PRESTASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR, DAN MOTIF BERPRESTASI
A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar
Menurut Kimble (dalam Gunarsa, 1981) belajar merupakan suatu proses perubahan sikap yang relative menetap, yang terjadi sebagai akibat latihan dengan penguatan. Wisnusubrata Hendrojuwono (1987) mengatakan bahwa proses belajar ditandai ditandai dengan dengan adanya adanya per-ubahan per-ubahan perilaku, perilaku, kemudian kemudian secara bertahap dapat menj menjad adii kebi kebiasa asaan an.. Seda Sedang ngka kan n menu menuru rutt Herm Herman an Hudo Hudoyo yo (197 (1979) 9) bela belaja jar r merupa merupakan kan suatu suatu proses proses untuk untuk mendap mendapatk atkan an penget pengetahu ahuan an atau atau pengal pengalaman aman sehingga mengubah tingkah laku manusia dan tingkah laku itu relatif menetap. Lebih Lebih lanjut lanjut Veron Veron dan Donald Donald (dalam (dalam Mahrita Mahrita,, 1991) 1991) menyim menyimpul pulkan kan bahwa bahwa belajar itu adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih konstruktif. Dalam hubungan belajar ini Good dan Brophy (1990) berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Perubaha itu dalam kerangka pemahaman, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan dan keterampilan melalui pengalaman yang relative menetap. Dari berbagai pengertian tentang belajar di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang ditandai dengan dengan adanya adanya peruba perubahan han pada pada kognis kognisi, i, afeksi afeksi maupun maupun perila perilaku ku yang yang relati relatif f menetap. Dari hasil proses belajar akan diperoleh suatu hasil yang dapat dievaluasi. Hasil evaluasi dari proses belajar ini disebut dengan prestasi belajar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk laporan tertentu misalnya nilai rapor atau nilai judisium. Cagn Cagnee (dal (dalam am Soet Soetarl arlin inah ah Suka Sukadj dji, i, 1988 1988)) berp berpen enda dapa patt bahw bahwaa yang yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah tingkat kemampuan actual yang dapat diukur, baik berupa penguasaan ilmu pengetahuan, sikap maupun keterampilan tertentu yang dicapai seseorang sebagai hasil dari apa yang dipelajari seorang anak didik di sekolah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa keberhasilan anak didik, adalah adalah gambar gambaran an hasil hasil dari dari proses proses belajar belajar yang yang merupa merupakan kan kristal kristalisas isasii dari dari berbagai komponen yang saling terkait dan saling berpengaruh. berpengaruh.
12
Mouly (1967) (1967) mengatakan mengatakan prestasi prestasi belajar adalah keberhasil keberhasilan an objektif objektif yang dicapai seorang siswa sebagai akibat dari proses belajar. Prestasi belajar dipengaruhi berbagai factor yang saling terkait. Sedangkan menurut Sunarwan (1991) (1991) prestas prestasii belaja belajarr merupa merupakan kan evalua evaluasi si hasil hasil dari dari suatu suatu poses poses belaja belajarr atas atas sejumlah materi pelajaran. Evaluasi atas proses belajar pada kurun waktu tertentu ini didasarkan suatu system penilaian penilaian tertentu, yang biasanya biasanya dinyatakan dinyatakan dalam bentuk laporan tertentu misalnya pada nilai rapor. Dalam evaluasi tersebut terkandung penilaian ataupun pengukuran terhadap sejumlah tingkat kemampuan aktual aktual yang yang berupa berupa keberh keberhasil asilan an dalam dalam pengua penguasaan saan terhada terhadap p sejumla sejumlah h ilmu ilmu pengetahuan, dan juga perubahan atas sikap dan keterampilan sebagai akibat langsung dari proses belajar tersebut. Bloo Bloom m (195 (1956) 6),, meng mengat atak akan an bahw bahwaa prest prestas asii bela belaja jarr meru merupa paka kan n hasil hasil perubahan tingkah laku yang meliputi kemampuan daya pikir (kognisi), kemampuan perasaan (afeksi) dan keterampilan (psikomotor). Ketiga ranah itu tidak tidak dipisah dipisahkan kan meskip meskipun un secara secara konsep konseptua tuall dapat dapat dibeda dibedakan kan menuru menurutt ciriciricirinya. Hubungan ketiga ranah itu secara interaktif dapat digambarkan seperti di bawah ini.
Kognitif
Afektif
Psikomotorik
Gambar 2. Hubungan Interaktif antar Ranah
Hasi Hasill atau atau prest prestasi asi bela belaja jarr dapa dapatt dili diliha hatt mela melalu luii peru peruba baha han n ting tingka katt kemampuan kemampuan aktual yang meliputi kemajuan pada penguasaan penguasaan ilmu pengetahua pengetahuan, n,
13
perubahan sikap dan keterampilan yang dicapai mahasiswa sebagai s ebagai hasil dari apa yang dipelajari di kampus. Dalam Dalam teori teori takson taksonomi omi yang yang dikemu dikemukak kakan an Bloom Bloom (1956) (1956) dikatak dikatakan, an, bahwa melalui proses belajar akan terjadi perubahan kemampuan daya pikir (kognisi) dalam bidang studi yang meliputi enam tingkat, yaitu : a. Peng Penget etah ahua uan, n, yait yaitu u dapa dapatt meng mengen enal, al, meng mengin inga gatt dan dan memp mempro rodu duks ksii baha bahan n pengetahuan atau pelajaran yang pernah diberikan; b. Pemahaman, yaitu memahami materi atau gagasan yang diberikan. Mahasiswa menget mengetahu ahuii apa yang yang disamp disampaik aikan an dan dapat dapat menggu menggunak nakan an materi materi atau gagasan yang diberikan tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihat implikasinya; c. Pene Penera rapa pan, n, yait yaitu u meng menggu guna naka kan n hal-h hal-hal al yang yang abstr abstrak ak dala dalam m situa situasi si yang yang khusus dan konkrit; d. Analisis, Analisis, yaitu mengur menguraikan aikan suatu suatu materi materi atau bahan bahan yang diberik diberikan, an, menjadi menjadi unsur-unsur unsur-unsur atau bagian-bagian bagian-bagian,, sehingga sehingga kedudukan kedudukan atau hubungan hubungan antar unsur atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas; e. Sintesi Sintesis, s, yaitu yaitu menghi menghimpu mpun n atau atau menyus menyusun un unsur-un unsur-unsur sur atau bagian-b bagian-bagi agian an sehingga membentuk keseluruhan, proses bekerja dengan bahan-bahan, unsurunsur, dan menyusun menyusun atau menggabungka menggabungkannya nnya menjadi pola atau struktur struktur tertentu; f. Evalua Evaluasi, si, yaitu yaitu memberika memberikan n pertimban pertimbangan gan mengena mengenaii nilai nilai dari bahan-bah bahan-bahan an dan metode-metode untuk tujuan tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang ditandai dengan adanya perubahan pada kognisi, afeksi maupun psikomotorik yang relatif menetap. Sedangkan prestasi belajar adalah hasil hasil belaja belajarr yang yang dapat dapat diukur diukur baik baik intelek intelektua tual, l, penget pengetahu ahuan, an, sikap sikap maupun maupun keterampilannya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Setiap orang pada dasarnya mempunyai mempunyai keinginan untuk menunjukka menunjukkan n kompet kompetens ensii dengan dengan menakl menakluka ukan n lingku lingkunga nganny nnya. a. Motiv Motivasi asi belaja belajarr merupa merupakan kan
