Resume Bab 14 Emerging Issues in Accounting and Auditing Learning Objectives 1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Riset, Regulasi, dan Praktik Akuntansi dan Audit Saat Ini 2. Permasalahan terkait Penerapan Akuntansi Fair Value selama Krisis Finansial Global 3. Arah Perkembangan Rencana Penyusunan Standar Akuntansi Internasional di Masa Depan 4. Akuntansi, Pelaporan, dan Asersi Berkelanjutan 5. Permasalahan Lainnya pada Akuntansi Keuangan dan Pelaporan
LO 1: Faktor-faktor yang Memengaruhi Riset, Regulasi, dan Praktik Akuntansi dan Audit Saat Ini Satu dari pengaruh-pengaruh utama pada praktik dan riset akuntansi dan audit dikaji melalui bab ini merupakan perkembangan standar akuntansi dan audit internasional. Permasalahan ini, bersamaan dengan perkembangan saat ini dalam pelaporan dan asersi keberlanjutan, akan didiskusikan dalam bab ini. Pertama, sejumlah faktor kontroversial yang berpotensi untuk diuji.
XBRL (Extensible Business Reporting Language) Terdapat kemajuan teknologi yang sedang dalam tahap penyelesaian yang akan memengaruhi cara penyajian laporan keuangan. Pada akhir tahun 2008, US Securities and Exchange Commision (SEC) memutuskan agar 500 perusahaan publik terbesar di United States untuk mendokumentasikan laporan keuangan tahun 2009 mereka menggunakan Extensible Business Reporting Language (XBRL), dengan perusahaan lainnya untuk mengikuti hal tersebut. XBRL memungkinkan informasi keuangan untuk disajikan dalam cara yang lebih interaktif dan mudah digunakan dengan ‘label’ item data individual sehingga mereka dapat diekstrak dengan software untuk memproduksi laporan yang disusun oleh pengguna. Pihak SEC berharap bahwa XBRL akan memungkinkan analisis yang lebih cepat terhadap data keuangan perusahaan dengan sekelompok pengguna yang lebih luas dengan kesalahan yang tidak terlalu material. Teknik yang ada saat ini biasanya mengutip detail dari laporan
keuangan yang berisi kesalahan karena apakah data tersebut dijalankan secara manual atau menggunakan software program yang menghasilkan output yang hanya membagi rata data pokok. Laporan keuangan diajukan dengan database umum SEC (dikenal sebagai EDGAR), yang mana dapat diakses melalui web, membuat data tersedia untuk berbagai kepentingan pengguna. Haka menyarankan bahwa perkembangan ini akan berarti ketersediaan yang besar dari kemudahan akan akses data dan akan memungkinkan memposisikan manajer perusahaan sesuai penelitian yang cukup mendalam untuk menjelaskan laporan keuangan mereka. Terkait data yang digunakan, Haka menyarankan XBRL bisa saja mengubah cara analis keuangan mempelajari perusahaan-perusahaan kecil. Saat ini, alisis keuangan cenderung untuk berfokus pada perusahaan besar karena ketersediaan yang lebih besar dari data mereka dan ketertarikan yang lebih pada perusahaan tersebut dari para investor. Analis keuangan menghasilkan laporan terkait perusahaan yang mereka pelajari, membuat bahkan lebih banyak informasi tersedia untuk para investor. Peningkatan ketersediaan data keuangan untuk perusahaan kecil bisa membuat perusahaannya lebih atraktif bagi para analis. Sebaliknya, analis skala besar memperlajari hal tersebutmungkin dengan maksud untuk meningkatkan likuiditas saham perusaahan skala kecil. Selanjutnya, investor pemula mungkin mengembankan kepercayaan diri mereka dari tingkat detail dan keterbandingan data antara perusahaan. Namun demikian, CFO nampaknya akan kehilangan kemampuan mereka untuk memilih tingkat pemisahan data dalam laporan keuangan. Mereka akan mengklaim bahwa bagian pokok dari akuntansi merupakan proses pemisahan item yang serupa dengan maksud untuk memberikan arti terhadap informasi yang ada. Ekstrimnya, jika hal tersebut memungkinkan untuk menyediakan investor dengan akses yang lengkap untuk transaksi tingkat data, hal ini tidak akan berguna karena data tidak akan memberikan informasi yang berarti. Arti dari sebuah data ditambahkan oleh akuntan melalui proses klasifikasi dan pemisahan untuk memperbolehkan, semisal, penghitungan rasio tipe tertentu dari expenses hingga sales. Satu hal yang masih diperdebatkan terkait XBRL merupakan apakah pendekatan audit yang berlaku saat ini dari rekonsiliasi dalam versi paper dari dokumen yang berkaitan dengan XBRL untuk informasi dalam penatausahaan dokumen resmi SEC cukup memadai. Plumlee dan Plumlee menyarankan bahwa pencadangan dari informasi XBRL merupakan perluasan paradigma pelaporan tradisional akan mengubah cara data finansial dan non-finansial dapat
digunakan. Pergantian paradigma ini memerlukan auditor untuk mempertimbangkan pertanyaan lebih dalam daripada hanya sekadar rekonsiliasi output. Pertanyaan ini meliputi: Apa yang mendasari kesalahan dalam XBRL, dan apa yang dimaksud dengan materialitas keika sebagian data keuangan individu akan digunakan diluar konteks dari laporan keuangan? Materialitas secara tradisional dinilai sebagai dampak dari keputusan pengguna, dan pedoman kuantitatif menyarankan bahwa item tersebut dapat dipertimbangkan pada pengasingan dan dalam pemisahan, dan dalam proporsi untuk dasar yang relative, semacam laba. Jika data dapat diakses dengan mudah dalam pengasingan atau dalam penggabungan yang baru, pedoman materialitas ini tidak dapat diinterpretasikan dengan cara yang sama. Plumlee dan Plumlee setuju dengan Haka akan kebutuhan riset yang lebih dalam untuk memahami keuntungan dan kelemahan dari XBRL dan dampaknya pada masa depan pelaporan keuangan dan audit.
Pengaruh dari Jatuhnyan Perusahaan dan Sarbanes-Oxley Act (2002) Sebagaimana telah didiskusikan secara cukup komprehensif pada awal bab ini, sejumlah perusahaan yang ternama bangkrut dan perubahan hukum pada awal 2000-an mengubah baik citra akuntansi dam audit dan lingkungan regulasinya.
