PUISI LAMA
A.PENGERTIAN Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain : 1. Jumlah kata dalam 1 baris 2. Jumlah baris dalam 1 bait 3. Persajakan (rima) 4. Banyak suku kata tiap baris 5. Irama B. MACAM-MACAM PUISI LAMA 1. MANTRA Mantra adalah merupakan puisi tua , keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan. Contoh: Assalammu¶alaikum putri satulung besar Yang beralun berilir simayang Mari kecil, kemari Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu 2.GURINDAM Gurindam adalah puisi lama yang berasal berasa l dari Tamil (India) CIRI-CIRI GURINDAM: a. Sajak akhir berirama a ± a ; b ± b; c ± c dst. b. Berasal dari Tamil (India) c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat. Contoh : Kurang pikir kurang siasat (a) Tentu dirimu akan tersesat (a) Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b ) Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c ) Istri pun kelak menjadi kurus ( c ) 3. SYAIR Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab. CIRI - CIRI SYAIR : a. Setiap bait terdiri dari 4 baris bar is b. Setiap baris terdiri dari 8 ± 12 suku kata c. Bersajak a ± a ± a ± a d. Isi semua tidak ada sampiran e. Berasal dari Arab Contoh : Pada zaman dahulu kala (a) Tersebutlah sebuah cerita (a) Sebuah negeri yang aman sentosa (a) Dipimpin sang raja nan bijaksana (a) Negeri bernama Pasir Luhur (a) Tanahnya luas lagi subur (a) Rakyat teratur hidupnya makmur (a) Rukun raharja tiada terukur (a) Raja bernama Darmalaksana (a) Tampan rupawan elok parasnya (a) Adil dan jujur penuh wibawa (a) Gagah perkasa tiada tandingnya (a) 4.PANTUN Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat. CIRI ± CIRI PANTUN : 1. Setiap bait terdiri 4 baris 2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran 3. Baris 3 dan 4 merupakan isi 4. Bersajak a ± b ± a ± b 5. Setiap baris terdiri dari 8 ± 12 suku kata 6. Berasal dari Melayu (Indonesia) Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a) Ada mangga ada salak (b) Daripada duduk melamun (a) Mari kita membaca sajak (b) MACAM-MACAM PANTUN 1. DILIHAT DARI BENTUKNYA a. PANTUN BIASA Pantun biasa sering juga disebut pantun pantu n saja. Contoh : Kalau ada jarum patah Jangan dimasukkan ke dalam peti Kalau ada kataku yang salah Jangan dimasukan ke dalam hati 2. SELOKA (PANTUN BERKAIT) Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. CIRI-CIRI SELOKA: a. Baris kedua dan keempat kee mpat pada bait pertama pert ama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua. b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga c. Dan seterusnya Contoh : Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan k an rusuh, Ibu mati bapak berjalan Kayu jati bertimbal jalan, Turun angin patahlah dahan Ibu mati bapak berjalan, Ke mana untung diserahkan 3. TALIBUN Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya t iga sampiran dan tiga isi. Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran sampiran dan empat isi. isi. Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a ± b ± c ± a ± b ± c. Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a ± b ± c ± d ± a ± b ± c ± d Contoh : Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak pun beli sampiran Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu 4. PANTUN KILAT ( KARMINA ) CIRI-CIRINYA : a. Setiap bait terdiri dari 2 baris b. Baris pertama merupakan sampiran c. Baris kedua merupakan isi d. Bersajak a ± a e. Setiap baris terdiri dari 8 ± 12 suku kata Contoh : Dahulu parang, sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a) 2. DILIHAT DARI ISINYA 2.1. PANTUN ANAK-ANAK Contoh : Elok rupanya si kumbang jati Dibawa itik pulang petang Tidak terkata besar hati Melihat ibu sudah datang 2.2. PANTUN ORANG MUDA Contoh : Tanam melati di rama-rama Ubur-ubur sampingan dua Sehidup semati kita bersama Satu kubur kelak berdua 2.3. PANTUN ORANG TUA Contoh :
Asam kandis asam gelugur Kedua asam riang-riang Menangis mayat di pintu kubur Teringat badan tidak sembahyang 2.4. PANTUN JENAKA Contoh : Elok rupanya pohon belimbing Tumbuh dekat pohon mangga Elok rupanya berbini sumbing Biar marah tertawa juga 2.5. PANTUN TEKA-TEKI Contoh : Kalau puan, puan cemara Ambil gelas di dalam peti Kalau tuan bijak laksana Binatang apa tanduk di kaki Puisi Lama
