BAB I PENDAHULUAN
Chronic venous insufficiency (CVI) atau insufisiensi vena kronik (IVK) adalah
gangguan aliran balik darah dari tungkai ke jantung yang besifat menahun. Hal ini diseba disebabka bkann disfun disfungsi gsi katupkatup-kat katup up vena vena yang yang meny menyeba ebabka bkann aliran aliran darah darah vena vena terga tergangg nggu u sehing sehingga ga terjad terjadii refluk reflukss darah darah dalam dalam vena. vena. CVI terjad terjadii pada pada vena vena ekstremitas ba!ah (vena-vena superfisialis ataupun profunda) dengan manifestasi nyeri pada tungkai ba!ah bengkak edema perubahan kulit dan ulserasi. CVI sering dikaitkan dengan varises yaitu kondisi vena tampak membesar berliku-liku dan kebiruan diba!ah permukaan kulit. Istilah ini umumnya menga"u pada pembuluh darah ditungkai meskipun varises dapat juga terjadi di tempat lain. # hronic venous venous insufficienc insufficiencyy belum ada angka yang pasti $i Indone Indonesia sia "hronic
mengenai insiden terjadinya. CVI lebih banyak terjadi pada negara-negara barat atau negara industri yang kemungkinan besar disebabkan oleh gaya hidup dan aktivitas penduduknya. penduduknya. %ebih sering terjadi pada !anita daripada pria prevalensinya prevalensinya juga akan meningkat meningkat seiring seiring dengan dengan pertambah pertambahan an usia dengan prevalens prevalensi& i& 'ria muda sebanyak # berbanding !anita muda sebanyak * 'ria berusia lebih dari + tahun sebanyak sebanyak , berbanding !anita berusia berusia lebih dari + tahun sebanyak sebanyak +.
,
Varises mempunya mempunyaii dampak dampak bermakna bermakna bagi pera!ata pera!atann kesehata kesehatan n setiap setiap tahun tahun jutaa jutaann orang orang berob berobat at ke dokter dokter masal masalah ah kosm kosmeti etik. k. Konsek Konsekuen uensi si masal masalah ah kosme kosmetik tik pada pada varise varisess dapat dapat memeng memengaru aruhi hi kualit kualitas as hidup hidup dan dikait dikaitan an denga dengann mani manife fest stas asii lain lain yang yang lebi lebihh seri serius us sepe sepert rtii ulku ulkuss vena vena yang ang prev preval alen ensi siny nyaa diperkirakan sekitar * meskipun ulkus aktif atau yang lebih sembuh ditemukan pada sekitar # populasi manusia. manusia.,
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Vena Ekstremitas Baa! 2.1.1 Vena s"#er$isialis ekstremitas %aa!
istem superfisialis terdiri dari vena safena magna dan vena safena parva. istem vena pada tungkai terdiri dari komponen vena superfisialis vena profunda dan vena perforantes (penghubung). alaupun vena menyerupai arteri tetapi dindingnya lebih tipis lapisan otot bagian tengah lebih lemah jaringan elastis lebih sedikit serta terdapat katup semilunar. Katup vena merupakan struktur penting dari sistem aliran vena karena berfungsi men"egah refluks aliran darah vena tungkai. Katup vena bersama dengan kontraksi otot betis akan mengalirkan darah dari vena superfisialis ke profunda menuju jantung dengan mela!an gaya gravitasi. 'ompa otot betis se"ara normal memba!a /+-0 darah dari aliran vena tungkai sedangkan komponen superfisialis memba!a ##+ darah. Vena-vena superfisialis dapat dilihat di ba!ah permukaan kulit terletak di dalam lemak subkutan tepatnya pada fasia otot dan merupakan tempat berkumpulnya darah dari kulit setelah melalui "abang ke"il. Vena superfisialis yang utama adalah vena safena magna (V1) dan vena safena parva (V'). * 2.1.1.1 Vena sa$ena magna
