BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kebanyakan entitas bisnis memiliki aset tetap seperti tanah, bangunan, sumber daya alam, dan paten. Sumber daya ini digambakan sebagai aset jangka panjang karena memberikan manfaat dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Aset tersebut akan digunakan dalam produksi barang atau jasa kepada pelanggan. Aset tetap dapat menjadi kategori berwujud dan tidak berwujud, aset berwujud adalah item-item secara fisik yang dapat dilihat dan diraba. Sebaliknya aset tidak berwujud adalah hak atau manfaat ekonomis ek onomis yang tidak tida k memiliki sifat secara secar a fisik. Penyusutan adalah salah satu konsekuensi akibat dari penggunaan aset teta tetap. p. Di mana mana aset aset teta tetapp akan akan cend cender erun ungg meng mengal alam amii penu penuru runa nann fung fungsi si.. Penger Pengertian tian penyus penyusuta utann menuru menurutt penala penalaran ran umum umum adalah adalah cadang cadangan an yang yang akan akan diperuntukan untuk membeli aset baru guna menggantikan aset lama yang tidak produktif. Sedangkan pengertian menurut akuntansi, penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap ke dalam harga pokok produksi, atau biaya operasional yang disebabkan penggunaan aset tetap tersebut. Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang apapun dituntut untuk dapat mengikuti suatu persaingan yang sangat ketat. Dimana perusahaan lokal harus mampu bersaing dengan perusahaan asing yang mana banyak diantaranya sudah bersifat multinasional. Aset tetap memiliki pengaruh yang cukup besar bagi berlangsungnya berlangsungnya kegiatan perusahaan tersebut. Seperti kegiatan administratif atau kegiata kegiatann operas operasion ionaln alnya ya perusa perusahaa haan. n. Prakte Praktekk akunta akuntansi nsi yang yang diterim diterimaa secara secara umum dapat menjadi penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Dengan akuntansi aset tetap yang merupakan bagian dari akunta akuntansi nsi perusa perusahaa haann secara secara keselu keseluruh ruhan an juga juga harus harus dilaku dilakukan kan sesuai sesuai dengan dengan standa standarr akunta akuntansi nsi yang yang berlak berlaku. u. Salah Salah satu satu bentuk bentuk perhati perhatian an terseb tersebut ut dapat dapat dituangkan dalam pelaporan akuntansi aset tetap yang lazim.
Aset Aset tetap tetap akan akan mengal mengalami ami penyus penyusuta utann dari dari suatu suatu period periodee ke period periodee berikutnya, jadi nilai kegunaan dari aset tetap akan terus berkurang dari suatu periode ke periode berikutnya, kecuali tanah. Dalam suatu periode tertentu t ertentu apabila suda sudahh digu digunak nakan an atau atau dima dimanf nfaa aatk tkan an maka maka nila nilaii aset aset tetap tetap akan akan meng mengal alam amii penurunan. Aset tetap yang nilainya tidak akan berkurang, bahkan nilainya cend cender erun ungg bert bertam amba bahh atau atau sema semaki kinn ting tinggi gi adal adalah ah tana tanah. h. Seir Seirin ingg deng dengan an bertambahnya waktu, nilai dari sebidang tanah akan mengalami penambahan atau semakin tinggi. PT. Oscar Mas adalah Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak dalam bidang penjualan alat-alat berat dan spare part alat berat merek Hyundai, Cenglong dan XGMA. PT. Oscar Mas memiliki 8 kantor cabang yang tersebar di wilay wilayah ah Jaka Jakart rta, a, Sura Suraba baya ya,, Maka Makass ssar, ar, Banj Banjarm armas asin in,, Mana Manado do,, Balik Balikpa papa pan, n, Palembang, dan Semarang. Jakarta merupakan Head Office yang beralamat di Gedung Sastra Graha Lt. 3A Jl. Raya Pejuangan No. 21 Kebon Jeruk Jakarta dan memiliki Warehouse di daerah bekasi cibitung dengan alamat Kawasan Industri MM2100 Jl. Timor Kav. B7-2 Cibitung Bekasi untuk tempat menyimpan semua unit alat berat dan spare part. Karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang akuntansi aset tetap dan penerapan metode depresiasi yang dilakukan oleh PT. Oscar Mas dengan mengangkat judul sebagai berikut “Analisis “Analisis Tentang Penerapan Penerapan PSAK No. 16 dan PSAK No. 17 pada PT. Oscar Mas”.
1.2. Perumusan masalah
Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aset tetap meliputi mesin dan peralatan perlu mendapat perhatian khusus, tetapi tidak hanya dalam hal pengolahan operasionalnya saja tetapi juaga dalam pencatatan akuntansinya. Pelaksanaan untuk memfokuskan permasalahan agar pembahasannya hanya pada ruang lingkup masalah, maka penulis hanya akan membahas perlakuan akuntansi yang berhubungan dengan aset berwujud adalah :
Aset Aset tetap tetap akan akan mengal mengalami ami penyus penyusuta utann dari dari suatu suatu period periodee ke period periodee berikutnya, jadi nilai kegunaan dari aset tetap akan terus berkurang dari suatu periode ke periode berikutnya, kecuali tanah. Dalam suatu periode tertentu t ertentu apabila suda sudahh digu digunak nakan an atau atau dima dimanf nfaa aatk tkan an maka maka nila nilaii aset aset tetap tetap akan akan meng mengal alam amii penurunan. Aset tetap yang nilainya tidak akan berkurang, bahkan nilainya cend cender erun ungg bert bertam amba bahh atau atau sema semaki kinn ting tinggi gi adal adalah ah tana tanah. h. Seir Seirin ingg deng dengan an bertambahnya waktu, nilai dari sebidang tanah akan mengalami penambahan atau semakin tinggi. PT. Oscar Mas adalah Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak dalam bidang penjualan alat-alat berat dan spare part alat berat merek Hyundai, Cenglong dan XGMA. PT. Oscar Mas memiliki 8 kantor cabang yang tersebar di wilay wilayah ah Jaka Jakart rta, a, Sura Suraba baya ya,, Maka Makass ssar, ar, Banj Banjarm armas asin in,, Mana Manado do,, Balik Balikpa papa pan, n, Palembang, dan Semarang. Jakarta merupakan Head Office yang beralamat di Gedung Sastra Graha Lt. 3A Jl. Raya Pejuangan No. 21 Kebon Jeruk Jakarta dan memiliki Warehouse di daerah bekasi cibitung dengan alamat Kawasan Industri MM2100 Jl. Timor Kav. B7-2 Cibitung Bekasi untuk tempat menyimpan semua unit alat berat dan spare part. Karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang akuntansi aset tetap dan penerapan metode depresiasi yang dilakukan oleh PT. Oscar Mas dengan mengangkat judul sebagai berikut “Analisis “Analisis Tentang Penerapan Penerapan PSAK No. 16 dan PSAK No. 17 pada PT. Oscar Mas”.
