MANAJEMEN AYAM PEMBIBIT DI PT. PANCA PATRIOT PRIMA, MALANG
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Oleh :
Achmad Haydar Fahmi Aditya Diyantoro Arif Hidayat Irfan Setiyanto Rabbaniya Aulia F Lelly Ayu K Ayudha Permata Putri
23010114130134 2301011413013 4 23010114130143 23010114130143 23010114140149 23010114140149 23010114140150 23010114140150 23010114140165 23010114140165 23010114140168 23010114140168 23010114140174 23010114140174
JURUSAN S-1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2016
MANAJEMEN AYAM PEMBIBIT DI PT. PANCA PATRIOT PRIMA, MALANG
Ketua Kelompok
Irfan Setiyanto NIM. 23010114140150
Mengetahui,
Koordinator
Ketua Laboratorium
Praktik Kerja Lapangan Unggas
Produksi Ternak Unggas
Dr. Ir. Luthfi Djauhari.M.MSc. NIP. 1956101 198603 1 003
Ir. Warsono Sarengat, MS NIP. 19540808 198001 1 001
JUDUL : MANAJEMEN AYAM PEMBIBIT DI PT. PANCA PATRIOT PRIMA, MALANG LATAR BELAKANG
Usaha perunggasan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang memiliki komponen lengkap dari sektor hulu sampai hilir dimana perkembangan usaha ini memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan pertanian dan memiliki nilai strategis khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam negeri serta mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.Peternakan unggas sudah memiliki kemajuan yang sangat pesat di Indonesia terbukti dengan banyaknya perusahaan unggas yang sudah modern baik itu di bidang breeding, produksi pakan maupun pemeliharaannya Pembibitan (breeding) dalam usaha peternakan ayam pedaging sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus.Hal ini karena untuk menjaga dan mendapatkan kualitas DOC final stock yang bagus serta menghindari terjadinya inbreeding dalam suatu peternakan. Untuk dapat menghasilkan bibit ternak yang unggul dan bermutu tinggi diperlukan proses manajemen pemeliharaan, pemuliaan (breeding), pakan dan kesehatan hewan ternak yang terarah. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Khususnya jurusan Peternakan menyadari pentingnya hubungan antara lingkungan kampus dengan
dunia
lapangan
kerja,
hal
ini
yang
mengharuskan
mahasiswa
melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL), sehingga dapat menerapkan teori di lapangan.
PT. Panca Patriot Prima merupakan perusahaan peternakan multinasioanal yang bergerak pada pembibitan (breeding ), penetasan (hatchery) dan farm. Maka dari itu PT. Pamca Patriot Prima adalah salah satu tempat Praktek Kerja Lapangan yang sesuai bagi mahasiswa Jurusan Peternakan untuk menambah ilmu untuk memenuhi rangkaian tugas akhir.