Sejumlah kritikan terhadap
independensi auditor dan tata kelola perusahaan menjadi topic hangat yang mengundang banyak pendapat publik dan perhatian bagi peneliti. Semisal, di Amerika sebelum adanya Sarbanes-Oxley Act (2002) (SOX) audit perusahaan saling memberikan reviu sesuai dengan sistem administrasi reviu sejawat oleh American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Proses ini berkaitan dengan pengumpulan informasi pada prosedur pengendalian kualitas audit perusahaan dengan mewawancarai para staff dan memeriksa pendokumentasian. Fogarty mengkritik proses ini pada dasar bahwa proses reviu tidaklah memadai secara tepat dan penelaah cenderung tidak dapat mendeteksi kekurangan yang penting. Hal ini seperti yang dikatakan bahwa staf dapat dilatih untuk menjawab pertanyaan pereviu dan dokumen dapat dihasilkan yang mana menunjukkan audit yang mendalam daripada yang sebenarnya. Sejak tahun 2004, Public Company Accounting and Oversight Board (PCAOB), yang mana dibentuk sesuai dengan legislasi SOX, telah menyusun pemeriksaan independen perusahaan audit. Akan tetapi, meskipun kritik terhadap reviu sejawat AICPA yang mana mengacu pada
perubahan dalam regulasi, Hilary dan Lennox menemukan bukti bahwa reviu sejawat lebih menyediakan informasi yang kredibel terkait perbedaan kualitas antara audit perusahaan. Meskipun hal muncul untuk menyarankan bahwa perubahan regulator tidak dapat dibenarkan, Hillary dan Lennox juga memberi catatan bahwa perbedaan antara metode reviu, dan secara khusus bagaimana penemuan mereka dipublikasikan, membuat hal ini sulit untuk ditarik kesimpulan. Pada sistem AICPA Nampak bahwa penelaahan perusahaan mungkin sedikit untuk mengungkapkan permasalahan audit jika mereka tidak dapat berkompetisi dengan perusahaan yang direviu. Perusahaan yang telah direviu cenderung memiliki kualitas yang lebih tinggi jika mereka direviu oleh auditor lainnya yang tidak berkompetisi untuk klien yang sama. Bukti-bukti mengatakan bahwa sulit untuk benar-benar menghilangkan insentif kepentingan masing-masing pihak sesuai dengan sistem pengendalian kualitas yang diatur oleh perusahaan sendiri. Mungkin sebuah sistem dengan insentif pribadi yang lebih sedikit dapat menjadi pilihan pada masa sulit, bahkan jika hal tersebut bukanlah sistem yang baik.
LO 2: Permasalahan terkait Penerapan Akuntansi Fair Value selama Krisis Finansial Global Penyebab Global Financial Crisis (GFC) yang menyerang hampir seluruh dunia pada tahun 2008 dan 2009 merupakan hal yang kompleks dan terdapat celah untuk diperdebatkan. Namun demikian, beberapa terkait praktik penggunaan fair value pada aset sebagai faktor yang berkontribusi untuk penyebaran yang cukup cepat pada permasalahan berasal dari pasar subprime mortgage amerika hingga negara lainnya, dan yang memperburuk keadaan krisis tersebut. Hal ini dikarenakan standar akuntansi (terutama Financial Accounting Standard (FAS) No. 157 Fair Value Measurements) memerlukan pengungkapan nilai investasi yang dimiliki oleh bank selama kondisi pasar sedang bergolak. Kemampuan akan pengungkapan tersebut membuat entitas sulit untuk melakukan peminjaman. Penandaan aset keuangan terhadap pasar (untuk merefleksikan nilai fair value) juga memengaruhi sisi aset yang ada pada neraca perusahaan, membatasi kemampuan perusahaan untuk berutang. US SEC mempertanyakan peran akan fair value pada saat krisis dan menerbitkan laporan yang terdiri dari 211 halaman pada akhir tahun 2008. SEC perlu untuk melakukan investigasi akan peran standar akuntansi, semisal FAS 157 pada kegagalan lembaga keuangan yang terjadi pada tahun 2008. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa ‘kegagalan lembaga
keuangan di Amerika muncul sebagai akibat pertumbuhan kerugian akibat kredit yang probable, terlalu berfokus pada kualitas aset, dan kasus tertentu, kebangkrutan para peminjam, dan kepercayaan diri yang berlebihan dari investor’, dan tidak sekadar menyesuaikan nilai aset keuangan terhadap harga pasar. Pandangan terkait peran akuntansi fair valuye didukung oleh yang lainnya, termasuk mantan chief accountants SEC Conrad Hewitt dan Lynn Turner, yang memuji akuntansi mark-to-market untuk peningkatan transparansi, memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk melihat kondisi ekonomi institusi dengan sebenarnya.
Reaksi-Reaksi Dari Penyusun Standar Pada Oktober tahun 2008 IASB mengubah aturan terkait reklasifikasi aset keuangan keuangan sehingga kerugian dari perubahan pada nilai pasar pada aset tersebut dapat diperlakukan dengan berbeda. Sebelum aturan tersebut berubah, standar internasional menyaratkan kerugian tersebut untuk disajikan pada laporan keuangan. Setelah aturan berubah, aset dapat direklasifikasi sesuai dengan kondisi tertentu menghindari pembebanan kerugian penilaian pada pasar pada laporan keuangan. Namun demikian, terdapat juga perubahan aturan yang menyaratkan peningkatan pengungkapan instrument keuangan dan pengaruh dari reklasifikasi pada laporan keuangan. Perubahan ini dibuat melalui amandemen untuk IAS 39 dan IFRS 7. Pimpinan IASB, Sir David Tweedie, telah mengklarifikasi secara publik terkait permintaan yang dibuat pada IASB oleh politisi Eropa yang meminta perubahan pada standar yang konsisten dengan kepentingan bank Eropa. Mengikuti perubahan aturan, yang mana berlaku surut untuk July 2008, satu dari bank Eropa tersebut, Deutche Bank, mengurangi pengungkapannya dan menghasilkan laba sebelum pajak yang cukup mencengangkan. Laporan keuangan interin Deutche Bank untuk kuartal ketiga pada tahun 2008 menjelaskan bahwa dampak dari reklasifikasi meningkatkan income sebelum pajak sebesar €825 juta. Terdapat beberapa saran di mana pasar sekuritas tertipu dengan reklasifikasi akuntansi tersebut. Kessler mengakui bahwa saham Deutsche Bank meningkat hampir 19% pada tanggal 30 Oktober, pada hari itu keuntungan tersebut diumumkan. Apakah benar atau tidak peningkatan harga saham tersebut dikarenakan dengan menipu pasar, atau pasar mengakui bahwa Deutsche Bank sedang berada pada posisi untuk membuat pinjaman lebih
menguntungkan, pengaruh dari tekanan konvergensi perubahan aturan antara US GAAP dan IFRS didiskusikan lebih jauh pada seksi berikutnya.
