SKRIPSI
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011
Oleh : ARIE NIZAR SIDQI P17433210026
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011
i
SKRIPSI
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana Sains Terapan di Bidang Kesehatan Lingkungan
Oleh : ARIE NIZAR SIDQI P17433210026
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011
ii
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia I ndonesia Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto Program Studi Diploma IV Kesehatan Kesehatan Lingkungan Skripsi, Juli 2011 Abstrak
Arie Nizar Sidqi (
[email protected]) (
[email protected]) PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr MARGONO SOEKARJO P URWOKERTO URWOKERTO TAHUN 2011 XIV + 47 halaman: halaman: Gambar, tabel, lampiran RSUD margono Prof. Dr Margono Soekarjo Pyrwokerto merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto berstatus rumah sakit type B Pendidikan dengan kapasitas tempat tidur 438 buah. Rumah sakit selain sebagai tempat penularan penyakit, terutama ruang perawatan pasien. Sebagai tempat berkumpulnya orang sakit, lantai ruang kenanga mempunyai kemungkinan besar terjadi terjadinya infeksi, karena ruangan ini khusus bangsal bedah pria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kuman pada lantai sebelum dan sesudah, untuk mengetahui prosentase angka kuman lantai, dan untuk mengetahui dosis manakah yang paling efektif menurunkan angka kuman pada lantai di ruang kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan menggunakan metode komparasi dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, pengukuran, pemeriksaan dan perhitungan jumlah kuman. Pengolahan data dengan cara editing, coding, dan tabulating. Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk SPSS. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan angka kuman lantai menggunakan desinfektan 25ml/l adalah 7 koloni/cm², sedangkan yang menggunakan desinfektan 30ml/liter mengalami rat arata penurunan angka kuman lantai sebesar 3 koloni/cm². Kesimpulan penelitian penelitian ini adalah bahwa pemberian desinfektan pada lantai pada saat pengepelan dapat menurunkan jumlah kuman pada lantai. Penulis menyarankan dalam pengepelan ruang perawatan selalu menggunakan desinfektan, dan untuk menjaga agar angka kuman lantai tetap dibawah standar 510 koloni/cm² dengan dilakukan pemeriksaan angka kuman secara teratur maksimal tiga bulan sekali. s ekali. Daftar bacaan Kata Kunci Klasifikasi
: 28 (1978-2010) : Kuman Lantai :
iii
Ministry of Health Republic of Indonesia Health Polytechnic Kemenkes Semarang Department of Environmental Health Navan Diploma Study Program IV Environmental Health Thesis, July 2011 Abstract
Arie Nizar Sidqi (
[email protected] (
[email protected])) EFFECT OF DOSAGE DISINFECTANT GERM FLOOR RATE DECREASE IN THE KENANGA HOSPITAL PROF. DR. PURWOKERTO MARGONO SOEKARJO YEAR 2011 XIV + 60 pages: Drawings, tables, appendix Prof. Margono Hospital. Dr. Margono Soekarjo Pyrwokerto General Hospital is owned by the Provincial Government of Central Java are responsible for providing health services to the community. Prof. Hospital. Dr. Margono Soekarjo Navan hospital status type B education with a bed capacity of 438 pieces. Hospitals other than as a place of disease transmissi t ransmission, on, particularly part icularly patient care space. As a gathering place for the sick, ylang has a floor space of infection likely occur because this room is a special s pecial surgical ward men. The purpose of this study was to determine the number of germs on the floor before and after, to determine the percentage of germ-floor numbers, and to know the dose is most effective to reduce r educe the numbers of germs on the floor in the living ylang Hospital Prof. Dr. Margono Soekarjo Navan in 2011. This type of study is a quasi experiment using a comparative method with cross sectional approach. The collection of data by observation, interviews, measurement, inspection and calculation of the amount of germs. Data processing by way of editing, coding, and tabulating. The data in this study are presented in the form of SPSS. Data analysis was performed using T-Test test. Results showed that the average decline in the numbers of germs floors using disinfectant 25ml / l is 7 colonies / cm ², while the use of disinfectants 30ml/liter experienced an average decline of 3 floors germ colonies / cm ². The conclusion of this study is that administration of disinfectant on the floor at pengepelan can reduce the number of germs on the floor. The author suggests in the treatment room pengepelan always use disinfectant, and to keep the numbers remain below the standard floor germs 5-10 colonies / cm ² with the examination number of germs on a regular basis a maximum of three months. Reading list: 28 (1978-2010) Keywords: Germs Floor, Hospital, Hospital, Desinfecctant Classification:
iv
PERSEMBAHAN Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu (ali bin abi thalib)
Orang yang paling menyakitkan siksanya di hari kiamat adalah orang yang punya ilmu tapi Allah tidak ti dak mengizinkan memanfaatkan ilmunya (al-hadist) Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (de ra jatn jatnya) ya) ji jika ka kam u ora ora ng-or ng-ora a ng yang b er eriima n (Q.S.AL. Imran 139)
Karya tulis ini kupersembahkan kepada Bapak dan Ibuku tercinta Sahabat-sahabat seangkatan yang baik baik hati
Terimakasih untuk semua
v
LEMBAR PERSETUJUAN PERSETUJUAN
Skripsi yang ditulis oleh Nama
:
Arie Nizar sidqi
NIM
:
P17433210026
Judul Skripsi
:
Pengaruh Dosis Desinfektan Terhadap Penurunan Angka Kuman Pada Lantai Di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011
Telah kami setujui untuk diujikan di depan Dewan Penguji Skripsi pada tanggal 27 Juli 2011
Purwokerto, Purwo kerto, Juli 2011
Pembimbing I Skripsi
Pembimbing II Skripsi
Agus Subagiyo,SIP,M.Kes Subagiyo,SIP,M.Kes NIP. 19610827 198403 1 004
Asep Tata Gunawan.,SKM,M.Kes Gunawan.,SKM,M.Kes NIP. 19651116 198402 1 001
vi
SKRIPSI
Pengaruh Dosis Desinfektan Terhadap Penurunan Angka Kuman Pada Lantai Di Ruang Kenanga RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011 Disusun oleh: ARIE NIZAR SIDQI NIM. P17433210026 P17433210026 Telah diujikan di depan Penguji Skripsi Program Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto Pada tanggal 27 juli 2011, dan dinyatakan LULUS
Ketua Tim Penguji Skripsi
Pembimbing I
Agus Subagiyo, SIP, M.Kes NIP : 19610827 198403 1 004
Agus Subagiyo,SIP,M.Kes NIP. 19610827 198403 1 004
Anggota
Pembimbing II
Tri Cahyono, SKM, M.Si NIP : 19640821 198903 1 002 Anggota
Asep Tata Gunawan.,SKM,M.Kes NIP. 19651116 198402 1 001
Arif Widyanto, S.Pd.M.Si NIP : 19740105 199703 1 001 Skripsi ini telah memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana Saints Terapan Kesehatan Kesehat an Lingkungan Mengetahui Ketua Program Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Yulianto, BE, S.Pd, M.Kes NIP. 19610731 198403 1 003
vii
BIODATA Nama
: Arie Nizar Sidqi
Tempat, tanggal lahir
: Pemalang, 26 Januari 1989
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl. R.A Kartini 343 Rt 33 Rw 04 Randudongkal Pemalang
Riwayat pendidikan pendidikan
: 1. Tahun 2001 Lulus SD Negeri 07 Randudongkal 2. Tahun 2004 Lulus SLTP Islam Randudongkal 3. Tahun 2007 Lulus SMA PGRI 3 Randudongkal 4. Tahun 2010 Lulus DIII Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang,
Jurusan
Kesehatan
Lingkungan Purwokerto, Prodi DIII Kesehatan Lingkungan Purwokerto. 5. Tahun 2010 diterima di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang,
Jurusan
Kesehatan
Lingkungan Purwokerto, Prodi DIV Kesehatan Lingkungan Purwokerto.
viii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
:
Arie Nizar Sidqi
Tempat, Tanggal Lahir
: Pemalang, 26 Januari 1989
NIM
: P17433210026
Judul Skripsi
: Pengaruh Dosis Desinfektan Terhadap penurunan Angka kuman Pada Lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah betul-betul hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain. Demikian pernyataan ini dan apabila kelak dikemudian hari terbukti dalam skripsi ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia mempertangggungjawabkan sesuai dengan ketentuan ketent uan yang berlaku.
Purwokerto, Juli 2011 Yang menyatakan
Arie Nizar Sidqi
ix
KATA PENGANTAR
Tiada kata terindah yang kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan menyelesaikan skripsi ini dengan
judul ” Pengaruh Dosis Desinfektan
Terhadap Penurunan Angka kuman Pada Lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011 ”.
Tujuan penulisan penelitian ini sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Ilmu Terapan Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun moril sehingga penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada: 1.
Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
2.
Bapak Sugeng Abdullah, SST. MSi selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Lingkungan Purwokerto.
3.
Bapak Yulianto, BE, S.Pd, M.Kes, selaku Ketua Prodi DIV Jurusan Kesehatan Lingkungan Lingkungan Purwokerto, Serta Pembimbing akademik.
4.
Bapak Agus Subagiyo, SIP, M.Kes, selaku pembimbing utama Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan serta saran.
5.
Bapak Asep Tata Gunawan, SKM, selaku pembimbing pendamping Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan serta saran.
x
6.
Bapak dan Ibu tercinta, yang senantiasa memberikan kasih sayang tiada terkira sehingga Skripsi ini dapat t erselesaikan. erselesaikan.
7.
Untuk teman-teman satu angkatan, terima kasih untuk u ntuk segala kerja samanya.
8.
Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih terdapat
kekurangan baik dalam materi, teknik penulisan maupun sistematikanya. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca untuk penyempurnaan sangat penulis harapkan. harapkan. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Purwokerto, Juli 2011
Arie Nizar sidqi NIM: P17433210026 P17433210026
xi
DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN SAMPUL.................... SAMPUL..................................... .................................. ................................... .......................... ........ i HALAMAN HALAMAN JUDUL JUDUL ............................... ................................................. ................................... .................................. ................. ii ABSTRAK............. ABSTRAK.............................. ................................... ................................... .................................. .................................. ................. iii ABSTACT ABSTACT .................................. .................................................. .................................. .................................. ............................... ............... iv HALAMAN HALAMAN PERSEMBAHAN.......................... PERSEMBAHAN........................................... .................................. ....................... ...... v HALAMAN HALAMAN PERSETU PERSETUJUAN JUAN................. .................................. .................................. .................................. ................. vi HALAMAN HALAMAN PENGESAHA PENGESAHAN N ............................... ................................................. ................................... .................... ... vii HALAMAN HALAMAN BIODATA BIODATA ................................. ................................................. .................................. ............................. ........... viii HALAMAN HALAMAN PERNYATA PERNYATAAN AN ............................... ................................................. ................................... .................... ... ix KATA PENGANT PENGANTAR.......................... AR............................................ .................................. .................................. ..................... ... x DAFTAR DAFTAR ISI ................................. ................................................. .................................. .................................. ............................ ............ xii DAFTAR DAFTAR GAMBAR.......................... GAMBAR........................................... .................................. .................................. ....................... ...... xv DAFTAR DAFTAR TABEL TABEL ................................. .................................................. .................................. .................................. .................... ... xvi DAFTAR DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN .................................. .................................................. .................................. ............................. ........... xvii xvii BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
Latar belakang............. belakang............................. .................................. .................................. .................................. .................. 1
B.
