PROPOSAL PRAKTIK KERJA PROFESI
EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA
Disusun Oleh: Siergio Ricky 082001300038
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Arsitektur Lansekap Dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti Jakarta 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Minuman adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi setiap hari. Jumlah penduduk yang semakin bertambah, akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah konsumsi air oleh manusia. Tingginya tingkat kebutuhan manusia terhadap air sebagai minuman, membuat produsen berlomba menciptakan produk-produk inovatif yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Persaingan pasar semakin menuntut produsen terus meningkatkan kualitas produk pangan yang dihasilkan. Menurut Bourne (2002) dalam memproduksi suatu produk pangan, ada 4 faktor yang mempengaruhi kualitas produk, yaitu penampilan (apperence), rasa ( flavor ), kandungan gizi, dan tekstur. Salah satu produsen yang memproduksi minuman-minuman yang menjadi kebutuhan akan pangan saat ini adalah PT. Coca - Cola Amatil Indonesia. Tentunya dalam suatu industri menghasilkan limbah yang nantinya akan di buang ke Lingkungan. Limbah tersebut bisa berumber dari sisa setiap proses produksi maupun pencucian atau perawatan alat di pabrik. Limbah yang dihasilkan tersebut berdasarkankan komponennya dibagi menjadi dua jenis yaitu limbah tidak berbahaya dan limbah berbahaya atau biasa disebut limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah limbah yang mengandung bahan beracun atau berbahaya dan secara
langsung
maupun
tidak
langsung
membahayakan
kelestarian
lingkungan sehingga perlu adanya penanganan khusus pada limbah ini. Limbah B3 dibagi lagi menjadi tiga jenis yaitu limbah padat B3, limbah cair B3 dan limbah gas B3. Pada Kesempatan ini, penulis akan mempelajari sistem pengelolaan/penanganan limbah B3 di PT. Coca – Cola Amatil Indonesia.
Proposal Praktik Kerja Profesi
2
1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan Praktik Kerja Profesi (PKP) ini adalah sebagai syarat bagi kelulusan mata kuliah PKP di Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan. Selain itu mahasiswa dapat memperoleh pengalaman wawasan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan dan kemampuan profesi melalui penerapan ilmu, latihan dan pengamatan langsung mengenai Pengelolaan Limbah B3 pada perusahaan Coca - Cola Amatil Indonesia.
1.2.2 Tujuan
Tujuan Praktik Kerja Profesi (PKP) ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran umum PT. Coca – Cola Amatil Indonesia. 2. Memperoleh informasi-informasi lapangan produksi di PT. Coca – Cola Amatil Indonesia. 3. Mengetahui sumber penghasil Limbah B3 4. Mengetahui gambaran proses pengelolaan limbah B3 di PT. Coca – Cola Amatil Indonesia.
1.2.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa a. Mendapat gambaran yang nyata mengenai aplikasi ilmu pengelolaan limbah B3 di lingkungan kerja. b. Dapat menerapkan ilmu pengelolaan limbah B3 yang diperoleh di bangku kuliah dalam praktik pada kondisi yang sebenarnya. c. Menambah pengetahuan mengenai ilmu pengelolaan limbah B3 yang tidak didapatkan di bangku kuliah. d. Mendapatkan pengalaman bekerja sesuai dengan topik yang akan diteliti di PT. Coca – Cola Amatil Indonesia.
Proposal Praktik Kerja Profesi
3
2. Bagi Jurusan a. Dapat menjadi media untuk menjalin kerjasama antara institusi pendidikan dan perusahaan. b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan kerja praktek. c. Memperoleh masukan yang positif untuk dapat ditetapkan dalam program kerja praktek selanjutnya.
3. Bagi Institusi Lahan Kerja Praktek a. Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa kerja praktek dalam pelaksanaan pengelolaan limbah B3. b. Perusahaan dapat melakukan koreksi terhadap lingkungan kerja yang telah dimiliki berdasarkan gambaran dan data yang diolah oleh mahasiswa. c. Hasil dari kerja praktek yang dilakukan penulis dapat dijadikan referensi masukan yang bermanfaat tentang kajian dalam pengelolaan limbah B3 pada perusahaan.