Vena safena magna merupakan vena terpanjang di tubuh mulai dari kaki sampai ke fossa ovalis dan mengalirkan darah dari bagian medial kaki serta kulit sisi medial tungkai. Vena ini merupakan vena yang paling sering menderita varises pada tungkai ba!ah. $i tungkai ba!ah vena safena magna berdampingan dengan nervus savena suatu saraf kulit "abang nervus femoralis yang mensarafi permukaan medial tungkai ba!ah.* 2.1.1.2 Vena sa$ena #ar&a
Vena safena parva terletak di antara tendo a"hilles dan maleolus lateralis. 'ada pertengahan betis menembus fasia kemudian bermuara ke vena poplitea
2
beberapa sentimeter di ba!ah lutut. Vena ini mengalirkan darah dari bagian lateral kaki. 1ulai dari maleolus lateralis sampai proksimal betis vena safena parva terletak sangat berdekatan dengan nervus suralis yaitu saraf sensorik yang mensarafi kulit sisi lateral kaki.* 2.1.1.' Vena #er$orantes (#eng!"%"ng)
Vena perforantes (penghubung) adalah vena yang menghubungkan vena superfisial ke vena profunda yaitu dengan "ara langsung menembus fasia ( direct communicating vein). Vena ini mempunyai katup yang mengarahkan aliran darah
dari vena superfisial ke vena profunda. Katup-katup pada perforator mengarah ke dalam sehingga darah mengalir dari sistem superfisialis ke sistem profunda kemudian darah dipompa keatas dibantu oleh kontraksi otot betis. 2kibatnya sistem profunda memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada superfisialis. 2pabila katup perforator mengalami kerusakan tekanan yang meningkat akan diteruskan ke sistem superfisialis sehingga terjadi varises pada sistem ini. *
2.1.2
Vena #ro$"nda ekstremitas %aa!
Vena-vena profunda pada betis adalah vena komitans dari arteri tibialis anterior dan arteri tibialis posterior yang melanjutkan sebagai vena poplitea dan vena femoralis. Vena profunda ini membentuk jaringan luas dalam kompartemen posterior betis pleksus soleal dimana darah dibantu mengalir ke atas mela!an gaya gravitasi oleh otot misalnya saat olahraga. * elama kontraksi otot betis katup-katup vena perforantes dan vena superfisialis menutup sehingga darah akan mengalir kearah proksimal melalui sistem vena profunda. 'ada !aktu relaksasi vena profunda mengalami dilatasi yang menimbulkan tekanan negatif. 3ekanan negatif ini akan menarik darah dari sistem vena superfisialis ke dalam sistem profunda melalui vena perforantes. 'enderita dengan insufisiensi vena darah mengalir dari sistem vena profunda ke dalam vena superfisialis. edangkan pada orang sehat katup-katup dalam vena perforantes men"egah hal ini. *
3
*am%ar 1. 2natomi Vena 4kstremitas 5a!ah *
2.2. Chronic Venous Insufficiency 2.2.1 De$inisi
Chronic venous insufficiency (CVI) atau insufisiensi vena kronik (IVK)
adalah gangguan aliran balik darah dari tungkai ke jantung yang besifat menahun.#
*am%ar 2. Insufisiensi Vena Kronik #
2.2.2 E#idemiologi
$i Indonesia "hronic venous insufficiency belum ada angka yang pasti mengenai insiden terjadinya. CVI lebih banyak terjadi pada negara-negara barat atau negara industri yang kemungkinan besar disebabkan oleh gaya hidup dan
4
aktivitas penduduknya. %ebih sering terjadi pada !anita daripada pria prevalensinya juga akan meningkat seiring dengan pertambahan usia dengan prevalensi& 'ria muda sebanyak # berbanding !anita muda sebanyak * 'ria berusia lebih dari + tahun sebanyak , berbanding !anita berusia lebih dari + tahun sebanyak +. , 2.2.' Etiologi dan $aktor resiko
4tiologi dari Chronic venous insufficiency (CVI) dapat dibagi * yaitu kongenital primer dan sekunder&6 2.2.'.1 +VI kongenital