pantun jenaka nonton tv filmnya aci sambil nonton makan kuaci kalau kakak sudah benci tutup pintu lalu kunci pantun nasihat beli sekayu kainkasa cukup diukur dengan lerengnya bangsa melayu menjaga bahasa lengkap dengan sopan adapnya pantun teka-teki ada sebiji roda pedati bentuknya bulat daripada besi bila bermain diikat sekuat hati dilempar hidup dipegang mati? pantun remaja apa guna pasang pelita jika dengan sumbunya apa guna bermain mata kalau tidak dengan sungguhnya
gurindam barang siapa mengenal Allah suruh dan tegahnya tiada ia mengalah barang siapa mengenal diri maka telah mengenal Tuhan yang bahri barang siapa mengenal dunia tahulah ia barang yang terpedaya karmina sudah gaharu cendana pula sudah tahu masih bertanya pu la syair kalau anak pergi ke pekan yu beli belanak beli ikan panjang beli dahulu kalau anak pergi berjalan ibu cari sanakpun cari induk senang cari dahulu PUISI BARU A.MACAM-MACAM PUISI BARU 1. DISTIKON Distikon adalah sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak sama. Contoh : Berkali kita gagal Ulangi lagi dan cari akal Berkali-kali kita jatuh Kembali berdiri jangan mengeluh (Or. Mandank) 2. TERZINA Terzina adalah sanjak 3 seuntai. Contoh : Dalam ribaan bahagia datang Tersenyum bagai kencana Mengharum bagai cendana Dalam bah¶gia cinta tiba melayang Bersinar bagai matahari Mewarna bagaikan sari Dari ; Madah Kelana Karya : Sanusi Pane
3. QUATRAIN Quatrain adalah sanjak 4 seuntai Contoh : Mendatang-datang jua Kenangan masa lampau Menghilang muncul jua Yang dulu sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda lama lalu Membuat hati jua Layu lipu rindu-sendu (A.M. Daeng Myala) 4. QUINT Quint adalah sanjak 5 seuntai Contoh : Hanya Kepada Tuan Satu-satu perasaan Hanya dapat saya katakan Kepada tuan Yang pernah merasakan Satu-satu kegelisahan Yang saya serahkan Hanya dapat saya kisahkan Kepada tuan Yang pernah diresah gelisahkan Satu-satu kenyataan Yang bisa dirasakan Hanya dapat saya nyatakan Kepada tuan Yang enggan menerima kenyataan (Or. Mandank) 5. SEXTET Sextet adalah sanjak 6 seuntai. Contoh : Merindu Bagia Jika hari¶lah tengah malam Angin berhenti dari bernafas Sukma jiwaku rasa tenggelam Dalam laut tidak terwatas Menangis hati diiris sedih (Ipih)
6. SEPTIMA Septima adalah sanjak 7 seuntai. Contoh : Indonesia Tumpah Darahku Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung gemunung bagus rupanya Ditimpah air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya (Muhammad Yamin) 7. STANZA ( OCTAV ) Octav adalah sanjak 8 seuntai Contoh : Awan Awan datang melayang perlahan Serasa bermimpi, serasa berangan Bertambah lama, lupa di diri Bertambah halus akhirnya seri Dan bentuk menjadi hilang Dalam langit biru gemilang Demikian jiwaku lenyap sekarang Dalam kehidupan teguh tenang (Sanusi Pane) 8. SONETA Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di kota Florance. CIRI ± CIRI SONETA : a. Terdiri atas 14 baris b. Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina c. Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav. d. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet. e. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam f. Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif. g. Peralihan dari octav ke sextet disebut volta h. Penambahan baris pada soneta disebut koda. i. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 ± 14 suku kata j. Rima akhirnya adalah a ± b ± b ± a, a ± b ± b ± a, c ± d ± c, d ± c ± d Contoh : Gembala Perasaan siapa ta µkan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b ) Seorang saja di tengah padang ( b ) Tiada berbaju buka kepala ( a ) Beginilah nasib anak gembala ( a ) Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b ) Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b ) Pulang ke rumah di senja kala ( a ) Jauh sedikit sesayup sampai ( a ) Terdengar olehku bunyi serunai ( a ) Melagukan alam nan molek permai ( a ) Wahai gembala di segara hijau ( c ) Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c ) Maulah aku menurutkan dikau ( c ) (Muhammad Yamin) B. FUNGSI SONETA Pada masa lahirnya, Soneta dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan curahan hati. Kini tidak terbatas pada curahan hati semata-mata, melainkan perasaan-perasaan yang lebih luas seperti : 1. Pernyataan rindu pada tanah air 2. Pergerakan kemajuan kebudayaan 3. Ilham sukma 4. Perasaan keagamaan C. SONETA DIGEMARI PARA PUJANGGA BARU Faktor-faktor Soneta digemari oleh para Pu jangga Baru antara lain : 1. Adanya penyesuaian dengan bentuk pantun ; yakni Octav dalam Soneta yang bersifat obyektif itu hampir sejalan dengan sampiran pada pantun. Sedangkan sextet Soneta yang sifatnya subyektif itu merupakan isi pantun. 