Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
SUMMARY
Genetically Modified Organism (GMO) atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan produk rekayasa genetika adalah organisme transgenik yang DNA-nya telah dirubah dengan menggunakan suatu teknologi yang disebut dengan bioteknologi modern. Teknologi ini menghasilkan suatu organisme atau produk yang berbeda dengan produk alamiahnya yang mempunyai beberapa kelebihan karena dalam pembuatannya dilakukan seleksi terhadap sifatsifat baiknya. Pangan hasil rekayasa genetika atau makanan GM merupakan pangan atau produk pakan yang diturunkan dari tanaman, atau hewan ya ng dihasilkan melalui proses rekayasa genetika. Yang termasuk pangan hasil rekayasa genetika antara lain lain : hewan transgenik, bahan asal hewan hewan transgenik dan hasil olah annya, ikan transgenik, bahan asal ikan transgenik dan hasil olahannya, tanaman transgenik, bagian-bagiannya dan hasil olahannya, serta jasad renik transgenik. Dalam pengembangannya, GMO disamping memiliki keuntungan, juga memiliki resiko yang harus diperhatikan. Keuntungan pangan hasil rekayasa genetika antara lain meningkatkan efisiensi dan produktivitas, nilai ekonomi produk, memperbaiki nutrisi, nilai palatabilitas dan meningkatkan masa simpan produk.
Sedangkan resiko yang yang perlu diperhatikan dari
pengembangan GMO antara lain : kemungkinan terjadinya gangguan pada keseimbangan ekologi, terbentuknya resi stensi terhadap anti biotik, dikuatirkan dapat terbentuknya senyawa toksik, allergen atau terjadinya perubahan nilai gizi. Produk pangan hasil rekayasa genetika yang paling sering ditemukan adalah kedelai, tomat, kentang, jagung, padi, kapas, dan canola. Transformasi yang berhasil telah melibatkan pengenalan berbagai sifat baru ke dalam varietas tanaman yang ada. Karakter input/masukan input/masukan baru termasuk toleransi terhadap herbisida berspektrum luas, panas, kekeringan dan ketahanan terhadap serangga atau virus. Keluaran baru berkisar dari sifat pematangan yang tertunda atau karakteristik gizi atau fungsional berubah dari makanan, serta memilih gen yang dapat menghasilkan protein dan enzim. Upaya telah difokuskan pada tanaman pangan (jagung, kedelai, dan kanola), pakan hewan (jagung dan kedelai), tanaman industri (kapas), vaksin dan hormon untuk hewan (rBST), ikan (salmon), mikroba, dan bahan aktif makanan (chy-Mosin). (chy-Mosin).
1
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
Walaupun makanan GM menawarkan berbagai kelebihan karena sifat baik organisme tersebut yang dapat dipilih dan dikembangkan, kehadiran makanan GM ini tak luput dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya. Makanan GM dapat berdampak buruk bagi aspek sosial, ekonomi, lingkungan, serta kesehatan manusia dan hewan. Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah
memberikan ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Ambil saja contoh penggunaan tebu transgenik yang mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kompetisi dan kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu pula dengan efek negatif terhadap kesehatan. Terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik tidak menutup kemungkinan akan munculnya bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada bahan pangan konvensional. Pernah ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia. Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya peningkatan kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan kentang Magnum Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang resisten terhadap serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen, yang tinggi. Efek buruk terhadap lingkungan pun cukup merisaukan. Hal ini adalah terjadinya pergeseran
gen pada bagian tanaman transgenik. Contoh yang pernah dilporkan adalah daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen karena semula hanya
2
