BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan upaya membangun dan mengembangkan suatu wilayah berdasarkan pendekatan spasial dengan mempertimbangkan aspek sosialbudaya, ekonomi, lingkungan fisik, dan kelembagaan dalam suatu kerangka perencanaan dan pengelolaan pembangunan yang terpadu. Sedangkan pembangunan merupakan suatu upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanitis. Dalam pengembangan suatu wilayah ada berbagai konsep yang digunakan, seperti konsep pengembangan wilayah agropolitan, megapolitan, growth pole, minapolitan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep pengembangan wilayah tersebut dapat digolongkan sebagai konsep pengembangan wilayah basis ekonomi, ekologi, sosial, dan teknologi. Salah satu konsep pengembangan wilayah yang berbasis ekonomi adalah konsep pembanguna kawasan perdesaan yang berbasis komoditas yang saat ini sedang dijalankan oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Kabupaten Pesisir Selatan sebagai salah satu kabupaten yang menjadi lokasi pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan secara astronomis terletak pada 0º59' 2°28,6' Lintang Selatan dan 100°19' -101°18' Bujur Timur dan secara geografis geografis terletak di pantai barat Pulau Sumatera.Terdiri dari 15 Kecamatan dan 182 Nagari(Desa).Selain daratan juga memiliki 47 pulai kecil yang menyebar disisi pantai Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan topologi dialiri oleh 19 aliran sungai. Terdri dari 4 jenis desa yaitu desa pesisir dengan kehidupan masyarakatnya lebih besar bermatapencaharian nelayan, desa lereng /punggung bukit, desa aliran sungai dan desa daratan (sumber Pessel Dalam Angka,BPS Kab. Pesisir Selatan). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2016 – 2021 dalam meningkatkan produksi dan nilai tambah dalam pembangunan tetap mengedepankan pembangunan berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan produk pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan jasa wisata yang berdaya saing melalui peran koperasi, UMKM dan industri. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satu strateginya adalah dengan mengembangkan kawasan sentra produksi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dengan menerapkan teknologi tepat guna. Untuk meujudkan hal tersebut pemerintah daerah Kab. Pesisir Selatan dalam RPJMDnya menerapkan strategi dengan mengembangkan kawasan sentra produksi peternakan hal ini dikarenakan : 1. Sub-sektor
peternakan merupakan penyumbang terbesar ketiga dalam pembentukan PDRB sektor pertanian (12,72%) atau 3,93% dari PDRB Kabupaten Pesisir Selatan. 1
2. Sub-sektor peternakan merupakan sub-sektor utama perekonomian masyarakat,
baik dalam bentuk tabungan untuk biaya sekolah, pembangunan rumah, maupun sebagai sumber biaya untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. 3. Permintaan pasar yang cukup besar terhadap sapi pesisir, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan Sapi Qurban (sekitar 8000 ekor per musim). 4. Kabupaten Pesisir Selatan telah ditetapkan sebagai sentra produksi sapi dan ayam buras. Pendekatan pembangunan kawasan peternakan ini diperlukan untuk menghindari tumpang tindih antar kegiatan dan eksternalitas negatif, serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan jasa penunjang. Dengan pendekatan kawasan, keterkaitan antar komoditas akan lebih mudah terjalin sehingga akan menjamin keberlanjutan kegiatan pra-produksi, proses produksi, pasca produksi dalam sistem agribisnis. Terhimpunnya sumber daya manusia yang terampil dalam suatu kawasan juga akan memudahkan dalam pembinaan dan peningkatan keterampilannya, serta dalam monitoring, pengawasan dan evaluasi. Selama ini, pola pengembangan peternakan yang diterapkan masyarakat (peternak) tidak terfokus di lokasi potensial dan tidak terintegrasi. Lokasi pengembangan peternakan selama ini terpencar demi azas pemerataan. Skala usahanya kecil-kecil, sehingga untuk mendapatkan dukungan berbagai komponen baik itu infrastruktur, sumberdaya manusia, kelembagaan maupun komponen penunjang lain menjadi kurang efisien. Sementara itu, pengembangan peternakan yang berbasis kawasan adalah suatu pola pengembangan yang mempunyai prinsip berada dalam satu manajemen lokasi (area), penguatan pelayanan (teknis dan pembiayaan), penguatan kelembagaan, kemandirian usaha dan daya saing, peningkatan kualitas SDM dan pendidikan, integrasi kegiatan dan kewenangan, pendampingan stakeholder serta diversifikasi produk. Pendekatan kawasan ini dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi anggaran dan mendorong keberlanjutan produksi komoditas unggulan. Dalam suatu kawasan peternakan akan terdapat sarana-prasarana pelayanan teknis budidaya, saranaprasarana pelayanan pembiayaan, sarana-prasarana pelayanan pendidikan/pelatihan, sarana-prasarana pelayanan pemasaran, sarana-prasarana pelayanan kesehatan ternak, dan sarana-prasarana pengolahan hasil ternak. Dengan demikian diharapkan hasil yang lebih baik dalam usaha peternakan.
1.2.
Tujuan Pembangunan Kawasan Tujuan Kawasan Pengembangan Peternakan Sapi adalah menentukan wilayah yang sesuai untuk dijadikan sebagai pusat pengembangan budidaya sapi dan sebagai wadah keterpaduan kepentingan dan aspirasi pemerintah, swasta dan masyarakat untuk berkontribusi pada sub sektor agribisnis peternakan dalam mendorong perekonomian di kawasan khususnya dan Kabupaten Pesisir Selatan pada umumnya.
2
1.3.
Landasan Hukum
1.3.1.
Kebijakan Nasional Pembangunan Kawasan Perdesaan
1.3.1.1.
Kebijakan Pembangunan Pembangunan Desa (UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa) Di samping pendekatan desa membangun, Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk melakukan percepatan pembangunan sebagian wilayah perdesaan melalui pembangunan kawasan perdesaan. Pembangunan kawasan perdesaan dilakukan mengingat perkembangan sebagian wilayah tidak secepat perkembangan wilayah lainnya, atau suatu kawasan memiliki potensi pertumbuhan yang cukup besar dan memerlukan dorongan ekstra dari Pemerintah/Pemerintah Daerah. Pasal 83 UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa Kawasan Perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-Desa dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dalam batas wilayah fungsional dan atau wilayah administrasi. Isu-isu yang diangkat dalam pembangunan kawasan perdesaan antara lain rural-urban linkage; pertumbuhan; lapangan pekerjaan; infrastruktur; serta sinergisme antar sektor, ‘pasar’, dan masyarakat; dengan dukungan dana dari APBN berupa dana perimbangan dan APBD yang dialokasikan pada masing-masing sektor. Berbeda dengan pendekatan desa membangun, pemegang kewenangan pembangunan kawasan perdesaan adalah Pemerintah Daerah yang bersinergi dengan masyarakat dan komponen lainnya kecuali yang berskala lokal Desa. Arahan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada Pasal 85 ayat (1) mengatur bahwa Pembangunan Kawasan Perdesaan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui satuan kerja perangkat daerah, Pemerintah Desa, dan/atau BUM Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa. (2) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan pihak ketiga wajib mendayagunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia serta mengikutsertakan Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. (3) Pembangunan Kawasan Perdesaan yang berskala lokal Desa wajib diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar-Desa
1.3.1.2.
Permendes No 6 Tahun 2015 Tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Untuk mewujudkan pembangunan kawasan perdesaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi telah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan Kawasan Perdesaan. Pasal 4 ayat (2) mengamanahkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan 3
pembangunan kawasan perdesaan diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan
1.3.1.3.
Keputusan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Tentang Penyelenggaraan Penyelenggaraan Pembangunan Pembangunan Kawasan Perdesaan Selanjutnya Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menerbitkan Keputusan Dirjen PKP Nomor : 14/DPKP/SK/07/2016 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagai pedoman teknis penyelenggaraan pembangunan kawasan perdesaan
1.3.2. 1.3.2.1.
Kebijakan Daerah dalam Pembangunan Kawasan Peternakan Sapi Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2005 – 2025 Dalam RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Derah) Tahun 2005 – 2025 Kabupaten Pesisir Selatan yang ditetapkan melalui PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2005 – 2025 bahwa dengan potenis geomorfologi dan lingkungan hidup Kabupaten Pesisir Selatan berpotensi menjadi kabupaten yang maju di sector peternakan akan dikembangankan salah satunya adalah peternakan sapi yang dada tahun 2008 saja berdasarkan Pesisir Selatan Dalam Angka tingkat produksi sapi sudah berjumlah 1.072 ton dengan tingkat konsumsi sebesar 855 ton. Didasari potensi tersebut Kabupaten Pesisir Selatan melalui visinya dalam RPJPD bertekad menjadikan Pesisir Selatan Daerah Maju, Sejahtera Dengan Basis Ekonomi Pangan dan Pariwisata. Sejahtera dengan basis ekonomi pangan artinya melakukan pembenahan sektor pangan secara menyeluruh, mulai dari sistem produksi yang diarahkan menggunakan teknologi, teknologi tepat guna, meningkatnya produktivitas, berkembangnya industry pangan dan dikelolanya sistem informasi pemasaran yang menguntungkan petani dan industri rumah tangga. Pada akhirnya pengolahan produksi pangan menjadi sebuah kebiasaan ditingkat masyarakat sehingga secara makro pergerakan kontribusi sektor industri terhadap PDRB Daerah (industri pengolahan, bangunan, listrik dan air minum) yang saat ini masih berkisar 18% meningkat lebih dari 30%. Daerah industri pangan ditandai dengan dominasi industri pengolahan bahan pangan dalam perekonomian daerah. Industri pangan dimaksud adalah industry pengolahan hasil (1) pertanian tanaman pangan, (2) peternakan, (3) perkebunan dan (4) perikanan, yang berbasis keunggulan daerah
4
1.3.2.2.
Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 – 2030 Dalam RTRW Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010-2030 yang telah diperdakan melalui PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010 – 2030 khususnya Pasal 38 Ayat 6 menyatakn bahwa : Rencana pengembangan kawasan peternakan di Kecamatan Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir dan Linggo Sari Baganti dengan Pusat Pengembangan di Surantih
1.3.2.3.
Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016 – 2021 Sementara dalam RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2016 – 2021 yang telah diperdakan melalui PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016 - 2021 tertuang dalam Misi Ke – 4 yakni : “Meningkatkan Produksi dan Nilai Tambah dengan tetap Mengedepankan Pembangunan Berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan produk pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan jasa wisata yang berdaya saing melalui peran koperasi, UMKM dan industry” Misi tersebut selanjutnya diterjemahkan dalam strategi pembangunannya dengan mengembangkan kawasan sentra produksi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dengan menerapkan teknologi tepat guna Dalam RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2016 – 2021 tersebut untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah usaha peternakan dilakukan dengan strategi mengembangkan kawasan sentra produksi peternakan. Pengembangan usaha peternakan di dalam satu kawasan, tidak saja sebagai pendekatan baru dalam pembangunan tetapi dapat dijadikan sebagai penggerak utama peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan.
1.3.3.
