1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam suatu kegiatan perlu adanya perencaanaan yang matang, agar proses serta hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat maka diperlukan suatu pengendalian kegiatan seperti evaluasi.
Evaluasi
merupakan
kegiatan
kegiatan
menilai
suatu
program
setelah
program
dilaksanakan dengan melakukan pengumpulan data, penentuan ukuran, penilaian serta perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya yang lebih lanjut demi tercapainya tujuan dari program kegiatan. Untuk menghilangkan konotasi negatif dari kegiatan evaluasi yang sering dianggap mencari-cari kesalahan suatu program dengan melihat evaluasi dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan penyempurnaan program/kegiatan sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi penyuluhan pertanian dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan kegiatan/program
penyuluhan,
dan kinerja
penyuluhan,
mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan, membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ada berbagai macam program kegiatan dalam penyuluhan pertanian, salah satunya adalah Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah yang memberdayakan petani dalam mengelola tanaman padi sawah agar mereka mampu dan terampil dalam berusahatani baik dalam budidaya maupun penerapan teknologi sehingga dapat meningkatkan produksi dan produktivitas padi sawah. Dalam program SL-PTT ada banyak kegiatan dimulai dari seleksi benih hingga perlakuan pascapanen.
Berangkat dari hal tersebut, penulis
membuat proposal dengan judul “Evaluasi Kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah Pola Tanam Jajar Legowo Terhadap Perubahan Perilaku Pelaku Utama di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten” untuk memenuhi salah satu syarat pada semester VI, yang mana di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor pada tiap semester genap melakukan Praktik Kerja Lapangan (Praktik Kerja Lapangan (PKL) dari tingkat I hingga tingkat III. Adapun pokok materi pada
2
Praktik Kerja Lapangan (Praktik Kerja Lapangan (PKL) III adalah evaluasi penyuluhan pertanian. B. Tujuan Tujuan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III ini, diantaranya: 1. Untuk mengetahui perubahan perilaku pelaku utama padi sawah di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten setelah pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah periode tahun 2014/2015. 2. Untuk mengetahui efektivitas dari
program
Sekolah
Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. 3. Untuk memenuhi salah satu syarat di semester VI agar dapat melanjutkan ke semester selanjutnya. C. Manfaat 1. Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) III bagi mahasiswa adalah : a. Mahasiswa dapat berlatih dalam melakukan evaluasi penyuluhan pertanian yang nantinya akan berguna dalam dunia kerja. b. Mahasiswa dapat menyusun instrumen, menetapkan sampel, merekap dan mentabulasikan data dari evaluasi SL-PTT Padi Sawah. c. Mahasiswa mampu menganalisis data yang dikumpulkan dan menetapkan
hasil
evaluasi
serta
penyuluhan pertanian. d. Mahasiswa dapat melakukan pemerintah/swasta, stakeholder
lainnya
menghasilkan kerjasama
petani/pengusaha dalam
di
memfasilitasi
rekomendasi
dengan
bidang
instansi
pertanian
kegiatan
dan
penyuluhan
pertanian e. Mahasiswa dapat berlatih bermasyarakat dengan kondisi sosiokultur yang beragam.
3
2. Manfaat bagi pihak terkait seperti instansi pemerintah/swasta, petani dan stakeholder lainnya, adalah : a. Membantu menyelesaikan tugas atau pekerjaan rutin yang dilakukan instansi, pengusaha dan petani. b. Menciptakan kegiatan kerjasama yang baik dibidang penelitian maupun pemberdayaan sumberdaya manusia pertanian yang saling menguntungkan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Penyuluhan Pertanian 1. Pengertian Evaluasi Penyuluhan Pertanian Pada dasarnya evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil suatu kegiatan/program dengan mengacu pada rencana yang telah ditetapkan serta membandingkan program yang lalu dengan program sekarang.