Masalah........ Masalah......................... ................................... .................................. .................................. ................................ .............. 4
C.
Tujuan Tujuan penelitian..... penelitian...................... .................................. .................................. .................................. .................... ... 5
D.
Manfaat Manfaat peneli penelitian....................... tian......................................... .................................. .................................. .................. 5
E.
Ruang Ruang Lingkup......... Lingkup......................... .................................. ................................... .................................. .................... ... 6
F.
Keaslian Keaslian penelitian............................ penelitian............................................. .................................. ............................. ............ 6
xii
BAB II TINJAUAN PISTAKA
A.
Pengertian Pengertian-peng -pengertian....... ertian........................ ................................... .................................. ............................ ............ 8
B.
Sanitasi ruang dan dan bangunan bangunan dan peralatan peralatan non non medis.............. medis..... ................ ....... 11
C.
Mikroorgani Mikroorganisme sme............... ................................. .................................. .................................. ............................. ........... 14
D.
Desinfeks Desinfeksii ................................. .................................................. .................................. .................................. .................... ... 18
E.
Angka Angka kuman kuman lantai lantai ............................... ................................................. .................................... ....................... ..... 24
F.
Hubungan lantai rumah sakit dengan infeksi...................... infeksi............ ................... .............. ..... 24
G.
Cara peng pengepel epelan an lantai lantai .................................. ................................................... .................................. ................. 26
H.
Kerangka Kerangka teori...................................... teori....................................................... ................................... .......................... ........ 28
I.
Hipotesis Hipotesis ............................... ................................................. .................................... .................................. ...................... ...... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Variabel Variabel penelitian penelitian .................................. ................................................... ................................... ....................... ..... 29
B.
Jenis Jenis penelitian............................... penelitian................................................ ................................... ................................ .............. 32
C.
Waktu dan lokasi penelitian................. penelitian........ ................... .................. .................. ................... ................ ....... 32
D.
Populasi Populasi dan sampel sampel ............................... ................................................. .................................... ....................... ..... 32
E.
Pengump Pengumpulan ulan data ................................. ................................................. .................................. .......................... ........ 33
F.
Pengolah Pengolahan an data ................................... ................................................... .................................. .......................... ........ 35
G.
Analisis Analisis data....................................... data....................................................... .................................. ............................. ........... 35
BAB IV HASIL
A.
Gambraran Gambraran Umum Umum RSMS RSMS ............................... ................................................. ................................ .............. 36
B.
Gambaran Gambaran Khusus Khusus RSMS............................................... RSMS............................................................... .................. 42 xiii
BAB V PEMBAHASAN
A.
Jumlah Pasien, Penunggu dan Pasien............... Pasien...... ................... ................... .................. ............. .... 49
B.
Suhu Suhu Ruangan Ruangan ................................. ................................................. .................................. ................................ .............. 50
C.
Kelembab Kelembaban an Ruangan....... Ruangan........................ ................................... .................................. ............................ ............ 51
D.
Pencahay Pencahayaan aan Ruangan Ruangan ............................... ................................................. ................................... .................... ... 52
E.
Kuman Kuman Lantai........... Lantai........................... .................................. .................................. .................................. ..................... ... 53
F.
Desinfek Desinfektan tan .................................. ................................................... .................................. .................................. ................. 55
G.
Cara Pengepel Pengepelan an Lantai............................................ Lantai............................................................. ....................... ...... 56
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan.......................... Simpulan........................................... .................................. ................................... ............................. ........... 58
B.
Saran................................... Saran.................................................... ................................... .................................. ......................... ......... 59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka teori 3.1 Struktur hubungan hubungan variabel
28 30
xv
DAFTAR TABEL Gambar 1.1 2.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8
Halaman
Keaslian Penelitian Definisi Operasional Jumlah dan Jenis Tenaga Kerja RSMS Kapasitas Tempat Tidur Data Ruang Kenanga Hasil Pengukuran Suhu Hasil Pengukuran Kelembaban Hasil Pengukuran Pencahayaan Hasil Pengukuran Kuman Lantai Kegiatan pembersihan Lantai
xvi
6 30 38 41 42 43 44 45 46 48
DAFTAR LAMPIRAN
1. Prosedur pengambilan sampel sampel pada lantai lanta i 2. Prosedur pengukuran pencahayaan 3. Prosedur pengukuran suhu dan kelembaban 4. Kuesioner untuk petugas kebersihan kebersihan 5. Denah titik usap lantai 6. Prosedur penelitian penelitian angka a ngka kuman lantai 7. Struktur Organisasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 8. Gambar Pengambilan Sampel Kuman & Pemeriksaan Sampel Kuman
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat asasi. Bagi setiap set iap Negara, masalah kesehatan merupakan merupakan pencerminan nyata kondisi dan kekuatan masyarakatnya, seperti layaknya kata bijak yang menyebutkan “ Rakyat Sehat Negara Kuat “ sebagai salah satu Negara berkembang, Indonesia mempunyai tingkat kesehatan dan kondisi pelayanan yang kurang memadai dibandingkan dengan negara-negara maju. Tujuan pembangunan kesehatan menurut UU RI No.36 Tahun 2009 Bab II Pasal 3 adalah Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan dengan upaya pencegahan ( preventive) penyembuhan penyakit (curative), pemulihan penderita (rehabilitative) dan peningkatan kesehatan (promotive) . Kegiatan tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah meningkatkanya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya adalah agen penyakit penyakit yang dibawa oleh penderita dari luar ke rumah sakit atau
1
2
pengunjung yang berstatus karier. Penyebab penyakit dapat berada di lantai, udara, peralatan medis dan non medis. Rumah sakit selain untuk mencari kesembuahn, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit, yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, la ntai, makanan dan benda –benda peralatan medis maupun non medis. RSUD Margono Soekarjo termasuk rumah sakit milik Propinsi Jawa Tengah kelas B pendidikan, yang berada di Purwokerto
Jalan
Dr.
Gumbreg Gumbreg
No.
1
Kabupaten Kabupaten Banyumas. RSUD Margono mempunyai mempunyai luas 11,5
hektar, tersedia beberapa bangsal dan tersedia 496 kamar tidur kamar yang banyak pengunjung, sehingga dapat menimbulkan lingkungan rumah sakit menjadi tidak sehat, seperti lantai ruangan menjadi kotor, banyak sampah dan permasalahan yang lain. Menurut Djasio Sanropie (1989, h 19), lantai mempunyai kemungkinan lebih besar dalam kondisi kotor bila dibandingkan dengan permukaan bangunan lain seperti langit-langit dan dinding. Telah terbukti bahwa dengan membunuh kuman-kuman yang terdapat di lantai dan semua permukaan, dapat menurunkan kemungkinan infeksi melalui luka terbuka yang ada di permukaan tubuh.. Ruang kenanga merupakan ruang bedah pria kelas 1, 2 , dan 3 . Tempat tidur di ruang Kenanga hampir setiap hari digunakan oleh pasien dan oleh pasien ditunggu oleh penunggu dan dikunjungi o leh pengunjung. Dengan banyaknya jumlah pasien yang dirawat, penunggu dan pengunjung dapat mengakibatkan ruang bedah terutama lantai menjadi kotor dan banyak kuman.
3
Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora ) dengan cara kimiawi. Pengepelan menggunakan desinfektan adalah usaha untuk membersihkan
lantai
dengan
cara
kimiawi
untuk
mengurangi
dan
menghilangkan mikroorganisme patogen penyebab penyakit. Berdasarkan Keputusan
Menteri
kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan kesehatan Lingkungn Rumah Sakit, Persyaratan angka kuman untuk lantai yaitu 5 - 10 koloni/cm². Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah desinfektan dan metode yang efektif sehingga dapat tercapai daya bunuh yang optimal pad kuman. Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik, dan untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme disebut desinfektan. Tidak semua bahan desinfektan efektif untuk semua kondisi lingkungan. Efektifitas dari desinfektan terhadap kuman pada lantai kadang – kadang tidak tercapai meskipun sudah diuji dilaboratorium dengan baik. Efektifitas desinfektan dapat diuji langsung dengan cara setelah lantai diberi bahan desinfektan desinfektan kemudian dihitung jumlah jasad reniknya yang ada di lantai tersebut. Menurut Nyoman Suendra, et. Al (1992, h.76), faktor utama yang menentukan bagaimana desinfektan bekerja adalah kadar desinfektan, waktu yang telah diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, suhu desinfektan, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada serta keadaan ruangan yang didesinfeksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin membandingkan efektifitas dosis desinfektan yang digunakan oleh petugas
4
rumah sakit yaitu dengan dosis 25 ml/liter, dengan dosis yang ingin peneliti uji yaitu desinfektan dengan dosis 30 ml/liter. Sehubungan dengan hal tersebut tersebut penulis penelitian
dengan
judul
tertarik untuk untuk melakukan melakukan
“ Pengaruh Dosis Desinfektan Terhadap
Penurunan Angka Kuman Pada Lantai Di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011”.
B. Masalah
1. Berapakah angka kuman pada lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo sebelum pemberian desinfektan? 2. Berapakah angka kuman pada lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo sesudah pemberian desinfektan dengan dosis 25 ml/liter, 30 ml/liter? 3. Berapakah prosentase prosenta se penurunan angka kuman pada lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo sesudah pengepelan dengan menggunakan menggunakan desinfektan dengan dosis 25 ml/liter, 30 ml/liter? 4. Dosis desinfektan manakah yang yang paling efektif efekt if untuk untuk menurunkan angka kuman lantai pada proses pengepelan di Ruang Kenanga RSUD Dr. Margono Soekarjo?
5
C. Tujuan Penilitian
1. Mengetahui angka kuman pada lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr.. Margono Soekarjo sebelum pemberian desinfektan. 2. Mengetahui angka kuman pada lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo setelah pemberian desinfektan dengan dosis 25 ml/liter, 30 ml/liter. 3. Menghitung prosentase penurunan angka kuman pada lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo sesudah pengepelan dengan desinfektan dengan dengan dosis 25 ml/liter, 30 ml/liter. 4. Mengetahui dosis desinfektan yang paling efektif untuk menurunkan angka kuman pada lantai pada proses pengepelan di Ruang Kenanga RSUD Dr. Margono Soekarjo. Soekarjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat Memberikan pengetahuan pengetahuan kepada masyarakat masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lantai. 2. Bagi pihak rumah sakit Sebagai bahan masukan tentang dosis desinfektan yang efektif untuk menurunkan angka kuman pada lantai. 3. Bagi almamater Untuk
menambah
Lingkungan.
bahan
pustaka
bagi
pihak
Jurusan
Kesehatan
6
4. Bagi peneliti Untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang kesehatan lingkungan khususnya masalah sanitasi rumah sakit.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah jumlah kuman pada lantai sebelum dan sesudah pemberian desinfektan pada ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011.