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya. Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi. Indonesia sebagai negara dengan kebutuhan akan bahan pangan yang cukup tinggi tidak luput dari adanya produk pangan GMO. Untuk itu, pemerintah melakukan perlindungan melalui regulasi terkait GMO. Di indonesia regulasi tentang Genetically modified organism (GMO) atau organisme transgenik diatur dalam PP No. 28 tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Disamping PP No. 28 tahun 2004
diatur pula mengenai pelabelan produk pangan
rekayasa genetika. Menurut pasal 35 PP No. 69 tahun 1999, disebutkan bahwa pada label untuk pangan hasil rekayasa genetika wajib dicantumkan tulisan PANGAN HASIL REKAYASA GENETIKA. Pada Label cukup dicantumkan keterangan tentang pangan rekayasa genetika pada bahan yang merupakan pangan hasil rekayasa genetika tersebut dan juga dapat dicantumkan logo khusus pangan hasil rekayasa genetika. Dari isi ketiga ayat pada PP No. 69 tahun 1999 tentang label dan Iklan tersebut, Indonesia masih dalam posisi netral dan menghargai hak konsumen untuk mengetahui komponen bahan pangan yang dikonsumsinya, termasuk pangan hasil rekayasa genetika. Selain peraturan perundangan diatas, ada beberapa peraturan perundangan lainnya yang mengatur tentang Pangan produk Rekayasa Genetika diantaranya : Keptan 1997 tentang keamanan hayatai Produk Bioteknologi Pertanian Hasil Rekayasa Genetika (PBPHRG), Keputusan bersama 4 menteri tahun 1999 tentang Keamanan Hayati dan Pangan PPHRG (Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika) serta RPP 2004 tentang kemanan hayati PRG (Produk Rekayasa Genetika). Sementara dalam fungsi pelaksana perundangan untuk produk pangan trangenik didukung oleh kelembagaan yang terdiri dari Komisi Kemanan Hayati dan Kemanan Pangan (KKHKP) dengan anggota dari Badan POM, BPPT, LH, LIPI, LSM, LitbangTan, Litbang DKP, Litbang Hut, Litbang Kes, dan Perhimpunan Profesi. Untuk Tim Teknis Kemanan Hayati dan Kemanan
3
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
Pangan (TTKHKP) beranggotakan IPB, UI, LIPI, BPPT, LitbangTan, LitbangHut, LitbangKes, LitbangKP, Badan POM, dan Bulog. Produk pangan GMO mempunyai 2 sisi yang saling betolak belakang, pertama tentang manfaat dan efisiensi pertanian produk GMO dan kedua mengenai isu keamanan pangan dari varietas tanaman baru hasil rekayasa genetika. Melihat manfaat dan potensi bahayanya, maka perlu disikapi secara bijak agar menguntungkan namun juga tetap minim resiko bahaya. Penolakan secara berlebihan hanya akan membuat indonesia tertinggal dalam hal daya saing pangan karena pada umumnya produk pangan GMO memiliki banyak kelebihan sepert i kuantitas panen produk tinggi, ketahanan terhadap hama yang cukup baik, serta kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibanding produk pangan non-GMO. Sementara itu, pembebasan terhadap produk pangan GMO yang berlebihan juga dapat menimbulkan efek negatif seperti banjirnya produk GMO dipasaran, ataupun efek kesehatan dari pangan GMO yang tidak terkontrol secara baik. Pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam hal ini hendaknya menjadi filter bagi produk pangan GMO baik hasil dari dalam negeri ataupun juga yang berasal dari luar negeri. Melalui badan pelaksana yang terkait yang terdiri dari Komisi Kemanan Hayati dan Kemanan Pangan (KKHKP) dan Tim Teknis Kemanan Hayati dan Kemanan Pangan (TTKHKP), langkah tersebut menurut kami sudahlah sangat efektif. Namun yang perlu diperhatikan apakah regulasi ini bisa secara konsisten dilaksanankan oleh badan terkait? Hal ini masih menjadi sebuah tanda tanya mengingat produk pangan GMO juga terkait dengan kepentingan bisnis produk pangan yang mana banyak lembaga pemerintah yang rawan tindak penyelewengan. Pertanyaan kedua tentang pelaksanaan regulasi produk pangan GMO adalah mengenai kesiapan SDM dan peralatan di badan terkait sebagai filter produk-produk GMO yang beredar d i pasar dalam negeri. Produk rekayasa genetika merupakan produk teknologi tinggi, dimana untuk pengujian dan penelitiannya tidak hanya membutuhkan peralatan yang canggih namun juga SDM yang mumpuni. Hendaknya pemerintah tidak hanya membuat suatu regulasi, tapi juga memikirkan SDM dan perlatan yang diperlukan guna menjaga efek negatif dari produk pangan GMO baik dari dalam maupun luar negeri.