Menurut Padmowihardjo (1999:13), bahwa
evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses yang sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauh mana tujuan program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang didapat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbanganpertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan. Mardikanto dan Sutarni (1981), berpendapat bahwa evaluasi penyuluhan pertanian adalah kegiatan untuk menilai suatu program penyuluhan pertanian dengan melakukan kegiatan dimulai dari proses pengumpulan data, penentuan ukuran, penilaian serta perumusan keputusan yang digunakan untuk perbaikan atau penyempurnaan perencanaan berikutnya yang lebih lanjut demi tercapainya tujuan dari program penyuluhan pertanian. Jadi evaluasi penyuluhan pertanian adalah kegiatan sistematis untuk menilai sejauh mana tujuan program penyuluhan pertanian dapat dicapai guna perbaikan atau penyempurnaan pada program yang akan datang dengan mengacu pada rencana yang telah dibuat sebelumnya. 2. Arti Penting Evaluasi Penyuluhan Pertanian Evaluasi penyuluhan pertanian sangat penting untuk kegiatan program penyuluhan pertanian, bukan hanya untuk program itu sendiri melainkan bermanfaat bagi pelaksanaan kegiatan penyuluhannya dan bagi petugas pelaksana evaluasi penyuluhan pertanian. Evaluasi yang baik akan didapat strategi atau rancangan kegiatan selanjutnya untuk dilakukan agar program penyuluhan pertanian berjalan lebih baik dan mencapai tujuan yang maksimal. Walaupun kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian membutuhkan waktu, biaya, tenaga dan sering dirasakan sangat melelahkan namun evaluasi ini
5
dapat digunakan untuk mengetahui suatu perubahan keadaan benar-benar disebabkan oleh kegiatan penyuluhan atau adanya faktor-faktor penyebab lain yang mempengaruhinya (Mardikanto dan Sutarni, 1981). 3. Tujuan Evaluasi Penyuluhan Pertanian Mardikanto dan Sutarni (1981), dalam bukunya yang berjudul “Petunjuk Penyuluhan Pertanian” menyatakan tujuan dari evaluasi penyuluhan pertanian, yaitu: a. Untuk menentukan sejauh mana kegiatan penyuluhan pertanian dapat dicapai yang ditandai dengan perubahan perilaku petani yang menjadi sasaran didik dari kegiatan penyuluhan pertanian. b. Didapat keterangan-keterangan dari lapangan yang dapat digunakan untuk penyesuaian program penyuluhan pertanian yang sedang berjalan. c. Untuk mengukur keefektifan dari metode dan alat bantu yang digunakan dalam melaksanakan penyuluhan pertanian. d. Untuk mendapatkan data laporan tentang hal-hal yang terjadi dilapangan. e. Untuk memperoleh landasan bagi program penyuluhan pertanian. f. Memberikan kepuasan bagi psikologis orang-orang yang terlibat di dalam program penyuluhan pertanian. 4. Manfaat Evaluasi Penyuluhan Pertanian Menurut Mardikanto dan Sutarni (1981), manfaat evaluasi penyuluhan pertanian bagi kegiatan penyuluhan yang sedang berlangsung dan sudah berlangsung, diantaranya: a. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuan dari program yang dapat dicapai. b. Untuk mencari bukti apakah perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan sasaran yang diinginkan. c. Untuk mengetahui segala kegiatan yang dihadapi atau dijumpai berkaitan dengan pencapaian tujuan. d. Untuk mengukur keefektifan dan efisiensi metode atau sistem kerja penyuluhan pertanian yang dijalankan.
6
5. Prinsip-prinsip Evaluasi Penyuluhan Pertanian Prinsip-prinsip evaluasi penyuluhan pertanian menurut Mardikanto dan Sutarni (1981), sebagai berikut: a. Evaluasi harus berdasarkan kebenaran atau fakta, kebenaran yang obyektif untuk evaluasi adalah dengan metode-metode yang terpercaya untuk dapat mengetahui sejauh mana penyuluhan telah mencapai tujuan. b. Evaluasi penyuluhan merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan kepada masyarakat tani. c. Evaluasi penyuluhan pertanian hanya dapat dilakukan berhubungan dengan tujuan-tujuan penyuluhan pertanian. d. Evaluasi harus menggunakan beberapa alat ukur yang berbeda. e. Evaluasi dilakukan terhadap metode penyuluhan yang digunakan maupun terhadap hasil kegiatan penyuluhan. 6. Metode Pendekatan dalam Evaluasi Patton dan Sawicki (1991), mengklasifikasikan metode pendekatan yang dapat dilakukan dalam penelitian evaluasi menjadi 6 (enam) yaitu : a. Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya suatu kebijakan atau program diimplementasikan. b. With and without comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan menggunakan perbandingan kondisi antara yang tidak mendapat dan yang mendapat kebijakan atau program, yang telah di modifikasi dengan memasukkan perbandingan kriteria-kriteria yang relevan di tempat kejadian peristiwa (TKP) dengan program terhadap suatu TKP tanpa program. c. Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan-ketetapan perencanaan yang ada (planned). d. Experimental (controlled) models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan melakukan percobaan yang terkontrol/dikendalikan untuk mengetahui kondisi yang diteliti.