14
dorongan internal ke tingkah laku yang membawanya ke arah kemampuan dan penguasaan (Morgan, 1986). Worrel dan Stilwell (1991) mengatakan faktor-faktor kognitif di dalam motivasi di sini mencakup enam keterampilan kompetensi diri yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan mahasiswa. Keterampilan kompetensi itu berupa keterampilan untuk mengevaluasi diri sehubungan dengan pelaksanaan tugas mulai tugas anak didik, harapan sukses, keberhasilan tugas, locus of control, penguatan diri untuk mencapai tujuan. Sumadi (1993) mengatakan ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses pencapaian prestasi belajar. Sebagai suatu proses maka ada tiga aspek yang saling terkait yang menentukan tingkat prestasi belajar seseorang. Adapun ketiga aspek tersebut adalah adalah aspek masukan (input), asapek proses (process) dan aspek keluaran (output) atau disebut juga dengan hasil. Aspek Aspek pertam pertamaa - masuka masukan n atau atau input input - adalah adalah berisi berisi potens potensii psikof psikofisi isik k yang dimiliki anak didik atau mahasiswa. Aspek fisik tersebut meliputi kesehatan badan, pancaindera dan organ-organ tubuh lainnya yang mendukung proses belajar, sedangkan aspek as pek psikis meliputi daya inteligensi, minat, bakat, emosi dan aspek-aspek kepribadian lainnya. Kedua - aspek proses - adalah semua aspek yang mempengaruhi proses belajar baik secara langsung maupun tidak langsung seperti aspek sekolah, yang melipu meliputi ti staf pengaj pengajar, ar, kuriku kurikulum lum,, gedung gedung dan fasilit fasilitas as belaja belajarr lainnya lainnya yang yang mendukung keberhasilan belajar, seperti perpustakaan, alat-alat laboratorium, dan aspek penunjang lainnya. Aspek luar sekolah seperti orangtua dan kondisi rumah tangga juga keadaan ekonomi, sosial dan politik. Aspek ketiga adalah keluaran atau atau outp output ut yait yaitu u sasar sasaran an pend pendid idik ikan an yang yang ingi ingin n dicap dicapai ai,, misal misalny nyaa tuju tujuan an pendidikan. Juga termasuk hasil yang sudah dicapai misalnya kuantitas dan kualitas alumni, prestasi sekolah yang telah dicapai. Semua aspek keluaran ini juga akan ikut mempengaruhi prestasi belajar seorang anak didik. Cagne Cagne (dalam (dalam Soetarl Soetarlina inah h Sukadj Sukadji, i, 1988) 1988) mengat mengataka akan n bahwa bahwa prestas prestasii belajar ditentukan oleh aspek internal dan aspek eksternal. Keterangan dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut :
15
a. Aspek intern internal al meliputi meliputi kemampuan-k kemampuan-kemamp emampuan uan yang yang dimiliki dimiliki individu individu yang yang diperlukan dalam proses belajar yang terdiri dari aspek fisik dan aspek psikis. Faktor Faktor psikol psikologi ogiss antara antara lain lain faktor faktor intelek intelektua tual, l, bakat bakat dan minat, minat, motif motif berprestasi, kebiasaan belajar dan lain sebagainya. Sedangkan aspek fisik meliputi pancaindera, kelengkapan fisik serta kesehatan individu. b. Aspek eksternal meliputi lingkungan keluarga dan masyarakat serta lingkungan sekolah. Aspek lingkungan keluarga dan masyarakat meliputi cara pola asuh, kondisi sosial ekonomi keluarga, dan kondisi sosisal s osisal dan nilai-nilai di masyarakat. Sedangkan aspek lingkungan sekolah meliputi kondisi potensi para pengajar, kelengkapan sekolah, sarana dan prasarana dalam belajar, termasuk kurikulum dan sistem pendidikan yang diererpakan. Banyak Banyak ahli ahli yang yang member memberika ikan n pendap pendapat at mengen mengenai ai faktor faktor-fak -faktor tor yang yang mempengaruhi prestasi belajar dan beberapa penelitian telah dilakukan. Herzberg (dalam (dalam Siagia Siagian, n, 1995) 1995) pelopo peloporr teori teori motiva motivasi si - higien higiene, e, menyim menyimpul pulkan kan hasil hasil penelitiannya tentang apakah sesungguhnya yang diinginkan seseorang dari kegiat kegiatann annya. ya. Ia berkey berkeyaki akinan nan bahwa bahwa hubun hubungan gan seseora seseorang ng dengan dengan kegiat kegiatnny nnyaa sangat sangat mendas mendasar ar dan karena karena itu sikap sikap seseora seseorang ng terhada terhadap p kegiat kegiatan an itu sangat sangat mungkin menentukan keberhasilan atau kegegalannya. Dalam hubungan ini Child (1977) menyarankan agar faktor internal dan faktor faktor ektern ekternal al dapat dapat menduk mendukung ung motiva motivasi si belajar belajar.. Selanj Selanjutn utnya ya dalam dalam rangk rangkaa mendukung motivasi faktor eksternal adalah dengan jalan memberikan intensitas stimulus. Berilah stimulus-stimulus yang baru dan aktual serta yang beragam. Lebih lanjut ia menyarankan, dalam kaitan ini, adalah upayakan stimulus yang berwarna, bergerak, dan berikanlah stimulus tersebut secara berkala. Seja Sejala lan n deng dengan an itu itu apab apabil ilaa pros proses es bela belaja jar-m r-men enga gajar jar ingi ingin n berh berhasi asil, l, pendidik harus memotivsasi anak didiknya, yang perlu ditekankan adalah faktorfaktor yang menimbulkan rasa puas, yaitu dengan mengutamakan faktor-faktor motivasional yang sifatnya intrinsik. Penelitian Toto Kuwato, dkk. (1990) menemukan bahwa inteligensi, motif berprestasi, jenis kelamin dan asal sekolah (asal SLTA) berkorelasi dengan prestasi belajar mahasiswa. Ditemukan bahwa indeks prestasi pres tasi mahawiswa wanita lebih tinggi dibanding pria.