1.2. Perumusan masalah
Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aset tetap meliputi mesin dan peralatan perlu mendapat perhatian khusus, tetapi tidak hanya dalam hal pengolahan operasionalnya saja tetapi juaga dalam pencatatan akuntansinya. Pelaksanaan untuk memfokuskan permasalahan agar pembahasannya hanya pada ruang lingkup masalah, maka penulis hanya akan membahas perlakuan akuntansi yang berhubungan dengan aset berwujud adalah :
1. Apakah perlakuan akuntansi aset tetap dan penyusutannya yang dilakukan oleh PT. Oscar Mas sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku? 2. Apakah penyajian aset tetap dan penyusutan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku? 1.3. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah : a. Untuk ntuk meng menget etah ahuui apak apakah ah perla erlakkuan akun akunta tannsi aset aset teta tetapp dan dan penyusutannya penyusutannya oleh PT. Oscar Mas sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. b. Untuk mengetahui apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan dan penyusutannya sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. 1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan adalah : a. Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi tambahan kepada bagian akun akunta tans nsii PT PT.. Osca Oscarr Mas Mas dan dan memb memban antu tu piha pihakk mana manaje jeme menn untu untuk k mengevaluasi kebijaksanaan yang telah diambil b. Bagi penulis, bermanfaat untuk memberikan tambahan wawasan yang lebih luas mengenai perlakuan aset tetap dan penyusutannya, serta penyajian dalam laporan keuangan dalam praktek. c. Bagi pihak lain , memberikan sumbangan informasi tambahan kepada berbagai pihak khususnya khususnya mahasiswa yang mungkin dapat dijadikan pelengkap bahan bacaan atau perkuliahan tentang aset tetap. 1.5. Kerangka Konseptual
Pada Pada umum umumny nyaa aset aset tetap tetap meru merupa paka kann keka kekaya yaan an yang sang sangat at pent pentin ingg operas operasion ional al perusa perusahaa haann untuk untuk memper memperole olehh laba. laba. Aset Aset tetap tetap biasan biasanya ya melipu meliputi ti jumlah yang relative besar, mempunyai manfaat lebih dari satu tahun, digunakan dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan.
1.5.1. Pengertian dan sifat aset tetap
Aset tetap merupakan aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan. Dalam bukunya yang berjudul akuntansi aset tetap menurut Sofyan Safri Harahap, mendefinisikan aset tetap sebagai berikut : “Aset tetap adalah aset tetap yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa.”
Suatu aset dapat disebut aset tetap apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Bersifat relatif permanen Artinya aset itu dapat digunakan untuk jangka panjang sebagai patokan untuk dapat dikategorikan ke dalam aset tetap, biasanya aset ini harus dapat digunakan lebih dari satu tahun. 2. Digunakan dalam operasi perusahaan Aset tetap haruslah terdiri dati aset-aset yang dipergunakan dalam operasi perusahaan. 3. Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali Aset tetap dimiliki oleh perusahaan dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan dan tidak di maksdukan untuk dijual kembali. 4. Memiliki wujud fisik Setiap aset tetap memiliki wujud fisik yang nyata, contoh : tanah, bangunan, mesin-mesin, kendaraan dan sebagainya. 5. Mempunyai nilai yang cukup besar
Artinya bahwa aset tetap ini mempunyai pengaruh dalam kegiatan perusahaan dan umumnya harga beli aset itu cukup besar dan memerlukan biaya pemeliharaan yang cukup besar apabila aset tersebut mengalamai kerusakan.. Untuk itu harus ada kebijakan untuk menetapkan biaya pemeliharaan tersebut. 1.5.2. Pengertian dan Metode-metode Penyusutan Aset Tetap
Didalam Standar Akuntansi Keuangan No. 17 dijelaskna bahwa : “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secar langsung maupun tidak langsung.”
Pada umumnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi beban penyusutan periodik yaitu : 1. Biaya atau harga perolehan aset Harga perolehan suatu aset meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapannya untuk dapat digunakan. 2. Nilai residual atau nilai sisa Nilai sisa aset tetap berwujud adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisaikan pada saat aset sudah digunakan lagi. 3. Masa manfaat arau umur teknisi Adalah taksiran jangka waktu penggunaan aset tetap itu dalam kegiatan produksi. 4. Pola penggunaan atau pola pemakaian Untuk menandingkan harga perolehan aset terhadap pendapatan, beban penyusutan periodik harus mencerminkan setepat mungkin pola penggunaan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban Depresiasi periodik, yaitu : 1. Metode Garis Lurus
2. Metode Jam Jasa 3. Metode Hasil Produksi 4. Metode Beban Berkurang a. Jumlah Angka Tahun b. Saldo Menurun c. Saldo Menurun Berganda d. Tarif Menurun
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 . Review Hasil Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dari review terdahulu ditemukan penelitian yang dilakukan oleh Adhi Achmad, mahasiswa Universitas Bung Karno Jakarta (2004) dimana tempat penelitian dilakukan pada Perjan Rs. Kanker Dharmais yan bergerak di bidang jasa kesehatan dengan pelayanan khusus untuk penyakit kanker. Hasil penelitian ini menjelaskan metode penyusutan dilakukan sesuai dengan PSAK No. 16 dan PSAK No. 17. 2.2. Pengertian dan Sifat Aset Tetap
Definisi Aset Tetap didalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI : 2002) adalah sebagai berikut : “Aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat masa lebih dari satu tahun.”