7
e. Quasi experimental models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian
dengan
melakukan
percobaan
tanpa
melakukan
pengontrolan ataupun pengendalian terhadap kondisi yang diteliti. f. Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian yang hanya didasarkan pada penelitian biaya terhadap suatu rencana (Arikunto, 2002: 14). 7. Jenis-jenis Evaluasi Jika dilihat dari penahapannya, secara umum evaluasi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: a. Evaluasi tahap perencanaan (pre-evaluation) Evaluasi yang digunakan dalam tahap perencanaan untuk mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan terhadap cara pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya. b. Evaluasi pada tahap pelaksanaan (on-going evaluation) Pada tahap ini evaluasi adalah suatu kegiatan yang melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. c. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (post-evaluation) Dalam hal ini konsep pada tahap pelaksanaan, yang membedakannya terletak pada objek yang dinilai dengan yang dianalisa, dimana tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding rencana tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang akan atau ingin dicapai (Suharto, 2006: 12). B. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) 1. Pengertian Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi
8
yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan
lingkungan
sehingga
usahataninya
berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.
menjadi
efisien,
Indikator keberhasilan SL-PTT
dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap, penerapan budidaya yang baik dan benar, peningkatan produktivitas dan keberlanjutan serta replikasinya (Dirjen Tanaman Pangan, 2013). 2. Model Pemberdayaan Petani Melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. Untuk itu, melalui SL-PTT diharapkan petani/kelompok tani nantinya akan mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan budidaya usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi secara benar sehingga meningkatkan produksi dan pendapatannya. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajar dapat dilakukan di saung dan tempattempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT
sebagai
tempat
bagi
petani
anggota
kelompoktani
melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut.
dapat Dalam
melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada rekomendasi teknologi setempat. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dilaksanakan oleh kelompoktani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud diupayakan kelompoktani yang dibentuk berdasarkan hamparan, atau lokasi lahan usahataninya masih dalam satu hamparan setiap kelompok. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan diharapkan tinggal saling berdekatan
9
sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya. Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari satu kelompoktani yang sama dan atau dengan kelompoktani lain terdekat. Dalam setiap unit SL-PTT perlu ditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang bendahara yang bertugas mengurusi masalah yang berhubungan dengan keuangan.
Untuk menjamin kelangsungan dinamika
kelompok dalam kelas SL-PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari kelompoktani sebagai motivator yang mampu memberikan respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu mendorong anggota kelompok lainnya dapat memberikan respon yang sama. Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama-sama di petak percontohan LL, mendiskripsikan dan membahas temuan-temuan lapangan. Pemandu lapangan berperan sebagai fasilitator untuk mengarahkan jalannya diskusi kelompok. Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik lokasi mulai dari pengolahan tanah, budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan serangkaian kegiatan yang sudah direncanakan dan dijadwalkan, baik dipetak LL maupun di lahan usahataninya. 3. Komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Komponen dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat yang paling tepat diterapkan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadi wajib apabila hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) memprioritaskan komponen teknologi dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
Adapun komponen PTT padi dasar, dikemukakan pada Tabel 1
sedangkan komponen pilihan pada Tabel 2 berikut. Tabel 1. Komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Dasar
10
Padi Sawah Padi Gogo Tadah Hujan Varietas modern (VUB, Varietas modern Pergiliran varietas PH, PTB) (VUB, PTB) (VUB, PTB) Bibit bermutu dan sehat Benih bermutu dan Benih bermutu sehat dan sehat Pengaturan cara tanam Pengelolaan hara P Pemberian bahan (jajar legowo) dan K organik Pemupukan berimbang berdasarkan Pemupukan dan efisien PUTS menggunakan BWD dan berdasar status PUTS/petak omisi Pemberian bahan kesuburan tanah Permentan No. 40/2007 organik Konservasi tanah PHT sesuai OPT sasaran Pengendalian dan air gulma terpadu Sumber: Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang 2012 Padi Sawah Irigasi
Padi Rawa Lebak Varietas modern (VUB, PTB) Bibit bermutu dan sehat Pemupukan N granul, P dan K berdasarkan PUTS PHT sesuai OPT
Tabel 2. Komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Pilihan Padi Sawah Irigasi Bahan organik/pupuk kandang/amelioran* * Umur bibit Pengolahan tanah yang baik Pengelolaan air optimal (pengairan berselang) Pupuk cair (PPC, pupuk organik, pupuk biohayati)/ZPT, pupuk mikro) Penanganan panen dan pasca panen
Padi Sawah Tadah Hujan Pengelolaan tanaman yang meliputi populasi dan cara tanam (legowo, larikan, dll) Cara tanam dilarik dengan populasi tanaman tinggi menggunakan alat tanam row seeding PHT sesuai OPT sasaran Penanganan panen dan pasca panen
Padi Gogo
Pengelolaan tanaman yang meliputi populasi dan cara tanam (legowo, larikan, dll) PHT sesuai OPT setempat Pengendalian gulma terpadu Pola tanam berbasis padi gogo Penanganan panen dan pasca panen Sumber: Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang 2012
Padi Rawa Lebak Pengelolaan tanaman yang meliputi populasi dan cara tanam (legowo, larikan, dll) Umur bibit Pengelolaan air, pembuatan saluran/caren keliling Pengendalian gulma terpadu Penanganan panen dan pasca panen
*: Komponen teknologi pilihan dapat menjadi wajib apabila hasil Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar. **: Prioritas
11
4. Pemilihan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT. Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap alternatif komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Apabila hal tersebut telah diketahui maka antar komponen teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi. Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman.
Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang
dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat. Untuk menetapkan paket teknologi SL-PTT yang akan dilaksanakan di setiap unit agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di masing-masing wilayah. C. Pengumpulan Data 1. Persyaratan Alat Ukur Persyaratan alat ukur yang baik menurut Thomas, et al (2005), diantaranya sebagai berikut:
a. Absah atau sahih (Validity) Suatu alat ukur dikatakan sahih apabila alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. b. Dapat dipercaya (Reliability) Hasil evaluasi penyuluhan harus dapat dipercaya. Hal ini dapat dicapai apabila alat ukur yang digunakan reliable, artinya bila alat ukur tersebut
12
digunakan lagi pada situasi dan kondisi yang sama, akan memberikan hasil yang sama. Realible dapat diartikan juga repeatable artinya walaupun alat ukur tersebut digunakan berkali-kali hasilnya tetap sama. c. Objektif (Objectivity) Alat evaluasi penyuluhan harus objektif artinya tidak ada unsur memihak (subjektif), oleh karena itu alat ukur evaluasi harus konkrit (nyata), jelas hanya memiliki satu interpretasi, operasional, efektif dipergunakan untuk melakukan pengamatan dan pengujian (Soedijanto, 1996). d. Praktis Alat ukur evaluasi penyuluhan pertanian harus bersifat praktis artinya dapat digunakan dengan mudah dan efektif. e. Sederhana Alat ukur evaluasi penyuluhan pertanian harus bersifat sederhana, tidak rumit atau berbelit-belit, singkat tapi jelas, sehingga mudah dimengerti oleh responden. 2. Jenis-jenis Alat Pengukur Data Ada 6 Jenis alat ukur untuk mengumpulkan data dalam evaluasi penyuluhan pertanian: a. Daftar pertanyaan untuk mengukur pengetahuan Daftar pertanyaan ini berisi pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani terhadap materi yang disampaikan oleh penyuluh. Pertanyaan harus singkat dan jelas sehingga mudah dipahami oleh petani, biasanya pertanyaan dalam bentuk esai atau tes objektif (tes pilihan ganda, B atau S atau tes isian). b. Daftar pertanyaan untuk mengukur pengertian Pertanyaan mengukur pengertian bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi yang disuluhkan. Memahami atau mengerti tidak hanya mengetahui, tetapi petani harus dapat menjelaskan atau menerangkan dengan rinci dan benar tentang materi yang diberikan. c. Daftar pertanyaan untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah.