1.3.3.1.
Landasan Hukum Pembangunan Kawasan Perdesaan Bidang Budidaya Sapi di Kabupaten Pesisir Selatan Peraturan Bersama Walinagari se-Kecamatan Sutera Pengusulan pembangunan kawasan yang merupakan salah satu dasar pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan sudah dilakukan dilakukan ditingkat desa/nagari dan dilanjutkan dengan kesepakatan antar desa/nagari yang tertuang dalam Berita Acara Musyawarah Antar Nagari yg dilaksanakan tanggal 29 Oktober 2015 dan Peraturan Bersama Wali Nagari se Kecamatan Sutera Nomor 2/WN-Sutera/2015 Tentang Kecamatan Sutera sebagai Wilayah Pengembangan Budidaya Sapi, 5
tertanggal 5 November 2015. Dan diundangkan dimasing-masing nagari oleh Sekretaris Nagari se Kecamatan Sutera tanggal 9 November 2015 Hasil kesepakatan musyawarah antar nagari diantaranya bahwa : a. Setelah
mendengar ekspose wali nagari se Kecamatan Sutera dan pembahasan secara seksama terhadap hasil musyawarah nagari, maka disepakati menjadikan Kecamatan Sutera sebagai wilayah budidaya sapi b. Untuk rancangan Peraturan Bersama Wali Nagari se Kecamatan Sutera diserahkan kepada BKAN/BKAD Sutera, dan Kepala BPMKBPPr c. Musyawarah Nagari selanjutnya akan menandatangani peraturan bersama Wali Nagari tersebut pada tanggal 5 November 2015. Dari Peraturan Bersama Wali Nagari yang telah ditanda tangani oleh seluruh Wali Nagari dan Diketahui dan disaksikan oleh Camat Sutera, memuat beberapa bab dan pasal tentang a. b. c. d. e. f. g. h. i.
1.3.3.2.
Ketentuan Umum Azas dan Tujuan Ruang Lingkup Kelembagaan Pembiayaan Monitoring dan Evaluasi Pelaporan Penyelesaian Masalah Ketentuan Penutup
Surat Keputusan Bupati Pesisir Selatan Tentang Penetapan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Untuk penetapan kawasan telah ditetapkan oleh Bupati dengan dikeluarkannya KEPUTUSAN BUPATI NOMOR 050/931/Kpts/BPT-PS/2016
1.3.3.3.
Surat Keputusan Bupati Pesisir Selatan Tentang TK-PKP Kabupaten dan TK-PKP Kawasan SK TK-PKP Kabupaten dan TK-PKP Kawasan yang juga akan menjadi dasar pelaksanaan pembangunan kawasan di Kabupaten Pesisir Selatan saat ini sudah dalam proses telaah oleh bagian hukum untuk ditetapkan oleh Bupati.
6
BAB II DESKRIPSI KONDISI KAWASAN PERDESAAN 2.1.
Fisik Dasar
2.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Budidaya Sapi Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan Peta 1-1 Kawasan Budidaya Sapi Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan
Kawasan Pembangunan Perdesaan Budidaya Sapi yang direncakanan yang juga sekaligus adalah Kecamatan Sutera terletak sekitar 40 km di sebelah selatan Painan berbatasan langsung dengan, a. b. c. d.
Sebelah Sebelah Sebelah Sebelah
Utara dengan Kecamatan Batang Kapas. Selatan dengan Kecamatan Lengayang. Barat dengan Samudera Indonesia. Timur dengan Kabupaten Solok.
7
Secara geografis kawasan ini terletak antara 10030’ 100 30’ - 100057’ Bujur Timur dan 1030’ 1039’ Lintang Selatan dengan luas 445,65 Km2 atau 7,75% dari luas Kabupaten Pesisir Selatan, berada diketinggian 2 m - 150 m yang dialiri oleh Sungai Batang Surantih, Batang Sungai Sirah dan Sungai Batang Ampiang Parak Dari luas daerah sebesar 445,65 Km2 yang dibagi dalam 12 nagari. Nagari yang terluas adalah Nagari Rawang Gunung Malelo Surantih dengan luas 61,81 Km2 (13,87%) dan yang terkecil adalah Nagari Lansano Taratak dengan luas 14 Km2 (3.14%), selengkapnya luas dan persentase luas wilayah desa/nagari yang ada di lokasi pembangunan kawasan perdesaan dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini. Tabel 2-1 Luas Desa/Nagari di Kawasan Pengembangan Budidaya Sapi Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan 2
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa/Nagari Am piang Parak Surantih Taratak Am piang Parak Tim ur Aur Duri Surantih Rawang Gunung Malelo Surantih Koto Nan Tigo Selatan Surantih Koto Nan Tigo Utara Surantih
Luas (Km ) 49.02 26.78 15.00 55.27 57.17 61.81 35.85 31.00
Persentase 11.00 6.01 3.37 12.40 12.83 13.87 8.04 6.96
9 10 11 12
Ganting Mudiak Selatan Surantih Ganting Mudiak Utara Surantih Lans ano Taratak Koto Taratak
34.73 49.36 14.00 15.66
7.79 11.08 3.14 3.51
445.65
100.00
Jum la h
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan Grafik 2-1 Persentase Penggunaan Lahan di Kawasan Pengembangan Budidaya Sapi Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan 3.14
3.51
11.00 Ampiang Parak
11.08 6.01
Surantih Taratak 3.37
Ampiang Parak Timur Aur Duri Surantih
7.79
Rawang Gunung Malelo Surantih 12.40
Koto Nan Nan Tigo Selatan Sur antih Koto Nan Tigo Utara Sur antih
6.96
Ganting Mudiak Selatan Surantih Ganting Mudiak Utara Surantih Lansano Taratak
8.04 12.83 13.87
8
Koto Taratak
2.1.2. Kondisi Iklim Kondisi iklim di lokasi pembangunan kawasan perdesaan budidaya sapi Kecamatan Sutera yang memiliki luas 455.65 Km2 dan luas hutan 198.09 Km2 serta berada di daerah pesisir pantai yang mempengaruhi suhu daerah ini yang cenderung panas. Curah hujan tertinggi tercatat 354.2 mm yang terjadi pada bulan September dan curah hujan rataratanya 94.65 mm. Curah hujan dalam tahun 2014 di Kecamatan Sutera berdasarkan data BPS Pesisir Selatan dapat dilihat pada tabel dibwah ini. Tabel 2-2 Banyaknya Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Tahun 2014 di Kawasan Budidaya Sapi Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hari Hujan (Hari) -
Bula n Ja J anuari Februari Ma Maret Ap April Mei Juni Juli Agus tus Sept ember Ok tober November Des ember Juml a h
2.1.3. Topografi (Kemiringan Permukaan Lahan)
Lereng
Ketinggian
Curah Hujan (mm) 149 45. 5 171. 4 151. 2 130. 6 51. 9 11. 5 4.4 345. 2 21. 9 26. 8 17. 4 1126.8
Lahan,
Kecenderungan
Bentuk
Topografi daerah kawasan pengembangan kondisinya datar dan berbukit-bukit sebagai perpanjangan dari Bukit Barisan, dengan tinggi permukaan laut berkisar antara 2- 150 meter. meter.
2.1.4. Jenis Tanah Tanah di daerah kawasan pengembangan kebanyakan berwarna abu-abu dengan tekstur tanahnya lempungan
2.1.5. Penggunaan Lahan Dari sudut penggunaan lahan di kawasan pengembangan sebagian besar kawasannya termasuk kawasan hutan. Luas kawasan hutan mencapai 66,2 % dari luas daerah yang ada. Lahan untuk budidaya pertanian tercatat sekitar 30,64% terdiri dari 7,21% sawah, 14,30% perkebunan, 2,5% tegal dan 6,64% ladang. Sedangkan lahan untuk perumahan/pemukiman dan halaman sekitar 0,78%, sisanya terdiri dari semak/alangalang, rawa-rawa dan lainnya , untuk lebih rincinya penggunaan lahan di kawasan
9
pengembangan berdasarkan data BPS Pesisir Selatan Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini. Tabel 2-3 Persentase Lahan Menurut Jenis Penggunaannya (Ha) No A 1 a b c d 2 a b c d e f g B
P e ngguna a n Lahan Pertanian Pertanian Lahan S awah Irigas i Tadah Hujan Rawa Pas ang S urut Rawa Lebak
Lua s (Ha ) P e rse nta se 44,012 98.76 3,232 7.25 1,548 3.47 1,422 3.19 0.00 262 0.59
Lahan P ertanian B uk an S awah Tegal Ladang/ Huma P erk ebunan Di Ditanami Pohon/Hut an Raky at P adang Pengembalaan S ementara tidak dius ahak an Lain Lainny nya a ((ta tamb mbak ak,, kola kolam, m, empa empang ng,, hut hutan an nega negarra d dll ll)) Lahan Buka Bukan n Per Pertan tanian ian (jalan, pemuk iman, perk antoran, s ungai dll) Jum la h
40,780 1,114 2,957 6,371 16,111 75 653 13,4 13,499 99
91.51 2.50 6.64 14.30 36.15 0.17 1.47 30.29
553 44,565
1.24 100.00
Grafik 2-2 Grafik Penggunaan Penggunaan Lahan di Lokasi PKP Budidaya Budidaya Sapi (Ha) 18,000
16,111
16,000 13,499
14,000 12,000 10,000 8,000
6,371
6,000 4,000
2,957 1,548
2,000
1,422 -
262
1,114 75
653
553
1 Sawah Ir igasi
Sawah Tadah Hujan
Rawa Pasang Sur ut
Rawa Lebak
Tegal
L adang/Huma
Per kebunan
Ditanami Pohon/Hutan Rakyat
Padang Pengembalaan
Sementara tidak diusahakan
Lainnya (tambak, (tambak, kolam, empang, empang, hutan negara dll)
Lahan Bukan Pertanian Pertanian
2.1.6. Kebencanaan Desa/Nagari yang berada dalam kawasan pengembangan di Kecamatan Sutera sebagian besar berada di dataran rendah dan sebagian lagi berada di pesisir pantai, maka tingkat kerawanan bencananya antara lain rawan bencana gempa karena termasuk daerah jalur gempa serta rawan tsunami.