4
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejak awal sejarah manusia, sistem kehidupan dan ekstrak mereka memiliki telah digunakan secara empiris sepenuhnya untuk memecahkan salah satu kebutuhan manusia yang paling dasar: bagaimana untuk memproduksi dan menyimpan makanan. Keju dan produksi bir adalah dua contoh awal kemajuan di bidang bioteknologi. Dalam kasus keju, susu yang merupakan produk biodegradable, berubah menjadi turunan stabil, lebih tahan lama untuk disimpan, dan lezat. Penemuan selanjutnya, terutama oleh Louis Pasteur menunjukkan peran mikroorganisme dalam makanan dan minuman dan karakterisasi enzim pencernaan, menjadi suatu titik balik utama dalam pendekatan manusia untuk produksi makanan dan penyimpanan. Sejak pertengahan abad kedua puluh, penggunaan enzim dan mikroba strain dalam berbagai macam aplikasi pangan dan pakan telah melahirkan disiplin baru yang dikenal sebagai "rekayasa biokimia". Baru-baru ini, pengenalan rekayasa genetika telah membuka jalan bagi peningkatan biokatalis untuk transformasi bahan mentah pertanian. Fakta bahwa tidak ada DNA eksogen hadir dalam persiapan enzim memungkinkan penggunaan seperti pendekatan teknik molekuler untuk meningkatkan efisiensi enzim katalitik. Hal ini penting karena kekhawatiran masyarakat atas genetically modified organisms (GMOs) sangat menghambat kemungkinan inovasi di banyak bidang. Dalam hal ini harus digarisbawahi bahwa meskipun sektor makanan dan pakan secara tradisional termasuk aplikasi utama dari bioteknologi, pengembangan bahan dan proses baru menjadi semakin sulit karena kendala peraturan yang ketat. Bahan makananan hasil rekayasa genetika memasuki sistem pangan Global pada awal hingga pertengahan 1990-an dan sekarang dalam berbagai pilihan makanan mentah dan olahan. Pengenalan yang cepat dari makanan GM telah ditandai dengan dua cerita yang berbeda pemasaran. Dalam contoh pertama, pemilik teknologi dan pengembang (yaitu, perusahaan bioteknologi) sudah efektif dalam marketing produk baru mereka kepada para petani dan produsen. Tingkat adopsi untuk varietas GM telah lebih cepat dari teknologi baru ini
5
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
diperkenalkan lain dalam sistem agribisnis pangan (Kalaitzandonakes, 1999). Sementara itu, sebagai input-sifat makanan GM telah diatur sebagai setara dengan makanan tradisional, sikap dianggap menghalangi setiap usaha pemasaran eksplisit. Sebagian besar produk baru telah dicampur dengan makanan konvensional pada pasokan rantai makanan global, sehingga konsumen di banyak pasar belum punya pilihan untuk mengkonsumsi produk tersebut. Meskipun paling baru input-sifat bahan makanan GM tidak secara proaktif dipasarkan ke konsumen, makanan GM yang dipasarkan secara proaktif menunjukkan nilai potensial dari pemasaran yang efektif da n penempatan produk yang sukses. Warga dan konsumen di sejumlah negara menuntut dan meminta pemerintahan atau pasar mereka untuk menyediakan baik undangundang atau sistem pelabelan proaktif untuk produk ini. Hal ini kontraproduktif bagi produsen dan konsumen, karena sistem peraturan dan labeling cenderung instrumen tumpul untuk mengelola atau sinyal atribut produk. Pemasaran yang lebih efektif tidak hanya bagus untuk diterapkan, ini mungkin menjadi prakondisi untuk investasi