1.2.4 Sumber Data 1. Data Primer
Sumber data diperoleh dari data administrasi department HES (Health, Environment and Safety). Literatur buku, SOP, AMDAL, peraturan-peraturan yang digunakan serta laporan yang dibuat oleh PT Coca – Cola Amatil Indonesia. 2
Data Sekunder
Sumber data diperoleh dari observasi tempat kerja dan inspeksi, wawancara dan diskusi yang berkaitan tentang gambaran umum dari PT Coca – Cola Amatil Indonesia 1.2.5 Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Lapangan
Pada teknik ini, penulis memperoleh data dengan mengadakan observasi atau
Proposal Praktik Kerja Profesi
4
pengamatan langsung ke lapangan dengan didampingi oleh pembimbing praktek kerja lapangan atau pembimbing observasi sesuai dengan bidangnya masing-masing. 2. Wawancara
Perolehan data dengan teknik ini yaitu dengan melakukan wawancara kepada pembimbing lapangan dan superintendent tiap departemen atau pengawas bagian yang berkompeten sesuai dengan bidangnya masing- masing, maupun dengan narasumber lainnya. 3. Kepustakaan
Selain dari kedua cara diatas, penulis juga memperoleh data dari referensi buku atau modul dari perusahaan serta buku lain yang relevan untuk digunakan sebagai data laporan.
Proposal Praktik Kerja Profesi
5
BAB II LINGKUP KEGIATAN 2.1 Uraian Rencana Kegiatan PKP
Rencana kegiatan PKP yang akan dilaksanakan di PT Coca – Cola Amatil Indonesia adalah sebagai berikut: NO
KEGIATAN MINIMAL
JAM
Gambaran umum pengelolaan B3 pada industri 1
Gambaran
(manajemen
umum
Industri
perusahaan,
penghasil
struktur
B3
4
organisasi,
deskripsi tugas unit terkait) - Gambaran umum pengelolaan B3 2
5
Sumber dan jenis B3 : Proses produksi awal sampai akhir
3
Peraturan perundang-undangan
4
Minimisasi limbah B3
5
Pergudangan (persyaratan penyimpanan)
13 19 0-20 10
Prinsip pengelolaan limbah B3 : Konsep Cradle to Grave (dari sumber s/d pembuangan akhir) : 6
7a
-
Penanganan limbah B3 dari sumber ke penyimpanan
-
Pengumpulan, pewadahan
-
Pengangkutan/Transportasi
Pengolahan limbah B3 secara Fisik, Kimia, Biologi
55
45-55
Insinerasi B3 : jenis dan tipe; reaksi kimiawi; dan prinsip 7b
pembakaran;
insinerasi,
efesiensi
thermodinamika insinerator,
dalam
parameter 45-55
operasional, pengendalian pencemaran insinerator; penyingkiran akhir sisa pembakaran/debu
Proposal Praktik Kerja Profesi
6
8
Ada pengelolaan lanjutan daur ulang, recycle, reused
0-2
2.2 Kedudukan Mahasiswa PKP
Peserta PKP sebagai pelaksana praktik kerja dengan fokus pada sistem Pengelolaan limbah B3 di PT Coca – Cola Amatil Indonesia dan ditempatkan di bawah bimbingan dan pengawasan bagian HES (Health, Environment and Safety).
Proposal Praktik Kerja Profesi
7
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Profil Perusahaan 3.1.1 Coca – Cola Amatil Indonesia
Coca-Cola pertama kali hadir di Indonesia sekitar tahun 1927, ketika Netherland Indische Mineral Water Fabrieck (Pabri k Air Mineral Hindia Belanda) membotolkan untuk pertama kalinya di Batavia (Jakarta). Produksi Coca-Cola lumpuh pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945) tetapi tepat sesudah kemerdekaan Republik Indonesia, pabrik tersebut beroperasi dibawah nama The Indonesia Bottles Ltd Nv (IBL) dengan status perusahaan nasional. Pada tahun 1971, dengan pertambahan mitra usaha dan modal didirikannya pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dengan nama baru PT. The Jaya Beverages Bottling Company. Tercatat sampai saat ini 11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi di berbagai provinsi di Indonesia, berturut-turut berdasarkan tahun pendiriannya adalah Jakarta (1971), Medan (1973), Surabaya (1976), Semarang (1976), Ujung pandang (1981), Bandung (1983), Padang (1985), Bali (1985), Manado (1985), Banjarmasin (1981), dan Lampung (1995). Sejak tahun 1992, Coca-Cola Amatil yang berpusat di Australia mengakuisisi semua perusahaan bottler Coca-Cola di Indonesia, kecuali Bangun Wenang Beverage Company (BWBC) yang berlokasi di Sulawesi. Hasil akuisisi ini membuat bottler-bottler tersebut menjadi satu perusahaan dengan nama CocaCola Amatil Indonesia. Secara resmi Coca-Cola Amatil Indonesia terbagi menjadi 2 entitas legal, yaitu PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) dan PT. CocaCola Distribution Indonesia (CCDI).COCA-COLA telah dikenal sebagai merek minuman ringan paling terkenal di dunia dengan penjualan terbesar sepanjang sejarah. COCA-COLA pertama kali disajikan pada tanggal 8 Mei 1889 di Jacob’s Pharmacy. COCA-COLA dalam kemasan botol pertama kali dibuat pada tahun 1899 dengan menggunakan botol berbentuk Hutchinson. Sebanyak sembilan minuman telah terjual sepanjang tahun.