10
2.1.7. Kependudukan dan Sosial Budaya 2.1.7.1.
Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kecamatan Sutera tahun 2014 tercatat sebanyak 49.270 jiwa terdiri dari 24,571 jiwa laki-laki dan 24.699 jiwa perempuan. Tingkat kepadatan penduduknya antara 47,87 – 281,4 jiwa per Km2 yang tertinggi berada di Nagari Surantih dan terendah di Nagari Mudiak Utara Surantih. Berdasarkan data BPS Pesisir Selatan Tahun 2015 jumlah rumah tangga dan penduduk terbanyak ada di Desa/Nagari Ampiang Parak dan terendah ada di Desa/Nagari Koto Taratak, selengkapnya data jumlah rumah tangga dan penduduk di lokasi pengembangan PKP yang ada di Kecamatan Sutera dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini Tabel 2-4 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Lokasi PKP Budidaya Sapi No 1
Am pi pi an ang Para k
2 3
Suran ti h Taratak
4
Am pi pi an an g Pa ra ra k Ti m ur ur
5 6
Au r D ur uri Su ra ra nt nti h Rawang Rawang Gunung unung Malelo alelo Sur Surant antih ih
7
Kot Koto Nan Nan Tigo Tigo Selat Selatan an Sura Surant ntih ih
8
Kot Koto Nan Nan Tigo Tigo Utar Utara a Sur Surant antih ih
9
Jumlah Rumah Tangga 1,847 1,767 532 1,055 1,144 1,335 804 554 642 547 585 442 11,254
Na ga ri
Ganting anting Mudi Mudiak ak Sela Selattan Sura Surant ntih ih
10 11
Gant Ganting ing Mudia Mudiak k Utara Utara Sura Surant ntih ih Lansa Lansano no Tarat aratak ak
12
K ot oto Ta Ta ra ra ta ta k Jumlah
Jumlah Penduduk
8,086 7,737 2,330 4,618 5,009 5,845 3,520 2,425 2,812 2,392 2,560 1,936 49,270
Grafik 2-3 Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk 9,000
8,086
8,000
7,737
7,000 5,845
6,000 4,618
5,000
5,009 3,520
4,000 3,000 2,000 1,000
2,812
2,425
2,330 1,847
2,392
2,560 1,936
1,767 1,055
1,144
1,335 804
532
554
642
547
585
442
Ampiang Surant Surantih ih Tarat Taratak ak Ampia Ampiang ng Aur Duri Rawang Koto Koto Parak Parak Surantih Gunung Nan Tigo Nan Tigo Timur Malelo Selatan Utara Surantih Surantih Surantih J um uml ah ah R um uma h Ta ng ng ga ga
Ganting Ganting Lansano Koto Mudiak Mudiak Taratak Taratak Selatan Utara Surantih Surantih
J um uml ah ah P en en du du du du k
Berdasarkan luas daerah dan kepadatan penduduk per km-nya, berdasarkan data BPS Tahun 2015 jumlah penduduk terpadat ada di Desa/Nagari Surantih dan terendah ada di Desa/Nagari Koto Nan Tigo Utara Surantih, selengkapnya tingkat kepadatan penduduk
11
berdasrkan desa/nagari yang ada di lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini Tabel 2-5 Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk di Lokasi PKP Budidaya Sapi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Na ga ri
Lua s Da e ra h
Am pi pia n g Pa Para k Su ran tih Ta ra ta k Ampia mpiang ng Par Parak ak Timur imur Aur Dur Duri Sur Suran anttih Rawang Rawang Gunung unung Male Malelo lo Sur Surant antih ih Kot Koto Nan Tigo Tigo Sela Selata tan n Sura Surant ntih ih Kot Koto Nan Nan Tigo Tigo Utar Utara a Sur Surant antih ih Gant Ganting ing Mudiak udiak Selat Selatan an Sura Surant ntih ih Gant Ganting ing Mudia Mudiak k Utara Utara Sura Surant ntih ih Lansa Lansano no Tarat aratak ak Koto oto Tarat aratak ak Jumlah
49. 02 26. 78 15 55. 27 57. 17 61. 81 35. 85 31 34. 73 49. 36 14 15. 66 445.65
Kepadatan (Per Km2) 164. 95 288. 91 155. 33 83.55 87.62 94.56 98.19 78.23 80.97 48.46 182. 86 123. 63 1487. 25
Grafik 2-4 Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk di Lokasi PKP Budidaya Sapi 350
288.91
300
250
200
182.86 164.95
155.33
150 123.63 100
83.55 55.27
49.02 50
94.56
87.62 57.17
98.19 78.23
80.97
61.81 49.36 48.46 35.85
26.78
31
34.73
15
14
15.66
0 Ampiang Parak
S ur ur an an ti ti h
Tar at atak
A mp mp ia ian g Aur Duri Parak Surantih Timur
Rawang Gunung Malelo Surantih
L ua uas D ae ae ra ra h
12
Koto Nan Koto Nan Ganting Tigo Tigo Utara Mudiak Selatan Surantih Selatan Surantih Surantih
K ep ep ad ad at atan (P (P er er Km Km2 )
Ganting Mudiak Utara Surantih
Lansano Taratak
Koto Taratak
2.1.8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan masyarakat di kawasan pengembangan yang akan direncanakan pada umumnya termasuk pada tingkat Sejahtera II yakni sebanyak 4.835 orang. Yang terkecil adalah termasuk Sejahtera III+ yang hanya berjumlah 131 orang. Jumlah penduduk pada tingkatan pra sejahtera yang terbesar berada di Desa/Nagari Ampiang Parak Timur dan terendah ada di Desa/Nagari Taratak. Ditingkatan Sejahtera III terbanyak ada di Desa/Nagari Ampiang Parak dan terendah ada di Desa/Nagari Lansano Taratak. Selengkapnya tingkat kesejahteraan masyarakat di lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini. Tabel 2-6 Tingkat Kesejahteraaan Desa/Nagari di Kawasan Pengembangan Kecamatan Sutera
No
Tingkat Kesejahteraa Kesejahteraa n Pra Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera Sejahtera I II III III+ 31 271 523 1117 68 14 186 656 775 14 8 152 212 53 4 51 238 234 355 20 38 495 444 224 0 27 436 1106 397 4 18 167 339 363 10 11 200 169 99 0 14 186 381 80 6 27 356 159 44 0 15 157 413 19 5 14 224 199 64 0 268 3, 068 4,835 3,590 131
Na ga ri
1
Am pi pi an g Parak
2
Suran ti h
3
Tara tak
4
Am pi pi an an g P ar ara k Ti mu mu r
5
Au r D ur uri Su ra ra nt nti h
6
Rawang Raw ang Gunu unung ng Malelo alelo Sura Surant ntih ih
7
Kot Koto Nan Nan Tigo Tigo Selat Selatan an Sura Surant ntih ih
8
Kot Koto Nan Nan Tigo Tigo Utar Utara a Sur Surant antih ih
9
Ganting anting Mudi Mudiak ak Sela Selattan Sur Surant antih ih
10
Gant Ganting ing Mudiak Mudiak Utara Utara Surant Surantih ih
11
L an an sa sa no no Ta Ta ra ra tta ak
12
K ot oto Ta ra ra tta ak Jumlah
Grafik 2-5 Tingkat Kesejahteraaan Desa/Nagari di Kawasan Pengembangan Kecamatan Sutera 1200
1117
1106
1000 775
800
656
600
523
495 444
436
355
400 271
200 31
238 234
212 152
186
397
224 167
200 169
14
14 8
53
51 4
20 38
0
27
4 18
10 11
356
186
99
68
413
381
363 339
159 80
0 14
6 27
44
224 199
157
64 0 15
19 5 14
0
0 Ampiang Parak
Su ra ran titih
Tar at atak
A mp mp ia ian g Aur Duri Parak Surantih Timur
Pra Sejahte ra
Sejahter a I
Rawang Koto Nan Koto Nan Ganting Gunung Tigo Tigo Utara Mudiak Malelo Selatan Surantih Selatan Surantih Surantih Surantih Se jahter a II
13
Se jahter a III
Ganting Mudiak Utara Surantih
Se jahtera III+
Lansano Taratak
Koto Taratak
2.1.9. Komposisi Penduduk Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (sex ratio) di lokasi pembangunan kawasan perdesaan budidaya sapi Kecamatan Sutera berdasarkan data BPS Pesisir Selatan, pada tahun 2014 adalah 99,36, Angka ini menunjukan bahwa jumlah laki-laki dan perempuan hampir sama banyak, dimana dalam setiap 100 orang perempuan terdapat hampir 99 orang adalah laki-laki. Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan di lokasi pembangunan kawasan perdesaan Kecamatan Sutera dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini Tabel 2-7 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Lokasi PKP Budidaya Sapi No
Nagari
1
Am pi pi an g Pa Pa rak
2
Su ra n ti h
3
Ta ratak
4
Am pi pi an an g Pa ra rak Ti mu mu r
5
Au r D ur uri Sura nt nti h
6
Rawa Rawang ng Gunun unung g Mal Malel elo o Sur Suran anttih
7
Kot Koto Nan Nan Tig Tigo o Sel Selat atan an Sura Surant ntih ih
8
Kot Koto Nan Nan Tigo igo Ut Utara ara Sur Suran anttih
9
Ganting anting Mudiak udiak Selat Selatan an Sura Surant ntih ih
10
Ganting anting Mudi Mudiak ak Utar Utara a Sura Surant ntih ih
11
La ns ns an an o Tara ta ta k
12
Ko to Ta Ta ra tak Jumlah
Jenis Kelamin La ki ki-la ki ki Pe re re mp mpua n 4,016 4,070 3,888 3,849 1,121 1,209 2,359 2,259 2,485 2,524 2,926 2,919 1,692 1,828 1,210 1,215 1,399 1,413 1,223 1,169 1,296 1,264 956 980 24,571 24,699
Jumla h 8,086 7,737 2,330 4,618 5,009 5,845 3,520 2,425 2,812 2,392 2,560 1,936 49,270
Grafik 2-6 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Lokasi PKP Budidaya Sapi 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Ampiang Suran Suranti tih h Parak
Tara Tarata tak k
Ampiang Aur Duri Parak Surantih Timur
Rawang Gunung Malelo
Koto Koto Ganting Nan Tigo Nan Tigo Mudiak Selatan Utara Selatan
Ganting Mudiak Utara
Lansano Taratak
Koto Taratak
Surantih Surantih Surantih Surantih Surantih
Laki-laki
4,016
3,888
1,121
2,359 2,359
2,485
2,926
1,692
1,210 1,210
1,399
1,223
1,296
Perempuan
4,070
3,849
1,209
2,259 2,259
2,524
2,919
1,828
1,215 1,215
1,413
1,169
1,264
980
Jumlah
8,086
7,737
2,330
4,618
5,009
5,845
3,520
2,425
2,812
2,392
2,560
1,936
14
956
Komposisi penduduk dilokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin didominasi oleh kelompok umur 5 – 9 tahun yang berjumlah 5.585, dimana 2.900 adalah laki-laki dan 2.685 adalah perempuan, yang terendah adalah pada kelompok umur 75+ yang berjumlah 604 orang dimana 200 orangnya laki-laki dan 404 orang perempuan. Berdasarkan Dependency Ratio yang merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun) dan <65 tahun dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun), dependency rationya menunjukan angka 57.8 persen yang berarti setiap 100 orang usia produktif menanggung sekitar 58 orang usia tidak produktif. Dependency ratio merupakan indicator kasar yang dapat menunjukan ekonomi suatu wilayah, dimana semakin tinggi persentase semakin berat beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif. Selengkapnya komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin di lokasi PKP Budidaya Sapi dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini Tabel 2-8 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Lokasi PKP Budidaya Sapi Jenis Kelam Kelam in No
Kelompok Umur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-70 70-74 75+ Jum la h
La ki -l a ki
2,718 2,900 2,519 2,585 1,996 1,907 1,797 1,503 1,418 1,437 1,101 998 848 370 274 200 24,571
Pe re m pua n
2,778 2,685 2,391 2,289 1,866 1,866 1,909 1,500 1,424 1,610 1,328 985 856 426 382 404 24,699
Jum la h 5,496 5,585 4,910 4,874 3,862 3,773 3,706 3,003 2,842 3,047 2,429 1,983 1,704 796 656 604 49,270
Grafik 2-7 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Lokasi PKP Budidaya Sapi
15
2.2.
