PROSES PENYEMBUHAN LUKA (WOUND HEALING) A. PENGERTIAN LUKA Untuk dapat mengetahui apa itu luka, berikut ini terdapat beberapa definisi dari luka, yaitu antara lain : 1. Luka adalah terputusnya kontiunitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan (Agustina, 2009) 2. Luka adalah terputusnya kontiunitas jaringan akibat trauma (tajam atau tmpul), kimia, termal (panas atau dingin), listrik, radiai (Widhiastuti, 2008) 3. Luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses seluler normal, luka dapat dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kontinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan (InETNA, 2008) 4. Luka adalah hilang/terputusnya kontinuitas jaringan (Manjoer, 2000) 5. Luka adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan keseimbangan terhadap integritas kulit (kehilangan/kerusakan sebagai struktur jaringan utuh), akibat trauma mekanik, termal, radiasi, fisik, pembedahan, zat kimia (Sorenses, 1997)
B. KLASIFIKASI LUKA Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka diklasifikasikan dengan berbagai macam cara. Masing-masing pengklasifikasian tersebut, antara lain : 1.
Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dapat dibagi menjadi : a. Luka superfisial ; terbatas pada lapisan dermis b. Luka “partial thickness” ; hilangnya jaringan kulit pada lapisan epidermis dan lapisan bagian atas dermis c. Luka “full thickness” ; jaringan kulit yang hilang pada lapisan epidermis, dermis, dan fasia, tidak mengenai otot d. Luka mengenai otot, tendon, dan tulang
2.
Luka berdasarkan kedalaman dan luasnya tersebut, juga dapat dinyatakan menurut stadium luka, berikut ini : a. Stadium I : Luka Superfisial, yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit b. Stadium II : luka “Partial Thickness”, yaitu hilangnya lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis
c. Stadium III : luka “Full Thickness”, yaitu hilangnya kulit keseluruhan sampai jaringan subkutan yang dapat meluas tetapi tidak mengenai otot d. Stadium IV : luka “Full Thickness”, yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3.
Luka diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dan luasnya dengan pembagian berdasarkan tingkat keparahannya, dapat dibagi menjadi : a. Tingkat I : kemerahan (perubahan warna), teraba hangat, bengkak atau teraba lebih keras b. Tingkat II : luka lebih dalam melibatkan sebagian jaringan kulit. c. Tingkat III : luka mellibatkan seluruh jaringan kulit & bagian di bawahnya termasuk lemak tetapi tidak menembus fascia d. Tingkat IV : luka lebih dalam melibatkan otot atau tulang dan jaringan di sekitarnya
4.
Terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu penyembuhan/waktu kejadiannya, luka dapat dibagi menjadi luka akut dan luka kronik a. Luka akut :
Luka baru, mendadak penyembuhannbya sesuai waktu yang diperlukan.
Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konep penyembuhan yang telah disepakatai.
Luka akut merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Contohnya : luka sayat, luka terbakar, luka tusuk, crush injury.
Luka operasi dapat dianggap luka akut yang dibuat oleh ahli bedah, contoh : luka jait, skingraf.
Dapat disimpulkan bahwa luka akut adalah luka yang mengalami proses penyembuhan, yang terjadi akibat proses perbaikan integritas fungsi dan penyembuhan secara terus-menrus, sesuai dengan tahap dan waktu yang normal.
b. Luka kronis : 1) Pengantar
Luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen atau endogen
Luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak bersepon baik terhadap terapi dan punya pendensi untuk tumbuh kembali
Luka yang berlangsung lama atau sering rekuren dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita.
Dapat disimpulkan bahwa luka kronis adalah luka yang gagal melewati proses perbaikan untuk mengembalikan integritas fungsi dan anatomi sesuai dengan tahap dan waktu yang normal.
