BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam dunia farmasi sediaan obat tetes sangat diperlukan dalam dunia kesehatan. Obat tetes merupakan sediaan cair yang mengandung obat dan atau sediaan obat dalam keadaan terlarut, tersuspensi atau teremulsi, digunakan secara diminum dalam dosis tetesan dan disimpan dalam wadah untuk dosis banyak .
Obat tetes tertentu yang digunakan pada hidung disebut obat tetes hidung (Rhinoguttine). Obat tetes tertentu yang digunakan pada telinga disebut obat tetes telinga (Otoguttae).
Persyaratan untuk pembuatan, penyimpanan, dan penyerahan obat tetes harus diperhatikan yang tertera pada " larutan", "Emulsi" atau "Suspensi" atau sediaan lain yang sesuai. Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspense, dimaksudkan untuk obat dalam ataupun luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku dalam farmakope Indonesia.
Guttae atau obat tetes merupakan salah satu dari bgian sediaan farmasi yang termaksud ke dalam sediaan steril. Guttae adalah sediaan cair berupa larutan emulsi arau suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan dihasilkn penetes baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia. Guttae atau obat tetes sendiri terdiri dari guttae atau obat tetes yang digunakan untuk obat luar dilakukan dengan cara meneteskan obat ke dalam makanan atau minuman. Kemudian guttae oris atau tetes mulut, guttae auriculars atau tetes telinga, guttae opthalmicae atau tetes mata dan guttae nasals yaitu tetes hidung.
Dari semua obat tetes hanyalah obat tetes telinga yang tidak menggunakan air sebagai zat pembawanya. Karena obat tetes telinga harus memperhatikan kekentalan. Agar dapat menempel dengan baik kepada dinding telinga. Guttae auritulares ini sendiri merupakan obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Zat pembawanya biasanya menggunakan gliserol dan propilenglikol. Bahan pembuatan tetes hidung harus mengandung bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang masuk secara tidak sengaj bila wadah dibuka pada waktu penggunaan dikatakn bersifat bakteriostatik.
Jika terkena cahaya matahari atau cahaya yang lainnya akan merusak sediaan tetes telinga tersebut. Karena guttae auriculars ini merupakan salah satu sediaan obat dalam bidang farmasi. maka seorang farmasis wajib mengetahui bagaimana cara pembuatannya dan bagaimana pula cara pemakaiannya.
I.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
Untuk mengetahui pembuatan sediaan steril. Khususnya sediaan tetes telinga.
Untuk mengetahui khasiat penggunaan obat tetes telinga.
BAB II
FORMULA
II.1 Master Formula
Tiap 10 mL mengandung :R/ Kloramphenikol 1 gram Propilenglikol ad 10 mL
Tiap 10 mL mengandung :
R/ Kloramphenikol 1 gram
Propilenglikol ad 10 mL
II.2 Kelengkapan Resep
Dr.Andi MakmurSIP 008/IDI/2011Jln.Segar No.3.Telp.0401-3765901No : 06 Kendari, 22 Desember 2013R/ Kloramphenikol 1 gram Propilenglikol ad 10 mL S. guttae Auriculares Pro : Evha riani Umur : Dewasa Alamat : Jln.Ahmad Yani No.4 Kendari
Dr.Andi Makmur
SIP 008/IDI/2011
Jln.Segar No.3.Telp.0401-3765901
No : 06 Kendari, 22 Desember 2013
R/ Kloramphenikol 1 gram
Propilenglikol ad 10 mL
S. guttae Auriculares
Pro : Evha riani
Umur : Dewasa
Alamat : Jln.Ahmad Yani No.4 Kendari
II.3 Alasan Penggunaan Bahan
II.3.1 Penggunaan Bahan Aktif
Kloramphenicolum
Sebagai zat aktif yang diindikasikan sebagai obat yang berfungsi sebagai obat untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
II.3.2 Penggunaan Zat Tambahan
Propilenglikol
Sebagai zat tambahan yang digunakan sebagai zat tambahan/pelarut untuk melarutkan sediaan tetes telinga, karena mempunyai viskositas yang tinggi sehingga kontak obat lebih lama.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Landasan Teori
Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat kedalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada dinding telinga, umumnya digunakan Gliserol dan Propilenglikol. Dapat juga digunakan Etanol, heksilenglikol dan minyak lemak nabati. Zat pensuspensi dapat digunakan sorbitan, polisorbat atau surfaktan lain yang cocok. Keasaman-kebasaan kecuali dinyatakan lain, pH 5,0 sampai 6,0. Penyimpanan Kecuali dinyatakan lain, dalam tertutup rapat. (Anonim,1979)
Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan dalam telinga luar misalnya larutan otik Benzokain dan Antipirin larutan otik neomisin dan polimiksin B sulfat dan larutan otik Hidrokortison. (Anonim,1995).