Ekonomi Dari data hasil sensus pertanian 2013 yang dilaksanakan oleh BPS Kabupaten Pesisir Selatan tercatat jumlah Sapi Potong adalah 2.643 ekor jantan dan 7.345 ekor betina atau jumlah keseluruhannya adalah 9.988 ekor dan jumlahnya meningkat menjadi 10.530 ekor pada tahun 2015 Usaha peternakan sapi yang dikembangkan selama ini ada pola antara lain : 1. Penggemukan di padang pengembalaan (pasture ( pasture fattening ). ). Sistem ini dilakukan di lahan yang cukup luas. Ternak sapi dilepaskan di padang penggembalaan selama beberapa hari kemudian dipindahkan ke padang penggembalaan lain. 2. Penggemukan dengan sistem dry lot fattening . Pada sistem ini ternak sapi tidak digembalakan di padang penggembalaan, tetapi di dalam kandang. Makanan hijauan didatangkan dari luar dan diberikan di dalam kandang. 3. Penggemukan dengan sistem kombinasi. Sistem ini adalah kombinasi antara sistem pasture fattening dengan dry lot fattening . Ternak di padang penggembalaan dan di dalam kandang disesuaikan dengan kondisi cuaca. Dari ketiga sistem tersebut diatas, maka system kombinasi adalah sistem yang terbaik dikembangkan di Kawasan Pengembangan Peternakan Sapi Potong, karena lahan untuk padang penggembalaan tersedia cukup luas dan ketersediaan tenaga kerja yang berpengalaman cukup memadai Penyediaan sumber bahan pakan ternak sapi pada umumnya hijauan makanan ternak diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari hasil panen sendiri, tepi -tepi jalan, pinggir-pinggir jalan, pematang sawah, tepi hutan, lapangan-lapangan, perkebunan, sisa hasil pertanian dan lain sebagainya sehingga kontinuitas produksi, kuantitas dan kualitasnya tidak terjamin sebagi makanan ternak. Pada umumnya para peternak menggantungkan tersedianya hijauan makanan ternak dari alam dan sisa-sisa hasil pertanian. Selain itu yang menjadi kelemahan adalah pengadaan kebun rumput yang belum terkoordinasi dengan baik, pengadaan kebun rumput belum diarahkan pada lokasilokasi yang menjadi sentra penyebaran ternak, serta pengelolaan pakan ternak pada saat musim kemarau belum termanfaatkan dengan baik
16
Pemanfaatan pakan konsentrat selama ini kebanyakan disupply oleh beberapa pabrik pakan. Kondisi saat ini sebagian besar masyarakat banyak yang belum menggunakan pakan konsetrat untuk pakan ternak, hanya dalam waktu tertentu saja, hal ini disebabkan oleh harga dan supplay yang masih kurang Dalam pemeliharaan ternak sapi masyarakat pada umumnya memanfaatkan limbah jerami untuk pasokan pakannya dengan melepaskan ternak pada areal persawahan setelah musim panen padi. Sumber pakan dari limbah jerami tersedia dalam jumlah yang cukup besar bila dilihat dari luasnya areal persawahan yang ada di kawasan pengembangan, tercata melalui data BPS Pesisir Selatan Tahun 2015 luas areal persawahan ada 3.232 Ha, sementara limbah lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak sapi adalah kelapa seluas 864 Ha, Kelapa Sawit 1.075 Ha, belum lagi yang berasal dari limbah jagung dll. Kelembagaan peternak sampai saat ini dari data yang ada, beberapa kelompok peternak sudah ada di kawasan pengembangan sebanyak 7 (tujuh) kelompok diantaranya kelompok (Koto Sepakat , Keluarga Mandiri , Sakato , Palo Koto , Mekar Jaya Farm , Tunas Baru Jaya Farm , Usaha Bersama) Pasar ternak untuk memasarkan ternak sapi sebagian besar dijual langsung ke pedagang sapi atau di jual ke pasar ternak yang ada di Kecamatan Lengayang yang merupakan kecamatan yang berada bersebelahan dengan Kecamatan Sutera. Pemasaran ternak sapi yang ada di kawasan pengembangan sebagian besar dipasarkan ke luar kabupaten bahkan keluar provinsi melali pedagang ternak (toke ternak) dalam bentuk ternak hidup. Selain dipasarkan keluar kabupaten atau provinsi ada juga yang dipasarkan ditngkat local kecamatan atau kabupaten, terutama untuk dipasar Untuk produksi dan pemasaran limbah ternak seperti kotoran dan slury sapi masih dalam skala kecil dan hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat setempat saja. Untuk produk olahan sapi seperti abon sapi, penyamakan kulit, industry kulit dsb, sampai saat ini belum ada yang yang mengupayakan Untuk mendukung pelayanan kesehatan ternak sapi saat ini sudah ada Pos Kesehatan Hewan di lokasi kawasan pengembangan yang berada di Kampung Pasir Nan Panjang Nagari Aur Duri Selatan Surantih, termasuk juga penyuluh peternakan.
17
2.3.
Sarana dan Prasarana serta Pelayanan
2.3.1. Pendidikan Pada tahun 2014 jumlah sarana pendidikan di Kecamatan Sutera sebanyak 116 unit terdiri dari 64 unit sekolah pendidikan usia dini, 37 unit sekolah dasar, 1 Madrasyah Ibtidaiyah, 7 unit Sekolah Menengah Pertama, 3 unit Madrasyah Tsanawiyah, 2 unit Sekolah Menengah Atas, 1 unit sekolah menengah kejuruan dan 1 unit Madrasyah Aliyah Swasta. Pada tahun ajaran 2013/2014 tercatat jumlah murid di semua sekolah sebanyak 12.541 siswa atau sekitar 57,83 persen adalah siswa sekolah dasar. Tahun 2014 juga tercatat setiap satu kelas, rata-rata menampung 28 orang siswa, dan setiap satu orang guru rata –rata terdapat sekitar 22 orang siswa Tabel 2-9 Prasarana Pendidikan, Pendidikan, Pengajar dan Murid 2012-2014 No
Ura ia n
2012
2013
2014
98
100
116
1
Jumlah Sekolah
2
Jumlah Kelas
425
425
438
3
Jumlah Guru
670
670
562
4
Jumlah Murid
12646
11887
12541
2.3.2. Kesehatan Sarana dan prasarana kesehatan masyarakat yang berada di nagari-nagari kesemuanya berjumlah 100 unit, terdiri dari 1 unit Puskesmas, 7 unit Puskesmas Pembantu, 21 unit Pusat Kesehatan Nagari dan 71 unit Posyandu Tabel 2-10 Prasarana Kesehatan dilokasi Kawasan Pengembangan Budidaya Sapi Kecamatan Sutera No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Na ga ri
Puske sm a s Am pi pi an g Pa Pa ra k 0 Suran ti h 1 Ta ra tak 0 Ampian mpiang g Parak arak Timur imur 0 Aur Dur Duri Suran uranttih 0 Rawan Rawang g Gunung unung Malelo alelo Sura Surant ntih ih 0 Kot Koto Nan Nan Tigo Selat Selatan an Sura Surant ntih ih 0 Kot Koto Nan Nan Tigo Utar Utara a Sur Surant antih ih 0 Ganting anting Mudi Mudiak ak Sela Selattan Sur Surant antih ih 0 Ganting anting Mudiak Mudiak Utara Utara Surant Surantih ih 0 Lans Lansan ano o Tar Tarat atak ak 0 Koto oto Tar Tarat atak ak 0 Jumlah
1
18
P ustu 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1
Puske sri 5 1 0 5 3 2 0 1 1 2 1 0
P osya ndu 14 9 2 9 5 7 6 5 5 5 2 2
Jum l a h 20 11 2 15 8 10 7 6 7 8 3 3
7
21
71 71
10 0
2.3.3. Pemerintahan Pada tahun 2014 Kecamatan Sutera terdiri dari 12 kenagarian hasil pemekaran dari 3 nagari induk pada akhir tahun 2011. Nagari Surantih mekar menjadi 7 nagari yaitu, Nagari Surantih, Nagari Aur Duri Surantih, Nagari Rawang Gunung Malelo Surantih, Nagari Koto Nan Tigo Utara Surantih, Nagari Koto Nan Tigo Selatan Surantih, Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantih, Gantiang Mudiak Selatan Surantih. Nagari Taratak mekar menjadi 3 nagari yaitu Nagari Taratak, Nagari Koto Taratak dan Nagari Lansano Taratak sementara Nagari Ampiang Parak mekar menjadi 2 nagari yaitu, Nagari Ampiang Parak dan Ampiang Parak Timur. Dengan terjadinya pemekaran nagari tersebut berakibat bertambahnya jumlah kampong menjadi 32 kampung. Dalam menjalankan roda pemerintahannya masing-masing nagari dikepalai oleh seorang Wali Nagari dengan beberapa kaur, dan dimasing-masing kampong juga dikepalai oleh Wali Kampung, hal ini dimaksudkan agar roda pemerintahan dapat berjalan efektif dan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan dan dapat mempercepat roda pembangunan dimasing-masing nagari. Selengkapnya jumlah kampung dan aparat nagari pada masing-masing nagari dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2-11 Banyaknya Kampung dan Aparat Nagari Pada Masing-masing Nagari No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Na ga ri Am piang Parak Surantih Taratak Am pi piang Pa Parak Tim ur ur Aur Duri Surantih Rawa Rawang ng Gunun unung g Malel alelo o Suran uranttih Koto oto Nan Nan Tig Tigo o Sel Selat atan an Suran uranttih Ko to to Na Nan Ti Tig o Uta ra ra Su Sura nt nti h Gant anting ing Mud Mudia iak k Sel Selat atan an Suran uranttih Gant anting ing Mud Mudia iak k Utar Utara a Sur Suran anttih Lans an ano Ta Taratak Koto Taratak Jumlah
Banyaknya Kamp ampun ung g Apa parrat Nag agar arii 6 9 2 10 2 7 5 8 2 7 2 7 2 6 3 7 2 6 2 8 2 7 2 6 32
88
