SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
SIG UNTUK MENCEGAH KEBAKARAN HUTAN
I. Pendahuluan Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai arti penting bag bagii kelan kelangs gsun unga gan n pemb pemban angu guna nan n nasi nasion onal al,, hal hal ini ini dise diseba babk bkan an kare karena na hutan hutan merupakan salah satu sumber devisa yang potensial. Selain itu, hutan juga memegang per peran anan an pent pentin ing g bagi bagi ling lingku kung ngan an hidu hidup, p, kare karena na deng dengan an adan adanya ya huta hutan n dan dan terpeliharanya hutan, maka kemungkinan terjadinya banjir, tanah longsor, kepunahan berbagai spesies dan sebagainya dapat diperkecil. Hutan di Indonesia pada umumnya adalah hutan alam yang memiliki berbagai jenis vegetasi, namun belum dimanfaatkan dimanfaatkan secara optimum untuk pembangun pembangunan. an. Untuk itu, pemerintah memberikan suatu Hak Penguasaan Hutan (HPH) kepada pihak swasta swasta.. Hutan Hutan yang yang dikelo dikelola la pihak pihak swasta swasta ini dianta diantaran ranya ya dalam dalam bentuk bentuk Hutan Hutan Tanaman Industri (HTI). Banyak Banyak hal yang yang dapat dapat mengak mengakibat ibatkan kan kerugi kerugian an dalam dalam pengus pengusaha ahaan an HTI, HTI, antara lain kebakaran hutan. Kerusakan yang diakibatkan kebakaran termasuk yang paling besar dan kejadiannya dapat berlangsung dalam waktu yang singkat. Untuk meng menghi hind ndar arii keru kerusa saka kan n akib akibat at keba kebaka karan ran huta hutan, n, sala salah h satu satu upay upayaa yang yang haru haruss dilaku dilakukan kan adalah adalah melaku melakukan kan pemant pemantaua auan n terhad terhadap ap areal areal hutan hutan sehing sehingga ga minima minimall kebakaran dapat dikendalikan. Seiring dengan perkembangan teknologi, kegiatan pemantauan hutan untuk mencegah mencegah kebakaran kebakaran sudah sudah dapat dilakukan dilakukan dengan dengan sistem sistem komputeris komputerisasi, asi, bukan sistem konvensional konvensional lagi. Dengan Dengan sistem sistem komputeris komputerisasi, asi, maka pemantauan hutan dapat
dilakukan
dengan
cepat
dan
mudah,
sekaligus
dapat
menentukan/memperkirakan lokasi-lokasi yang rawan kebakaran. Untuk pemantauan kebakaran yang terkomputerisasi, diperlukan suatu sistem, yaitu apa yang disebut Sistem Sistem Inform Informasi asi Geogra Geografis fis (SIG), (SIG), yang yang memili memiliki ki kemamp kemampuan uan untuk untuk keperl keperluan uan tersebu tersebut. t. Data Data yang yang terkait terkait dengan dengan kebaka kebakaran ran disusu disusun n sedemi sedemikia kian n rupa rupa sehing sehingga ga menghasilk menghasilkan an informasi informasi yang baik dan benar. Data yang dimaksud dimaksud adalah data yang bersifat geografis (spasial) dan atributik.