16
3. Pengukuran Prestasi Belajar
Peng Penguk ukur uran an
pend pendid idik ikan an
menc mencak akup up
bebe bebera rapa pa
bida bidang ng..
Kala Kalau u
kita kita
meng menggu guna naka kan n taks takson onom omii psik psikol olog ogii bela belaja jarr yang yang bany banyak ak digu diguna naka kan n oran orang, g, pengukuran mencakup bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang psikomotor. Biasanya bidang kognitif pengukurannya melalui uji tes. Bidang afektif diukur melalui kuesioner, wawancara, dan mungkin juga melalui pengamatan, sedangkan bidang psikomotor diukur melalui perbuatan dan pengamatan (Dali S. Naga, 1992). Dala Dalam m pene peneli liti tian an ini ini prest prestas asii bela belaja jarr diuk diukur ur deng dengan an inde indeks ks pres prestas tasii kumulatif (IPK), yaitu indeks prestasi rata-rata yang dicapai seorang mahasiswa sekurang-ku sekurang-kurangn rangnya ya dalam 3 semester. semester. Di STIA-LAN, STIA-LAN, seperti juga di perguruan perguruan tinggi lainnya IPK dihitung dengan rumus. Jumlah Mutu Jumlah Ssatuan Kredit Semester (SKS) Jumlah mutu ialah SKS x Bobot Nilai Bobo Bobott nila nilaii sama sama deng dengan an inde indeks ks (koe (koefi fisi sien en nila nilai) i) yang yang bersk berskal alaa 0 - 4 yang yang dilambangkan dengan huruf yaitu : A = 4; B = 3; C = 2; D = 1; E = 0. Para Para mahasis mahasiswa wa diwaji diwajibka bkan n sekura sekurangng-kur kurang angnya nya mencap mencapai ai nilai nilai C atau atau 2,00. 2,00. Mahasiswa Mahasiswa yang IPK-nya kurang dari 2,00 tidak diperkenankan diperkenankan mengikuti ujian akhir kesarjanaan. Untuk keperluan penelitian ini, IPK mahasiswa selain dimintakan kepada para mahasiswa yang menjadi responden untuk menuliskannya pada instrumen penelitian, juga dilakukan pengecekan silang kepada data base nilai di komputer STIA-LAN. Manakala terdapat perbedaan IPK antara yang dtuliskan sendiri oleh mahasis mahasiswa wa dengan dengan yang yang terdap terdapat at pada pada data data base base nilai nilai pada pada komput komputer, er, yang yang diambil adalah IPK menurut nilai pada data base itu.
B. kebiasaan Belajar 1. Pengertian Kebiasaan Belajar
17
Secara Secara umum umum kebiasa kebiasaan an belajar belajar dapat dapat diarti diartikan kan sebaga sebagaii suatu suatu perila perilaku ku (action) seseorang dalam belajar, yang diakibatkan suatu latihan tertentu maka dia cender cenderung ung untuk untuk selalu selalu mengul mengulang ang materi materi yang yang pernah pernah dipela dipelajari jari untuk untuk lebih lebih mema memaham hamii dan dan meng mengert ertii mate materi ri pelaj pelajar aran an terseb tersebut ut.. Kebi Kebias asaan aan bela belaja jarr ini ini merupa merupakan kan suatu suatu perila perilaku ku otomat otomatis is atau atau suatu suatu kebiasa kebiasaan an yang yang sangat sangat positi positif f pengaruhnya untuk mempelajari sesuatu materi pelajaran. Lebih lanjut Winarno (1982) mengatakan bahwa berhasil tidaknya seseorang dalam belajar ditentukan oleh mantap tidaknya cara-cara dia mempelajari sesuatu. Belajar secara aktif dapat dicapai melalui kebiasaan belajar yang positif. Kebiasaan belajar merupakan cara yang sangat baik untuk mehami suatu materi pelajaran. Sedangkan Mouly (1967), meng mengata ataka kan n bahw bahwaa kebi kebiasa asaan an bela belajar jar meru merupa paka kan n hal hal yang yang pent pentin ing g dala dalam m menentukan menentukan efektif tidaknya usaha belajaa yang dilakukan. dilakukan. The Lian Gie (1988) (1988) meng mengat atak akan an bahw bahwaa agar agar sese seseor oran ang g dapa dapatt bela belaja jarr deng dengan an baik baik,, dia dia haru haruss mengetahui mengetahui lebih dulu metode metode atau teknik, kemahiran atau cara-cara berfikir berfikir dan berperilaku yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi sesuatu perilaku yang yang otomat otomatis is dalam dalam belajar belajar.. Kebias Kebiasaan aan belajar belajar merupa merupakan kan suatu suatu usaha usaha dari dari seseorang untuk membentuk sendiri kebiasaan itu. Kebiasaan belajar yang baik akan timbul jika seseorang berniat dan termotivasi untuk melakukannya sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang baik. Dalam kebiasaan belajar terkandung perilaku belajar yang dilakukan berulang-ulang secara teratur setiap hari. Jadi kebiasa kebiasaan an belaja belajarr merupa merupakan kan tingka tingkah h laku laku yang yang terben terbentuk tuk karena karena dilaku dilakukan kan berulang-ulang dengan mengikuti cara atau pola tertentu. Sikap dan kebiasaan kebiasaa n di sekola sekolah h maupun maupun di rumah rumah akan akan menent menentuka ukan n tingka tingkatt presta prestasi si belaja belajarr seoran seorang g mahasiswa. Reilly dan Lewis ( 1983) mencoba membedakan faktor yang mendorong timbulnya kebiasaan belajar dari teori belajar behavioristik dan teori kognitif. Kebiasa Kebiasaan an belajar belajar berdas berdasark arkan an sudut sudut pandan pandang g behavi behaviori oristik stik,, belajar belajar selalu selalu mengik mengikuti uti proses proses hubung hubungan an antara antara stimulu stimuluss dengan dengan respons respons (S-R). (S-R). Dengan Dengan demiki demikian an teori teori belajar belajaraa ini dirasak dirasakan an hanya hanya melihat melihat proses proses belaja belajarr dari dari sudut sudut “permu “permukaa kaan” n” atau sesuatu sesuatu yang yang nampak nampak hanya hanya dari dari peruba perubahan han tingka tingkah h laku laku semata semata.. Sement Sementara ara kelomp kelompok ok kognit kognitif if mengan mengangga ggap p belajar belajar adalah adalah peruba perubaha ha
18
persepsi dan pemahaman dalam diri seseorang, jadi tidak harus selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku. Galloway (1976) menambahkan bahwa belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain lain.. Jadi Jadi pros proses es bela belajar jar menc mencak akup up peng pengatu aturan ran stimu stimulu luss yang yang dite diteri rima ma dan dan menyes menyesuai uaikan kannya nya dengan dengan struktu strukturr kognit kognitif if yang yang terbent terbentuk uk di dalam dalam pikiran pikiran seseorang berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Menu Menuru rutt Piag Piaget et (dal (dalam am Good Good dan dan brop brophy hy,, 1990 1990)) ada ada empa empatt peri period odee perkembangan berpikir individu yaitu : a.