'enyebab CVI yang kongenital adalah pada kelainan dimana katup yang seharusnya terbentuk di suatu segmen ternyata tidak terbentuk sama sekali (aplasia avalvulia) atau pembentukannya tidak sempurna (displasia) berbagai malformasi vena dan kelainan lainnya yang baru diketahui setelah penderitanya berumur.6 2.2.'.2 +VI #rimer
'enyebab CVI yang primer adalah kelemahan intrinsik dari dinding katup yaitu terjadi lembaran atau daun katup yang terlalu panjang (elongasi) atau daun katup menyebabkan dinding vena menjadi terlalu lentur tanpa sebab-sebab yang diketahui. Keadaan daun katup yang panjang melambai ( floppy, rebundant ) sehingga penutupan tidak sempurna (daun-daun katup tidak dapat terkatup sempurna) yang mengakibatkan terjadinya katup tidak dapat menahan aliran balik sehingga aliran retrograd atau refluks. Keadaan tersebut dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan katup (valve repair ) dengan operasi untuk mengembalikan katup menjadi berfungsi baik kembali.6 2.2.'.' +VI sek"nder
'enyebab insufisiensi vena kronis sekunder (insufisiensi vena sekunder) disebabkan oleh keadaan patologik yang didapat ( acquired ) yaitu akibat adanya penyumbatan trombosis vena dalam yang menimbulkan gangguan kronis pada katup vena dalam. 'ada keadaan dimana terjadi komplikasi sumbatan trombus beberapa bulan atau tahun paska kejadian trombosis vena dalam maka keadaan tersebut disebut
5
sindroma post-tromboti". 'ada sindroma tersebut terjadi pembentukan jaringan parut akibat inflamasi trombosis kronis dan rekanalisasi yang akan menimbulkan fibrosis dan juga akan menimbulkan pemendekan daun katup (pengerutan daun katup) perforasi ke"il-ke"il (perforasi mikro) dan adhesi katup sehingga akhirnya akan menimbulkan penyempitan lumen. Kerusakan yang terjadi pada daun katup telah sangat parah tidak memungkinkan upaya perbaikan. Kejadian insufisiensi vena kronis yang primer dan sekunder (akibat trombosis vena dalam dan komplikasi post-trombotic) dapat terjadi pada satu penderita yang sama. 6
*am%ar '. Katup Vena6
7aktor risiko terkait CVI meliputi usia (di atas * tahun) jenis kelamin ri!ayat varises dalam keluarga obesitas kehamilan menopause flebitis dan ri!ayat "edera tungkai. 3erdapat juga faktor lingkungan atau perilaku terkait dengan CVI seperti berdiri dan duduk terlalu lama.,6 8angguan vena menahun tidak mungkin disebabkan karena menyilangkan tungkai atau pergelangan kaki meskipun hal ini dapat memperburuk kondisi varises yang telah ada .+
2.2., Pato$isiologi
6
$arah dari sistem vena superfisial akan mengalir ke sistem vena profunda melalui vena perforantes yang menembus selubung otot dan mempunyai katup yang menjamin darah untuk mengalir dari vena superfisial ke vena profunda. istem vena profunda akan diperas kosong ke arah pro9imal pada setiap kontraksi otot tungkai. :umlah katup yang terdapat di vena tungkai tergantung dari lokasinya semakin pro9imal jumlahnya semakin sedikit dan pada vena dalam lebih banyak daripada vena tepi. * Insufisiensi vena kronik atau CVI merupakan gangguan aliran balik darah dari tungkai ke jantung yang besifat menahun yang ditandai dengan nyeri dan pembengkakan pada tungkai. CVI paling sering disebabkan oleh perubahan primer pada dinding vena serta katup-katupnya ( valve incompetence) dan perubahan sekunder disebabkan oleh trombus sebelumnya dan kemudian mengakibatkan reflu9 obstruksi atau keduanya. Kelainan kongenital jarang menyebabkan CVI. Varises tungkai adalah yang paling banyak ditemukan. , Vena mempunyai daun katup untuk men"egah darah mengalir mundur (retrograde atau refluks aliran). 'ompa vena otot tungkai mengembalikan darah ke jantung (mekanisme pompa otot betis) mela!an efek gravitasi.