1
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
Batasan Masalah
1. Ruan Ruang g Lin Lingk gkup up Wila Wilaya yah h Dalam hal ini, kawasan hutan yang menjadi studi kasus pencegahan kebakaran adalah adalah kawasa kawasan n hutan hutan di Propin Propinsi si Jambi, Jambi, khusu khususny snyaa hutan hutan budida budidaya/ ya/pro produk duksi. si. Komo Komodi diti ti hasi hasill hutan hutan meru merupa paka kan n sumb sumber er peng pengha hasi sila lan n prop propin insi si ini ini sehi sehing ngga ga pencegahan kebakaran hutan menjadi tugas yang sangat menentukan agar pendapatan asli daerah dari hasil hutan tidak menurun. Lokasi Lokasi kawasa kawasan n hutan hutan budida budidaya ya di propin propinsi si Jambi Jambi yang yang rawan rawan kebaka kebakaran ran ditentukan dengan cara menentukan terlebih dahulu kawasan hutan budidaya mana yang masuk dalam kategori hutam produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produ produksi ksi konver konversi. si. Untuk Untuk menent menentuka ukan n bahwa bahwa suatu suatu kawasa kawasan n hutan hutan masuk masuk dalam dalam kategori hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, atau hutan produksi konversi digunakan kriteria fisik antara lain: kemiringan, jenis tanah, intensitas hujan. Kriteria tersebut kemudian diberi bobot yang dijabarkan dalam bentuk skore. Integrasi dari ketiga parameter tersebut (dalam index yang ditetapkan) akan menentukan apakah suatu kawasan hutan masuk daerah hutan produksi terbatas, tetap atau konversi.
2. Inst Instan ansi si Terk Terkai aitt Yang Yang bert bertan angg ggun ung g jawab jawab seba sebaga gaii pela pelaks ksan anaa peke pekerj rjaan aan ini ini adal adalah ah piha pihak k BAPPEDAL BAPPEDAL tk.I. dari segi struktur, BAPPEDAL BAPPEDAL tk.I bertanggung bertanggung jawab kepada Gube Gubern rnur ur
Jamb Jambi. i.
Disa Disamp mpin ing g
bert bertan angg ggun ung g
jawa jawab b
kepa kepada da
Gube Gubern rnur ur
Jamb Jambi, i,
BAPPEDAL tk.I juga punya jalur koordinasi ke BAPPEDAL pusat, BAPPEDA tk.I, BAPPENAS dan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Organisasi BAPPEDAL tk.I terbagi dalam beberapa bidang dan bidang yang diserahi tanggung jawab untuk mena menang ngan anii masa masalah lah penc penceg egah ahan an keba kebaka karan ran huta hutan n adal adalah ah Bida Bidang ng Penc Penceg egah ahan an Kerusakan dan Pelestarian Lingkungan. Tugas BAPEDAL : Bapeda Bapedall mempun mempunyai yai tugas tugas pokok pokok memban membantu tu Presid Presiden en dalam dalam mengen mengendal dalika ikan n dampak lingkungan yang meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan, serta pemulihan kualitas, sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Fungsi BAPEDAL : Bapedal mempunyai fungsi sebagai berikut :
2
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
1.
Penetapan
kebijaksanaan
teknis
pencegahan
dan
penanggulangan
pencemaran dan kualitas lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan 2.
Pengembangan kelembagaan dan peningkatan kapasitas pengendalian dampak lingkungan.
3.
Pengendalian kebijaksanaan teknis pencegahan dan penanggulangan pencemaran
dan
kerusakan
lingkungan
serta
pemulihan
kualitas
lingkungan. 4.
Pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu rencana kegiatan tertentu atau pelaksanaannya dan pemulihan kualitas lingkungan yang bersangkutan.
5.
Penyelenggaraan bimbingan teknis terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan.
6.
Pengelolaan analisis mengenai dampak lingkungan dan pembinaan teknis kemampuan pengendalian dampak lingkungan.
7.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Presiden.
Menteri Negara LH
Penyedia Data
BAPPENAS
BAPPEDAL pusat
BAPPEDAL tk.I
BAPPEDA tk.I
Gubernur
USER
Hubungan antar Instansi yang terkait dengan pencegahan kebakaran hutan
3
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
3. Data yang Diperlukan Informasi yang digunakan untuk melakukan analisis pencegahan kebakaran hutan adalah: a. Data Spasial: •
Peta topografi kawasan hutan di Jambi
•
Peta vegetasi
•
Peta jalan
•
Peta kawasan pemukiman
•
Peta jenis tanah
b. Data Atribut: •
Data curah hujan
•
Data populasi penduduk
•
Data iklim
•
Data arah dan kecepatan angin
•
Data tingkat polusi
Data –data tersebut dapat diperoleh dari: •
BAKOSURTANAL
•
BMG
•
Badan Pusat Statistik
•
Depertemen Pertanian
•
Departemen Kehutanan
•
BAPPEDAL
•
Depertemen Perhubungan
4
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
BAKOSURTANAL
BMG
Peta topografi
Stasiun Pengamatan
Kontur
Data Curah Hujan
Slope
Intensitas Hujan
Dept. Kehutanan
DATA SIG
Peta vegetasi
Data Iklim
Data Meteorologi
Arah dan Kecepatan Angin
Data tingkat polusi
BAPPEDAL tk.I
Jenis tanah Peta soil Peta Kawasan Pemukiman
Agroklimat
Dept. Pertanian
Data Populasi
BPS
Peta jalan
Dept. Perhubungan
Alur data yang diperlukan untuk SIG pencegahan kebakaran hutan
2. Pembuatan SIG Perancangan Basis Data
Perancangan basis data secara umum dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: 1. Identifikasi kebutuhan pengguna 2. Perancangan model konseptual 3. Perancangan model logikal
5
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
4. Perancangan model fisik (implementasi)
Adapun tahapan perancangan basis data SIG untuk pencegahan kebakaran hutan adalah: 1. Identifikasi Keperluan Pemakai Informasi keluaran yang diperlukan oleh pihak pemakai, dalam hal ini adalah Pemda Jambi, adalah informasi mengenai lokasi kawasan hutan budidaya khususnya hutan produksi yang rawan terjadinya kebakaran. Informasi tersebut dapat disajikan baik dalam bentuk soft copy (tampilan dilayar komputer) maupun hard copy (tampilan dalam peta kertas). Dalam melaksanakan pekerjaan SIG ini Pemda Jambi telah menentukan untuk menggunakan software ARC/INFO.
2. Perancangan model konseptual Perancangan model konseptual antara lain meliputi penentuan data-data baik grafis maupun atribut yang dibutuhkan sebagai masukan untuk menghasilkan informasi tersebut. Penentuan data-data tersebut harus disesuaikan dengan output yang diinginkan pengguna dari hasil pelaksanaan tahap pertama.
Penentuan data-data masukan
Untuk menentukan suatu kawasan hutan di propinsi Jambi yang rawan kebakaran diperlukan data kategori/jenis hutan produksi dan data-data faktor penyebab kebakaran. •
Data kategori/jenis hutan produksi
Data ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari proses overlaying tiga parameter (kemiringan, jenis tanah dan intensitas hujan) yang masing-masing telah ditentukan bobotnya. Dan dengan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam SK Menteri Pertanian dapat ditetapkan suatu kawasan hutan yang masuk dalam hutan produksi terbatas, tetap atau konversi. Data yang diperlukan adalah: -
peta topografi propinsi Jambi
-
peta jenis tanah (peta soil)
-
data curah hujan
6
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
•
Data faktor penyebab kebakaran
Data ini digunakan untuk menentukan kawasan hutan produksi manakah yang mempunyai tingkat kebakaran tinggi, sedang atau rendah. Data-data yang diperlukan: -
peta vegetasi
-
data polusi
-
peta kawasan pemukiman
-
data arah dan kecepatan
-
angin
data populasi
-
data iklim
MODEL KONSEPTUAL UNTUK PENENTUAN KAWASAN HUTAN YANG RAWAN KEBAKARAN Data Masukan
Peta Tematik dalam Bentuk Digital beserta Data Atributnya
Data arah dan kecepatan angun
Peta vegetasi
Kemiringan
Jenis tanah
Data populasi
Data iklim
Data polusi
Peta kawasan pemukiman
Intensitas hujan
KRITERIA
BASIS DATA
Kategori / Jenis Hutan
OUTPUT Informasi grafis dan atribut mengenai kawasan hutan yang rawan kebakaran
7
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
3. Perancangan Model Logikal Model logikal dapat dirancang dengan dasar model data relasional, hirarki, dan jaringan. Model logikal ini mengubungkan model data yang telah dibuat ke dalam suatu sistem pengelolaan basis data (DBMS=Data Base Management System). Hasil model ini berupa struktur basis data yang dapat diolah dengan sistem pengelolaan basis data. Dalam perancangan model logikal ini harus bisa menjelaskan hubungan antar entitas.