2. Baris-baris Soneta yang berjumlah 14 buah itu cukup untuk menyatakan perasaan atau curahan hati penyairnya. 3. Soneta dapat dipakai untuk menyatakan beraneka ragam perasaan atau curahan hati penyairnya. D. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SONETA DENGAN PANTUN 1. PERSAMAAN SONETA DENGAN PANTUN Pantun dan Soneta sama-sama mempunyai sampiran atau pengantar dan isi atau kesimpulan. 2. PERBEDAAN SONETA DENGAN PANTUN a. Soneta puisi asli Italia, Pantun puisi asli Melayu b. Satu bait Soneta terdiri terdiri dari 14 baris, satu bait Pantun terdiri atas 4 baris c. Soneta berima bebas, pantun berima a-b-a-b Puisi Baru di kala surya tenggelam rahasia hatiku menanti kehadiranmu
menanti datangnya lagu c inta darimu ditemani lilin-lilin kecil bersama bintang malam kuhanya berharap kau menjadi penjaga hati bagiku meski ku harus menghitung hari menunggu waktu yang dinanti meski tak kudapat kesempurnaan itu namun ku akan slalu ingat kamu dan tak mungkin menghapus jejakmu kaulah sesuatu yang beda yang kumiliki izinkan aku untuk jadi rahasia hatimu aku takut kehilangan dirimu kukan slalu menjaga hati ini
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru. A. PUISI LAMA Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris Jumlah baris dalam 1 bait Persajakan (rima) Banyak suku kata tiap baris Irama 1.
Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri puisi lama: a) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima
2.
Jenis Puisi Lama
Yang termasuk puisi lama adalah a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 bar is, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, mudamudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka c) Karmina adalah pantun k ilat seperti pantun tetapi pendek d) Seloka adalah pantun berkait e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, ber isi nasihat f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
3. Contoh dari Jenis-jenis Puisi Lama
a) Mantra Assalammu¶alaikum putri satulung besar Yang beralun berilir simayang Mari kecil, kemari Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu b) Pantun Kalau ada jarum patah Jangan dimasukkan ke dalam peti Kalau ada kataku yang salah Jangan dimasukan ke dalam hati c) Karmina
Dahulu parang, sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a) d) Seloka Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati bapak berjalan e) Gurindam Kurang pikir kurang siasat (a) Tentu dirimu akan tersesat (a) Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b ) Bagai rumah tiada bertiang ( b ) Jika suami tiada berhati lurus ( c ) Istri pun kelak menjadi kurus ( c ) f) Syair Pada zaman dahulu kala (a) Tersebutlah sebuah cerita (a) Sebuah negeri yang aman sentosa (a) Dipimpin sang raja nan bijaksana (a) g) Talibun Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak pun beli sampiran Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu 4.
Ciri-ciri dari jenis puisi lama
a) Mantra Ciri-ciri: Berirama Bersifat
akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
lisan, sakti atau magis
Adanya
perulangan
Metafora Bersifat
merupakan unsur penting
esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan
misterius Lebih
bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan
persajakan. b) Pantun Ciri ± ciri : Setiap
bait terdiri 4 baris
Baris
1 dan 2 sebagai sampiran
Baris
3 dan 4 merupakan isi
Bersajak Setiap
a±b±a±b
baris terdiri dari 8 ± 12 suku kata
Berasal
dari Melayu (Indonesia)
c) Karmina Ciri-ciri karmina Setiap
bait merupakan bagian dari keseluruhan.
Bersajak Bersifat Tidak
aa-aa, aa-bb
epik: mengisahkan seorang pahlawan.
memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
Semua
baris diawali huruf capital.