13
Pertanyaan ini bertujuan untuk mengukur kemampuan petani menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang mudah dikuasai untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi. d. Alat ukur keterampilan Untuk mengukur tingkat keterampilan petani, dapat digunakan tes kegiatan yaitu petani mepraktikkan materi yang sudah diberikan, kemudian dinilai berdasarkan indikator keterampilan yaitu : 1) Kekuatan 2) Kecepatan 3) Ketepatan 4) Keseimbangan 5) Kecermatan e. Skala Sikap Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap petani terhadap sesuatu hal. Sikap adalah kecenderungan untuk melakukan hal tertentu. Salah satu alat ukur sikap yang sering digunakan adalah skala likert. Dengan menggunakan skala likert dapat diukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang
tentang
suatu
inovasi
pertanian
yang
direkomendasikan, jawaban setiap pertanyaan mempunyai gradasi yang bergerak dari sangat positif sampai sangat negatif berupa kata-kata; 1) 2) 3) 4) 5)
Sangat setuju (SS) Setuju (S) Ragu ragu (R) Tidak setuju (TS) Sangat tidak setuju (STS)
f. Skala Nilai/Rating Scale Dengan menggunakan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka yang dapat ditafsirkan kuantitatif, sehingga dalam menyusun rating scale harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan sebagai jawaban. 3. Populasi Populasi menurut Sugiyono (2005), adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
14
kesimpulannya. Sedangkan menurut Usman (2006), populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. a. Populasi berdasarkan jenisnya 1) Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Contoh, jumlah penduduk Kota Padang sebesar 2.500.000 jiwa. 2) Populasi tak terbatas (tak terhingga) yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Contoh, meneliti beberapa liter pasang surut air pada bulan purnama. b. Populasi berdasarkan sifatnya 1) Populasi homogen: sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama dan tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif; 2) Populasi heterogen: sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batasbatasnya secara kualitatif dan kuantitatif. Menentukan Populasi dibantu oleh 4 faktor, yaitu: isi, satuan, cakupan (scope), dan waktu. Contoh, suatu penelitian tentang pendapatan keluarga petani di
Kabupaten Jombang tahun 2005, maka populasinya dapat
ditetapkan dengan 4 faktor sebagai berikut; 1) 2) 3) 4)
Isi à Semua keluarga petani Satuan à Petani penggarap/pemilik tanah Cakupan (scope)à Kabupaten Jombang Waktu à tahun 2005
Populasi terdiri dari unsur sampling yaitu unsur yang diambil sebagai sampel. Kerangka sampling (sampling frame) adalah daftar semua unsur sampling dalam populasi sampling.
Unsur sampling ini diambil dengan
menggunakan kerangka sampling (sampling frame). 4. Sampel Menurut Suharsimi Arkunto, sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari
15
populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Sugiyono, sampel adalah sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Keuntungan dalam menggunakan sampel yaitu:
memudahkan peneliti, penelitian lebih efisien, lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, serta penelitian lebih efektif. a. Syarat sampel yang baik 1) Akurasi atau ketepatan yaitu tingkat ketiadaan “bias” (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi. 2) Presisi, mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi.
Presisi=standard error, nilai rata-rata
populasi dikurangi nilai rata-rata sampel. Teknik (metode) penentuan sampel yang ideal memiliki ciri-ciri dapat memberikan gambaran yang akurat tentang populasi, dapat menentukan presisi, sederhana sehingga mudah dilaksanakan, dan dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya murah.
Jumlah atau besar
sampel perlu mempertimbangkan hal-hal sbb: 1) Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi à 2) 3) 4) 5)
completely heterogeneous Presisi yang dikehendaki dari penelitian Rencana analisis Tenaga, biaya dan waktu Besar populasi
Semakin besar sampel semakin tinggi tingkat presisi yang didapatkan. 5. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang representatif dari populasi. Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan, diantaranya: a. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
16
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis-jenis probability sampling, sebagai berikut: 1) Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis). Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb. 2) Proportionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional. Dilakukan apabila ada anggota populasi yang tidak sejenis (heterogen). 3) Disproportionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi ada sebagian data yang kurang proporsional pembagiannya. Dilakukan apabila anggota populasi heterogen. 4) Area sampling ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah atau daerah geografis yang ada. b. Non propability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Jenis-jenis non probability
sampling, sebagai berikut: 1) Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. 2) Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. 3) Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. 4) Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian
17
kualitatif,
atau
penelitian-penelitian
yang
tidak
melakukan
generalisasi. 5) Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. 6) Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mulamula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.
6. Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982), dalam Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Sedangkan analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian,dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. a. Ciri-ciri penelitian kualitatif 1) Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung 2) Sifatnya deskriptif analitik, setelah data diperoleh dilakukan analisis, hasilnya berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.
Tujuan deskriptif ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 3) Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil.
