http://repository.ipb.ac.id/bitstream/ handle/123456789/44927/A10sdp.pdf?sequence=1
A ALISIS PERUBA HAN PE GGUNAAN LAH N RUAN TERBU A HIJA DI WI AYAH J KARTA TIMUR
Oleh :
Sukapti Ivanna Devi Patria 1405033
Oleh
ii
RINGKASAN SUKAPTI. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Jakarta Timur. Dibimbing oleh SANTUN R.P SITORUS dan DYAH RETNO PANUJU Pembangunan kota yang semakin berkembang di Indonesia, di DKI Jakarta khususnya berdampak pada perubahan penggunaan lahan di Jakarta Timur. Peningkatan kegiatan pembangunan fisik perkotaan selain berdampak positif terhadap peningkatan kegiatan perekonomian, juga berdampak negatif yaitu terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Salah satu penurunan kualitas lingkungan tersebut adalah penurunan luas lahan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi lahan terbangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola perubahan RTH, mengetahui laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah di Jakarta Timur,serta mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH. Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2002 luas RTH di Jakarta Timur sebesar 830,6ha dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 1.056,7ha. Dengan demikian, pada periode 2002-2007 terjadi peningkatan luas RTH sebesar 226,1 ha. Selanjutnya laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2002 sampai 2008 di Jakarta Timur sebesar 0.9 % per tahun, dan laju pertumbuhan pendatang pada periode yang sama sebesar 0.7 % per tahun. Perkembangan wilayah salah satunya dicirikan dengan berkembangnya sarana-prasarana yang terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas ekonomi. Laju pertumbuhan fasilitas pendidikan, kesehatan, ekonomi tahun 2003 dan 2006 masing-masing adalah -1.5 %, 6.4 %, dan 1.1 % per tahun. Sebagian besar kelurahan yang berada di Kawasan Jakarta Timur berdasarkan tingkat perkembangan wilayahnya pada tahun 2003 dan 2006 adalah berhirarki III. Pada tahun 2003 ada 40 kelurahan yang berhirarki III, 18 kelurahan
iii
SUMMARY SUKAPTI. An analysis of the Grenery Opened Space Change in East Jakarta. Under supervision of SANTUN R.P SITORUS and DYAH RETNO PANUJU. City development in Indonesia, especially in East Jakarta has affected the changing of land use. The increasing of physical building at the city has positively affected to the increasing economic activities. Besides, it has caused environmental degradation. One form of environmental degradation is the decreasing of greenery opened space which is turning into built-up area. This research aims : to identify the pattern of greenery opened space change, to know the population growth’s rate and regional development in East Jakarta, and to assess factors affectingthe grenery opened space change. The result showed that in 2002, the greenery opened space in East Jakarta was 830,6 ha and in 2007 it increased into 1.056,7 ha. So, between the period of 2002 and 2007 there was an increasing at about 226,1 ha. Population growth’s rate from 2002 until 2008 in East Jakarta was 0.9% per year, and inmigrant growth’s rate in the same period was 0.7% per year. The regional development was showed by the appearance of developed facilities including education, health and economic economic facilities. Growth rate of education, health and economic facilities in 2003 and 2006 are -1.5%, 6.4% and 1.1 per year, respectively. Based on scalogram analysis, most of the kelurahan (town villages) in East Jakarta are belong to hierarchy III. In 2003, there were 40 kelurahan classified as hierarcy III, 18 kelurahan as hierarchy II, and 7 kelurahan as hierarchy I. In 2006, number of kelurahan grouped as hierarchy III decreased into 35 kelurahan, while at hierarchy II and I increased into 19 and 11 kelurahan, respectively. The most affecting factors (p-level ≤ 0.05) to the greenery opened space change are availability of unoccupied area and allocation of greenery opened space in the planning document (RTRW). Meanwhile, the potential affecting factor (p-
iv
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI WILAYAH JAKARTA TIMUR
Oleh :Oleh :Oleh
Sukapti Ivanna Devi Patria A14050334
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
v
Judul Skripsi
: Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Jakarta Timur
Nama Mahasiswa
: Sukapti Ivanna Devi Patria
Nomor Pokok
: A14050334
Disetujui :
Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus
Pembimbing II
Ir. Dyah Retno Panuju, MSi
NIP. 19490721 1973021001 1973021001
NIP. 19710412 1997022005 1997022005
Diketahui :
vi
RIWAYAT HIDUP Sukapti Ivanna Devi Patria dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 26 Desember 1987, dari pasangan Suwarlan dan Rosni Susanti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di SDN 03 Jakarta Timur dan lulus pada tahun1999. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 223 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMU Islam P.B Sudirman Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI U SMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa di Program Studi Manajemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).Selama menjadi mahasiswa penulis memperoleh kesempatan untuk menjadi asisten praktikum matakuliah Perencanaan Tata Tata Ruang dan Penatagunaan Lahan. Lahan. Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dengan judul “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Jakarta Timur”, dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir Santun R.P. Sitorus dan Ir. Dyah Retno Panuju, M.Si.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Jakarta Timur”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian IPB. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir Santun R.P Sitorus selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Dyah Retno Panuju, MSi selaku dosen pembimbing skipsi II yang memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Kedua orang tuaku atas doa, kasih sayang dan dukungannya. 4. Adikku Enggrit, Nenek dan Kakekku, serta seluruh keluarga besarku yang telah memberi doa doa dan semangat. 5. Zuliansyah atas doa, dukungan dan se mangatnya, terimakasih banyak ya…. 6. Dr. Ir. Widiatmaka selaku dosen penguji penguji yang telah memberikan memberikan masukan. 7. Seluruh Dosen Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................... ............................................................ ............................................................. ..................................... ..... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................... ............................................................................................ ......................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ ......................................................................................... ......................... xiii
I.PENDAHULUAN ......................................................... ......................................................................................... ..................................... ..... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................ ..................................................................................... ..... 1 1.2. Tujuan Penelitian ........................................................... .................................................................................. ....................... 3 1.3. Manfaat Penelitian ....................................................... ................................................................................ ......................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... ................................................................................... ......................... 4 2.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau ......................................................... ......................................................... 4 2.1.1. Ruang Ruang Terbuka .......................................................... .......................................................................... ................ 4 2.1.2. Ruang Ruang Terbuka Hijau ......................................................... ................................................................ ....... 5 2.2. Pengelompokan Pengelompokan dan Jenis Ruang Terbuka Hijau............................... Hijau.................................. ... 6 2.3. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau ........................................... ........................................... 10 2.3.1. Fungsi Ruang Tebuka Tebuka Hijau .................................................... .................................................... 10 2.3.2. Manfaat Ruang Terbuka Hijau .................................................. .................................................. 13
ix
3.3.2.3. Analisis Skalogram Sederhana ...................................... ...................................... 23 3.3.2.4. Teknik Pendugaan Pertumbuhan/Peluruhan ................. 24 3.3.2.5. Analisis Regresi Berganda ( Multiple ..................................... 24 Multiple Regression Analysis Analysis)..................................... IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .......................................... .......................................... 27 4.1. Kondisi Geografis ........................................................................ .............................................................................. ...... 27 4.1.1. Administrasi dan Luas Lahan .............................................. .............................................. 27 4.1.2. Iklim dan Suhu Udara.......................................................... .......................................................... 28 4.1.3. Kondisi Hidrologi ........................................................ ................................................................ ........ 29 4.1.4. Penggunaan Lahan......................................................... ............................................................... ...... 29 4.1.5. Sarana dan Prasarana ......................................... ........................................................... .................. 30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... ........................................................................ ................... 31 5.1. Analisis Spasial Ruang Terbuka Hjau ................................................ ................................................ 31 5.1.1. Identifikasi Perubahan Luas RTH di Jakarta Timur ............ 31 5.1.2. Luas dan Penyebaran RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur ................................................................................ .................................................................................. .. 32 5.1.3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta Timur ....................................... .................................................................... ............................... .. 37 5.2. Identifikasi Perubahan Luas Lahan Kosong di Jakarta Timur ........... 38
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul
Halaman
1
Fungsi dan Klasifikasi RTH...................................................... ........................................................................... ..................... 12
2
Hubungan Antara Tujuan Penelitian, Sumber Data, Teknik Analisis dan Hasil yang Diharapkan ................................................. ................................................. 21
3
Luas Wilayah dan Distribusi Penduduk Tiap Kecamatan di Jakarta Timur .................................................. ................................................................................ ........................................... ............. 28
4
Luas Penggunaan Lahan ........................................................ ................................................................................ ........................ 29
5
Jumlah Sarana dan Prasarana .............................................................. ......................................................................... ........... 30
6
Dinamika Luasan RTH Kawasan Jakarta Timur ........................................... ........................................... 31
7
Luas Penggunaan Lahan menurut RTRW di Jakarta Timur .......................... 37
8
Dinamika Luasan Lahan Kosong di Jakarta Timur ....................................... ....................................... 39
9
Jumlah Penduduk Jakarta Timur ......................................................... .................................................................... ........... 41
10 Jumlah Pendatang Jakarta Timur ........................................................... ................................................................... ........ 42 11 Luas RTH setiap seti ap Hirarki per Kecamatan Tahun 2002 dan 2007 ................... 47 12 Luas RTH setiap Hirarki ........................................................... ................................................................................ ..................... 47 13 Hasil Analisis Regresi untuk Identifikasi Faktor Penentu Perubahan RTH di Jakarta Timur .............................................. ............................................................................ ...................................... ........ 51
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Halaman
1.
Diagram Alir Penelitian ........................................................ ................................................................................. ......................... 26
2.