Sediaan obat tetes telinga dapat berupa :
Guttae
Jika disebutkan guttae tanpa penjelasan lebih lanjut, dimaksudkan obat tetes untuk obat dalam. Obat tetes untuk obat dalam digunakan dengan cara diteteskan kedalam minuman atau makanan.
Guttae Oris
Tetes mulut adalah obat tetes yang diperuntukkan untuk kumur-kumur, sebelum digunakan diencerkan lebih dulu dengan air dan tidak untuk ditelan.
Guttae Auriculares
Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Bila tidak dinyatakan lain cairan pembawa yang digunakan adalah bukan air .Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentelan yang sesuai agar obat mudah menempel pada dinding telinga, biasanya digunakan gliserin, propilenglikol. Selain tersebut dapat pula digunakan etanol heksilenglikol dan minyak lemak nabati. Bila sediaan berupa suspensi sebagai zat pensuspensi digunakan sorbitan, polisorbat atau surfaktan lain yang cocok. Kecuali dinyatakan lain pH tetes telinga adalah 5,0 -6,0 dan disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Guttae Nasales
Tetes hidung adalah obat bebas yang digunakan dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung yang mengandung zat dan suspensi, pendapar dan pengawet. Sebagai cairan pembawa umumnya diguanakan air. Ph cairan pembawa sedapat mungkin antara 5,5 – 7,5 dengan kapasitas dapar sedang, isotonis atau hampir isotonis tidak boleh menggunakan cairan pembawa minyak, mineral atau minyak lemak. Sebagai zat pensuspensi biasanya digunakan sorbitan, polisorbat atau surfaktan lain yang cocok dengan kadar tidak lebih dari 0,01 % b/v . Zat pendapar digunakan zat yang cocok dengan pH 6,5 dan dibuat isotonis dengan Natrii Chloridum .
Zat pengawet yang digunakan biasanya Benzalkonium Chlorida 0,01% b/v sampai 0,1% b/v. Disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata.
Tetes mata harus memenuhi syarat–syarat yang telah ditentukan yaitu:
Steril
Sedapat mungkin isohidris
Sedapat mungkin isotonis
Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilitas dicapai dengan dilarutkan obatnya secara aseptis, dan menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang steril. Isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh dengan menggunakan pelarut yang cocok.
Pelarut yang sering digunakan adalah :
1. Larutan 2% Asam Borat (pH=5)
2.Larutan Boraks – Asam Borat (pH=6,5)
3.Larutan basa lemah Boraks Asam Borat (pH=8)
4.Aquadestillata
5.Larutan NaCl 0,9%
Cara Penggunaan dari tetes telinga, yaitu :
Cuci tangan,
Berdiri atau duduk di depan cermin
Buka tutup botol,
Periksa ujung penetes dan pastikan tidak pecah atau patah,
Jangan menyentuh ujung penetes dengan apapun, usahakan tetap bersih,
Posisikan kepala miring dan pegang daun telinga agar memudahkan memasukkan sediaan tetes telinga,
Pegang obat tetes telinga dengan ujung penetes di bawah sedekat mungkin dengan lubang telinga tetapi dengan lubang telinga tidak menyentuhnya,
Perlahan–lahan tekan botol tetes telinga sehingga jumlah tetesan yang diinginkan dapat menetes dengan benar pada lubang telinga,
Diamkan selama 2-3 menit, jangan menggosok mata dan usap kelebihan cairan dengan tissu dan tutup kembali obat tetes telinga.
Pada pembuatan tetes telinga, yang digunakan untuk proses sterilisasi adalah Sterilisasi C atau dengan menggunakan Filtrasi atau filter dari diameter zat. Proses sterilisasi ini, menggunakan alat yang berfungsi sebagai penyaring yang disebut filter. Hal ini bertujuan agar sediaan tetes telinga bebas dari mikroba yang bersifat patogen juga sebagai penyaring dari partikel kasar atau besar yang terdapat dari sediaan yang bertujuan untuk menghindari infeksi pada telinga pada saat pemakaian tetes telinga.
III.2 Uraian Bahan
Menurut FORNAS EDISI II, hal 64:
CHLORAMPHENICOLI GUTTAE AURICULARES
Komposisi : Tiap 10 mL mengandung :
Chloramphenicolum 1 g
Propylenglycolum hingga 10 mL
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Catatan : 1. Pada etiket harus juga tertera : Daluawarsa
Sediaan berkekuatan lain : 500 mg.