F. Keaslian Penelitian No
Judul Penilitian
Nama
Metode
Variabel
Hasil
Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sebelum pemberian desinfektan desinfektan adalah 12 koloni/cm2. Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sesudah pemberian desinfektan desinfektan adalah 5 koloni/cm2. Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sebelum pemberian desinfektan desinfektan adalah 33 koloni/cm2. Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sesudah pemberian desinfektan desinfektan adalah 2 6 koloni/cm .
1
Studi Jumlah Wilujeng Kandungan Kuman pada Lantai Bangsal Perawatan Rumah Sakit Wijayakusuma Puwokerto Tahun 2008
Deskriftif
Variabel bebas, Variabel terikat
2
Studi Komparasi Ulfah Farida Angka Kuman Trisnawati Lantai Sebelum dan Sesudah Desinfektan pada Ruang Bersalin RSUD Purbalingga 2009
Deskriftif
Variabel bebas, Variabel terikat
7
3
Pengaruh desinfektan terhadap Penurunan angka Kuman lantai di ruang Bougenvile RSU Banyumas Tahun 2010
Putut Karyawan
Deskriftif
Variabe l bebas, variabel pengga nggu, variabel terikat
Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sebelum pemberian desinfektan desinfektan adalah 2 26 koloni/cm . Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sesudah pemberian desinfektan adalah 6 koloni/cm2.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah ada adalah Dosis desinfektan yang berdeda, kali ini peneliti memakai 2 dosis.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian – pengertian
1. Pengertian Rumah Sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986 Tahun 1992 / MENKES /XI/1992) Rumah sakit adalah:
“Sarana sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian”. Menurut Charles J.P Sinaga (2003, h.8) bahwa rumah sakit adalah “Suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern yang semuanya terikat bersama sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.” 2. Pengertian Desinfeksi Menurut Dirjen PPM dan PLP (1993, h. 3): “Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme pathogen penyebab penyakit dengan cara fisik maupun kimiawi, proses ini tidak termasuk menghancurkan menghancurkan spora.”
8
9
3. Pengertian Kuman Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995, h 541) “kuman adalah binatang yang amat kecil atau mikroorganisme yang bersifat pathogen dan non pathogen. Yang pathogen dapat menimbulkan penyakit pada manusia, sedangkan yang non pathogen tidak menimbulkan penyakit pada manusia.”
Menurut K.H Timolius (1982, hal. 105): “Kuman adalah mikroorganisme yang bersifat pathogen dan non pathogen. Yang Pathogen dapat menimbulkan penyakit pad manusia, sedangkan yang non pathogen tidak dapat menimbulkan penyakit pada manusia. 4. Pengertian Mikroorganism M ikroorganismee Menurut Volk dan Weeler (1990, h. 333): “Mikroorganisme adalah jasad renik yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang atau kasat mata dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop”
Menutut As’as Sungguh (1993, h.252) h.252) yang dimaksud jasad renik adalah: “ Makhluk hidup yang sangat kecil yang dapat dilihat dengan kaca pembesar”
10
5. Pengertian Sanitasi Menurut Sujoto Hernady (1992, h.2): “ Sanitasi adalah suatu usaha untuk pengawasan beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama hal – hal yang mempunyai efek perusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup. Menurut Azrul Azwar (1987, h. 9): “ Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan pada berbagai lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia.”. 6. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit Menurut Kemenkes RI (1993, h.7): “ Sanitasi Rumah Sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, dan biologis dari rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada kesehatan jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial bagi petugas, pengunjung, pengunjung, penderita, maupun maupun masyarakat rumah sakit.” 7. Pengertiap Infeksi Nosokomial. Menurut Dr Kadarsyah (2008. h.1): “ Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah sakit yaitu infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 48 jam pasien berada di rumah sakit”.
11
B. Sanitasi ruang bangunan dan peralatan non medis
Menurut Dirjen PPM dan PLP (1993, h.11) sanitasi ruang bangunan dan peralatan non medis dimaksudk d imaksudkan an untuk menciptakan suatu kondisi ruang konstruksi dan pengaturan peralatan non medis yang nyaman, bersih, dan sehat di lingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap pasien, pengunjung dan karyawan. Pemeliharaan ruang bangunan dan peralatan non medis 1. Lantai, dinding dan langit-langit. langit-langit. a. Persenyawaan umum 1) Lantai harus kedap air, tidak licin, tidak retak dan mudah dibersihkan. 2) Dinding berwarna terang dan bersih, permukaan halus tidak bergelombangatau bergelombangatau bergerigi dan ret retak ak – retak. 3) Langit – langit berwarna terang dan bersih, bebas sarang laba – laba. b. Pemeliharaan Lantai, dinding dan langit – langit harus selalu dijaga kebersihan dan kerapianya. Cara – cara pembersihan yang dapat menebarkan debu sedapat mungkin dihindari. Dianjurkan untuk selalu menggunakan pembersihan cara basah dengan menggunakan kain pel dipilih yang mampu menyerap debu, dan cuci tiap hari dengan sebelumnya direndam semalaman dengan germisida, perlu diingatkan untuk tidak mengibas-kibaskan kain pel.
12
Membersihkanruang hendaknya dilakukan pagi hari. Pada bangsal perawatan, pembersihan lantai dilakukan segera setelah pembenahan tempat tidur. Ruang – ruang penting seperti isolasi, perawatan bayi, persalinan, dan ruang operasi hendaknya disanitasi setiap hari. Pemeliharaan dinding tidak seketat lantai, kecuali bila terdapat percikan ludah, darah, atau eksodat luka. Cara yang biasa dilakukan sehari –hari sudah dianggap memadai, yaitu dengan penyemprotan langsung kepermukaan dinding dengan menggunakan germisida, sedangkan desinfektan cukup delakukan setelah pasien keluar. 2. Ruang Ruang yang cukup luas dirumah sakit tidak saja mampu memberikan kenyamanan pasien tetapi juga untuk dapat memberikan pelayanan yang diperlukan. Ruang yang longgar bermanfaat untuk membatasi pasien dengan penyakit infeksi atau tersangka infeksi. Jumlah tempat tidur per bangsal secara bertahap hendaknya dapat dikurangi sampai rata –rata bangsal hanya diidi satu tempat tidur. 3. Ventilasi Untuk mencegah terjadinya kondensasi dan udara dalam ruangan selalu segar, maka ruangan tersebut harus mempunyai sistem aliran udara yang baik, untuk itu ada dua cara yang dilakukan yaitu dengan menggunakan ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi dapat menjamin peredaran udara didalam kamar atau ruangan dengan baik, bila
13
ventilasi tidak menjamin peredaran udara didalam kamar atau ruangan dengan baik, maka harus dilengkapi dengan peralatan mekanik. 4. Pencahayaan Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja maupun untuk menyimpan barang/ peralatan perlu diberi penerangan. Ruang tidur pasien/ bangsal hendaknya dapat disediakan penerangan khusus 1 luminer untuk penerangan malam perlu disediakan dengan saklar individu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan bising. 5. Kebersihan peralatan non medis Skat dan pel sehabis dipakai harus dicuci. Dibersihkan dengan air bersih dan dikeringkan. Wastafel harus dalam keadaan kering dan wastafel tidak kotor. 6. Kebisingan Tingkat kebisingan di setiap kamar/ ruang berdasarkan fungsinya harus memenuhi persyaratan kesehatan sebagai berikut: a. Ruang perawatan , ruang isolasi, ruang radiologi dan ruang operasi maksimum 45 dBA. b. Poliklinik/ poli gigi, bengkel/ mekanik maksimum 80 dBA. c. Laboratorium maksimum 80 dBA. d. Ruang cuci, dapur dan ruang penyediaan air pamas (ketel) dan air dingin maksimum 78 dBA.
14
C. Mikroorganisme
1. Pengertian Mikroorganisme (jasad renik) Menurut As’ad (1993, h.252) yang dimaksud jaded renik adalah makhluk hidup yang sangat kecil yang dapat dilihat dengan kaca pembesar. Mikroorganisme merupakan jasad renik yang bentuknya sangat kecil, sehingga akan kelihatan jelas apabila diamati dengan menggunakan mikroskop. 2. Mikroorganisme Patogen dan Penyakitnya Penyakitnya Menurut Nyoman Suendra, et. Al. (1993, h. 33) Mikroorganisme parasit dan yang menyebababkan menyebababkan penyakit pada manusia, merupakan jenis mikroorganisme pathogen seperti bakteri, virus, jamur,dan protozoa. Mikroorganisme selain ada yang bermanfaat dalam tubuh manusia yang sehat misalnya usus yang membentuk vitamin K dan membantu absorbsi makanan, ada juga yang merugikan merugika n manusia. Mikroorganisme pathogen pathog en antara lain dapat menimbulkan penyakit pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran air seni. Kelompok mikroorganisme yang paling banyak menimbulkan penyakit adalah bakteri.
15
3. Pertumbuhan Jasad renik Pertumbuhan Jasad Renik dibagi dalam beberapa fase yaitu (Srikandi Fardiaz, 1992, h.95-101) a. Fasa Adaptasi (penyesuaian) Pada face ini belum terjadi pembelahan sel karena beberapa enzim belum disintesis. Faktor yang mempengaruhi lamanya fase adaptasi yaitu: 1) Medium dan lingkungan pertumbuhan 2) Jumlah inokulum b. Fase pertumbuhan Awal Pada fase pertumbuhan awal sel mulai membelah dengan kecepatan yang masih rendah karena baru selesai t ahap penyesuaian diri. c. Fase pertumbuhan Logaritmik Pada fase ini sel jasad renik membeleh dengan kecepatan dan konstan. Karena pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya, seperti pH, kandungan nutrient dan kondisi lingkungan termasuh suhu dan kelembaban udara. d. Fase Pertumbuhan Lambat Sebab perlambatan pertumbuhan populasi jasad renik fase ini adalah: 1) Zat nutrisi didalam medium berkurang 2) Adanya hasil – hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan jasad renik.