dan inovasi lebih lanjut dalam sistem pertanian dan pangan. Transformasi yang berhasil telah melibatkan pengenalan berbagai sifat baru ke dalam varietas tanaman yang ada. Karakter input/masukan baru termasuk toleransi terhadap herbisida berspektrum luas, panas, kekeringan dan ketahanan terhadap serangga atau virus. Keluaran baru berkisar dari sifat pematangan yang tertunda atau karakteristik gizi atau fungsional berubah dari makanan, serta memilih gen yang dapat menghasilkan protein dan enzim. Upaya telah difokuskan pada tanaman pangan (jagung, kedelai, dan kanola), pakan hewan (jagung dan kedelai), tanaman industri (kapas), vaksin dan hormon untuk hewan (rBST), ikan (salmon), mikroba, dan bahan aktif makanan (chy-Mosin).
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam pemicu GMO kali ini adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan GMO? 2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam GMO pada produk pangan? 3. Dampak negatif dari GMO pangan beserta contoh-contohnya? 4. Sebutkan dan jelaskan tahapan-tahapan GMO pangan agar bisa dijual di pasar!
6
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
5. Adakah
lembaga-lembaga yang bertugas melegalisasi GMO pangan? Kalau ada,
jelaskan peranannya dalam menjaga kualitas dan keamanan produk-produk GMO tersebut! 6. Bagaimana regulasi GMO produk pangan di luar negeri? 7. Bagaimana regulasi GMO produk pangan di luar Indonesia? 8. Bagaimana sebaiknya warga Indonesia menyingkapi produk-produk GMO pangan?
7
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
BAB II ISI
2.1
Konsep Umum
2.1.1
Pengertian GMO
Teknologi DNA atau rekayasa genetika merupakan kesinambungan dari proses yang terjadi secara alami di alam dengan menggunakan sains dan teknologi baru. Genetically Modified Organism (GMO) atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan produk rekayasa genetika
adalah organisme yang DNA-nya telah dirubah dengan menggunakan suatu teknologi yang disebut dengan bioteknologi modern sehingga menghasilkan suatu organisme atau produk yang berbeda dengan produk alamiahnya yang mempunyai beberapa kelebihan karena dalam pembuatannya dilakukan seleksi terhadap sifat-sifat baiknya. Dengan memperkenalkan gen asing, para ilmuwan meminta sel diubah untuk membuat protein baru atau enzim, sehingga sel melakukan fungsi baru. Gen dapat diambil dari tanaman, hewan atau mikro-organisme. Jika gen dimasukkan ke dalam spesies lain, organisme yang dihasilkan disebut sebagai “transgenik”. Contoh pangan hasil rekayasa genetika antara lain meliputi hewan transgenik, bahan asal hewan transgenik dan hasil olahannya, ikan transgenik, bahan asal ikan transgenik dan hasil olahannya, tanaman transgenik, bagian-bagiannya dan hasil olahannya, serta jasad renik transgenik. Peningkatan sifat yang diinginkan secara tradisional telah dilakukan melalui pemuliaan, tetapi metode pemuliaan tanaman konvensional dapat menjadi sangat memakan waktu dan sering tidak begitu akurat. Rekayasa genetika, di sisi lain, dapat menciptakan tanaman dengan sifat yang diinginkan yang tepat sangat cepat dan dengan akurasi besar. Sebagai contoh, ahli genetika tanaman dapat mengisolasi sebuah gen bertanggung jawab untuk toleransi kekeringan dan menyisipkan gen tersebut ke tanaman yang berbeda. Pabrik rekayasa genetik baru akan mendapatkan toleransi kekeringan juga. Gen tidak hanya dapat ditransfer dari satu tanaman ke yang lain, tapi gen dari organisme non-tanaman juga dapat digunakan. Contoh paling terkenal dari hal ini adalah penggunaan gen B.t. pada jagung dan tanaman lainnya. Bt, atau Bacillus thuringiensis, adalah bakteri alami yang menghasilkan protein kristal yang mematikan bagi larva