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari praktek kerja lapangan ini untuk mempelajari manajemen pemberian pakan, manajemen kesehatan, perkandangan serta untuk mendapatkan informasi, wawasan dan pemahaman terhadap permasalahan dalam dunia peternakan.Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan praktek kerja lapangan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta memiliki ketrampilan di bidang perunggasan.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pemberian Pakan
Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian pakn diantaranya konsumsi pakan, kualitas pakan, dan kandungan mineral dalam pakan. Pakan yang diberikan pada periode starter dapat berbentuk tepung atau butiran kecil crumble (Wahju, 1997). Pemberian pakan yang kurang berkualitas dapat menyebabkan laju pertumbuhan ayam terhambat dan akan berujung pada pencapaian berat yang lebih rendah dari perkiraan. Hal ini tentu akan menunda
masa produksi, mempercepat berlangsungnya puncak produksi, bahkan bisa mempercepat berakhirnya masa produksi (Abidin, 2003). Pemberian pakan pada ayam pembibit diperlukan adanya pakan tambahan ( feed supplement ) untuk meningkatkan konsumsi, daya cerna, proteksi, absorbsi dan melancarkan transportasi zat-zat makanan untuk memperbaiki nilai gizi ransum serta menurunkan biaya pakan dalam produksi (Wahju, 1997).Ayam membutuhkan sejumlah unsur gizi untuk hidupnya, misalnya bernafas, peredaran darah dan bergerak yang disebut kebutuhan hidup pokok selain itu unsur gizi dibutuhkan untuk produksi telur (Rasyaf, 1999).Ransum yang biasanya diberikan adalah ransum dengan energi metabolis 2.900 kkal/kg dan protein 18% (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Ayam mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energi bagi berlangsungnya proses-proses biologis di dalam tubuh secara normal sehingga proses pertumbuhan berlangsung optimal (Suprijatna et al , 2005). Konsumsi pakan dipengaruhi oleh bangsa ternak, temperatur lingkungan, tahap produksi dan energi dalam pakan (Wahju, 1997).Konsumsi pakan kumulatif diperoleh dari jumlah pakan yang dikonsumsi dibagi jumlah periode pemeliharaan.Pertambahan bobot badan diperoleh dari bobot badan akhir dikurangi Bobot badan awal dibagi lama pemeliharaan.Konversi pakan adalah banyaknya ransum yang dikonsumsi per kilogram pertambahan bobot badan dalam waktu yang sama (Rasyaf, 1999).
2. Perkandangan
Perkandangan adalah segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana prasarana yang bersifat penunjang atau kelengkapan dalam suatu peternakan (Santoso, 1995).Terdapat dua fungsi kandang bagi ternak yaitu sebagai fungsi primer dan fungsi sekunder.a. Fungsi Primer. Secara makro, kandang untuk tempat tinggal dan berlindung dari cuaca, dan gangguan predator.Secara mikro, kandang berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari cekaman (stress). b. Fungsi sekunder, kandang berfungsi tempat bekerja bagi peternak untuk melakukan kegiatan harian dalam melakukan pemeliharaan ternak (Murni, 2009). Pembangunan kandang harus memperhatikan tiga faktor penting, yaitu: faktor biologis ternak, faktor teknis / engineering , dan faktor ekonomis (Suprijatna, 2008). Lokasi kandang harus perlu mendapat perhatian serius karena secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil
produksi. Beberapa aspek yang perlu
mendapat perhatian antara lain aspek lingkungan, struktur dan kondisi tanah (Suprijatna, 2008). Lokasi kandang yang baik adalah: a. Sumber air bersih mudah diperoleh b. Topografi c. Tekstur tanah d. Sarana transportasi mudah terjangkau e. Sirkulasi udara lancar f. Jarak dari lingkungan perumahan penduduk tidak terlalu dekat (Murni, 2009). Peternakan ayam pembibit harus dilengkapi dengan perlengkapan yang mudah dibersihkan dan disucihamakan yaitu tempat pakan dan minum, induk buatan, tempat bertelur, ruang fumigasi telur, alat-alat pengobatan dan vaksinasi, alat sanitasi serta tempat khusus untuk penyimpan vaksin (Dirjennak, 1998).
Lantai kandang untuk bibit juga harus diperhatikan yaitu dapat berbentuk dua jenis yaitu lantai berbentuk padat dan rapat ke tanah (sistem litter) dan lantai berbentuk celah dan berda di atas tanah 50-68 cm (Sudaryani dan Santosa, 2002).
3.
