BAB I PENDAHULUAN
Peronea Peroneall palsy palsy ditand ditandai ai dengan dengan penuru penurunan nan fungsi fungsi sensor sensorik ik dan motor motorik ik pada pada tungkai bawah dan kaki akibat lesi pada nervus peroneal. Nama lain dari penyakit ini adalah peroneal neuropati atau peroneal atau peroneal nerve nerve injury.3 Peroneal palsy dapat terjadi sekunder terhadap trauma langsung, kompresi, cedera peregangan, iskemia, infeksi, atau penyakit inflamasi. Perone Peroneal al nerve nerve palsy palsy paling paling sering diakibatkan oleh duduk bersilang kaki, beberapa pekerjaan yang memerlukan berjongkok atau bersujud, seperti bertani, penambang. penambang. Komplikasi dari penyakit ini yaitu berkurangnya kemapuan berjalan dan sensasi serta kelemahan atau paralisis pada tungkai bawah dan kaki secara permanen. 7
0
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Anatomi & Fisiologi
Anatomi1
opografi innervasi pada e!tremitas inferior, yaitu saraf"saraf yang membentuk innervasi pada e!tremitas inferior berasal dari ramus anterior nervus spinalis thoracalis #$$, ple!us lumbalis dan ple!us sacralis. a.
%amus anterior nervus spinalis thoracalis #$$ &araf"saraf pada regio glutea berasal dari ramus anterior nervus spinalis thoracalis #$$. Kulit regio glutea dipersarafi oleh ramus cutaneus nervus intercostalis #$$, ramus cutaneus lateralis nervus iliohypogastrici, nervi clunium superiores, nervi clunium medii, nervi clunium inferiores mediales, dan nervi clunium inferiores laterales.
b.
Ple!us lumbalis Ple!us lumbalis dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis '("'), seringkali juga turut dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis thoracalis #$$. Ple!us ini berada pada dinding dorsal cavum abdominis, ditutupi oleh m.psoas major. *ari ple!us ini dipercabangkan+ n.iliohypogastricus, n.ilioinguinalis, n.genitofemoralis, n.cutaneus femoris lateralis, n.obturatorius, dan n.femoralis. Percabangan" percabangan tersebut tadi mempersarafi dinding cavum abdominis di bagian caudal, regio femoris bagian anterior, dan regio cruralis di bagian medial.
c.
Ple!us sacralis Ple!us sacralis dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis ')"&3&)- dan berada di sebelah ventral m.piriformis, dipisahkan dari vasa iliaca interna serta ureter oleh suatu lembaran fascia fascia pelvis parietalis-. iasanya a.glutea superior berjalan di antara n.spinalis &("&/ atau &/"&3 n.spinalis ') membentuk ple!us lumbalis dan juga turut membentuk ple!us sacralis-. Ple!us sacralis melayani struktur pada pelvis, regio glutea, dan e!tremitas inferior. 1
*ari ple!us sacralis dipercabangkan+ n.gluteus superior, n.gluteus inferior, n.cutaneus femoris posterior, nn.clunium inferiores mediales, n.ischiadicus, dan n.musculares. Nervus ischiadicus adalah saraf yang terbesar dalam tubuh manusia yang mempersarafi regio cruralis dan pedis serta otot"otot bagian di bagian dorsal regio femoris, seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh persendian pada e!tremitas inferior. Nervus ischidicus berasal dari medulla spinalis ')"&3 berjalan melalui foramen infrapiriormis, berada di sebelah lateral n.cutaneus femoris posterior, berjalan descendens di sebelah dorsal m.rotator triceps, di sebelah dorsal m.0uadratus femoris, di sebelah ventral m.gluteus ma!imus, di sebelah dorsal m.adductor magnus, di sebelah ventral caput longum m.biceps femoris, selanjutnya berada di antara m.biceps femoris dan m.semimembranosus, masuk ke dalam fossa poplitea, lalu saraf ini bercabang dua menjadi n.tibialis dan n.peronaeus communis. %ami musculares dipercabangkan untuk mempersarafi m.biceps femoris caput longum, m.semitendinosus, m.semimembranosus, dan m.adductor magnus. %ami musculares ini dipercabangkan dari sisi medial n.ischiadicus sehingga bagian di sebelah medial n.ischiadicus disebut danger side sedangkan bagian di sebelah lateral disebut safety side.
