mengakibatkan retraksi ketiak.
Gambar 1.
Gidradenitis
'upuratif. VIII. TATALAKSANA Tata laksana skrofuloderma pada anak harus komprehensif" meliputi terapi medikamentosa" tata laksana gi,i" dan lingkungan sekitarnya.
+engobatan
tuberkulosis kutis adalah sama dengan pengobatan tuberkulosis paru yaitu kemoterapi dengan menggunakan oral antituberkulosis (:AT). berupa i,onia,id (I9G)" rifampisin" etambutol" dan !itamin B3. Tujuan terapi medikamentosa tuberkulosis adalah memberikan penyembuhan yang lebih cepat" mencegah terjadinya resistensi dan kekambuhan. >eputusan pemberian medikamentosa dimulai segera setelah diagnosis skrofuloderma ditegakkan dengan dasar data epidemiologi" klinis pasien" uji tuberkulin" rPngent thoraks dan hasil pemeriksaan histopatologi. Terapi tuberkulosis terdiri dari dua tahap yakni tahap aal (intensif ) dengan tujuan membunuh kuman yang aktif dengan obat yang bersifat bakterisidal" dan tahap lanjutan dengan tujuan untuk membunuh kuman yang tumbuh lambat. Anti Tuberkulosis (:AT) yang biasa digunakan yaitu Isonia,id" Jifampisin" +irani,amid" Htambutol dan 'treptomisin. Nama Oba#
Toksisitas hepar" artralgia" gangguan gastrointestinal 9euritis optik" ketajaman mata berkurang" buta arna merah hijau" hipersensiti!itas" gastrointestinal :totoksik" nefrotoksik
+anduan :AT di Indonesia dibagi menjadi $. >ategori $ / (GJ8H)E1 (GJ)0 /. >ategori / / (GJ8H)'E(GJ8H)E2(GJ)0H0 Dari kedua kategori ini disediakan panduan obat sisipan ( GJ8H) 0. >ategori anak /GJ8E1GJ. +aduan :AT >ategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat >ombinasi Dosis Tetap (:AT&>DT). Tablet :AT >DT ini terdiri dari kombinasi / atau 0 jenis obat dalam satu tablet. +aduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Tablet >DT untuk anak tersedia dalam / macam tablet" yaitu •
Tablet R yang merupakan tablet kombinasi dari J (Jifampisin)" G
•
(Isonia,id) dan 8 (+ira,inamid) yang digunakan pada tahap intensif. Tablet R yang merupakan tablet kombinasi dari J (Jifampisin) dan G (Isonia,id) yang digunakan pada tahap lanjutan. @umlah tablet >DT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan komposisi dari tablet >DT tersebut. Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis >DT yang komposisi tablet JG8 adalah J Q 42 mg" G Q 2# mg" 8 Q $2# mg dan komposisi tablet JG adalah J Q 42 mg dan G Q 2# mg. Berat badan (kg)
/ bulan JG8 (42E2#E$2#)
1 bulan (JG (42E2#)
14
2&F
$ tablet
$ tablet
$# & $1
/ tablet
/ tablet
$2 & $F
0 tablet
0 tablet
/#& 0/
1 tablet
1 tablet
>eterangan Bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg dirujuk ke rumah sakit. BB 00 kg disesuaikan dengan dosis deasa. o :AT untuk anak juga harus disediakan dalam bentuk :AT kombipak untuk o
digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping :AT >DT atau bila paket >DT belum tersedia. Dosisnya seperti pada tabel berikut ini. Dosis :AT kombipak fase aal E intensif pada anak. 8$'!" Oba#
00 91 %(
00 1 : 2 K( )KOM0IPAK*
00 2 : 32 %(
I"&'!a;!R!am!
2# mg 42 mg $2# mg
$## mg $2# mg 0## mg
/## mg 0## mg 3## mg
Dosis >ombipak fase lanjutan pada anak. 8$'!" Oba#
00 91 %(
00 1 : 2 K( )KOM0IPAK*
00 2 : 32 %(
I"&'!a;!R!am!