Definisi menurut PSAK No. 16 (2004 : 16.1 ) menyatakan bahwa : “Aset tetap adalah aset yang berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”
Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset sepanjang waktu masa manfaat. Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aset atau jumlah lain yang dapat di subtitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya. Masa Manfaat adalah : a. Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau
b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset oleh perusahaan. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan biaya konstruksi sampai dengan aset tesebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan. Nilai sisa adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa manfaat aset setelah dikurangu taksiran biaya pelepasan. Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu aset mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar. Jumlah tercatat adalah nilai buku, biaya peolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Jumlah yang diperoleh kembali adalah jumlah yang diharapkan dapat diperoleh kembali dari penggunaan suatu aset di masa yang akan datang, termasuk nilai sisanya atas pelepasan aset. 2.2.1. Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap yang dimiliki perusahaan dapat mempunyai bermacam-macam mode atau bentuk, misalnya : tanah, bangunan, mesin-mesin, kendaraan, peralatan, dapat diklasifikasikan sebagai : 1. Aset tetap berwujud (Tangible Assets) atau dengan istilah lain plant dan equipment. Contoh : tanah, mesin, gudang dan peralatan. 2. Aset tidak berwujud (Intangible Assets) yaitu tidak ditangkap dengan panca indera. Contoh : goodwill, paten, copyright, hak cipta, dan franchise.
2.2.2. Perolehan dan Harga Perolehan Aset Tetap
Perolehan Aset tetap diakui sebesar Harga Perolehannya. Sementara itu yang dimaksud dengan Harga Perolehan adalah pengeluaran-pengeluaran yang timbul mulai dari proses pembelian hingga aset tersebut siap beroperasi. a. Perolehan Aset Tetap dan Pencatatannya Aset dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehannya akan dipengaruhi penentuan harga aset tetap tersebut. Proses perolehan yang dimaksudkan adalah dimulai dari pembelian, pengangkutan aset, pemasangan sampai aset tersebut siap untuk digunakan. Menurut Zaki Baridwan (2000), cara perolehan aset tetap ada enam, yaitu : 1. Membeli Tunai Pembelian tunai biasanya dilakukan terhadap suatu jenis barang yang harganya relatif rendah atau tidak material. Aset tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat sejumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut termasuk harga, faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aset tersebut siap dipakai. Contoh : Tanggal 20 Desember perusahaan membeli mesin pabrik seharga Rp 55,000,000. Pengeluaran yang berkaitan dengan pembelian mesin antara lain : PPN sebesar Rp 5,500,000, Premi asuransi sebesar Rp 550,000 dan biaya pemasangan sebesar Rp 1,450,000 maka harga perolehannya : Harga beli
: Rp 55,000,000
PPN
: Rp 5,500,000
Premi asuransi
: Rp
550,000
Biaya pemasangan : Rp 1,450,000 Harga perolehan
Jurnal
Rp 62,500,000
TANGGAL URAIAN 20-Desember Mesin pabrik Kas
DEBIT Rp 62,500,000
KREDIT Rp
62,500,000
2. Pembelian Angsuran Apabila aset tetap diperoleh dari pembelian angsuran maka perolehan aset tetap tidak boleh termasuk bunga selama masa angsuran jelas-jelas dinyatakan maupun tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan di bebankan sebagai biaya bunga Contoh : Pada tanggal 21 Desember perusahaan membeli sebuah kendaraan secara kredit dengan harga Rp 120,000,000. Diantaranya dibayar tunai Rp Rp 20,000,000. Sisanya akan dibayar dalam 5 angsuran bulanan. Jurnal TANGGAL 21-Desember
URAIAN Kendaraan Kas Hutang usaha
DEBIT Rp 120,000,000
KREDIT Rp 20,000,000 Rp 100,000,000
Jika pembayaran angsuran dikenakan bunga sebesar 12% per tahun, maka pada saat pembayaran angsuran pertama dihitung : Angsuran bulanan = Rp 100,000,000 : 5
= Rp 20,000,000
Bunga 1 bulan = 1/12 x 12% x Rp 100,000,000 = Rp 1,000,000
Jumlah yang dibayarkan = Rp 20,000,000 + Rp 1,000,000 = Rp 21,000,000
Jurnal
TANGGAL URAIAN 21-Desember Hutang usaha Beban bunga Kas
DEBIT Rp 20,000,000 Rp 1,000,000
KREDIT
Rp
21,000,000
3. Ditukar dengan aset tetap yang lain Banyak pembelian aset tetap lain dilakukan dengan cara tukar tambah dimana aset tetap yang lama digunakan untuk membayar sebagian harga aset tetap yang baru dan kekurangannya dibayar tunai. Contoh : Pada tanggal 22 Desember, perusahaan membeli tanah seluas 300m2 dengan harga Rp1,000,000/m2. Tanah tesebut ditukar dengan mobil seharga Rp.300,000,000 dan akumulasi penyusutannya sudah Rp.60,000,000, serta membayar tunai Rp.40,000,000. Harga tanah
Rp 300.000.000
Kas yg diserahkan
Rp 40,000,000
Nilai buku mobil
Rp 240,000,000 (+)
Nilai pertukaran
Rp 280.000.000 (-)
Laba pertukaran
Rp 20,000,000
Terjadi laba dalam pertukaran karena harga pasar lebih besar dari nilai buku. Jurnal TANGGAL URAIAN 22-Desember Aset Tetap & Inventaris - Tanah Akumulasi penyusutan - Mobil Aset Tetap & Inventaris- Tanah Kas Laba Pertukaran
4. Ditukar dengan surat-surat berharga
DEBIT Rp 300,000,000 Rp 60,000,000
KREDIT
Rp 300,000,000 Rp 40,000,000 Rp 20,000,000
Aset tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar atau obligasi yang digunakan sebagain penukar. Pertukaran aset tetap dengan saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar. Pertukaran Aset tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dengan rekening modal saham atau obligasi sebesar nilai nominal dicatat dalam rekening agio/disagio. Contoh : Pada tanggal 23 Desember perusahaan menukar sebuah gedung dengan 10.000 lembar saham biasa, nominal @ Rp10.000,00. Pada saat pertukaran harga pasar saham per lembar adalah Rp11.000,00. Jurnal TANGGAL URAIAN 23-Desember Gedung Modal saham biasa Agio saham