Otot-otot kaki pngg!ak tlapak kaki "an #a!i kaki 1
1tot"otot kaki, dibagi ke dalam tiga kompartemen yaitu anterior, lateral, dan posterior. $ompa!tmn ant!io! kaki terdiri dari otot-otot "o!si%lksi kaki. *alam kompartemen anterior, tiialis ant!io! merupakan otot panjang, tebal terhadap permukaan lateral tibia. Otot kstnso! 'all()is long(s adalah otot tipis antara dan sebagian mendalam untuk tibialis anterior dan otot *tnso! "igito!(m long(s . Otot %i(la!is +p!on(s, t!ti(s adalah bagian dari otot ekstensor digitorum longus.
Kompartemen fibula- lateral kaki berisi dua otot yaitu %i(la!is +p!on(s, long(s dan %i(la!is +p!on(s, !is. Kompartemen belakang kaki terdiri dari 2
kelompok otot"otot dangkal dan dalam. 1tot"otot superfisial seperti tn"on +A)'ills, )al)anal merupakan tendon terkuat tubuh. 1tot ini masuk ke dalam tulang calcaneal
dari pergelangan kaki. Otot gast!o)nmi(s adalah otot paling dangkal dan bentuk yang paling terlihat pada betis. Otot sol(s, yang terletak ke dalam gastrocnemius, adalah otot yang luas dan datar. Otot planta!is adalah otot kecil yang mungkin tidak ada2 sebaliknya, kadang"kadang ada dua dari mereka di setiap kaki. 1tot ini berjalan miring antara otot gastrocnemius dan soleus. 1tot"otot yang letaknya dalam pada kompa!tmn post!io! adalah popliteus, tibialis posterior, fleksor digitorum longus, dan fleksor hallucis longus. Otot poplit(s adalah otot segitiga yang membentuk lantai atau dasar popliteal fossa. Otot tiialis post!io! adalah otot terdalam pada kompartemen posterior. 1tot ini terletak di antara
fleksor digitorum longus dan %lkso! 'all()is long(s. Otot %lkso! "igito!(m long(s lebih kecil dari fleksor hallucis longus.
Otot int!insik kaki pngg!ak #a!i kaki 2
asia profunda kaki membentuk plantar aponeurosis fascia- yang memanjang dari tulang kalkaneus untuk falang jari"jari kaki. 4poneurosis mendukung lengkungan longitudinal kaki dan membungkus tendon fleksor di kaki. 1tot"otot intrinsik kaki dibagi menjadi dua kelompok yaitu "o!sal "an planta!. 5anya ada satu otot "o!sal yaitu kstnso! "igito!(m !is . Otot-otot planta! disusun dalam empat lapisan. 'apisan yang paling dangkal
disebut lapisan p!tama. 4da tiga otot pada lapisan pertama. Otot a"()to! 'all()is , yang terletak di sepanjang perbatasan medial tapak kaki, sebanding dengan abductor pollicis brevis di tangan. Otot %lkso! "igito!(m !is , yang terletak di tengah"tengah telapak kaki. Otot a"(kto! "igiti minimi, yang terletak di sepanjang perbatasan lateral telapak kaki, adalah sebanding dengan otot yang sama di tangan, dan mengabduksi jari kelingking kaki.
3
Lapisan k"(a terdiri dari (a"!at(s planta yaitu otot berbentuk persegi
panjang dan otot l(m!ikalis, empat otot kecil yang mirip dengan otot lumbrikalis di tangan. Lapisan ktiga terdiri dari tiga otot. Otot %lkso! 'all()is !is, terletak
berdekatan dengan permukaan plantar metatarsal dan sebanding dengan otot yang sama di tangan. Otot a""()to! 'all()is
memiliki ujung miring dan melintang seperti
adduktor polisis di tangan. Otot %lkso! "igiti minimi !is terletak dangkal ke metatarsal dari jari kelingking kaki. Lapisan kmpat adalah yang terdalam dan terdiri dari dua kelompok otot. Do!sal int!ossi adalah empat otot yang mengabduksi jari kaki /"), memendekkan
falang proksimal, dan memperpanjang falang distal.
Ketiga planta! int!ossi
mengabduksi jari kaki 3"6, memendekkan falang proksimal, dan memperpanjang falang distal. $nterosei kaki serupa dengan yang di tangan.