3.1 Penentuan Entitas yang dipakai Entitas adalah orang, tempat atau konsep yang informasinya direkam dan mempunyai karakteristik yang sama. Data pemantauan kebakaran hutan produksi disusun menjadi beberapa entitas. Entitas-entitas ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil identifikasi keperluan pemakai, entitas yang disusun terdiri dari: 1. Jenis Tanah Atributnya adalah Tanah_ID, jenis tanah, tingkat erosi 2. Batas hutan Atributnya adalah batas identifier (batas_ID), jenis batas, lebar batas, lahan. 3. Kawasan hutan Atributnya adalah Hutan identifier (Hutan_ID), jenis hutan, jenis tanaman, jenis lahan, luas, batas, lahan. 4. Kontur Atributnya adalah kontur identifier (kontur_ID) dan ketinggian, lahan. 5. Iklim Atributnya adalah Iklim identifier (Iklim_ID), suhu, kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin, lahan. 6. Kecepatan angin Atributnya adalah Angin_ID, kecepatan, arah. 7. Polusi Atributnya adalah polusi identifier (polusi_ID), jenis polusi, tingkat polusi, lahan. 8. Pemukiman
8
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
Atributnya adalah kampung identifier (kampung_ID), populasi, luas kampung, mata pencaharian, lahan. 9. Jalan Atributnya adalah jalan identifier (jalan_ID), nama_jalan, jenis jalan, lebar jalan.
10. DAS Atributnya adalah DAS_ID, Nama sungai, Lebar.
3.2 Data yang tersedia : 1. Data batas hutan Data keadaan hutan ini sangat dibutuhkan untuk melihat batasan hutan produksi (budidaya) dengan kawasan lindung dan dengan yang lain 2. Data kawasan hutan Dibutuhkan untuk mengetahui jenis tanaman yang ada, menentukan luas hutan, menentukan jenis hutan, menentukan jenis lahan. 3. Jenis tanah Data jenis tanah sangat penting diketahui, hal ini berpengaruh pada tingkat erosi lahan serta menentukan suatu lahan termasuk jenis hutan produksi tertentu 4. Curah hujan Data curah hujan akan menentukan intensitas curah hujan disuatu kawasan, hal ini turut menentukan kelayakan penentuan jenis kawasan hutan produksi 5. Kemiringan Data kemiringan diturunkan dari data kontur. Kemiringan sangat berpengaruh kepada tingkat erosi suatu kawasan sehingga hal ini turut menentukan penentuan jenis kawasan hutan produksi Untuk penentuan jenis kawasan hutan produksi digunakan data data jenis tanah,curah hujan, dan kemiringan. 6.
Iklim data musim di suatu kawasan akan sangat berpengaruh terhadap pemodelan untuk memperkirakan potensi kebakaran
7.
Kecepatan angin Data kecepatan angin serta arah angin akan kepada pola penyebaran kebakaran
8.
Pemukiman
9
DAS
Batas
Jalan
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
Data Pemukiman penduduk akan menunjukkan aktifitas kehidupan di suatu daerah Kecepatan
Kawasan (tingkatangin kepadatan), dan ini akan dapat menunjukkan tingkat potensi kebakaran di Hutan
Jenis Tanah
suatu daerah. 9.