:ika
pembuluh darah menjadi varises katup vena tidak berfungsi lagi (inkompetensi katup).,; 'atologi vena terjadi jika tekanan vena meningkat dan kembalinya darah terganggu melalui beberapa mekanisme. Hal ini dapat terjadi akibat inkompetensi katup vena dalam aksial atau superfisial atau kombinasi keduanya. Insufisiensi vena yang berlanjut dapat menyebabkan perubahan pada kulit hiperpigmentasi fibrosis jaringan subkutan dan akhirnya dapat terjadi ulkus., Kegagalan katup vena dalam dapat menyebabkan volume darah dipompa ke luar ekstremitas dan diisi kembali oleh aliran darah arteri dan aliran vena retrograde patologis. 3ekanan vena segera setelah ambulasi dapat sedikit
meningkat atau normal tetapi vena terisi kembali dengan "epat disertai terjadi peningkatan tekanan vena tanpa kontraksi otot. $isfungsi atau inkompetensi katup system vena superfisial juga menyebabkan aliran retrograde darah dan peningkatan tekanan hidrostatik.,
7
Kegagalan katup dapat primer akibat kelemahan dinding pembuluh darah atau daun katup yang sudah ada sekunder terhadap "edera langsung flebitis superfisial atau distensi vena berlebihan akibat efek hormonal atau tekanan yang tinggi., Kegagalan katup vena yang berlokasi di saphenofemoral junction dan saphenopopliteal junction menyebabkan tekanan tinggi pada vena superfisial
sehingga terjadi dilatasi vena dan varises yang menyebar dari proximal junction ke ekstremitas ba!ah. Inkompetensi katup perforator juga dapat menyebabkan darah mengalir dari vena dalam balik ke belakang ke sistem superfisial dan bersama transmisi tekanan tinggi yang ditimbulkan oleh pompa otot betis menyebabkan dilatasi vena berlebihan dan kegagalan sekunder katup vena superfisial.,
hemodinamik
ditransmisikan ke dalam
vena besar
mikrosirkulasi dan
ekstremitas ba!ah menyebabkan
dapat
terjadinya
mikroangiopati vena meliputi pemanjangan dilatasi dan berkelak- keloknya kapiler penebalan membran basalis dengan peningkatan serat kolagen dan elastin kerusakan endotel dengan pelebaran ruang interendotel serta peningkatan edema perikapiler dengan pembentukan =halo>. Kelainan kapiler dengan peningkatan permeabilitas dan tekanan vena yang tinggi menyebabkan akumulasi "airan makromolekuldan ekstravasasi sel darah merah ke ruang interstisial. elain itu fragmentasi dan destruksi mikrolimfatik juga dapat mengganggu drainase dari ekstremitas dan disfungsi saraf lokal dapat menyebabkan perubahan mekanisme regulasi. , Varises dibedakan dari vena retikuler (vena biru) dan telangiektasia ( spider veins) yang juga melibatkan insufisiensi katup dari ukuran dan lokasi pembuluh darah yang terkena. ?