tahap se sensori mo motor sa saat la lahir hi hingga us usia 18 18 bulan.
b.
tahap pra-operasional usia 18 bulan hingga usia 7 tahun. tahun.
c.
tahap operasi konkrit usia 7 tahun sampai 12 tahun.
d.
tahap operasi formal usia 12 tahun hingga seterusnya. Dengan demikian diperkirakan bahwa konsep perkembangan dan proporsi.
Belakangan muncul pendapat dari Good (1990) tentang masih adanya tingkat berpikir yang lebih tinggi dari operasi formal yang disebut tingkat operasi dialektik atau tingkat penemuan yang ciri khasnya kesanggupan memecahkan masalah. Hooper dan Defrain (dalam Good, 1990) berpendapat bahwa sangat penting upaya pendidik dan orangtua untuk slelalu menyesuaikan perkembangan berpikir siswa dengan perkembangan prinsip belajarnya melalui intervensi yang sistematis yaitu dengan cara: a.
Harus mementingkan proses daripada hanya semata-mata melihat produk pemikiran siswa;
b.
Berilah kesempatan bereksplorasi demi mengembangkan kemampuan kognitif , khususnya pada tingakat-tingkat dini;
c.
Berilah kesempatan untuk memperdebatkan mengenai pandanagan yang bertentangan;
d.
Doronglah sis siswa uhn uhntuk be belajar men menemukan dar darpada men mendapatkan tanggapan pasif. Menurut Menurut Bruner Bruner (dalam Toeti Soekamto, Soekamto, 1993) 1993) perkembanga perkembangan n kognitif kognitif
seseorang ditentukan oleh bagaimana caranya individu melihat lingkungannya. Cara ini dapat terjadi melalui tiga tahap, yaitu :
19
Tahap pertama adalah tahap enaktif yaitu individu melakukan aktivitasaktivitas aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan. lingkungan. Tahap kedua adalah ikonik, dalam hal ini ia melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi. Tahap terkhir adalah tahap simbolik, dalam hubungan ini ia mempunyai gagasan abstrak yang yang banyak banyak dipeng dipengaru aruhi hi bahasa bahasa dan logika logika.. Selanj Selanjutn utnya ya dikata dikatakan kan bahwa bahwa semakin dewasa seseorang semakin dominan sistem simbolnya, meskipun hal ini tidak berarti bahwa orang dewasa tidak lagi memakai sistem ikonik atau enaktif. Proses belajar yang didasarkan atas dasar prinsip perkembangan berpikir berarti telah tercipta lingkungan belajar yang menguntungkan bagi anak didik karena karena di dalamn dalamnya ya terdap terdapat at dialog dialog dan keterl keterliba ibatan tan penuh penuh antara antara anak anak didik didik dengan guru. Dalam dialog ini, pendidik telah melibatkan dirinya dalam dunia anak didik serta mampu mengahyati secara bersama kejadian-kejadian bermakna dalam mempelajari sesuatu materi. Situasi belajar yang demikian ini biasanya ditan ditanda daii deng dengan an adan adanya ya persi persiap apan an kond kondisi isi ling lingku kung ngan an yang yang efek efekti tiff untu untuk k tercapainya “belajar menemukan” (Conny Semiawan, 1981). Selanj Selanjutn utnya ya dijelas dijelaskan kan oleh oleh Bloom Bloom (dalam (dalam Conny Conny Semiaw Semiawan, an, 1981) 1981) pembentukan sikap belajar banyak dipengaruhi oleh pengalaman belajar; (1) bidang kognitif; (2) bidang afektif, dan (3) bidang psikomotorik. Bidang kognirif mencakup mencakup pengetahua pengetahuan, n, pemahaman, pemahaman, analisis, sintesis, sintesis, dan kepekaan kepekaan terhadap terhadap suat suatu u feno fenome mena na atau atau nila nilai, i, mend mendap apat at kepu kepuasa asan n dan dan terl terlib ibat at ke dala dalamn mnya ya,, penghargaan, pernytaan, yaitu penyatuan sistem nilai. Bidang psikomotorik mencak mencakup up peniru peniruan, an, penggu penggunaa naan, n, keteli ketelitian tian dalam dalam memper memperole oleh h kecaka kecakapan pan,, penyambungan yaitu koordinasi koordinasi dari seri tindankan dan naturalisasi. Dengan Dengan demiki demikiian ian dapat dapat disimp disimpulk ulkan an bahwa bahwa yang yang dimaks dimaksud ud dengan dengan kebiasa kebiasaan an belajar belajar di sini sini adalah adalah cara-car cara-caraa yang yang paling paling sering sering dilaku dilakukan kan oleh oleh maha mahasis siswa wa sepert sepertii dala dalam m meng mengik ikut utii pela pelaja jaran ran,, meng mengka kaji ji ulan ulang g pelaj pelajar aran an,, membaca buku pelajaran dan lain sebagainya. Dan kebiasaan belajar adalah suatu sikap sikap yang yang ditunj ditunjuk ukkan kan para para mahasi mahasiswa swa dalam dalam belajar belajar yang yang berdis berdisipl iplin, in, dan termotivasi untuk berprestasi.