Pada masing-masing nagari dikepalai oleh seorang Wali Nagari yang dibantu oleh beberapa orang Kaur dan Staf termasuk Wali Kampung. Selengkapnya nama nagari dan wali nagari pada masing-masing nagari dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
19
Tabel 2-12 Nama Nagari dan Walingari di lokasi Kawasan Kawasan Budidaya Sapi Kecamatan Sutera No
Na ga ri
Na ma W a li Na ga ri
1 2
Am pi piang Parak Surantih
3
Taratak
4 5
Am pi piang Pa Parak Ti Tim ur ur Aur Duri Su Surantih
6
Rawa Rawang ng Gunun unung g Malel alelo o Sura Surant ntih ih
7 8
Kot Koto Nan Nan Tigo igo Sel Selat atan an Sura Surant ntih ih Kot Koto Nan Nan Tigo igo Ut Utara ara Sur Suran anttih
9
Gant anting ing Mud Mudia iak k Sel Selat atan an Sur Suran anttih
10 11
Ganting anting Mudiak udiak Utar Utara a Sur Surant antih ih Lans an ano Ta Taratak
12
Koto Taratak
Ir Bustami Robby Suhendra. SE Ir. Kht Syafril Bahri Saparuddin Rajunas S.IP Seri Mardius S.IP Erwil S.IP Syafrintal Syafrintal S.IP Abu Hasan SH. SH. i Supardi Syafrion. Syafrion. S.IP
2.3.4. Ekonomi Kelembagaan ekonomi sebagai sarana pendukung kegiatan dan aktivitas ekonomi masyarakat. Di Kecamatan Sutera di tahun 2014 tercatat jumlah koperasi yang ada adalah 6 baik KUD maupun Non KUD, Bila dilihat dari jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi masyarakat, kelembagaan ekonomi spt KUD belum begitu berkembang di Kecamatan Sutera. Begitu juga dengan lembaga perbankan dan pasar, jumlah yang ada baru berjumlah 3 unit, yaitu 1 unit bank pemerintah, 1 unit BPR dan 1 unit pasar, selengkapnya jenis dan jumlah prasarana ekonomi yang ada di lokasi PKP Kecamatan Sutera dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2-13 Banyaknya Lembaga Ekonomi Menurut Jenis dan Nagari di lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera No
Nagari
1
Am pi pi a n g Pa Pa ra k
2
Su ra n tih
3
Ta ra ta k
4
Am p ia ia ng ng Pa ra ra k Ti m ur ur
5 6
Au r D ur uri Su ra ra nt nti h Rawang Rawang Gunung unung Malelo alelo Surant Surantih ih
7
Kot Koto Nan Nan Tigo Selat Selatan an Surant Surantih ih
8
Kot Koto Nan Nan Tig Tigo o Utar Utara a Sura Surant ntih ih
9
Ganting anting Mudiak udiak Selat Selatan an Sur Surant antih ih
10 11
Gant Ganting ing Mudiak Mudiak Utara Utara Surant Surantih ih L an an s an an o Ta Ta ra ra ta ta k
12
Ko to to Ta Ta ra ra ta ta k Jumlah
Jumlah Koperasi Koperasi KUD Non KUD 0 0 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3
20
3
Tabel 2-14 Jumlah Bank dan Pasar Menurut Nagari di Lokasi PKP Kecamatan Sutera No
Na ga ri
Bank Pemerinta 0 1 0 0 0
Bank Swasta 0 0 0 0 0
BPR BP
Pa sa r
Jumlah
0 1 0 0 0
0 1 0 0 0
0 3 0 0 0
1 2
Am pi pia ng Pa Parak Suran ti h
3 4
Tara tak Ampia mpiang ng Parak arak Timur imur
5
Aur Dur Duri Sur Suran anttih
6
Rawan Raw ang g Gun Gunung ung Malelo alelo Sur Suran anti tih h
0
0
0
0
0
7 8
Kot Koto Na Nan n Tig Tigo o Sela Selata tan n Sura Surant ntih ih Kot Koto Nan Nan Tig Tigo o Utar Utara a Sur Surant antih ih
9
Gant Ganting ing Mudiak udiak Selat Selatan an Surant Surantih ih
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
1
0
1
1
3
10 Gant Ganting ing Mudia Mudiakk Utara Utara Sura Surant ntih ih 11 La Lansa nsano no Tarat aratak ak 12 Kot Koto Tar Tarat atak ak J umla h
2.3.5. Sarana produksi Perkembangan industri di nagari-nagari yang ada di Kecamatan Sutera hampir merata ada di masing-masing nagari. Industri yang ada kebanyakan adalah industry rumah tangga dan industri kecil. Jumlah dan sebaran kegiatan industry yang ada di masingmasing nagari yang ada di Kecamatan Sutera dapat dilihat pada tabel dibawah in Tabel 2-15 Banyaknya Banyaknya Industri menurut Nagari di Lokasi PKP Budidaya Sapi di Ke. Sutera No
Na ga ri
1
Am pi pi a n g Pa ra k
2
Sura n ti h
3
Ta rata k
4
Am pi pi an an g Pa ra ra k Ti mu mu r
5
Au r D ur uri Su Su ra ra nt nti h
6 7
R aw aw an an g Gu Gu nu nu ng ng Ma Ma le le lo lo Su Su ra ra nt nti h K ot oto N an an Ti Ti go go S el el at ata n Su Su ra ra nt nti h
8
K ot oto N an an Ti Ti go go U ta ta ra ra Su Su ra ra nt nti h
9
Ganting anting Mudiak udiak Selat Selatan an Sur Surant antih ih
10
Gant Ganting ing Mudiak Utara Utara Surant Surantih ih
11
L an an s an an o Ta ra ra ta ta k
12
Koto Ta Ta ra rata k J umla h
Jum la h Industri 21 23 9 15 8 24 8 7 2 2 19 7 145
2.3.6. Orbitrasi Secara geografis kawasan pengembangan yang terdiri dari 12 nagari berjarak rata-rata 1 – 30 Km ke ibukota kecamatan, 37 – 64 Km ke ibukota provinsi dan 106 – 126 Km ke ibukota provinsi. Selengkapnya jarak nagari-nagari di lokasi kawasan pengembangan dengan ibukota kabupaten dan provinsi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
21
Tabel 2-16 Orbitrasi Kawasan Budidaya Sapi Kecamatan Sutera
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Na ga ri Am pi pi ang Pa Parak Suranti h Taratak Am pi pi an an g Pa ra ra k Ti mu mu r Aur Du Duri Su Su ra ra nt nti h Rawa Rawang ng Gun Gunun ung g Mal Malel elo o Sura Surant ntih ih Koto Koto Nan Nan Tig Tigo o Sela Selata tan n Sura Surant ntih ih Koto Koto Nan Nan Tig Tigo o Utar Utara a Sur Suran anttih Ganting anting Mudiak udiak Selat Selatan an Surant Surantih ih Ganting anting Mudi Mudiak ak Utar Utara a Surant Surantih ih Lansa Lansano no Tarat aratak ak Koto Ta Tara ta tak
Jarak (Km) Kabupaten Kecamatan (Painan) 1. 7 42. 5 1. 8 37 4. 6 34. 2 10. 4 49. 2 3. 1 37 4. 5 37. 1 4. 7 41. 7 5. 5 42. 5 12 47 30 64 2. 5 34. 5 9. 6 29. 2
Provinsi (Padang) 119. 5 114 109. 3 126. 2 114 114. 1 110. 7 119. 5 124 141 111. 5 106. 2
2.3.7. Energi Kebutuhan listrik sudah menjadi kebutuhan primer bagi hampir seluruh masyarakat. Sebagian besar kebutuhan energy penerangan dan energy pembangkit lainnya bagi masyarakat di Kecamatan Sutera sebagian besar berasal dari PLN. Tabel 2-17 Banyaknya Pelanggan Listrik Menurut Jenis Pelanggan di Lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera No 1 2 3 4 5
Je nis Pe la nga n Rumah Tangga Kantor Pemerintah Us aha Industri Sosial Bisnis Jumla h
Jum la h 5891 18 0 151 97 6157
Pe rse nta se 95.68 0.29 0.00 2.45 1.58 100.00
2.3.8. Air Bersih Air bersih merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh manusia. Air juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kualitas kehidupan seseorang, keluarga dan masyarakat. Di Kecamatan Sutera sampai dengan tahun 2014 tercatat 704 pelangan PDAM, terdiri dari 669 pelangan rumah tangga, 15 pelangan instansi pemerintah, 7 usaha industry dan 13 pelangan social. Dari data yang ada terlihat bahwa masih banyak jumlah rumah tangga yang belum menjadi pelangan PDAM artinya kebanyakan masyarakat untuk pemenuhan air bersihnya bersumber dari sungai, mata air atau sumur bor. Selengkapnya banyaknya pelenggan dan jenis pelanggan PDAM di lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera dapat dilihat pada tabel berikut ini. 22
Tabel 2-18 Banyaknya Pelanggan dan Jenis Pelanggan PDAM di Lokasi PKP Budidaya Sapi No 1 2 3 4 5
Je nis Pe langgan Rumah Tangga Kantor Pemerintahan Us aha/Indus tri Sosial Kran Umum Jumlah
Jumlah 669 15 7 13 0 704
% 95.03% 2.13% 0.99% 1.85% 0.00% 100.00%
2.3.9. Irigasi Prasarana irigasi sebagai salah satu sumber air untuk kegiatan persawahan maupun pertanian lainnya, di Kecamatan Sutera lebih banyak pemenuhan berasal dari irigasi setengah teknis, selanjutnya berasal dari pengairan persawahannya berasal dari sawah tadah hujan. Selengkapnya jenis pengairan sawah yang ada di lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 2-19 Jenis Pengairan dan Luas Areal Persawahan di Lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera No 1 2 3 4 5
Jenis Pengairan Irigasi Teknis Irigasi Setengah Teknis Irigasi Sederhana PU Tadah Hujan Lebak
Luas Lahan Sawah 1,548 1,422 262 3,232
Persentase 0.00% 47.90% 0.00% 44.00% 8.11% 100.00%
2.3.10.Informasi 2.3.10. Informasi dan telekomunikasi telekomunikasi Pada saat ini perkembangan informasi dan telekomunikasi sudah sangat pesat maka perubahan sarana prasarananya juga berkembang. Sarana prasarana informasi dan telekomonikasi di lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera yang dimanfaatkan masyarakat selain surat menyurat melalui pos dan telepon, saat ini juga sudah sangat berkembang pemanfaat media komunikasi selular. Media informasi lainnya yang dimanfaatkan masyarakat selain televesi, Koran dan majalah juga sudah berkembang pemanfaatan internet baik untuk media komunikasi maupun media pembelajaran termasuk juga media social lainnya.