4
5
Fisiologi Sikl(s B!#alan
&atu siklus berjalangait dimulai dari tumit salah satu kaki mengenai lantai heel strike- hingga heel strike berikutnya pada kaki yang sama, disebut (889 total siklus berjalan. itik"titik tertentu dari siklus ini dapat diamati.
89
+ heel strike pada permulaan fase berdiri stance phase-
(69
+ kaki bagian depan menyentuh lantai, disebut juga foot
flat
389
+ tumit terangkat dari lantai heel off-
)69
+ lutut dan panggul menekuk untuk mempercepat kaki
kedepan dalam antisipasi fase mengayun swing phase- disebut knee band
:89
+ jari"jari terangkat dari lantai, akhir dari fase berdiri
untuk mengawali fase mengayun, disebut toe off. Pada pertengahan ayunan diperlukan dorsofleksi kaki untuk mencegah jari"jari menyentuh lantai.
(889
+ tumit kaki yang sama kembali menyentuh lantai.
&elama total siklus berjalan, fase berdiri meliputi :89 total siklus danfase mengayun )89.
6
Fas-%as "a!i sikl(s !#alan/
8 ; (69
+ fase heel strike
(6 ; 389 + fase mid stance 38")69
+ fasepushoff
)6 ; :89 + fase acceleration of the swing leg Pada akhir dari fase berdiri dari satu kaki dan permulaan fase berdiri kaki lainnya terdapat suatu saat dimana tubuh ditopang oleh kedua tungkai. ase double support ini berlangsung selama ((9 dari siklus. Panjang langkah stide length- adalah jarak dari satu hell strike ke heel strike berikutnya dari kaki yang sama, rata"rata (6: cm. &tep length adalah jarak antara heel strike kaki yang satu dengan kaki lainnya, rata"rata separuh dari jarak stride length. 'ebar langkah stride width- ditentukan dari jarak antara kedua garis tengah kedua kaki, rata"rata < lebih kuran 3,6 cm. &udut kaki foot angle- adalah sudut yang terbentuk pada saat melangkah dimana sumbu kaki memotong garis arah berjalan, rata"rata :,7 ; :,< 8. 'amanya satu siklus jalan adalah lebih dari ( detik (,83 lebih kurang 3,6-. =umlah langkah step- ((7menit, stride :8menit. *ari angka"angka tersebut diatas bisa terdapat berabagai variasi. 7
Pa"a p!oss !#alan "ip!l(kan/
mekanisme refleks yug sederhana pada tingkat medula spinalis. %efleks" refleks postural dan berdiri yang mempertahankan tubuh tetap tegak dengan meningkatkan tonus otot"otot antigrafitasi, refleks"refleks leher dan labirin untuk mempertahankan tonus yang diperlukan,
refleks tegak righting refle!es- untuk mempertahankan posisi kepala, anggota gerak dan batang tubuh
integrasi fungsi"fungsi motorik dari koretks piramidal, > mekanisme otomatis melalui basal ganglia untuk postur, tonus dan gerakan yang berhubungan serta sinergisme
fungsi"fungsi kordinasi serebelum
unsur"unsur sensorik terutama porprioseptif untuk menginformasikan posisi individual dari masing"masing bagian badan dan untuk memberikanorientasi ruang yang memadai. 1rientasi ruang ini juga diperoleh melalui fugsi visual, terutama bila fungsi sensorik proprioseptif terganggu.
&elama berjalan berat badan ditopang oleh salah satu tungkai sementara tungkai lain melakukan gerakanmaju. ungkai penopang mula"mula ekstensi penuh dengan tumit yang pertama menyentuh lantai heel strike-, kemudian lutut menekuk membuat sudut (68 saat ini bagian depan kaki juga menyentuh lantai mid stance-,lalu kembali ekstensi hingga tumit mengangkat heel off- pada saat pusat gravitasi bergerak ke depan. ungkai lainnya memulai gerakan maju segera setelah berat badan dipindahkan pada tungkai penpopang. Kemudian berat badan ditopang sesaat oleh tumit dari tungkai yang beregrak maju, kemudian oleh kaki hingga tumit terangkat dan akhirnya oleh bagian depan kaki. &ehingga gerakan berjalan gair- yang normal merupakan tahapan penopangan tumit jari dan maju. Pelvis sedikit berputar kesisi tungkai yang bergerak kedepan rotasi pelvis )8 pada masing8masing sisi-, dan turun 68 pada sisi kaki yang mengayun pelvic tilt-. 8
&elama berjalan tungkai juga mengalami rotasi, femur
0ait akiat klma'an
@angguan gait akibat kelemahan adalah disebabkan oleh penyakit berat dan lama hingga menyebabkan atrofi yang menyeluruh. @angguan gait ini tidak khas menunjukkan suatu penyakit neurologik atau kerusakan fokal sistem saraf. @angguan gait berupa ketidak seimbangan unsteadiness- dan mengharapkan bantuan. Pasen tampak bergoyang"goyang ke satu sisi dan lainnya, meyerupai ataksia. Pasen terlihat ingin bersandar di kursi untuk memperoleh pegangan atau bersandar ke dinding. @erakannya lambat dan lutut tampak gemetar.