2. Faktor-faktor yang Membentuk Kebiasaan Belajar
20
Menurut The Liang Gie (1988) kebiasaan belajar yang baik ini hanya meungk meungkin in dimiki dimikili li dan dikuas dikuasai ai seoran seorang g anak anak didik didik apabil apabilaa sejak sejak awal telah telah dibiasa dibiasakan kan belajar belajar menrur menrurut ut cara-car cara-caraa yang yang tepat. tepat. Untuk Untuk itu diperl diperluka ukan n sikap sikap mental tertentu yang sekurangya meliputi empat segi yaitu (a) mempunyai tujuan khusus di dalam usaha belajarnya, (b) menaruh minat pada sertiap mata pelajaran, (c) percaya pada diri sendiri, (d) memiliki keuletan. Menyia Menyiapka pkan n diri diri dengan dengan sikap sikap mental mental serta serta perila perilaku ku yang yang tepat tepat harus harus diduku didukung ng oleh oleh usaha usaha belajar belajar yang yang baik baik dengan dengan demiki demikian an prestas prestasii belaja belajarpu rpun n diha dihara rapk pkan an akan akan sema semaki kin n baik baik.. Menu Menuru rutt Ferm Fermil ilye ye (dal (dalam am Wink Winkel, el, 1991 1991)) kebi kebias asaa aan n bela belaja jarr yang yang baik baik meru merupa paka kan n alat alat yang yang sang sangat at pent pentin ing g dala dalam m menentukan efektif tidaknya usaha mencapai prestasi belajar. Ditambahkannya bahwa kebiasaan belajar yang baik ditandai oleh ciri-ciri tertentu yaitu: (1) penggunaan waktu luang; (2) mengutamakan pengertian dan pemahaman; (3) sering sering ke perpus perpustak takaan aan;; (4) mengul mengulang ang pelajar pelajaran an secara secara teratur teratur;; (5) bergai bergairah rah dalam belajar; (6) senang berdiskusi; (7) rajin mengajukan pertanyaan. Dengan demikain dapat diasumsikan bahwa kebiasaan belajar yang baik ini hanya hanya mungki mungkin n dimili dimiliki ki dan dikuas dikuasai ai apabil apabilaa sejak sejak awal awal telah telah dibiasa dibiasakan kan belajar menurut cara-cara yang tapat. Sikap ataupun kebaiasaan balajar termasuk salah salah satu aspek aspek daripa daripada da karakt karakteris eristik tik psikol psikologi ogiss yang yang digolo digolong ngkan kan dalam dalam kemampuan intelektual. Menuru Menurutt Don Binste Binsted d (dalam (dalam Mahrit Mahrita, a, 1991) 1991) kebiasa kebiasaan an belaja belajarr akan akan menyebabkan keterampilan seseorang dalam belajar yang meliputi : a.
Keterampilan
prosedural/metodologikal
yang
meliputi
keterampilan belajar, keterampilan menyusun model pemecahan masalah dan sebagainya; b.
Keterampilan psikomotor meliputi keterampilan-keterampilan gerak secara fisik, terutama dengan tangan;
c.
Keterampilan
antar
pribadi
meliputi
keterampilan
yang
berkaitan dengan interaksi terhadap orang lain, seperti keterampilan verbal, nonverbal dan lain-lain. Argyris dan Schon (dalam Mahrita, 1991) menyatakan bahwa kebiasaan belajar menyebabkan suatu keterampilan pada pengetahuan tertentu yang
21
merupakan dimensi kemampuan seseorang yang dapat digunakan secra efektif dala dalam m situ situas asii dari dari suat suatu u kegi kegiat atan an.. Kete Ketera ramp mpil ilan an juga juga meru merupa paka kan n suat suatu u pengetahuan
yang
bersangkut-paut
dapat
dengan
dipelajari
yaitu
mengetahui
merupakan
“bagaiman
cara”
pengetahuan dan
yang
“bagaimana
seharusnya” untuk dapat melakukan sesuatu dengan benar. Membentuk kebiasaan belajar merupkan suatu aspek pembentukan sikap dan tingkah laku belajar secara tepat. Keberhasilan membetuk sikap dan kebiasaan belajar yang baik, sangat tergantung pada kemauan mahasiswa sendiri. Tanpa sikap sikap dan kebaisa kebaisaan an belajar belajar yang yang baik baik suatu suatu penget pengetahu ahuan an berupa berupa penger pengertia tian n maupun fakta-fakta akan segera terlupakan kalau belum tertanam dengan baik dalam ingatan. Suatu kecakapan belum dapat dikuasai sepenuhnya dan belum dapat diterapkan apabila belum melekat teguh dalam pikirannya. Menuru Menurutt Winkel Winkel (1991) (1991) kebiasa kebiasaan an belaja belajarr bukanl bukanlah ah kecaka kecakapan pan atau atau kema kemamp mpua uan n yang yang diba dibawa wa sejak sejak lahi lahirr tetap tetapii timb timbul ul kare karena na adan adanya ya hal hal yang yang mendorong seseorang untuk belajar. Dorongan-dorongan tersebut adalah : a.
Adany anya si sifat ingin ta tahu da dan in ingin me menyelidik diki du dunia ya yang le lebih lu luas;
b.
Adanya sifat kreatif pada manusia dan keinginan untuk selalu maju;
c.
Adanya ke keinginan un untuk me mendapatkan si simpati da dari or orang tu tua, gu guru, dan teman-teman;
d.
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengna usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun kompetisi;
e.
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasi pelajaran;
f.