23
2.3.11.Kondisi 2.3.11. Kondisi infrastruktur Panjang jalan di Kecamatan Sutera sampai akhir tahun 2014 tercatat sepanjang 222,53 Km yang terdiri dari 23 Km jalan Negara dan 199,53 Km jalan kabupaten, sementara untuk jalan provinsi tidak ada di Kecamatan Sutera. Jalan dengan permukaan tanah masuk banyak ditemui di Kecamatan Sutera, yaitu sepanjang 59,45 Km atau 29,80 persen. Sementara untuk jumlah jembatan pada ruas jalan Negara di Kecamatan Sutera ada sebanyak 11 unit dengan 8 unit dalam kondisi rusak ringan. Selengkapnya panjang jalan dan kondisi ko ndisi jalan di lokasi PKP Budidaya Budi daya Sapi Kecamatan Keca matan Sutera, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2-20 Panjang Jalan dan Kondisi Jalan menurut Jenis Jalan di Lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera No 1 2 3 4
K ondisi Jalan B ai k Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah
Jalan Kabupaten 44.1 15.1 79.5 63.5 202.2
Jalan Provinsi 0 0 0 0 0
Jalan Negara 15 1 1 6 23
Tabel 2-21 Panjang Jalan dan Jenis Konstruksi Jalan di Lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera No 1 2 3 4
Jenis Permukaan Jalan Aspal Kerikil Beton Tanah Jumlah
Panjang Jalan 73.6 62.5 4.2 61.9 202.2
Persentase 36.40 30.91 2.08 30.61 100.00
Tabel 2-22 Jumlah Jembatan pada Jalan Negara Menurut Kondisinya Di Lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera No
Na ga ri
1 2
Am pi a ng Pa Para k Su ran tih
3 4
Ta rata k Am pi pi a ng Pa Para k Tim ur ur
5
Au r D uri Sura nti h
6 7
R aw aw an an g Gu nu nu ng ng Ma le le lo lo Su Su ra ra nt nti h Ko to to Na Na n Ti go go Se Se la la ta ta n Su ra ra nt nti h
8 9
Ko to to N an an Ti go go Ut Uta ra ra Su Su ra ra nt nti h Ga nt nti ng ng Mu Mu di di ak ak Se Se la la ta ta n Su Su ra ra nt nti h
10 11
Ganting anting Mudiak udiak Utar Utara a Sur Surant antih ih L a ns an ano Ta Ta rata k
12
Ko to Ta Tara tak
Baik
2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Jum l a h
24
Kondisi Jembatan Rusak Rusak Ringan Berat 3 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 8 0
Jumlah
5 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 11
BAB III DESKRIPSI POTENSI KAWASAN BUDIDAYA SAPI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN 3.1.
Populasi Ternak Sapi Berdasarkan data hasil sensus pertanian 2013 yang dilaksanakan oleh BPS Kabupaten Pesisir Selatan tercatat jumlah Sapi Potong adalah 2.643 ekor jantan dan 7.345 ekor betina atau jumlah keseluruhannya adalah 9.988 ekor. Dari jumlah tersebut dikalkulasi pemeliharaannya berdasarkan kepemilikan adalah : a. Yang memiliki 1-2 ekor ada 660 rumah tangga b. Yang memiliki 3-4 ekor ada 913 rumah tangga c. Yang memiliki 5-9 ekor ada 450 rumah tangga d. Yang memiliki 10-19 ekor ada 88 rumah tangga e. Yang memiliki 20-49 ekor ada 19 rumah tangga Berdasarkan kepemilikan ternak atau status pengelolaan usaha pada tahun 2013 tercatat bahwa : a. Milik sendiri sebanyak 2.013 b. Bagi hasil sebanyak 2.672 c. Milik sendiri dan bagi hasil sebanyak 80 Pada tahun 2015 berdasarkan data BPS jumlah ternak sapi meningkat menjadi 10.530 ekor atau peringkat kedua dari jumlah ternak yang ada di kawasan pengembangan, seperti terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3-1 Jenis Ternak dan Populasi Ternak di Lokasi PKP Budidaya Budidaya Sap i No 1 2 3 4 5 6
Je nis T er ernak Sapi Kuda Ke K erbau Kam bing Ayam Itik
Populasi 10,530 900 4,262 79,287 8,512
Bila dilihat dari tingkat produksi dan konsumsi daging ternak yang ada di kawasan pengembangan pada tahun 2015 berdasarkan data BPS Pesisir Selatan , tingkat produksi daging sapi mencapai 43.175 Kg per tahun dengan tingkat konsumsinya sebesar 34.454 Kg per tahun atau sebesar 79,80% dengan jumlah pemotong ternak sapi sebanyak 247 ekor per tahun, seperti terlihat pada tabel berikut ini.
25
Tabel 3-2 Jenis Ternak, Tingkat Produksi dan Konsumsi Daging Ternak di Lokasi PKP Kecamatan Sutera No 1 2 3 4 5
Je nis T e rnak
Produksi Daging (Kg)
Sapi Kerbau Kam bing Ayam Itik
43,175 2,503 75,051 3,511
Konsumsi Daging (Kg)
34,454 -
% 79.80% #DIV/0!
1,902
44,087
75.99% 58.74%
2,123
60.47%
Tabel 3-3 Jenis Ternak dan Tingkat Pemotongan Ternak di Lokasi PKP Kecamatan Sutera No 1 2 3 4
3.2.
Jenis Ternak Sapi Kerbau Kuda Kambi ng
Banyaknya (Ekor) 247 0 0 120
Ketesediaan Pakan
3.2.1. Pakan Hijauan Hijauan merupakan sumber bahan pakan ternak yang utama dan sangat besar peranannnya bagi ternak sapi potong baik untuk hidup pokok, pertumbuhan produksi (daging, susu) maupun untuk reproduksi. Sumber pakan hijauan di seluruh kawasan pengembangan pada umumnya hijauan makanan ternak diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari hasil panen sendiri, tepi-tepi jalan, pinggir-pinggir jalan, pematang sawah, tepi hutan, lapangan-lapangan, perkebunan, sisa hasil pertanian dan lain sebagainya sehingga kontinuitas produksi, kuantitas dan kualitasnya tidak terjamin sebagi makanan ternak. Pada umumnya para peternak menggantungkan tersedianya hijauan makanan ternak dari alam dan sisa-sisa hasil pertanian. Selain itu yang menjadi kelemahan adalah pengadaan kebun rumput yang belum terkoordinasi dengan baik, pengadaan kebun rumput belum diarahkan pada lokasilokasi yang menjadi sentra penyebaran ternak, serta pengelolaan pakan ternak pada saat musim kemarau belum termanfaatkan dengan baik 3.2.2. Pakan Konsentrat Pada kegiatan peternakan salah satu sarana yang mutlak harus ada adalah tersedianya konsentrat. Konsentrat ternak sudah banyak di produksi oleh beberapa perusahaan besar namun harganya cukup tinggi sehingga tidak terjangkau oleh para peternak pembibitan maupun penggemukan dalam skala kecil. Memperhatikan kondisi tersebut 26
maka diperlukan intervensi pemerintah untuk menyediakan beberapa pabrik pakan ternak mini pada lokasi-lokasi sentra pertumbuhan ternak. Kebutuhan pakan saat ini kebanyakan disupply oleh beberapa pabrik pakan. Kondisi saat ini sebagian besar masyarakat banyak yang belum menggunakan pakan konsetrat untuk pakan ternak, hanya dalam waktu tertentu saja, hal ini disebabkan oleh harga dan supplay yang masih kurang 3.2.3. Pemanfaatan Limbah Sampai dengan saat ini peternak kebanyakan memanfaatkan limbah jerami, limbah jagung untuk pakan ternak sapi, sementara untuk limbah sawit, limbah tahu masih belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini disebabkan belum ada pengetahuan yang memadai untuk penerapan tekhnologi ini. Potensi pemanfaatan limbah jerami sebagai sumber pakan ternak di kawasan pengembangan cukup besar hal ini bisa dilihat dari jumlah areal persawahan yang ada di kawasan pengembangan yakni seluas 3.232 Ha, termasuk juga potensi limbah kelapa dan hybrid serta kelapa sawit belum lagi yang berasal dari limbah jagung dsb. Dari data UPT Pertanian dan Peternakan Kecamatan Sutera, jumlah areal kelapa ada seluas 864 Ha. Kelapa Sawit 1.075 Ha. Selengkapnya luas areal sawah, kelapa dan kelapa sawit sebagai potensi pakan ternak sapi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3-4 Luas Areal Persawahan Sebagai Potensi Pakan Ternak dari Jerami Padi
No 1 2 3 4 5
Je nis Pe nga ira n Irigas i Teknis Irigas i Setengah Tek nis Irigas i Sederhana PU Tadah Hujan Lebak Jumla h
Luas Lahan Persentase Sawah (Ha)
1,548 1,422 262 3,232
47.90 44.00 8.11 100.00
Tabel 3-5 Luas Areal Tanaman Perkebunan di Lokasi PKP Budidaya Sapi Kecamatan Sutera No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Je ni s Komodi ta s K aret K elapa K elapa Hy brida K ay u Manis Cengk eh Gambir P ala K opi Gardamunggu Nilam K elapa S awit K ak ao P inang
27
Luas Tanam (Ha) 442 864 0 9 23 3757 84 28 0 0 1075 97 35
Produksi (Ton) 372. 3 967. 6 0 7 2 2511. 2 12 26 0 0 4638 42 26. 1
3.3.
SDM dan Kelembagaan Peternak
3.3.1 SDM Peternak Sebagian besar SDM peternak dalam mengelola atau manajemen peternakan masih bersifat tradisionil, meski sudah sebagian kecil masyarakat menerapkan tekhnologi perternakan seperti peternakan sapi simental, Brahman dll.
3.3.2. Kelembagaan Peternak Kelembagaan peternak yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan umumnya adalah untuk peternakan sapi, yaitu bergabungnya para peternak sapi individu ke dalam kelompok peternak untuk pengembangan usaha peternakan sapinya. Kegiatan-kegiatan Kelompok Peternak pada umumnya adalah pembelian bibit; pemeliharaan ternak; pengemukan ternak; inseminasi buatan. Sedangkan untuk penjualan dilakukan oleh masing-masing individu peternak kepada toke (pedagang pengumpul), karena belum punya lembaga pemasaran. Kelompok peternak dari data sementera di Kecamatan Sutera berjumlah sebanyak 7 (tujuh) Kelompok Peternak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini : Tabel 3-6 Kelompok Peternak di Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Kelompok Peternak Koto Sepakat Keluarga Mandiri Sakato Palo Koto Mekar Jaya Farm Tunas Baru Jaya Farm Usaha Bersama
Kegiatan Usaha ternak sapi Usaha ternak sapi Usaha ternak sapi Usaha ternak sapi Sapi potong Sapi potong Usaha ternak sapi
Nagari Amping Parak Timur Surantih Aur Duri Surantih Koto Nan Tigo Utara Amping Parak Surantih Amping Parak
Saat ini juga sedang dilakukan pembinaan kepada Kelompok SPR di Nagari Rawang Gunung Malelo Surantih yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pesisir Selatan
3.4.
Kondisi Ekonomi Peternak Kondisi perekonomian sebagian besar sudah cukup baik, meski sebagian besar masyarakat masih mengandalkan padi sawah dan hasil penjualan sapi untuk menunjang perekonomian keluarga. Pada beberapa desa masyarakat juga mengusahakan gambir dalam menunjang perekonomiannya. Selain usaha pertanian, peternakan dan 28
perkebunan, sebagian masyarakat juga melakukan aktivitas perdagangan dan jasa untuk meningkatkan pendapatan dan taraf kehidupan keluarga.
3.5.