Polusi Data polusi di suatu kawasan berisikan senyawa atau partikel tertentu yang dapat Iklim mempercepat
terjadinya
Kontur pembakaran proses
Pemukimandiperlukan sehingga
untuk
memperkirakan potensi kebakaran di suatu wilayah 10.
Daerah Aliran Sungai Polusi Daerah aliran sungai sangat berguna dalam menghalangi penyebaran kebakaran
serta sebagai sumber air terdekat untuk pemadaman kebakaran. hubungan many to many
11.
Data jalan Data jalan dibutuhkan untuk prasarana dalam usaha pemadaman kebakaran
Secara skematik, model logikal dan entitas untuk keperluan pencegahan kebakaran hutan digambarkan sebagai berikut :
10
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
3.3 Entity Relationshipnya :
Kawasan Hutan
dilalui
DAS
•
Sebuah kawasan hutan bisa dilalui banyak DAS
•
Satu DAS bisa melalui banyak kawasan hutan
•
Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) DAS (DAS_ID, nama_sungai, lebar_sungai) dilalui (Hutan_ID, DAS_ID, … )
Kawasan Hutan
memilik i
Batas
•
Sebuah kawasan hutan bisa memiliki banyak batas
•
Satu batas bisa dimiliki minimal dua kawasan hutan
•
Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Batas (Batas_ID, jenis_batas, lebar_batas) memiliki (Hutan_ID, Batas_ID, … )
Kawasan Hutan
dilalui
Jalan
•
Sebuah kawasan hutan bisa dilalui banyak jalan
•
Satu jalan bisa melalui banyak kawasan hutan
•
Tabel skeleton:
11
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Jalan (Jalan_ID, nama_jalan, jenis_jalan, lebar_jalan) dilalui (Hutan_ID, Jalan_ID, … ) Kawasan Hutan
mempuny ai
Iklim
•
Sebuah kawasan hutan bisa mempunyai banyak Iklim
•
Satu Iklim yang sama bisa terdapat di banyak kawasan hutan
•
Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Iklim (Iklim_ID, suhu, kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin) mempunyai (Hutan_ID, Iklim_ID, … )
Kawasan Hutan
memilik i
Jenis Tanah
•
Sebuah kawasan hutan bisa memiliki banyak jenis tanah
•
Satu jenis tanah bisa dimiliki/terdapat di banyak kawasan hutan
•
Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Jenis_tanah (Tanah_ID, jenis_tanah, tingkat_erosi) memiliki (Hutan_ID, Tanah_ID, … )
Kawasan Hutan
dilalui
Kecepatan angin
•
Sebuah kawasan hutan bisa dilalui banyak kecepatan angin yang berbeda
•
Satu kecepatan angin bisa melalui banyak kawasan hutan
12
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
•
Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Kecepatan_angin (Angin_ID, arah, kecepatan) dilalui (Hutan_ID, Iklim_ID, … )
Kawasan Hutan
terdapat
Kontur
•
Sebuah kawasan hutan bisa terdapati banyak kontur yang berbeda
•
Satu kontur yang sama bisa didapati di banyak kawasan hutan
•
Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Kontur (Kontur_ID, ketinggian) terdapat (Hutan_ID, Kontur_ID, … )
Kawasan Hutan
terdapat
Pemukiman
•
Sebuah kawasan hutan bisa terdapat banyak pemukiman
•
Satu pemukiman bisa didapati di banyak kawasan hutan
•
Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Pemukiman (Kampung_ID, populasi, luas, mata_pencaharian) terdapat (Hutan_ID, Kampung_ID, … )
Pemukiman
dicemar i
Polusi
13
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
•
Sebuah pemukiman bisa dicemari oleh banyak polusi
•
Satu polusi bisa mencemari banyak pemukiman
•