16
e. Fase Pertumbuhan Tetap (statis) Jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Pada fase ini, sel-sel menjadi lebih tahan terhadap ekstrem seperti panas, panas, dingin, radiasi, dan bahan kimia. kimia. f. Fase Kematian Pada fase ini, jumlah sel yang mati semakin lama semakin banyak dan kecepatan kematian dipengaruhi oleh kondisi nutrient, lingkungan dan jenis jasad renik. Sebab yang mempengaruhi fase kematian yaitu: 1) Nutrien didalam medium sudah habis 2) Energi cadangan didalam sel habis. 4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik Pada pertumbuhan jasad renik, tidak semua sel yang terbentuk akan terus hidup. Hal ini dikarenakan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik (Srikandi Fardiaz, 1996, h.11 ). a. Tersedia Nutrien Jasad renik membutuhkan nutrient untuk kehidupan pertumbuhannya sebagai: 1) Sunber karbon 2) Sumber nitrogen 3) Sumber energi 4) Faktor pertumbuhan yaitu mineral dan vitamin
17
b. Tersedianya air Sel jasad renik memerlukan air dalam berkembang biak, tetapi tidak semua air dapat digunakan oleh jasad renik. Kondisi atau keadaan air yang tidak dapat digunakan oleh jasad renik yaitu: 1) Adanya salut dan ion dapat mengikat air didalam larutan 2) Koloid hidrofilik (gel) dapat mengikat air 3) Air berbentuk Kristal es atau hidrasi c. Nilai pH Nilai pH medium sangat mempengaruhi mempengaruhi jenis jasad renik, karena jasad renik dapat tumbuh pada suhu pH 3-6 . d. Suhu Jasad renik mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya., tetapi ada juga pengaruh suhu terhadap kecepatan pertumbuhan sel yaitu: 1) Pertumbuhan jasad renik terjadi pada suhu dengan kisaran k isaran 30°C 2) Kecepatan pertumbuhan jasad renik meningkat lambat dengan naiknya suhu sampai mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal 3) Diatas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan manurun dengan cepat dengan naiknya suhu e. Tersedianya O 2 Konsentrasi O2 di lingkungan mempengaruhi jasad renik yang dapat tumbuh. Berdasarkan kebutuhan O 2 jasad renik dibedakan menjadi jasad renik yang bersifat aerobic, anaerobic dan aerobic fakultatif.
18
5. Pengendalian Jasad Renik Mikroorganisme mempunyai kemampuan menginfeksi manusia, hewan serta tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kematian. Jasad renik dapat disingkirkan, dihambat atau dibunuh dengan proses fisik atau bahan kimia. Proses fisik dapat diartikan sebagai keadaan atau sifat fisik yang menyebabkan suatu perubahan. Sedangkan proses kimia ialah suatu substansi (cair, padat, dan gas) oleh komposisi molekul liar yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi. Proses kimia menimbulkan pengaruh yang lebih selektif terhadap jasad renik dibandingkan dengan proses fisik.
D. Desinfeksi
1. Pengertian Desinfeksi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Indonesia, Depdikbud, 1995, h.228) desinfeksi desinfeksi adalah bahan kimia (lisol, kreolin) kr eolin) yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik. 2. Ciri-ciri Desinfektan yang ideal Menurut Mitchael J Pelezar, Jr., et. Al. (1988, h.488) ciri-ciri desinfektan yang ideal yaitu: a. Aktivitas antimicrobial ant imicrobial.. Kemampuan
substansi
mikroorganisme.
untuk
mamatikan
berbagai
macam
19
b. Kelarutan. Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif. c. Stabilitas. Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan dibi arkan beberapa lama harus
seminilmal mungkin dan tidak boleh boleh menghilangkan menghilangkan sifat
antimikrobialnya. d. Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup. Bahwa substansi tersebut harus bersifat letal bagi mikroogranisme dan tidak berbahaya bagi manusia ataupun hewan lain. e. Kemampuan menghilangkan menghilangka n bau yang kurang sedap. sedap. Sebaiknya
desinfektan
tersebut
tidak
berbau
atau
hendaknya
menimbulkan bau sedap. f. Berkemampuan sebagai detergen. Suatu desinfektan desinfektan juga merupakan detergen yang efeknya juga juga sebagai pembersih. g. Ketersediaan dan biaya. Desinfektan harus tersedia dalam jumlah besar dan dengan harga yang pantas. h. Keserbasamaan Keserbasamaan (homogenity) Dalam penyiapan komposisinya harus seragam
20
i.
Aktifitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh. Aktifitas desinfektan digunakan pada suhu yang biasa dijumpai pada lingkungan untuk penggunaan senyawa yang bersangkutan.
j.
Kemampuan untuk menembus Bila substansi dapat menembus permukaan, maka aksi antimikrobilnya hanya terbatas pada siklus aplikasinya saja.
k. Tidak menimbulkan karat dan warna. Maksudnya suatu desinfektan diupayakan tidak menimbulkan warna atau merusak kain. l.
Tidak bergabung dengan bahan organik, karena apabila bergabung dengan bahan organik, maka sebagian besar desinfektan tersebut akan menjadi aktif.
3. Jenis Desinfektan Menurut Mitchael J Pelezar, Jr., et. Al. (1988, h 542) desinfektan digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Fenol dan persenyawaannya. Senyawa
ini
digunakan
untuk
mengembangkan
teknik-teknik
pembedahan aseptik, aseptik, dan untuk mengevaluasi mengevaluasi aktifitas bakterisidalnya. b. Persenyawaan alkohol Alkohol efektif untuk mengurangi flora mikroba pada kulit dan untuk desinfektan termomeral oral.
21
c. Detergen Adalah zat pembasah yang terutama digunakan untuk membersihkan permukaan benda. d. Aldehide dan persenyawaan. Senyawa ini mempunyai kegunaan untuk mengendaliakan populasi mikroorganisme. e. Kemosterilisator gas. Adalah sterilisasi sterilisasi kimiawi dengan dengan menggunakan menggunakan gas.
f. Halogen dan persenyawaannya Halogen
ini
merupakan
oksidator
kuat
dan
menghancurkan
mikroorganisme dengan cara merusak komponen seluler. g. Logam berat dan persenyawaannya Cara kerja logam berat dan persenyawaannya adalah mendenaturasi protein. 4. Pemilahan bahan Desinfektan Menurut Mitchael J Pelezar, Jr, et,. Al., (1988, h.488-489) untuk mencapai tujuan yang maximal dalam pemilihan bahan desinfektan, faktor–faktor yang harus diperhatikan adalah: a. Kosentrasi dan intensitas zat antimikrobial. antimikrobial. Makin tinggi konsentrasi atau makinbesar intensitas yang diberikan maka makin cepat sel – sel atau sasaran akan mati dan terbunuh..
22
b. Jumlah mikroorganisme Diperlukan waktu yang lama untuk membunuh populasi. Bila jumlah selnya banyak maka perlakuan diberikan lebih lama supaya yakin bahwa sel tersebut akn mati. c. Suhu Kenaikkan suhu dapat mempercepat atau menaikkan keefektifan suatu desinfektan. d. Spesies mikroorganisme mikroorganisme Spesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda – beda terhadap tempat dan bahan kimia. e. Adanya bahan mikroorganisme lain Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia dengan cara menginaktifkan bahan – bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme. f. pH Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu singkat dibandingkan mikroorganisme mikroorganisme yang sama d i lingkungan pH basa. g. Sifat bahan yang akn diberi perlakuan Desinfektan yang digunakan untuk perabotan yang terkontaminasi, maka tidak boleh kontak langsung dengan kulit.
23
5. Mekanisme Kerja Desinfektan Menurut Nyoman Suhendra, et. Al. (1992, h. 76 ), faktor utama yang menetukan bagaimana desinfektan bekerja adalah kadar desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, suhu desinfektan, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan keadaan bahan yang didesinfeksi. Apabila proses desinfeksi ditujukan pada patogen tertentu, agen yang dipilih sebagai desinfektan harus dikenal sebagai bakterisida efektif terhadap organisme tersebut. Menurut Mitchael J Pelezar, Jr, et. Al. (1998, h.457), cara kerja desinfektan dalam mematikan mikroorganisme yaitu: a. Kerusakan pada Dinding sel Dengan cara menghmbat pembentukan atau mengubah setelah selesai terbentuk. b. Perubahan Metabolisme Sel Adanya
kerusakan
pada
membran
sitoplasma
yang
akan
mengakibatkan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel at au matinya sel. c. Perubahan Molekul Protein dan Asam Nukleat Apabila terjadi perubahan molekul protein dan asam nukleat dimana hidupnya suatu sel bergabung pada terpeliharanya molekul ini, maka dapat merusak sel tanpa diperbaharui kembali. d. Penghambatan Kerja enzim Penghambatan kerja enzim dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.
24
e. Penghambatan Penghambatan Sintetis Asam Nukleat dan Protein Adanya gangguan DNA, RNA dan protein didalam proses kehidupan normal sel dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel..
E. Angka kuman lantai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995, h.541) kuman adalah binatang yang amat kecil yang dapat menyebabkan penyakit. Cara pemeriksaan jumlah kuman sample usap lantai adalah mengamati dan menghitung pertumbuhan koloni pada media glucose agar plate / NA setelah di inkubasi 2 x 24 jam pada suhu ±36°C. Menurut
Kepmenkes
RI
No.1204/Menkes/SK/X/2004
tentang
persyaratan kesehatan lingkungan di rumah sakit, angka kuman yang distandarkan adalah 0-5 koloni/cm² untuk ruang operasi, sedangkan 5-10 koloni/cm² untuk ruang perawatan.
F. Hubungan Lantai Rumah sakit dengan Infeksi
Menurut Kadarsyah-health Business Consultant (2008. h.2) Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun pengunjung yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang bersifat karier. Kuman penyakit inidapat hidup dan berkembang di lingkungan lingkungan rumah sakit, seperti: udara, udar a, air, lantai,
25
makanandan
benda-benda
medis
maupun
non
medis.
Cra
transmisi
mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan dengan kontak langsung. Di Rumah Sakit dan sarana kesehatn lainnya, infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari petugas ke petugas, dari petugas ke pasien dan antar petugas. Menurut Suharmadi (1985, h.13) lantai dapat berfungsi untuk mengisolasi berubahnya temperatur udara dalam ruangan. Lantai dari tanah sebaiknya tidak digunakan lagi sebab musim hujan akan lembab sehingga menimbulkan penyakit. Lantai yang basah menyebabkan udara dalam ruangan menjadi lembab dan akan menurunkan daya tahan terhadap penyakit. Untuk mencegah masuknya air dalam ruangan, sebaiknya lantai dinaikkan minimal 50 cm dari permukaan tanah dan lantai perlu dilapisi dengan lapisan kedap air. Keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit menyebutkan bahwa lantai rumah sakit harus selalu bersih dan angka kuman lantai yang diberbolehkan di rung operasi 0-5 koloni/cm², dan untuk ruang perawatan 510koloni/cm² .
26
Pada penyehatan ruang dan bangunan rumah sakit syarat lantai rumah sakit adalah: 1. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah dibersihkan d ibersihkan.. 2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup (2-3%) ke arah saluran pembuangan air limbah. 3. Pertemuan lantai dengan dinding harus terbentuk konus/ lengkung agar mudak dibersihkan d ibersihkan..