Pasar dan Pemasaran Hasil Peternakan
3.5.1. Pasar Ternak Hasil produksi dan pemasaran ternak di kawasan pengembangan sebagian besar dijual langsung ke pedagang sapi atau di jual ke pasar ternak yang ada di Kecamatan Lengayang yang merupakan kecamatan yang berada bersebelahan dengan Kecamatan Sutera. Untuk pemasaran limbah sapi olahan seperti kompos sampai saat ini hanya sebagian kecil masyarakat yang mengupayakan dan itu hanya lebih banyak untuk pemenuhan kebutuhan sendiri,. Untuk pengolahan daging sapi seperti abon sapi dsb, sampai saat ini belum ada yang yang mengupayakan
3.5.2. Pemasaran Pemasaran ternak sapi yang ada di kawasan pengembangan sebagian besar dipasarkan ke luar kabupaten bahkan keluar provinsi melali pedagang ternak (toke ternak) dalam bentuk ternak hidup. Selain dipasarkan keluar kabupaten atau provinsi ada juga yang dipasarkan ditngkat local kecamatan atau kabupaten, terutama untuk dipasar ternak kabupaten dan untuk dipotong di RPH Kecamatan Lengayang. Untuk limbah ternak seperti kotoran dan slury sapi dalam skala kecil dan hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat setempat saja.
3.6.
Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis Sarana dan prasarana pelayanan teknis seperti Pos Kesehatan Hewan sudah ada di kawasan pengembangan yang berada di Kampung Pasir Nan Panjang Nagari Aur Duri Selatan Surantih, termasuk juga penyuluh peternakan, tetapi dengan jumlah petugas yang masih sedikit dan belum memadai untuk melayani jumlah ternak dan besarnya luas areal kawasan pengembangan yang ada
29
3.7.
Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan Kabupaten Pesisir Selatan dalam mengembangan peternakan terutama peternakan sapi selama ini cukup mendukung pengembangannya melalui program dan kegiatan serta pendanaannya, beberapa program dan kegiatan pengembangan peternakan yang sudah dilaksanakan antara lain :
3.7.1. Master/Action Plan 5 (lima) Kawasan Pengembangan Andalan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2001 – 2010. Ditetapkan dengan Keputusan Bupati Pesisir Selatan 05 Tahun 2001 tentang Master/Action Plan 5 (lima) Kawasan Pengembangan Andalan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2001 – 2010. Dalam master/action plan tersebut, wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dibagi kedalam 5 (lima) Kawasan Pengembangan, yaitu : a.
Kawasan Pengembangan I (KP-I), merupakan kawasan pengembangan pariwisata agroturisme dan wisata pedesaan yang bernuansa nilai-nilai islami dan budaya Minangkabau. KP-I ini meliputi Kawasan Mandeh, dengan daerah penyangga Bayang Sani, Jembatan Akar, Pantai Sago dan Pantai Carocok Painan.
b.
Kawasan Pengembangan II (KP-II), merupakan kawasan pengembangan perkebunan rakyat dengan komoditi unggulan Sawit dengan pola kemitraan. KPII ini meliputi Kecamatan Lunang Silaut, Kecamatan BAB Tapan, Kecamatan Pancung Soal dan Kecamatan Linggo Sari Baganti.
c.
Kawasan Pengembangan III (KP-III), merupakan kawasan pengembangan pertanian SUTT yang didukung mekanisme dan pengembangan komoditi unggulan peternakan, hortikultura dan perkebunan. KP-III ini meliputi bagian timur Kabupaten Pesisir Selatan.
d.
Kawasan Pengembangan IV (KP-IV), (KP-IV ), merupakan kawasan pengembangan perikanan laut. KP-IV ini meliputi disepanjang pantai Kabupaten Pesisir Selatan.
e.
Kawasan Pengembangan V (KP-V), merupakan kawasan pengembangan usaha industri rumah tangga dengan basis agroindustri. KP-V ini meliputi pasar-pasar di Ibukota Kecamatan se Kabupaten Pesisir Selatan.
Program-program unggulan dalam Kawasan Pengembangan Peternakan, adalah : 1. Program Pengembangan Komoditi Unggulan Ternak Sapi, yaitu : Pelestarian sapi lokal (plasma nuthfah) Pesisir Selatan. Peningkatan mutu genetik sapi lokal. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan. Membangun pasar ternak (pasar grosir). Pembangunan fasilitas pemotongan hewan (TPH/RPH).
30
Pengemukan Sapi jantan (keraman). Pengembangan HMT unggul yang berkualitas.
2. Program-program Pengembangan Pengembangan Komoditi Unggulan Ternak Ayam Buras, yaitu : Peningkatan skala usaha peternakan ayam buras. Pembangunan pusat pembibitan ayam buras. Pengendalian kesehatan unggas. Pembangunan pabrik pakan ternak mini.
3. Program-program Peningakatan Peningakatan Sumberdaya Sumberdaya Manusia Manusia (SDM), yaitu : Peningkatan SDM petugas peternakan. Peningkatan SDM peteni ternak (peternak). Kerja sama investasi. Penumbuhan koperasi peternak.
Khusus untuk Kawasan Pengembangan Peternakan, lokasinya terdiri atas : 1). Lokasi Pengembangan Peternakan sapi, meliputi Kecamatan Batang Kapas, Kecamatan Sutera, Kecamatan Lengayang, Kecamatan Ranah Pesisir, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan BAB Tapan dan Kecamatan Lunang Silaut; 2). Lokasi Pengembangan Pengembangan Peternakan Ayam Buras, meliputi Kecamatan Koto XI Tarusan, Kecamatan Kecamatan Bayang, Bayang, dan Kecamatan Kecamatan IV Jurai.
3.7.2. Master Plan Kawasan Agropolitan Berbasis Peternakan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2004 Master Plan Kawasan Agropolitan Berbasis Peternakan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2004, penyusunannya dilakukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2004. Penyusunan master plan ini bertujuan sbb : 1.
Mewadahi keterpaduan kepentingan dan aspirasi pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan agropolitan berbasis peternakan.
2.
Meningkatkan fungsi dan peran kawasan agropolitan dalam pengembangan wilayah yang lebih luas terutama dengan kawasan lain yang mempunyai komoditi unggulan yang sama di Provinsi Sumatera Barat.
3.
Mewujudkan pemanfaatan ruang yang serasi dan seimbang dengan kebutuhan pengembangan kawasan agropolitan tanpa mengabaikan aspek kelestarian lingkungan.
4.
Menciptakan pola tata ruang yang serasi dan optimal, serta penyebaran fasilitas dan utilitas secara tepat dan merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat di kawasan agropolitan.
Dalam master plan dimaksud, dituangkan rencana-rencana pembangunan kawasan pengembangan pengembangan peternakan sbb : 31
dan
program
1.
Rencana pembangunan prasarana dan sarana pengembangan peternakan, seperti : pusat pembibitan; pos kesehatan hewan; pos inseminasi buatan (IB); pusat pengkajian teknologi/Klinik konsultasi agribisnis peternakan; pasar ternak; dan rumah potong hewan (RPH).
2.
Rencana pengembangan jaringan jalan dan utilitas, seperti : pengembangan jaringan jalan berupa pembangunan dan peningkatan jalan dari dan menuju kawasan pengembangan peternakan. Serta pengembangan jaringan utilitas seperti jaringan komunikasi, air bersih, dan listrik.
3.
Program pengembangan peternakan sendiri adalah sebagai berikut : Program penguatan kelompok peternak, dilakukan melalui : bantuan modal, pelatihan manajemen usaha, pelatihan tenaga inseminator dan bantuan obat-obatan/peralatan ternak. Program penyediaan prasarana dan sarana penunjang peternakan, dilakukan melalui : peningkatan jaringan jalan dari dan ke lokasi peternakan, penyediaan air bersih, penyediaan listrik dan sarana telekomunikasi, pemagaran ladang/lahan pengembalaan; serta pembangunan Rumah Potong Hewan dan Pasar Ternak. Program pelestarian lingkungan, dilakukan melalui : pengolahan kotoran ternak menjadi kompos, pengelolaan air kotor sebelum dialirkan ke sungai, dan pembuatan kolam ikan sebagai pengolah limbah ternak yang ekonomis.
Wilayah yang dijadikan lokasi Kawasan Agropolitan Berbasis Peternakan ini adalah : 1) Kecamatan Sutera; 2). Kecamatan Lengayang; 3). Kecamatan Linggo Sari Baganti dan 4). Kecamatan Ranah Pesisir.
3.7.3. Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Pesisir Selatan. Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Pesisir Selatan ini dibuat pada Tahun 2010 dan penyusunannya dilakukan oleh Direktorat Pengembangan Wilayah Ditjen Bina Bangda Kemendagri RI bekerja sama dengan PT. Reka Desindo Mandiri (Engineering Consultant). Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Pesisir Selatan ini memuat rencana pengembangan sektor dan produk unggulan daerah, daerah, yaitu : a. b. c. d. e.
Rencana pengembangan komoditas gambir. Rencana pengembangan komoditas kelapa sawit Rencana pengembangan komoditas tanaman pangan berbasis pertanian rakyat. Rencana pengembangan komoditas peternakan. Rencana pengembangan komoditas perikanan tangkap.
32
Khusus untuk rencana pengembangan komoditas peternakan, skenerionya adalah sbb : a.
b.
c.
d.
Pengembangan investasi ternak (tradisional), berbasis Ketersediaan Hijauan Rumput dan pakan lain yang berasal dari sumberdaya lahan (SL). Pengembangan investasi ternak (tradisional), berdasarkan Ketersediaan Bahan Kering Rumput Alam (BKRA) dan Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP). Pengembangan investasi ternak (semi intensif-intensif), berdasarkan ketersediaan Bahan Kering Rumput Budidaya (BKRB) dan Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP) Pengembangan investasi Peningkatan Produktifitas dan Kualitas Ternak (Genetik) melalui kegiatan Inseminasi Buatan (IB) dengan pembangunan Balai Inseminasi Buatan.
Strategi yang dilakukan adalah : a. Terhadap pelaku usaha input (hulu), strategi yang akan dilakukan adalah Membina pelaku usaha input yang ada dengan pelatihan sesuai kebutuhan seperti pemanfaatan teknologi yang mendukung untuk memproduksi sendiri sarana produksi peternakan. Menumbuhkan investor pelaku usaha input yang baru, baik melalui koperasi atau swasta. Melakukan usaha produksi diversifikasi sarana produksi peternakan. Mendirikan pabrik pakan ternak yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan akan pakan ternak.
b. Terhadap pelaku usaha budidaya (peternak), strategi yang dapat dilakukan adalah : Peningkatan teknologi, berupa transfer teknologi sehingga teknologi yang dipakai peternak dalam berusaha adalah teknologi tepat guna. Peningkatan modal, berupa fasilitasi kerjasama peternak dengan lembaga perbankan dan non perbankan.
c. Terhadap pelaku usaha output (hilir), strategi yang dapat dilakukan : Membina pelaku usaha output yang telah ada dengan cara memberikan pelatihan yang dibutuhkan dengan memanfaatkan teknologi untuk menghasilkan produk olahan daging, telur dll menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi. Menumbuhkan investor (PMDN maupun PMA) dalam penyediaan infrastruktur untuk mendapatkan produk usaha peternakan yang memenuhi standar mutu berkualitas dan mempunyai daya saing yang tinggi serta mampu memenuhi permintaan pasar. Melakukan usaha produksi diversifikasi dalam pengolahan hasil ternak.
d. Terhadap masalah lingkungan dari limbah peternakan, strategi yang dapat dilakukan adalah :
33
Konsep 3R (Reduce, (Reduce, Reuse and Recycle ), ), penerapan konsep 3R dalam pengolahan limbah peternakan bisa menjadi dasar dari berbagai usaha untuk mengurangi limbah dan mengoptimalkan proses produksi. Energi, pengolahan limbah peternakan dapat menghasilkan energi yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Produks baru (new (new product ), ), melakukan proses daur ulang terhadap limbah peternakan sehingga dapat dimanfaatkan kembali seperti pupuk organik/kompos dan sebagai makanan ikan.