Peta Administrasi Administrasi Jakarta Timur ............................................................. .................................................................... ....... 27
3
Peta RTH Setiap Kecamatan Kecamatan di Jakarta Timur Timur Tahun 2002 .......................... 32
4
Peta RTH Setiap Kecamatan Kecamatan di Jakarta Timur Timur Tahun 2007 .......................... 33
5
RTH yang Bertambah di Jakarta Timur ..................................................... ......................................................... .... 35
6
RTH yang Berkurang di Jakarta Timur..................................................... Timur.......................................................... ..... 36
7
Perubahan RTH Tahun 2002 dan 2007 ........................................................ .......................................................... .. 37
8
Peta RTRW Jakarta Timur Tahun 2000-2010 ............................................... ............................................... 39
9
Perubahan Luas Lahan Kosong Tahun 2002 dan 2007.................................. 2007.................................. 40
10 Laju Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2002-2008 2002-2008 ........................................... ........................................... 41 11 Laju Pertumbuhan Pendatang Pendatang Tahun 2002-2008 2002-2008 ........................................... ........................................... 43 12 Peta Hirarki Wilayah Wilayah Jakarta Timur Timur Tahun 2003 .......................................... .......................................... 44 13 Peta Hirarki Wilayah Wilayah Jakarta Timur Timur Tahun 2006 .......................................... .......................................... 45 14 Perubahan Jumlah Kelurahan Berhirarki I, II, II, dan III Tahun 2003 dan 2006.......................................................... ..................................................................................... ........................... 46 15 Laju Perkembangan Setiap Fasilitas di Jakarta Timur Timur
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Judul
Halaman
1. Hasil Analisis Skalogram Tahun 2003 ........................................................ ............................................................. ..... 58 2. Hasil Analisis Skalogram Tahun 2006 ....................................................... ............................................................. ...... 61
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pembangunan kota yang semakin berkembang di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta berdampak pada perubahan luas penggunaan lahan termasuk luasan ruang terbuka hijau (RTH). Salah satu pendorong meningkatnya pembangunan adalah meningkatnya kebutuhan sosial ekonomi akibat pertumbuhan penduduk. Pembangunan tersebut meningkatkan kegiatan pembangunan fisik perkotaan yang berdampak positif pada peningkatan kegiatan perekonomian. Pembangunan perkotaan mempengaruhi lingkungan dan mengubah keadaan fisik alam. Disamping semakin berkembangnya kota, pembangunan memunculkan dampak negatif yang harus ditanggung masyarakat perkotaan yaitu terjadinya penurunan kualitas lingkungan akibat perubahan penggunaan lahan.
Salah satu jenis
perubahan penggunaan lahan di perkotaan adalah RTH yang dikonversikan menjadi lahan terbangun. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) adalah suatu rencana penggunaan ruang kota yang berisikan rencana pembangunan kota yang terkait dengan pemanfaatan ruang dalam kurun waktu tertentu. Tata ruang kota secara fisik dapat dipisahkan menjadi ruang terbangun dan ruang terbuka. Ruang terbuka
2
tersebut, yakni 20%untuk ruang publik dan 10%untuk ruang pribadi atau rumah warga. Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Ery Basworo, dalam program Green Talk menyatakan ketentutanundang-undang tentang ketersediaan RTH sebesar 30%sulit dicapai di DKI Jakarta karena struktur daratannya berbeda dari kota lainnya. Kondisi wilayah Jakarta yang datar menarik bagi pendatang dan menyebabkan wilayah DKI mudah dihuni dan semakin padat dari waktu ke waktu.Menurut Basworo (2009), proporsi luas RTH yang tercapai hingga pertengahan 2009 adalah 9,7 % dari target 13,9 % sampai 2010. Sisanya sebesar kurang lebih 4 % sampai 2010baru bisa diupayakan di akhir tahun karena membutuhkan waktu untuk penyelesaian prosedural, antara lain soal ijin prinsip, pengukuran, pembebasan lahan, dan sosialisasi kepada masyarakat. Pemerintah Provinsi DKI menargetkan penambahan 20 hektar RTH, mencakup lokasi untuk pertamanan dan makam seperti di daerah Cilangkap, Kebon Pisang arah tol bandara, Srengseng dan Cipayung. Cipayung. Perencanaan RTH merupakan salah satu bentuk pengelolaan pemanfaatan ruang yang diperuntukkan bagi penghijauan tanaman.Perencanaan RTH ini dibutuhkan
untuk
menghindari
dan
meminimalkan
penurunan
kualitas
lingkungan, perlu dilakukan pengelolaan lingkungan fisik perkotaan yang sesuai dengan daya dukung dan kebutuhan kota. Hijaunya suatu kota tidak hanya menjadikan kota indah dan sejuk, namun dapat menciptakan kenyamanan, kesegaran, dan kesehatan warga kota, serta terbebasnya kota dari polusi dan kebisingan.
3
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi pola perubahan ruang terbuka hijau di kawasan Jakarta Timur. 2. Mengetahui laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah di Jakarta Timur. 3. Mengkaji faktor-faktor penentu perubahan (pertumbuhan/penurunan) luas Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Timur. Ti mur.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan RTH agar tercipta kota dengan kualitas lingkungan yang baik. 2. Sebagai dasar bagi penelitian lebih lanjut, terutama pengembangan Ruang Terbuka Hijau untuk kawasan lainnya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau 2.1.1. Ruang Terbuka
Menurut UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan ruang yaitu wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai suatu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya (Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional,2007). Jayadinata (1999) dalam Hesty (2005) menjelaskan bahwa ruang adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera tempat hidup tetumbuhan, hewan, dan manusia. Ruang dapat merupakan suatu wilayah yang mempunyai batas geografi, yaitu batas menurut keadaan fisik, sosial, atau pemerintahan yang meliputi sebagian permukaan permukaan bumi, lapisan tanah di bawahnya dan lapisan udara di atasnya. Penggunaan tanah merupakan suatu bagian dari tata ruang, untuk tetap menjaga keseimbangan, keserasian, kelestarian lingkungan, serta memperoleh manfaat tata ruang kota, maka harus dilakukan penataan penggunaan tanah untuk meningkatkan meningkatkan kualitas manusia dan lingkungan lingkungan hidup. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007
5
2.1.2. Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau menurut Waryono (2006) digambarkan sebagai suatu kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina
untuk
fungsi
perlindungan
habitat
tertentu,
dan
atau
sarana
kota/lingkungan, dan atau pengaman jaringan prasarana dan atau budidaya pertanian yang difungsikan sebagai peresapan air dan menghasilkan oksigen. Didominasi oleh tumbuhan memberikan maknaatas suatu hamparan yang penuh dengan tetumbuhan, tanpa bangunan berarti, atauhamparan dengan koefisien lantai bangunan setara dengan nilai (0). Menurut Hakim (2002) dalam Hesty (2005) Ruang Terbuka Hijau didefinisikan sebagai ruang-ruang yang terdapat di dalam kota, baik berupa koridor/jalur ataupun area/kawasan sebagai tempat pergerakan/penghubung dan tempat perhentian/tujuan, dimana unsur hijau (vegetasi) yang alami dan sifat ruang terbuka lebih dominan, sedangkan menurut Yuliasari (2008) yang dimaksud dengan Ruang Terbuka Hijau adalah ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuhtumbuhan secara alamiah ataupun budidaya. Menurut Anonim (2006) dalam Makalah Lokakarya Pengembangan sistem RTH Di Perkotaan dalam rangkaian acara acara Hari Bakti Pekerjaan Umum ke 60, yang dimaksud dengan Ruang Terbuka hijau adalah bagian dari ruang-ruang
6
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
2.2. Pengelompokan dan Jenis Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau di kelaskan menjadi dua kelompok yaitu RTH publik dan RTH privat. RTH publik adalah RTH yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Contoh dari RTH publik adalah taman kota, tempat pemakaman umum, jalur hijau sepanjang jalan sungai dan pantai. RTH privat adalah RTHyang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawabpihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatanruang oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh Pemerintah Provinsi. Contoh dari RTH privat ini adalah kebun atau halaman rumah. Menurut Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1999), Kawasan Hijau adalah Ruang Terbuka Hijau yang terdiri dari : 1. Kawasan Hijau Lindung yaitu bagian dari kawasan hijau yang memiliki karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan habitat setempat maupun untuk perlindungan wilayah yang lebih luas. Dalam kawasan ini termasuk diantaranya :
7
didukung fasilitas yang diperlukan, baik umtuk sarana ekologis maupun sarana sosial kota. Kawasan hijau binaan ini meliputi beberapa bentuk RTH, yaitu : a. RTH Fasilitas Umum berupa berupa suatu hamparan hamparan lahan penghijauan yang berupa
tanaman
dan/atau
pepohonan,
berperan
untuk
memenuhi
kepentingan umum, dapat berupa hasil pembangunan hutan kota, taman kota,
taman
lingkungan/tempat
bermain,
lapangan
olahraga,
dan
pemakaman. b. Jalur Hijau Kota, merupakan bagian dan ruang terbuka hijau yang berdiri sendiri atau terletak di antara badan jalan atau bangunan/prasarana kota lain, dengan bentuk teratur/tidak teratur yang di dalamnya ditanami atau dibiarkan tumbuh berbagai jenis vegetasi. c. Taman kota, merupakan merupakan bagian dari ruang ruang terbuka hijau yang berdiri sendiri atau terletak di antara batas-batas bangunan/prasarana kota lain dengan bentuk teratur/tidak teratur yang ditata secara estetis dengan menggunakan unsur-unsur buatan atau alami, baik berupa vegetasi maupun material-material pelengkap lain yang berfungsi sebagai fasilitas pelayanan warga kota dalam berinteraksi s osial. Secara umum, taman kota mempunyai dua unsur perpaduan, baik buatan maupun alami dengan menggunakan material pelengkap, dan secara spesifik terdiri dari unsur
8
teratur/tidak teratur yang ditata secara estetis dengan menggunakan unsurunsur buatan dan alami, khususnya dengan penanaman berbagai jenis pohon dengan kerapatan yang tinggi. Ciri spesifik taman hutan dalam kaitannya dengan fasilitas umum, adalah bahwa hamparan lantai tapaknya dilengkapi dengan fasilitas (sarana umum), yang secara langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. f. Hutan Kota, berupa suatu hamparan hamparan kawasan hijau dengan dengan luasan tertentu, yang berada di wilayah perkotaan. Jenis tumbuhannya (dalam hal ini pepohonan) beraneka ragam, bertajuk bebas, sistem perakarannya dalam, dicirikan oleh karakter jarak tanam yang rapat, sehingga membentuk satuan ekologik kecil karena terbentuknya pelapisan (strata tajuk) dua sampai tiga tingkatan. Berdasarkan fungsinya, kawasan hutan kota dapat dikembangkan sebagai penyangga wilayah resapan air tanah, rekreasi alam, pelestarian plasma nutfah, dan habitat satwa liar, serta meningkatkan kenyamanan lingkungan perkotaan. g. Taman Bangunan Umum, merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang berdiri sendiri s endiri atau terletak di antara batas-batas bangunan/prasarana kota lain dengan bentuk teratur/tidak teratur yang berfungsi sebagai fasilitas pelayanan bagi masyarakat umum dalam melakukan interaksi yang
9
j.