Semua
baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
Mengandung
dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
d) Seloka Ciri-ciri seloka Ditulis
empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
Namun
ada seloka yang d itulis lebih dari empat baris.
e) Gurindam Ciri-ciri gurindam Baris
pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
baris
kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian
pada baris pertama tadi. f) Syair Ciri-ciri syair Terdiri
dari 4 baris
Berirama
aaaa
Keempat
baris tersebut mengandung arti atau mak sud penyair
g) Talibun Ciri-ciri: Jumlah
barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10
dan seterusnya. Jika
satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika
satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat
isi. Apabila Bila
enam baris sajaknya a ± b ± c ± a ± b ± c.
terdiri dari delapan baris, sajaknya a ± b ± c ± d ± a ± b ± c ± d
B. PUISI BARU Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. 1.
Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris; b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur); c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain; d) Sebagian besar puisi empat seuntai; e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis) f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata. 2.
Jenis-jenis Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas : a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain: a) Distikon b) Terzina c) Quatrain d) Quint e) Sektet f) Septime g) Oktaf/Stanza h) Soneta 3. Contoh dari Jenis-jenis Puisi Baru
Contoh jenis puisi menurut isinya : a) BALADA Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul ³ Balada Matinya Aeorang Pemberontak´ b) HYMNE Bahkan
batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri Menggeliat derita pada lekuk dan liku bawah sayatan khianat dan dusta. Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu menitikkan darah dari tangan dan kaki dari mahkota duri dan membulan paku Yang dikarati oleh dosa manusia. Tanpa luka-luka yang lebar terbuka dunia kehilangan sumber kasih Besarlah
mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati. (Saini S.K) c) ODE Generasi
Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi Berdiri aku, dan dari sana Mandang ke bawah, ke tempat berjuang Generasi sekarang di panjang masa Menciptakan kemegahan baru Pantoen keindahan Indonesia Yang jadi kenang-kenangan Pada zaman dalam dunia (Asmara Hadi) d) EPIGRAM H ari
ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas. (Iqbal) e) ELEGI Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak e lang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap (Chairil Anwar ) f) SATIRE Aku
bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur jidad penyair-penyair salon, yang bersajak tentang anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya, dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan, termangu-mangu dl kaki de wi kesenian. (Rendra) Contoh jenis puisi dari bentuknya : a) DISTIKON
Contoh : Berkali kita gagal Ulangi lagi dan cari akal Berkali-kali kita jatuh Kembali berdiri jangan mengeluh (Or. Mandank) b) TERZINA
Contoh : Dalam ribaan bahagia datang Tersenyum bagai kencana Mengharum bagai cendana Dalam bah¶gia cinta tiba melayang Bersinar bagai matahari Mewarna bagaikan sari Dari ; Madah Kelana Karya : Sanusi Pane
c) QUATRAIN Contoh : Mendatang-datang jua Kenangan masa lampau Menghilang muncul jua Yang dulu sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda lama lalu Membuat hati jua Layu lipu rindu-sendu (A.M. Daeng Myala) d) QUINT Contoh : Hanya Kepada Tuan Satu-satu perasaan Hanya dapat saya katakan Kepada tuan Yang pernah merasakan Satu-satu kegelisahan Yang saya serahkan Hanya dapat saya kisahkan Kepada tuan Yang pernah diresah gelisahkan Satu-satu kenyataan Yang bisa dirasakan Hanya dapat saya nyatakan Kepada tuan Yang enggan menerima kenyataan (Or. Mandank) e) SEXTET Contoh :
Merindu Bagia Jika hari¶lah tengah malam Angin berhenti dari bernafas Sukma jiwaku rasa tenggelam Dalam laut tidak terwatas Menangis hati diiris sedih (Ipih) f) SEPTIMA Contoh : Indonesia Tumpah Darahku Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung gemunung bagus rupanya Ditimpah air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya (Muhammad Yamin) g) STANZA ( OCTAV )
Contoh : Awan Awan datang melayang perlahan Serasa bermimpi, serasa berangan Bertambah lama, lupa di diri Bertambah halus akhirnya seri Dan bentuk menjadi hilang Dalam langit biru gemilang Demikian jiwaku lenyap sekarang Dalam kehidupan teguh tenang (Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh : Gembala Perasaan siapa ta µkan nyala ( a ) Melihat anak berelagu dendang ( b ) Seorang saja di tengah padang ( b ) Tiada berbaju buka kepala ( a ) Beginilah nasib anak gembala ( a ) Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b ) Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b ) Pulang ke rumah di senja kala ( a ) Jauh sedikit sesayup sampai ( a ) Terdengar olehku bunyi serunai ( a ) Melagukan alam nan molek permai ( a ) Wahai gembala di segara hijau ( c ) Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c ) Maulah aku menurutkan dikau ( c ) (Muhammad Yamin) 4.