Manajemen L itter 3.1. Ayam Pembibit
Ayam pembibit atau parent stock merupakan ayam bibit “induk” hasil persilangan dari grand parent stock yang menjadi bibit dasar untuk dibibitkan lagi sehingga menghasilkan keturunan yang dikenal dengan nama final stock serta dijadikan ayam niaga (ayam komersial) dan DOC-nya dipelihara untuk dibududayakan (Tamalluddin, 2013). Tipe ayam pembibit ini dapat dibedakan menjadi ayam pedaging dan petelur (Rahayu et al ., 2011). 3.2. Bibit
Bibit merupakan penentu untuk menghasilkan ayam pembibit yang berkualitas. Pembibitan ( Breeder) harus bebas penyakit hewan menular dan mengikuti ketentuan peraturan yang berlaku tentang pencegahan penyakit atau kesehatan hewan (Fadilah dan Polana, 2011). Ciri ayam pedaging yang baik yaitu mata cerah, aktif serta tampak segar, berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan, bobot badan sesuai, tidak cacat secara fisik, tidak ada lekatan tinja di duburnya (Rasyaf, 2008).
3.3. Perusahaan Pembibitan
Pembibitan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bibit ternak, dimana yang dimaksud bibit ternak adalah ternak yang memenuhi persyaratan dan karakter tertentu untuk dikembangbiakkan dengan tujuan yang ditentukan. Usaha pembibitan merupakan suatu usaha yang dilakukan peternakan untuk menghasilkan ternak yang kemudian dipelihara lagi dan bukan untuk dikonsumsi (Suharno, 2012). Breeding farm harus melaksanakan pemeliharaan ayam pembibit untuk menghasilkan telur tetas yang sesuai karakteristik jenis ayam yang dihasilkan (Suprijatna et al ., 2008). 3.4. Litter
Litter atau alas kandang merupakan pembatas antara lantai kandang dengan kaki ternak, sehingga ternak tidak langsung bersentuhan dengan lantai kandang yang suhunya relatif dingin. Penggunaan litter harus diperhatikan, usahakan litter tetap kering dan bersih (Ustomo, 2016). Litter atau alas kandang berfungsi menyerap air sehingga lantai kandang tidak basah oleh kotoran ayam, karena itu bahan yang digunakan untuk litter harus mempunyai sifat mudah menyerap air, tidak berdebu dan tidak basah (Achmanu dan Muharlien, 2011). 3.5. Bahan Litter
Litter biasa diartikan sebagai sekam, karena sebagian peternak menggunakan sekam padi sebagai bahan litter . Selain sekam padi, bahan litter dapat juga terbuat dari bahan serutan kayu dipotong kecil, serbuk gergaji, atau tongkol jagung (Rasyaf, 2008). Dalam membuat litter atau alas kandang harus dilakukan
pengeringan terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk membasmi kuman penyakit yang mungkin terdapat di sela – sela bahan litter. Sekam paling banyak digunakan untuk alas kandang karena mempunyai sifat dapat menyerap air dengan baik, bebas debu, kering, memiliki kepadatan (density) yang baik. Litter merupakan alas lantai yang terdiri atas bahan – bahan yang mampu menyerap air, tidak mudah menjadi padat dan menggumpal (Sudarmono, 2003). Sifat lain dari sekam selain dapat menyerap air yaitu sekam padi bersifat tidak mudah lapuk, sumber kalium, cepat menggumpal dan memadat (Muharlien et al ., 2011). Penggunaan litter saat awal pemeliharaan sebaiknya disiapkan 3 hari sebelum chick in. Litter yang sudah siap kemudian ditebar merata ke seluruh bagian kandang kemudian disemprot menggunakan desinfektan untuk mencegah bibit penyakit yang menempel. Litter biasa digunakan pada jenis kandang postal. Penggunaan alas kandang atau litter sebaiknya diatur ketebalannya, semakin tebal alas litter maka akan semakin tinggi temperatur di dalam kandang tersebut. Sebaiknya tebal alas kandang atau litter tidak lebih dari 8 cm untuk daerah dingin dan tidak lebih dari 5 cm untuk daerah panas (Rasyaf, 2008). Kebersihan litter harus selalu dijaga agar kandungan amonia tidak meningkat. Litter yang tidak pernah diperhatikan dengan cara diganti maupun dibalik secara teratur akan menggumpal dan menyebabkan sarang penyakit. Litter yang mengandung amonia tinggi dapat menyebabkan ayam terinfeksi Escherichia Coli serta batuk yang tidak sembuh (CRD) (Fadilah, 2013).
