Tugas Mata Kuliah Psikodiagnostik : Intelegensi Nama : Ayu Sholihah NIM
: 311007
PENGERTIAN INTELEGENSI kata “Inteligensi” digunakan dengan pengertian yang luas dan bervariasi, tidak hanya oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota-anggota berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, filsafat, atau pendidikan (lihat Sternberg, 1990) dan oleh para psikolog yang berspesialisasi dalam berbagai bidan yang berbeda atau sama dengan orientasi-orientasi teoritis yang berbeda-beda (misalnya H. Gardner, 1983, 1993; Sternberg, 1985a, 1989 – lihat juga Brody, 1992; Lubinski & Benbow, 1995; Messick, 1992; H. Rowe, 1991). Suatu pertunjukan tentang keragaman makna ini diberikan pada tahun 1921 ketika editor Journal of Educational Psychology diundang oleh 17 peneliti terkemuka untuk menyumbangkan definisi dan konsep mereka tentang inteligensi (“intelligence …” 1921). Survei serupa diadakan 65 tahun kemudian (Sternberg & Detterman, 1986). IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat tertentu dalam hubungan dengan norma usia tertentu. inteligensi bukan kemampuan tunggal dan seragam, tetapi merupakan komposit dari berbagai fungsi. Istilah ini umumnya digunakan untuk mencakup gabungan kemampuankemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan maju dalam budaya tertentu (Anstasi, 1986c). Konsekuensinya adalah bahwa kemampuan-kemampuan spesifik yang tercakup dalam komposit ini, dan juga bobot relatif kemampuan-kemampuan ini, berbeda-beda menurut waktu dan tempatnya. Tes-tes inteligensi umum yang dirancang untuk digunakan bersama-sama anak-anak usia sekolah atau orang dewasa biasanya mengukur kemampuan-kemampuan verbal; untuk kadar lebih rendah, testes ini juga mencakup kemampuan-kemampuan untuk berurusan dengan simbol numerik dan simbolsimbol abstrak lainnya. IQ adalah cerminan dari prestasi dalam sistem pendidikan sebelumnya dan alat prediksi kinerja pendidikan selanjutnya Contohnya pernyataan bahwa heritabilitas IQ Stanford – Binet di antara siswa siswi sekolah menengah Amerika adalah 0,70 berarti bahwa 70% dari varians yang ditemukan dalam skor-skor ini dapat dianggap disebabkan perbedaan-perbedaan herediter dan 30% dapat dianggap disebabkan oleh lingkungan.
Berbagai hal harus diperhatikan dalam menginterpretasikan perkiraan heritabilitas. Pertama, data empiris dalam kesamaan-kesamaan familial tunduk pada distorsi karena kontribusi faktor-faktor lingkungan yang tidak diprakirakan. Misalnya, ada bukti bahwa anak-anak kembar monozygotis bersama-sama memiliki lingkungan yang lebih mirip daripada anak-anak kembar dizygotis (Anastasi, 1958, hlm. 2870288; Koch, 1966). Dan lingkungan keturunan yang dibesarkan bersama bisa secara psikologis cukup berbeda (Daniels & Plomin, 1985). IQ bukan
sesuatu yang tetap dan tidak berubah; dan IQ bisa dipengaruhi oleh intervensi
longitudinal. Ada kemajuan dalam mengidentifikasi ciri-ciri lingkungan yang mengalami kemajuan dan mengalami kemunduran. Kenaikan dan penurunan dalam IQ juga bisa berakibat dari perubahanperubahan lingkungan yang direncanakan, Perubahan-perubahan besar dalam struktur keluarga, peningkatan atau penurunan yang tajam dalam tingkat penghasilan keluarga, atau adopsi ke dalam rumah asuhan bisa menghasilkan peningkatan atau penurunan IQ. Matriks Faktor. Objek utama analisa faktor adalah menyederhanakan desripsi data dengan mereduksi jumlah variabel atau dimensi yang diperlukan. Jadi, jika kita menemukan bahwa lima faktor cukup untuk menerangkan semua varians umum dalam sebuah baterai yang terdiri dari 20 tes, kita bisa mengganti 5 skor untuk 20 yang original tanpa mengorbankan informasi yang penting. Teori Dua-Faktor. Teori pertama tentang organisasi sifat didasarkan pada analisa statistik atas skor-skor tes adalah teori dua faktor yang dikembangkan oleh seorang psikolog Inggris, Charles Spearman (1904, 1927). Dalam perumusan aslinya, teori ini mempertahankan bahwa semua aktifitas intelektual bersama-sama memiliki satu faktor umum yang disebut faktor umum, atau faktor g. Disamping itu, teori ini mempostulat-kan sejumlah spesifikasi atau faktor-faktor s, masing-masing amat spesifik untuk sebuah aktivitas tunggal. Korelasi positif antara dua fungsi apapun dengan begitu dianggap disebabkan oleh faktor g. Semakin kedua fungsi itu “di-saturasi-kan” semakin tinggilah korelasi antara keduanya. Adanya spesifikasi di lain pihak , cenderung menurunkan korelasi antara fungsi-fungsi. Meskipun dua jenis faktor, umum dan spesifik, diajukan oleh teori ini, hanya faktor g tunggal sajalah yang menyebabkan korelasi. Maka dari itu, berbeda dengan teori-teori hubungan sifat lainnya, teori ini dengan dapat digambarkan secara teori faktor tunggal, meskipun nama aslinya tetap bertahan. Dari teori dua-faktor konsekuensinya adalah bahwa tujuan testing psikologis seharusnya untuk mengukur jumlah g masing-masing individu. Jika faktor ini melintasi semua kemampuan, faktor ini melengkapi satu-satunya basis untuk prediksi kinerja individu dari satu situasi ke situasi lainnya. Akan sia-sia untuk mengukur faktor-faktor spesifik, karena masing-masing menurut definisinya beroperasi