DEBIT Rp 110,000,000
KREDIT Rp 100,000,000 Rp 10,000,000
5. Diperoleh dari donasi Didalam Standar Akunansi Keuangan No. 16 (IAI :2002) dijelaskan bahwa aset tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditan akun modal donasi. Aset tetap yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. Contoh : Pada tanggal 1 Januari Pak Amir memberikan tanah kepada anaknya untuk memulai usaha . Harga pasar wajar tanah tersebut adalah Rp 50,000,000. Jurnal TANGGAL URAIAN 1-Januari Tanah Pendapatan dari tanah donasi
6. Aset tetap yang dibuat sendiri
DEBIT Rp 50,000,000
KREDIT Rp
50,000,000
Perusahaan mungkin membuat sendiri aset tetap yang diperlukan seperti,gedung, alat-alat,dan perabotan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun sendiri mencakup semua biaya yang timbul untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen, dan biasanya mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead pabrik yang dapat dialokasikan untuk aset tersebut. Ada beberapa masalah yang akan dihadapi perusahaan yang menyangkut pembangunan sendiri, antara lain : 1. Harga perolehan dengan membangun sendiri kemungkinan lebih tinggi daripada membeli yang sudah jadi. 2. Bunga selama periode pembangunan 3. Masalah overhead yang akan dibebankan ke dalam harga perolehan Harga perolehan aset tetap yang dibangun sendiri meliputi biaya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tersebut termasuk biaya yang harus ditangguhkan. Apabila harga pokok atau harga perolehan aset tetap yang dibangun sendiri lebih rendah dari harga beli di pasar, maka selisihnya merupakan keuntungan sedangkan apabila harga pokok aset yang dibangun sendriri itu lebih tinggi dari harga beli di pasar dicatat sebagai kerugian. 2.2.3. Penerapan Dasar Penilaian Aset Tetap
Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aset, berlaku prinsip uang, menyatakan bahwa semua pengeluaran terjadi sejak pembelian sampai aset itu siap dipakai harus dikapitalisir. a. Tanah Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah, apabila tanah itu digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti harga beli, komisi pembelian, biaya balik nama, biaya penelitian tanah, iuaran-iuran (pajak) selama tanah belum terpakai,
biaya akta notaris, biaya sertifikat tanah, dan biaya lain yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap untuk digunakan. b. Bangunan / Gedung Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah dan gedung biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah harga beli, biaya perbaikan, bea balik nama, pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian. Apabila gedung itu dibuat sendiri maka harga perolehan gedung itu terdiri dari biaya-biaya pembuatan gedung, biaya perencanaan, biaya pengurusan izin bangunan, pajak pajak selama pembuatan gedung, alat-alat perlengkapan gedung seperti tangga berjalan, lampu dan lain-lain tercatat tersendiri dalam rekening alat-alat gedung dan selama umur alat-alat tersebut. c. Mesin dan Alat-alat Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah harga pembeli, pajak-pajak yang menjadi beban pembeli, biaya angkut, asuransi selama dalam perjalanan, biaya pemasangan dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin. Apabila mesin itu dibuat sendiri maka harga perolehannya terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin. Mesin yang disewa, biaya sewanya tidak dikapitalisasi tetapi dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya. d. Perabotan dan Alat-alat Kantor Yang termasuk harga perolehan perobot dan alat-alat kantor adalah harga beli, biaya angkut, dan pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli. Termasuk pula di dalamnya harga beli, pajak atau bea yang tidak dapat dikreditkan, biaya transportasi, biaya asuransi selama pengiriman perabotan, pengeluaran untuk perakitan, pemasangan dan pengujian peralatan yang dibeli. e. Kendaraan
Yang termasuk dalam harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, harga bea balik nama dan biaya angkut. Harga perolehan di deprisiasi selama masa kegunaannya. 2.3. Pengertian Penyusutan Aset Tetap
Pengertian penyusutan di dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI:2002) adalah sebagai berikut : “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi, penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”
Aset yang dapat disusutkan yaitu : 1. Yang dapat digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi 2. Memiliki suatu manfaat 3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi dan barang atau jasa untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi. Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aset atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya. Penghapusan Aset adalah penghapusan nilai buku suatu aset yang dilakukan apabila nilai buku yang tercantum tidak lagi menggambarkan manfaat dari aset yang bersangkutan penghapusan aset berbeda dengan penyusutan. 2.3.1. Pencatatan Depresiasi
Dalam menentukan biaya penyusutan ada tiga factor yang harus diperhatikan antara lain yaitu : a. Harga perolehan (cost) Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya yang lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aset dan menempatkannya agar dapat digunakan.