4. Manajemen Pemeliharaan Ayam Pembibit a. Pembibitan
Seleksi bibit ayam dapat didasarkan atas seleksi individu, hasil (produksi), dan silsilah ayam (Rukmana, 2003). Ayam pembibit atau parent stock adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi grandparent stock (Sudaryani dan Santosa, 1993). Peranan pejantan menjadi sangat penting untuk menghasilkan telur yang fertile, sehingga dalam kegiatan perbibitan digunakan ratio jantan dan betina 1:5 (Hasnelly et al., 2005). b. Perkandangan
Perkandangan adalah segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana prasarana yang bersifat penunjang atau kelengkapan dalam suatu peternakan (Santoso, 1995). Faktor konstruksi yang dituntut untuk kandang ayam yang baik meliputi ventilasi, dinding kandang, lantai, atap kandang dan bahan bangunan kandang (Priyatno, 2001 dalam Sholikin, 2011). Kriteria lokasi kandang yang baik antara lain tanah datar dan lebih tinggi dari tanah sekitarnya, ada saluran listrik dari PLN, sumber air tanah mencukupi, jalan kuat dan dapat dilalui truk ringan, lahan merupakan tanah lapang, serta tidak terlalu dekat dengan pemukiman penduduk (Santoso dan Sudaryani, 2011). Peternakan ayam pembibit harus
dilengkapi
dengan
perlengkapan
yang
mudah
dibersihkan
dan
disucihamakan yaitu tempat pakan dan minum, induk buatan, tempat bertelur, ruang fumigasi telur, alat-alat pengobatan dan vaksinasi, alat sanitasi serta tempat khusus untuk penyimpan vaksin (Dirjennak, 1998). Lantai kandang untuk bibit
juga harus diperhatikan yaitu dapat berbentuk dua jenis yaitu lantai berbentuk padat dan rapat ke tanah (sistem litter) dan lantai berbentuk celah dan berda di atas tanah 50-68 cm (Sudaryani dan Santosa, 2002). c. Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan merupakan campuran dari berbagai macam bahan organik maupun bahan anorganik yang diberikan untuk ternak guna pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan bagi ternak dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi (Suprijatna et al ., 2005 dalam Sholikin, 2011). Ayam broiler fase starter membutuhkan protein kasar sekitar 21 – 23% dan energi metabolis sebesar 3,10 kkal/kg sedangkan fase finisher membutuhkan protein kasar sebesar 19 – 21% dan energi metabolis sebesar 3,26 kkal/kg (Tamaluddin, 2012). Biasanya kebutuhan air pada suhu panas tersebut berhubungan dengan tubuh ayam yang tidak mempunyai kelenjar keringat, sehingga ayam terpaksa membuang kelebihan panas dengan cara menguapkan air melalui gelembunggelembung udara di dalam tubuhnya dengan cara pernafasan (Sholikin, 2011).
d. Pengendalian Penyakit
Beberapa cara untuk melakukan pencegahan penyakit diantaranya yaitu: 1. Sanitasi/Membersihkan kandang dan peralatan, 2. Seleksi dan Vaksinasi, 3. Memberikan makanan yang cukup dan bergizi serta memberikan ta mbahan seperti butiran, sisa-sisa dapur, daun pepaya dan rumput-rumputan dan lain-lain (Haryono dan Chalimah, 1999 dalam Sapuri, 2006). Vaksin adalah penyakit yang telah dilemahkan dan dimasukkan ke tubuh ayam untuk merangsang kekebalan
dari tubuh yang berfungsi untuk melawan penyakit (Santoso dan Sudaryani, 2011). Vaksinasi diartikan sebagai suatu aktivitas memasukkan agen penyakit (virus, bakteri, atau protozoa) yang telah dilemahkan ke dalam tubuh ayam, adanya agen penyakit ini diharapkan tingkat antibodi dalam darah ayam meningkat sesuai dengan agen yang dimasukkan, sehingga ayam akan memiliki kekebalan tubuh yang kuat untuk melawan penyakit ( Fadilah, 2013). 5. Pencahayaan
Pencahayaan adalah parameter penting dari produksi unggas. Pencahayaan merupakan faktor eksogen yang kuat dalam mengontrol banyak proses fisiologis dan perilaku. Pencahayaan mungkin merupakan faktor yang paling kritis dari semua faktor lingkungan bagi unggas.Pencahayaan merupakan keterpaduan dengan
penglihatan,
termasuk
ketajaman
visual
dan
pembedaan
warna
(Olanrewaju, 2006). Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan. Cahaya mengandung energi proton yang dapat diubah menjadi ransangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis tubuh. Cahaya merangsang pola sekresi
beberapa
hormon
yang
mengontrol
pertumbuhan,
pendewasaan,
reproduksi, dan tingkah laku (Olanrewaju, 2006). Kebutuhan cahaya ayam berbeda-beda tergantung pada strain ayam, lokasi kandang, tipe kandang, dan kebijakan perternak untuk menentukan kapan ayam mulai bertelur dan ukuran telur (Fadilah dan Fatkhuroji, 2013).
6.
Keseragaman Keseragaman adalah menggunakan atau perlakuan sesuatu yang
berpredikat. Kegunaan keseragaman ini berbeda-beda ada yang berguna untuk
kemudahan pengelompokan, ada juga yang berguna untuk pencapaian suatu tujuan. Pada pemeliharaan ternak berupa pembibitan maupun penggemukan, keseragaman sangat penting artinya, minsalnya keseragaman berat badan bagi bakal indukan ayam pedaging (broiler breeder) maupun indukan petelur. Keseragaman menjadi ukuran variabilitas ayam dalam suatu populasi. Secara fisik berat badan ayam bibit dan ayam petelur harus seragam. Keseragaman yang baik dapat diartikan bahwa berat badan ayam dalam satu populasi memiliki kesamaan. Keseragaman yang tinggi menjadi syarat penting agar produksi telur atau hen day production bisa mencapai puncak. Keseragaman ayam yang tidak optimal akan berpengaruh pada waktu mulai berproduksi sangat beragam sehingga puncak produksi sulit dicapai. ( Putra,2015) Faktor – faktor yang mempengaruhi keseragaman:
-
Kepadatan kandang
Kepadatan kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan beberapa masalah
diantaranya
adalah,
tingkat
konsumsi
pakan
berkurang,
pertumbuhan ayam terhambat, efisiensi pakan berkurang, tingkat kematian meningkat, dan kasus kanibalisme meningkat
-
Kebutuhan tempat pakan dan tempat minum
Ransum dan air minum merupakan dua unsur utama yang diperlukan untuk pertumbuhan ayam. Keterbatasan untuk mendapatkan kedua unsur tersebut akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan.
-
Suhu dan kelembaban
Ayam ras memiliki kebutuhan suhu kandang yang berbeda untuk setiap periode
kehidupannya. Semakin
bertambah
umur,
ayam semakin
membutuhkan suhu kandang yang lebih sejuk. Suhu kandang yang terlalu tinggi bisa menyebabkan stres dan panas, sehingga akan meningkatkan konsumsi air minumnya, tetapi menurunkan tingkat konsumsi pakan.