8
2.2.- Mani$estasi klinis 2.2.-.1 *eala ins"$isiensi &ena kronik
8ejala insufisiensi vena kronik dapat meliputi& #,; •
3ungkai terasa nyeri (saat berjalan yang berhenti saat istirahat) dan
•
berat serta pegal (setelah berdiri lama) Kram bisa terjadi terutama saat pergerakan tiba-tiba seperti gerakan
• • • • •
berdiri 'elebaran vena dekat permukaan kulit 1un"ulnya telangiektasia ditungkai yang terkena 5engkak di kaki atau pergelangan kaki 'erubahan !arna kulit @lkus kaki
2.2.-.2 Pemeriksaan $isik
3anda-tanda fisik yang paling sering ditemukan pada insufisiensi vena adalah pitting edema atau pembengkakan pada kaki yang jika ditekan oleh jari akan membekas seperti bentuk jari yang menekan dan lama kembalinya terutama pergelangan kaki edema sistem limfatik perubahan !arna kulit hiperpigmentasi dermatitis venosa selulitis kronis atrophie blanche serta ulserasi. #,;
@lserasi yang tidak kunjung sembuh. Ini dapat disebabkan oleh insufisiensi vena superfi"ial ataupun profunda insufisiensi arteri gangguan rematologis kanker atau penyebab lainnya yang lebih jarang. ,; elain itu juga terlihat adanya distensi vena-vena kaki dan pergelangan kaki kadang di fossa poplitea juga. 'embesaran vena diatas pergelangan kaki biasanya menandakan adanya proses patologis pada vena. ,; 'enyakit ini juga akan menurunkan kualitas hidup karena akan menyebabkan rasa nyeri gangguan fungsi fisik dan gangguan mobilitas. :uga akan menyebabkan depresi dan isolasi so"ial. 8angguan pada kelas C+ dan C; C42' juga berhubungan dengan gagal jantung. ,
2.2.6 /lasi$ikasi chronic venous insufficiency
9
@ntuk mengevaluasi dan mengklasifikasikan kondisi pengobatan serta akibat atau komplikasi dari penyakit ini dipakai beberapa skala penilaian. Klasifikasi C42' berdasarkan tanda-tanda klinis ( Clinical ) penyebab ( Etiologic) Anatomic dan Pathophysiology. Klasifikasi etiologi memisahkan penyakit berdasarkan sifat "ongenital primer atau sekunder. 2natomi berdasarkan vena yang terkena termasuk vena superfisial profunda atau perforantes. edang klasifikasi patofisiologi mengidentifikasikan refluks pada sistem-sistem superfi"ial communicantes atau profunda serta obstruksi outflow Kekurangan utama sistem ini adalah karena sifatnya yang statis
klasifikasi jenis ini sulit dipakai untuk menilai perubahan yang terjadi sebagai respons terhadap terapi yang telah diberikan. Klasifikasi C42' dapat dilihat pada gambar 6 dan tabel #.,
*am%ar ,. Klasifikasi C42', 0a%el 1. C42' (Clini"al-4tiology-2natomy-'athophysiology "lassifi"ation),
Clini"al
4tiology
C 4" no eviden"e of venous Congenital disease
2natomy
'athophysiology
2s ' r superfi"ial veins venous reflu9
C# 4p 2d telangie"tasiasAreti"ular primary venous deep veins veins disease.
'o venous obstru"tion 10
C, vari"ose veins
4s 2p se"ondary perforating venous disorder veins
C* 4n edema asso"iated !ith not spe"ified vein disease
'n not spe"ified
2n not spe"ified
C 6a pigmentation or e"Bema C 6b %ipodermatos"lerosis C+ healed venous ul"er C; a"tive venous ul"er
ang kedua adalah !enous "everity "coring (V). istem penilaian ini diambil dari klasifikasi C42' tetapi dimodifikasi agar dapat dipakai untuk menilai perkembangan penyakitnya. 2da tiga komponen sistem penilaian ini sebagai berikut&,