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar. Selanj Selanjutn utnya ya Winkel Winkel (1991) (1991) mengat mengataka akan n bahwa bahwa aktivi aktivitas tas belaja belajarr dapat dapat
berkembang menjadi kebiasaan belajar apabila dibiasakan sejak usia muda. Belaja Belajarr masa masa anak-an anak-anak ak dengan dengan mahasi mahasiswa swa (dewasa (dewasa)) pada pada dasarn dasarnya ya berbed berbedaa karena karena dalam belajar, anak-anak harus dibimbing dibimbing oleh orang dewasa (pendidik (pendidik), ), sedangkan pada mahasiswa cita-cita ditentukan oleh dirinya sendiri. Menurutnya keefektifan proses belajar ditentukan oleh a) bagaimana kebiasaan belajar yang dilakukan dan b) bagaimana kualitas belajar yang dilakukan. Kebiasaan belajar
22
yang dilakukan oleh mahasiswa di luar perkuliahan, dan dilakukan secara benar akan meningkatkan keefektifan proses belajar dan menunjang pencapaian prestasi belajar di sekolah. se kolah. Terjadinya proses belajar di luar perkuliahan sangat tergantung pada kesadaran masing-masing individu untuk melakukan kebiasaan belajar yang baik. Beberapa aspek utama dalam melaksanakan kebiasaan belajar yang baik yaitu: a.
Ulangan dan Latihan Fakt Faktor or utam utamaa yang yang mene menent ntuk ukan an kema kemamp mpua uan n untu untuk k memp mempela elajar jarii suat suatu u pelajaran adalah faktor f aktor ulangan dan latihan yang berkesinambungan. Ulangan dan latihan ini perlu dilakukan oleh seorang mahasiswa, baik mahasiswa yang cerdas maupun mahasiswa yang kurang cerdas, karena dengan ulangan dan latihan pengertian-pengertian dan fakta-fakta akan lebih mudah dikuasi. Hal ini ini sesua sesuaii deng dengan an huku hukum m lati latiha han n yang yang dike dikemu muka kaka kan n Thor Thornd ndik ikee (dal (dalam am Sumadi Sumadi,, 1993) 1993) bahwa bahwa hubung hubungan an atau atau koneks koneksii dari dari pemaha pemahaman man beberap beberapaa konsep akan bertambah kuat kalau ada pengulangan atau latihan yang terus dan sebaliknya. Hubungan atau koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupakan kalau latihan atau pengulangan dihentikan.
b.
Penyempurnaan Informasi yang Akan Diserap Info Inform rmas asii yang yang bias biasaa dipe dipero role leh h di seko sekolah lah adal adalah ah beru berupa pa catat catatan an atau atau menginvent menginventarisasi arisasi informasi informasi yang akan dipelajari; dipelajari; di samping samping mengulang, mengulang, aspek kelengkapan dan kesempuarnaan informasi yang akan dipelajari juga berpengaruh terhadap hasil belajar. Untuk mencapai prestasi belajar yang maksim maksimum, um, sangat sangat mutlak mutlak siswa siswa memper memperole oleh h inform informasi asi pelaja pelajaran ran yang yang lengkap dan akurat. Sering kegagalan dalam belajar dialami seorang siswa bukan karena kemampunnya yang kurang, namun karena kesalan informasi yang diperoleh dalam belajar. Oleh karena itu, keberhasilan proses belajar sangat ditentukan kelengkapan dan kesempurnaan informasi yang biasanya berupa catatan yang dibuat di perkuliahan. Sehubungan dengan itu, seorang mahasiswa harus mengikuti pelajaran di perkuliahan dengan tertib dan penuh perhatian serta berusaha mencatat dengan baik semua bahan pelajaran yang dibe diberik rikan an oleh oleh peng pengaj ajar ar.. Catat Catatan an yang yang baik baik hany hanyaa dapa dapatt dimi dimili liki ki oleh oleh
23
mahasis mahasiswa wa yag mempun mempunyai yai kecaka kecakapan pan mencat mencatat at bahan bahan pelaja pelajaran ran dengan dengan efisien, apalagi kalau pengajarnya tidak mampu menyajikan inti bahan yang akan diajarkan dengan sempurna. Mencatat bahan pelajaran adalah satu seni dan dan meme memerlu rluka kan n kema kemamp mpua uan n untu untuk k dapa dapatt meng mengga gabu bung ngka kan n keca kecaka kapa pan n mendengarkan uraian dengan cermat, menagkap uraian itu dengan baik, dan mengolahny mengolahnyaa di dalam pikiran. pikiran. Kemampuan mencatat ini dapat dimiliki oleh setia setiap p maha mahasis siswa wa jika jika ia mau mau memp memperh erhati atika kan n dan dan mela melaku kuka kan n bebe beberap rapaa kebiasaan yang baik dalam mengikuti pelajaran. Kebiasaan-kebiasaan tersebut antara lain, mengikuti pelajaran atau perkuliahan serta memusatkan perhatian pada pelajaran atau perkuliahan yang diberikan oleh pengajar, dan sebelumnya sebelumnya telah membaca bahan yang akan diterimanya dari perkuliahan. c. Ketepa Ketepatan tan Mengat Mengatur ur Waktu Waktu Belaja Belajar r Salah satu masalah yang sering dihadapi mahasiswa ialah kesukaran dalam mengatur waktu belajar. Walaupun mereka mempunyai waktu yang cukup banyak untuk belajar namun mereka kurang dapat memanfaatkan waktunya untuk untuk berbag berbagai ai keperlu keperluan. an. Mereka Mereka tidak tidak menyel menyelidi idiki ki waktu-w waktu-wakt aktu u yang yang terbaik bagi merka sendiri untuk belajar dan tidak mempunyai rencana belajar yang tepat. Padahal perlu disadari bahwa waktu sangat berharga bagi seorang mahaasiwa, karen cara belajar apapun yang digunakan tetap membutuhkan wakt waktu u yang yang cuku cukup. p. Oleh Oleh kare karena na itu, itu, sanga sangatl tlah ah
bija bijaksa ksana na jika jika seoran seorang g
mahasiswa menghemat waktu, dan untuk itu perlu merencanakan penggunaan wakt waktun unya ya
seba sebaik ik-b -bai aikn knya ya
untu untuk k
berm bermac acam am-m -mac acam am
kepe keperl rlua uan n
yang yang