2) Karateristik luka kronik
Luka kronik disebabkan inflamasi kronik yang ditandai dengan siklus aktifitas sel yang tidak mendukung penyembuhan
Aktifitas proteoliti dapat tidak adekuat (i.e. melampaui periode bermanfaat) sehingga berperan dalam kronisitas luka
Kadar matriks metalloproteinase dan protase serine pendekat dibandingkan cairan luka akut
Kadar laknat pada luka kronik semakin turun selama penyembuhan
Pada luka kronik, kadar agumen, protein total, dan glukosa semakin meningkat menuju penyembuhan
Beberapa spesies bakteri bertahan dalam luka kronik yang lembab sehingga menghambat penyembuhan luka.
3) Contoh : leg ucres (ulkus kaki, pressure sores) / luka tekan/ dekubitus, deabetic ucres / luka deabetes, malignan ucres/ luka kanker, luka bakar yang terinfeksi 5. Klasifikasi berdasarkan jenisnya, antara lain luka memar, luka abrasi/ babras/ lecet; luka robek/ lacurasi, luka tusuk, luka tembak, luka gigitan, luka avulsi, luka hancur, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut;: a) Luka memar : Luka yang terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dikarakteristikan oleh cedera pada jaringan lunak, pendarahan dan bengkak b) Luka abrasi/ babras/ lecet
Luka permukaan meliputi luka potong atau lecet
Merupakan luka yang tidak dalam (superfisial)
Mengenai sebgaian/ seluruh kulit
Tidak sampai jaringan sub kutis
Sangat nyeri karena ujung ujung syaraf yang terluka
c) Luka robek/ laserasi/ vulnus laseratum (lacerated wound)
Luka yang terjadi akibat benda yang tajam, seperti oleh kaca, kawat, dab lain lain atau benda tumpul
Bentuk luka karena benda tajam : tepi luka rata, teratur
Bentuk luka karena benda tumpul : tapi luka tidak rata dan teratur
Bentuk luka robek : lurus, lengkung, patah atau berbentuk (stela)
Sering kali meliputi kerusakan jaringan yang berat, sering menyebabkan pendarahan yang serius dan berakibat syok hipovolemik.
d) Luka tusuk/ punctur/ vulnus punctum (punctured wound)
Penyebab : benda tajam dan runcing
Luka yang terjadi akibat adanya benda, seperti paku, pisau atau peluru masuk kedalam kulit dengan diametir kecil
Ciri luka: lebar luka lebih kecil dibandingkan luka dalamnya
Walaupun pendarahan nyata walau sedikit, kerusakan jaringan internal dan pendarahan sangat luas
Luka bisa mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan adanya benda asing pada tubuh
Mudah terjadi infeksi oleh bakteri anaerob atau tetanus
Perhatikan luka tusuk pada toraks dan abdomen, apakah mengenai bagian dalamnya
e) Luka tembak
Luka yang menembuh organ tubuh, biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi bagian ujung biasanya lukanya akan melebar
Penyebab : peluru
Ciri luka : luka tembak masuk dan luka tembak keluar
Kadang-kadang luka tembak masuk : luka steril karena peluru panas
Peluru bersarang : mengenai otot, tulang, organ organ toraks atau abdomen
Pemeriksaan rontegen : untuk mengetahui lokasi peluru
f)
Luka gigitan
Luka gigitan : gigitan binatang berbisa atau tidak berbisa
Ciri luka: kecil tapi mendalam
Gigitan luka berbisa : perlu serum anti bisa
Gigitan manusia : berbahya; komplikasi infeksi berat
g) Luka avulsi:
Kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas, tapi sebagian masih ada hubungan dengan tubuh
Perlu penanganan khusus
h) Luka hancur :
Sulit digolongkan pada salah satu jenis luka
Jaringan hancur
Banyak jaringan non-vital
Sering amputasi
6. Klasifikasi berdasar tingkat kontaminasi terhadap luka : a. Luka bersih (clean wounds)
Luka dianggap tidak ada kontaminasi kuman
Luka yang tidak mengandung organisme patogen
Luka sayat elektif
Luka bedah tak terinfeksi, yang mana tidak terjadi proses inflamasi dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinaria
Biasanya menghasilkan luka tertutup
Steril. Potensial terinfeksi
Kemungkinan terjadinya infeksi luka : 1% - 5%
b. Luka bersih terkontaminasi (clean-contamenated wounds)
Luka dalam kondisi aseptik, tetapi melibatkan rongga tubuh yang secara normal mengandung mikroorganisme
Luka pembedahan atau luka sayat elektif
Kontak dengan saluran orofaring, respirasi, pencernaan, genetikal atau perkemihan
Luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genetikal atau perkemihan dalam kondisi terkontrol
Proses penyembuhan lebih lama
Kontaminasi tidak selalu terjadi
Potensial terinfeksi : spillage minimal, flora normal
Kemungkinan timbulnya infeksi luka : 10%-17%
c. Luka terkontaminasi (containated wounds)
Luka berada pada kondisi yang mungkin mengandung mkroorganisme
Luka terdapat kuman tetapi belum berkembang biak
Luka periode emas (golden periode) terjadi antara 6-8 jam
Termasuk luka trauma baru seperti : laserali, luka terbuka / fraktur terbuka, luka penetrasi, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan tekhnik aseptik/kontaminasi dari saluran cerna
Termasuk juga insisi akut, inflamasi nonpurulent
Kemungkinan infeksi luka : 10%-17%
d. Luka kotor atau infeksi (birty or infected wounds) : terdapatnya mikroorganisme pada luka : Luka yang terjadi lebih dari 8 jam Terdapatnya mikroorganisme pada luka (> 105 ) Terdapat gejala radang atau infeksi Luka akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi Perforasi visera, abses, trauma lama 7. Klasifikasi berdasar ada tidaknya dengan luar atau integritas luka : a. Luka tertutup (vulnus oklusum) : luka tidak melampaui tebal kulit luka tanpa robekan pada kulit contoh : bagian tubuh yang terpukul oleh benda-benda tumpul, terpelincur, keseleo, daya deselerasi ke arah tubuh (fraktur tulang, robekan pada organ dalam), luka abrasi, kontusio atau memar b. Luka terbuka (vulnus apertum) : luka melampaui tebal kuit terlihat robekan pada kulit atau membran mukosa contoh : trauma oleh benda tajam atau tumpul (insisi bedah, fungsi vena, luka tembak) robekan kulit memudahkan masuknya mikroorganisme, terjadi kehilangan darah dan cairan tubuh melalui luka. Fungsi bagian tubuh menurun 8. klasifikasi berdasarkan kedalaman dan luasnya luka / struktur anatomis : a. Klasifikasi berdasarkan dalam dan luasnya luka (1) : supervisial batas- batas epidermis partial thickness full thickness – smpai fasia deep (dalam) – smpai otot b. Klasifikasi berdasarkan dalam dan luasnya luka (2) :
Luka ‘patial thickness’ : bagian luar lapisan kulit (epidermis, superfisial dermis) Luka ‘full tgickness’ : kehilangan dermis dan jaringan dibawahnya, rusaknya pembuluh darah c. Klasifikasi berdasarkan dalam dan luasnya luka (3) : Stadium 1 : luka superfisial, yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit Stadium 2 : luka ‘patial tichkness’, yaitu hilangnya lapisan kulilt pada lapisa epidermis dan bagian atas dari dermis Stadium 3 : luka ‘full thickness’ , yaitu hilangnya kulit keseluruhan sampai jaringan subkutan yang dapat meluas tetapi tidak mengenai otot Stadium 4 : luka ‘full thickess’ yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi atau kerusakan yang luas d. Klasifikasi berdasarkan dalam dan luasnya lyka (4) : Tingkat 1 : kemerahan (perubahan warna), teraba hanya, bengkak atau teraba lebih keras Tingkat 2 : luka lebih dalam melibatkan sebagian jaringan kulit Tingkat 3 : luka melibatkan seluruh jaringan kulit dan bagian dibawahnya termasuk lemak tetapi tidak menembus fascia Tingkat 4 : luka lebih dalam melibatkan otot atau tulang dan jaringan di sekitarnya e. Klasifikasi berdasarkan dalam dan luasnya luka (5) : 1) Stadium 1 / atau luka superfisial/ “non-bleaching erithema” hilngnya lapisan epidermis kulit 2) Stadium 2 / luka patial thickness : Hilangnya lapisan epidermis hingga lapisan epidermis paling atas Adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal; lembab dan nyeri 3) Stadium 3 / luka full thickness : Hilangnya lapisan dermis hingga lapisan subkutan Meluas ke lapisan subkutan atau lebih ke dalam Bisa meliputi jaringa nekrotik atau infeksi Sering menimbulkan kerusakan jaringan yang ekstensif Luka berupa lubang yang dalam denngan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya Jadi, luka sampai lapisan epidermis, dermis dan vasia tetapi tidak mengenai otot 4) Stadium 4 / luka full thickmess : Luka yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi atau kerusakan yang luas 9. Klasifikasi berdasar macam dan kualitas penyembuhan luka a. First Intention/ Primari Union/ Per Primam (per primam intentionem, p,p) : 1) Pengertian-pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan penyembuhan luka primer Penyembuhan primer (primary closure) , merupakan penyembuhan luka dimana luka di usahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan (mendekatkan jaringan yang terputus dengan jaitan, staples atau plester) Dengan berlalunya waktu, maka terjdi sintesin, deposisi, dan saling silang kolagen yang memberikan kekuatan dan integritas penyembuhan jaringan