Lapangan olahraga, merupakan ruang terbuka yang ditanami pepohonan dan rerumputan yang teratur untuk kepentingan kesegaran jasmani melalui kegiatan olahraga. Jenis pepohonan pada hamparan ini merupakan jenis jenis tumbuhan penghasil oksigen tinggi dan berfungsi sebagai tempat peneduh setempat.
k. Pemakaman, suatu fasilitas umum dalam kaitannya kaitannya dengan peranan fungsi fungsi sebagai RTH, karena hamparan lahannya cukup luas dapat berfungsi sebagai wilayah resapan. l.
RTH fungsi fungsi Pengaman, Pengaman, merupakan suatu daerah penyangga penyangga alami, alami, dengan bentuk jalur penghijauan, yang dapat berupa taman dominan rumput, dan/atau pepohonan besar yang diarahkan untuk pengamanan dan penyangga situ-situ, bantaran sungai, tepian jalur rel kereta api, sumbersumber mata air, pengaman jalan tol, pengaman bandara, dan pengaman tegangan tinggi.
m. Penghijauan pulau, merupakan suatu bentuk pemulihan nilai produktivitas tanah melaui pembudidayaan tanaman agar fungsinya semakin optimal. n. RTH Budidaya Pertanian, merupakan area yang difungsikan untuk budidaya pertanian milik perorangan, badan hukum atau pemerintah, yang meliputi kebun pembibitan, sawah, dan pertanian daratan.
10
Taman rekreasi; (d) Taman lingkungan perumahan dan permukiman; (e) Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial; (f) Taman hutan raya; (g) Hutan kota; (h) Hutan lindung; (i) Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah; (j) Cagar alam; (k) Kebun raya; (m) Kebun binatang; (n) Pemakaman umum; (o) Lapangan olah raga; (p) Lapangan upacara; (q) Parkir terbuka; (r) Lahan pertanian perkotaan; (s) Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET); (t) Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa; (u) Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian; (v) Kawasan dan jalur hijau; (w) Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan (x) Taman atap (roof garden).
2.3.Fungsi dan ManfaatRuang Terbuka Hijau 2.3.1. Fungsi Ruang Terbuka Hijau
Manusia yang tinggal di lingkungan perkotaan membutuhkan suatu lingkungan yang sehat dan bebas polusi untuk kenyamanan hidup. Tolok ukur dari penataan ruang adalah mampu memberikan kenyamanan, keasrian, dan kesehatan bagi penghuni kota dengan tersedianya alokasi RTH. RTH di perkotaan diharapkan mencukupi kebutuhan lingkungan perkotaan dan berkelanjutan dari waktu ke waktu (Aji, 2000)
11
makro : lansekap kota secara keseluruhan. Mampu menstimulasi kreativitas dan prokditivitas warga kota. Juga bisa berekreasi secara aktif maupun maupun pasif, seperti : bermain, berolahraga, atau kegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus menghasilkan keseimbangan kehidupan fisik dan psikis. Selain itu, dapat tercipta suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kota pertanian dan perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, serta jalur biru bantaran kali. 4. Ekosistem perkotaan : produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun indah, serta bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan lain-lain. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, fungsi RTH adalah : (a) Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;(b) Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; (c) Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati; (d) Pengendali tata air; dan (e) Sarana estetika kota (Departemen Dalam Negeri,2007). Sementara itu dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentangPenataan Ruang Terbuka Hijau di WilayahPerkotaan, fungsi dari RTH
12
Fungsi dan klasifikasi RTH tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Fungsi dan Klasifikasi RTH Fungsi-fungsi RTH 1. Ekologis (Konservasi)
Klasifikasi RTH * RTH Wilayah
Semua bentuk RTH dalam batas
(Antar Propinsi, Antar
administratif pada skala : lokal, regional maupun nasional, pada satuan administratif Kabupaten dan
Kota/Kabupaten) * RTH berupa Koridor Sepanjang (bantaran) Sungai, Danau/Waduk dan Jalur Pesisir Pantai
Kota/Perkotaan, khususnya fungsi konservasi (perlindungan dan pelestarian)
2. Sosial-Ekonomi-Budaya
* Taman Hutan Kota
(Produktif-budidaya)
Kawasan Hijau Pertanian (Budidaya Pertanian dalam artian luas, termasuk kegiatan Perikanan dan Peternakan) * Taman Sejarah (Historic Parks : Etnis-Arkeologis) Etnis-Arkeologis) * Rekreatif
Pada RTH yang umumnya dapat dimanfaatkan sebagai ’arena rekreatif’, baik secara aktif maupun pasif * Edukatif di mana fungsi utamanya adalah untuk
13
2.3.2. Manfaat Ruang Terbuka Hijau
Menurut Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006), RTH memiliki manfaat, antara lain : 1. Penyeimbang antara lingkungan alam dengan lingkungan buatan, yaitu sebagai penjaga fungsi kelestarian lingkungan pada media air, tanah, dan udara serta konservasi sumberdaya hayati flora, dan fauna. 2. Bagi kesehatan, tanaman yang terdapat dalam RTH sebagai penghasil oksigen (O2) terbesar dan penyerap karbon dioksida (CO 2) dan zat pencemar udara lain. 3. Membentuk iklim yang sejuk sejuk dan dan nyaman. nyaman. 4. Membantu sirkulasi udara. 5. Sebagai pemelihara akan akan kelangsungan kelangsungan persediaan persediaan air tanah. 6. Sebagai penjamin penjamin terjadinya terjadinya keseimbangan keseimbangan alami, alami, secara ekologis dapat dapat menampung kebutuhan hidup manusia itu sendiri, termasuk sebagai habitat alami flora, fauna, dan mikroba yang diperlukan dalam siklus hidup manusia. 7.
Sebagai pembentuk faktor keindahan arsitektural.
8. Sebagai wadah dan obyek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam. 9. Sebagai fasilitas rekreasi.
14
Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, manfaat yang dapat diperoleh dari Ruang Terbuka Hijàu antara lain: (a) Memberikan kesegaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan; (b) Memberikan lingkungan yang bersih dan sehat bagipenduduk kota; (c) Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bungadan buah (Departemen (Departemen Dalam Negeri,2007).
2.4. Tujuan Penataan Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
,
tujuan penataan
RTH adalah: (1) a. menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan; b. mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan; danc. meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman (Departemen Dalam Negeri,2007). Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentangPenataan Ruang Terbuka Hijau di WilayahPerkotaan, tujuan pembentukan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan perkotaan adalah: (1) Meningkatkan mutu lingkungan perkotaan yang
nyaman,
segar,indah,
bersih
dan
sebagai
sarana
pengamanan
lingkunganperkotaan, dan (2) Menciptakan keserasianlingkungan alam dan
15
Penggunaan lahan adalah penggunaan lahan utama atau penggunaan utama atau kedua (apabila merupakan, penggunaan lahan berganda) dari sebidang lahan pertanian, lahan hutan, padang rumput dan sebagainya. Jadi penggunaan lahan lebih merupakan tingkat pemanfaatan oleh masyarakat (Sitorus, 1992). Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai pergeseran-pergeseran dinamika alokasi dan distribusi sumberdaya menuju keseimbangan baru yang lebih
optimal.
Namun
seringkali
terjadi
berbagai
penyimpangan
yang
menyebabkan alokasi pemanfaatan lahan berlangsung menjadi tidak efisien. Proses alih fungsi lahan pada umumnya didahului oleh adanya proses alih penguasaan lahan. Dalam kenyataannya, di balik proses alih fungsi lahan umumnya terdapat proses memburuknya struktur penguasaan sumberdaya lahan. Dampak
perubahan
penggunaan
lahan
terhadap
kondisi
tata
air
(hidrologis) adalah terjadinya perubahan perilaku dan fungsi air permukaan. Dalam keadaan ini terjadi pengurangan aliran dasar (base flow) dan pengisian air tanah, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan tata air. Di samping itu, juga berpengaruh terhadap air permukaan, terutama terhadap keberadaan situ (embung). Situ yang berfungsi sebagai penyedia air untuk irigasi pertanian, penampung air hujan, pengendali banjir, sumber ekon0mi dan rekreasi telah mengalami tekanan akibat kebutuhan lahan untuk aktivitas pembangunan
16
Pada tahun 2003 di Kabupaten Temanggung telah dilakukan identifikasi potensi sumberdaya lahan dan perubahan penggunaan lahan dalam kurun waktu 9 tahun dilihat melalui citra tahun 1993 dan 2002. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa Kabupaten Temanggung termasuk wilayah beriklim basah dengan curah hujan 2.309-3.054 mm/tahun, dengan ketinggian 325-1.750 m dpl. Tanahnya terdiri atas Andisols, Inceptisols dan Alfisols, umumnya berasal dari bahan volkanik yang relatif subur, sehingga Kabupaten Temanggung berpotensi untuk pengembangan berbagai komoditas baik di dataran rendah (<700 m dpl) maupun dataran tinggi (>700 m dpl). Berdasarkan hasil interpretasi foto udara tahun 1993 dan citra Landsat
TM 2002, 2002, Kabupaten Temanggung mengalami perubahan perubahan
penggunaan lahan, terutama pada kebun campuran, tegalan, sawah, dan hutan (hutan produksi dan hutan lindung). Penghutanan kembali akan sulit dilaksanakan karena lahan telah digunakan petani untuk tembakau. Untuk mencegah degradasi lahan yang terus berlanjut dan tetap berusaha tani, maka disarankan untuk mengkombinasikan tanaman semusim, tanaman tahunan, tanaman pakan ternak, serta usaha konservasi tanah yang mudah dan murah ditetapkan petani (penanaman hijauan pakan ternak) (Mulyani dan Ropik, 2005). Pembangunan kota yang semakin berkembang, di DKI Jakarta khususnya berdampak juga pada perubahan penggunaan lahan RTH. Pengaruh pembangunan
17
publik sebagai perwujudan Corporate Social Responsibility (CSR) (Susanto, 2009). Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Pemerintah Daerah menyediakan prasarana dan sarana yang diperlukan berupa tenaga ahli, pusat pendidikan dan latihan, pembibitan dengan dibantu oleh Dinas/Instansiyang terkait untuk menunjang keberhasilan programpengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota.(Departemen Dalam Negeri, 1988) Pelaku-pelaku yang terlibat dalam pengelolaan RTH kota menurut Hakim (2002) dalam Hesty (2005) terdiri dari pemerintah, swasta, masyarakat kota, dan media masa. Menurut Aji (2000), salah satu masalah dalam pengelolaan RTH kota yang dominan adalah keterbatasan dana. Pembiayaan pembangunan dan pengelolaan kota biasanya berasal dari dana pemerintah (pusat dan daerah), sedangkan potensi dana swasta dan dana masyarakat belum banyak digali. Dana masyarakat adalah dana yang bersumber dari masyarakat secara langsung untuk membiayai sebagian anggaran proyek atau yang biasa dikenal sebagai dana swadaya.
2.7. Tinjauan Studi Terdahulu
18
penunjang bagi dinas-dinas lainnya (sebagai penyedia sarana dan prasarana kebersihan bagi dinas lainnya). Penelitian lain terkait dengan RTH dilakukan oleh Putri (2006) yang melakukan analisis spasial dan temporal dengan menggunakan sistem informasi geografis dan penginderaan penginderaan jauh di Kota Bandung. Putri (2006) memperlihatkan memperlihatkan bahwa perkembangan Kota Bandung telah menempatkan lahan terbangun dalam dominasi tutupan lahan. lahan. Pada tahun 1991 kelas lahan terbangun terbangun mencapai 46% dari total luasan lahan dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 62%. Sementara luas RTH yang mencakup keseluruhan tutupan vegetasi mengalami penurunan dari 54% pada tahun 1991 menjadi sekitar 38% 38% pada tahun 2001. Jenis RTH yang mengalami penurunan cukup signifikan secara umum adalah lahan persawahan dan jenis RTH kota non-pertanian. Jenis RTH yang mengalami konversi terbesar sebagai akibat dari gejala urbanisasi adalah RTH non-pertanian yang mengalami konversi sebesar 52,09 % untuk menjadi lahan terbangun (Putri, 2006). Penelitian lain yang dilakukan oleh Kurniasari (1994) menunjukkan bahwa dari periode I (1810-1900) (1810-1900) sampai dengan III (1945-1992), (1945-1992), RTH Kota Bandung Bandung mengalami pengkayaan dari bentuk-bentuk yang sederhana menuju kompleks, mulai hanya fungsi produktif, mendapat tambahan fungsi konservasi, rekreasi, dan estetika. Jenis-jenis RTH semakin beragam dengan berubahnya waktu. RTH
19
RTH telah sangat terasa terhadap seluruh aspek lingkungan hidup, dimulai dari efek pemanasan global, berkurangnya ketersediaan air tanah, meningkatnya lahan kritis dan degradasi lahan (Agrissantika, 2007). Kota Bogor sangat berpotensi untuk menjadi proyek percontohan ( pilot project ) menghadirkan Ruang Terbuka Hijau yang menunjang fungsi sebagai
habitat burung karena memiliki sumberdaya yang mendukung, yaitu keberadaan Kebun Raya Bogor sebagai sumber keanekaragaman jenis burung dan merupakan habitat terbesar bagi burung-burung yang ada di kota Bogor. Keadaan Ruang Terbuka Hijau cukup baik kondisinya, baik elemen vegetasi dan ruang, kondisi biofisik lanskap kota Bogor, serta kebijakan perencanaan dan pengembangan tata ruang, khususnya Ruang Terbuka Hijau (Handayani, 1995). Hasil penelitian Yulies (1995) menunjukkan perubahan mata pencaharian masyarakat Desa Gunung Putri ke arah sektor jasa telah menimbulkan berkurangnya RTH akibat konversi lahan perkebunan menjadi ruang terbangun. Selain itu, telah terjadi pencemaran debu semen pada Desa Gunung Putri yang semakin memacu perubahan tata guna lahan desa ke arah struktur perkerasan. Akibat semakin berkurangnya RTH, maka penyebaran debu semen pada desa sulit direduksi. Perhitungan kebutuhan RTH bagi Kotamadya Padang berdasarkan tiga
20
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 sampai bulan November 2009. Lokasi penelitian adalah wilayah administrasi Kota Jakarta Timur.
Kegiatan
pengolahan
data
dilakukan
di
Bagian
Perencanaan
Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.2. Jenis Data, Sumber Data, dan Alat Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa: data Potensi Desa (PODES) Jakarta Timur tahun 2003 dan 2006, data penduduk dan pendatang tahun 2002-2008, Peta RTRW Jakarta Timur Tahun 2000-2010, Peta Jalan, Peta Administrasi Jakarta Timur, dan Peta Ruang Terbuka Hijau pada dua kurun waktu, yaitu Tahun 2002 dan 2007. Alat-alat penunjang yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat komputer dengan software ArcView 3.3 dan ERDAS 8.6 untuk koreksi geometrik, digitasi dan pengolahan peta, Microsoft Office untuk pengolahan data, serta GPS (Global Positioning System). Pada Tabel 2dapat
21
Tabel 2. Tujuan Penelitian, Sumber Data, Teknik Analisis, dan Output yang yang Diharapkan No.
Tujuan Penelitian Penelitian
Sumber Data
Teknik
yang diharapkan Output yang
Analisis 1.
Mengidentifikasi Mengidentifikasi pola
-Peta
*Overlay
Dinamika perubahan
perubahan Ruang
Administrasi
*Deskripsi
Ruang Terbuka Hijau di
Terbuka Hijau di
Jakarta Timur*
tabel dan
Kawasan Jakarta Timur
Kawasan Jakarta Timur.
-Peta Ruang
grafik
Terbuka Hijau Jakarta Timur Tahun 2002 dan 2007** 2.
Mengkaji faktor-faktor
-Proporsi RTH
*Teknik
Terindikasinya faktor-
penentu perubahan
-Proporsi
Pendugaan
faktor penentu perubahan
(pertumbuhan/penurunan)
Penduduk,
Pertumbuhan/
(pertumbuhan/penurunan)
luas Ruang Terbuka
Pendatang,
Peluruhan
luas Ruang Terbuka
Hijau.
Alokasi RTH
*Analisis
Hijau
di RTRW,
Regresi
Lahan Kosong,
Berganda
dan Fasilitas
3.
Mengetahui laju
-Proporsi
*Deskripsi
Dinamika perubahan
pertumbuhan penduduk penduduk
Penduduk
tabel dan
penduduk dan tingkat tingkat
22
3. Tahap Pemasukan dan Analisis Data Tahap ini dilakukan sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan sejak awal. Untuk menganalisis peta, digunakan program ArcView 3.3 dan ERDAS 8.6 untuk memperoleh data yang memuat informasi sesuai kebutuhan berupa pola perubahan Ruang Terbuka Hijau di kawasan Jakarta Timur; sedangkan untuk analisis data, digunakan Microsoft exel 2007 dan MINITAB. Detil tentang teknik analisis data diuraikan pada sub bagian 3.3.2. 4. Tahap Penyusunan Skripsi Tahap ini merupakan penyusunan interpretasi hasil análisis data yang pada dasarnya merupakan proses perumusan analisis sebagai bahan penyusunan skripsi. Penulisan hasil analisis disusun sedemikian rupa dalam bentuk skripsi.
3.3.2. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini dibagi atas lima kelompok, yaitu : (1) Analisis Spasial, (2) Deskripsi Grafik dan Tabel, (3) Analisis Skalogram Sederhana, (4) Teknik Pendugaan Pertumbuhan/ Peluruhan, dan (5) Analisis Regresi Regresi Berganda. Secara lebih detil prosedur prosedur dan tahap tahap yang dilakukan di setiap teknik yang digunakan dijabarkan pada uraian berikut ini.
23
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan RTH di wilayah Jakarta Timur.
3.3.2.2. Deskripsi Grafik dan Tabel
Analisis ini merupakan penjabaran secara deskriptif data melalui pembangunan grafik dan tabel. Dari hasil deskripsi grafik dan tabel, dapat diketahui
pola
perubahan
ruang
terbuka
hijau
serta
laju
hubungan
peluruhan/pertumbuhan ruang terbuka hijau serta berbagai faktor yang diduga terkait dengan perubahan luas RTH di wilayah Jakarta Timur.
3.3.2.3. Analisis Skalogram Sederhana
Metode
ini
digunakan
untuk
mengetahui
hirarki
pusat-pusat
pengembangan dan sarana-prasarana pembangunan yang ada di suatu wilayah. Penetapan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan tersebut didasarkan pada jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana pembangunan dan fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang tesedia. Metode ini menghasilkan hirarki atau peringkat yang lebih tinggi pada pusat pertumbuhan yang memiliki jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana pembangunan yang lebih banyak. Metode ini lebih
menekankan
kriteria
kuantitatif
dibandingkan
kriteria
kualitas
24
juga lebih sulit. Jumlah Kecamatan yang dianalisis adalah 10 Kecamatan. Jenis fasilitas yang dianalisis antara lain adalah: 1) fasilitas pemerintahan; 2) fasilitas pendidikan; 3) fasilitas ekonomi ; 4) fasilitas sosial. Hasil yang diharapkan dari analisis ini adalah hirarki pelayanan kecamatan yang didasarkan atas nilai IPK dari masing-masing kecamatan. Data yang digunakan dalam analisis skalogram adalah jumlah jenis fasilitas pelayanan, jumlah unit fasilitas dan akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan tertentu. Jumlah Kecamatan yang dianalisis adalah 10 kecamatan. Jenis fasilitas yang dianalisis antara lain adalah: 1) fasilitas ekonomi; 2) fasilitas pendidikan; 3) fasilitas ekonomi;dan 4) fasilitas sosial. Hasil yang diharapkan dari analisis ini adalah hirarki pelayanan kecamatan.
3.3.2.4 Teknik Pendugaan Pertumbuhan/ Peluruhan
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan RTH adalah jumlah penduduk dan pendatang. Pendugaan dari perubahan tersebut secara matematis dapat diduga melalui fungsi pertumbuhan/ peluruhan. Model pertumbuhan/ peluruhan dapat digunakan untuk menduga perubahan seiring dengan waktu, ukuran atau jarak dari posisi referensi. Fungsi pertumbuhan/ peluruhan adalah :
25
menghasilkan model terbaik dan mengeliminasi satu per satu variabel yang menyebabkan multikolinearitas.
Proses tersebut tersebut akan menciptakan kombinasi
variabel-variabel penduga saling bebas dan mengurangi banyaknya variabel di dalam persamaan. Model yang dihasilkan dapat dapat digunakan sebagai sebagai penduga yang baik jika asumsi-asumsi berikut dapat dipenuhi: a. Rata-rata galat sama dengan nol atau dinotasikan E(ei) = 0, untuk setiap i; dimana i = 1, 2, …, n. b. Kovarian ( E i, i, E j) = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain atau dinotasikan: Cov(ei, ej) = 0, i j. c. Setiap galat mempunyai varian yang sama atau dinotasikanVar(ei²) = 0²; untuk setiap i, dimana i = 1, 2, …, n. d. Kovarian setiap galat memiliki varian yang sama untuk setiap variabel bebas dalam persamaan linier berganda atau dinotasikan Cov(ei, X 1i) = Kov (ei, X2i) = 0. e. Tidak ada multikolinearitas; artinya tidak ada hubungan linier yang eksak antara variabel-variabel penjelas, atau variabel penjelas harus saling bebas. f.
Galat menyebar normal dengan rata-rata nol dan varian ei N (0 ; ),.
² atau dinotasikan
26
Tahapan penelitian ditunjukkan dalam diagram alir pada Gambar 1.
27
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis 4.1.1 Administrasi dan Luas Lahan
DKI Jakarta terdiri dari lima wilayah administratif, yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, dan Jakarta Timur. Jakarta Timur sendiri terdiri dari sepuluh wilayah kecamatan, yaitu : Cakung, Makassar, Kramat Jati, Cipayung, Jatinegara, Pasar Rebo, Ciracas, Duren Sawit, Matraman, dan Pulogadung. Luas wilayah Jakarta Timur 187,75 km² yang merupakan 28,37 % dari wilayah Propinsi DKI Jakarta 661,52 Km². Jakarta Timur terdiri atas 10 Kecamatan dan 65 Kelurahan dengan jumlah penduduk yang menghuni sekitar 2.195.300 jiwa (Tabel 3). Pada Gambar 2 ditampilkan Peta Administrasi Jakarta Timur.
28
Tabel 3. Luas Wilayah dan Distribusi Penduduk Tiap Kecamatan di JakartaTimur No
Kecamatan
Luas
Penduduk (Jiwa)
(Km²) 1
Pasar Rebo
12.94
164.755
2
Ciracas
16.08
204.107
3
Cipayung
27.36
137.253
4
Makasar
21.66
182.441
5
Kramat Jati
13.34
209.960
6
Jatinegara
10.64
264.371
7
Duren Sawit
22.80
321.991
8
Cakung
42.47
237.185
9
Pulo Gadung
15.61
279.623
10
Matraman
4.85
193.614
187.75
2.195.300
Jumlah Sumber :BPS DKI Jakarta (2009)
Kota administrasi Jakarta Timur merupakan bagian wilayah Propinsi DKI Jakarta yang terletak antara 106°49’35” Bujur Timur dan 06°10’37” Lintang Selatan. Wilayah Kota Jakarta Timur memiliki perbatasan (BPS DKI Jakarta,2009): Sebelah Utara
: Kota Jakarta Utara dan Jakarta Pusat
29
4.1.3 Kondisi Hidrologi
Sebagai wilayah dataran rendah yang letaknya tidak jauh dari pantai, tercatat 5 sungai yang mengaliri Kota Administrasi Jakarta Timur. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Ciliwung, Sungai Sunter, Kali Malang, Kali Cipinang, dan Cakung Drain di bagian utara wilayah ini. Pada musim puncak hujan sungaisungai tersebut pada umumnya tidak mampu menampung air sehingga beberapa kawasan tergenang banjir.
4.1.4 Penggunaan Lahan
Secara keseluruhan penggunaan lahan yang paling dominan di kawasan Jakarta Timur adalah perumahan dengan luas 9.119,49 ha. Untuk jenis penggunaan lahan ruang terbuka hijau yang paling besar di kawasan Jakarta Timur adalah di Kecamatan Makassar dengan luas 301,68 ha, sedangkan yang paling kecil berada di Kecamatan Matraman dengan luas 5,13 ha. Tabel 4 menunjukkan rincian luas jenis penggunaan lahan per kecamatan. Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan No
Kecamatan
Perumahan
Fasum/ Fasos
Kantor
Perkanto
Industri
Ruko/
Lahan
Ruang
Saluran
Pemerint
ran,
dan
Rukan
Kosong
Terbuka
/Wadu
ahan
Perdaga
Perguda
Hijau
k/Situ
Jalan
30
4.1.5 Sarana dan Prasarana
Tabel 5 menunjukkan jumlah sarana dan prasarana di Jakarta Timur. Dari Tabel 5 diketahui bahwa jumlah industri dan sarana kesehatan terbanyak berada di Kecamatan Cakung, sedangkan jumlah tempat ibadah yang terbanyak berada di Kecamatan Duren Sawit.
Tabel 5. Jumlah Sarana dan Prasarana No
Kecamatan
Jumlah
Jumlah Sarana
Jumlah
Industri
Kesehatan
Tempat Ibadah
Unit
Unit
Unit
1
Pasar Rebo
27
136
211
2
Ciracas
71
136
296
3
Cipayung
25
58
242
4
Makasar
10
131
223
5
Kramat Jati
35
167
249
6
Jatinegara
27
162
270
7
Duren Sawit
38
239
384
8
Cakung
278
288
3 373 73
9
Pulo Gadung
28
208
338
10
Matraman
20
138
189
31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Spasial Ruang Terbuka Hijau 5.1.1. Identifikasi Perubahan Luas RTH di Jakarta Timur
Identifikasi penyebaran dan analisis perubahan Ruang Terbuka Hijau di kawasan Jakarta Timur dilakukan berdasarkan data RTH Dinas Tata Kota pada tahun 2002 dan 2007. Tabel 6menunjukkan dinamika perubahan luas dan proporsi Ruang Terbuka Hijau setiap kecamatan di Jakarta Timur pada periode tahun 2002 sampai 2007.
Tabel 6. Dinamika Luasan RTH Kawasan Jakarta Timur Kecamatan Cakung Cipayung Ciracas Duren Sawit Jatinegara Kramat Jati Makasar
RTH 2002
%
(ha ) 67,7 172,9 6,.2 52,1 39,5 7,0 17,7
RTH 2007
%
(ha) 8,15 20,82 0,75 6,27 4,76 0,84 2,13
94,7 159,1 80,0 45,2 42,2 90,3 309,0
8,96 15,06 7,57 4,28 3,99 8,55 29,24
32
Kota (Tabel 4).Adanya perbedaan luas RTH Tahun 2007 antara hasil klasifikasi sebesar 1.056,7 ha (Tabel 6) dengan data Dinas Tata Kota (Tabel 4) sebesar 1.052,37 ha, salah satunya dikarenakan adanya perbedaan koreksi geometri, sehingga luas total administrasi Jakarta Timur hasil klasifikasi sebesar 19.023 ha (Tabel 7) sedangkan menurut BPS DKI Jakarta sebesar 18.775 ha (Tabel 3).