bermanfaat. Berbagai segi dan kemungkinan dalam mengatur penggunaan waktu perlu dipelajari dengan sebaik-baiknya oleh seorang mahasiswa agar dapat dapat berhasi berhasill denga denga baik. baik. Sebena Sebenarny rnyaa waktu waktu di luar luar kuliah kuliah lebih lebih banyak banyak daripada waktu kuliah, oleh karena itu pemanfaatan waktu di luar kuliah untuk belajar lebih terbuka. Waktu belajar yang digunakan di dalam perkuliahan suda sudah h diat diatur ur dala dalam m bent bentuk uk jadw jadwal al pela pelaja jara ran n yang yang sama sama untu untuk k semu semuaa mahasis mahasiswa. wa. Dalam Dalam hubung hubungan an ini mahasis mahasiswa wa harus harus dapat dapat membag membagii waktu waktu anta antara ra wakt waktu u istir istirah ahat at dan dan meng mengul ulan ang g pela pelaja jaran ran.. Mahasi Mahasisw swaa juga juga haru haruss membia membiasak sakan an diri diri untuk untuk bisa bisa mempri mempriori oritask taskan an pelaja pelajaran ran,, manaka manakah h yang yang mendap mendapat at porsi porsi lebih lebih banyak banyak dan manaka manakah h yang yang sediki sedikit. t. Seperti Seperti misaln misalnya ya
24
pelajaran matematika, mahasiswa harus terbiasa untuk tidak hanya menghafal rumus tetapi juga melatih menggunakan rumus dalam bentuk latihan soal. Beberapa ahli juga memberikan tanggapan tentang kebiasaan belajar yang berkaitan dengan masalah pengulangan dalam belajar tersebut. Sumadi (1993) mengatakan bahwa makin sering suatu pelajaran diulangi maka makin dikuasailah pelajaran tersebut dan hal ini sesuai dengan hukum latihan. Jadi prinsip utama belajar adalah mengulang-ulang. Akan tetapi sebelum melakukan pengulangan terl terleb ebih ih dahu dahulu lu maha mahasis siswa wa haru haruss mema memaha hami mi pela pelaja jaran ran itu. itu. Peng Pengul ulan anga gan n dimaks dimaksudk udkan an agar agar pemaha pemahaman man lebih lebih mendal mendalam am dan tah lama. lama. Pengul Pengulang angan an hendaknya dilakukan secara terus-menerus, teratur dan perlu ada jarak antara kegiat kegiatan-k an-kegi egiata atan n ulanga ulangan. n. Selain Selain itu perlu perlu mencar mencarii berbag berbagai ai variasi variasi untuk untuk menghindari rasa bosan dalam belajar. Ternyata belajar 10 x 2 lebih baik daripada belajar 2 x 10. Maksudnya adalah lebih banyak mengulang bahan pelajaran dengan dengan jumlah jumlah yang yang sediki sedikitt lebih lebih baik baik daripa daripada da mengul mengulang ang sekali sekaligus gus dengan dengan bahan pelajaran pelajara n dalam jumlah yang besar. Hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ebbinghaus (dalam Sumadi, 1993), diperoleh hasil bahwa ternyata waktu belajar yang dibagi-bagi dalam bagian-bagian tertentu, memberikah hasil yang lebih baik dibanding waktu belajar yang dilakukan sekaligus dalam satu waktu. Menurut Winkel (1991), untuk meningkatkan keefektifan proses belajar mengajar di kelas, para mahasiswa harus memiliki kebiasaan yang baik dalam mengikuti pelajaran. Menuru Menurutt The The Liang Liang Gie (1988) (1988),, kebiasa kebiasaan an belajar belajar yang yang baik baik biasan biasanya ya ditandai dengan (1) keteraturan dalam belajar; (2) disiplin belajar; (3) konstrasi; dan (4) yang yang terakh terakhir ir yang yang ikut ikut mempen mempengar garuhi uhi adalah adalah bagaim bagaiman an tangga tanggapan pan mahasiswa atas pendidikan yang diterma (orientasi studi). Dari Dari uraian uraian di muka muka dapat dapat disimp disimpulk ulkan an menjad menjadii 4 prinsi prinsip p kebiasa kebiasaan an belajar, yaitu : a. Prin Prinsi sip p Ket Keter erat atur uran an Hanya dengan belajar secara teratur akan diperoleh hasil yang baik. Prinsip keterat keteratura uran n melipu meliputi ti mengik mengikuti uti pelaja pelajaran ran secara secara teratu teratur, r, menden mendengar garkan kan perkuliahan, menyusun catatan secara teratur, dan membaca buku-buku pelajaran. Bila sifat keteraturan ini telah benar-benar dihayati akan menjadi
25
kebiasaan dalam belajarnya. Sifat ini akan mempengaruhi pula jalan pikiran mahasis mahasiswa. wa. Pikiran Pikiran yang yang teratur teratur merupa merupakan kan model model bagi bagi seseor seseorang ang dalam dalam menutut ilmu, karena ilmu adalah hasil dari proses pemikiran yang dilakukan secara sistematis. b. Prinsip Disiplin Belaja Belajarr scara scara teratur teratur hanya hanya mungki mungkin n dijalan dijalankan kan jika jika mahasis mahasiswa wa memili memiliki ki disipl disiplin in yakni yakni mentaat mentaatii rencan rencanaa yang yang sudah sudah diatur diatur sebelu sebelumny mnya. a. Godaan Godaan-godaan godaan yang yang bertuj bertujuan uan menang menangguh guhkan kan usaha usaha belaja belajarr dapat dapat dihind dihindari ari jika jika mahasiswa tersebut memiliki disiplin diri. c. Prin Prinsi sip p kons konset etra rasi si Seseorang Seseorang tidak mungkin berhasil memahami memahami bahan-bahan bahan-bahan pelajaran yang sedang dipelajarinya dipelajarinya jika upaya upaya itu dilakukan dilakukan tanpa konsentrasi. konsentrasi. Konsentrasi Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar, lingkungan yang kondusif dan keterlibatan keterlibatan yang penuh antara anak didik dan guru amat mempengaruhi mempengaruhi pemusatan pemikiran. Oleh karen itu, konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan apa yang sedang dipelajari. Tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan konsentrasi yang sama terhadap sesuatu. d. Orie Orien ntasi tasi stu studi di Orientasi studi seorang mahasiswa juga mempengaruhi kebiasaan belajarnya. Seorang mahasiswa yang mengartikan bahwa pendidikan kurang memberikan arti bagi hidupnya di masa depan akan menyebabkan kebiasaan belajarnya yang jelek. Orientasi studi yang positif akan menaikkan kuantitas dan kualitas kebiasaan belajarnya. Dari bahasan di muka tentang kebiasaan belajar dan faktor-faktor yang membentuk membentuk kebiasaan belajar dapat disimpilkan disimpilkan bahwa pada dasarnya dasarnya kebiasaan kebiasaan belajar mencakup 4 prinsip, yaitu prinsip keteraturan, disiplin, konsentrasi dan orientasi studi. Dalam penelitian ini keempat prinsip kebiasaan belajar di atas dijadikan dasar dasar penelit penelitian ian.. Keempa Keempatt prinsi prinsip p tersebu tersebutt dijadi dijadikan kan indika indikator tor penyus penyusuna unan n instrumen penelitian tentang kebiasaan belajar.