G. Cara Pengepelan Lantai
menurut Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004 syarat lantai rumah sakit adalah 1. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah dibersihkan 2. Lantai yang selalu konntak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup (2-3%) kearah saluran pembuangan air limbah 3. Pertemuan lantai dengan dinding terbentuk konus/lengkung agar mudah dibersihkan. Mengepel lantai ( Dam Sweeping ) adalah cara membersihkan kotoran diatas permukaan lantai dengan memakai kain pel (Agustinus Daryanto, 1995, h.14). Menurut permenkes No 1204/menkes/SK/X/2004, untuk mengurangi dan mengendaalikan kuman pada lantai dengan menyapunya, kemudian dipel
27
dengan air atau dengan bahan pembersih lantai. Pengendalian lantai di rumah sakit, juga harus diperhatikan cara pelaksanaanya yaitu: 1. Kegiatan pembersihan ruang sebaiknya dilakukan pagi dan sore hari. 2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/ merapikan tempat tidur pasien, setelah jam makan, setelah jam kunjungan dokter, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu bila diperlukan. 3. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari. 4. Harus menggunakan cara pembersihak dengan perlengkapan pel yang memenuhi syarat dan bahan antiseptic. ant iseptic. 5. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel sendiri. 6. Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruang paling dalam dan bergerak menuju kearah luar. 7. Sewaktu pembersihan lantai dengan perlengkapan pel semua perabotan ruangan
seperti
meja,
kursi,
tempat
tidur
dan
lain-lain
harus
diangkut/digeser, agar pembersihan lantai sempurna dengan baik, kamar /ruang harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis.
28
H. Kerangka teori
Dosis Desinfektan
Angka Kuman lantai
Pengepelan lantai menggunakan desinfektan
Angka kuman lantai ruang sesuai standar
Mencegah infeksi/penya kit
Gambar 2.1 Kerangka Teori
I. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan adalah dengan hipotesis nol (H 0), yaitu tidak ada pengaruh penggunaaan berbagai dosis desinfektan terhadap penurunan angka kuman pada lantai.
29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1. Jenis variabel a. Variabel Bebas Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (dependen) sehingga variabel
independen
dapat
dikatakan
sebagai sebaga i variabel
yang
mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis desinfektan 25 ml/liter, 30 ml/liter b. Variabel Penggangg Pe ngganggu u Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah suhu, kelembaban, pencahayaan. c. Variabel Terikat Variabel terikat atau dependen merupakan variabel kriteria, respon, dan output (hasil). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah angka kuman lantai. d. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan at au dibuat konstan sehingga hubungan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
29
30
2. Struktur hubungan variabel Variabel Bebas
Variabel Kontrol
Dosis Desinfektan 25 ml/lt, 30 ml/liter
1.Jenis lantai 2.Periode Waktu Pengepelan 3.Alat Pengepelan Pengepelan 4.Cara pengepelan 5.Jenis desinfektan 6.Waktu Pengambilan Pengambilan Sampel
Variabel Pengganggu 1.Suhu udara 2.Pencahayaan 3.Kelembaban 3.Kelembaban udara 4.Jumlah pasien 5.Jumlah pengunjung 6.Jumlah penunggu
Variabel Terikat Penurunan Angka kuman lantai
Gambar 3.1 Variabel Penelitian
3. Difinisi operasional No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Mendapatkan Data
Satuan
Skala Data
1 Angka Jumlah koloni yang Usap Lantai Lanta i Koloni/cm² Koloni/c m² kuman lantai terhitung pada media pemeriksaan sampel kuman lantai sebelum dan sesudah pemberian desinfektan
Rasio
2 Desinfektan Desinfektan Bahan kimia untuk membunuh atau menurunkan kuman
Rasio
Label
Ml
31
3 Alat Pengepel 4 Jenis lantai lanta i
Peralatan yang wawancara digunakan untuk mengepel lantai Jenis lantai lanta i yang pengamatan terbuat
5 Pencahayaan Pencahayaan Intensitas penerangan Pengukuran yang terukur dalam ruang Kenanga yang diukur dengan Luxmeter 6 Suhu
Lux
Rasio
°C
RAsio
Pengukuran
%
Rasio
Pengukuran
ml/lt
Rasio
Pengamatan Pengamatan
Menit
Interval
Temperatur dalam Pengukuran ruang Kenenga yang diukur dengan menggunakan thermohygrometer
7 Kelembaban Jumlah uap air dalam udara di ruang Kenanga yang diukur dengan menggunakan thermohygrometer 8 Dosis Dosis desinfektan Desinfektan yang diguakan untuk mengepel yaitu 25 ml, 30 ml dilarutkan dalam 1 liter air 9 Waktu Jam saat dilakukan pengepelan pengepelan yaitu jam 07.00 10 Cara Teknik yang pengepelan dilakukan petugas kebersihan dalam membersihkan lantai, dilakukan dengan menggunakan pel dengan gerakan horizontal bolak balik
wawancara
32
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan menggunakan metode komparasi dengan pendekatan cross sectional, dengan maksud untuk mengetahui angka kuman sebelum dan sesudah pada lantai di ruang Kenanga RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu penelitian a. Tahap persiapan Tanggal Desember 2010 - Februari Februari 2011. b. Tahap pelaksanaan Tanggal Maret 2011 - April 2011. c. Tahan penyelesaian Tanggal Mei 2011 - Juni 2011. 2. Lokasi penelitian Ruang perawatan bedah pria kelas tiga di Ruang kenanga RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
D. Populasi dan sampel
1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah lantai ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan luas kamar 10x5 m 2 .
33
2. Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, artinya teknik pengambilan sesuai dengan kehendak peneliti sesuai dengan tujuan penelitian, dan Jumlah titik yang akan diteliti sebanyak 3 titik, sebanyak 14 sampel dan di lakukan pengulangan selama 2x yaitu pada hari senin, rabu. Alasan menggunakan metode purposive sampling: a. Penentuan sampel sampel yang akan di teliti te liti lebih cepat b. Sampel diambil secara kebetulan/sengaja sesuai kehendak peneliti. c. Mendapatkan sampel sesuai tujuan penelitian.
E. Pengumpulan Pengumpulan Data
1. Jenis Data a. Data umum Meliputi gambaran umum RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, ruang kenanga, jumlah pasien, jumlah penunggu, dan jumlah pengunjung. b. Data Khusus Data khusus dalam penelitian ini meliputi, suhu ruangan, kelembaban ruangan, pencahayaan pencahayaan ruangan, dosis desinfektan, angka kuman lantai.
34
2. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran yang di lakukan di laboratorium terhadap jumlah kuman pada lantai, pengukuran suhu dan kelembaban serta wawancara dengan petugas. b. Data Data Sekunder Sumber data sekunder berupa arsip dokumen rumah sakit serta bukubuku referensi. 3. Cara Pengumpulan data a. Observasi terhadap terhadap obyek yang akan akan diteliti yaitu pengamatan pengamatan kondisi lingkungan lantai ruangan dan pengukuran kuman pada lantai dengan alat bantu checklist dan kuesioner. b. Mengutip arsip dan laporan yaitu menyalin semua data rumah sakit yang diperlukan dalam penelitian c. Pengukuran yaitu mengadakan pengukuran menggunakan alat ukur untuk menentukan suhu, kelembabab dan pencahayaan. d. Pemeriksaaan yaitu pemeriksaan laboratorium dengan usap lantai angka
kuman
desinfektan.
sebelum
dan
sesudah
pengepelan
menggunakan
35
F. Pengolahan data
1. Editing Yaitu mengadakan seleksi dan pemilihan data sesuai dengan kelompoknya 2. Coding Yaitu pemberian kode pada data untuk memudahkan memudahkan dalam analisis data. 3. Tabulating Yaitu memasukkan data dalam tabel untuk mempermudah pengolahan
G. Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu diketahuinya pengaruh dosis desinfektan terhadap penurunan angka kuman lantai. Maka analisis yang dipakai menggunakan uji student test (T-Test) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
BAB IV HASIL A. Gambaran Umum RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
1. Data Umum a. Lokasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto berada di kota Purwokerto Timur yang berbatasan dengan kota Sokaraja di Jalan Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto, dengan luas area yang yang ditempati d itempati RSUD Prof. Dr. Margono Margono Soekarjo Soekarjo Purwokerto Purwokerto seluas seluas 11,5 hektar. b. Struktur organisasi Struktur organisasi dan tata kerja RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto semula berdasarkan pada pada Peraturan Daerah No. 4 tahun 1997 yang berpedoman pada : 1) SK Menkes RI No. 983/MENKES/SK/XI/1992 tanggal 2 November 1992. 2) SK Dirjen Pelayanan Medik No. 811/2/2/VII/1993, tanggal 3 Juli 1993.
36
37
Struktur organisasi yang dipakai sekarang adalah struktur organisasi
yang
sudah
diadakan
organisasi RSUD
Prof.
Dr.
perubahan,
Margono
yaitu
Soekarjo
struktur
Purwokerto
berdasarkan SK Gubernur Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Tengah No. 445/19/1995dan Perda No. 4 tahun 1997 tentang organisasi dan tata kerja RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebagai berikut: 1) Organisasi rumah sakit sakit dipimpin d ipimpin oleh seorang Direktur 2) Dalam memimpin rumah sakit Direktur dibantu oleh tiga orang Wakil direktur (Wadir), yaitu yaitu : Wadir Pelayanan Pe layanan dan kerjasama, Wadir
penunjang
dan
pendidikan, pendidika n,
dan
Wadir
umum dan keuangan. Struktur organisasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dapat di lihat pada lampiran 7. c. Jenis
tenaga
kerja
di
RSUD
Prof.
Dr.
Margono
Soekarjo
Purwokerto Sumber daya manusia yang menunjang kegiatan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto adalah tenaga kerja Pegawai Negri Sipil (PNS) dan tenaga kerja Non Pegawai Negri Sipil (Non PNS). Jumlah tenaga t enaga kerja ker ja di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto terlihat pada tabel t abel 4.1.
38
Tabel 4.1 Jumlah Dan Jenis Tenaga Kerja Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Soekarjo Purwokerto Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
34. 35. 36. 37. 38.