' stppag gait
@angguan berjalan ini terdapat dalam hubungannya dengan foot drop dan disebabkan oleh kelemahan atau paralisis dorsifleksi kaki danatau jari kaki. Aaktu jalan kaki bisa diseret atau diangkat tinggi untuk mengkompensasi foot drops. erdapat fleksi yang berlebihan pada panggul dan lutut, kaki dilemparkan kedepan dan jari"jari turun dengan suara yang khas sebelum tumit atau bagian depan kaki meneganai lantai. Pasen tidak dapat berdiri pada tumitnya. @ait ini bisa unilateral atau bilateral. Penyebab yang paling sering adalah faresis tibialis anterior danatau ekstensor digitorum danhallucis longus, yang disebabkan karena lesi pada nervus peroneus komunis atau profunda, lesi pada segemen ')"&( atau kauda ekuina. oot drops dan steppage gait bisa juga terdapat pada poliomyelitis, P&B4 progressive spinal muscular attrophy-, 4'&, penyakit Charcot"Barie"ooth, dan neuritis perifer.
9
0ait ang !'((ngan "ngan pa!s "an pa!alisis
@angguan
berjalan
dapat
terjadi
pada
berbagai
kelumpuhan.
Parese
gastroknemius dan soleus, pasen tidak dapat berdiri pada jari kaki, saat berjalan tumit lebih dulu mengenai lantai, dan kaki terseret parese otot hamstring, terdapat kelemaham fleksi otot lutut. Parese otot kuadrispes femoris, kelemahan ekstensi lutut, tidak mampu naik atau turun tangga atau bangkit dari posisi berlutut tanpa menahan lututnya, bila jalan lutut harus dijada tetap lurus, bila lutut menekuk pasen cenderung jatuh. erjalan mundur lebih mudah daripada maju. Parese n.peroneus superfisialis, kelemahan eversi, pasen berjalan menggunakan sisi luar kakinya.
2.2.
P!onal Pals
A.
D%inisi
Keadaan yang ditandai dengan penurunan fungsi sensorik dan motorik pada tungkai bawah dan kaki akibat lesi pada nervus peroneal. Nama lain dari penyakit ini adalah peroneal neuropati atau peroneal nerve injury.3 B.
Epi"miologi
&aat ini tidak ada perbedaan ras, maupun jenis kelamin yang lebih cenderung mengalami peroneal palsy ini namun kasus ini lebih jarang dialami oleh anak"anak . 3.
Etiologi
Peroneal nerve palsy paling sering diakibatkan oleh duduk bersilang kaki yang mana menyebabkan saraf peroneal terjepit antara caput fibula dan condylus femur e!terna serta patella pada tungkai yang berlawanan. Kondisi ini lebih sering terjadi pada mereka dengan penurunan berat badan yang sangat atau pada masa konvalesen dari suatu penyakit atau tindakan operasi. 5ilangnya lemak fat- yang sangat akan mengurangi proteksi terhadap saraf tersebut, sedangkan penurunan berat badan memungkinkan pasien merasa enak comfortable- dengan duduk bersilang kaki. Kebiasaan duduk bersilang kaki dapat menimbulkan dimple sign yang terdiri dari
10
daerah pressure atropi berbentuk oval yang mengenai jaringan sampai ke saraf peroneal di caput fibula. &elain itu beberapa pekerjaan yang memerlukan berjongkok atau bersujud, seperti bertani, penambang akan meningkatkan tekanan pada saraf terhadap collum fibula sehingga menyebabkan terjadinya occupational peroneal palsy juga gangguan fungsi saraf peroneal dapat terjadi setalah mengalami keseleo atau terkilir pada pergelangan kaki.
Bekanisme lain yang diketahui sebagai penyebab peroneal nerve palsy adalah trauma langsung, dislokasi lutut, fraktur tibia dan fibula, my!edema pretibial, intoksikasi ergot dan malposisi diatas meja operasi. 'okalisasi lesi sebagian besar ditemukan pada collum fibula tempat saraf tersebut bercabang menjadi N.Peroneal superficial dan profunda. Pada daerah ini tampaknya saraf tersebut paling mudah mengalami kompresi atau streching.
D.
Mani%stasi $linis4
Pasien dengan peroneal palsy sering mengalami drop foot tidak mampu melakukan gerakan dorsofleksi-. Kram pada malam hari dapat terjadi di anterior tungkai bawah jika kompresi yang kronis-. =ika kompresi akut, gejala cenderung lebih maksimal di awal. Nyeri bisa terjadi di lokasi kompresi. @angguan sensorik misalnya, kesemutan, mati rasa- di lateral tungkai bawah dan kaki dapat dicatat.. 11
Dntuk gejala klinis pastinya dapat dibedakan menurut lesinya antara lain+
'esi Pada Kaput ibula &ebagian besar kelumpuhan saraf peroneus terjadii pada daerah kaput fibula, dimana saraf tersebut terletak superfisial dan rentan terhadap cedera. Cabang profunda lebih sering terkena dari pada saraf yang lain. =ika ke / cabang terkena superfisial dan profuna- menimbulkan pareseparalise jari kaki, dorso fleksi kaki dan jari kaki, serta bagian lateral distal dari tungkai bawah. =ika hanya cabang profunda yang terkena, menimbulkan deep peroneal nerve syndrome.
4nterior ibial *eep Peroneal- Nerve &yndrome &araf ini bisa terkena cedera pada kaput fibula atau lebih distal. Kelainan ini menimbulkan pareseparalise jari kaki dan dorsofleksi kaki. @angguan sensoris terbatas pada kulit di sela jari"jari antara jari kaki ( dan /. &araf ini dapat juga tertekan pada pergelangan kaki, sehingga menyebabkan anterior tarsal tunnel syndrome yang menimbulkan gejala parese danatropi pada B.e!tensor digitorum brevis. &edangkan gangguan sensoris bisa terdapat atau tidak pada kulit di sela jari"jari antara kaki ( dan /.
&uperficial Peroneal Nerve &yndrome 'esi bisa pada kaput fibula atau lebih distal. Benimbulkan parese dan atropi pada B.Peronei dan gangguan eversi kaki. @angguan sensoris pada kulit bagian lateral distal tungkai bawah dan dorsum kaki, sedangkan kulit di sela jari"jari antara jari kaki ( dan / masih baik.
E.
Pato%isiologi5
N.Peroneus tersusun oleh serabut"serabut fasikel dan dipisahkan oleh jaringan ikat, ruang interfasikular dan jaringan ikat yang elastis, keadaan ini memberikan bantalan sebagai proteksi terhadap tekanan. &erabut"serabut saraf yang terletak superfisial terahdap tekanan. &erabut"serabut saraf yang terletak superfisial agaknya melindungi serabut"serabut saraf yang letaknya lebih dalam. 12
*i lain pihak jika tenaga mekanik e!terna terjadi secara tangensial atau jika ada cedera terbatas yang disebabkan oleh pergerakan saraf tubuh terhadap permukaan tulang yang keras, beberapa fasikel dapat terkena, sedangkan lainnya selamat. &araf"saraf yang mempersarafi otot lebih rentan dari pada saraf kulit terhadap efek kompresi. Perbedaan ini mungkin karena adanya perbedaan sifat biokimiawi dan komposisi serabut yang terdapat di antara otot dan saraf kulit. Kepentingan komposisi serabut saraf dikatakan bahwa serabut"serabut tebal yang bermyelin kurang tahan terhadap tekanan daripada serabut yang tipis dan serabut bermyelin lebih mudah rusak dari pada serabut saraf yang tidak bermyelin dan 769 serabut saraf kulit tidak bermyelin. Perbedaan dalam komposisi dan kerentanan terhadap tekanan dapat menpengaruhi efek tekanan secara keseluruhan pada saraf otot dan saraf kulit Beningkatnya kerentanan saraf terhadap cedera tekanan &ekali saraf tepi itu rusak oleh karena penyakit, maka saraf tersebut menjadi lebih sensitif terhadap efek tekanan. =adi pada pasen yang menderita malnutrisi, alkoholisme, diabetes, gagal ginjal, atau @uillain"arre &yndrome sering terjadi komplikasi pressure neuropathy. Kelainan tersebut biasanya tampak pada saraf yang laEim berpeluang terkena tekanan. Penyebab meningkatnya kerentanan tetap tidak diketahui. *isamping itu faktor genetik juga berperan sebagai predisposisi timbulnya pressure neuropati.