Auditor dan Global Financial Crisis (GFC) Sebuah alternative, atau mungkin pelengkap, tindakan untuk perubahan aturan akuntansi merupakan kesalahan auditor. Sebagaimana bankrutnya beberapa perusahaan pada awal 2000-an memacu independensi pembatasan audit dalam US SOX (2002) dan mereformasi CLERP 9 Australia, GFC dapat mengarahkan pada tindakan hukum yang melawan auditor. Sikka menemukan bukti bahwa 28 bank yang menderita kerugian yang berasal dari US, UK, dan negara Eropa lainnya menerima laporan audit yang tidak masuk kualifikasi dari perusahaan audit besar di tahun 2007 (meskipun tiga dari laporan audit menarik perhatian untuk persoalan pengungkapan dalam pencatatan akun). Sebagaimana Sikka memberi catatan, sangat sedikit sekali perhatian yang didapat sejauh ini pada klarifikasi peran auditor pada saat krisis, meskipun beberapa komentator telah mempertanyakan nilai audit ketika auditor tidak dapat meramalkan pengaruh dari berisikonya aset pada beberapa neraca bank. Profesi akuntan dan pembuat aturan hukum melihat lebih jauh laporan keuangan dan audit hampir seluruh dunia telah secara proaktif menerbitkan pedoman bagi akuntan dan direktur untuk menilai diri mereka sendiri selama masa krisis. Semisal, Dewan Praktik Audit (UK) menerbitkan bulletin pada bulan Desember tahun 2008 pada penilaian permasalahan keberlangsungan dan menentukan kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan dan pengaruh pada laporan audit. Publikasi yang sama datang dari Canadian Institute
of
Chartered Accountants dan The Institute of Chartered Accountans di Inggris dan Wales. Publikasi tersebut menekankan pada risiko yang dihadapi auditor ketika menilai nilai aset dan mempertimbangkan jasa dari perencanaan yang dibuat manajemen untuk memitigasi risiko keberlangsungan dan likuiditas selama mengantisipasi resesi. Publikasi juga menekankan pentingnya standar etika ketika berhadapan dengan tekanan dari manajemen untuk menghindari pengungkapan yang tidak diterima atau pengungkapan. Analisis peranan auditor dalam GFC mungkin akan berlanjut segera mungkin di masa yang akan datang.
LO 3: Arah Perkembangan Rencana Penyusunan Standar Akuntansi Internasional di Masa Depan Proyek Konvergensi IASB dan FASB Pada November 2008, SEC (US) mengeluarkan sebuah ‘roadmap’ untuk potensi penggunaan dari IFRS oleh perusahaan US pada 2014. Pemusatan dengan IFRS bergantung pada sejumlah kejadian penting yang menjadi capaian yang mana akan meyakinkan SEC yang menggunakan IFRS akan menjadi ketertarikan publik dan menyediakan perlindungan bagi para investor. Pemusatan (konvergensi) dipertimbangkan dengan SEC karena pasar investasi mengalami peningkatan secara global dan peruntungan investasi baru yang tersedia untuk investor US. Pada kondisi ini, investor US dapat memanfaatkan dari bantuan dalam membandingkan laporan keuangan untuk perusahaan dari negara yang berbeda. SEC akan menilai kemajuan terhadap kejadian penting yang terjadi di tahun 2011 dan kemudian membuat keputusan terkait apakah pelaksanaan perjanjian di tahun 2014 harus diteruskan. Kejadian-kejadian penting tersebut berkaitan dengan: 1. Kemajuan standar akuntansi; 2. Akuntabilitas dan penemuan dari yayasan IASC; 3. Kemajuan dalam kemampuan untuk menggunakan intraktif data untuk pelaporan IFRS; 4. Pengajaran dan pelatihan yang berkaitan dengan IFRS; 5. Penggunaan awal yang terbatas terhadap IFRS di mana hal ini akan meningkatkan daya banding dengan US investor; 6. Antisipasi ketepatan waktu pembuat aturan di masa depan oleh Dewan Komisioner; dan 7. Penerapan penggunaan mandatory terhadap IFRS oleh penerbit US. Rencana kerja SEC dirancang untuk tahun perjanjian 2002 dan 2006 antara IASB dan FASB agar berkomitmen pada pengembangan sesegera mungkin dapat dipraktikan dengan kualitas tinggi, standar akuntansi yang kompatibel yang dapat digunakan baik untuk local dan laporan keuangan lintas negara, dan untuk dapat bekerja terhadap serangkaian standar global yang berkualitas tinggi pada umumnya. Sejak saat itu, IASB dan FASB telah bekerja pada beberapa proyek sesuai dengan rencana kerja sama yang mana mencakup periode y=tersebut hingga 2011. SEC berkeinginan untuk mereviu standar yang berasal dari proyek tersebut terkait dengan kualitas dan kekomprehensifan standar tersebut. Selain hal tersebut, SEC juga berfokus pada ketahanan, keadaptasian, dan ketepatan waktunya pada proses yang digunakan
untuk mengembangkan standar. Secara keseluruhan, SEC berfokus tentang kualitas laporan keuangan dan perlindungan terhadap investor yang dijamin oleh IFRS. Capaian kedua yang penting berhubungan dengan tata kelola dari IASB. IASB melaporkan pada International Accounting Standards Committee Foundation (IASCF). IASCF merupakan lembaga nonprofit, lembaga nonpemerintah. IASCF tidak melaporkan pada pihak yang berwenang, sehingga IASCF tidak menerima perlindungan hukum dari pemerintah. Hal ini membuat IASB sangat mudah untuk diinternferensi dan ditekan dari pihak yang berkepentingan, termasuk pemerintah. Hal ini berlawanan dengan FASB, yang mana melaporkan pada kongres US, atau Australian Accounting Standards Board, yang mana pada akhirnya bertanggung jawab kepada pemerintah Australia. IASCF dikelola oleh 22 perwakilan yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Pendanaan untuk IASCF sebagian besar berasal donasi sukarela dari partisipan pasar jangka besar. SEC berfokus pada keamanan dan stabilitas pendanaan, dan apakah perjanjian ini memiliki potensi untuk berkompromi ketidakberpihakan dari IASB. IASB pada saat ini bersepakat dalam reviu konstitusional. Satu capaiannya dari reviu adalah pembentukan badan yang mana akan memberikan IASB kemampuan yang lebih agar mampu bertahan dengan tekanan dari pihak luar. Keanggotaan dari lembaga ini, dikenal sebagai Monitor Group, yang ditarik dari otoritas pasar modal dari berbagai badan hukum yang memiliki kepentingan dalam mendukung perkembangan standar akuntansi internasional yang berkualitas tinggi. SEC mendukung pembentukan Monitor Group dan akan menilai kinerjanya sebagai mekanisme untuk memitigasi kesalahan. Capaian ketiga berhubungan dengan penggunaan XBRL. Capaian lainnya berhubungan perubahan di US berkenaan dengan kapasitas akuntan, perusahaan, dan otoritas penegak hukum untuk dapat mengikuti/beradaptasi dengan perubahan pada standar akuntansi.