JENIS TENAGA KERJA Dokter umum Dokter spesialis Rehabilitasi Rehabil itasi medis Dokter spesialis Anestesi Dokter spesialis Radiologi Dokter spesialis Kulit kelamin Dokter spesialis anak Dokter spesialis mata Dokter spesialis Patologi klinik Dokter spesialis Patologi anatomi Dokter spesialis Kandungan dan Kebidanan Dokter spesialis Bedah Orthopaedi Ortho paedi Dokter spesialis Bedah syaraf Dokter spesialis THT Dokter spesialis Kesehatan Jiwa Dokter spesialis Orthodonsi Dokter Gigi Dokter umum PTT Dokter saraf Dokter penyakit penyakit darah Dokter kardiologi Dokter bedah onkologi Apoteker Sarjana Kesehatan Masyarakat DIV Gizi Sarjana Biologi Akper DIII Keperawatan Keperawatan Bidan Psikologi AOT (Akademi Okupasi Terapi) Analis farmasi kesehatan (SMA) Asisten apoteker DIII sanitasi Tenaga Kesehatan Masyarakat(S2 Kesmas + S1 Gizi) DIII Gizi D3 Anestesi DIII Fisioterapi DIV Fisika medis Radiografer + D3 Radiologi
JUMLAH ORANG 21 1 3 1 2 4 3 1 1 5 2 1 1 1 1 11 1 4 3 1 1 5 4 13 1 321 21 1 2 6 28 9 4
13 7 6 1 11
39
39 Teknisi elektro elekt ro medis 5 40. Analis kesehatan kesehat an 20 41. Sarjana ekonomi 12 42. Sarjana hokum 4 43. Sarjana sospol 8 44. DIII Ekonomi/ Akuntansi 4 45. DIII Administrasi Administrasi 1 46. SLTA 142 47. SLTP 23 48. SD 62 JUMLAH 796 Sumber : Sub Bagian Penyelenggaraan Program dan Laporan RSMS Purwokerto
40
d. Manajemen kerja sanitasi kesehatan lingkungan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Purwokerto adalah : Manajemen adalah kemampuan dan keterampilan dalam mencapai atau memperoleh hasil. Landasan kerja dan Undang-undang atau dasar kebijaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan di Margono Soekarjo 1) Permenkes No. 983 tahun 1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit. 2) Permenkes No. 986 tahun 1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 3) Keputusan Dirjen P2M dan PLP No.HK. 00.06.0.44 tahun 1993 tentang Persyaratan
dan
Petunjuk Teknis Tata T ata
Cara
Penyehatan Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit. 4) Perda Tingkat I Jawa Tengah No. 4 tahun 1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUD Pro f. Dr. Margono M argono Soekarjo. Soekarjo. 5) SK
Direktur
RSUD
800/1.3/217/1/1999
Prof.
tentang
Dr.
Margono
Penunjukan
atau
Soekarjo
No.
Pemberhentian
Kepala Instalasi pada RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Soekarjo. 6) Buku Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Depkes RI tahun 1997.
41
e. Kapasitas tempat tidur RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak sebanyak 400 tempat tidur yang terbagi dalam beberapa ruangan seperti tercantum dalam table 4.2. Ruang Kenanga untuk merawat penyakit dalam pria dan ruangan tersebut mempunyai 38 tempat tidur. Tabel 4.2 Data Kelas Dan Jumlah Tempat Tidur RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Soekarjo Purwokerto Tahun 2010 KELAS JUMLAH KEPERAWATAN TTD No. A. IRNA I
1. 2. 3. 4. 5. 6.
VVIP VVIP A Utama Kelas I Kelas II Kelas III JUMLAH
2 36 3 36 50 83 210
B. IRNA II
1. 2. 3.
Kelas I Kelas II Kelas III JUMLAH
46 49 97 192
C. INSTALASI MATERNAL PERINATAL
1. 2. 3.
Flamboyan Ibu Flamboyan Bayi Melati JUMLAH
38 17 21 76
D. INSTALASI RAWAT INTENSIF
1. 2. 3.
ICU 8 ICCU 4 HCU 7 JUMLAH 19 Sumber : Sub Bagian Penyelenggaraan Program dan Laporan RSMS Purwokerto
42
f. Data ruang Kenanga Tabel 4.3 Data ruang Kenanga Kelas 3 RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011 No.
Ruang Kenanga
Jumlah
Persentase
1
Dokter
1 orang
3%
2
Perawat
5 orang
13,15%
3
Pasien
10 orang
26,31%
4
Penunggu
10 orang
26,31%
5
Pengunjung
10 orang
26,31%
6
Petugas kebersihan
2 orang
5,26%
Sumber : Sub Bagian Penyelenggaraan Program dan Laporan RSMS Purwokerto
B. Data Khusus
1. Data Khusus RSUD prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto adalah rumah sakit milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah mempunyai beberapa ruangan salah satunya ruang Kenanga. Ruang Kenanga sebagai salah satu unit pelayanan rawat inap dari RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang digunakan untuk perawatan pasien bedah pria, dan pasien luka bakar.
43
Ruang Kenanga Kenanga merupakan rawat inap bagi bagi pasien bedah dan pasien luka bakar. Keramiknya yang berukuran 30 x 30 cm berwarna putih, pintu dan jendela dalam keadaan baik. Pengepelan yang dilakukan petugas di ruang Kenanga dilakukan oleh petugas di ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. margono Soekarjo Purwokerto menggunakan desinfektan floor cleaner dengan dosis 25 desinfektan dan 1 liter air. Desinfektan tersebut dirutkan ke air, lalu digosokkan desinfektan tersebut dengan kain pel diusapkan ke lantai secara bolak – balik satu kali dengan tekanan cukup. 2. Hasil Pengukuran a. Suhu Ruangan Suhu
diukur
dengan
menggunakan
thermometer
yang
dilakukan pagi hari sebelum dibersihkan dan sesudah dibersihkan menggunakan desinfektan. Adapun hasil pengukuran suhu ruangan adalah: Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Suhu di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Soekarjo Purwokerto Pur wokerto Tahun 2011 No Waktu Pengambilan Hasil Pengukuran Suhu (ºC) sampel Sebelum Sesudah 1
Senin 04 Juli 2011
27
28
2
Rabu 06 Juli 2011
27
29
3
Senin 08 Juli 2011
26
28
4
Rabu 11 Juli 2011
27
28
26,75
28,25
Rata-rata
44
b. Kelembaban Ruangan Kelembaban
udara
ruangan
di
ukur
menggunakan
Thermohygrometer yang dilakukan pagi hari sebelum dan sesudah dibersihkan. Adapun hasil pengukuran kelembaban ruangan adalah: Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kelembaban di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Soekarjo Purwokerto Tahun T ahun 2011 No Waktu Hasil Pengukuran Kelembaban Pengambilan (%) sampel Sebelum Sesudah 1
Senin 04 Juli 2011
69
69
2
Rabu 06 Juli 2011
68
67
3
Senin 08 Juli 2011
69
68
4
Rabu 11 Juli 2011
69
69
68,75
68,25
Rata-rata
45
c. Pencahayaan Ruangan Intensitas cahaya diukur menggunakan Luxmeter sebelum dilakukan usap lantai yaitu sebelum dibersihkan dengan desinfektan dan sesudah dibersihkan menggunakan desinfektan. Pengukuran dilakukan pada pagi hari, pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan alami yang masuk ke ruang Kenanga. Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Pencahayaan di Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Soekarjo Purwokerto Tahun T ahun 2011 No Waktu Pengambilan Hasil Pengukuran sampel Pencahayaan (Lux) Sebelum
Sesudah
1
Senin 04 Juli 2011
55
55
2
Rabu 06 Juli 2011
55
55
3
Senin 08 Juli 2011
55
56
4
Rabu 11 Juli 2011
55
55
Rata-rata
55
55,25
d. Kuman Lantai Hasil pemeriksaan pada saat saat penelitian selama 4 hari yaitu pada tanggal 04, 06, 08, dan 11 Juli 2011 saat pemeriksaan ada pada tabel 4.7.
46
Jumlah Kuman Pada Lantai di Ruang KenangaRSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto Sebelum dan Sesudah Pemberian Desinfektan serta Prosentase Penurunannya Penurunannya Tahun 2011
No
Waktu pengambilan sampel
1
Senin 4 juli 2011
2
Rata-rata Rabu 6 juli 2011
3
Rata-rata Senin 8 juli 2011
4
Rata-rata Rabu 11 juli 2011
Rata-rata Total rata-rata
Hasil Pemeriksaan sebelum (koloni/cm²) 11 30 36 25 12 22 26 20 14 31 35 26 15 21 29 21 23
Hasil Pemeriksaan sesudah (koloni/cm²) 25 mL/L 30 mL/L
Prosentase (%)
1 4 5 3 5 8 9 7 1 3 5 3 5 7 9 7 7
3
Hasil pemeriksaan usap lantai dilakukan sebelum ruangan dibersihkan dan setelah ruangan dipel dengan desinfektan. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan mengambil usap lantai yang diambil dari ruang Kenanga kelas 3.
90,9 86,6 79,4 88 58,3 63,6 65,6 65 92,8 90,3 85,7 88,4 66,6 66,6 68,9 66,6 77
47
e. Desinfektan Untuk pengepelan ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto
peneliti
menggunakan
desinfektan
yang
mengandung bahan aktif Benzachronium chloride 1%. Dosis yang digunakan dalam pencampuran desinfektan adalah 25ml desinfektan dilarutkan dengan 1liter air dan 30ml desinfektan dilarutkan dengan 1liter air. f. Cara pengepelan Lantai Alat yang digunakan petugas kebersihan adalah pel dan bahan desinfektan yang digunakan dalam pengepelan floor Cleaner yang mengandung bahan akif Benzachronium chloride 1%. Tenaga atau petugas kebersihan di ruang Kenanga terdiri dari 2 orang yang melakukan shift pagi dan siang yaitu terdiri dari 2 shift, untuk shift yang pertama jam 07.00 WIB dan Shift siang jam 14.00 WIB. Metode pengepelan yang dilakukan petugas kebersihan di ruang Kenanga adalah pengepelan dilakukan secara manual dengan cara horizontal maju mundur dengan tekatan cukup. Adapun cara pengepelen di ruang Kenanga yaitu sebelum dipel lantai dibersihkan dengan menggunakan sapu untuk menghilangkan debu kemudian dilakukan pengepelan dengan menggunakan desinfektan.
48
Tabel 4.8 Kegiatan Pembersiahan di ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Soekarjo Purwokerto Pur wokerto Tahun 2011 No
Ruang Kenanga
Hasil
1
Alat
Pel
2
Tenaga
2 Orang
3
Metode
Pengepelan Pengepelan
4
Cara
Horisontal Horisont al bolak - balik
5
Jadwal
Pagi jam 07.00 WIB dan Siang jam 14.00 WIB
6
Dosis
2ml desinfektan dicampur 1 liter air.
7
Bahan
Desinfektan Floor Cleaner
BAB V PEMBAHASAN A. Jumlah Pasien, Penunggu dan Pengunjung
Jumlah pasien rawat inap ruang Kenanga di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama penelitian tidak pernah kosong. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tempat tidur yang disediakan. Kapasitas tempat tidur yang disediakan yaitu 10 tempat tidur untuk 10 orang pasien yang dirawat. Menurut Depkes RI (1996, h.7) semakin padat penghuni ruang perawatan, akan semakin tinggi resiko terjadinya infeksi. Pasien selain dapat berperan sebagai penyebar mikroorganisme berbahaya (penyakit menular), juga kemungkinan mudah terinfeksi oleh mikroorganisme, terutama pada pasien yang kondisi tubuhnya sudah lemah. Jumlah pengunjung setiap hari di ruang Kenanga kelas 3 RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto rata-rata setiap pasien 10 orang. Pengunjung. Para pengunjung pada saat berkunjung umumnya membawa bingkisan makanan untuk pasien dan ada juga yang sebagian dimakan sendiri. Menurut Srikandi Fardiaz (1992, h.45) sisa makanan yang terjatuh di lantai untuk pasien tersebut selain merupakan makanan bagi manusia juga merupakan makanan bagi mikroorganisme yang ada di lantai ruang perawatan, sehingga dengan datangnya pengunjung dapat mengakibatkan kuman lantai bertambah. Pengunjung selain mempunyai kemungkinan dapat
49
50
berperan sebagai pembawa bahan makanan bagi mikroorganisme penyebab penyakit menular ke pasien dan benda-benda yang berada di ruang perawatan. Jumlah penunggu yang banyak, bararti akan meningkatkan lebih banyak aktifitas di dalam ruang perawatan, hasil dari aktifitas adalah sampah. Sampah selain dapat digunakan untuk tempat tinggal mikroorganisme juga mengandung bahan makanannya bagi kehidupannya Semakin tinggi dosis desinfektan yang diberikan untuk pembersihan lantai akan semakin kecil angka kuman lantainya, untuk itu sebaiknya dosis desinfektannya diperbesar agar bisa menurunkan angka kuman lantai lebih banyak. Pada saat pelaksanaan pembersihan lantai, seluruh penunggu supaya keluar dari ruang perawatan, sehingga petugas kebersihan tidak terganggu oleh masuknya penunggu. B. Suhu Ruangan
Menurut
Kepmenkes
RI
No.