Tabel skeleton: Pemukiman (Kampung_ID, populasi, luas, mata_pencaharian) Polusi (Polusi_ID, jenis_polusi, tingkat_polusi) dicemari (Pemukiman_ID, Polusi_ID, … )
4. Implementasi Pada Perangkat Lunak ARC/INFO Ada beberapa jenis operasi yang dirancang berdasarkan model konseptual untuk memenuhi kebutuhan pemakai terhadap model aplikasi perangkat lunak ARC/INFO untuk menentukan kawasan hutan produksi yang rawan kebakaran, yaitu: a. Operasi penentuan kategori/jenis hutan produksi Operasi ini digunakan untuk menentukan kategori/jenis hutan produksi dari keseluruhan kawasan hutan di propinsi Jambi. b. Operasi pengelolaan data faktor-faktor penyebab kebakaran Operasi ini digunakan untuk mengelola data faktor-faktor penyebab kebakaran yang terdiri peta vegetasi, peta kawasan pemukiman, data populasi, data polusi, data arah dan kecepatan angin, dan data iklim. c. Operasi penyajian informasi grafis dan atribut Operasi ini digunakan untuk menggabungkan antara data grafis dan data atribut. d. Operasi tampilan. Operasi ini digunakan untuk menampilkan data yang sudah dihasilkan baik data atribut maupun data grafis dalam suatu peta yang bisa digunakan oleh pemakai.
14
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
Basis Data Spasial dan non-Spasial
Kriteria Penentuan kawasan hutan produksi yang rawan kebakaran
Query 1
Query 2
Query 3
Query n
Model fungsional untuk penentuan lokasi hutan produksi yang rawan kebakaran
Tahap implementasi pada Arc/Info : 1. Pengumpulan data Data yang diperlukan untuk SIG harus berformat digital, untuk itu data yang masih berupa data grafis harus didigitasi atau di-scan. 2. Konversi data Peta tematik yang telah didigitasi (format AutoCAd, .DWG) harus dikonversi kedalam format yang bisa dibaca oleh Arc/Info. .DWG
.DXF (ASCII)
Format Arc/Info
3. Pembentukan Topologi Topologi adalah suatu prosedur matematika yang secara eksplisit menggambarkan hubungan spasial antar objek. Pembentukan topologi ini berfungsi untuk membentuk hubungan spasial antara unsur-unsur geografis yang ada pada coverage. Proses ini juga dapat mengidentifikasi kesalahan-kesalahan digitasi yang mungkin timbul pada suatu coverage.
Pada
Arc/Info,
pembentukan
topologi
menggunakan
perintah
BUILD/CLEAN. 4. Identifikasi kesalahan
15
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
Identifikasi kesalahan dapat dilakukan secara otomatis pada Arc/Info dengan menggunakan perintah LABELERROS dan NODEERRORS. 5. Editing Data Pada tahap ini, semua kesalahan-kesalahan yang terdeteksi diperbaiki. 6. Pembentukan kembali topologi 7. Pemasukan data atribut Supaya unsur-unsur geografis pada tabel atribut juga berisi informasi tematik, maka perlu dilakukan penambahan data atribut. Data atribut tersebut dihubungkan ke masing-masing unsur geografis yang sesuai berdasarkan suatu identifier yang unik. Pada Arc/Info, hal tersebut dilakukan dengan menggunakan fasilitas TABLES. 8. Overlay Dengan meng- overlay- kan 2 coverage yang mempunyai karakteristik sama (sistem proyeksi dan skala yang sama) dengan tema yang berbeda maka akan diperoleh suatu
coverage baru yang unsur-unusur geografisnya merupakan perpotongan dari unsurunsur pada 2 coverage sebelumnya, sedangkan data atributnya merupakan gabungan dari 2 coverage sebelumnya.