-
Lama pencahayaan
Keberadaan cahaya yang masuk ke dalam ruangan memungkinkan ayam untuk mampu melihat lingkungan sekitar, terutama makanan dan air minum yang tersedia. Keberadaan cahaya tersebut tentu akan berpengaruh terhadap frekuensi ayam makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ayam. Keseragaman dapat diketahui memalui pengukuran bobot badan tiap minggu. Penimbangan dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara acak disetiap sudut. Keseragaman diukur ±10% dari rata-rata berat populasi. Jika tingkat keseragaman yang dihasilkan ≥ 80% berarti keseragaman bobot tubuh baik ( good uniformity). Sebaliknya, apabila tingkat keseragaman ≤ 80% berarti keseragaman tubuh ayam kurang baik/ jelek . ( Harmila, 2015) 7.
Recording
Recording merupakan pencatatan laporan kegiatan yang harus dilakukan setiap hari sejak DOC datang yang memuat informasi tentang Mortalitas, jumlah pemberian pakan, penyakit, vaksin, perkawinan dan bobot badan (Solikin, 2011). Recording dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau kegagalan yang
terjadi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi baik dari persiapan maupun peralatan yang digunakan di kemudian hari (Ustomo, 2016)
TUJUAN DAN MANFAAT
Waktu Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang (PKL) tentang Manajemen pemberian pakan, manajemen pencahayaan, manajemen sanitasi dan biosecurity, manajemen perkandangan,
manajemen penanganan produksi telur tetas, manajemen
keseragaman dan penanganan telur tetas pada Peternakan Ayam Pembibit yang dilaksanakan pada bulan Desember – Januari di PT. Panca Patriot Prima, Malang.
Materi
Materi yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah unit peternakan PT Panca Patriot Prima dipilih sebagai tempat Praktek Kerja Lapangan karena merupakan perusahaan peternakan yang sudah memenuhi standart nasional di Indonesia dan sebagai mitra kerjasama dengan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro.
Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah membantu kegiatan rutin perusahaan dan melakukan semua aktivitas yang ada di PT. Panca Patriot Prima. Melakukan wawancara langsung dengan
karyawan maupun staf perusahaan berdasarkan form pertanyaan yang telah disiapkan. Data diperoleh dari melihat data yang sudah didata dalam buku perusahaan. Data yang diperolehakan diolah, dianalisis, secara deskriptif dan dibandingkan dengan pustaka, kemudian disusun menjadi sebuah laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Adapun masing-masing parameter yang akan di Pelajari di PT. Panca Patriot Prima, Malang. antara lain : 1.
Manajemen Pemberian Pakan Ayam Pembibit di PT. Panca Patriot Prima, Malang.
2.
Manajemen Perkandangan Ayam Pembibit di PT. Panca Patriot Prima, Malang.
3.
Manajemen Litter Ayam Pembibit Fase Grower di PT. Panca Patriot Prima, Malang
4.
Manajemen Pemeliharaan Ayam Pembibit Fase Grower di PT. Panca Patriot Prima, Malang.
5.
Manajemen Pencahayaan di PT. Panca Patriot Prima, Malang.
6.
Manajemen Keseragaman di PT. Panca Patriot Prima, Malang.
7.
Manajemen Recording di PT. Panca Patriot Prima, Malang.