Proposal Praktik Kerja Profesi
8
3.1.2 Lokasi Lapangan PT. Coca – Cola Amatil Indonesia
JAWA BARAT (BEKASI)
Kantor Pusat: Jl. Teuku Umar Km 46, Cibitung Bekasi 17520 Phone : (021) 8832 2222 Fax : (021) 8833 0171 Geolocation : 6°16'32.06"S 107° 5'48.04"E
Gambar 1 : Lokasi Pabrik Coca-Cola Amatil Indonesia
Proposal Praktik Kerja Profesi
9
BAB IV JADWAL PELAKSANAAN PKP Praktik Kerja Profesi akan dilaksanakan selama kurang lebih 160 jam kerja, dan dilaksanakan saat libur semester genap, dengan uraian 8 jam kerja selama 20 hari yaitu pada bulan Juni - Agustus 2016. Praktik Kerja Profesi (PKP) terdiri dari 3 tahap yaitu Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan, dan Tahap Pelaporan. Rencana kegiatan pada tahap pelaksanaan akan dilampirkan setelah mendapatkan konfirmasi dari PT Coca-Cola Amatil Indonesia. Tabel 1. Rencana Kegiatan Pelaksanaan PKP
April No
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Tahap
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Persiapan
- Pembuatan 1.
Proposal - Penetapan Pembimbing - Briefing
2.
Pelaksanaan
3.
Pelaporan
Proposal Praktik Kerja Profesi
10
1
2
3
4
BAB V TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Umum 5.1.1 Dasar Pengertian B3
Bahan berbahaya dan beracun (B3) didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahkluk hidup lainnya (PP No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya
dan
Beracun).
Sedangkan
definisi
menurut
OSHA
(Occupational Safety and Health of the United State Government ) adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya sangat berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan. Dari kata sifat dan kosentrasinya sudah dapat kita simpulkan bahwa bahan berbahaya dan beracun merupakan bahan kimia, baik bahan kimia organik maupun anorganik.
5.1.2 Klasifikasi B3
Menyadari akan pentingnya pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di lingkungan industri dan atau kegiatan usaha lainnya, beberapa departemen yang terkait dengan upaya pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di lingkungan industri dan atau kegiatan usaha lainnya, telah mengeluarkan panduan tentang pengelolaan dan klasifikasi bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti : Klasifikasi I Meliputi : 1. Bahan kimia Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat menimbulkan bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak langsung, karena sangat sulit penanganan dan pengamanannya.
Proposal Praktik Kerja Profesi
11
2. Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut diduga menimbulkan bahaya. Klasifikasi II Meliputi : 1. Bahan radiasi 2. Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik 3. Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi kulit atau selaput lendir; 4. Bahan etilogik/biomedik 5. Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan; 6. Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari 35ºC 7. Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri. Klasifikasi III Meliputi : 1. Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak mudah meledak karena sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II 2. Bahan beracun dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara tetapi tidak mempunyai sifat seperti bahan beracun klasifikasi II 3. Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka dan nyeri 4. Gas atau cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik nyala 35ºC sampai 60ºC 5. Bahan pengoksidasi organik 6. Bahan pengoksidasi kuat 7. Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan mutagenik. 8. Alat atau barang-barang elektronika yang menimbulkan radiasi atau bahaya lainnya.