2) Hal-hal umum dari penyembuhan luka primer yang perlu diperhatikan antara lain : Tanpa kehilangan jaringan Terjadi akibat luka bedah yang bersih dan laserasi minor (luka tajam dan bersih) Penyatuan dua tepi berlawanan yang berdektan Dengan kata lain, penutupan luka langsung dengan penjaitan (jahit primer) Fase implamasi dan granolasi singkat Epitelasi sempurna terjadi sekitar 10-14 hari Jaringan parut minimal cepat berubah warna dari ping ke putih Fase maturasi terjadi selama beberapa bulan 3) Tindakan yang dapat dilakukan untuk penutupan luka, yaitu dengan : Sutura / jahit Steples / jahit Strips Lem Proteksi dengan dressing luka b. Second Intention / secon Union / Per Secundam (per secundam itentionem, p.s) : 1) Pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan penyembuhan luka sekunder : Penyembuhan sekunder (secondari wound closure) merupakan penyembuhan luka tanpa ada bantuan dari luar (mengandalkan antibodi), dimana terjadi bila tepi luka berkontraksi secara biologis Penyembuhan pada luka kontaminasi Berlangsung lama Parut lebih kasar Penutupan secara alami melalui proses epitelisasi penyembuhan luka tanpa di lakukan penutupan secara bedah 2) Hal-hal umum dari penyembuhan luka sekunder yang perlu diperhatikan antara lain : Dengan kehilangan jaringan Luka sembuh dengan pembentukan kapiler dan kolagen baru Fase granulasi terjadi bebrapa minggu atau bulan bergantung pada jumlah jaringan yang hilang dan penyakit yang mendasari Jaringan parut dapat tampak jelas Kegagalan penutupan luka secara spontan akan menghasilkan luka kronik Contoh : luka stump amputasi yang dibiarkan terbuka 3) Tindakan yang dapat dilakukan untuk penutupan luka, antara lain dengan : Persiapan dasar luka : i. Pengangkatan jaringan nekrotik ii. Pengangkatan nanah iii. Kontrol infeksi Pembentukan jaringan granulasi : i. Mengisi jaringan yang hilang ii. Mempertahankan kondisi fisiologis penyembuhan luka Pembentukan epitel, dengan proteksi lapisan kuliat yang baru terbentuk dengan menutupnya 4) Third Intention / Delayed suture / per tertiam ; Penyembuhan luka kotor, infeksi
Luka tidak di jahit atau jahit Aproksimasi di tunda sampai beberapa hari setelah luka terbentuk Indikasi penundaan adalah untuk mencegah infeksi pada luka-luka tersebut, dimana terjadi kontaminasi bakteri, benda asing, atau trauma jaringan yang berlebihan Pada luka ini akan terjadi angiogenesis untuk menyediakan suplai vaskuler dan lekosit akan bekerja untuk mematikan bakteri. C. JENIS PENUTUPAN LUKA Luka dapat dijelaskan penyembuhannya sesuai dengan jenis/metode penutupan pada penyembuhan luka berikut ini: 1. primary intention: a. luka, dengan kedalaman luka ‘full tichness’, ditutup menggunakan jahitan, steples, atau perekat/plester b. luka yang ditutup dengan mendekatkan jaringan yang terputus dengan jaitan, steples, atau plester c. dengan berlalunya waktu, maka terjadi sistesis, deposisi dan silangkolagen yang memberikan kekuatan dan integritas penyembuhan jaringan. 2. secondary intention: a. dengan kedalaman luka ‘patial tichnes atau full tichnes’, dibiarkan terbuka agar penyembuhannya melalui deposisi jaringan granulasi. b. luka, yang penutupan lukanya terjadi bila tepi luka berkontraksi secara biologi c. contoh yang paling jelas adalah pada luka stump amputasi yang dibiarkan terbuka d. kegagalan penutupan luka secara spontan menghasilkan luka kronik 3. tertiary intention: a. luka, dengan kedalaman ‘full tichness’ dbiarkan terbuka untuk mengupayakan debridement luka aktif. b. Kondisi luka diapproximated/didekatkan. c. Jahitan, steples, dan plester digunakan untuk menutup luka.