1204/Menkes/SK/X/2004
tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, suhu di ruang perawatan distandarkan 22 - 24ºC. Suhu di ruang perawatan Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto saat dilakukan penelitian rata – rata 28ºC, suhu tersebut berarti melebihi standar yang ditetapkan. Suhu terendaah biasanya terjadi pada pagi hari, karena pada pagi hari intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan. Suhu ruangan akan mengalami kenaikan sedikit demi sedikit seiring dengan bertambahnya intensitas sinar matahari yang masuk ke daalam ruangan.
51
Menurut Nyoman Suhendra, et. al (1991, h.35), beberapa spesies dari bakteri daapat tumbuh pada suhu 0ºC, sedangkan spesies yang lainnya ada yang tumbuh pada suhu yang ekstrim yaitu 90ºC atau lebih. Pada umumnya bakteri tumbuh pada batas kedua batas ekstrim tersebut (0 – 90ºC). Jadi dengan suhu diatas diatas 25ºC pada pada ruang Kenanga Kenanga RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto merupakan suhu yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Usaha untuk menurunkan suhu ruangan dapat dilakukan dengan jalan mengupayakan mengupayakan pemanfaatan penghawaan alami secara optimum, art inya pada ruangan yang jendelanya permanen di usahakan dibuat tidak permanen dan pengaturan jumlah pengunjung dan jam kunjungan, pengaturan jumlah penunggu pasien yang ada di ruangan, sosialisasi tata tertib ruangan dengan menempelkan tata tertib pada tiap ruangan. Kelancaran sirkulasi udara di dalam ruangan diharapkan dapat mengkondisikan ruangan sesuai dengan persyaratan sehingga sehingga angka kuman tet ap rendah, karena secara tidak langsung suhu dapat mempengar mempengaruhi uhi jumlah jumlah kuman lantai.
C. Kelembaban Ruangan
Kelembaban ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada saat dilakukan penelitian rata-rata 68%, menurut Kepmenkes RI No 1204/ tahun 2009 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, kelembaban di ruang perawatan d istandarkan istandarkan 45 – 60 %, jadi nilai kelembaban pada saat penelitian belum memenuhi standar.
52
Menurut Depkes RI (1996, h.23) udara ruang yang terlalu t erlalu lembab dapat menyebabkan tumbuhnya bermacam-macam jamur daan spora. Udara yang terlalu kering menyebabkan keringnya kering nya lapisan mukosa dan merupakan pre disposisi infeksi saluran pernapasan akut. Kelembaban ruangan dapat berpengaruh
terhadap
mikroorganisme
yang
ada
di
lantai,
tetapi
mikroorganisme tersebut dapat hidup dan berkembang berkembang tidak t idak hanya tergantung kepada kelembaban ruangan saja, tetapi lebih membutuhkan unsure – unsure yang lain. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi kelembaban ruangan dapat dilakukan dengan cara membatasi jumlah pengunjung dan jumlah penunggu pasien, ventilasi 15% dari luas lantai karena kelancaran sirkulasi udara akan mempengaruhi kelembaban.
D. Pencahayaan Ruangan
Pencahayaan ruangan yang dimaksud adalah pencahayaan alami pada waktu pukul 08.00, yaitu pada saat dilaksanakan pembersihan ruangan sampai dengan saat pengepelan menggunakan larutan desinfektan. Pencahayaan yang lebih terang mengakibatkan petugas kebersihan dapat lebih teliti dalam upaya membersihkan lantai ruangan sehingga seluruh lantai dapat disapu dan dipel dengan rata tanpa ada yang terlewatkan. Menurut Mitchael J Pelczar (1988, h.232) pencahayaan alami juga dapat sebagai desinfektan bagi jenis mikroba tertentu, seperti seperti kuman TBC.
53
Sesuai Kepmenkes RI No.1204/menkes/SK/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, standar pencahayaan untuk ruang perawatan yaitu 100-200 lux, sedangkan Intensitas pencahyaan di ruang Kenanga berdasarkan data atau laporan dari pihak instalasi Penyehatan Lingkungan RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto kurang dari 100 lux
sehingga
belum
memenuhi
standar
yang
dipersyaratan
menurut
Kepmenkes RI tentang persyaratan penyehatan lingkungan rumah sakit. Hal ini disebabkan pada saat penelitian sinar matahari terhalang oleh awan tebal dan cahaya lampu dalam ruangan juga tidak begitu terang. Usaha agar pencahayaan di dalam ruangan dapat memenuhi standar yang dipersyaratkan yaitu dengan cara membuka jendela lebar – lebar, menambahkan jendela bagi ruangan yang kurang, memasang genteng kaca dengan eternit yang transparan agar sinar matahari dapat masuk ruangan, dan bila perlu ditambah pencahaya buatan seperti lampu dinyalakan pada siang hari apabila dalam ruangan masih kurang terang. t erang.
E. Kuman lantai
Jumlah rata-rata kuman lantai ruangan ruangan sebelum dibersihkan dengan desinfektan adalah 23 koloni/cm², koloni/cm², dan setelah setelah pemberian desinfektan dosis 25 ml/liter terjadi penurunan rata – rata yaitu 7 koloni/cm², sedangkan setelah pemberian desinfektan dosis 30 ml/liter mengalami penurunan 3 koloni/cm². Nilai tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu 5-10 koloni/cm²
54
pada ruang perawatan menurut Kepmenkes RI No 1204 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Persyaratan angka kuman lantai 5-10 koloni/cm² pada ruang perawatan mempunyai tujuan baik, yaitu salah satu upaya pencegahan penyakit menular yang disebabkan oleh mikroorganisme di ruang perawatan, sehingga dengan adanya data angka kuman lantai ruang lantai ruang Kenanga sebelum pengepelan dengan tanpa desinfektan selama penelitian adalah 23 koloni/cm², yang berarti setiap pasien , petugas dan penunggu penunggu mempunyai resiko terkontaminasi dan terinfeksi t erinfeksi mikroorganisme. Angka kuman lantai sebelum pemberian desinfektan adalah 23 koloni/ cm² dan setelah pemberian desinfektan dosis 25 ml adalah 7 koloni/cm², sedangkan menggunakan menggunakan dosis 30 ml 3 koloni/cm² . Tingginya jumlah kuman lantai sebelum pemberian desinfektan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi tetapi pada saat pelaksanaan pengusapan lantai, peneliti curiga terhadap tingginya kotoran yang menempel pada kapas setelah mengusap permukaan dan sela-sela keramik yang kotor karena penyapuan dan pengepelan yang kurang bersih. Menurut Srikandi Fardiaz (1992, h.78) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik adalah nutrient, air, suhu, pH, oksigen, adanya zat penghambat misaalnya desinfektan dan adanya jasad renik lain. Suhu di ruang Kenanga pada saat pemeriksaan pemeriksaan 27-29ºC. Menurut Menurut Srikandi fardiaz fardiaz (1992, h.81) jasad renik mempunyai suhu masing-masing untuk tumbuh.
55
Adanya perbedaaan jumlah kuman sebelum dan sesudah pemberian desinfektan dari faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik adalah karena adanya zat penghambat, karena apabila pengaruh pencahayaan, suhu, kelembaban, jumlah pengunjung, jumlah pasien, dan jumlah penunggu pasien pada saat penelitian baik sebelum dan sesudah pemberian desinfektan adalah relatif sama. Perbedaan yang mendasar adalah adanya pengaruh pemberian dosis desinfektan 25ml dan 30ml.
F.
Desinfektan
Diketahui untuk penelitian kali ini peneliti menggunakan 2 dosis desinfektan yang berbeda, dosis yang digunakan antara lain 25ml/liter, dan 30ml/liter. Maksudnya 25 ml desinfektan dilarutkan kedalam 1 liter air, dan 30 ml desinfektan dilarutkan kedalam 1 liter air. Untuk pengepelan menggunakan desinfektan dosis 25 ml/liter mengalami prosentase penurunan kuman lantai hingga 65,8 %, sedangkan menggunakan desinfektan dosis 30 ml/liter mengalami prosentase penurunan kuman lantai hingga 88,35 %. Ini berarti semakin tinggi dosis desinfektan yang diberikan, maka akan semakin tinggi pula jumlah prosestase penurunan angka kuman lantainya.
56
G. Cara Pengepelan lantai
Menurut kamus besar Bahasa indonesia (Indonesia, Depdikbud, 1995, h.541) kuman adalah mikroorganisme yang amat kecil yang dapat menyebabkan
penyakit.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor:
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit
(2004,
h.130
menyebutkan
bahwa
untuk
mengurangi
dan
mengendalikan kuman pada lantai adalah membersihkan kotoran yang ada dengan menyapunya, kemudian dipel dengan air atau dengan bahan pembersih lantai. Pengendalian kuman pada lantai di ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dilakukan oleh petugas kebersihan sebagai berikut: 1. Kegiatan pembersihan atau pengepelan di ruang Kenanga dilakukan pagi jam 07.00 WIB dan siang jam 14.00 2. Pembersihan lantai di ruang Kenanga dilakukan setelah pembenahan / merapikan tempat tidur pasien, setelah jam makan, setelah jam kunjungan dokter, daan setelah kunjungan keluarga. 3. Cara pembersihan dan pengepelan di lantai ruang kenanga dengan menggunakan perlengkapan pel yang memenuhi syarat seperti kondisi peralatan masih dalam keadaan baik dan bahan yang digunakan sebagai campuran pel yaitu desinfektan yang sudah memenuhi syarat dan bisa menurunkan jumlah kuman.