Permasalahan dalam Konvergensi IFRS-US GAAP Meskipun keberadaan rencana kerja, hal tersebut bukan berarti US akan mengadopsi IFRS. Pimpinan SEC, Mary Schaphiro, akhir-akhir ini berkata bahwa dia tidak akan ‘merasa terikat’ dengan rencana kerja tersebut. Dia menambahkan bahwa dia telah berfokus pada ‘standar IFRS pada umumnya’, dan tidak dipersiapkan untuk menyerahkan penyusunan standar atau tanggung jawab atas kekeliruan kepada IASB. Anggota dari Public Company Accounting
Overrsight Board (PCAOB) di Amerika, Charles Niemeier, juga mengkritik terhadap usulan konvergensi. Fokusnya adalah perpindahan pada IFRS akan mengakibatkan US dengan aturan yang sulit untuk dilaksanakan. Dia juga mengakui yang IFRS tidak lebih principlebased dari US GAAP, sekadar lebih muda dan oleh karena itu terdapat sedikit waktu untuk meneliti dan menambahkan detail yang lebih mendalam.
Standar Audit Internasional Haka melaporkan bahwa beberapa akuntan menyarankan bahwa pergerakan pada IFRS akan memerlukan standar audit dan praktik di US untuk mengubah cara dari model penilaian kecocokan dengan aturan dalam standar akuntansi terhadap penilaian ‘kebenaran dan kewajaran’ secara keseluruhan. Pendekatan audit memiliki implikasi penting bagi pengadopsian principle-based standar akuntansi IFRS karena pendekatan yang ada berfokus pada pelaksanaan aturan daripada prinsip. Standar audit juga merupakan standar yang diinternasionalisasi untuk beberapa alasan sebagai standar akuntansi, yang mana, bisnis yang mengglobal dan harga pasar menciptakan permintaan untuk standar global. Banyak perusahaan multinasional secara sukarela memilih untuk memiliki laporan keuangan mereka yang telah diaudit sesuai dengan International Standards on Auditing (ISAs) dan beberapa negara apakah mengadopsi ISAs menjadi standar audit nasional mereka atau dasar standar audit nasional mereka pada ISAs. ISAs dikeluarkan oleh International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB), yang mana beroperasi sesuai dengan bantuan dari International Federation of Accounting (IFAC). IAASB akhirakhir ini telah menyelesaikan proyek yang lebih jelas yang berkaitan dengan pengonsepan kembali standar yang ada dalam formulit yang dibuat untuk meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan standar tersebut, sebagaimana mereka membantu penerjemahan. Program kerja IAASB untuk tahun 2009-11 bertujuan untuk menyediakan standar baru dan memroses untuk meningkatkan dan menilai keefektifan dari ISAs.
LO 4: Akuntansi, Pelaporan, dan Asersi Berkelanjutan Apa yang Dimaksud dengan Keberlanjutan dalam Akuntansi dan Pelaporan?
Akuntansi dan pelaporan yang berkelanjutan merupakan bagian dari social accounting. Gray, Owen, dan Adams menilai social accounting sebagai gabungan akuntansi untuk hal yang berbeda, dalam media yang berbeda, untuk pengguna yang berbeda, dan untuk tujuan berbeda. Dengan kata lain, social accounting lebih dari yang bisa dibayangkan, instrument keuangan dari kejadian ekonomi dan pelaporan untuk sekelompok pengguna yang sudah jelas, sering berkenaan dengan standar akuntansi dan regulasi. Akuntansi dan pelaporan sosial bertujuan pada pengamatan dan pengasimilasian permasalahan yang tidak dimitigasi oleh masing-masing yang secara tidak langsung atau hanya berfokus dengan keberhasilan keuangan perusahaan. Social accounting dapat dilihat sebagai hal yang pas dengan empat kategori dan lima asumsi ontological yang ada. Peneliti social accounting sering mengadopsi pendekatan riset naturalistic, menggunakan studi kasus dan interview untuk mengerti bagaimana akuntansi telah dibentuk secara sosial dan bagaimana akuntansi telah dialami oleh partisipan. Kata ‘keberlanjutan’ digunakan dan diinterpretasikan dalam cara yang berbeda. Hal ini dapat berkenaan sebagai bertemunya kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan generasi di masa depan untuk memenuhi keinginan mereka. Sesuai dengan definisi tersebut, keberlanjutan berfokus pada baik antara perlindungan terhadap lingkungan (eco-eficiency) sebagaimana keadilan antara masyarakat dan generasi (eco-justice). Definisi yang luas berarti bahwa laporan akan lingkungan merupakan bagian dari keberlanjutan, dan perusahaan yang mengeluarkan laporan keberlanjutan termasuk informasi yang berhubungan dengan hubungan mereka dengan karyawannya, komunitas, dan lingkungan. Semisal, Perusahaan J. Sainsbury plc’s bertanggung jawab melaporkan pertumbuhan perusahaannya pada bagian awal laporan lingkungan. Laporan tahun 2008 berisi informasi terkait kebijakan Sainsbury dan tindakantindakan dalam penyediaan pilihan makanan sehat untuk konsumen mereka, menggunakan supplier perdagangan pasar dan supplier local, mendukung kegiatan sosial dan organisasi pada komunitas local, mempromosikan kesehatan dan memanusiakan pegawai mereka, dan mengurangi dampak mereka terhadap lingkungan melalui emisi sampah dan karbon.