dalam suatu aktivitas tunggal saja. Demikian pula, Spearman menyarankan agar sebuah tes tunggal, yang amat di-saturasi-kan dengan g, digantikan untuk koleksi heterogen item-item yang didapatkan dalam tes-tes inteligensi. Ia menyarankan agar tes-tes yang berurusan dengan hubungan-hubungan abstrak barangkali merupakan pengukuran g yang paling bak dan bisa digunakan untuk maksud ini. Contoh-contoh tes yang disusun sebagai pengukuran g meliputi Raven’s Progressive Matrices dan Cattell’s Culture Fair Intelligence Test. Teori-Teori Faktor Majemuk. Salah satu eksponen terkemuka dari teori faktor majemuk adalah Thurstone. Berdasarkan riset ekstensif olehnya dan mahasiswa-mahasiswanya, Thurstone mengajukan ide tentang selusin faktor kelompok yang ia beri nama “Kemampuan mental primer,” Kemampuan-kemampuan yang paling sering diperteguh dalam karya Thurstone dan para peneliti lainnya (French, 1951 : Harman, 1975; Thurstone & Thurstone, 1941) mencakup yang berikut ini : V
: Pemahaman Verbal (Verbal Comprehension): Faktor utama dalam tes-tes semacam pemahaman verbal
W
: Kelancaran Kata (Word Fluency) : Ditemukan dalam tes-tes seperti anagram, bersajak, atau menamai kata dalam kategori tertentu (misalnya: nama anak laki-laki, kata-kata yang mulai dengan huruf T)
N
: Angka (Number) : Yang paling dekat diidentifikasikan dengan kecepatan serta ketepatan perhitungan aritmatik sederhana.
S
: Ruang (Space) : Faktor ini bisa mewakili dua faktor yang berbeda yang satu berhubungan dengan persepsi hubungan-hubungan spasial atau geometris, yang lain dengan visualisasi manipulatif yang lain yang didalamnya posisi yang berubah atau tranformasi bisa divisualisasikan (McGee, 1979; Portegal, 1982)
M
: Memori Asosiatif (Associative Memory): Ditemukan terutama dalam tes-tes yang menuntut memori hafalan untuk asosiasi berpasangan. Ada bukti tertentu untuk menunjukkan bahwa faktor ini bisa mencerminkan jangkauan pemanfaatan penyokong memori (Christal, 1958). Buktinya melawan adanya faktor-faktor lebih luas melalui semua tes memori. Faktor-faktor memori terbatas lainnya, seperti misalnya memori untuk rangkaian sementara dan untuk posisi spasial, telah ditunjukkan oleh sejumlah penelitian
P
: Kecepatan Perseptual (Perceptual Speed): Penangkapan yang cepat dan akurat atas detil, kemiripan, dan perbedaan visual. Faktor ini mungkin sama dengan faktor kecepatan yang
diidentifikasikan oleh Kelley dan para peneliti awal. Ini adalah salah satu dari berbagai faktor yang selanjutnya diidentifikasikan dengan tugas-tugas perceptual (Thurstone, 1944) I
(atau R). Induksi atau Penalaran Umum (Induction or General Reading): Identifikasi faktor ini yang paling tidak jelas. Thurstone aslinya mengusulkan faktor induktif dan faktor deduktif. Faktor deduktif paling baik diukur dengan tes penalaran silogistik dan yang induktif dengan testes yang meminta responden untuk menemukan sebuah atura, sebagaimana dalam tes-tes melengkapi. Akan tetapi, bukti untuk faktor deduktif jauh lebih lemah daripada untuk yang induktif. Lagi pula, para peneliti lain mengusulkan faktor penalaran umu, yang paling baik diukur dengan tes penalaran aritmatik.
Model Struktur Intelek. Guilford (1967, 1988: Guilford & Hopener, 1971) mengusulkan model berbentuk kubus yang ia sebut model struktur intelek (SI). Model ini yang digambarkan dalam bagan II-5, mengklasifikasikan sifatsifat intelektual menurut tiga dimensi: Operasi – apa yang dilakukan responden. Ini meliputi Kognisi, perekaman ingatan, penahanan ingatan, produksi divergen (yang menonjol dalam kegiatan kreatif), produksi konvergen dan evaluasi. Isi – Hakikat materi atau informasi di mana operasi dijalankan. Ini meliputi segi visual, pendengaran, simbolis (misalnya: huruf, angka), semantik (misalnya: kata-kata), dan perilaku (informasi tentang perilaku, sikap, kebutuhan orang lain dan sebagainya). Produk – bentuk dimana informasi diproses oleh responden. Produk-produk diklasifikasikan menjadi unit, kelas, relasi, sistem, transformasi dan implikasi.