5.1.2. Luas dan Penyebaran RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur
Proses perkembangan yang pesat di wilayah DKI Jakarta terjadi juga di Jakarta Timur. Timur.
Proses perkembangan perkembangan tersebut mempengaruhi mempengaruhi luas RTH di
beberapa wilayah kecamatan di Jakarta Timur. Gambar 3 menunjukkan Peta RTH per Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2002, sedangkan Ga mbar 4 menunjukkan Peta RTH Setiap Kecamatan di Jakarta Timur Tahun 2007.
33
RTH yang dilestarikan, juga karena jumlah penduduknya yang relatif sedikit dibandingkan wilayah kecamatan kecamatan lain. Lokasinya yang berada berada di area terluar terluar dan berbatasan dengan wilayah Bogor menyebabkan laju perkembangan wilayah yang tidak sepesat wilayah lain dan berimplikasi pada pertumbuhan fasilitas yang tidak terlalu cepat. Kecamatan Matraman memiliki luas terkecil di Jakarta Timur, sehingga luas agregat lahan yang dijadikan sebagai RTH pun relatif kecil. Disamping itu, posisinya yang berbatasan dengan wilayah Jakarta Pusat menyebabkan laju perkembangan yang tinggi dan pertumbuhan fasilitas yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan wilayah Jakarta Ti mur lainnya.
34
memiliki RTH RTH relatif tersempit.
Posisinya yang yang strategis berdekatan dengan
Jakarta Pusat menyebabkan tumbuh suburnya perkantoran dan pusat perbelanjaan dan memperkecil peluang bertambahnya RTH sejak tahun 2002 ke 2007. Gambar 5 menunjukkan RTH yang bertambah di Jakarta Timur, diperoleh dari hasil pengecekan lapang. Gambar 5a merupakan gambar lapangan Sarwo Edhie Wibowo di Kecamatan Pasar Rebo; Gambar 5b adalah persawahan di Kecamatan Cipayung; Gambar 5c merupakan gambar jalur hijau di Kecamatan Cipayung, Gambar 5d merupakan Lapangan Golf Halim Perdana Kusuma II di Kecamatan Makasar; Gambar 5e adalah Lapangan Golf Royale Jakarta di Kecamatan Makasar; dan Gambar 5f merupakan gambar Tempat Pemakaman Umum Tanah Merah di Kecamatan Duren Sawit. Gambar 6a merupakan gambar Korea World Center di Kecamatan Pulo Gadung; Gambar 6b adalah Gedung Putih di Kecamatan Pasar Rebo; Gambar 6c merupakan Gambar Kantor Sekretariat di Kecamatan Pasar Rebo; Gambar 6d adalah perumahan Cijantung II di Kecamatan Pasar Rebo; Gambar 6e merupakan gambar rumah susun Komplek Kopassus di Kecamatan Pasar Rebo; dan Gambar 6f adalah gambar perumahan Calista Residence di Kecamatan Cipayung. Dari Gambar 7 diketahui bahwa dari tahun 2002 ke tahun 2007 peningkatan luas RTH terjadi di Kecamatan Makassar sebesar 291,3 ha,
35
a. Pasar Rebo (705.302; 9.301.426)
b. Cipayung (711.521; 9.303.082)
c. Cipayung ( 708.534; 9.302.642)
d. Makasar (709.369; 9.305.470)
36
Gambar 6 menunjukkan RTH yang berkurang menjadi penggunaan lain di Jakarta Timur, diperoleh dari hasil pengecekan lapang.
a. Pulo Gadung (709.323; 9.316.494)
b. Pasar Rebo (705.294; 9.301.436)
c. Pasar Rebo (705.781; 9.301.650)
d. Pasar Rebo (705.830; 9.301.686)
37
350,0 300,0 250,0 200,0 a h
150,0 100,0 50,0 0,0 ‐50,0 ‐100,0
Kecamatan
Gambar 7. Perubahan RTH Tahun 2002 dan 2007
5.1.3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta Timur
RTRW merupakan wujud kebijakan pemerintah terkait rencana alokasi ruang di masa masa depan. Peta RTRW yang digunakan dalam analisis adalah Peta RTRW Jakarta Timur Tahun 2005-2010. Pada Tabel 7 disajikan luasan penggunaan lahan dalam RTRW di Jakarta Timur. Penggunaan lahan terbesar dalam RTRW adalah perumahan sebesar 7.568,0 ha, sedangkan yang terkecil adalah alokasi untuk jaringan jalan s ebesar 191,7 ha.
38
Berdasarkan Tabel 7 diketahui alokasi luas RTH dalam RTRW sebesar 3.493,3 ha atau 18,36 %. Sementara itu, berdasarkan identifikasi identifikasi luas RTH tahun 2002 diketahui seluas 830,6 ha dan tahun 2007 sebesar 1.056,7 ha. Proporsi RTH tahun 2002 dan 2007 lebih kecil dari proporsi RTH dalam RTRW. Hal ini menunjukkan belum tercapainya rencana alokasi ruang untuk RTH sesuai yang diamanatkan dalam RTRW 2010. Ketetapan RTH menurut UU adalah sebesar 19.845,6 ha untuk wilayah DKI Jakarta, sedangkan menurut PEMDA DKI Jakarta adalah sebesar 9.195,1 ha. Ketetapan RTH menurut PEMDA untuk wilayah Jakarta Timur sendiri adalah sebesar 3.122,3 ha. Kondisi riil RTH di Jakarta Timur Tahun 2007 2.436,6 ha lebih rendah dari luas RTH yang sudah diamanatkan dalam RTRW.Masih belum tercapainya target yang ditetapkan oleh PEMDA DKI, menuntut upaya antara lain dengan memanfaatkan ketersediaan lahan kosong yang masih ada yang akan dijelaskan lebih rinci pada pembahasan berikutnya. Gambar 8 merupakan merupakan peta RTRW Jakarta Timur tahun 2000-2010.
5.2. Identifikasi Perubahan Luas Lahan Kosong di Jakarta Timur
Luas lahan kosong di Jakarta Timur dari tahun 2002 ke tahun 2007 menurun cukup drastis. Pada Tahun 2002 luas lahan kosong di Jakarta Timur sebesar 4.395,4 ha, sedangkan pada tahun 2007 menjadi 2.910,8 ha atau terjadi
39
Gambar 8. Peta RTRW Jakarta Timur Ti mur Tahun 2000-2010
Tabel 8. Dinamika Luasan Lahan Kosong di Jakarta Timur Kecamatan
Lahan Kosong
Lahan Kosong
Tahun 2002
Tahun 2007
40
0,000 ‐200,000 ‐400,000
a h
‐600,000 ‐800,000 ‐1000,000 ‐1200,000 ‐1400,000
Kecamatan
Gambar 9. Perubahan Luas Lahan Kosong Tahun 2002 dan 2007 5.3.Analisis Laju Pertumbuhan Penduduk dan Pendatang Tahun 2002-2008
Berdasarkan penelitian Aurelia (2010) diketahui bahwa pertumbuhan penduduk menjadi faktor penting yang mempengaruhi terjadinya perubahan luas RTH di suatu wilayah. Tabel 9 menunjukkan jumlah penduduk di Jakarta Timur dari tahun 2002 sampai tahun 2008. Berdasarkan Tabel 9 nampak bahwa jumlah penduduk tiap tahun di Jakarta Timur dari tahun 2002 sampai 2007 cenderung meningkat. Pada tahun
41
informasi dan analisis data migran (pendatang) sangat dibutuhkan. Pada Tabel 10disajikan banyaknya jumlah pendatang di Jakarta Ti mur dari tahun 2002 sampai 2007. Tabel 9. Jumlah Penduduk Jakarta Timur Penduduk (Jiwa) Kecamatan
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Pasar Rebo
143815
146568
149405
153536
158147
162747
164755
Ciracas
195765
198119
198135
199482
200806
202815
204107
Cipayung
113905
115571
117164
119342
122151
125716
137253
Makasar
168497
170455
171903
174192
177158
180581
182441
Kramat Jati
200543
200750
201024
202041
204178
206327
209960
Jatinegara
263595
263447
263254
265246
263706
263949
264371
Duren Sawit Cakung
312323
313771
314188
315463
317862
320925
321991
209390
211477
213972
218106
224001
232140
237185
Pulo Gadung Matraman
280096
279564
279959
279704
279519
280147
279623
195170
194864
1 94521
194168
193700
193254
193614
Jumlah
2083099
2094586
2103525
2121280
2141228
2168601
2195300
Sumber : BPS DKI Jakarta (2009)
0,014
k u d 0,012 u d n 0,010
42
Tabel 10. Jumlah Pendatang Jakarta Timur No
Pendatang(Jiwa)
Kecamatan 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
1
Pasar Rebo
1.958
1.452
2.197
2.732
3.335
2.396
2.188
2
Ciracas
1.994
3.515
1.423
1.733
1.632
2.912
2.046
3
Cipayung
1.563
1.856
1.693
2.031
1.945
1.696
1.874
4
Makassar
2.179
2.202
2.307
1.805
2.300
2.304
1.953
5
Kramat Jati
2.616
1.503
3.336
1.973
2.613
3.646
2.562
6
Jatinegara
1.740
2.044
2.052
1.737
1.854
1.770
1.764
7
Duren Sawit
2.840
2.726
2.109
2.301
3.381
3.269
3.441
8
Cakung
3.196
2.274
1.834
1.609
2.227
2.545
2.568
Pulo Gadung
2.268
2.301
755
890
2.338
2.303
2.007
Matraman
1.332
1.622
1.622
980
929
983
1.274
21.686
21.495
19.328
17.791
22.554
23.824
21.677
9 10
Jumlah
Sumber : BPS DKI Jakarta (2009)
Dari tahun 2002 sampai tahun 2008 terjadi fluktuasi jumlah pendatang di Jakarta Timur. Kecamatan yang memiliki jumlah pendatang terbanyak adalah Kecamatan Duren Sawit, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Matraman. Kecamatan Duren Sawit memiliki jumlah pendatang terbanyak karena lokasinya berdekatan dengan Kecamatan Cakung yang merupakan kawasan industri dan adanya konsentrasi sarana ekonomi seperti pusat perbelanjaan, dan pertokoan.