8
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
serangga. B.t gen protein Kristal telah dialihkan ke jagung, memungkinkan jagung untuk menghasilkan pestisida sendiri terhadap serangga seperti hama penggerek jagung Eropa. 2.1.2
Tujuan Produksi Makanan GM
Makanan transgenik dikembangkan - dan dipasarkan - karena ada beberapa keuntungan yang dirasakan baik kepada produsen atau konsumen dari makanan ini. Hal ini dimaksudkan untuk diterjemahkan ke dalam produk dengan harga yang lebih rendah, manfaat yang lebih besar (dalam hal nilai atau daya tahan gizi) atau keduanya. Awalnya pengembang benih GM ingin produk mereka untuk diterima oleh produsen sehingga telah berkonsentrasi pada inovasi yang petani (dan industri makanan lebih umum) akan menghargai. Tujuan awal untuk mengembangkan tanaman berdasarkan organisme GM adalah untuk meningkatkan perlindungan tanaman. Tanaman GM saat ini di pasar terutama ditujukan untuk peningkatan tingkat perlindungan tanaman melalui pengenalan resistensi terhadap penyakit tanaman yang disebabkan oleh serangga atau virus atau melalui toleransi meningkat terhadap herbisida. Resistensi terhadap serangga dicapai dengan memasukkan ke dalam tanaman pangan gen untuk produksi toksin dari bakteri Bacillus thuringiensis (BT). Racun ini saat ini digunakan sebagai insektisida konvensional di bidang pertanian dan aman untuk dikonsumsi manusia. Tanaman transgenik yang secara permanen menghasilkan toksin ini telah terbukti memerlukan jumlah yang lebih rendah dari insektisida dalam situasi tertentu, misalnya d i mana tekanan hama tinggi. Resistensi virus ini dicapai melalui pengenalan gen dari virus tertentu yang menyebabkan penyakit pada tanaman. Resistensi virus membuat tanaman lebih rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut, sehingga hasil panen yang lebih tinggi.
2.1.3
Potensi makanan GM untuk kesehatan dan lingkungan
A. Kesehatan
Potensi resiko makanan GM terhadap kesehatan manusia ditentukan dengan melakukan penilaian keamanan makanan GM yang umumnya meneliti: (a) efek kesehatan langsung (toksisitas), (b) kecenderungan untuk memprovokasi reaksi alergi (alergenisitas), (c) komponen tertentu dianggap memiliki sifat gizi atau beracun, (d) stabilitas gen yang disisipkan; (e) efek nutrisi terkait dengan modifikasi genetik, dan (f) efek yang tidak diinginkan yang dapat
9
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
mengakibatkan dari penyisipan gen. Sementara diskusi teoritis sudah mencakup berbagai aspek, tiga isu utama diperdebatkan adalah kecenderungan untuk memprovokasi reaksi alergi (alergenisitas), transfer gen dan silang luar. Alergenisitas. Sebagai masalah prinsip, transfer gen dari makanan umumnya alergi tidak