Proposal Praktik Kerja Profesi
12
Klasifikasi IV Meliputi : 1. Bahan beracun dengan LD50 (rat) diatas 500 mg/kg atau yang setara 2. Bahan pengoksid sedang 3. Bahan korosif sedang dan lemah 4. Bahan yang mudah terbakar. Pengelompokan bahan B3 meliputi : a. Bahan beracun (toxic) Pengertian beracun karena bahan tersebut dapat langsung meracuni manusia atau mahluk hidup lain. Sifat keracunan tersebut dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Bila sampai masuk ke lingkungan, di lokasi pembuangan yang tidak terkontrol, bahan beracun ini dapat tercuci serta masuk ke dalam air tanah sehingga dapat mencemari sumur penduduk di sekitarnya dan berbahaya bagi penduduk yang menggunakan air tersebut. b. Bahan peledak & Mudah meledak Bahan ini berbahaya selama penanganannya, baik pada saat pengangkutannya maupun saat pembuangannya, karena,bahan ini dapat menimbulkan reaksi hebat dan dapat melukai manusia serta merusak lingkungan sekitarnya. c. Bahan Mudah tterbakar/menyala Bahan ini berbahaya bila terjadi kontak dengan bahan lain yang panas, rokok atau sumber api lain karena dapat menimbulkan kebakaran yang tidak terkendalikan baik saat pengangkutan,di lokasi penyimpanan/pembuangan seperti di landfill. Disamping mudah menyala/terbakar, bahan ini umumnya kalau sudah menyala akan terbakar terus dalam waktu yang lama, seperti sisa pelarut yang meliputi benzene, toluene atau aseton yang berasal dari pabrik cat, pabrik tinta, serta kegiatan lain yang menggunakan bahan tersebut sebagai pelarut. d. Bahan oksidator dan reduktor Bahan pengoksidasi ini berbahaya karena dapat menghasilkan oksigen sehingga dapat menimbulkan kebakaran, seperti sisa bahan yang banyak
Proposal Praktik Kerja Profesi
13
digunakan di laboratorium seperti magnesium, perklorat dan metil metil keton (MIK) e. Bahan korosi / iritasi
Bahan penyebab korosif (corrosive waste) ini berhaya karena dapat melukai, membakar kulit dan mata. Bahan yang termasuk ini mempunyai keasaman (pH) lebih rendah dari 2 atau lebih besar dari 12,5, dapat menyebabkan nekrosia (terbakar) pada kulit atau dapat menyebabkan karat. Contoh bahan ini, antara lain : asam cuka, asam sulfat yang biasa digunakan untuk membersihkan karat pada industri baja
bahan pembersih produk metal sebelum dicat asam untuk proses pickling pada industri kawat.
f. Gas bertekanan g. Bahan radioaktif Yaitu bahan yang dapat mebyebabkan terjadinya radiasi pada makhluk hidup. Bahan beracun dan berbahaya lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian. Sebagian dari daftar bahan berbahaya dan beracun tercantum pada lampiran keputusan tersebut. 5.1.3 Sifat dan Simbol B3
Menurut Penjelasan PP 18 Tahun 1999 Pasal 8 Ayat 1 sifat-sifat limbah B3 adalah sebagai berikut : A. Mudah Meledak Pada suhu dan tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
Proposal Praktik Kerja Profesi
14
Gambar 5.1 Simbol Mudah Meledak B. Mudah Terbakar Limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut : a. Berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 60 derajat Celcius akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg b. Bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus c. Limbah yang bertekanan yang mudah terbakar d. Merupakan limbah pengoksidasi
Gambar 5.2 Simbol Cairan Mudah Terbakar
Proposal Praktik Kerja Profesi
15
Gambar 5.3 Simbol Padatan Mudah Terbakar C. Reaktif Yang dimaksud dengan reaktif adalah : a. Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkab perubahan tanpa peledakan b. Dapat bereaksi hebat dengan air, apabila bercampur air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan c. Limbah Sianida, Sulfida, atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan d. Yang Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25 derajat Celcius, 760 mmHg) e. Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi
Gambar 5.4 Simbol Reaktif
Proposal Praktik Kerja Profesi
16
D. Beracun Limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut.
Gambar 5.5 Simbol Beracun E. Infeksius Limbah laboratorium medis, atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.
Gambar 5.6 Simbol Infeksius F. Korosif Limbah yang memiliki dari salah satu sifat berupa : a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja c. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asa m dan dan nama atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa
Proposal Praktik Kerja Profesi
17
Gambar 5.7 Simbol Korosif
Gambar 5.8 Simbol Campur 5.1.4 Pengolahan Limbah B3
Pada PP 12 tahun 1995 limbah B3 didefinisikan sebagai limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan kesehatan manusia. Pada PP No.19 tahun 1994, antara lain telah ditetapkan pengelolaan limbah B3 melalui pengolahan, baik dengan cara : - insinerator - stabilisasi dan solidifikasi - secara fisik & kimia - cara penimbunan Dimana setiap sistem pengolahan tersebut diwajibkan untuk memenuhi kriteria-kriteria pengolahan. Dengan perkembangan teknologi pengolahan, PP No. 19 tahun 1994 tersebut disempurnakan dengan PP No. 12 tahun 1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1994. Pada PP ini , pengolahan limbah B3 perlu mempertimbangkan teknologi pemanfaatan limbah B3 tersebut.
Proposal Praktik Kerja Profesi
18
Dimana dengan perkembangan teknologi dapat dikurangi jumlah, bahaya dan/at au daya racun limbah bahan berbahaya dan beracun , serta upaya pengelolaan limbah B3 dengan memanfaatkan teknologi tersebut dapat pula berdampak positif terhadap pembangunan sektor ekonomi dan lingkungan.
Proposal Praktik Kerja Profesi
19