Ciri-ciri dari Jenis Puisi Baru
Ciri puisi dari Jenis isinya :
a) Balada
Ciri-ciri balada Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema r ima berubah menjadi a-ba-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan se bagai refren dalam bait-bait berikutnya. b) Hymne
Ciri-ciri hymne Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai
puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an. c) Ode
Ciri-ciri ode Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum. d) Epigram
Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan. e) Romance
Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra f) Elegi
Ciri-ciri elegi Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang. g) Satire
Satura (Latin) ; sindiran ; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Ciri puisi dari Jenis bentuknya :
a) Distikon 2 baris; sajak 2 seuntai Distikon (Greek: 2 baris) Rima ± aa ± bb b) Terzina Terzina (Itali: 3 irama) c) Quatrain
Quatrain (Perancis: 4 baris) Pada asalnya ada 4 rangkap Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N. d) Quint Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untuk membina rima /aaaaa/ e) Sextet sextet (latin: 6 baris) Dikenali sebagai µterzina ganda dua¶ Rima akhir bebas f) Septima septime (Latin: 7 baris) Rima akhir bebas g) Oktav Oktaf (Latin: 8 baris) Dikenali sebagai µdouble Quatrain¶ h) Soneta ciri ± ciri soneta : y
Terdiri atas 14 baris
y
Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
y
Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
y
Dua terzina merupakan isi dan merupakan sat u kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
y
Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
y
Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
y
Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
y
Penambahan baris pada soneta disebut koda.
y
Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 ± 14 suku kata
y
Rima akhirnya adalah a ± b ± b ± a, a ± b ± b ± a, c ± d ± c, d ± c ± d.
Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan raga m sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif. Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan. Yang
Membedakan Puisi dari Prosa
Slametmulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua, puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga, di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir. Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses
penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987). Perbedaan lain terdapat pada sifat. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan akt ivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987) Perbedaan lain yaitu puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung. Unsur-unsur Puisi
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah pu isi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut. Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik. Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula sepert i sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata d alam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan. Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi. Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervar iasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan. Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan. Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut. (1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. (2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, ga ya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. (3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. (4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya. Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang d isebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut. (1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi katakata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. (2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka katakatanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. (3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh ( imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret ³salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret ³rawarawa´ dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll. (5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga parado ks. (6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) o nomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Apakah Puisi itu? Puisi termasuk salah satu genre sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair, mengandung rima dan irama, serta diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat. Ciri-ciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang digunakan serta wujud puisi tersebut. Bahasanya mengandung rima, irama, dan kiasan. Wujud puisi dapat dilihat dari bentuknya yang berlarik membentuk bait, letak tertata, dan tidak mementingkan ejaan. Mengenal puisi dapat juga membedakan wujudnya dengan membandingkan dari prosa. Ada empat unsur yang merupakan hakikat puisi, yaitu: tema, perasaan penyair, nada puisi, serta amanat. Berdasarkan waktu kemunculannya puisi dapat dibagi me njadi tiga kelompok, yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi modern. Puisi lama lahir sebelum penjajahan Belanda dan masih murni berciri khas Melayu. Puisi lama terdiri dari: mantra, bidal, pantun dan karmina, talibun, seloka, gurindam, dan syair. Puisi baru adalah puisi yang terpengaruh gaya bahasa Eropa. Penetapan jenis puisi baru berdasarkan jumlah larik yang terdapat dalam setiap bait. Jenis puisi baru dibagi menjadi distichon, terzina, quatrain, quint, sextet, septina, stanza, serta soneta. Puisi modern adalah puisi yang berkembang di Indonesia setelah masa kemerdekaan. Berdasarkan cara pengungkapannya, puisi modern dapat dibagi menjadi puisi e pik, puisi lirik, dan puisi dramatik. Berdasarkan cara pengungkapannya, dikenal adanya puisi kontemporer dan puisi konvensional. Yang