disarankan kecuali dapat menunjukkan bahwa produk protein dari gen yang ditransfer tidak alergi. Sementara makanan tradisional dikembangkan umumnya tidak diuji untuk alergenisitas, protokol untuk tes untuk makanan GM telah dievaluasi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan WHO. Tidak ada efek alergi telah ditemukan relatif terhadap makanan transgenik saat ini di pasar. Transfer gen. Transfer gen dari makanan GM untuk sel-sel tubuh atau bakteri di saluran
pencernaan akan menimbulkan kekhawatiran jika bahan genetik ditransfer berakibat buruk pada kesehatan manusia. Hal ini akan sangat relevan jika gen resistensi antibiotik, digunakan dalam menciptakan GMO, itu harus ditransfer. Meskipun kemungkinan transfer rendah, penggunaan teknologi tanpa gen resistensi antibiotik telah didorong oleh FAO terakhir / WHO panel ahli. Silang luar . Gerakan gen dari tanaman GM ke tanaman konvensional atau spesies terkait
di alam liar (disebut sebagai "silang luar"), serta pencampuran tanaman berasal dari biji yang tumbuh konvensional dengan menggunakan tanaman GM, mungkin memiliki efek tidak langsung pada makanan keselamatan dan keamanan makanan. Risiko ini adalah nyata, seperti yang ditunjukkan ketika jejak-jejak jenis jagung yang hanya disetujui untuk digunakan pakan muncul dalam produk jagung untuk konsumsi manusia di Amerika Serikat. Beberapa negara telah mengadopsi strategi untuk mengurangi pencampuran, termasuk pemisahan yang jelas satu bidang di mana GM tanaman dan tanaman konvensional tumbuh. B. Lingkungan
Penilaian resiko terhadap lingkungan meliputi hal-hal yang terkait GMO dan potensi lingkungan. Proses penilaian meliputi evaluasi karakteristik transgenik dan efeknya dan stabilitas di lingkungan, dikombinasikan dengan karakteristik ekologi lingkungan di mana pengenalan akan berlangsung. Penilaian ini juga mencakup efek yang tidak diinginkan yang dapat terjadi dari penyisipan gen baru. Masalah-masalah ini meliputi: kemampuan GMO untuk melarikan diri dan berpotensi memperkenalkan gen yang direkayasa ke dalam populasi liar; ketahanan gen
10
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
setelah transgenik setelah dipanen; kerentanan organisme non-target (misalnya serangga yang bukan hama) untuk produk gen; stabilitas gen; pengurangan spektrum tanaman lain termasuk hilangnya keanekaragaman hayati, dan peningkatan penggunaan bahan kimia dalam pertanian. Aspek keamanan lingkungan tanaman transgenik sangat bervariasi sesuai dengan kondisi lokal. Investigasi saat ini fokus pada: efek berpotensi merugikan pada serangga yang bermanfaat atau induksi cepat serangga resisten; generasi potensi patogen tanaman baru; konsekuensi merugikan potensi keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa liar, dan penurunan penggunaan praktek penting dari rotasi tanaman di pemerintah tertentu, situasi, dan pergerakan gen ketahanan herbisida ke tanaman lain.
2.2
Jenis Makanan GM di Pasar Internasional
Semua tanaman GM yang tersedia di pasar saat ini internasional telah dirancang menggunakan salah satu dari tiga sifat dasar: tahan terhadap kerusakan akibat serangga, ketahanan terhadap infeksi virus, dan toleransi terhadap herbisida tertentu. Semua gen digunakan untuk memodifikasi tanaman yang berasal dari mikroorganisme. Tabel di bawah ini menunjukkan contoh tanaman hasil rekayasa genetika beserta tujuan pembuatannya. Tabel 1 . Jenis Makanan GM di Pasar Internasional. Sumber: 20 QUESTIONS ON GENETICALLY MODIFIED
(GM) FOODS.