18
4) Pola berfikir induktif yaitu data diperoleh di lapangan sebagai data bawah atau fakta empiris (induktif). 5) Mengutamakan makna, makna yang diungkap berkisar pada asumsi-asumsi apa yang dimiliki orang mengenai hidupnya. 6) Holistik, totalitas fenomena dipahami sebagai sistem yang kompleks, keterkaitan menyeluruh tak dipotong padahal terpisah, sebab akibat. 7) Dinamis, perubahan terjadi terus, lihat proses desain fleksibel 8) Orientasi keunikan, tiap situasi khas, pahami sifat khusus dan dalam konteks sosial-historis, analisis silang kasus, hubungan waktutempat 9) Empati netral, subjektif murni, tidak dibuat-buat. b. Tujuan-tujuan penelitian kualitatif 1) Deskriptif eksploratori: menguji fenomena baru atau fenomena yang baru sedikit diketahui, menemukan tema-tema yang bermakna menurut partisipan, mengembangkan konsep, model, atau hipotesis lebih detil, yang berguna bagi penelitian lebih lanjut. 2) Deskriptif eksplanatori: menggambarkan dan menjelaskan pola-pola yang terkait dengan fenomena, mengindentifikasikan hubunganhubungan yang mempengaruhi fenomena 3) Emansipatori: menciptakan kesempatan dan kemauan untuk berinisiatif dalam kegiatan sosial c. Teknik-teknik analisis kualitatif 1) Teknik analisis domain Dalam analisis domain, peneliti hanya sebatas mendeskripsikan secara umum sebuah kompleksitas masalah penelitian.
Tujuan
teknik analisis data kualitatif untuk mencari makna umum atau gambaran umum masalah penelitian. 2) Teknik analisis taksonomi Taksonomi digunakan untuk mengetahui makna yang lebih terfokus, detail dan menyentuh pada sub-subdomain dari domain masalah yang diangkat dalam penelitian. d. Langkah-langkah analisis Setelah data terkumpul, peneliti dapat melakukan langkah-langkah analisis, sebagai berikut;
19
1) Editing,
kegiatan
awal
dalam
analisis
data
kualitatif.
Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan. Dalam tahap ini juga dilakukan reduksi data dan pemilahan data sesuai fokus penelitian serta transliting data atau konversi data agar mudah dibaca dan dipahami. 2) Kategorisasi/coding, peneliti melakukan kategorisasi data sesuai dengan fokus masalah penelitian. Kategorisasi data sesuai domaindomain yang akan dianalisis. Selain itu, kategorisasi data perlu mempertimbangkan aspek kesamaan dan perbedaan dalam masalah penelitian. Melalui kategorisasi akan lebih memudahkan peneliti dalam tahapan analisis berikutnya. 3) Meaning, langkah ini disebut interpretasi data, yaitu melakukan kegiatan menghubungkan, membandingkan, dan mendeskripsikan data sesuai fokus masalah untuk diberi makna. Pemberian makna ini dilakukan juga konseptualisasi pernyataan ilmiah yang akan menjadi bahan simpulan penelitian.
20
III. A. Waktu dan Tempat
RENCANA KEGIATAN
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III akan dilaksanakan pada 11 Mei 2015 hingga 10 Agustus 2015 bersamaan dengan pendampingan upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai. Praktik Kerja Lapangan (PKL) III ini akan dilaksanakan di kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten (jadwal kegiatan dapat dilihat pada lampiran 1). B. Sasaran Kegiatan Sasaran kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III adalah masyarakat tani di kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten yang pernah ikut ataupun terlibat dalam kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah tahun 2014/2015. C. Elemen Kompetensi Adapun Elemen kompetensi pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) III, sebagai berikut: 1. Menentukan Judul Evaluasi Penyuluhan Pertanian Berdasarkan RKTP Tahun Sebelumnya Kegiatan menentukan judul evaluasi penyuluhan pertanian dilaksanakan di kampus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor dengan judul “Evaluasi Kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Padi Sawah Pola Tanam Jajar Legowo Terhadap Perubahan Perilaku Pelaku Utama di Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak Provinsi Banten”. Dengan pertimbangan bahwa hampir di setiap daerah Indonesia telah melaksanakan kegiatan SL-PTT padi sawah khususnya di wilayah Jawa yang notabene setiap daerahnya memiliki lahan padi sawah. Untuk RKTP belum penulis dapatkan dikarenakan pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) tahun ini tidak adanya kegiatan survei lokasi dan lokasi PKL III berdasarkan wilayah pendampingan upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai. a. Waktu dan tempat
: Minggu ketiga bulan April
2015 hingga minggu pertama bulan Mei 2015
21
bersamaan dengan penyusunan proposal PKL III dan sebelum berangkat ke lokasi PKL, bertempat di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor. b. Metode
:
Pengumpulan
informasi
dari
internet dan saran dari pemateri saat pembekalan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. c. Alat dan bahan : Alat tulis, Laptop, Modem. d. Sasaran : Masyarakat tani kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten dan aparatur pemerintah setempat. e. Output : Proposal dan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. 2. Mampu Menetapkan Tujuan Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian Rencana penetapan tujuan pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) III ini adalah untuk mengetahui perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan dan sikap) pelaku utama (petani) yang pernah mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah tahun 2014/2015. a. Waktu dan tempat
: Minggu ketiga bulan April
2015 hingga minggu pertama bulan Mei 2015 bersamaan dengan penyusunan proposal Praktik Kerja Lapangan (PKL) III dan sebelum berangkat ke lokasi PKL, bertempat di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor. b. Metode : Pengumpulan informasi
dari
internet dan saran dari pemateri saat pembekalan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. c. Alat dan bahan : Alat tulis, Laptop, Modem. d. Sasaran : Masyarakat tani kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten dan aparatur pemerintah setempat. e. Output : Proposal dan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III.