Perkembangan Terbaru dalam Pelaporan yang Berkelanjutan Sudut pandang untuk pelaporan yang berkelanjutan telah berubah dalam beberapa tahun terakhir karena sejumlah perkembangan. Secara garis besar, salah satu rangkaian pedoman pelaporan yang berkelanjutan, dipublikasikan oleh Global Reporting Initiative (GRI), telah
direvisi dan diterbitkan pada Oktober 2006, Pedoman GRI membentuk dasar kerangka pengungkapan keberlanjutan dan berisi prinsip dan pedoman ditambah standar pengkapan untuk semua tipe organisasi. Prinsip mendefinisikan isi dari laporan yang berkelanjutan, kualitas informasi, dan ikatan dari laporan. Standar mengungkapkan termasuk strategi dan profil keberlanjutan organisasi, pendekatan manajemen, dan indikator kinerja. Pedoman GRI serupa dengan tujuan dari kerangka konseptual yang biasa digunakan sebagai pedoman laporan keuangan. Perusahaan mengadopsi pedoman GRI dapat mendaftarkan laporan keberlanjutan mereka dengan GRI, dan pada Maret 2009 hampir 1000 laporan untuk 2008 telah didaftarkan. Pertumbuhan dalam keberlanjutan pelaporan dikonfirmasikan pada survey yang terbaru yang dilakukan oleh KPMG pada perusahaan ekonomi, lingkungan, dan pengungkapan kinerja sosial. Survey menemukan bahwa lebih dari 90% dari 250 perusahaan global dengan kondisi keuangan yang cukup baik mempublikasikan laporan ‘keberlanjutan’ atau ‘tanggung jawab sosial’. KPMG juga melaporkan bahwa 70% dari laporan perusahaan seluruh dunia menggunakan pedoma GRI, mungkin dikarenakan kredibilitas dari standar dan keuntungan yang ada dari menggunakan serangkaian standar yang konsisten yang mana membuat laporan lebih dapat diperbandingkan dengan perusahaan lainnya. Selanjutnya untuk dampak dari kegiatan mereka, perusahaan juga melaporkan data pada dampak keberlanjutan yang muncul dalam rantai persediaan perusahaan.
Kecenderungan Perkembangan dalam Asersi Laporan Keberlanjutan Bahan yang berperan penting dalam kefaedahan laporan keuangan perusahaan merupakam asersi laporan yang terbebas dari bias. Asersi yang terbebas dari bias membuat tingkat kepercayaan diri untuk pemegang saham terkait kredibilitas, relevansi, dan reliabilitas laporan perusahaan. Di kebanyakan negara dengan laporan keuangan tahunan harus telah diaudit, meskipun laporan keuangan anak perusahaan hanya memerlukan penelaahan. Perbedaan antara audit dan reviu merupakan tingkat asersi yang dimiliki oleh auditor berkenaan dengan reliabilitas dari informasi yang dilaporkan oleh perusahaan. Hal ini sebaliknya ditentukan dengan sifat dan ruang lingkup prosedur yang dijalankan oleh auditor, hasil dari prosedur dan objektivitas dari bukti yang diperoleh. Audit memberikan tingkat keyakinan yang memadai dan reviu memberikan hanya tingkat keyakinan yang terbatas. Audit memberikan pengurangan yang signifikan dalam risiko asersi yang melekat karena
auditor berkinerja lebih signifikan dan lebih efektif pada prosedur pengumpulan bukti untuk mendukung opini pada laporan keuangan. Beberapa perusahaan sedang mencari keyakinan untuk laporan keberlanjutan mereka. Survey KPMG terkait tanggung jawab pelaporan perusahaan menunjukkan bahwa 56% dari G250 (250 perusahaan terbesar dalam Fortune Global 500) yang menerbitkan laporan pertanggungjawaban perusahaan termasuk beberapa komentar pihak ketiga. Asersi yang formal meningkat dari rata-rata 30% di tahun 2002 hingga 40% di tahun 2008. KPMG menggarisbawahi bahwa hal ini masih sebagian kecil dari laporan, meskipun bukti yang dimiliki pemakai berfokus pada klaim ‘greenwashing’. Greenwashing merupakan praktik penyebaran informasi yang bias sebagaimana untuk menyajikan tanggung jawab terhadap citra masyarakat terhadap lingkungan. Mengapa Perlu Adanya Keyakinan untuk Laporan yang Berkelanjutan? Positive teori dari audit menyarankan bahwa permintaan akan audit mencul dari pemisahan antara kepemilikan dan manajemen. Proses dari perlindungan harga memberikan insentif untuk manajemen untuk mengalokasikan biaya audit di mana cost tersebut lebih sedikit daripada manfaat dari peningkatan pada harga saham. Audit diperdebatkan untuk memberikan manfaat dengan meningkatkan kredibilitas manajemen dalam menyiapkan laporan keuangan dan meningkatkan kualitas sistem akuntansi entitas berdasarkan pada umpan balik dari proses audit. Penerapan teori ini untuk keyakinan berkelanjutan menyarankan bahwa perusahaan dengan kecenderungan untuk memperoleh gain dari peningkatan kredibilitas dari laporan mereka lebih mungkin untuk memperoleh tingkat keyakinan memadai. KPMG melaporkan bahwa perusahaan mengklaim mereka mencari keyakinan pada pertanggungjawaban perusahaan mereka melaporkan untuk meningkatkan kredibilitas proses dan pelaporan dan karena mereka berharap untuk meningkatkan kualitas informasi yang dilaporkan. Perusahaan dengan kecenderungan untuk memperoleh gain dari laporan yang lebih kredibel biasanya menjadi lebih transparan, secara potensial memengaruhi industri. KPMG melaporkan bahwa semua perusahaan
tambang
dalam
sampel
mereka
yang
mempublikasikan
laporan
pertanggungjwaban perusahaan telah memiliki keyakinan atas pernyataan tersebut secara independen. Kemudian, lebih dari 50% sampel perusahaan pada industri utilitas, minyak, dan gas, kimia, dan sintetik, dan obat-obatan, memberikan keyakinan pada laporannya.
Standar Asersi Berkelanjutan Standar untuk laporan keuangan audit sangat luas. Semisal, mengikuti penyelesaian kejelasan proyek untuk pengonsepan ulang ISAs dalam bentuk yang dibuat untuk meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan standar tersebut, IAASB mengeluarkan 36 ISAs untuk mengelola audit. Namun demikian, terdapat keterbatasan otorisasi pedoman untuk perjanjian asersi pada keberlanjutan laporan dan informasi karbon emisi. ISAE 3000 dipublikasikan oleh IAASB, memberikan beberapa pedoman umum namun tidak menyinggung permasalahan yang spesifik dalam keberlanjutan dan laporan karbon emisi. Semisal, hal ini mungkin diterapkan secara tidak konsisten oleh penyedia asersi. Pedoman laporan yang biasa digunakan lainnya adalah AA1000AS yang dikeluarkan oleh AccountAbility. AA1000AS menyediakan pedoman pada laporan keberlanjutan asersi yang mengevaluasi ketaatan entitas pada AA1000 Prinsip AccountAbility dan kualitas informasi yang diungkapkan secara umum pada kinerja yang berkelanjutan.