Kondisi ini menyebabkan peluang berusaha dan alternatif untuk
43
0,300
g n 0,250 a t a d 0,200 n e 0,150 P n a 0,100 h u 0,050 b m 0,000 u t r ‐0,050 e P ‐0,100 u j a L ‐0,150
3 0 0 2 2 0 0 2
‐
4 0 0 2 3 0 0 2
‐
5 0 0 2 4 0 0 2
‐
6 0 0 2 5 0 0 2
‐
7 0 0 2 6 0 0 2
‐
8 0 0 2 7 0 0 2
‐
Tahun
Gambar 11.Laju Pertumbuhan Pendatang Tahun 2002-2008
5.4. Hirarki, Luas RTH dan Perkembangan Wilayah di Jakarta Timur Tahun 2003 dan 2006
Penetapan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan dengan menggunakan metode skalogram didasarkan pada jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana pembangunan dan fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang tersedia. Metode ini menghasilkan hirarki atau peringkat yang lebih tinggi pada pertumbuhan yang memiliki jumlah jenis dan jumlah unit s
44
Gambar 12. Peta Hirarki Wilayah Jakarta Timur Tahun 2003 Pada Gambar 13 disajikan Peta Hirarki Wilayah Jakarta Timur Tahun 2006.Kelurahan yang berhirarki I berjumlah 11, jumlah kelurahan yang berhirarki
45
Gambar 13. Peta Hirarki Wilayah Jakarta Timur Tahun 2006
Kelurahan berhirarki I jumlahnya meningkat sebanyak 4 kelurahan dari 7 kelurahan pada tahun 2003 menjadi 11 kelurahan pada tahun 2006. Jumlah
46
45 40 35 a 30 s e D 25 h a l 20 m u J 15
2003 2006
10 5 0 Hirarki I
Hirarki II
Hirarki III
Hirarki
Gambar 14. Perubahan Jumlah Kelurahan Berhirarki I, II dan III Tahun 2003 dan 2006 Sejalan dengantarget utama penelitian ini, yaitu perubahan luas RTH di Jakarta Timur, pada bagian berikut disajikan luas RTH untuk setiap kelas hirarki wilayah per Kecamatan (Tabel 11) dan pada setiap kelas hirarki pada Tabel 12. Pada tahun 2002 luas RTH yang paling besar dimiliki di kelompok wilayah hirarki III sebesar 572,3 ha, sedangkan yang terkecil kelompok wilayah berhirarki I sebesar 58,5 ha. Pada tahun 2007 kelompok wilayah berhirarki III memiliki luas RTH terluas sebesar 727,2 ha, sedangkan kelompok wilayah
47
Tabel 11. Luas RTH setiap Hirarki per Kecamatan Tahun 2002 dan 2007 Luas RTH Tahun 2002 (ha)
Kecamatan
Hirarki I
Luas RTH Tahun 2007 (ha)
Hirarki II
Hirarki III
38.6
14.5
14.6
48.8
38.1
7.7
2.3
8.0
162.6
8.8
17.9
132.3
Ciracas
0
56.4
7.9
0
20.5
59.5
Duren Sawit
0
2.7
49.4
0
4.6
40.6
Jatinegara
0
1.6
37.9
1.7
20.1
20.4
Kramat Jati
0
26.9
44.2
10.2
22.2
58.0
Makasar
0
0.1
17.6
0
3.6
305.4
Matraman
0
0
0.1
0
1.4
0
Pasar Rebo
0
89.6
93.0
0
25.1
103.3
Pulo Gadung
17.6
0.0
145.1
97.3
9.1
0
Jumlah
58.5
199.8
572.3
166.9
162.6
727.2
Cakung Cipayung
Hirarki I
Hirarki II
Hirarki III
Tabel 12. Luas RTH Setiap Hirarki Hirarki I II III Jumlah
RTH 2002 (ha) 2007 (ha) 58,5 166,9 199,8 162,6 572,3 727,2 830,6 1.056,7
Perubahan (ha) 108,4 -37,2 154,9 226,1
Berkembangnya suatu wilayah umumnya ditandai dengan perkembangan
48
satunya disebabkan banyak lembaga-lembaga kursus yang berubah menjadi lahan industri. Gambar 15 menunjukkan perkembangan setiap fasilitas di Jakarta Timur.
n a h u b s a t m i l u i t s r a e P F u j a L
7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 ‐1,0 ‐2,0 Fasilitas Ekon Ekonom omii
Fasi Fasili lita tass Pendidikan
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas
Gambar 15. Laju Perkembangan Setiap Fasilitas di Jakarta Timur Tahun 2003 dan 2006 Fasilitas perekonomian terdiri dari wartel, warnet, toko, supermarket, hotel, industri kecil dan menengah, serta bank. Pada Gambar 16 disajikan jumlah fasilitas perekonomian pada tahun 2003 dan 2006 di Jakarta Timur.
4500
49
Pada tahun 2003 jumlah fasilitas perekonomian di Jakarta Timur sebesar 20.344 unit, sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 21.026 unit atau terjadi peningkatan sebesar 682 unit. Kecamatan yang mengalami peningkatan jumlah fasilitas perekonomian terbanyak adalah Kramat Jati yaitu sejumlah 1477 unit. Peningkatan tersebut terutama karena dibangunnya pasar induk sayur dan buah buahan serta dibangunnya pusat perbelanjaan sehingga banyak dibangun juga bank sebagai penunjang proses transaksi jual-beli. Kecamatan Pulo Gadung merupakan Kecamatan dengan fasilitas perekonomian yang mengalami penurunan paling banyak sebesar 1147 unit. unit. Sekolah-sekolah negeri dan swasta serta lembaga-lembaga kursus merupakan fasilitas pendidikan yang banyak menurun jumlahnya di Jakarta Timur. Pada tahun 2003 jumlah fasilitas pendidikan di Jakarta Timur sebanyak 2570 unit berkurang 114 unit menjadi 2456 unit pada tahun 2006. Gambar 17 menunjukkan Jumlah Fasilitas Pendidikan Pada Tahun 2003 dan 2006 di Jakarta Timur.
s a t n i l i a s i k a d F i
450 400 350 300 250 200
50
pendidikan terbesar salah satunya dikarenakan banyak lahan lembaga-lembaga khursus yang berubah menjadi lahan industri dan perumahan, atau dtutupnya sekolah karena tidak sesuai dengan st andar pemerintah. Fasilitas kesehatan terdiri dari rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas, tempat praktek dokter, tempat praktek bidan, posyandu, polindes, apotik, dan toko obat. Pada Gambar 18 menunjukkan jumlah fasilitas kesehatan pada tahun 2003 dan 2006 di Jakarta Timur.
s a t n i l i a s t a a F h e h s a e l m K u J
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
Tahun 2003 Tahun 2006
G N U K A C
G N U Y A P I C
S A C A R I C
T I W A S N E R U D
A R A G E N I T A J
I T A J T A M A R K
R A S A K A M
N A M A R T A M
O B E R R A S A P
G N U D A G O L U P
Gambar 18. Jumlah Fasilitas Kesehatan Tahun 2003 dan 2006 di Jakarta Timur
51
5.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan RTH
Seiring dengan tingginya pertambahan penduduk di perkotaan, baik akibat proses migrasi dari desa ke kota maupun akibat pertumbuhan penduduk p enduduk kota itu sendiri secara alamiah, maka peningkatan kebutuhan akan ruang pun semakin meningkat. Hal ini berdampak langsung terhadap pergeseran fungsi lahan RTRW yang telah ditetapkan dan mengakibatkan tingginya intensitas perubahan lahan. Pendekatan
yang
dilakukan
untuk
menduga faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya perubahan RTH adalah dengan menggunakan model analisis regresi berganda dengan prinsip stepwise. Tabel 13 menunjukkan hasil analisis regresi tersebut. Tabel 13. Hasil Analisis Regresi untuk Identifikasi Faktor Penentu Perubahan RTH di Jakarta Timur
Variabel Pertambahan Jumlah
Koefisien
T
P-level
0.107
1.560
0.163
-0.394
-10.840
0.000
Fasilitas Kesehatan Pertambahan Lahan Kosong R-square (R²)
0.94
52
Koefisien regresi pertambahan lahan kosong dan alokasi RTH dalam RTRW bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil pertambahan lahan kosong, maka perubahan luas RTH di kelurahan tersebut semakin besar. Hal ini mengindikasikan bahwa pertambahan RTH di Jakarta Timur sebagian besar berasal dari revitalisasi lahan kosong.
Koefisien regresi untuk variabel pertambahan jumlahfasilitas kesehatan tahun 2003 dan 2006 bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pertumbahan jumlah fasilitas kesehatan, maka pertambahan luas RTH semakin besar. Kondisi ini mengisyaratkan pembangunan fasilitas kesehatan umumnya selalu mengalokasikan sebagian lahannya untuk RTH.