22
3. Mampu Memilih Metode Evaluasi Metode yang digunakan dalam evaluasi penyuluhan pertanian pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) III ini berupa 1) metode Before and after comparisons, yaitu membandingkan perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan dan sikap) pelaku utama (petani) sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) padi sawah serta 2) metode actual versus planned performance comparisons, yaitu dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned). a. Waktu dan tempat
: Minggu ketiga bulan April
2015 hingga minggu pertama bulan Mei 2015 bersamaan dengan penyusunan proposal Praktik Kerja Lapangan (PKL) III dan sebelum berangkat ke lokasi PKL, bertempat di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor. b. Metode : Pengumpulan informasi
dari
internet dan saran dari pemateri saat pembekalan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. c. Alat dan bahan : Alat tulis, Laptop, Modem. d. Sasaran : Masyarakat tani kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten dan aparatur pemerintah setempat. e. Output : Proposal dan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. 4. Menyusun Instrumen Evaluasi Instrumen evaluasi berupa indikator-indikator yang memuat tentang perilaku (pengetahuan, keterampilan dan sikap) pelaku utama (petani) dalam kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah dalam bentuk kuesioner yang akan dibagikan kepada responden dalam hal ini petani yang terlibat dalam kegiatan SL-PTT padi sawah periode 2014/2015.
23
a. Waktu dan tempat
:
Minggu
kedua
hingga
minggu ketiga bulan Mei 2015, bertempat di kecamatan
Malingping,
provinsi Banten. b. Metode : Wawancara
kabupaten
Lebak,
dan diskusi serta
perolehan informasi dari internet. c. Alat dan bahan : Alat tulis, Laptop, Modem. d. Sasaran : Masyarakat tani kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten dan aparatur pemerintah setempat. e. Output : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. 5. Mampu Menetapkan Sampel Sesuai Tujuan Evaluasi Penetapan sampel evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan pada saat berada dilokasi Praktik Kerja Lapangan (PKL) III setelah jumlah populasi petani yang pernah mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah tahun 2014/2015 diketahui. Dengan menggunakan rumus slovin, dimana rumus slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikansi α, dengan rumus sebagai berikut: n=
N 2 1+Na a. Waktu dan tempat
:
Minggu
kedua
hingga
minggu ketiga bulan Mei 2015, bertempat di kecamatan
Malingping,
kabupaten
Lebak,
provinsi Banten. b. Metode : Wawancara dan diskusi. c. Alat dan bahan : Alat tulis, Laptop, Modem. d. Sasaran : Masyarakat tani kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten dan aparatur pemerintah setempat. e. Output : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III.
24
6. Mampu Merekap dan Mentabulasikan Jenis Data Hasil Evaluasi Kegiatan merekap dan mentabulasikan data hasil evaluasi dilakukan setelah penyebaran kuesioner kepada para petani yang terlibat dalam kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah tahun 2014/2015. Dengan menggunakan aplikasi SPSS dan Microsoft Excel. Kegiatan merekap dan mentabulasikan data hasil evaluasi dilakukan pada waktu yang tidak dapat ditentukan sesuai dengan keadaan dilapangan. a. Waktu dan tempat hingga
: Minggu ke empat bulan Mei
minggu
pertama
bulan
Juli
2015,
bertempat di kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten. b. Metode : Wawancara, penyebaran kuesioner dan diskusi. c. Alat dan bahan d. Sasaran :
: Alat tulis, Laptop, Modem. Masyarakat tani kecamatan
Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten dan aparatur pemerintah setempat. e. Output : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. 7. Mampu Menganalisis Data yang Dikumpulkan Sesuai dengan Tujuan Evaluasi Analisis data dilakukan setelah kegiatan merekap dan mentabulasikan data hasil evaluasi, dilakukan dengan metode analisis data kualitatif secara deskriptif yaitu setelah data diperoleh dilakukan analisis, hasilnya berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang dievaluasi dalam hal ini berupa perubahan perilaku pelaku utama setelah mengikuti program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah. a. Waktu dan tempat
:
Minggu
kedua
hingga
minggu ke empat bulan Juli 2015, bertempat di kecamatan
Malingping,
provinsi Banten. b. Alat dan bahan
kabupaten
Lebak,
: Alat tulis, Laptop, Modem.