57
4. Pembersihan lantai yang dilakukan di ruang kenanga dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan bergerak menuju kearah luar hal ini untuk memudahkan petugas kebersihan dalam membersihkan ruangan dan dan untuk menurunkan jumlah kuman. 5. Sewaktu pembersihan lantai dengan perlengkapan pel di ruang Kenanga petugas merapikan semua perabotan ruangan seperti meja, kursi, tempat tidur, dan lain-lain harus diangkut / digeser, agar pembersihan lantai sempurna dengan baik.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
1. Rata – rata jumlah kuman lantai di ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sebelum pemberian desinfektan adalah 23 koloni/cm². 2. Rata – rata jumlah kuman lantai ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sesudah pemberian desinfektan 25ml/L adalah 7 koloni/cm² dan penggunaan desinfektan 30ml/L adalah 3 koloni/cm ². 3. Rata – rata prosentase penurunan angka kuman pada lantai ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo purwokerto sesudah pengepelan menggunakan menggunakan desinfektan 25ml/L adalah 65,8 %, sedangkan sedangkan prosentase pengepelan menggunakan desinfektan 30 ml/L adalah 88,35 %. 4. Pengepelan yang paling efektif menggunakan desinfektan dengan dosis 30 ml yang dilarutkan dalam 1 liter air dengan rata-rata angka kuman 3 koloni/cm², angka kuman yang di standarkan 5-10 koloni/cm².
58
59
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Membatasi jumlah pengunjung dan jumlah penunggu pasien yang memasuki ruang perawatan dengan penetapan tata tertib di ruang perawatan serta penerapan waktu kunjungan. Tata tertib sebaiknya dipasang pada lokasi yang diketahui dan dibaca. 2. Bagi Petugas Kebersihan a. Untuk menghambat pertumbuhan kuman pada lantai ruangan sebaiknya petugas apabila membersihkan lantai ruangan selalu menggunakan menggunakan desinfektan
30 ml/liter, karena dosis desinfektan
tersebut efektif menurunkan kuman dalam jumlah banyak. b. Mengepel lantai secara merata sehingga tidak ada bagian yang terlewatkan termasuk sela-sela keramik yang kotor daan perbatasan lantai dengan dinding. c. Mencuci kain pel sampai bersih, kemudian direndam dalam larutan desinfektan dan dijemur hingga kering. Tersedia minimal tiga kain pel yang berbeda untuk di gunakan tiap kelas yang berbeda. 3. Bagi pasien, Pengunjung dan Penunggu Pasien a. Pada saat dilakukan pengepelan oleh petugas, sebaiknya pengunjung dan penunggu pasien berada di luar ruangan.
60
b. Meningkatkan disiplin kepada pasien, penunggu dan pengunjung dengan cara menaati peraturan yang ada di rumah sakit. c. Pengunjung dan penunggu pasien untuk melepas alas kaki saat akan memasuki ruang perawatan supaya kuman dari alas kaki tidak ikut masuk ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anies, 2006, Managemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah Dan Menanggulangi Penyakit Menular . Elek Medoka Komputindo, Jakarta. Anwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan , Jakarta Azrul Azwar, 1987. Pengantar Ilmu Kesehatan lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya, Jakarta, Medika Departemen Kesehatan RI, 1993, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit , Dirjen PPM & PLP, Jakarta , Pedoman Sanitasi Rumah Sakit , Dirjen PPM & PLP, Jakarta Departemen Kesehatan RI, 2004, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit , Dirjen PPM & PLP, Jakarta Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Djasio Sanropie, et.al., 1989, Komponen Sanitasi Rumah sakit Untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Djaya, I, 1990, Pengorganisasian dan Tata Laksana Sanitarian Rumah Sakit , Pusdiknakes Pusdiknakes Depkes RI, Jakarta. Djojodibroto, D., 1997, Kiat Mengelola Rumah Sakit . Hipokrates, Jakarta Fachrul, F.M., 2007. Metode Sampling Bioekologi, Bumi Aksara, Jakarta Handoko Riwidikdo, 2007, Statistik Kesehatan, Yogyakarta; Mitra Cendikia Press Indonesia, Depdikbud, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Indonesia, Departemen Kesehatan, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/ 1204/Menkes/ SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta, Direktorat jenderal pemberantasan Penyakit Penyakit Menukar dan Penyakit Lingkungan L ingkungan
Yogyakarta : BEFT – UII Marzuki, 2000, Metodologi Riset, Yogyakarta
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan , Rineka Cipta, Jakarta Pudjirahardjo, W.J. , 1993, Penentuan Besar Sampel dalam penelitian dan Statistik Terapan, Airlangga University U niversity press, surabaya. Putut karyawan, 2010 Sripsi Pengaruh Desinfektan Terhadap penurunan Desinfektan Terhadap Penurunan Angka Kuman Lantai di Ruang Bougenfil RSUD Banyumas , Purwokerto Kemenkes D4 JKL Sanropie, dkk., 1989, Komponen Sanitasi Rumah Sakit untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi , Departemen Kesehatan RI proyek Pengembangan pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarata. Smet B. 1994, Psikologi Kesehatan, Grasindo, Jakarta Soekidjo Notoatmojo, 2009, Metodologi Penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Sugiarto, 2006, Teknik Sampling, Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama Suhardi, S.H., Koesnandar, D. K. Indriani, H. Arnaldo. 2008. Biosafety : Pedoman Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit. PT. Multazam Mitra Prima Suroso, Lasam, 1990, Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Fakultas Biologi Unsoed. Purwokerto Sutomo, Adi Heru, 1996, Aspek Kesehatan Lingkungan di rumah Sakit, Bagian Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Kedokteran UGM, Yogyakarta. Tri Cahyono, dkk, 2009, Pedoman Penulisan Skripsi , Purwokerto: Departemen kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Depkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto program studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan Wilujeng Barokah, 2008, Skripsi Studi Jumlah Kandungan Kuman pada Lantai Bangsal Perawatan Rumah Sakit Wijayakusuma Puwokerto. Purwokerto, kemenkes D3 JKL
Lampiran 1
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011 Prosedur Pengambilan Sampel Pada lantai A. Metode
Usap (swab)
B. Alat
1. Lidi kapas steril, yaitu lidi dililit kapas 2. Sarung tangan steril 3. Formulir pengambilan pemeriksaan laboratorium 4. Gunting 5. Selotip 6. Bunsen 7. Korek api 8. Alat tulis 9. Tas pembawa dalam hal ini adalah termos es
C. Bahan
1. Larutan Buffer NACL 0,85% sebanyak 100 ml dalam botol 2. Alkohol
D. Prosedur Kerja
1. Persiapkan alat, formulir pemeriksaan dan aseptiskan tangan 2. Menentukan titik pengambilan sample pada ruangan yang akan diambil sampelnya untuk berukuran 30 x 30 cm yang sering di lalui orang. 3. Lidi kapas steril dibuka pembungkusnya didekat Bunsen yang menyala 4. Selanjutnya dimasukkan kedalam larutan buffer yang ada didalam botol secara aseptis, kemudian lakukan pengambilan sample 5. Pengambilan sample dengan cara mengusapkan lidi kapas ke lantai sesuai dengan titik dan luas yang ditentukan secara menyilang. Satu lidi kapas untuk satu titik pengambilan 6. Kemudian lidi kapas tersebut dikumpulkan didalam botol yang berisi larutan buffer. Lidi patahkan, bibir botol panaskan dekat Bunsen 7. Botol tersebut diberi label yang berisi lokasi, tanggal, jam pengambilan dan nama petugas pengambil sample 8. Segera dikirim ke laboratorium pada suhu 5°C, paling lambat 1x24 jam.
Lampiran 2
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011 Prosedur Pengukuran Pencahayaan A. Alat Lux meter (Takem (T akemura ura DX-100) B. Bahan Ruangan penelitian C. Prosedur kerja 1) Persiapkan a) Jarak antara pengukur dengan alat ± 60-90 cm cm b) Tinggi alat dari permukaan lantai ± 85 cm c) Pakaian pengukur berwarna gelap d) Tentukan titik pengukuran secara t epat 2) Pelaksannan a) Hidupkan lux meter dengan menggeserkan tombol ON b) Kalibrasikan lux meter pada angka 0 c) Lihat layar pada lux meter hingga angka yang muncul stabil d) Angka yang muncul menunjukkan besarnya intensitas cahaya yang di ukur e) Matikan lux meter dengan menggeser tombol OFF f) Catat hasil pengukuran pada formulir
Lampiran 3
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011 Prosedur Pengukuran suhu dan kelembaban A. Alat 1. Thermohygrometer 2. Alat tulis B. Bahan Sampel ruangan C. Prosedur Kerja 1. Siapkan alat thermohy t hermohygrometer grometer 2. Tekan tombol on 3. Untuk mengetahui kelembaban udara tekan tombol RH% 4. Catat angka yang muncul 5. untuk mengetahui suhu udara tekan tombol ºC 6. Catat angka yang muncul 7. Setelah selesai tekan tombol off
Lampiran 4
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011 PEDOMAN WAWANCARA
(Untuk Petugas Kebersihan) Hari / Tanggal: A. Identitas Petugas 1. Nama
:
2. Jenis kelamin
:
3. Pekerjaan
:
4. Pendidikan terakhir
:
B. Data Khusus 1. Apakah sebelum pengepelan ruangan dibersihkan dahulu? 2. Berapa kali ruangan dibersihkan? 3. Berapa kali dilakukan pengepelan dalam sehari? 4. Apakah pengepelan menggunakan menggunakan desinfektan? 5. jika ya, desinfektan apa yang digunakan? 6. Berapa dosis desinfektan yang digunakan? di gunakan? Purwokerto, pewawancara
Arie Nizar
2011
Lampiran 5
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011 Denah Titik Sampel Usap Lantai Kelas K elas 3 Ruang Kenanga
Keterangan: :
Titik pengmbilan sampel
: Tempat tidur pasien
: Kamar Kamar mandi/WC
Lampiran 6
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011 Prosedur Penelitian Angka Kuman Pada Lantai Di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono M argono Soekarjo Soekarjo Purwokerto Tahun 2011
Mempersiapkan alat yang dipergunakan dalam penelitian (thermometer, hygrometer, lux meter, swab, larutan fisiologis, alcohol 70% dan Bunsen)
Menuju tempat penelitian ± pkl. 06.00 WIB
Mengukur suhu, kelembaban, dan pencahayaan ruangan. Kemudian menyapu lantai dan mengepel lantai. Setelah 5 menit pemberian desinfektan, lantai tersebut di usap dengan swab sebagai sample di setiap titik yang sudah ditentukan secara aseptis.
Setelah permukaan lantai di usap, kemudian dimasukkan d imasukkan lagi ke dalam botol yang berisi larutan fisiologis, dan dimasukkan ke dalam termos es
Membawa sample kuman yang berisi swab yang ada dalam botol larutan Fisiologis ke laboratorium RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto untuk di periksa
Kemudian lakukan pemeriksaan terhadap jumlah kuman Setelah diinkubasi, kemudian kuman tersebut di hitung dengan menggunakan menggunakan Coloni Counter catat hasilnya
Lampiran 8
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011 Gambar Pengambilan Sampel Kuman & Pemeriksaan Sampel Kuman K uman Pada Lantai di Laboratorium RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011
Alat & bahan untuk pengambilan sampel
Pengambilan sample kuman lantai
Alat & bahan untuk pemeriksaan kuman
Penanaman sampel dengan media Na
Penanaman sampel kuman ke Inkubator Inkubato r
Penghitungan Jumlah Kuman