2.2.6.1 Venous disability score (VDS)
istem ini menilai apakah pasien mampu untuk bekerja selama / jam dengan atau tanpa alat penyokong eksternal dengan diberi nilai -*. Dilai totalnya me!akili tingkat disability yang disebabkan oleh penyakit vena. , 2.2.6.2 Venous segmental disease score (VSDS)
istem ini menggunakan klasifikasi anatomi dan patofisiologi sistem C42' untuk menghasilkan nilai yang berdasarkan refluks atau obstruksi vena. 11
Dilainya didapat dengan mengambil gambar vena menggunakan phlebography atau duplex #oppler ., 2.2.6.3 Venous clinical severity score (V+SS)
istem ini memakai 0 tanda-tanda utama penyakit venosa yang diberi nilai dari -*. istem ini dapat dipakai untuk menilai repons terhadap terapi., 0a%el 2. Komponen 'enilaian $erajat , Varia%el
Dyeri
1 (ringan)
Sore 2(sedang)
3idak Kadang- tidak etiap hari E perlu analgesik kadang menggunakan analgesik nonnarkotik 3idak edikit1ultiple tersebar 3idak ore hari E ore hari- diatas hanya pergelangan kaki pergelangan kaki 3idak 3erbatas $iffusa di#A* distal kaki 3idak Fingan edang
Vena vari"osa 4dema
Hiperpigmentasi Inflamasi dan selulitis Indurasi
@lser aktif E jml $urasi ulser aktif E bln $iameter ulser aktif E "m 1enggunakan sto"king
3idak 7okal
Kurang dari #A* distal kaki
# 3idak *
, *-#,
3idak ,
,-;
3idak Kadang
ering (most days)
' (%erat)
'enggunaan konstan analgesik narkotika %uas 'agi hari diatas pergelangan kaki 3ersebar luas 5erat eluruh #A* distal kaki atau lebih G, G#, 3idak sembuh G; Konstan
2.2.7 Diagnosis
CVI
terutama
didiagnosis dengan
pemeriksaan fisik. 2kurasi
pemeriksaan fisik dapat ditingkatkan dengan bantuan alat $oppler sehingga pemeriksa dapat mendengarkan aliran darah. Damun pemeriksaan paling akurat
12
dan rin"i adalah
dengan venous duple9 ultrasound yang dapat memberikan
gambaran vena sehingga adanya hambatan akibat bekuan darah atau gangguan fungsi vena dapat dideteksi. 6 'ada a!alnya pemeriksaan teknik pen"itraan dilakukan hanya jika ada ke"urigaan
klinis insufisiensi vena dalam jika terjadi berulang atau jika
melibatkan sapheno-popliteal junction. Damun saat ini semua pasien dengan varises harus diperiksa menggunakan duple9 $oppler ultrasound. / 2.2.8 Pemeriksaan #en"nang 2.2.8.1 Dule! doler ultrasonograhy
:enis prosedur @8 yang dilakukan untuk menilai pembuluh darah aliran darah serta struktur vena-vena kaki./ 2.2.8.2 Venogram
$ilakukan dengan menggunakan 9-ray dan intavena (IV) pe!arna kontras. Ini untuk memvisualisasikan pembuluh darah. 'e!arna kontras menyebabkan pembuluh darah mun"ul suram yang memudahkan untuk memvisualisasikan pembuluh darah yang dievaluasi. / 2.2.8.3 "agnetic resonance venograhy (M3V)
1FV adalah alat yang paling sensitif dan spesifik untuk mengevaluasi gangguan sistem superfi"ial dan profunda pada ekstremitas inferior dan pelvis. $an juga dapat mendeteksi penyebab nonvaskuler nyeri dan edema pada kaki. / 2.2.4., 0es $isiologis
1engukur fungsi vena dapat dilakukan dengan mengukur !enous $efilling %ime (VF3) atau !aktu yang dibutuhkan untuk betis agar
dipenuhi dengan darah setelah pompa otot betis telah mengosongkan pembuluh darah kaki semaksimal mungkin normalnya adalah paling tidak , menit &aximum !enous 'utflow (1V<) test . Ini dipakai untuk mendeteksi adanya
obstruksi
outflo!