9. Query Tujuan proses ini adalah mencari lokasi-lokasi di kawasan hutan yang rawan kebakaran. Lokasi-lokasi tersebut adalah lokasi yang memenuhi kriteria: •
potensi kebakaran tinggi bila:
musimnya musim kering
kecepatan angin rata-rata > 100 km/jam
•
ada ± 10 kampung di satu kawasan dengan kepadatan 100 orang/ha
potensi kebakaran sedang bila:
musimnya musim hujan
kecepatan angin rata-rata antara 50 - 100 km/jam
•
polusi CO 2 > 60 %
polusi CO 2 antara 40 - 60 % ada 5 - 10 kampung di satu kawasan dengan kepadatan 50 - 100 orang/ha
potensi kebakaran rendah bila:
musimnya musim hujan
kecepatan angin rata-rata < 50 km/jam
16
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
polusi CO 2 < 40 %
ada < 5 kampung di satu kawasan dengan kepadatan < 50 orang/ha
3. Konfigurasi Perangkat Keras Sistem perangkat keras untuk SIG didukung oleh beberapa komponen perangkat keras, yaitu : a. Central Processing Unit (CPU) CPU digunakan untuk mengeksekusi program dan mengontrol operasi dari seluruh komponen. Spesifikasi standard CPU yang dapat digunakan untuk SIG : - Processor
: Pentium Celeron 233 MMX
- Hard Disk
: 1,2 GB
- RAM
: 32 Mb
b. Peripheral/Perangkat tambahan Terdiri dari : -
Peralatan input
: keyboard, mouse, digitizer, scanner, dll.
-
Peralatan output
: monitor, printer, plotter, film recorder, dll.
-
Memori tambahan : floppy disk, cd-rom, magnetik tape.
4. Proses Pelaksanaan Pekerjaan Penentuan kategori/jenis hutan produksi
Dilakukan dengan mengintegrasikan tiga parameter fisik, kemiringan, curah hujan dan jenis tanah yang telah diberi bobot. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam SK Menteri Pertanian dapat ditetapkan suatu kawasan hutan yang masuk dalam hutan produksi terbatas, tetap atau konversi. Jenis Hutan Produksi Terbatas
Kriteria Skore 125 – 174, diluar hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan
Tetap
konversi lainnya. Skore ≤ 124, diluar hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan
Konversi
konversi lainnya. Skore ≤ 124, diluar hutan suaka alam, hutan wisata, hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan hutan konversi lainnya.
Untuk lebih memudahkan dalam penentuan kategori hutan produksi dilakukan analisis overlay dalam bentuk matriks. - Overlay antara jenis lahan (soil) dan Bobot
kemiringan (slope)
Soil
15
20 35
40 55
Slope 60 75
80 95
17
100 115
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
30 45 60 75
-
Overlay
50 65 80 95
70 85 100 115
90 105 120 135
110 125 140 155
130 145 160 175
antara (soil+slope) dan
intensitas hujan
Slope+ Soil
Bobot 35 50 65 80 95 55 70 85 100 115 75 90 105 120 135 95 110 125 140 155 115 130 145 160 175
10 45 60 75 90 105 65 80 95 110 125 85 100 115 130 145 105 120 135 150 165 125 140 155 170 185
Intensitas Hujan 20 30 40 55 75 95 70 90 110 125 85 105 140 100 120 135 155 115 75 95 115 130 90 110 125 145 105 140 160 120 135 155 175 135 95 115 130 150 110 125 145 165 140 160 180 155 175 195 135 155 115 130 150 170 145 165 185 160 180 200 175 195 215 135 155 175 150 170 190 165 185 205 180 200 220 195 215 235
50 125 140 155 170 185 145 160 175 190 205 165 180 195 210 225 185 200 215 230 245 205 220 235 250 265
Hutan produksi Terbatas
18
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
Penentuan lokasi hutan produksi yang rawan kebakaran : Start
Pengumpulan Data
Data Atribut Data Spasial Data curah hujan Peta topografi
Data populasi penduduk
Peta vegetasi
Data iklim
Peta jalan
Data arah dan kecepatan angin
Peta kawasan pemukiman
Data tingkat polusi
Peta jenis tanah
Digitasi A
Konversi Data ke Format Arc/Info
Proses Pembentukan Topologi
Identifikasi Kesalahan
Proses Editing
Pembentukan KembaliTopologi
Masih Ada Kesalahan
YA
TIDAK B
19
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
A
B
Penggabungan Data Spasial dan Data Atribut
Koverage Kemiringan
Coverage Jenis Lahan
Coverage Curah Hujan
Overlay
Kriteria
Coverage Jenis Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Konversi
Kriteria
Coverage Jalan
Coverage arah dan kecepatan angin
Coverage polusi
Coverage vegetasi
Coverage DAS
Coverage iklim
Coverage kawasan pemukiman
Query
Informasi Grafis dan Atribut Mengenai Lokasi Hutan Produksi yang Rawan Kebakaran
END
20
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
Contoh query-nya antara lain : -
Tampilkan kawasan hutan yang termasuk hutan produksi terbatas ?