Karakteristik Contoh Tepi Luka
Infeksi Jaringan Granulasi Jaringan/parut Skar Kecepatan penyembuhan
Table Jenis/Metode Penyembuhan Luka. Primary Intention Secondary Intention Luka Insisi Bedah Luka Ulkus Kaki Approximated/didekatkan Tidak diApproximated tidak didekatkan Tidak Ada Seringkali Ada Jumlah Sedikit Jumlah Banyak Sedikit Sangat Banyak Cepat Sangat Lambat
Tertiary Intencation Luka Insisi Terbuka Padamulanya tidak didekatkan Seringkali Ada Jumlah Banyak Banyak Lambat
D. PENGERTIAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA DAN HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA : Berikut ini diuraikan beberapa ulasan pengertian mengenai proses penyembuhan luka agar pembaca dapat memahami apa dan bagaimana proses penyembuhan luka yang sebenarnya : 1. Proses penyembuhan luka merupakan suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada tumbuhan. 2. Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan, yang juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. (Kozier, 1995) 3. Proses penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel. 4. Proses penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai kegiatan bioseluler dan biokimia yang saling berkesinambungan. (Darwis, 1998) 5. Proses penyembuhan luka yang sebenarnya adalah suatu proses yang terjadi secara normal. Artinya, tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya 6. pada setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen jaringan yang rusak dengan membentuk struktur baru dan fungsional yang sama dengan keadaan sebelumnya. 7. pada proses penyembuhan luka, tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan proses peradangan yang dikarakteristikan dengan 5 tanda utama yaitu : a. Warna kemerahan karena kapiler melebar (retness/rubor) b. Nyeri (pain/dolor), c. Bengkak (swelling/tumor), d. Kerusakan (impaired function/fungsiolesa) 8. komponen utama pada proses penyembuhan luka adalah kolagen, disamping sel epitel. fibroblas adalah sel yang bertanggung kjawab untuk sintesis kolagen.
E. PRINSIP PENYEMBUHAN LUKA 1. prinsip penyembuhan luka secara umum a. Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak tersebut membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya. b. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti : umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik). c. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang. d. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tetap dijaga. e. Respon tubuh secara sistemik pada trauma. f. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka. g. Keutuhan kulit dan membaran mukosa disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme.
h. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
2. prinsip penyembuhan luka lembab Proteksi terhadap dehidrasi, misalnya menjaga kelembaban yang dibutuhkan untuk penyembuhan. Karena itu, didukung eksudat luka yanh fungsional sebagai : a. sumber subtansi yang larut air penting untuk pembentukan sel (asam amino,gula, elektrolit) b. media transport untuk mediator c. kondisi ideal untuk respons pertahanan imun d. karena tidak akan terjadi keropeng, sel epidermis dapat membelah dengan bebas dan bergerak kedaerah luka. F. TAHAP-TAHAP PENYEMBUHAN LUKA a. Fase Hemostasis dan Imflamasi 1.) Fase Hemostasis : a. Beberapa saat setelah luka b. Vasokonstriksi pembuluh darah c. pembentukan bekuan darah (clot) oleh trombosit dan tromboplastin 2.) Fase Implamasi : a. Terjadi 1 jam setelah luka sampai hari ke 2-5 b. Melibatkan PMN dan makrofag untuk membersihkan bakteri dan debris. c. Tampak kemerahan, bengkak, nyeri, teraba lebih hangat. b. Fase Proliferasi (2hari sampai 3 minggu) 1) Terjdi hari ke-2 atau 3 setelah luka. 2) Terdiri dari angiogenesis, deposisi kolagen, pembentukan granulasi, epitelisasi, kontaksi. i. Angiogenesis : pembentukan pembuluh darah baru dengan bantuan sel epitelial dan fibroblast. ii. Deposisi Kolagen : Pembentukan jaringan kolagen sebagai pembentukan jaringan ikat pada luka, berlangsung sampai minggu 2-4 c. Pembentuksn granulasi: i. Terjadi pada hari 2-5 setelah luka, dibentuk oleh fibroblas yang mengalami proliferasi dan maturasi ii. Fibroblas sistensis kolagen iii. Mengisi defek dan terbentuk kapiler baru. d. Epitelisasi
d. Epiteliasi: ii Jaringan granulasi memudahan terjadinya re-epitelisasi, terjadi setelah hari ke-5 iii Migrasi epitel dari tepi luka e Kontraksi: i. Bagian yang penting pada penyembuhan luka ii Tarikan tepi luka yang akan mengurangi defek iii Terjadi setelah harike-7 iv Mibatkan myofibroblast c Fase Remodelling/Maturasi (3 minggu sampai 2 tahun) 1) Lamanya tergantung ukuran luka & kondisi luka 2) Fase pemulihan jaringan ikat luka & pembentukan otot 3) Jika tidak terbentuk maka luka akan menjadi luka kronis (faktor pembuluuh darah) J. FAKTOR-FAKTOR POSITIF YANG MEMBANTU PENYEMBUHAN LUKA beberapa faktor positif yang membantu penyembuhan luka antara lain: 1 Faktor-faktor positif yang membantu penyembuhan luka. a. Tehnik penangan luka yang tepat b. pakaian yang tept c. kebersihan d. kondisi kesehatan umum-baik e. olahraga dan istirahat seimbang f. diet dan obat yang tepat: bebas alkohol dan bebas rokok g. tingkat pendidikan staf kesehatan (perwat) dan pasien h. sikap mental positif i. bebas penyakit lain j. continence k. umur l. kontrol infeksi m. kontrol rasa sakit 2. Faktor-faktor positif berkaitan dengan support Nutrisi yang dapat membantu penyembuhan luka : NO Zat Gizi
Sumber Makanan
1
Protein
Daging, ikan, susu, keju, telur, kacang, buncis, mentega, kacang
2
Karbohidrat
3
Vitamin :
Terigu, buah-buahan, sayur-sayuran, cereal, roti dan pastaa - Sayur-sayuran berdaun hijau, susu, telur, wortel, hati - buah-buahan: jeruk, sayur-sayuran, kentang
-
vitamin A vitamn C
4
Mineral: -
Zat besi Tembaga Seng (Zinc)
-
Daging, telur, ceral, sayur-sayuran Seafoo, kacang Daging, hati, seafood, telur
K. FAKTOR-FAKTOR NEGATIF YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA 1. Faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka(1) faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka pada bagian ini dikelompokka menjadi faktor-faktor lokal dan faktor umum. 1.
2.
faktor lokal a. suplai pembuluh darah yang kurang b. hematoma c. infeksi d. iridiasi e. mekanikal stres f. dressing material g. tekhnik bedah h. irigasi i. suture material j. antibiotik k. tipe jainga a. usia b anemia c.diabetes melitus d. hormon e. infeksi sitemik f. jaundice g. penyakit mennular h. malnutrisi i. obesitas j. temperatur k. trauma, hipofolimia l. uremia m. vitamin C dan A