53
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Berdasarkanhasilpenelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pola perubahan Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Timur menunjukkan terjadi peningkatan luas RTH di Jakarta Timur pada periode tahun 2002 dan tahun 2007 sebesar 226,1ha. Pada tahun 2002 luas RTH di Jakarta Timur sebesar 830,6ha, sedangkan pada tahun 2007 luas RTH menjadi 1.056,7ha. 2. Fasilitas pendidikan dan kesehatan di wilayah Jakarta Timur mengalami pertumbuhan dan sebaliknya fasilitas kesehatan mengalami penurunan. Laju pertumbuhan sarana-prasarana seperti fasilitas ekonomi, pendidikan dan kesehatan di Jakarta Timur tahun 2003 dan 2006 masing-masing adalah 1.1 % , -1.5 %, dan 6.4 % per tahun. 3. Jumlah penduduk di wilayah Jakarta Timur pada periode tahun 2002 sampai 2008 mengalami pertumbuhan melalui proses pertumbuhan penduduk alamiah dan akibat pertumbuhan pendatang. Laju pertumbuhan penduduk dan pendatang masing-masing sebesar 0.9 % per tahun dan 0.7 % per tahun. tahun. 4. Perkembangan wilayah berdasarkan tingkat hirarkinya di wilayah Jakarta Timur mengalami perubahan perubahan dari tahun 2003 2003 ke tahun 2006. Sebagian besar kelurahan di Jakarta Timur berdasarkan tingkat perkembangan wilayahnya pada tahun 2003 dan 2006 adalah berhirarki III. Pada tahun 2003 kelurahan yang berhirarki III berjumlah 40 kelurahan, 18 kelurahan yang berhirarki II, 7
54
6.2 Saran
Pemerintah Daerah Jakarta Timur disarankan agar berupaya untuk memenuhi luas luas RTH sebagaimana ditetapkan oleh PEMDA DKI Jakarta yaitu seluas 3.122,4 ha dari yang sudah ada sebesar 1.056,7 ha. Untuk itu perlu kebijakan pemerintah untuk mencegah terjadinya perubahan RTH ke bentuk penggunaan lainnya agar luas RTH dapat ditingkatkan serta keseimbangan dan kelestarian lingkungan dapat dicapai.
55
DAFTAR PUSTAKA
Agrissantika T. 2007. Model Dinamika Spasial Ruang Terbangun Dan RuangTerbuka Hijau (Studi Kasus Kawasan Jabodetabek). [Skripsi]. Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Aji A. 2000. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Secara Berkelanjutan(Studi Kasus di Kotamadya Bandarlampung). [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2006. Ruang Terbuka Hijau Wilayah Perkotaan. Makalah lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan. Laboratorium Perencanaan Lanskap. Jurusan Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Aurelia W.2010. Analisis Perubahan Luas Ruang Terbuka Hijau Dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya Di Jakarta Selatan. [Skripsi]. Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26. Tahun 2007 tentang tentang Penataan Ruang. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2009. Jakarta Dalam Angka Tahun Tahun 2009. Jakarta. Basworo E. 2009. Mengejar Target RTH Jakarta. Jakarta. www.greenradio.fm/indeks.p www .greenradio.fm/indeks.php/ hp/ news/latest/551-mengejar-target-rth-jakarta.html. [Diakses 15 Februari 2010]. Departemen Dalam Negeri. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun
56
Handayani E. 1995. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kota Sebagai Habitat Burung (Studi Kasus : Kotamadya Bogor, Jawa Barat) . [Skripsi]. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Hesty R. 2005. Perencanaan sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH) Untuk Mendukung Terciptanya Kenyamanan Dan Identitas Lanskap Kotamadya Metro, Propinsi Lampung Lampung. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Kurniasari E. 1994. Deskripsi Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung. [Skripsi].Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Mulyani A dan Ropik. 2005. Potensi dan Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Temanggung. Dalam : Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim. Prosiding Seminar Nasional ; Bogor, 14-15 September 2004. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. hlm 121143. Putri P. 2006. Identifikasi Perubahan Luas Ruang Terbuka Hijau Di Kota Bandung Dengan Menggunakan Sisten Informasi Geografis. [Skripsi]. Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rivai D.E dan Haridjaja O. 2009. Pengendalian Konversi Lahan Sawah sebagai Upaya Strategi Penanganan Krisis Sumberdaya Lahan. Dalam : Strategi Penanganan Krisis Sumberdaya Lahan untuk Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi. Prosiding Semiloka Nasional ; Bogor, 22-23 Desember
57
Yuliasari I. 2008. Distribusi Spasial Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Pengelola RTH Di Propinsi DKI Jakarta. [Skripsi]. Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut P ertanian Bogor.
Yulies H. 1995. Studi Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Sekitar Kawasan Industri (Studi Kasus Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Lampiran 1. (Lanjutan) Indeks Aksesibilitas Pemerintah
Indeks Aksesibilitas Kesehatan
Indeks Aksesibilitas Pendidikan
Indeks Aksesibilitas Ekonomi
Indeks Fasilitas Kesehatan
Indeks Fasilitas Pendidikan
Indeks Fasilitas Ekonomi
Indeks Fasilitas Sosial
Nama Kecamatan
Nama Desa
CAKUNG
CAKUNG BARAT
0.13
30.83
0.91
1.93
0.60
0.31
10.75
0.78
52.56
Hirarki III
CAKUNG
RAWA TERATE
-0.43
43.35
0.91
1.77
1.99
0.05
23.07
0.21
71.52
Hirarki II
PULO GADUNG
PISANGAN TIMUR
-0.54
54.50
1.41
20.93
0.56
0.15
10.80
-0.02
94.10
Hirarki I
PULO GADUNG
-0.04
52.35
12.26
6.93
1.08
-0.28
3.07
-0.02
79.12 79.12
Hirarki I
PULO GADUNG
CIPINANG JATINEGARA KAUM
0.94
43.84
5.41
2.27
1.11
0.20
2.72
0.36
62.43
Hirarki II
PULO GADUNG
JATI
-0.55
48.17
12.26
5.27
0.38
0.09
2.77
0.08
71.71
Hirarki II
PULO GADUNG
RAWAMANGUN RAWAMANGUN
-0.41
50.97
10.41
13.40
0.63
0.05
4.12
0.03
85.51
Hirarki I
IPD
Hirarki
PULO GADUNG
KAYU PUTIH
-0.56
54.50
12.26
20.93
0.49
-0.03
2.62
-0.38
96.15
Hirarki I
PULO GADUNG
PULO GADUNG
-0.05
53.29
12.26
8.43
1.34
1.22
5.67
0.13
87.14
Hirarki I
MATRAMAN
KEBON MANGGIS
-0.86
24.44
1.66
2.49
0.50
0.20
2.21
0.05
33.47
Hirarki III
MATRAMAN
PAL MERIEM
-0.76
31.06
2.41
1.29
4.79
0.15
4.55
0.14
48.48
Hirarki III
MATRAMAN
PISANGAN BARU
-0.65
31.99
12.26
1.19
0.22
-0.28
0.98
-0.46
48.19
Hirarki III
MATRAMAN
KAYU MANIS UTAN KAYU SELATAN UTAN KAYU UTARA
-0.75
25.71
0.81
0.79
0.24
-0.37
1.16
-0.41
30.44
Hirarki III
-0.80
28.01
12.26
1.53
0.67
0.33
1.24
-0.31
48.03
Hirarki III
-0.32
41.52
11.96
1.93
0.44
-0.25
3.18
-0.56 Nilai Tengah Standar Deviasi
64.23
Hirarki II
MATRAMAN MATRAMAN
59.80 18.33
6 0
Lampiran 2. (Lanjutan) Nama Kecamatan
Nama Desa
Indeks Aksesibilitas Pemerintah
Indeks Aksesibilitas Kesehatan
Indeks Aksesibilitas Pendidikan
Indeks Aksesibilitas Ekonomi
Indeks Fasilitas Kesehatan
Indeks Fasilitas Pendidikan
Indeks Fasilitas Ekonomi
Indeks Fasilitas Sosial
IPD
Hirarki
PULO GADUNG
PISANGAN TIMUR
1.10
23.99
14.24
6.80
0.34
-0.05
156.24
0.05
216.91
PULO GADUNG
CIPINANG
0.97
31.78
3.56
0.86
0.32
-0.13
12.02
0.06
63.65
Hirarki I Hirarki III
PULO GADUNG
JATINEGARA KAUM
1.11
22.35
3.67
7.13
0.55
0.01
84.41
0.48
122.52
Hirarki III
PULO GADUNG
JATI
0.31
39.53
4.56
11.19
0.54
-0.04
150.31
0.06
220.67
Hirarki I
PULO GADUNG
RAWAMANGUN RAWAMANGUN
1.31
39.53
14.24
16.02
0.65
-0.03
48.17
0.06
134.16
Hirarki III
PULO GADUNG
KAYU PUTIH
0.44
26.24
4.56
6.80
0.32
-0.08
5.23
-0.35
57.36
Hirarki III
PULO GADUNG
PULO GADUNG
1.51
35.81
14.24
12.46
0.60
0.03
55.81
0.06
134.72
Hirarki III
MATRAMAN
KEBON MANGGIS
1.10
28.49
14.24
5.91
0.34
0.08
45.88
0.15
108.08
Hirarki III
MATRAMAN
PAL MERIEM
2.10
42.70
4.56
12.19
0.66
-0.07
22.03
0.00
98.37
Hirarki III
MATRAMAN
PISANGAN BARU
0.43
33.65
14.24
8.91
0.18
-0.06
0.58
-0.36
62.06
Hirarki III
MATRAMAN
KAYU MANIS
0.24
25.25
2.70
9.13
0.26
-0.09
92.84
-0.24
134.58
Hirarki III
MATRAMAN
UTAN KAYU SELATAN
3.43
31.86
4.56
3.91
0.32
0.09
5.88
-0.17
63.49
Hirarki III
MATRAMAN
UTAN KAYU UTARA
2.07
31.46
14.24
10.13
0.31
-0.11
12.57
-0.40 Nilai tengah Standar Deviasi
84.48
Hirarki III
138.67 68.46
6 5 5 5 3 8 8 8