-
Tampilkan kawasan hutan yang termasuk hutan produksi tetap ?
-
Tampilkan kawasan hutan yang termasuk hutan produksi konversi ?
-
Tampilkan daerah yang mempunyai iklim musim kering pada bulan April ?
-
Tampilkan daerah yang dilalui angin dengan kecepatan > 100 km/jam ?
-
Tampilkan kawasan hutan yang mempunyai tingkat polusi CO 2 > 60 % ?
-
Tampilkan semua kampung yang terdapat di sekitar hutan ?
Saran-saran Perbaikan Secara umum, fungsi SIG adalah untuk meningkatkan kemampuan analisis informasi spasial secara terintegrasi ( terpadu ). Integrasi ini diperlukan karena dalam proses analisis kita akan bekerja dengan beberapa kumpulan data dan lapisan informasi. Oleh karena itu dalam aplikasi SIG untuk pencegahan kebakaran hutan di Propinsi Jambi mesti dilakukan :
Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pembuat sistem, operator, penganalisis aplikasi – aplikasi SIG. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai pelatihan – pelatihan yang berhubungan dengan SIG.
Untuk memperoleh hasil analisis yang baik, data yang digunakan harus selalu up-todate, teritama untuk data iklim, karena iklim selalu berubah-ubah tiap bulan.
Membudayakan aplikasi SIG di Indonesia sehingga penanganan kebakaran hutan oleh instansi terkait lebih efisien dan efektif.
Standardisasi format data untuk keperluan pencegahan kebakaran hutan sangat diperlukan. Karena hal ini akan memudahkan pekerjaan SIG di dalam proses analisis.
Pemerintah sebagai pihak yang melaksanakan proyek SIG untuk pencegahan kebakaran hutan harus konsisten karena proyek SIG ini mencakup waktu yang lama dan berkelanjutan.
Secara fisik bumi mengalami perubahan – perubahan. Artinya data yang mewakili gambaran yang berkaitan dengan muka bumi akan berubah pula. Tentunya data tersebut perlu di up date. Dengan kata lain, pemeliharaan data dalam basis data pun harus dilakukan.
21
SIG Untuk Penentuan Daerah Rawan Kebakaran Hutan
REFERENSI : Aziz, T. Lukman (1998) : “Membangun Basis Data Spasial SIG”, Survey dan Pemetaan,
edisi Juni 1998, ISI. Howe, D.R (1991) : “Data Analysis for Data Base Design”, Edward Arnold, 2 nd edition,
London. Sulistyo, Budi (1997) : “ Pengantar Sistem Informasi Geografis”, Diktat Teori : Pelatihan
Remote Sensing Dan Kartografi, BAPPEDA Jabar dan Lab. FKI Geodesi ITB. Wijaya, Fandi (1999) : “Pemanfaatan SIG Untuk Analisa Lokasi dan Investasi Gedung
Perpakiran Baru Di Kotamadya Bandung”, Tugas Akhir, Teknik Geodesi ITB.
22