b. Nilai Risidual atau Nilai Sisa Yaitu jumlah yang diterima bila aset itu dijual, ditukarkan atau ketika aset tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya. c. Taksiran Umur dan Masa Manfaat Yaitu jangka waktu pemakaian aset yang diharapkan dari suatu aset. Taksiran umur biasanya dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya. Umur suatu aset tetap dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Umur teknis yaitu jangka pemakaian suatu aset tanpa memperhatikan hasil yang diperoleh dari pemakaian aset tetap itu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonimis. 2. Umur ekonomis yaitu taksiran umur suatu aset dilihat dari hasil/keuntungan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomis. Umur ekonomis ialah yang umum digunakan dalam perhitungan penyusutan aset tetap bukan umur teknis. Faktor yag harus diperhitungkan dalam menentukan umur manfaat yaitu : -
Prakiraan daya pakai aset
-
Prakiraan tingkat keausan fisik
-
Keusangan teknis dan keusangan komersil
-
Pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum
Pembelian dari suatu aset tidak selalu awal/akhir bulan tetapi mungkin pada tanggal-tanggal tertentu dari suatu bulan. Dalam hal ini perhitungan penyusutan dilakukan sebagai berikut : 1. Jika pembelian dan pemakaian suatu aset tetap antara tanggal 1 sampai dengan 15 dari suatu bulan maka penyusutan dihitung mulai sejak awal bulan yang bersangkutan sampai dengan akhir periode akuntansi.
2. Jika pembelian/pemakaian suatu aset tetap tanggal 16 sampai dengan akhir bulan maka penyusutan dihitung mulai sejak awal bulan berikutnya sampai dengan akhir periode akuntansi. 2.3.2. Macam-macam Metode Penyusutan
Suatu perusahaan tidak harus menggunakan satu metode penyusustan saja untuk seluruh kelompok aset tetapnya. Untuk dapat memilih salah satu metode hendaknya diperimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aset tersebut. a. Metode Berdasarkan Waktu Penggunaan metode penyusutan ini berhubungan dengan waktu. Adapun metode-metodenya sebagai berikut : 1. Metode Garis Lurus Metode ini adalah merupakan suatu bentuk perhitungan beban penyusutan untuk aset tetap dimana besarnya beban penyusutan di tentukan sama setiap tahunnya. Contoh : Pada tanggal 10 Juni 2011 dibeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 100,000 taksiran nilai sisa (residu) sebesar Rp 5,000 dan umurnya ditaksir selama 5 tahun. Depresiasi tiap tahun di hitung sebagai berikut : Depresiasi
=
HP-NS n
=
Rp 100,000 – Rp 5,000 5
= Keterangan : HP : Harga Perolehan NS : Nilai Sisa
Rp 19,000
n : Masa Manfaat (umur dalam tahunan) Jurnal : TANGGAL URAIAN 10-Juni-2012 Beban penyusutan Akumulasi penyusutan mesin
DEBIT Rp 19,000
KREDIT Rp
19,000
Jika disusun dalam bentuk table, maka perhitungan depresiasi dan akumulasi depresiasi dari mesin adalah sebagai berikut : Tabel Depresiasi – Metode Garis Lurus
TAHUN
BIAYA
0 1 2 3 4 5
Rp 100,000 Rp 100,000 Rp 100,000 Rp 100,000 Rp 100,000 Rp 100,000
DEPRESIASI Rp Rp Rp Rp Rp
19,000 19,000 19,000 19,000 19,000
AKUMULASI PENYUSUTAN Rp Rp Rp Rp Rp
19,000 38,000 57,000 76,000 95,000
NILAI SISA Rp 100,000 Rp 81,000 Rp 62,000 Rp 43,000 Rp 24,000 Rp 5,000
Perhitungan Depresiasi dengan garis lurus ini didasarkan pada anggapananggapan sebagai berikut : 1. Kegunaan ekonomis dari suatu aset akan menurun secara proposional secara periode 2. Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya tetap 3. Kegunaan ekonomis berkurang karena lewat waktu 4. Penggunaan (kapasitas) aset tiap-tiap periode relatif tetap. Dari contoh diatas, metode garis lurus sebaiknya digunakan untuk menghitung depresiasi gedung, meubel, dan alat-alat kantor.