Hasil Panen
Sifat
Daerah/Negara
dengan
Persetujuan Maizena
Tahan serangga
Argentina, Selatan,
Kanada, Amerika
Afrika Serikat,
UniEropa Tahan terhadap herbisida
Argentina, Kanada, Amerika Serikat, UniEropa
Kacang kedelai
Tahan terhadap herbisida
Argentina, Selatan, UniEropa proses)
11
Kanada, Amerika (hanya
Afrika Serikat, untuk
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
Tahan terhadap herbisida
Oil seed rape Chicory
(tanaman
akarnya
dibakar
yang Tahan terhadap herbisida
Kanada, Amerika Serikat UniEropa
(hanya
untuk
tujuan perkembangiakan)
sebagai
pengganti kopi) Squash
(semacam
ketela/ Tahan terhadap virus
Kanada, Amerika Serikat
gambas)
Tahan
Kentang
serangga,
tahan Kanada, Amerika Serikat
herbisida Sumber: http://www.who.int/foodsafety/publications/biotech/20questions/en/
Tabel 2. Tujuan dan contoh tanaman rekayasa genetika di n egara AS, Argentina, Kanada, Meksiko, Rumania dan
Uruguay
No
Tujuan Rekayasa Genetika
Contoh Tanaman
1
Menghambat pematangan dan pelunakan
buah Tomat
2
Tahan terhadap serangan insektisida
Tomat, kentang, jagung
3
Tahan terhadap serangan ulat
Kapas
4
Tahan terhadap insekta dan virus
Kentang
5
Tahan terhadap virus
Squash
6
Tahan terhadap insekta dan herbisida
Jagung, Padi, Kapas dan Canola
7
Toleran terhadap herbisida
Kedelai, Canola, Kapas, Jagung
8
Perbaikan komposisi nilai gizi
Canola (high laurate oil), Kedelai (high oleid acid oil), Padi (high beta-carotene)
Sumber: http://lordbroken.wordpress.com/2010/07/23/penggunaan-rekayasa-genetika-pada-tanaman-genetically-
modified-organism-dikaji-dari-sisi-positif/
2.3
Tahapan produksi GMO
Untuk membuat suatu makanan GM, pertama-tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning
12
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Berbagai teknik digunakan untuk memperkenalkan gen yang diinginkan atau gen 'tidak aktif' yang tidak diinginkan. Teknik ini meliputi bakteri jinak atau infeksi viral (bakteri karier), rekayasa gen, 'pembungkaman' gen, biolistics, presipitasi kalsium fosfat dan elektroporasi. Beberapa teknik yang digunakan untuk mentransfer sel asing ke dalam hewan dan tumbuhan meliputi:
Bakteri karier
Biolistik
Presipitasi kalsium fosfat
Elektroporasi
Gene silencing
Gene splicing
Lipofection (atau transfeksi liposom)
Injeksi
Viral karier
Bakteri karier
Bakteri Agrobacterium dapat menginfeksi tanaman, yang membuatnya menjadi pembawa yang sesuai untuk menghantarkan DNA. Bakteri disiapkan dalam larutan khusus untuk membuat dinding sel yang lebih berpori. Gen yang dipilih dimasukkan ke dalam molekul DNA bakteri kromosom ekstra (disebut plasmid) dan turun ke dalam larutan. Larutannya kemudian dipanaskan yang memungkinkan plasmid bakteri untuk masuk dan mengekspresikan gen baru. Bakteri yang diubah secara genetik (atau rekombinan) diperbolehkan untuk memulihkan ('beristirahat') dan tumbuh dan, tergantung pada plasmid, membuat salinan tambahan dari gen baru. Bakteri kemudian dibiarkan menginfeksi sel target tanaman sehingga dapat memberikan plasmid dan gen baru ke dalam sel untuk diubah.