Contact Person :
Irfan Setiyanto (085694731112) Lelly Ayu Kusuma (085641022556) Ayudha Permata Putri (089621257302)
DAFTAR PUSTAKA
Achmanu dan Muharlien. 2011. Ilmu Ternak Unggas. UB Press, Malang. Abidin, Z. 2003. Meningkatkan produktivitas Ayam Ras Petelur. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Akhirany, N. 2010. Pedoman Pengawasan Biosecurity dan Higiene Terhadap Produk Unggas. http://disnaksulsel.info/Pedoman-PengawasanBiosecurity-dan-Higiene-Terhadap-Produk-Unggas. Diakses :25 mei 2016. anak ayam kampung. Jurnal Agrianimal 2( 3): 56-60 Boklund, A., Alban, L., Mortensen, S., Houe, S. H. 2004. Biosecurity in 116 Danish fattening swineherds: descriptive results and factor analysis. Prev Vet Med 66 : 49-62. Dirjennak. 1998. Ketentuan dan Tatalaksana Pemberian ijin dan pendaftaranusaha peternakan. SK metri pertanian No 362/Kkpts/TN.120/15/90. Donughue, D. J. 2003. Antibiotic residues in poultry tissues and eggs : Human health concerms. Poult. Sci. 82:618-621. Fadilah, R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta. Fadilah, R., dan A. Polana. 2011. Mengatasi 71 Penyakit pada Ayam. AgroMedia Pustaka, Jakarta Fadilah, R., Fatkhuroji. 2013. Memaksimalkan Produksi Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka, Jakarta. Harmila, N. 2015. Perbandingan Lama Puncak Produksi Pada Ayam Bibit Strain Ross 308 Dan Strain Cobb 500 Di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm 3 Pekanbaru. Program Studi Peternakan, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Payakumbuh. Laporan Tugas Akhir. Hasnelly, Z., Rinaldi, dan Suwardih. 2005. Penangkaran dan perbibitan Ayam Merawang di Bangka Belitung. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdayasaing.Hal. : 75-81. Kartasudjana, R Dan Edjeng S. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lubis, M. 2001. Kiat Mencegah Penurunan Produksi Telur Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta. Muharlien, Achmanu dan R. Rachmawati. 2011. Meningkatkan produksi ayam pedaging melalui pengaturan proporsi sekam, pasir dan kapur sebagai litter. J. Ternak Tropika 12 (1): 38 – 45
Murni, M. C. 2009. Mengelola Kandang dan Peralatan Ayam Pedaging. Departemen Peternakan, Cianjur. Murtidjo, B. A. 1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisi us, Yogyakarta. Olanrewaju, H. A, J. P. Thaxton, W. A. Dozier III, J. Purswell, W. B. Roush, dan S. L. Branton. 2006. A Review of Lighting Programs for Broiler Production. International Journal of Poultry Sci. 5 (4) : 301-308). Pond, K and P. Wilson. 2000. Introduction To Animal Science. John Wiley & Sons, INC. United States Of America. Putra, Y. 2015. Tingkat Keseragaman Bobot Badan (Uniformity) Strain Cobb Pada Pemeliharaan Periode Starter Di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm 4 Pekanbaru. Program Studi Peternakan, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Laporan Tugas Akhir. Rasyaf, M. 1999. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta. Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swada ya, Jakarta. Rahayu, I., T. Sudaryani., dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta. Rukmana, H. R. 2003. Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta. Santoso, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya, Jakarta. Santoso, H dan T. Sudaryani.2011. Pembesaran Ayam Pedaging Hari per Hari di Kandang Panggung Terbuka. Penebar Swadaya, Jakarta. Sapuri, A. 2006.Evaluasi Program Instensifikasi Penangkaran Bibit Ayam Buras di Kabupaten Magelang. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Solikin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler Di Peternakan UD Hadi PS Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Tugas Akhir). Sudaryani, T dan H. Santosa. 1993. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta. Sudaryani, T dan H. Santosa. 2002. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta. Sudarmono, A. S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta. Suharno, B. 2012. Agribisnis Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta. Suprijatna, E. Umiyati, A. Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan II. Penebar Swadaya, Jakarta. Tamaluddin, F. 2012. Ayam Broiler, 22 Hari Panen Lebih Untung. Penebar Swadaya, Jakarta. Tamalluddin, F. 2013. Bisnis Pembesaran Pullet Ayam Ras Siap Bertelur. Penebar Swadaya, Jakarta. Ustomo, E. 2016. 99% Gagal Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke – 4, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wakhid, A. 2014. Membuat Sendiri Mesin Tetas Praktis. PT. Agro Media. Jakarta Yee, K. S., Carpenter, T. E., Cardona, C. J. 2009. Epidemiology of H5N1 avian influenza. Comm Immunol Microbiol 32 : 325-340.