KLORAMPHENICOL (FI.Edisi III Hal.145)
Nama Resmi : CHOLARMPHENICOLUM PALMITAT
Sinonim : Kloramfenikol Palmitat
Rumus Molekul : C27H42C l2N2O6
Berat Molekul : 561,56
Pemerian : Serbuk hablur halus, licin, putih; bau lemah; rasa
tawar.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 45 bagian
Etanol (95%) P; dalam 6 bagian kloroform P dan
Dalam 14 bagian eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
K/P : Antibiotikum (obat yang digunakan untuk
Membunuh dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme)
PROPYLENGLIKOL (FI.Edisi III Hal.534)
Nama Resmi : PROPYLENGLICOLUM
Sinonim : Propilenglikol
Rumus Molekul : C3H8O2
Berat Molekul : 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
rasa agak manis; higroskopik
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan
Dengan klorofrom P; larut dalam 6 bagian eter P;
tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan
dengan minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
K/P : Zat tambahan/Pelarut
BAB IV
METODE KERJA
IV.1 Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat yang digunakan
1. Autoklaf
2. Batang pengaduk
3. Botol obat tetes mata
4. corong
5. Gelas kimia
6. Gelas ukur
7. Pipet
8. Timbangan
IV.1.2 Bahan yang digunakan
Kloramfenicol
Kertas saring
Propilenglikol
IV.2 Perhitungan Dan Penimbangan Bahan
Kloramfenikol 1 gram
Dilebihkan 7 % = 7100 x 1 = 0,07 gram
Jadi, yang ditimbang = 1 + 0,07 = 1,07 gram
Propilenglikol 10 mL
Dilebihkan 7 % = 7100 x 10 = 0,7 mL
Propilenglikol = 10 + 0,7 = 10,7 mL
Jadi, yang diukur = 10,7 – 1,07
= 9,63 mL
IV.3 Prosedur Kerja
IV.3.1 Prosedur Sterilisasi Alat
NO
NAMA ALAT
METODE STERILISASI
1.
Batang pengaduk
Disterilkan di oven 170°C, selama 30 menit
2.
Botol tetes telinga
Disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
3.
Corong
Disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
4.
Gelas kimia
Disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
5.
Gelas ukur
Disterilkan di oven 170°C, selama 30 menit
6.
Kertas saring
Dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditutup menggunakan aluminium foil, lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
7.
Sendok tanduk
Disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
IV.3.2 Prosedur Pembuatan
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Dilakukan sterilisasi pada pada semua alat yang akan digunakan
Timbang semua bahan sesuai perhitungan bahan
Klorampenikol 1,07 gram
Propilenglikol 9,63 mL
Dimasukan kloramfenikol dalam lumpang atau di dalam gelas kimia, lalu larutkan dengan sedikit propilenglikol aduk hingga larut.
Masukkan kedalam wadah, dengan menggunakan spoit, selanjutnya di sterilisasi dengan sterilisasi C atau menggunakan filter kedalam wadah,
Diberi etiket, brosur, dan kemasan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kami melakukan percobaan yaitu membuat guttae, yaitu obat tetes telinga. Sebagaimana telah diketahui definisi guttae auriculars adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga. Obat tetes telinga ini dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air, tetapi menggunakan propilenglikol.
Dalam praktikum ini menggunakan propilenglikol digunakan karena zat pembawanya ini sangat baik kekentalannya dan dapat melengket dengan baik pada dinding telinga. Bahan pembuatan tetes telinga harus mengandung bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang masuk secara tidak sengaja, bila wadah dibuka pada waktu penggunaan atau dikatakan bersifat bakteriostatik. Dalam hal ini kloramfenikol yang menjadi zat aktif yang berfungsi sebagai antibiotik spektrum luas.
Setelah melakukan prosedur kerja yang baik dan sesuai maka larutan obat tetes telinga dimasukan dalam wadah botol yang berwarna gelap, agar telindung dari cahaya. Cara memasukkan dalam botol yaitu obat tetes telinga langsung dimasukkan ke dalam botol setelah itu tutup, tetapi pipet tutup botolnya harus dipencet agar sediaan yang dalam botol tidak tumpah keluar.
Pada praktikum ini juga menggunakan jenis sterilisasi C yaitu penyaringan melalui bakteri steril atau bakteri filter. Uji yang dilakukan dalam sediaan ini adalah uji pada pH, dimana pH tetes telinga harus sesuai dengan Farmakope, yaitu 5,0-6,0 dengan menggunakan pH meter. Selain itu, harus dilihat keadaan tetes telinga yang halus dari bahan tidak larut atau partikel kasar yang dapat menyebabkan iritasi atau infeksi pada telinga.
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
Dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan sediaan steril dalam bentuk obat tetes telinga.
Pada pembuatan obat tetes telinga zat pembawa yang digunakan propilenglikol, digunakan propilenglikol karena zat ini sangat baik melekat pada dinding telinga.
Tipe sterilisasi C yaitu penyaringan melalui bakteris steril.
VI.2. Saran
Diharapkan agar sebaiknya dalam praktikum, seluruh cara kerja dalam pembuatan sediaan dapat dipahami dengan baik agar dapat diperoleh hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Depkes. RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Moh.Anief.1998. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
R.Voight. Buku Pembelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II
DIPLOMA - III
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA Page 15