b. Metode Pembebanan Yang Menurun Penggunaan metode pembebanan yang menurun atau penyusutan dipercepat pada beban depresiasi tahun-tahun pertama akan lebih besar dari pada beban depresiasi tahun-tahun berikutnya. Ada dua cara untuk menghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun ke tahun, yaitu : 1. Metode jumlah angka tahun Didalam metode ini depresiasi dihitung dengan cara mengalihkan bagian pengurangan yang setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Contoh : Pada bulan Juni 2012 dibeli mesin yang harga perolehan Rp 200,000 residu Rp 20,000 ditaksir umur ekonomisnya 3 tahun depresiasi mesin dihitung sebagai berikut :
1 2 3
BOBOT (WEIGHT) 3 2 1
TOTAL
6
TAHUN
BAGIAN PENGURANGAN 3/6 2/6 1/6
Keterangan : - Penyebut dalam bagian bobot dihitung dengan cara menjumlahkan angka bobot =
3+2+1 =6
- Pembilang dalam bagian pengurangan adalah angka bobot tahun yang bersangkutan. Apabila disusun dalam bentuk tabel , adalah sebagai berikut :
Tabel Depresiasi – Metode Jumlah Angka Tahun
TAHUN
DEBIT DEPRESIASI
0 1 2 3
3/6 x 180,000 2/6 x 180,000 1/6 x 180,000
DEPRESIASI
Rp Rp Rp
90,000 60,000 30,000
TOTAL NILAI BUKU AKUMULASI MESIN DEPRESIASI Rp 200,000 Rp 90,000 Rp 110,000 Rp 150,000 Rp 50,000 Rp 180,000 Rp 20,000
Jika aset itu umur ekonomisnya panjang, maka penyebut (jumlah angka tahun) bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut : Jumlah angka tahun = n (n+1/ 2)
n = umur ekonomi
2. Metode Saldo Menurun / Saldo Menurun Ganda Dalam cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aset. Karena nilai buku ini setiap tahun selalu menurun karena beban depresiasi tiap tahunnya juga selalu menurun. Contoh : Mesin diperoleh dengan harga Rp 100,000 residu Rp 10,000, ditaksir umur ekonominya 3 tahun. Maka depresiasi mesin tersebut yaitu : Tarif yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : T = 1 + n √ NS/HP Keterangan : T : Tarif n : Umur Ekonomis NS : Nilai Sisa HP : Harga Perolehan T = 1 + 3 √ 10,000 / 100,000 = 0.0536 atau 53,6%
Utuk menghitung depresiasi tiap tahun tarif ini (53,6) dikalikan pada nilai buku mesin. Apabila disusun dalam bentuk tabel, ,maka perhitungan depresiasi adalah sebagai berikut : Tabel Depresiasi – Metode Saldo Menurun
TAHUN
DEBIT DEPRESIASI
KREDIT AKUMULASI DEPRESIASI
TOTAL AKUMULASI DEPRESIASI
0
NILAI BUKU MESIN Rp
100,000
1
53.6% x Rp 100,000 = Rp 53,600
Rp
53,600
Rp
53,600
Rp
46,400
2
53.6% x Rp 46,000 = Rp 24, 870
Rp
24, 870
Rp
78,470
Rp
21,530
3
53.6% x Rp 21,530 = Rp 11, 530
Rp
11,530
Rp
90,000
Rp
10,000
Nilai buku aset pada akhir tahun ketiga menunujukan jumlah Rp 10,000 yaitu taksiran nilai residu. Apabila aset yang dihitung depresiasinya itu tidak mempunyai nilai residu, maka metode ini dapat digunaka. Untuk mengatasi kelemahan ini, biasanya untuk aset yang tidak mempunyai nilai residu, akan dipakai nilai residu = Rp 1.0 b. Metode Jam Jasa / Pemakaian Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aset akan lebih cepat rusak apabila digunakan sepenuhnya dibanding dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya.Metode penyusutan ini menggunakan jumlah jam kerja sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel daripada beban tetap seperti dalam metode penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method) sesuai dengan jam kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau jasa tiap periode akuntansi. Kelemahan dari metode ini adalah ketika kapasitas produktif dari perusahaan menjadi berkurang karena adanya pesaing baru yang mungkin lebih efisien dan efektif, sehingga cepat atau lambat perusahaan dipaksa untuk mengakui kelemahan dari kapasitas produksinya. Selain itu metode jam jasa mengakui beban penyusutan berdasarkan unit produksi, sehingga beban
penyusutan yang diakui menjadi kecil pada saat produksi yang dihasilkan sedikit, yang selanjutnya akan menyebabkan overstatement terhadap laba yang dilaporkan oleh perusahaan. Contoh : Mesin dengan harga perolehan Rp 600,000 nilai sisa Rp 40,000 ditaksir akan dapat digunakan selama 8000 jam. Depresiasi jam dihitung sebagai berikut : Depresiasi per jam = HP-NS n = Rp 600,000 – Rp 40,000 8000 = Rp 70,Keterangan : - HP = Harga Perolehan - NS = Nilai Sisa - n = Taksiran jam
Apabila dalam tahun pertama, mesin tersebut digunakan selama 3,000 jam maka beban depresiasinya = 3000 x Rp 70 = Rp 210,000. Maka perhitungan depresiasi dan akumulasinya sebagai berikut : Tabel Depresiasi – Metode Jam Jasa
TAHUN
JAM KERJA
DEBIT DEPRESIASI
KREDIT AKUMULASI DEPRESIASI
TOTAL AKUMULASI DEPRESIASI
0
NILAI BUKU MESIN
1
3000
Rp
210,000
Rp
210,000
Rp
210,000
Rp Rp
600,000 390,000
2
2500
Rp
175,000
Rp
175,000
Rp
385,000
Rp
215,000
3
1500
Rp
105,000
Rp
105,000
Rp
490,000
Rp
110,000
4 TOTAL
1000
Rp
70,000
Rp
70,000
Rp
360,000
Rp
40,000
8000
Rp
560,000
Rp
560,000
Karena beban depresiasi dasarnya adalah jumlah jam yang digunakan, maka motode ini paling tepat jika digunakan untuk kendaraan. Dengan anggapan bahwa kendaraan ini lebih banyak dipakai dibandingkan dengan tua karena waktu. c. Metode Hasil Produksi Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan hasil produksi sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode, dengan dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk menghasilkan produk sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan. Dalam metode ini umur kegunaan aset ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Contoh : Mesin dengan harga perolehan Rp 600,000 taksiran nilai sisa sebesar Rp 40,000, mesin ini ditaksir selama umur penggunaan akan menhasilkan 56.000 unit produk. Depresi per unit produk dihitung sebagai berikut : Depresiasi Unit
= HP – NS n = Rp 60,000 – Rp 40,000 56.000 = Rp 10,-
Keterangan : HP = Harga Perolehan NS = Nilai Sisa n = Taksiran hasil produksi (unit) Apabila dalam tahun penggunaan pertama, mesin tersebut menghasilkan 18.000 unit produk. Maka beban depresiasi untuk tahun itu sebesar 18.000 x Rp 10,- = Rp 180,000 apabila disusun dalam table sebagai berikut :
Tabel Depresiasi – Metode Hasil Produksi
TAHUN
HASIL PRODUKSI / UNIT
DEBIT DEPRESIASI
KREDIT AKUMULASI DEPRESIASI
TOTAL AKUMULASI DEPRESI
0
NILAI BUKU MESIN Rp 600,000
1
18000
Rp 180,000
Rp
180,000
Rp 180,000
Rp 420,000
2
16000
Rp 160,000
Rp
160,000
Rp 340,000
Rp 260,000
3
12000
Rp 120,000
Rp
120,000
Rp 460,000
Rp 140,000
4
10000
Rp 100,000
Rp
100,000
Rp 560,000
Rp
TOTAL
56000
Rp560,000
Rp
560,000
40,000
Beban depresiasi yang dihitung dengan metode produksi dan jam jasa, jumlahnya setiap periode tergantung pada jumlah produksi atau jam kerja aktiva, sehingga biaya depresiasi yang dihitung dengan kedua cara ini mempunyai sifat variable. Metode ini digunakan untuk aset-aset yang dapat diukur hasil produksinya seperti mesin-mesin. 2.4. Pemberhentian dan Pelepasan Aset
Menurut C.Rollim Niswonger (1999), penghapusan aset tetap disebabkan karena beberapa hal, yaitu : a. Pembuangan aset tetap Apabila aset tetap tidak berguna lagi bagi perusahaan dan tidak ada lagi nilai pasarnya, maka aset tersebut harus dibuang. Jika aset tersebut telah disustkan secara penuh, maka tidak akan timbul keuntungan ataupun kerugian yang harus diakui dalam catatan akuntansi karena aset tetap telah disusutkan secara penuh dan tidak memiliki nilai sisa. Contoh : Sebuah mesin yang sudah abis umur ekonomisnya diperoleh dengan harga Rp 3,000,000 dan telah disusutkan secara penuh pada akhir periode. Pada awal bulan februari, mesin tersebut dibuang. Ayat jurnal untuk mencatat aset tetap ini adalah :
BULAN Februari
URAIAN Akumulasi penyusutan – Mesin Mesin
DEBIT Rp 3,000,000
KREDIT Rp 3,000,000
Jika sebuah mesin belum habis nilai ekonomisnya, berikut contohnya : Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 94,000,000 rusak berat sehingga harus dihentikan pemakaiannya. Akumulasi penyusutan berjumlah Rp 92,000,000. Biaya untuk pemindahan Rp 1,000,000. Jurnalnya adalah sebagai berikut : BULAN URAIAN Februari Akumulasi penyusutan – Mesin Rugi karena pembuangan Mesin
DEBIT Rp 92,000,000 Rp 3,000,000
KREDIT
Rp 95,000,000
b. Penjualan aset tetap Apabila suatu aset tetap dijual, maka nilai buku aset tersebut harus dibandingkan dengan hasil penjualan. Perusahaan akan mendapat laba, jika hasil penjualan lebih tinggi dari nilai buku aset yang dijual. Sebaliknya perusahaan akan menderita kerugian, apabila hasil penjualan lebih rendah daripada nilai buku aset. Contoh : Tanggal 3 September 2013 PT. A menjual salah satu mesin seharga Rp 21,000,000. Yang sebelumnya dibeli dengan harga Rp 25,000,000 pada tanggal 5 September 2012. PT. A menggunakan metode penyusutan garis lurus tanpa nilai residu, untuk umur ekonomisnya di tentukan 5 tahun.
- Beban Penyusutan : Nilai Perolehan – Nilai Residu = Rp 25,000,000 – 0 Umur Ekonomis
5 tahun = Rp 5,000,000/tahun 12 bulan = Rp 416,666.67
- Akumulasi Penyusutan : September 2012 s/d September 2013 = 12 Bulan Akumulasi Penyusutan = 12 bulan x Rp 416,666.67 = Rp 5,000,000 - Nilai Buku Nilai Perolehan
Rp 25,000,000
Akumulasi Penyusutan Rp 5,000,000 (-) Nilai Buku
Rp 20,000,000
Sehingga dapat dihitung untung atau ruginya penjualan harta tetap tersebut. Harga Jual – Nilai Buku = Rp 21,000,000 – Rp 20,000,000 = Rp 1,000,000 (Laba Penjualan) Jurnalnya sebagai berikut : BULAN URAIAN 3-September Kas Akumulasi penyusutan Mesin Laba penjualan
DEBIT Rp 21,000,000 Rp 5,000,000
KREDIT
Rp 25,000,000 Rp 1,000,000
Dari jurnal diatas berarti, Nilai aset tersebut sudah di hapus dan memperoleh pendapatan dari laba penjualan mesin tersebut.
c. Pertukaran aset tetap Perusahaan juga sering melakukan penukaran aset tetap yang dimilikinya dengan aset tetap sejenis yang lebih baru dan efisien. Nilai tukar tambah yang diberikan oleh penjual sering lebih besar atau lebih kecil dari nilai buku yang ditukar tambah tersebut. Contoh : Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 20.000.000,00 telah disusutkan Rp 12.000.000,00. Pada Desember 2013 ditukarkan dengan sebuah mesin baru seharga Rp 30.000.000,00 dalam pertukaran tersebut mesin lama dihargai Rp 6.000.000,00 Penjelasan: Harga mesin (lama)
Rp 20.000.000,00
Telah disusutkan
Rp 12.000.000,00
Nilai sisa
Rp 8.000.000,00
Penilaian pada waktu pertukaran
Rp 6.000.000,00
Rugi atas pertukaran
Rp 2.000.000,00
Jurnalnya: BULAN Desember 2013
URAIAN Mesin (baru) Akumulasi penyusutan mesin Rugi atas pertukaran Mesin (lama) Kas
DEBIT Rp 30,000,000 Rp 12,000,000 Rp 2,000,000
KREDIT
Rp 20,000,000 Rp 24,000,000
2.5. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Penghasilan
Menurut PSAK No. 16 (2002 ; 23) bahwa : Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat yang kemungkinan besar member manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas produksi atau peningkatan standar kinerja. Pengeluaran – pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aset tetap, dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
- Pengeluaran Modal Yaitu semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jumlah yang relatif besar untuk memperoleh suatu manfaat yang bisa dinikmati lebih dari satu periode akuntansi. - Pengeluaran Penghasilan Yaitu semua pengeluaran perusahaan yang nilainya relatf kecil, manfaat yang dinikmai hanya pada waktu pengeluaran tersebut terjadi atau hanya dapat dirasakan dalam periode akuntansi bersangkutan. Pengeluaran ini sifatnya hanya mempertahankan mutu dan keawetan aset tetap. Oleh karena itu akan dicatat sebagai rekening biaya pada periode yang bersangkutan dan akan Nampak dalam laporan rugi laba perusahaan. Untuk menentukan apakah suatu pengeluaran termasuk dalam Pengeluaran Modal atau Pengeluaran Penghasilan dapat dilihat dari tiga faktor, yaitu : a. Jumlah Jumlah pengeluaran biaya akan mempengaruhi dan termasuk dalam golongan biaya tersebut. Misalnya pengeluaran untuk pembelian baut, mur mesin, yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, tetapi nilainya kecil makan pengeluaran tersebut termasuk Penegeluaran Penghasilan. b. Manfaat Pengeluaran biaya tersebut harus memberikan manfaat untuk satu periode akuntasi atau lebih. Bila pengeluarannya hanya bisa memberikan manfaat untu satu periode akuntansi maka pengeluaran tersebut termasuk Pengeluaran Penghasilan. Tetapi jika pengeluaran itu mendatangkan manfaat untuk beberapa periode akuntasi maka pengeluaran tersebut termasuk Pengeluaran Modal. c. Keputusan Manajemen Keputusan Manajemen mempengaruhi kemana biaya tersebut digolongkan. Apakah sebagai Pengeluaran Modal atau Pengeluaran Penghasilan.
Dari ke tiga faktor diatas yang banyak dipakai dan menjadi dasar pertimbangan dalam pencatatan adalah berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dirasakan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Oscar Mas yang beralamat di Gedung Sastra Graha Lt. 3A Jl. Raya Pejuangan No. 21 Kebon Jeruk, Jakarta. Penelitian mulai pada bulan September 2014 dan direncanakan selesai pada bulan Desember 2014. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan variabel penelitian ini. 3.2
Strategi dan Metode Penelitian
Sub bab ini akan menjelaskan strategi penelitian yang dilakukan peneliti dan metode penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian. Sub bab ini terdiri dari 2 sub-sub bab yaitu penelitian dan metode penelitian. 3.2.1 Strategi Penelitian Strategi yang dipakai dalam penelitian ini adalah strategi penelitian deskriptif, dimana penelitian ini akan melakukan penelitian analisis atas data yang diambil dari PT. Oscar Mas berupa dokumentasi yaitu Laporan Aset tetap yang disajikan sebagai laporan keuangan tahunan perusahaan. Strategi ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis dan akrual mengenai fakta dan masalah pokok penelitian yang sedang diteliti. Data lain diperoleh dari hasil wawancara dengan HRD dan staff perusahaan, khususnya bagian akuntansi, juga hasil observasi atas pelaksanaan pencatatan pada bagian akuntansi perusahaan. Penelitian ini difokuskan pada variabel-variabel (pengeluaran biaya dan biaya yang timbul pada aset-aset yang dimiliki) yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengumpulkan data-data mengenai aset tetap dan penyusutan yang terjadi pada perusahaan, kemudian data yang telah terkumpul tersebut diolah dan dianalisis mulai dari yang terjadi sampai perusahaan tersebut mengakuinya sebagai penyusutan. Hasil analisa tersebut kemudian diinterpretasikan dalam bentuk uraian.
3.2.2
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus , yaitu mengenai bagaimana
perlakuan akuntansi aset tetap dan penyusutannya oleh PT. Oscar Mas sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Karena merupakan studi kasus maka penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mengambil kesimpulan secara menyeluruh bagi perusahaan di Indonesia.
3.3
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu : 1.
Riset Lapangan ( field Research) Yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek yang akan diteliti. Di dalam penelitian lapangan ini menggunakan beberapa teknik : a. Wawancara Pengumpulan data yang dilakukan dengan proses Tanya jawab secara berstruktur terhadap pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan. Wawancara dilakukan dengan HRD dan staff accounting
PT. Oscar Mas agar memperoleh informasi yang
dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini. b. Observasi
Peneliti melakukan observasi atas data-data keuangan perusahaan terkait dengan masalah yang diteliti dengan ikut menyaksikan bagaimana proses pelaporan dan pencatatan atas transaksi yang berkaitan dengan masalah yansg diteliti. 2.
Riset Kepustakaan (Library Research) Peneliti ini juga melakukan library research untuk mengetahui mengenai teori-teori serta masukan pustaka mengenai variabel-variabel yang diteliti.
3.4
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu suatu proses mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisis data yang ada sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang akurat mengenai data yang dianalisis tersebut. Data-data yang dikumpulkan adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari hasil wawancara dengan pihak yang terkait dalam pemecahan permasalahan yang diteliti, data tersebut kemudian diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi yang berguna untuk menjawab permasalahan penelitian yang terkait. Sedangkan data sekunder diperoleh langsung dari perusahaan yang bersangkutan, data tersebut berupa datadata transaksi keuangan mengenai aset tetap dan penyusutan PT. Oscar Mas. Data yang telah dikumpulkan akan diolah serta dianalisis dengan menggunakan program Microsoft Excel, kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk table, grafik, uraian-uraian, penjurnalan dan pelaporan pendapatan tersebut. Dari sajian data tersebutlah analisis dilakukan, dengan membandingkan hasil penelitian dengan bagaimana perlakuan seharusnya yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.