vena dari betis apapun
penyebabnya. Hasilnya akan men"erminkan ke"epatan darah dapat mengalir keluar dari betis yang kongesti ketika tourniJuet dipaha dilepas Calf &uscle Pump Ejection (raction (1'47) atau kemampuan pompa
otot betis untuk mengeluarkan darah dari betis. 'ada pasien normal dibutuhkan #-, kali dorsifleksi atau beridiri dengan jari kaki untuk mengosongkan vena-vena betis. / 2.2.4.- Ui 0rendelen%erg
13
@ji ini dipakai untuk membedakan kongesti vena distal yang disebabkan oleh refluks vena superfi"ial dengan kegagalan sistem vena profunda./
2.2.5 Penatalaksanaan
'engobatan insufisiensi vena kronis pada tungkai pada prinsipnya adalah usaha memperlan"ar aliran darah vena tungkai yaitu dengan "ara melakukan elevasi tungkai sesering mungkin terutama setelah kegiatan berjalan-jalan dimana elevasi dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring dengan membuat posisi kaki setinggi dengan jantung. $engan posisi tersebut aliran darah vena akan menjadi lan"ar dan dilatasi vena tungkai yang berkelok-kelok menjadi tampak mengempis dan melengkuk pada posisi tersebut se"ara subjektif penderita akan merasa keluhannya berkurang dengan "epat. 2da beberapa penetalaksanaan lain yang dapat dilakukan sebagai berikut&0### 2.2.#.1 /a"s kaki kom#resi
Kaus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan hemodinamik dengan varises vena dan mengilangkan edema. Kaus kaki dengan tekanan ,-* mmHg ( grade II) memberikan hasil yang maksimal. 'ada penelitian didapatkan sekitar *?-6? pasien yang menggunakan kaus kaki kompresi selama # tahun setelah menderita $V3 men"egah terjadi ulkus pada kaki. Kekurangan penggunaan kaos kaki adalah harga yang relative mahal kurangnya pendidikan pasien dan kosmetik yang kurang baik. Indikasi pemakaian stoking dapat dilihat pada tabel *. 0 0a%el '. Indikasi 'emakaian toking0 +LASS
P3ESSU3E
LEVEL 6F
INDI+A0I6N
+EAP
SUPP630
<3C I
#+ mmHg #+-, mmHg
1inimal
2symptomati"
1ild
"omfort only 1inor vari"osities #,* tired
II
,-#* mmHg
1oderate
a"hing
#
legs
minor s!elling 1oderate to severe *6 vari"osities 14
moderate
s!elling
phlebitis follo!ing III
*-6 mmHg
7irm
ablation evere vari"osities 6+; s!elling management
of
ul"erations follo!ing $V3 post IV
G6 mmHg
49tra 7irm
surgery %ymphedema
D2
2.2.#.2 Medikamentosa
5eberapa jenis obat dapat digunakan untuk mengobati insufisiensi vena kronis. $iuretik dapat digunakan untuk mengurangi pembengkakan. 'ento9ifylline untuk meningkatkan aliran darah melalui pembuluh darah dapat dikombinasikan dengan terapi kompresi untuk membantu menyembuhkan ulkus kaki. 3erapi antikoagulan dapat direkomendasikan untuk orang-orang yang memiliki masalah belulang dengan pembuluh darah di kaki. ? 2.2.#.3 Slerotera#i &ena
"leroterapi vena merupakan suatu modalitas terapi untuk telangiektasis obliterasi varises dan segmen vena dengan refluks. kleroterapi dapat digunakan sebagai terapi primer atau bersama dengan prosedur bedah untuk pengobatan CVI "aranya dengan menginjeksi sclerosant kedalam pembuluh darah untuk membuat pembuluh darah
men"iut sehingga tidak berfungsi lagi. $arah kemudian kembali ke jantung melalui vena lain dan tubuh menyerap pembuluh darah yang terluka .? 2.2.#.$ 6#erasi
'embedahan dapat digunakan untuk mengobati chronic venous insufficiency meliputi ## 2.2.#.$.1 Ligasi
Vena yang rusak diikat sehingga darah tidak mele!ati vena tersebut. :ika vena atau katup rusak berat pembuluh darah akan diangkat (vein stripping ).### 2.2.#.$.2 %urgical reair
Vena atau katup diperbaiki dengan operasi melalui sayatan terbuka atau dengan penggunaan kateter. ## 15
2.2.#.$.3 Vein translant
1engganti pembuluh darah yang rusak dengan pembuluh darah sehat dari bagian tubuh yang lain. ## 2.2.#.$.$ %ubfascial endoscoic erforator surgery