2# mg 42 mg
$## mg $2# mg
/## mg 0## mg
Gindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila memungkinkan" karena penyuntikan terasa sakit" dapat terjadi kerusakan permanen syaraf pendengaran" dan terdapat risiko penularan GIO akibat perlakuan yang tidak benar terhadap alat suntikan. >riteria penyembuhan pada skrofuloderma dapat dinilai dari fistel dan ulkus yang sudah menutup" sikatriks atau jaringan parut yang semula eritematosa menjadi berkurang atau hilang" serta seluruh kelenjar getah bening yang mengecil dengan ukuran kurang dari satu cm dengan konsistensi keras.
I=. EDUKASI
15
*enerapkan cara hidup sehat dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan" baik pada pasien maupun pada anggota keluarga. *enjaga nutrisi yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh" serta menjalani pengobatan secara teratur.
=. PROGNOSA +rognosis skrofuloderma baik karena mortalitas sangat kecil bahkan hampir tidak ada" namun perlu didukung oleh ketaatan dan keteraturan pasien dalam mengikuti pengobatan :AT" serta memperbaiki higenitas lingkungan hidup. +asien masih dalam masa pengobatan" apabila pasien tidak minum :AT secara teratur maka ke kambuhan dapat terjadi. 'umber infeksi dalam anggota keluarga harus diobati agar tidak memberikan infeksi berulang. 'eluruh anggota keluarga telah disarankan untuk dilakukan pemeriksaan sputum" radiologi dada" dan uji tuberkulin. =I. PENCEGAAN Bila anak balita sehat" yang tinggal serumah dengan pasien TB paru BTA positif" mendapatkan skor N 2 pada e!aluasi dengan sistem skoring" maka kepada anak balita tersebut diberikan isonia$id dengan dosis 2?$# mgEkg BBEhari selama 3 bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi B7" imunisasi B7 dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai. Imunisasi B7 (dapat meningkatkan daya tahan
tubuh
terhadap infeksi
tuberkulosis"
perbaikan
lingkungan (dicari sumber penularannya)" makanan bergi,i (bila anak dengan gi,i kurang akan mudah terinfeksi kuman tuberkulosis" sedangkan anak dengan gi,i baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga anak tersebut tidak mudah terinfeksi kuman tuberkulosis)" kemoprofilaksis ( kemoprofilaksis primer untuk anak yang belum pernah terinfeksi tuberkulosis dengan tujuan untuk mencegah anak dengan kontak tuberkulosis dan uji tuberculin negatif sedangkan kemoprofilaksis sekunder untuk anak yang sudah terinfeksi kuman tuberkulosis diberikan dengan tujuan mencegah berkembangnya infeksi menjadi penyakit).
16
DAFTAR PUSTAKA $. Aditama" Tjandra dr." dkk. /#$0. +etunjuk Teknis *anagement Tuberkulosis. Direktorat @endral +engendalian penyakit dan +en yehyatan Lingkungan. >ementrian >esehatan Jepublik Indonesia. @akarta. /. Adhi Djuanda. Tuberkulosis >utis. Dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin. Hdisi ke 3.jakarta fakultas >edokteran Indonesia"/#$#. Gal 31&4/. 0. Gehanusa" Agustina dkk. /#$#. Diagnosa 'krofuloderma dan Tuberkulosis >utis Oerukosa pada seorang pasien. Bagian Ilmu kesehatan >ulit dan >elamin ni!ersitas 'am Jatulangi *anado. %. *clay H john. 'crofula. Diunduh dari http EE emedicine.medscape.com EarticleE <201&o!er!ie" $1 februari /#$1. 2. 9urman" @. /#$#.'krofuloderma pada Anak. Departemen Ilmu >esehatan Anak J' Dr ipto *angunkusumo" akultas >edokteran ni!ersitas Indonesia" @akarta. 3. +edoman diagnosis dan terapi bagEsmf ilmu +enyakit Dalam rumah sakit umum dokter sutomo edisi III 4. +edoman 9asional +engendalian Tuberkulosis /#$1 <. ;G:. Tuberkulosis. Buku 'aku +elayanan >esehatan Anak di Jumah 'akit. &epartment of #hild and Adolescent 'ealth and &evelompent. 7ene!a.