tergolong puisi kontemporer yaitu: puisi mantra, puisi mbeling, serta puisi konkret. Selain itu berdasarkan keterbacaan yaitu tingkat ke mudahan memaknainya, puisi terdiri dari puisi diafan, puisi prismatis, dan puisi gelap. Pendekatan dalam Mengapresiasi Puisi Pendekatan merupakan seperangkat asumsi dan prinsip yang berhubungan dengan sifat-sifat puisi. Pendekatan dalam mengapresiasi puisi terdiri dari pendekatan terhadap teks puisi serta pendekatan dalam membaca puisi. a. Pendekatan Parafrasis Sesuai hakikatnya, puisi mengunakan kata-kata yang padat. Oleh sebab itu, banyak puisi yang tidak mudah untuk dapat dipahami terutama oleh pembaca pemula. Ada pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan penyair dalam bentuk baru yaitu menyisipkan kata atau kelompok kata dengan tujuan memperjelas makna puisi tersebut. Pendekatan ini bertujuan menguraikan kata yang padat dan menkonkretkan yang bermakna kias. b. Pendekatan Emotif Pendekatan ini berupaya mengajak emosi atau perasaan pembaca, berkaitan dengan keindahan penyajian bentuk atau isi gagasan. Yang ingin diketahui pembaca adalah bagaimana penyair menampilkan keindahan tersebut. Pendekatan ini juga sering diterapkan untuk memahami puisi humor, satire, serta sarkastis. c. Pendekatan Analitis Cara memahami isi puisi melalui unsur intrinsik pembentuk puisi. Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung membangun puisi dari dalam karya itu sendiri. Unsur intrinsik puisi terdiri dari tema, amanat, nada, perasaan, tipografi, enjambemen, akulirik, rima, gaya bahasa, dan citraan. Citraan merupakan suatu gambaran mental atau suatu usaha yang dapat dilihat di dalam pikiran (Laurence, 1973). Citraan tersebut termuat dalam kata-kata yang dipakai penyair. Citraan atau imaji dibagi menjadi: 1) Visual imagery 2) Auditory imagery 3) Smell imagery 4)Tactile imagery d. Pendekatan Historis Unsur ekstrinsik dapat terdiri dari unsur biografi penyair yang turut mempengaruhi puisinya, unsur kesejarahan atau unsur historis yang menggambarkan keadaan zaman pada saat puisi tersebut diciptakan, masyarakat, dan lain-lain. e. Pendekatan Didaktis Pendekatan ini berupaya menemukan nilai-nilai pendidikan yang tertuang dalam puisi. Agar dapat
menemukan gagasan tersebut, pembaca dituntut memiliki kemampuan intelektual dan kepekaan. f. Pendekatan Spsiopsikologis Berupaya memahami kehidupan sosial, budaya, serta kemasyarakatan yang tertuang dalam puisi. Puisi yang dapat dipahami menggunakan pendekatan sosiopsikologis serta pe ndekatan didaktis adalah puisi naratif. Puisi Lama dan Puisi Baru Puisi
merupakan bentuk karya sastra yang imajinatif. Isinya mengungkapkan pikiran, gagasan, dan
perasaan penulisnya. Ungkapan tersebut sangat padat dan berisi. Puisi memanfaatkan bahasa untuk mendukung kepadatan itu. Dalam puisi, kepekatan hubungan antarkata digunakan secara kreatif dan imajinatif. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
PUISI LAMA
Ciri-ciri puisi lama: y
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
y
Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
y
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki ke kuatan gaib.
y
y
y
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
y
Seloka adalah pantun berkait.
y
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 812 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
y
y
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
y
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
y
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
y
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
y
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
y
Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
y
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
y
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Share on Faceboo k Share on Twitter PDF Online Send Email Print This More Share
Posted by zam zam at 12:27 PM Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Google Buzz Labels: Bahasa Indonesia 0 comments:
Post a Comment Newer
Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Puisi Lama dan Puisi Baru Posted by zam zam | Saturday, June 5, 2010 | Labels: Bahasa Indonesia
Puisi
merupakan bentuk karya sastra yang imajinatif. Isinya mengungkapkan pikiran, gagasan, dan
perasaan penulisnya. Ungkapan tersebut sangat padat dan berisi. Puisi memanfaatkan bahasa untuk mendukung kepadatan itu. Dalam puisi, kepekatan hubungan antarkata digunakan secara kreatif dan imajinatif. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
PUISI LAMA
Ciri-ciri puisi lama: y
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
y
Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
y
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki ke kuatan gaib.
y
y
y
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
y
Seloka adalah pantun berkait.
y
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
y
y
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 812 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita. Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
PUISI BARU