'rosedur invasive minimal dilakukan dengan endoskopi. Vena perforator dipotong dan diikat. Hal ini memungkinkan darah mengalir ke pembuluh darah yang sehat dan meningkatkan penyembuhan ulkus.## 2.2.1 /om#likasi
%ima sampai tujuh persen kasus mengalami "edera pada nervus "utaneus keadaan ini sering bersifat sementara namun dapat bersifat permanen. Komplikasi berupa terjepitnya vena dan arteri femoral juga tidak dapat untuk dihindari. Hematome dan infeksi pada luka relatif sering terjadi (sampai dengan # ) dan terjadi gangguan dalam aktivitas dan bekerja sehari-hari. 3hromboembolism berpotensi terjadi pada pembedahan varises vena tetapi belum ada bukti yang menujukkan risiko ini meningkat bila dilakukan pembedahan.0 2.2.11 Penega!an
5eberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya CVI sebagai berikut&0 #. Hindari jangka !aktu yang lama berdiri atau duduk ,. 4levasi kaki untuk mengurangi tekanan dalam pembuluh darah di kaki. *. 5erolahraga se"ara teratur seperti berjalan dapat memperkuat otot betis sehingga memulihkan fungsi pompa otot betis. 6. 1enurunkan berat badan. +. toking kompresi untuk memusatkan tekanan pada kaki dan membantu aliran darah serta mengurangi rasa nyeri. ;. 2ntibiotik jika diperlukan untuk mengobati infeksi kulit. 2.2.12 Prognosis
'rognosis kesembuhan ulkus dan inflamasi "ukup bagus tanpa adanya penyakit penyerta yang menganggu kesembuhan. 1ayoritas pasien tanpa komplikasi memberikan respon yang baik terhadap pengobatan ra!at jalan.
16
'erubahan permanen meliputi hemosiderosis dan fibrosis yang terjadi sebelum inisiasi terapi. Kehilangan fungsi katup bersifat irreversible. 3idak adanya support kutaneus berkelanjutan dalam jangka panjang dalam bentuk penutup
inelastis atau sto"king elastis dapat memperburuk "edera pada kulit dan jaringan lunak.0 BAB III /ESIMPULAN
CVI adalah gangguan aliran balik darah dari tungkai ke jantung yang besifat menahun. 4tiologi dari Chronic venous insufficiency (CVI) dapat dibagi * yaitu kongenital primer dan sekunder. 7aktor risiko terkait CVI meliputi usia (di atas * tahun) jenis kelamin ri!ayat varises dalam keluarga obesitas kehamilan menopause flebitis dan ri!ayat "edera tungkai. 8ejala CVI yang biasa dirasakan biasanya tungkai terasa nyeri (saat berjalan yang berhenti saat istirahat) dan berat serta pegal (setelah berdiri lama) kram bisa terjadi terutama saat pergerakan tiba-tiba seperti gerakan berdiri terdapat pelebaran vena dekat permukaan kulit mun"ulnya telangiektasia ditungkai yang terkena bengkak di kaki atau pergelangan kaki perubahan !arna kulit serta ulkus kaki. @ltrasonografi vaskuler merupakan pemeriksaan yang tepat untuk mendiagnosa CVI dengan spektrum doppler dan "olor pada pemeriksaan duple9 sonografi femoralis dapat diketahui derajat severitas pada CVI. 2da beberapa "ara penatalaksaan yang bisa dilakukan pada penderita CVI diantaranya kaus kaki kompresi obat-obatan (diuretik pento9ifilline dan antikoagulan) skleroterapi vena dan operasi.
17
DAF0A3 PUS0A/A
#. Chroni" venous insuffi"ien"y InternetL. ,#, "ited ,#6 :une ;L. 2vailable from&http&AA!!!.summitmedi"algroup."omAlibraryAadultMhealthAahaMvenousMinsuffi" ien"yA ,. 4berhardt F3 Faffetto :$. Chroni" venous insuffi"ien"y. Cir"ulation ,+###&,*0/-60. *. 7aiB
18
0. Curri 5. Changes of "utaneous mi"ro"ir"ulation from elasto-"ompression in "hroni" venous insuffi"ien"y. In& $avy 2 temmer F editors. 'hlebology. 1ontrouge 7ran"e& :ohn %ibbey 4urote9t #0/0 #. :usi dan $jang ,#. #asar-dasar ilmu bedah vas)uler . 4disi kelima. :akarta& 7K@I. Hal & /+ ,6-,++ ##. Karakata umiardi dan 5a"hsinar 5 #00;. *edah &inor . :akarta& Hipokrates. Hal & #+/-#;#
19