LO 5: Permasalahan Lainnya pada Akuntansi Keuangan dan Pelaporan Clue yang paling baik untuk arah perkembangan untuk penyusunan standar dalam masa yang akan datang yang berisi dalam daftar proyek IASB baru-baru ini. Permasalahan yang muncul kebanyakan dari proyek ini dan kemajuan yang ada saat ini didiskusikan pada bab ini. IASB juga mempunyai daftar proyek yang sedang digarap dalam mengembangkan standar audit internasional. Beberapa dari proyek audit dipengaruhi oleh kemajuan pada penyusunan standar akuntansi. Semisal, IASB merencanakan untuk menguji permasalahan yang muncul pada audit fair value yang digunakan dalam laporan akuntansi pada 2009 dan 2010. Namun demikian, untuk pedoman di masa yang akan datang terkait akuntansi dan audit mungkin untuk melihat lebih jauh penyimpangan daripada agenda dari akuntansi dan penyusun standar audit. Semisal, terdapat area luar akuntansi keuangan tradisional di mana konsep dan keahlian digunakan dalam akuntansi dan audit dapat memberikan kontribusi. Satu dari area di mana akuntan finansial dan auditor sedang memulai untuk membuat kontribusi adalah water accounting. Water accounting menerapkan konsep akuntansi akrual dari mengidentifikasi, mengukur, mencatat, dan melaporkan informasi berkaitan dengan sumber air.
Water Accounting Water accounting saat ini dikembangkan oleh Water Accounting Standards Board (WASB) di Australia, dengan proyek serupa dengan berbagai tahap dari pengembangan di lain tempat. WASB mengeluarkan edisi pertama dari Water Accounting Conceptual Framework (WACF) dan Preliminary Australian Water Accounting Standards (PAWAS) di tahun 2009. WACF dan PAWAS mengelola persiapan dan penyajian yang bertujuan umum dari
laporan
akuntansi air (GPWARs) oleh entitas tertentu. GPWARs dibentuk agar berguna untuk pengambilan keputusan oleh pengguna yang tidak dapat menguasai informasi air dari entitas mereka. Tujuan yang paling utama dari proyek akuntansi air adalah untuk memiliki akuntansi dan sistem pelaporan keuangan yang akan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan terkait alokasi sumber air dan untuk meningkatkan kepercayaan investor dan masyarakat terkait pengelolaan air di Australia. National Water Account (NWA) yang pertama jatuh tempo pada tahun 2010 dan, memberikan lebih banyak pengujian dan umpan balik, PAWAS diharapkan dapat berkembang lebih jauh dan diterbitkan sebagai Australian Water Accounting Standards (AWAS). Pendorong dari proyek akuntansi air disediakan oleh National Water Initiative (NWI) dari pemerintah Australia. Meskipun air selalu menjadi sumber alam yang langka di Australia, kemarau berkepanjangan si Australia bagian selatan telah mencipatkan tekanan politik untuk membagi air diantara pengguna yang bersaing di desa dan daerah perkotaan, khususnya di Victoria. Pengguna yang bersaing termasuk industri, petani, rumah tangga, komunitas, dan organisasi olahraga, dan lingkungan (semacam menjaga danau dan sungai agar tetap bersih dan menyediakan air yang memadai untuk mahluk liar). Pembuat keputusan akan bergantung pada data akuntansi air terkait seberapa banyak air yang ada, di mana sumber tersebut, siapa yang menggunakan air tersebut, dan bagaimana mereka menggunakannya. Sebagai tambahan untuk informasi alokasi yang berguna untuk pengambilan keputusan, data akuntansi air akan menyokong perdagangan air dan investasi pada infrastruktur air. Water Accounting vs Greenhouse Gas Emision Accounting Proyek pelaporan non-financial lainnya dikembangkan baru baru ini adalah greenhouse gas (GHG) emission accounting. Satu dari sumber utama dunia saat ini dari pedoman untuk pengukuran dan pelaporan GHG emissions adalah standar Greenhouse Gas Protocol (GGP). Meskipun standar akuntansi dan pelaporan GGP berdasarkan pada, pada bagiannya, prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan yang diterima secara umum, mereka juga merefleksikan
capaian dari proses gabungan oleh berbagai pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang. Standar GGP memungkinkan untuk pengukuran secara langsung dari emisi GHG, namun fokus utamanya adalah proses perubahan aktivitas data menjadi emisi GHG melalui penggunaan faktor emisi yang disetujui. Aktivitas data ditangkap dengan software utama atau dimasukkan ke dalam spreadsheets secara bersamaan dengan aktivitas yang spesifik atau transaksi finansial semacam faktur pembayaran, pengeluaran persediaan atau pencatatan transaksi ke dalam jurnal. Satu kunci yang membedakan standar akuntansi air dan standar GGP adalah penekanan pada akuntansi yang dulu digunakan untuk ternak dan aliran air menggunakan proses akrual. Pendekatan pengukuran untuk akuntansi air turunan dari adopsi secara eksplisit dari tujuan untuk menghasilkan informasi untuk menilai pembuatan keputusan, yang mana merupakan tujuan yang sama diadopsi oleh kerangka konseptual akuntansi finansial. GGP memberikan sebuah standar untuk mengarahkan perusahaan dalam menyiapkan persediaan GHG yang mewakili akun yang benar dan wajar dari emisi mereka, dan menekankan karakteristik kualitatif dari relevansi, kelengkapan, konsistensi, transparansi, dan keakuratan. Namun demikian, standar GGP dibuat untuk membantu perusahaan dalam pengukuran mereka dan melaporkan keputusan, daripada untuk meyakinkan bahwa semua informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan eksternal dalam membuat keputusan mereka yang disediakan dalam form yang dibutuhkan mereka. Meskipun informasi saat ini telah disusun sesuai dengan standar GGP berkemungkinan digunakan beberapa untuk pembuat keputusan dari pihak eksternal, hal tersebut tidak lengkap dan masih rata-rata. Hal ini bukanlah usaha untuk menyediakan akuntansi akrual secara utuh untuk aktivitas perusahaan terkait ternak dari gas greenhouse gas pada lingkungan, dengan keterbatasan laporan dari emisi secara tidak langsung, dan pengukuran permasalahan yang dibuat oleh pendekatan faktor emisi.
