PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) TERAPI OKUPASI PADA LANSIA
KELOMPOK 6 : Agus Imam Kusairi Anissa Fitri Ayu Kartika Meylani Deti Maryani Dina Widowati Mariana Oktaviane Ngula Punang Anggara Rahel Kayang Raheme Zam Zam Sheira Banu
KEMENTERIAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TAHUN 2017/2018
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
A. PENDAHULUAN 1. Topik
Topik : Terapi okupasi pada lansia (Membuat kerajinan tangan (Bingkai foto) dari kardus.
2. Landasan Teori
Saat ini diseluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan rata-rata usia 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Indonesia jumlah lansia mengalami peningkatan dari
tahun
2000
sebanyak
15.262.199
jiwa
dengan
presentase
(7,28%),tahun 2005 menjadi 17.767.709 jiwa dengan presentase (7,97%), dan pada tahun 2010 meningkat juga menjadi 19.936.895 jiwa dengan presentase (8,48%), (Padila, 2013). Peningkatan jumlah penduduk lansia ini sebagai konsekuensi dari peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia ini merupakan indikasi berhasilnya pembangunan jangka panjang salah satu di antaranya yaitu bertambah baiknya keadaan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Dengan bertambahnya umur rata-rata ataupun harapan hidup (life expectancy) pada waktu lahir, karena berkurangnya angka kematian kasar (crude date rate) maka presentasi golongan tua akan bertambah dengan segala masalah yang menyertainya (Oktizulvia, 2011). Menurut
penelitian
Graff
(2007),
salah
satu
cara
untuk
mengoptimalkan fungsi kognitif lansia adalah dengan menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas
yang membangkitkan kemandirian secara
manual, kreatif dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien. Terapi okupasi bertujuan mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan
atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas sehari-hari, produktivitas dan luang waktu melalui pelatihan, remediasi, stimulasi dan fasilitasi. Terapi okupasi meningkatkan kemampuan individu untuk terlibat dalam bidang kinerja berikut: aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan instrumental hidup sehari-hari.
3. Tujuan
a. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya. b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan. c. Meningkatkan
toleransi
kerja,
memelihara,
dan
meningkatkan
kemampuan yang masih ada d. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk di jajaki oleh klien sebagai langkah dalam pre – cocational training. Berdasarkan aktifitas ini akan dapat diketahui kemampuan mental dan fisik, sosialisasi, minat, potensi dan lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya pada pekerjaan yang tepat dalam latihan kerja. e. Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama masa rawat dengan berguna. f. Mengarahkan minat dan hobi agar dapat di gunakan setelah kembali ke keluarga.
B. RENCANA KEGIATAN
Hari/Tanggal
: Jumat, 09 Maret 2018
Waktu
: Pukul 09.00-10.00 WITA
Tempat
: Aula Wisma
C. SKEMA KEGIATAN
O CL
F
L
K K F F K
K
D
F
K
Keterangan : L
CL
K
F
O
D
: Leader
: Co-Leader
: Klien
: Fasilitator : Observer
: Dokumenter
D. PENGORGANISASIAN
1. Leader (Pemimpin) : Agus Imam Kusairi 2. Co-Leader : Raheme Zam Zam Sheira Banu 3. Fasilitator : 1. Mariana Oktaviane Ngula 2. Dina Widowati 3. Anissa Fitri 4. Rahel Kayang 5. Ayu Kartika Meylani 4. Observer : Deti Maryani
F
5. Dokumentasi : Punang Anggara
E. PERAN DAN FUNGSI TIM
1. Leader (Pemimpin) Tugas dan Peran : a. Mengkoordinir jumlah peserta yang telah ditentukan b. Mampu mengatasi masalah yang timbul dalam kelompok c. Memimpin perkenalan, menjelaskan tujuan kegiatan d. Menjelaskan proses kegiatan e. Mendemonstrasikan kegiatan 2. Co-Leader Tugas dan Peran : a. Membantu leader selama TAK berlangsung b. Menggantikan leader jika leader berhalangan hadir 3. Fasilitator Tugas dan Peran : a. Mampu memotivasi anggota terlibat dalam kegiatan b. Mampu menjadi role model bagi peserta TAK c. Mengamati respon klien selama TAK berlangsung. 4. Observer Tugas dan Peran : a. Mengobservasi jalannya TAK mulai dari persiapan proses dan penutup b. Mengobservasi perilaku semua anggota kelompok c. Menyampaikan hasil TAK d. Memberi penilaian terhadap perilaku verbal dan non verbal pasien selama TAK berlangsung dengan menggunakan format penilaian yang tersedia 5. Dokumenter Tugas dan Peran a. Mendokumentasikan kegiatan TAK yang berlangsung
F.
SELEKSI KLIEN
Klien yang mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK) ini dipilih berdasarkan pengkajian mengenai hobi dan bakat yang diminati yaitu klien-klien lansia yang memiliki minat dan bakat di bidang kerajinan tangan.
G. ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Kardus 2. Gunting 3. Cutter 4. Penggaris 5. Pensil / spidol 6. Lem 7. Kertas kado
H. METODE
1. Diskusi 2. Demonstrasi
I.
LANGKAH PELAKSANAAN
1. Pembukaan (Fase Orientasi) : a. Perkenalan : Salam teraupetik b. Menjelaskan tujuan, aturan permainan aktivitas dan peran. c. Membuat kontrak waktu TAK. 2. Proses Kegiatan (Fase Kerja) a. Memberikan penjelasan awal tentang pengertian terapi okupasi b. Memberikan penjelasan tentang manfaat melakukan terapi okupasi c. Memberikan kesempatan pada lansia untuk mempersiapkan diri untuk melaksanakan kegiatan okupasi d. Leader mendemonstrasikan pembuatan kerajinan tangan e. Pada saat leader mendemonstrasikan pembuatan kerajinan tangan, lansia memperhatikan
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan lansia dengan memberi tepuk tangan. 3. Evaluasi (Fase Terminasi) a. Leader mengeksplorasi perasaan lansia setelah mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok. b. Leader memberi umpan balik positif kepada lansia. c. Leader meminta lansia menjelaskan sedikit cara membuat kerajinan tangan yang telah dipraktikkan d. Hasil yang diharapkan : ± 75% anggota kelompok mampu membuat kerajinan tangan dari sedotan 4. Penutup 5. Observer membacakan hasil observasi.
J.
PROGRAM ANTISIPASI MASALAH
1. Memotivasi klien yang tidak aktif selama TAK. 2. Memberi kesempatan klien menjawab sapaan perawat/terapis 3. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit, panggil nama klien dan tanyakan alasan meninggalkan permainan 4. Memberi penjelasan tentang tujuan permainan dan menjelaskan bahwa klien dapat meninggalkan
kegiatan setelah TAK selesai atau klien
mempunyai alasan yang tepat. 5. Bila ada klien lain yang ingin ikut, beri penjelasan bahwa permainan ini ditujukan kepada klien yang telah dipilih. 6. Bila klien memaksa
berikan kesempatan untuk ikut dengan tidak
memberi pertanyaan bila hendak meninggalkan kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas Kelompok . Jakarta: EGC Laskar, Dery. 2013. Terapi Okupasi. http://www.slideshare.net/khadaribob/terapiokupasi. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 pada pukul 15.30 WITA Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Maryam,
R.
Siti.
2008. Mengenal
Usia
Lanjut
dan
Perawatannya.
Jakarta: Salemba Medika Muhaj, K. 2009. Terapi Okupasi dan Rehabilitasi . Available Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009 . Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu