Penyusutan Menurut PSAK Nomor 17, penyusutan adalah alokasi umlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Besarnya penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva yang dapat disusutkan adalah yang: 1.
Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari periode akuntansi
2.
Memiliki suatu manfaat yang terbatas
3.
Ditahan oleh suatu perusahaan yang digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Masa manfaatnya diukur dengan periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan. Sedangkan jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aktiva, atau jumlah lain yang disubtitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan, dikurangi nilai sisanya. Pengaturan penyusutan menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan diatur dalam pasal 11 Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terahir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994. ketentuan tersebut menegaskan bahwa penyusutan atas pengeluaran untuk embelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut. Dalam pengaturan penyusutan tersebut mengandung maksud persyaratan aktiva yang dapat disusutkan dan metode penyusutannya. Persyaratan aktiva yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan meliputi: 1.H arta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud. 2. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, 3. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
METODE PENYUSUTAN
Aktiva tetap kecuali tanah akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlakunya waktu. Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan kesetiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis dan diterapkan secara konsisten/taat asas, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil afiliasi perusahaan dari periode penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dikelompokkan menurut akuntansi komersial: 1. Berdasarkan kriteria waktu a.
Metode garis lurus
b.
Metode pembebanan menurun 1) Metode jumlah angka tahun 2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda
2. Berdasarkan kriteria penerimaan a.
Metode jam jasa
b. Metode jumlah unit produksi 3. Berdasarkan kriteria lainnya a.
Metode berdasarkan jenis dan kelompok
b. Metode anuitas Metode penyusutan menurut Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan sebagaimana telah diatur dalam Pasal 11 Undang – undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994: 1.
Metode garis lurus (straight line metode), atau metode saldo menurun (Declining Balance Method) unutk aktiva tetap berwujud bukan bangunan.
2.
Metode garis lurus untuk aktiva tetap berupa bangunan
Kelompok Harta Berwujud dan Tarif Penyusutan
Penentuan kelompok dan tarif penyusutan harta berwujud didasarkan pada pasal 11 Undang-undang No.7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terrahir dengan Undang-undang Nomor.10 Tahun 1994 sebagai berikut: Kelompok Harta Berwujud
Tarif Penyusutan Tarif Penyusutan Berdasarkan Masa Manfaat Berdasarkan metode saldo lurus metode garis menurun
I. Bukan bangunan Kelompok 1
4 tahun
25 %
50%
Kelompok 2
8 tahun
12,50%
25%
Kelompok 3
16 tahun
6,25%
12,5%
Kelompok 4
20 tahun
5%
10%
20 tahun
5%
-
10 tahun
10%
-
II. Bangunan Permanen Tidak permanen Untuk lebih memudahkan Wajib Pajak dan memberikan keseragaman dalam pengelompokan harta tetap berwujud, maka keluarlah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK. 04/1995 Tanggal 7 Februari 1995 yang mengatur tentang pengelompokan jenis-jenis Harta Berwujud sebagai berikut: Jenis-jenis Harta Berwujud yang termasuk dalam kelompok 1 NOMOR JENIS USAHA URUT 1. Semua Jenis Usaha
JENIS HARTA a.
Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi, almari, dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.
b.
Mesin kantor seperti mesin ketik, mesin hitung, duplikator, mesin fotokopi, accounting machine dan sejenisnya.
c.
Perlengkapan lainnya seperti amplifier, video recorder, tape/cassete, televisi dan
sejenisnya. d. Sepeda motor, sepeda, dan becak e.
Alat perlengkapan khusus ( tools) bagi industri/jasa yang bersangkutan.
f.
Alat dapur untuk memasak, makanan dan minuman.
g.
Dies, Jigs, dan Mould.
Alat yang digerakkan bukan dengan mesin Mesin ringan yang dapat dipindahpindahkan seperti huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet dan sejenisnya. Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum.
2.
3
Pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan Industri makanan dan minuman
.
Perhubungan, pergudangan dan komunikasi
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 2 NOMOR JENIS USAHA URUT 1. Semua jenis usaha
JENIS HARTA a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, kursi, bangku, almari, dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya. b. Komputer, printer, scanner dan sejenisnya. c. Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya. d. Container dan sejenisnya. a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk, penanam, penebar benih dan sejenisnya b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan.
2.
Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan
a. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan. b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarine, penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian separti penggilingan beras, gandum, tapioka.
c. Mesin yang menghasilakan/memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis. d. Mesin yang menghasilakn/memproduksi bahan-bahan makanan dan makanan segala jenis. 3.
Industri makanan dan minuman
Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan, misalnya mesin jahit, pompa air. Mesin dan peralatan penebangan kayu Peralatan yang digunakan seperti truk berat, dump truk,crane buldozer dan sejenisnya a. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk peron, truk ngangkan dan sejenisnya, b. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT. c. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang memuat sampai 200 DWT. d. Kapal balon. a. Perangkat pesawat telpon b. Pesawat telegraf termasuk pesawat pengirim dan penerimaan radio telegraf dan radio telpon.
Industri mesin 4
Perkayuan 5
Kontruksi
6
7
Perhubungan, pergudangan dan komunikasi
Telekomunikasi
8
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 3 NOMOR JENIS USAHA URUT 1 Pertambangan selain minyak dan gas
2
Pemintalan, pertenunan dan pencelupan
JENIS HARTA Mesin yang dipakai dalam pertambangan, termasuk mesin-mesin yang mengolah produk perlikan a. Mesin yang mengolah/menghasilakn produkproduk tekstil. Misalnya kain katun, sutra serat-serat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lenarami, permadani, kain-kain bulu, tule. b. Mesin untuk preparation, bleaching, dyeing, printing, finishing, texturing, packaging dan sejenisnya. a. Mesin yang mengolah/ menghasilkan produk-produk kayu, barang-barang dari jerami, rumput, dan bahan anyaman lainnya b. Mesin dan pertalatan penggergajian. a. Mesin dan peralatan yang
Perkayuan 3.
Industri kimia 4.
mengolah/menghasilkan produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia, misalnya bahan kimia organis, penyewaan organis dan anorganis dari logam mulia, elemen radioaktif, isotop, bahan kimia organis, aresinoida, wangiwangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun dan detergan, dan bahan organis pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk peroteknik, korek api, alloy peroforis, barang fotografi dan sinematografi. b. Mesin yang mengolah/menghasilkan prodk industri lainnya. Misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selulosa, karet, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit mentah. Mesin yangt menghasilkan/ memproduksi mesin menengah dan berat, misalnya mesin mobil, mesin kapal. a. Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh. b. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batubatuan, biji tambang dan sejenisnya), termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya yang mempunyai berat diatas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT. c. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran
terapung dan sejenisnya, yang mempunyai berat diatas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT. d. Dok terapung e. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat diatas 250 DWT f. Pesawat terbang dan helikopterhelikopter segala jenis. Aktiva berwujud lainnya yang tidak termasuk dalam kelompok I, II, dan IV.
Industri mesin 5.
Perhubungan dan komunikasi 6.
Lain-lain
7.
Jenis-jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 4 NOMOR JENIS USAHA URUT 1. Konstruksi 2.
Perhubungan & Telekomunikasi
JENIS HARTA Mesin berat untuk konstruksi a. Lokomotif uap dan tender atas rel. b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere atau dengan tenaga listrik dari sumber luar. c. Lokomotif atas rel lainnya. d. Kereta, gerbong penumpang dan barang termasuk kontener khusus dibuat dan diperlengkapi untuk ditarik dengan suatu alat atau beberapa alat pengangkutan. e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus untuk pengangkutan barang tertentu(misalnya gandum, batubatuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk kapakl pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sebagainya, yang mempunyai berat diatas 1.000 DWT f. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, kerankeran terapung, dan sebagainya
yang mempunyai berat diatas 1.000 DWT g. Dok-dok terapung. Khusus untuk bangunan tidak permanen dimaksudkan adalah bangunan yang bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10(sepuluh) tahun, misalnya bangunan berupa barak atau asrama dari kayu. Contoh Perhitungan Penyusutan PT. Maju Makmur memiliki Aktiva Tetap Berwujud yang diperolehnya tahun 1995 sebagai berikut: No.
Masa Manfaat 8 tahun
Harga Perolehan Kelompok
1.
Jenis Harta Tahun Perolehan Mesin I 1995
2.
Mesin II
1995
8 tahun
Rp.150.000.000 II
3.
Truck
1995
8 tahun
Rp. 70.000.000 II
Rp.200.000.000 II
Aktiva tetap tersebut disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (Dasar Penyusutan = Harga Perolehan), maka perhitungan penyusutan tahun 1995: 1. Mesin I = 12,5% x Rp. 200.000.000 = Rp. 31.250.000 2. Mesin II = 12,5% x Rp.150.000.000 =Rp. 18.750.000 3. Truck = 12,5% x Rp. 70.000.000 =Rp. 8.750.000 Jumlah Penyusutan tahun 1995
Rp.58.750.000
Penyusutan Pada Akhir Masa Manfaat Apabila wajib pajak menggunakan metode saldo menurun, besarnya biaya penyusutan makin lama makin menurun dari tahun ke tahun. Contoh : PT. Nusantara memiliki aktiva tetap berwujud mesin dengan harga perolehan Rp 250.000.000,- dengan masa manfaat 4 tahun, dasar penyusutannya adalah nilai buku pada awal periode. Besarnya Biaya Penyusutan selama masa manfaat terlihat pada tabel berikut :
Biaya Penyusutan
Harga Perolehan
Tahun ke 1 2 3 4
(Rp) 250.000.000,250.000.000,50.000.000,250.000.000,-
(Rp) 125.000.000,62.500.000,31.250.000,31.250.0000,-
Akumulasi Penyusutan (Rp) 125.000.000,187.500.000,218.750.000,250.000.000,-
Nilai Sisa Buku (Rp) 125.000.000,62.500.000,31.250.000,0
Pada akhir masa manfaat (tahun ke-4) Nilai Sisa Buku disusutkan sekaligus.
Saat Penyusutan Penyusutan dimulai pada tahun dilakukannya pengeluaran. Hal ini dikecualikan untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya pengerjaan harta tersebut. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Penyusutan dapat dilakukan pada saat tahun harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada tahun harta tersebut dimulai menghasilkan. Mulai menghasilkan tersebut dikaitkan dengan saat mulai berproduksi yang tidak dikaitkan dengan saat diterima atau diperolehnya penghasilan. Sebagai contoh : PT ABC yang bergerak dibidang perkebunan kopi membeli traktor pada tahun 1998. Perusahaan mulai menghasilkan tahun 2000, maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak Penyusutan dimulai tahun 2000.
Penghitungan Penyusutan Tahun 1995 atas Aktiva Tetap yang Diperoleh Sebelum Tahun 1995 PT. Abadi Jaya memiliki Aktiva Tetap berwujud berupa mesin yang diperolehnya sebelum tahun 1995 sebagai berikut : No Jenis harta 1 2 3 4 5
Mesin I Mesin II Mesin III Mesin IV Mesin V
Tahun Perolehan 1984 1988 1990 1991 1993
Masa Manfaat Max 16 8 16 8 16
Harga Perolehan (Rp) 100.000.000,50.000.000,100.000.000,50.000.000,100.000.000,-
Gol. III II III II III
400.000.000,Dengan telah dikeluarkannya SE-44/PJ.4/1995 tanggal 2 Oktober 1995 perihal penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang masih dimiliki dan digunakan pad awal tahun pajak 1995, maka penghitungan penyusutan tahun 1995 sebagai berikut : Masa Manfaat No
Jenis Harta
Tahun Perolehan
Max Pemakaian (Tahun)
Sisa Awal GOL 1995 (Tahun)
Harga Pokok (Rp)
Tarif Semula
Penyusutan s.d. Nilai Sisa Buku Kel. Awal 1994 (Rp) Awal 1995 (Rp) Harta
1
Mesin I
1984
16
11
5
III
100.000.000
10%
68.618.940
31.381.060
2
Mesin II
1988
8
7
1
II
50.000.000
25%
43.325.806
6.674.194
-
3
Mesin III
1990
16
5
11
III
100.000.000
10%
40.951.000
59.049.000
II
4
Mesin IV
1991
8
4
4
II
50.000.000
25%
34.179.688
15.820.312
I
5
Mesin V
1993
16
2
14
III
100.000.000
10%
19.000.000
81.000.000
III
Catatan : Mesin I
Rp. 50.000.000,-
Harga perolehan Penyusutan Tahun I
= Rp.12.500.000
Penyusutan Tahun II
= Rp. 9.375.000
Penyusutan Tahun III
= Rp. 7.031.000
Penyusutan Tahun IV
= Rp. 5.273.000 Rp. 34.179.688,-
Nilai Sisa Buku Awal 1995
Rp. 15.820.000,-
Penarikan Harta Bukan Bangunan Aktiva Tetap perusahaan yang tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Penarikan dapat dilakukan dengan menjual aktiva tetap tersebut. Dalam akuntansi
I
komersial, terhadap aktiva tetap yang dijual nilai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan, sedangkan dalam ketentuan perpajakan Nilai Sisa Bukunya dihitung sampai dengan akhir tahun sebelum aktiva tetap tersebut dijual. Ketentuan Pasal 11 ayat (8) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1994 bahwa apabila terjadi penjualan atau penarikan harta (Pasal 4 ayat (1) hurf d) atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka nilai buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagi penghasilan pada tahun terjadinya penarikan. Sehingga keuntungan atua kerugian karena pengalihan atau penarikan harta dikenakan pajak dalam tahun dilakukan pengalihan harta. Apabila harta tersebut dijual atau terbakar, maka penerimaan neto dari penjualan harta yaitu selisih antara harga penjualan dengan biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan penjualan, dan atau penggantian asuransinya dibukukan sebagai penghasilan. Dalam hal penggantian asuransi ternyata jumlah yang diterima baru dapat diketahui dengan pasti dimasa kemudian, maka wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak agar jumlah sebesar kerugian dapat dibebankan dalam tahun penggantian asuransi tersebut. Namun demikian apabila terjadi pengalihan harta karena bantuan, sumbangan, hibah atau warisan (Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b Undang-undang Pajak Penghasilan 1994) berupa harta berwujud, maka jumlah sisa bukunya tidak boleh dibebankan sebagai kerugian oleh pihak yang mengalihkan.
Pengelompokkan Aktiva Tetap Metode penyusutan yang dipilih mencakup semua harta bukan bangunan yang kemungkinan diperolehnya sebelum atau diperoleh sejak Tahun 1995 tidak diperkenankan menggunakan dua macam metode penyusutan untuk harta bukan bangunan. Penyusutan aktiva tetap yang dimiliki sebelum awal Tahun Pajak 1995 dan masih digunakan untuk mendapatkan menagih dan memelihara penghasilan, secara fiskal masih mempunyai sisa masa manfaat penyusutan dilakukan berdasarkan Nilai Sisa Buku. Aktiva tetap yang tidak lagi digunakan untuk mendapatkan dan menagih serta memelihara penghasilan atua telah habis masa manfaatnya secara fiskal sejak tahun 1995 tidak dapat disusutkan, maka Nilai Sisa buku yang masih ada dibebankan seluruhnya sebagai biaya dalam tahun 1995. Aktiva tetap perusahaan yang dibeli sebelum tahun 1995 perlu dikelompokkan berdasarkan sisa masa manfaat pada awal tahun 1995 dari masing-masing harta (tanpa perhatian jenisnya) sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-44/PJ.4/1995 tanggal 2 Oktober 1995 (diperbaharui dengan SE-49/PJ.4/1995 tanggal 31 Oktober 1995) tentnag Penyusutan atau Amortisasi atas Pengeluaran untuk memperoleh harta yang masih dimiliki dan digunakan pada awal tahun 1995 sebagai berikut :
SISA MANFAAT 2 sampai dengan 5 tahun 7 sampai dengan 11 tahun Lebih dari 13 tahun
KELOMPOK 1 2 3
Catatan :
1. Apabila sisa manfaat tinggal 1 (satu) tahun, maka disusutkan sekaligus 2.
Apabila sisa manfaat berada ditengah-tengah kelompok misalnya 6 (enam) tahun, maka dapat memilih masuk dalam kelompok 1 atau kelompok 2
Untuk aktiva tetap diperoleh sejak tahun 1995 dan seterusnya akan dikelompokkan sesuai pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan (perhatikan kelompok harta berwujud). Ketentuan Lain Penyimpangan dari ketentuan pasal 11 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan yang mengatur masalah penyusutan bahwa Menteri Keuangan selanjutnya mempunyai kewenangan mengatur tersendiri untuk penyusutan harta berwujud yang digunakan dalam usaha tertentu seperti pertambangan minyak dan gas bumi, serta perkebunan tanaman keras.
B. AMORTISASI Pengertian Seperti yang telah dilakukan pada aktiva tetap berwujud, bahwa nilai aktiva tetap tak berwujud harus juga dilakukan penyusutan yang disebut dengan amortisasi. Pengertian aktiva tak berwujud adalah aktiva lancar (Non Current Asset) dan tak berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain (PSAK No.19). Termasuk dalam aktiva tak berwujud seperti Hak Paten, Hak Merek, GoodWill, Biaya Pendirian dan lain-lain. Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah yang tidak berbeda dengan perlakukan akuntansi terhadap aktiva tetap, hanya kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud pada umumnya karena sifat aktiva yang tidak ada wujud fisik yang berakibat bukti keberadaan kabur termasuk kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat keekonomian.
Nilai aktiva tak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu, sehingga harga perolehan aktiva tak berwujud harus diamortisasi secara sistematis selama taksiran
masa manfaat dan tidak boleh melebihi 20 (dua puluh) tahun dengan dasar pemikiran atau pertimbangan bahwa periode tersebut sudah banyak perkembangan dan periode selebihnya tidak lagi mempunyai manfaat keekonomian. Namun perusahaan diharuskan mengevaluasi periode amortisasi aktiva tidak berwujud secara teratur untuk memutuskan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut perubahan taksiran masa manfaat yang telah ditentukan. Apabila ternyata berubah, maka jumlah harga perolehan yang belum diamortisasi harus dibebankan pada sisa manfaat yang baru asal tidak melebihi 20 (dua puluh) tahun dari tanggal perolehan. Metode yang digunakan dalam amortisasi aktiva tetap tak berwujud menurut akuntansi komersial pada umumnya menggunakan metode garis lurus yaitu dihitung dengan jalan mengalihkan persentase Amortisasi dengan Harga Perolehan aktiva tetap tak berwujud, kecuali jika ada metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan. Amortisasi menurut Akuntansi Pajak mendasarkan pada Pasal 11A Undangundang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1994. Dalam Pasal 11A menyebutkan bahwa amortisasi dilakukan terhadap pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Istilah yang digunakan dalam akuntansi pajak adalah harta tak berwujud tetapi mempunyai makna yang sama dengan aktiva tetap tak berwujud.
Metode Amortisasi Metode yang digunakan dalam amortisasi aktiva tetap tak berwujud menurut akuntansi pajak: 1. Metode garis lurus, atau 2. Metode saldo menurun Penggunaan metode amortisasi disyaratkan taat asas (konsisten).
Pengelompokkan Aktiva Tetap Tak Berwujud dan Tarif Amortisasi Dalam menghitung amortisasi aktiva tetap tak berwujud terlebih dahulu harus dikelompokkan sesuai dengan masa manfaatnya. Untuk lebih jelasnya pengelompokkan masa manfaat dan tarif penyusutan terlihat sebagai berikut : Kelompok harta tak
Masa manfaat
Tarif amortisasi Garis Saldo
berwujud Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun
lurus 25 % 12,5 % 6,25 % 5%
menurun 50 % 25 % 12,5 % 10 %
Penetapan masa manfaat dan tarif amortisasi diatas dimaksudkan untuk memberikan keseragaman dalam melakukan amortisasi. Metode yang digunakan sesuai dengan metode yang dipilih berdasarkan masa manfaat yang sebenarnya. Kemungkinan dapat terjadi bahwa masa manfaat aktiva tetap tak berwujdu tidak tercantum pada kelompok masa manfaat, maka Wajib Pajak menggunakan masa manfaat terdekat. Sebagai contoh aktiva tetap tak berwujud masa manfaat sebenarnya 6 (enam) tahun, dapat menggunakan kelompok masa manfaat 4 (empat) tahun atua 8 (delapan) tahun. Demikianlah halnya apabila masa manfaat sebenarnya 5 (lima) tahun, maka menggunakan kelompok masa manfaat 4 (empat) tahun. Contoh : Untuk memperoleh hak paten perusahaan telah mengeluarkan uang per kas sebesar Rp 150.000.000,- Masa manfaat hak paten tersebut 4 (empat) tahun. 1. Penghitungan amortisasi setiap tahun dengan menggunakan Metode Garis Lurus = 25 % x Rp 150.000.000,- = Rp 37.500.000,2. Penghitungan amortisasi setiap tahun dengan menggunakan Metode Saldo Menurun = 50% x Rp 150.000.000,- = Rp 75.000.000,-
Saat Amortisasi dan Amortisasi pada Akhir Masa Manfaat Seperti halnya penyusutan, dalam hal amortisasi ini dilakukannya pada saat diperolehnya, sedangkan dalam akuntansi pajak bahwa amortisasi dilakukan pada saat tahun dilakukannya pengeluaran. Pada akhir masa manfaat aktiva tetap tak berwujud akan diamortisasi sekaligus. Ketentuan Lain Pada ketentuan lain ini mengatur masalah : 1.
Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya pengeluaran modal suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai ketentuan yang berlaku
2. Amortisasi terhadap pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menerapkan persentase tarif armotisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan persentase perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di lokasi tersebut diproduksi. Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran dapat dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan. Contoh : PT. Abadi mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambangan minyak dan gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp 800.000.000,- . Taksiran jumlah kandungan minyak sebesar 200.000.000 barel produksi sebenarnya 50.000.000 barel. a.
Tarif amortisasi = (50.000.000/200.000.000) x 100 % = 25 % Amortisasi tahun I
= 25 % x Rp 800.000.000,= Rp 200.000.000,-
b. Produksi sebenarnya tahun ke II 75.000.000 barel Tarif amortisasi
= (75.000.000 / 200.000) x100 % = 37,5 %
Tarif amortisasi Tahun II = 37,5% x Rp 800.000.000,= Rp 300.000.000,3. Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan dan hak penguasaan sumber alam serta hasil alam lainnya seperti hak pengusahaan hasil laut diamortisasi berdasarkan metode satuan produksi dengan jumlah setinggi-tingginya 20% (dua puluh persen) setahun. Contoh : Pengeluaran untuk memperoleh hak penguasaan hutan sebesar 800.000.000,- Potensi hutan tersebut 10.000.000 ton kayu. a.
Produksi sebenarnya tahun I 1.000.000 ton Tarif amortisasi
= (1.000.000/10.000.000) x 100 % = 10 %
Rp
Amortisasi
= 10 % x Rp 800.000.000,= Rp 80.000.000,-
b.
4.
Jika produksi sebenarnya tahun II sebesar 3.000.000 ton atau 30% potensi tersedia, maka amortisasi tahun tersebut 20 % x Rp 800.000.000,- = Rp 160.000.000,-
Amortisasi atas pengeluaran yang dilakukan operasi komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Terhadap pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi terlebih dahulu. Pengertian biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum operasi komersial sebagai contoh adalah biaya studi kelayakan dan biaya produksi percobaan tetapi tidak termasuk biaya operasional rutin (gaji pegawai, rekening listrik, dsb). Biaya rutin ini akan dibebankan sekaigus pada tahun pengeluaran.
Pengalihan Hak Aktiva Tetap Tak Berwujud Apabila terjadi pengalihan hak aktiva tatap tak berwujud seperti tersebut dalam pasal 11A ayat (1), ayat (4), ayat (5), nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan. Kemungkinan terjadi pengalihan aktiva tetap tak berwujud yang memenuhi syarat pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b undang-undang No 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No. 10 tahn 1994, maka Nilai Sisa Buku Aktiva tersebut boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan. Contoh : PT Jaya mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambangan minyak dan gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp 600.000.000,-. Taksiran kandungan minyak sebanyak 200.000.000 barel. Setelah produksi minyak dan gas bumi mencapai 100.000.000 barel, hak penambangan dijual kepada pihak lain seharga Rp 400.000.000,-. Penghitungan penghasilan dan kerugian penjualan sebagai berikut: Harga Perolehan
Rp 600.000.000,-
Amortisasi yang dilakukan 100.000.000 200.000.000
x 100% x Rp 600.000.00,-
Rp 300.000.000,-
Nilai Sisa Buku
Rp 300.000.000,-
Harga Jual
Rp 400.000.000,-
Dengan demikian Nilai Sisa Buku sebesar Rp 300.000.000,- dibebankan sebagai kerugian dan Harga Jual sebesar Rp 400.000.000,- dibukukan sebagai penghasilan.
BAB I FUNGSI DAN TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN A. Pengertian, Arti Penting Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi : keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan (Weston dan Copeland, 1992: 2) Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva-aktiva tersebut. Untuk membelanjai kebutuhan dana tersebut, manajer keuangan dapat memenuhinya dari sumber yang berasal dari luar perusahaan dan dapat juga yang berasal dari dalam perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, yaitu pertemuan antara pihak membutuhkan dana dan pihak yang dapat menyediakan dana. Dana yang berasal dari pasar modal ini dapat berbentuk hutang (obligasi) atau modal sendiri (saham). Sumber dari dalam perusahaan berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba ditahan), cadangan, maupun depresiasi. Setelah dana diperoleh, dana tersebut harus digunakan untuk membelanjai
operasi perusahaan. Dana akan tertanam pada berbagai kekayaan riil perusahaan, Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa mampu memamahi dan menjelaskan: � Pengertian dan pentingnya manajemen keuangan. � Fungsi keuangan. � Tujuan Corporate Finance � Lingkungan Keuangan. � Masalah keagenan baik kekayaan yang berwujud atau pun yang tidak berwujud. Sedangkan sumbersumber dana perusahaan, baik kekayaan yang berwujud atau pun yang tidak berwujud. Sedangkan sumber-sumber dana perusahaan akan diwujudkan dalam berbagai aktiva finansial, yaitu selembar kertas yang mempunyai nilai pasar, karena dengan memiliki kertas tersebut, pemilik dapat memperoleh penghasilan (baik yang tetap, atau pun tidak tetap). Besar kecilnya dana yang harus diperoleh oleh manajer keuangan tentu saja harus disesuaikan dengan kebutuhan untuk operasi perusahaan itu. Penggunaan dana untuk operasi perusahaan dapat digunakan untuk keperluan yang sangat bermacammacam. Tetapi kalau dipandang dari dimensi waktunya, maka penggunaan dana tersebut dapat untuk modal kerja (jangka pendek) dapat juga untuk investasi modal (jangka panjang). Setelah dana tersebut dipergunakan, maka diharapkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari penggunaan dana tersebut. Apabila perusahaan memperoleh keuntungan maka harus diputuskan apakah keuntungan ini akan dibagikan kepada pemilik modal ataukah diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Dengan demikian maka manajer keuangan intinya harus melakukan tugastugas utama (fungsi) yaitu: memperoleh dana dan menggunakan dana tersebut. Untuk memperoleh dana, ia harus mengambil keputusan pembelanjaan, yaitu mencari dana dari pasar modal (dalam bentuk hutang maupun modal sendiri/saham). Di samping itu, dana juga dapat diperoleh dari hasil operasi perusahaan. Besarkecilnya dana ini tergantung pada kebijakan dividen, yaitu penentuan besar-kecilnya keuntungan yang harus dibagi (dan ditahan). Semakin banyak yang ditahan, semakin banyak dana yang diperoleh dari dalam perusahaan. Untuk fungsi menggunakan dana, manajer keuangan harus mengambil keputusan investasi yaitu penentuan untuk apa dana yang dimiliki oleh perusahaan akan dipergunakan. Kegiatan penting lain yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat (4) aspek yaitu: 1. Pertama, yaitu dalam perencanaan dan peramalan, dimana manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain yang ikut bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan. 2. Kedua, manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya. 3. Ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin 4. Keempat, menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal, manajer keuangan menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana dana dapat diperoleh dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan. Dari ke empat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pokok manajer keuangan
berkaitan dengan keputusan investasi dan pembiayaannya. Dalam menjalankan fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. B. Fungsi dan Tanggung Jawab Manajer Keuangan Manajer Keuangan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap apa yang telah dilakukannya. Ada pun keputusan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajer keuangan dikelompokkan ke dalam tiga (3) jenis: 1. Mengambil keputusan investasi (investment decision) Menyangkut masalah pemilihan investasi yang diinginkan dari sekolompok kesempatan yang ada, memilih satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai paling menguntungkan. 2. Mengambil keputusan pembelanjaan (financing decision) Menyangkut masalah pemilihan berbagai bentuk sumber dana yang tersedia untuk melakukan investasi, memilih satu atau lebih alternatif pembelanjaan yang menimbulkan biaya paling murah. 3. Mengambil keputusan dividen (dividend decision) Menyangkut masalah penentuan besarnya persentase dari laba yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada para pemegang saham, stabilitas pembayaran dividen, pembagian saham dividen dan pembelian kembali sahamsaham. Keputusan-keputusan tersebut harus diambil dalam kerangka tujuan yang seharusnya dipergunakan oleh perusahaan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah harga yang terbentuk seandainya perusahaan dijual. Apabila perusahaan “go public” maka nilai perusahaan ini akan dicerminkan oleh harga saham perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka pemilik perusahaan menjadi lebih makmur sehingga mereka menjadi lebih senang. 12/10/2007 Noorlaily F/ IMAN/Matrikulasi
4
Assets Liabilities & Equity Current assets Current Liabilities Fixed assets Long-term debt Preferred Stock Common Equity
The investment decision
Gambar I.1 Keputusan Investasi 12/10/2007 Noorlaily F/ IMAN/Matrikulasi
5
Assets Liabilities & Equity Current assets Current Liabilities Fixed assets Long-term debt Preferred Stock Common Equity
The financing decision
Gambar I.2 Keputusan Pembelanjaan C. Kedudukan Manajer Keuangan Dalam Struktur Organisasi Perusahaan Di dalam perusahaan yang besar bidang keuangan dipimpin oleh seorang manajer keuangan (chief funancial manager). Manajer keuangan atau sering disebut direksi keuangan melaporkan secara langsung kepada direktur keuangan atau presiden direktur. Sedangkan di dalam departemen keuangan dalam suatu perusahaan dibagi lagi ke dalam beberapa bagian/divisi yang dipunyai oleh seorang kepada divisi meliputi: 1. Divisi anggaran, bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan memperbaiki bugdet operasi (operating bugdet) 2. Divisi penganggaran modal (capital budgeting) yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan analisis pengeluaran modal 3. Divisi perencanaan keuangan, yang bertanggung jawab untuk mengambil
alternatif pemenuhan kebutuhan dana jangka panjang 4. Divisi perencanaan keuangan jangka pendek, yang bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan dana jangka pendek, serta investasi jangka pendek pada surat berharga (marketable securities) 5. Divisi kredit, bertanggung jawab untuk menentukan kredit yang akan diberikan kepada langganan, disamping itu divisi ini juga bertanggung jawab dalam negoisasi dengan kreditor (lembaga keuangan Bank dan bukan Bank) 6. Divisi hubungaan masyarakat (human relation), bertanggung jawab terhadap pembentukan image/komunikasi antara perusahaan, pemegang saham, para investor dan masyarakat keuangan secara umum. D. Tujuan dari Manajemen Keuangan (The Main Objective of Financial Management) Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan, bukan memaksimumkan profit. Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan tanggung jawab social, mengabaikan risiko, dan berorientasi jangka pendek. Sedangkan arti memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan sebagai berikut: 1. Berarti memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan di masa datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan. 2. Berarti lebih menekankan pada aliran hasil bukan sekedar laba bersih dalam pengertian akuntansi. Kelebihan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan/kemakmuran pemegang saham adalah secara konseptual jelas sebagai pedoman di dalam pengambilan keputusan yang memprtimbangkan faktor risiko. Dalam pencapaian tujuan tersebut, manajemen keuangan harus dapat menyeimbangkan kepentingan pemilik, kreditor, dan pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan. Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham/pemilik perusahaan tidak mengingkari adanya social objectives dan kewajiban sosial. Tanggung jawab sosial adalah satu aspek penting dari tujuan perusahaan, maksudnya: 1. Keberhasilan memaksimumkan nilai perusahaan akan memberikan sumbangan yang berarti kepada lingkungan sosial secara keseluruhan. 2. Pengaruh (dampak) lingkungan eksternal seperti polusi, keselamatan kerja, keamanan produk juga harus diperhitungkan. 3. Kepekaan terhadap faktor eksternal merupakan salah satu syarat penting agar perusahaan tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. 4. Perusahaan harus dapat memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dalam kendala legal dan sosial dan bertanggung jawab terhadap perubahan lingkungan. E. Lingkungan Keuangan Aspek lingkungan yang penting dipahami para manajer keuangan adalah sektor keuangan di bidang perekonomian, yang terdiri dari pasar keuangan (financial markets), lembaga keuangan (financial institutions) dan instrumen keuangan (financial instruments). 1. Pasar keuangan, menunjukkan pertemuan antara permintaan dan penawaran akan aktiva finansial (financial asset) atau sering disebut sebagai sekurities. Sekurities adalah secarik kertas (surat) yang mempunyai nilai pasar karena surat tersebut menunjukkan klaim atas aktiva riil perusahaan (misalnya mesin-mesin, pabrik, bahan baku, barang dagangan, merek dagang, dll.) 2. Lembaga keuangan yaitu lembaga yang berperan sebagai lembaga intermediari
(financial intermediation) dengan mempertemukan unit surplus dengan unit defisit. Contoh lembaga keuangan dalam sistem moneter adalah Bank sentral, Bank pencipta uang giral/bank umum. Lembaga keuangan dan di luar sistem moneter (bank bukan pencipta uang giral/BPR), lembaga pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun, lembaga di bidang pasar modal, dll. 3. Instrumen Keuangan, contohnya adalah uang, saham, hutang, dan surat berharga di pasar uang dan pasar modal lainnya. Direct Transaction Gambar I.1 Lembaga-lembaga Pemilik Dana dan Pembutuh Dana F. Masalah Keagenan Yang disebut masalah keagenan atau Agency Problem adalah konflik yang timbul antara pemilik, karyawan, dan manajer perusahaan di mana ada kecenderungan manajer lebih mementingkan tujuan individu daripada tujuan perusahaan. Agency problem muncul terutama apabila perusahaan menghasilkan free cash flows yang sangat besar (Jensen, 1992, dalam Agus Sartono, 1998). Free cash flows adalah aliran kas bersih yang tidak dapat diinvestasikan kembali karena tidak tersedia kesempatan investasi yang profitable. Masalah keagenan dapat timbul antara: 1. Pemegang saham dengan manajer (sering terjadinya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer, sehingga untuk meminimalisasinya pemilik biasanya memberikan fasilitas yang bagus dan kadang juga berupa saham kepada manajer,agar manajer bertindak seperti sebagai pemegang saham) Suppliers of funds (investor)
Financial Institutions Banks Savings and Loans Savings Banks Credit Unions Insurance Companies P i F d Demanders of Funds (issuer)
Financial Market Money Market(Short term) Capital Market(Long 2. Manajer dengan kreditor (misalnya, ketika perusahaan sudah dalam keadaan pailit, dan kreditor menginginkan perusahaan dilikuidasi, tapi manajer masih berusaha untuk mempertahankan perusahaan dan berusaha untuk memperbaikinya) 3. Manajer, pemegang saham dan kreditor dalam kasus perusahaan menghadapi kesulitan keuangan Dalam upaya meminimumkan agency problem diperlukan biaya yang disebut agency costs dan tercermin dalam empat alternatif: 1. Pengeluaran untuk monitoring seperti halnya biaya untuk pemeriksaan akuntansi dan prosedur pengendalian intern.
2. Pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk manajemen atas prestasi yang konsisten – memaksimumkan nilai perusahaan. Bentuk insentif yang umum adalah stock option yaitu pemberian hak kepada manajemen untuk membeli saham perusahaan di masa yang akan datang dengan harga yang telah ditentukan. 3. Bentuk yang kedua adalah performance shares yaitu pemberian saham kepada manajemen atas pencapaian tujuan –pencapaian tingkat return tertentu. Bentuk insentif lain adalah cash bonus atau bonus kas yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan tertentu. 4. Fidelity bond adalah kontrak antara perusahaan dengan pihak ketiga di mana pihak ketiga –bonding company – setuju untuk membayar perusahaan jika manajer berbuat tidak jujur sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan. 5. Golden parachetus dan poison pill dapat dipergunakan pula untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Golden parachutes adalah suatu kontrak antara manajemen dan pemegang saham yang menjamin bahwa manajemen akan mendapat kompensasi sejumlah tertentu apabila perusahaan dibeli oleh perusahaan lain atau terjadi perubahan pengendalian perusahaan. Poison pill adalah usaha pemegang saham untuk menjaga agar perusahaan tidak diambil alih oleh perusahaan lain. G. Pertanyaan 1. Jelaskan fungsi utama manajer keuangan? 2. What is the difference between stock price maximization, firm value maximization and stockholder wealth maximization 3. Jelaskan pengertian agency problem dan agency costs.