Questions (Genap) 2. ‘I do not know of any auditing regulation that originated in a research study.’ What does this statement mean for the relationship between auditing research and public policy? Jawaban: Pernyataan tersebut mencerminkan pandangan bahwa regulasi tidak berdasarkan pada riset, namun diumumkan secara resmi untuk berbagai alasan. Berbagai alasan tersebut bisa jadi termasuk dalam usaha mendongkrak popularitas para politisi. Yang mana, jika
regulasi mungkin untuk dilihat dengan baik oleh pemilih, polisi akan termotivasi untuk memperkenalkannya, tanpa memandang kemungkinan dampak yang akan memengaruhi partai. Debat terkait pengaruh batasan SOX pada jasa non-audit bisa jadi digunakan sebagai konteks untuk membahas masalah tersebut. Semisal, pendapatan jasa audit dan jasa pelayanan nonaudit tidak diungkapkan di US sebelum tahun 2000. SOX diperkenalkan pada tahun 2002, sangan cepat setelah jatuhnya Enron dan KAP Arthur Enderson. Awalnya, bukti riset mendukung regulasi SOX, namun bukti yang ditemukan belakangan ini tidak mendukung SOX. Kemudian, tidak terdapat bukti dari negara lainnya untuk mendukung regulasi. Secara keseluruhan, riset bidang audit mempunyai potensi untuk memengaruhi kebijakan publik, namun tingkat keberpengaruhannya mungkin dipengaruhi oleh faktor lainnya dan insentif para politisi. 4. What specific issues does the global financial crisis create for auditors? Jawaban: Para auditor menghadapi permasalahan dalam menilai penilaian aset dan liabilitas yang dilkukan oleh manajer. Aset dan liabilitas keuangan secara langsung diperngaruhi oleh permasalahan pasar keuangan. Namun demikian, nilai aset lainnya juga berperngaruh secara potensial jika berhubungan dengan operasi bisnis yang menderita karena resesi yang telah diikuti krisis pasar keuangan. Kemudian, informasi pada nilai pasar untuk semua aset sulit untuk diverifikasi ketika kondisi ekonomi berubah secara cepat dan pembuat kebijakan merespon situasi dengan aturan hukum baru dan paket asistensi. Auditor juga harus mengumpulkan bukti yang berkiatan dengan asersi keberlangsungan oleh manajer. Di mana perusahaan menghadapi permasalahan signifikan melakukan bisnis selama resesi, terdapat kemungkinan akan keraguan yang signifikan terkait kemampuan entitas untuk melanjutkan sebagai entitas yang going concern. Auditor harus menilai perencanaan yang dibuat oleh manajer yang berkaitan dengan kejadian yang merugikan pada pasar keuangan dan barang. Tekanan terhadap manajer perusahaan untuk menghindari efek yang dapat meningkatkan risiko penyajian laporan keuangan, apakah sengaja atau sebaliknya. Auditor harus mawas diri terhadap tekanan tersebut ketika menilai risiko kecurangan. 6. Leon Getter wrote in a recent article: ‘As former analyst Henry Blodget points out, the US is adopting the model used by Japan in the 1990s when it refused to acknowledge its banks were insolvent and pretended they were healthy. History, as Mark Twain said, does not repeat itself, but it rhymes.
The G20, banks and standard setters should remember this: to borrow from Winston Churchill’s line on democracy, fair value is the worst form of accounting except for all the other forms that have been tried.’ (Getter, L. ‘Standard-setters rendered toothless by G20’, The Age BusinessDay, (April 15, 2009), p. 14.) (a) Does fair value convey ‘reality’ better than any other form of valuation? (b) Is it better for banks to report stable asset values or to provide information about those assets? What are the arguments for each view? Jawaban: (a) Pada artikel tersebut mengacu pada situasi di Amerika awal tahun 2009 ketika regulasi seputar penggunaan fair value telah berubah. Bank mengizinkan untuk menggunakan pertimbangan mereka masing-masing untuk menilai aset, daripada penerapapan market value yang kaku. Hal ini dilakukan pada dasar bahwa pergolakan dalam pasar keuangan telah membuat fair value tidak reliabel. Auditor menarik secara parallel antara situasi pada 2009 dan kondisi di Jepang di tahun 1990-an ketika krisis financial di Asia memengaruhi nilai aset negara tersebut. Pada artikel tersebut penulis yakin bahwa usaha untuk memperbolehkan bank untuk menghindari pengakuan jatuhnya nilai aset dalam kondisi yang sebenarnya telah lam terjadi resesi. Penulis berpandangan bahwa fair value menyampaikan kenyataan lebih baik daripada bentuk pengukuran akuntansi lainnya – nilai aset telah jatuh, akuntansi fair value mengakui kejadian ini dan menyampaikan informasi melalui laporan untuk sistem keuangan yang lebih luas. (b) Bank berpendapat dalam dukungannya terhadap nilai aset yang stabil. Semacam historical cost, atau nilai yang diproduksi dengan sistem penilaian lainnya. Nilai yang stabil tidak membolehkan adanya fluktuasi pasar yang bersifat sementara untuk dampak pada keputusan yang dibuat, semisal meminjam uang dan membeli property. Lawan berpendapat bahwa nilai pasar merupakan informasi dan hal tersebut, bergunan untuk pemngambil keputusan. Jika seseorang yang nilai pasarnya merupakan informasi dan semacamnya,
bergunan
untuk
pengambilan
keputusan.
Jika
seseorang
ingin
meminjamkan untuk perusahaan, maka mereka masih dapat mengetahui keputusan peminjam yang mana pada saat nilai pasar sedang turun-turunnya. Permasalahannya
adalah bahwa aturan peminjaman membuat hal ini sulit bagi bank untuk melaksanakannya, sehingga keputusan penilaian dan peminjaman tidak dapat dipisahkan. 8. Is it important to harmonise both accounting and auditing standards around the world? Jawaban: IASB dan FASB merupakan lembaga yang terpisah dengan pengaruh yang berbeda-beda, meskipun pada akhirnya keduanyan memiliki ketertarikan pada kualitas dari laporan keuangan.