F.
Diagnosis
*iagnosa peroneus palsy ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan dengan f oto polos pada lutut dan pergelangan kaki harus diperoleh untuk mengevaluasi adanya fraktur, lesi massa, atau arthritis jika ada riwayat yang menunjukkan salah satu etiologi tersebut. &elain itu, B%$ 'umbar dapat memberikan bukti radikulopati '6 jika radiografi negatif. B%$ pada lutut dan pergelangan kaki dapat lebih menjelaskan lesi tulang atau menunjukkan ganglia intraneural. Pada pemeriksaan elektromiografi terlihat adanya perubahan amplitudo
13
yang menunjukkan blok konduksi dan kegagalan kkonduksi saraf, kecepatan hantaran menurun, latensi distal meningkat dan memperlihatkan tanda"tanda denervasi. Di%%!nsial Diagnosis/
%adikulopati '6
Post operasi pinggul
5igh aciatic mononeuropathy yang mengenai serabut peroneus kommunis
Pnatalaksanaan6
0.
Konservatif yaitu dengan mengistirahatkan kaki dan menghindari faktor" faktor kompresi seperti menyilangkan kaki.
indakan bedah diperlukan jika terdapat lesi akibat terdapat suatu masa yang mengkrompresi saraf, membebaskan saraf yang tertambat atau terjepit, dan jika terjadi trauma terbuka dan tumpul yang berat dan mengkompresi saraf.
H.
P!ognosis & $omplikasi
*ekompresi saraf peroneal komunis adalah prosedur yang berguna untuk memperbaiki sensasi dan kekuatan serta mengurangi nyeri. &ebuah studi retrospektif mengevaluasi faktor prognostik elektrodiagnostik setelah cedera saraf peroneal pada 3? sunjek penelitian. 5asil ini dikaitkan dengan potensial aksi respon otot ekstensor digitorum brevis dan tibialis anterior+ <(9 subyek dengan respon tibialis anterior dan ?)9 dengan ekstensor digitorum brevis memiliki respon yang baik setidaknya ) dari 6 pergelangan kekuatan dorsofleksi- dibandingkan dengan mereka yang tidak berespon baik. &elain itu, semua pasien dengan kompresi nontraumatik memiliki hasil yang baik. Komplikasi dari penyakit ini yaitu berkurangnya kemapuan berjalan dan sensasi serta kelemahan atau paralisis pada tungkai bawah dan kaki secara permanen. 7
F
14
DAFA7 PUSA$A
(. &herwood '. Fisiologi Manusia. =akarta + G@C. /88( /. ortora @=, *errickson . Principles of anatomy and physiology. (/nd ed. Dnited &tates of 4merica + =ohn Ailey H &ons, $nc2 /88?. 3. 4garwal, P. /8(/. Peroneal Bononeuropathy. Ihttp+emedicine.medscape.comJ diakses 3 4gustus /8()L. ). aima, =. H Krivickas, '. /88<. Gvaluation and reatment of Peroneal Neurophaty. Curr Rev Musculoskelet Med . (/-+ ()7;(63. 6. Kennedy =@, a!ter *G./88<. Nerve disorders in dancers. Clin Sports Med . /7/-+3/?"3). :. &otaniemi K.4. (?<). &limmerMs ParalysisPeroneal Neuropathy *uring Aeight %eduction. J Neurol Neurosurgery Psyciatry. )76-+6:);:. 7. Campellone, =O. /8(3. Common peroneal nerve dysfunction. I http+www.nlm.nih.govmedlineplusencyarticle8887?(.htmJ diakses 3 4gustus /8()L
15