25
c. Sasaran
:
Masyarakat
tani
kecamatan
Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten dan aparatur pemerintah setempat. d. Output : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. 8. Mampu Menetapkan Hasil Evaluasi (Rekomendasi) Setelah dilakukan analisis data akan didapatkan hasil berupa data perubahan perilaku petani setelah mengikuti program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah serta diketahui pada bagian perilaku mana saja yang masih perlu diberikan penyuluhan lebih instensif lagi sehingga perubahan perilaku dapat tercapai sesuai dengan tujuan dari kegiatan SL-PTT padi sawah. a. Waktu dan tempat
:
Minggu
kedua
hingga
minggu ke empat bulan Juli 2015, bertempat di kecamatan
Malingping,
kabupaten
Lebak,
provinsi Banten. b. Alat dan bahan : Alat tulis, Laptop, Modem. c. Sasaran : Masyarakat tani kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten dan aparatur pemerintah setempat. d. Output : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. 9. Mampu Menyusun Laporan Hasil Sistematika Penulisan Laporan Ilmiah
Evaluasi
Sesuai
dengan
Setelah semua kegiatan elemen kompetensi dilakukan maka dibuat laporan tentang hasil dari kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian.
Kegiatan
penyusunan laporan dapat dikerjakan secara bertahap pada saat awal pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) hingga akhir kegiatan. a. Waktu dan tempat
: Minggu kedua bulan Mei
2015 hingga minggu kedua bulan Agustus 2015, bertempat di kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten.
26
b. Alat dan bahan c. Sasaran :
: Alat tulis, Laptop, Modem. Masyarakat tani kecamatan
Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten dan aparatur pemerintah setempat. d. Output : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. 10. Melaksanankan Pendampingan Program Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale) Kegiatan pendampingan upsus pajale dilakukan dari tanggal 11 Mei sampai dengan 10 Agustus 2015 bersamaan dengan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III. a. Waktu dan tempat
: Minggu kedua bulan Mei
2015 hingga minggu kedua bulan Agustus 2015, bertempat di kecamatan Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten. b. Alat dan bahan : Alat tulis, Laptop, Modem. c. Metode : Wawancara, diskusi, temu lapang, dsb. d. Sasaran
:
Masyarakat
tani
kecamatan
Malingping, kabupaten Lebak, provinsi Banten dan aparatur pemerintah setempat. e. Output : Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III.
27
DAFTAR PUSTAKA
Arianda, Dwi. 2010. Skripsi: Hubungan Metode Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dan Adopsi Inovasi Petani Sistem Tanam Legowo (Studi Kasus : Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang). Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta. Departemen Pertanian. 2013. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi dan Jagung tahun 2013. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian: Jakarta. Diamin, Erwin. 2012. Mengevaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian http://epetani.pertanian.go.id/blog/mengevaluasi-pelaksanaanpenyuluhan-pertanian-erwin-sp-3843 diakses pada 30 April 2015. Fachrudin, Yudhi. 2013. Makalah: Teknik Analisis Data Kualitatif. Program Magister Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta. Husna, Titik. 2012. Skripsi: Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja di PT. Citra Baru Commerial Medan. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara: Medan. Indriani, Gita. 2013. Ringkasan Materi: Populasi, Sampel dan Teknik Sampling. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang: Semarang. Mardikanto, Totok dan Sutarni, Sri. 1981. Usaha Nasional: Surabaya.
Petunjuk Penyuluhan Pertanian.
Martadiputra, BAP._____. Bahan Ajar: Populasi dan Sampel. Program Studi Pendidikan Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung. Suryani, AE. 2010. Skripsi: Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimoon Kota Medan. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara: Medan. Sutowo.
2013. Proposal Praktik Kerja Lapangan III di Desa Jayakarta Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Jurusan Penyuluhan Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor: Bogor.
28
Soedarsono, Thomas, et. al. 2005. Programa & Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Universitas Terbuka. TO, Emerensiana. 2013. Proposal Praktik Kerja Lapangan (PKL) III Desa Kelimado Kabupaten Nagekeo Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurusan Penyuluhan Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor: Bogor.