Untuk lebih luasnya standar audit seluruh dunia tersebut secara berbeda
menekankan pada ketaatan dengan aturan dalam standar akuntansi dan penyajian secara benar dan wajar, akan terdapat perbedaan dalam pendekatan oleh auditor untuk mengaudit laporan keuangan. Maka dari itu, terdapat beberapa kesulitas dalam memiliki serangkaian standar audit yang disatukan ketika terdapat serangkaian standar akuntansi yang disatukan yang mana para penyusun standar berharap akan diinterpretasikan dalam cara yang sama di seluruh dunia. Serangkaian stadar audit yang telah terharmonisasi akan melengkapi standar akuntansi yang terlah terharmonisasi, dan IAASB dan IASB baru-baru ini bekerja sama pada pendekatan yang ada pada umumnya. Pandangan lainnya adalah satu rangkaian standar audit akan menghadapi kesulitan yang sama sebagai serangkaian standar akuntansi, yang man standar tersebut akan secara potensial didominasi oleh keperntingan oleh kelompok tertentu, dan tidak akan terdapat saingan untuk menemukan serangkaian standar yang terbaik. 10. Why do companies issue sustainability reports? Jawaban: Perusahaan sering mengakui mereka termotivasi oleh keberlangsungan dari lingkungan mereka dan kualitas dari interaksi mereka dengan berbagai seksi dari komunitas, dan menggunakan laporan yang
berkelanjutan untuk mengomunikasikan fokus mereka,
aktivitas, dan progress. Lainnya berpendapat bahwa pelaporan yang berkelanjutan merupakan perluasan dari hubungan publik dari entitas terhadap departemen dan usaha untuk menghindari sanksi. Semisal, hal ini mungkin untuk melihat keberlanjutan pelaporan sebagai usaha untuk meminimalisir atau biaya politik. Political cost merupakan biaya yang terjadi pada entitas untuk memuaskan pemerintah atau memenuhi persyaratan pada organisasi lainnya atau lainnya. Semisal, pelaporan yang berkelanjutan mungkin meyakinkan pemangku kepentingan perusahaan tambang yang melakukan semua hal yang dapat dilakukan untuk memimalisir berbagai pengaruh potensial yang merugikan dari operasinya pada
lingkungan local. Laporan dapat termasuk data terkait penanaman pohon untuk mengimbangi kegiatan tambang, dan usahanya untuk menyediakan pengajaran untuk generasi muda dari komunitas local. Hal ini dapat digunakan untuk meyakinkan pemerintahan yang relevan untuk tidak membebankan aturan baru dalam area pertambangan. Perusahaan lainnya bisa jadi memproduksi laporan yang berkelanjutan untuk mengomunikasikan informasi yang lebih besar yang mana telah disediakan untuk agensi yang berkaitan terkait GHG emisi, dsb. Terdapat biaya marginal yang kecil dari pembuatan informasi yang tersedia ini dan keuntungan yang lebih besar dari penyampaian
informasi
yang
lengkap
kepada
pemangku
kepentingan
yang
berkepentingan. 12. Why has the practice of sustainability reporting (and assurance) varied around the world? Jawaban: Beberapa negara memiliki aturan hukum yang mendorong pelaporan yang berkelanjutan. Semisal, jika negara memerlukan informasi tertentu untuk disediakan untuk pemerintahan dan kemungkinan bahwa informasi ini akan dibuat untuk dipublikasikan, perusahaan yang berada di negara tersebut bisa jadi lebih mungkin untuk mempublikasikan informasi dalam laporan yang berkelanjutan sehinggan mereka dapat mengendalikan penerbitannya dan memperoleh manfaat dari kepatuhan tersebut. Beberapa negara memiliki lingkungan politik yang mendorong dan melarang diskusi dari permasalahan keberlanjutan. Faktor yang berkaitan termasuk perilaku terhadap perusahaan private dalam menggunakan sumber alam, publik memiliki hak untuk mengetahui informasi tertentu terkait perusahaan dalam ekonomu, kemajuan terhadap skema perdagangan emisi, dsb. Faktor yang memengaruhi lainnya bisa jadi mempromosikan dari jenis pelaporan oleh profesi akuntansi dan pihak yang tertarik lainnya di negara tersebut.
14. What is the Carbon Disclosure Project? Who would use the information provided by the Carbon Disclosure Project? Why? Jawaban: Bahan dari laman CDP mengakui bahwa hal tersebutmerupakan organisasi nirlaba yang independen yang mana mengkompilasi database dari informasi perubahan cuaca perusahaan. Partisipasi perusahaan merupakan hal yang sukarela. Informasi telah dibuat dan tersedia pada laman CDP dan tersedia untuk semua pihak yang berkepentingan.
Pengguna utama merupakan investor instusional, organisasi pembelian, dan lembaga pemerintah. Kemudian untuk menyediakan informasi, tindakan CDP mendorong organisasi untuk mengukur, mengelola, dan mengurangi emisi dan dampak dari perubahan iklim. Hal ini menyediakan fokus untuk diskusi yang masih terus berlanjut antara investor institusional dan manajemen senior perusahaan pada perubahan iklim. 16. What is water accounting? Why would we want to account for water? Jawaban: Water accounting menerapkan konsep akuntansi akrual dari mengidentifikasi, mengukur, mencatat, dan melaporkan informasi berkaitan dengan sumber air. Water accounting saat ini dikembangkan oleh Water Accounting Standards Board (WASB) di Australia, dengan proyek serupa dengan berbagai tahap dari pengembangan di lain tempat. WASB mengeluarkan edisi pertama dari Water Accounting Conceptual Framework (WACF) dan Preliminary Australian Water Accounting Standards (PAWAS) di tahun 2009. Karena pemerintah telah mengusulkan pengembangan dari akuntansi air untuk menilai entitas yang memiliki kendali akan air untuk tidak membebankan kewajiban mereka terhadap akuntabilitas entitas, dan untuk membantu manajemen dari sumber air. 18. What attributes of water could be measured? Who would use information about these water attributes? What decisions would they be making? Jawaban: Kerangka konseptual akuntansi air mengacu pada proses dari ‘perhitungan’, daripada pengukuran. Kerangka mengakui bahwa terdapat berbagai atribut dari air yang dapat dihitung – hal ini termasuk volume, kadar garam atau nilai moneter. Diskusi seharusnya berfokus pada atribut apa yang akan berguna untuk pengguna yang berbeda dari informasi tersebut. Semisal, apakah berguna untuk tahun bahwa terdapat sejumlah volume air tanpa juga mengetahui apakah air tersebut memiliki kadar garam yang sangat banyak untuk dikonsumsi manusia? Kapan akan pengguna lebih tertarik pada nilai moneter dari air?