INSUFISIENSI INSUFISIENSI VENA KRONIK A. Definisi
Penyakit vena kronik atau chronic venous disease (CVD) didefinisikan sebagai abnormalitas fungsi sistem vena akibat inkompetensi katup vena dengan atau tanpa disertai obstruksi aliran vena, yang mempengaruhi sistem vena superfisial, sistem vena profunda, atau keduanya. Bisa juga diartikan sebagai kondisi medis yang ditandai dengan nyeri dan pembengkakan pada tungkai akibat kerusakan pada katup vena dan gumpalan darah yang menyebabkan darah terakumulasi di dalam vena .
B. Etologi
-
Kerusakan pada katup dalam pembuluh darah
-
Pembentukan gumpalan darah di salah satu pembuluh darah dalam utama kaki
-
Sindrom post-flebitis yang terjadi akibat komplikasi DVT, suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya gumpalan darah pada vena-vena dalam
C. Faktor resiko
Keadaan yang meningkatkan resiko terkena insufisiensi vena kronis: •
Perempuan > laki-laki
•
Perokok
•
Berdiri untuk waktu yang lama
•
Bertambah tua
•
Berusia lebih dari 50 tahun
•
Duduk untuk waktu yang lama
•
Pernah melakukan operasi besar pada kaki atau tungkai
•
Sedang hamil
D. Patofisiologi
Pada vena terdapat katup-katup yang mencegah aliran balik dari darah. Ketika katup-katup tersebut rusak, darah mulai mengalir ke belakang akibat
gravitasi dan terakumulasi di dalam vena, terutama vena-vena tungkai Kelebihan cairan merembes keluar dari pembuluh vena, menyebabkan pembengkakan tungkai. Seiring berjalannya waktu akan timbul gejala seperti rasa gatal dan perubahan warna pada kulit tungkai. Pembengkakan dapat menyebabkan kapilerkapiler pada tungkai pecah, berakibat pewarnaan coklat kemerahan pada kulit. Fase lanjut terbentuk ulkus yang sukar disembuhkan
E. Gejala klinik
-
Kulit bersisik pada tungkai dan kaki
-
Kulit berwarna kecoklatan di dekat mata kaki
-
Kulit yang terasa gatal
-
Pembengkakan pada mata kaki
-
Pembengkakan pada tungkai kaki
F. Diagnosis
Diagnosis CVD dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan klinis fungsi katup. Dari anamnesis, pasien biasanya mengeluhkan gejala berupa edema tungkai, kram, nyeri, perubahan warna kulit (pigmentasi kulit), dan varises. Pemeriksaan vaskular yang dilakukan untuk mendiagnosis kelainan sistem vena, terdiri dari pemeriksaan non-invasif dan pemeriksaan invasif. Metode non-invasif di antaranya berupa ultrasonografi (USG) Doppler, pengukuran tekanan vena, serta fotopletismografi. Sementara, pemeriksaan invasif yang dilakukan adalah venografi. G. Terapi
Setelah terdiagnosis menderita CVD, 4 pilar terapi CVD harus diberikan pada pasien. Empat pilar tersebut terdiri dari edukasi, kompresi vena, terapi medikamentosa, serta fisioterapi. Selain itu, tindakan non-bedah yang dapat dilakukan antara lain berupa elevasi tungkai, stocking kompresi, serta injeksi skleroterapi. Skleroterapi dapat dilakukan dengan injeksi langsung agen sklerotik ke dalam vena varikose untuk mengeliminasi vena varikose ukuran kecil dan sedang dengan mengubah dinding vena varikose menjadi jaringan fibrotik.
2