13
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
Biolistik
DNA yang dipilih akan melekat pada partikel mikroskopis emas atau logam tungsten. Seperti menembakkan pistol, ini DNA-sarat partikel ditembak ke dalam sel target menggunakan ledakan gas di bawah tekanan. Presipitasi kalsium fosfat
DNA dipilih terkena kalsium fosfat. Campuran ini menciptakan butiran kecil. Sel target menanggapi
butiran
dengan
sekitarnya
dan
menelan
mereka
(endoocytosis),
yang
memungkinkan butiran untuk melepaskan DNA dan mengirimkannya ke inti host dan kromosom. Elektoporasi
Sel target yang disiapkan direndam dalam larutan khusus dengan DNA yang dipilih. Sebuah sengatan listrik singkat namun intens kemudian dilewatkan melalui solusi. Hasilnya adalah pori-pori kecil / air mata dalam dinding sel, yang memungkinkan akses materi baru genetik untuk inti atom. Kemudian, sel-sel ditempatkan dalam solusi lain dan mendorong untuk memperbaiki mereka melanggar dinding, mengunci 'donor' DNA dalam sel. DNA yang dipilih akan dimasukkan ke dalam kromosom inang untuk memberikan host dengan gen baru. Gen silencing
Gen yang bertanggung jawab untuk sifat organisme yang tidak diinginkan diidentifikasi. Salah satu metode untuk 'membungkam' gen tertentu adalah dengan melampirkan salinan kedua gen dengan jalan/cara yang salah. Teknik ini digunakan untuk mencegah tanaman seperti kacang dan gandum untuk memproduksi protein (alergen) yang biasanya bertanggung jawab dalam alergi manusia. Pendekatan lain adalah untuk memasukkan DNA asing dalam gen untuk 'mematikan' itu.
Gen splicing
Bakteri mengandung enzim restriksi yang merupakan bagian dari 'sistem kekebalan bakteri terhadap invasi oleh organisme lain atau bakteriofag (virus bakteri). Enzim restriksi menyerang DNA asing dengan memotong itu menjadi beberapa bagian yang tepat dan mencegah dari yang dimasukkan ke dalam kromosom bakteri. Bakteri yang berbeda menghasilkan enzim
14
Pemicu 2 Bioetika
Pro Kontra Seputar GMO
restriksi yang berbeda yang memotong setiap DNA pada tempat yang berbeda, membuat 'lengket' DNA dalam beberapa kasus, yang berarti mereka dapat 'disisipkan' langsung ke DNA disiapkan organisme target. Dengan menggunakan enzim restriksi dari bakteri, ahli biologi molekuler dapat 'genetik insinyur' DNA untuk 'penyisipan' ke target (host) sel untuk memodifikasi sifat-sifat gen. Ahli biologi molekuler kemudian menggunakan enzim lain (DNA ligase) untuk memadukan urutan gen baru ke dalam kromosom. Alternatifnya, gen baru dapat dimasukkan ke dalam molekul DNA ekstra kromosom bakteri ini (plasmid), yang membawa gen invasi yang memungkinkan untuk menyerang sel target dan memberikan gen. Contoh dari ini adalah invasi sel-sel tumbuhan dengan Agrobacterium tumefaciens. Lipofection
Gelembung kecil yang disebut liposom lemak digunakan sebagai pembawa DNA yang dipilih. Sel target dan liposom ditempatkan ke dalam larutan khusus. Liposom bergabung dengan fosfolipid dalam membran sel, yang memungkinkan masuknya DNA ke dalam sel untuk dimasukkan dalam kromosom. Injeksi
DNA yang dipilih akan disuntikkan ke dalam sel telur dibuahi (sel telur wanita) melalui perangkat yang sangat ramping disebut tabung gelas kapiler. Telur hasil rekayasa genetika ini kemudian ditransplantasikan ke rahim disiapkan wanita reseptif dan dibiarkan tumbuh panjang. Metode ini memastikan bahwa hampir setiap sel dalam tubuh organisme berkembang mengandung DNA baru, tetapi tidak semua keturunannya akan membawa transgen (dianggap sebuah 'transgenik' hewan). Viral karier
Sebuah virus yang akan menyerang sel target tetapi tidak menyebabkan kerusakan atau kematian dipilih. DNA yang dipilih ditambahkan susunan genetik virus dan kemudian virus diperbolehkan untuk menginfeksi target. Sebagai virus menyerang sel dan ulangan, DNA yang dipilih akan ditambahkan ke sel target.
15