Komoditi unggulan peternakan yang direkomendasikan dalam Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh ini adalah Usaha Ternak Sapi Potong dengan mengembangkan industri pengolahan daging dan produk sampingannya. Master Plan ini juga merekomendasikan wilayah yang dapat dijadikan sebagai Kawasan Pengembanga Pengembangan n Peternakan Sapi adalah adalah : 1). Kecamatan Kecamatan Sutera; Sutera; dan 2). Kecamatan Lengayang. Sedangkan untuk pemacuan produktifitas ternak kerbau adalah di Kecamatan Linggo Sari Baganti. Pada Tahun 2016 beberapa program dan kegiatan pembangunan bidang peternakan yang ada di kawasan pengembangan yang dilaksanakan oleh beberapa SKPD Kabupaten Pesisir Selatan, baik yang berdampak langsung maupun yang berdampak langsung dibidang peternakan termasuk peternakan sapi antara lain adalah : 1. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. Beberapa program dan kegiatannya antara lain adalah : a. b. c. d. e. f. g. h.
Penerapan Tekhnologi Peternakan Pemberdayaan Kelembagaan dan Usaha Ternak Promosi Atas Hasil Produksi Peternakan Unggulan Percepatan Pemabgunan Saran Prasarana Pertanian Pendukung Peternakan Pencegahan, Penularan Penyakit Endemik/Epidemik Pemeliharaan Kesehatan dan Pecegahan Penyakit Menular Ternak Kegaiatan Satker 06 (Sosialisasi Pengembangan Sapi potong) Pemberian Bantuan Bantuan Indukan Impor
Selengkapnya program dan kegiatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2016 dapat dilihat pada lampiran 2. Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Perkebunan Beberapa program dan kegiatan Dinas Pertanian, Tanamam Pangan dan Perkebunan antara lain adalah a. Bantuan Peningkatan Produksi Jagung (Bantuan Budidaya Jagung Hybrida) b. Penyaluran Fasilitasi/Bantuan Peningkatan Budidaya Jagung Hybrida c. Pembangunan Demplot Sawit 34
d. e. f. g. h.
Bimbingan Teknis RMU Pengembangan Desa Organik Berbasis Sayuran Pembangunan Desa Mandiri Benih Pembangunan / Rehabilitasi Dam Parit Saluran Pembangunan/Rehabilitasi Jaringan Irigasi
Selengkapnya program dan kegiatan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Perkebunan Tahun 2016 dapat dilihat pada lampiran 3. Badan Pemberdayaan Masyarakat Keluarga Berendanaan dan Pemberdayaan Perempuan bersaman dengan Bagian Pemerintahan Nagari dan DPPKAD Program dan kegiatan BPMKBPPr, Pemerintahan Nagari dan DPPKAD terutama dalam pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari Dana Desa, selengkapnya program dan kegiatan yang dilaksanakan melalui Dana Desa di lokasi kawasan pengembangan dapat dilihat pada lampiran.
35
BAB IV RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN BUDIDAYA SAPI KECAMATAN SUTERA Untuk mendukung terlaksananya perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan peternakan sapi dilokasi kawasan perlu dilakukan : a. Melakukan singkronisasi perencanaan pembangunan antara pembangunan desa dengan pembangunan kawasan dengan mereview RPJM-Desa b. Mendorong adanya anggaran pembangunan kawasan baik berasal dari anggaran desa, anggaran pembangunan tingkat kabupaten, provinsi dan pusat c. Mendorong dukungan dan keterlibatan pihak lain dalam pembangunan kawasan seperti perbankan, investor untuk pemenuhan modal atau investari bidang peternakan di kwasan Dalam mendukung pengembangan peternakan sapi tersebut perlu dilakukan strategi dan kegiatan antara lain :
4.1.
Strategi pada Sub Sistem Hulu Peternak a. Mengembangkan bibit sapi lokal (PO, Bali, dll), terutama pejantan unggul hasil seleksi dan konservasi di daerah sumber bibit b. Perbaikan teknologi reproduksi dan bibit sapi untuk peningkatan mutu genetik melalui seleksi, pembentukan ternak komposit yang dapat dilakukan dengan perkawinan alam maupun IB c. Sistem perbibitan yang murah dan efisien, terintegrasi dengan perkebunan, tanaman pangan dan memanfaatkan sumber pakan lokal . d. Memantapkan kelembagaan sistem perbibitan sapi. e. Pemanfaatan biomas lokal, limbah pertanian dan agroindustri sebagai sumber pakan f. Membangun pabrik pakan skala kecil dan menengah dengan memanfaatkan bahan baku lokal melalui inovasi teknologi g. Mengembangkan obat tradisional dan vaksin lokal h. Membangun sarana dan prasarana seperti laboratorium keswan, pasar hewan, dan sumber air untuk ternak
4.2.
Strategi pada subsistem usahatani (on farm) a. Memberdayakan peternakan rakyat dengan membentuk kelompok dan pemberian kredit dengan bunga rendah b. Mengembangkan peternakan yang efisien, terintegrasi dengan perkebunan berskala besar dan memberi kemudahan bagi investor swasta, serta melibatkan rakyat dengan pola inti-plasma 36
c. Mengembangkan usaha feedlotter terintegrasi dengan perkebunan dan ketersediaan sumber pakan lokal, sehingga biaya pakan murah dan sumber bakalan lebih terjamin ketersediaannya d. Meningkatkan produktivitas ternak melalui : Perbaikan manajemen, Mempercepat umur beranak pertama dari 42-50 bulan menjadi 26-36 bulan dengan cara perbaikan dan jaminan ketersediaan pakan sepanjang tahun, Memperpendek jarak beranak dari 24-36 bulan menjadi 12-18 bulan melalui perbaikan pakan dan ketersediaan pejantan unggul baik dengan kawin alam maupun inseminasi buatan, Menekan angka kematian sebesar 50% melalui perbaikan manajemen dan penggunaan obat-obatan tradisional dan vaksin lokal yang sesuai . Meningkatkan upaya pertambahan bobot badan ternak dan kualitas sapi potong dengan memanfaatkan sumberdaya lokal, terutama yang berasal dari limbah pertanian, perkebunan dan agroindustri . Mempercepat penyediaan sapi betina (impor) untuk meningkatkan populasi induk produktif . Mempercepat penyediaan sapi pejantan lokal untuk menjamin kebutuhan pejantan pada sistem perkawinan alami
4.3.
Strategi pada Sub Sistem Hilir a. Memfasilitasi tersedianya RPH skala kecil dan menengah yang memiliki fasilitas pendingin (cold storage) memadai untuk penyimpanan daging segar dan beku . b. Meningkatkan efisiensi, higienis dan daya saing dalam pengolahan daging dan jerohan berdasarkan berdasar kan preferensi permintaan dan keinginan keingi nan konsumen c. Mengembangkan diversifikasi produk olahan daging oleh pihak swasta d. Pengembangan industri kompos dan meningkatkan mutu pengolahan limbah dan kotoran ternak sehingga mempunyai nilai tambah secara ekonomi e. Pengembangan pembuatan biogas sebagai sumber energi lokal yang berkelanjutan .
4.4.
Strategi pada Sub Sistem perdagangan dan pemasaran a. Peningkatan efisiensi pemasaran ternak sapi dan hasil ikutannya melalui usaha pemasaran bersama dan melakukan pemendekan rantai pemasaran . Kelembagaan kelompok petani- ternak dan sistem pemeliharaan kelompok perlu diperkuat dan dikembangkan b. Fasilitas transportasi untuk mendukung pemasaran ternak antar daerah atau antar pulau. c. Mengembangkan pola usaha peternakan yang mendekati pasar dengan sistem atau pola inti- plasma yang berazaskan keadilan
37
4.5.
Strategi pada Sub Sistem penunjang dan kebijakan teknis a. Mengembangkan agribisnis sapi pola integrasi tanaman-ternak berskala besar dengan pendekatan LEISA dan zero waste, terutama di wilayah perkebunan b. Mengembangkan dan memanfaatkan sapi local unggul sebagai bibit melalui pelestarian, seleksi dan persilangan c. Mengevaluasi kelayakan penerapan persilangan, teknologi 113, pengembangan BIB Daerah, dan teknologi embrio transfer secara selektif. d. Memanfaatkan teknologi veteriner untuk menekan angka kematian. e. Mengembangkan dan memanfaatkan produksi biogas dan kompos secara masal untuk tanaman guna memperoleh nilai tambah ekonomi bagi peternak .
4.6.
Strategi pada Sub Sistem penunjang dan kebijakan regulasi a. Mencegah terjadinya pemotongan hewan betina produktif dan ternak muda dengan ukuran kecil yang jumlahnya masih sangat tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan peraturan yang berlaku melalui pendekatan sosial budaya masyarakat masyarakat setempat . b. Melarang ekspor sapi betina produktif, terutama sapi lokal yang sudah terbukti keunggulannya (terutama sapi Bali), karena selain memicu terjadinya pengurasan sapi di dalam negeri juga ekspor bibit sapi tersebut akan member kesempatan negara pengimpor unituk mengembangkan plasma nutfah Indonesia dan menjadi kompetitor produsen sapi di masa depan c. Mencegah dan melarang masuknya daging dari negara yang belum bebas penyakit berbahaya, terutama PMK, BSE dan penyakit lainnya sesuai anjuran OIE, serta memberantas masuknya daging ilegal yang tidak ASUH. d. Meninjau kembali aturan impor daging dan jerohan yang tidak berkualitas, serta sapi potong dengan ukuran besar, balk melalui pendekatan sanitary and phytosanitary (SPS) maupun tarif yang layak . e. Mendorong swasta untuk mengembangkan ternak komersial ex impor yang produktif untuk dikawinkan dengan sapi lokal yang lebih adaptif. f. Usaha pengembangan sapi bibit perlu didukung oleh kredit usaha mikro, kecil maupun usaha menengah dengan bunga yang rendah dan terjangkau g. Kebijakan pengembangan diversifikasi produk daging olahan h. Meningkatkan sarana dan prasarana usaha agribisnis sapi
38