26
3. Pengukuran Kebiasaan Belajar
Penguk Pengukura uran n kebiasa kebiasaan an belaja belajarr dalam dalam peneli penelitian tian ini dilaku dilakukan kan dengan dengan angk angket et kebi kebiasa asaan an bala balajar jar yang yang dija dijaba bark rkan an dari dari keem keempa patt indi indika kato torr sepe sepert rtii disebutkan di atas. Angket terdiri atas 30 pertanyaan berskala 1 - 4. Dengan Dengan skala skala tersebu tersebutt kemung kemungkin kinan an skor skor yang yang dipero diperoleh leh seoran seorang g respond responden en adalah yang tertinggi 30 x 4, sedangkan yang terendah 30 x 1. Makin tinggi skor yang diperoleh responden makin baik kebiasaan belajarnya, dan makin rendah skor yang diperoleh maik buruk pula kebiasaan belajarnya.
4. Hubungan antara Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar
Sepe Seperti rti dite ditera rang ngka kan n bebe beberap rapaa ahli ahli di atas atas bahw bahwaa kebi kebiasa asaan an bela belaja jar r memberikan pengaruh terhadap tingkat prestasi belajar seseorang. Penelitian dari Lyle dan Donald (dalam Togap P. Simanjuntak, 1994) menemukan bahwa ada hubuga hubugan n antara antara kebias kebiasaan aan belaja belajarr (study (study habits) habits) dan sikap sikap terhada terhadap p pelaja pelajaran ran dengan prestasi belajar. Teori menunjukkan bahwa keberhasilan mahasiswa dalam proses belajar juga dipengaruhi kualitas belajar yang dilakukan. Seseorang yang biasa belajar secara teratur akan lebih berhasil jika dibandingkan deang orang lain yang belajarnya tidak teratur. Seorang mahasiswa yang mampu berkonsentrasi untuk waktu lama di saat mendalami suatu mata pelajaran akan lebih berhasil dalam dalam mata mata pelaja pelajaran ran tersebu tersebutt diband dibanding ingkan kan dengan dengan orang orang lain lain yang yang hanya hanya mampu berkonsentrasi sebentar saja. Penelitian Callahan (dalam Fuad Abdurahman, 1991) juga menunjukkan bahwa kebiasaan belajar berkorelasi positif dengan prestasi belajar seseorang dan sikap belajar yang terus berlangsung (lasting attitude) terhadap proses belajar mempunyai korelasi yang positif terhadap prestasi belajar seorang mahasiswa. Peneli Penelitain tain hart hart (dalam (dalam Mahrit Mahrita, a, 1991) 1991) menunj menunjukk ukkan an hasil hasil bahwa bahwa ada korela korelasi si antar antar sikap sikap belaja belajarr dengan dengan presta prestasi si belaja belajar, r, mahasis mahasiswa wa yang yang bersik bersikap ap positif dan selalu mengulang, bahan pelajaran prestasi matematikanya juga baik. Sedangkan penelitian Tutuhatunewa (dalam Theresia, 1987) di beberapa sekolah di Ambon menemukan adanya korelasi positif antara kebiasaan belajar dan dan pres presat atasi asi bela belaja jarr para para maha mahasi siswa swa.. Sela Selanj njut utny nyaa diny dinyat atak akan an juga juga bahw bahwaa kebaisaan belajar mahasiswa yang baik menyebabkan prestasi belajarnya menjadi
27
lebi lebih h baik baik.. Deng Dengan an demi demiki kian an,, dapa dapatt disi disimp mpul ulka kan n bahw bahwaa kebi kebiasa asan n bela belajar jar mempengaruhi prestasi belajar. Dari berbagai uraian teoritik dan dari hasil penelitian beberapa ahli, dapat diasum diasumsik sikan an bahwa bahwa kebiasa kebiasaan an belajar belajar sesoran sesorang g menent menentuka ukan n tingka tingkatt presta prestasi si belajar para anak didik. Pene Peneli litai tain n Toga Togap p P. Sima Simanj njun unta tak k (199 (1994) 4) tent tentan ang g hubu hubung ngan an anta antara ra intelegensi di atas rata-rata dengan prestasi belajar matematika, menemukan 37 orang dari 200 orang murid SMA bernilai kurag dari 40 dari skala nilai 0 - 100. Ia menunjuk kemungkinan kepada faktor lain seperti kebiasaan belajar yang kurang baik dan minat yang kurang menyebabkan menyebabkan nilainya rendah. Jadi Jadi deng dengan an inte inteli lige gens nsii rata rata-ra -rata ta saja saja,, anak anak didi didik k yang yang memp mempun unya yaii kebiasaan kebiasaan belajar baik, dapat berprestasi berprestasi dengan dengan baik. Hingga Hingga saat ini belum ada temuan penelitian yang menyatakan bahwa anak didik yang kebiasaan belajarnya baik prestasi belajarnya buruk.
C. Motif Berprestasi 1. Pengertian Motif dan Motivasi
Sebelum membahas motif berprestasi akan diuraikan dahulu pengertian tentang motif dan motivasi. Motif adalah salah satu aspek penting yang harus dipahami untuk dapat mengerti mengenai tingkah laku manusia, karena motif meliputi sebab atau alasan meng mengap apaa seseo seseora rang ng bert bertin ingk gkah ah laku laku terte tertent ntu, u, bebe beberap rapaa ahli ahli telah telah menc mencob obaa memberikan batas tentang motif. Sumadi (1993) mengatakan bahwa motif adalah keadaan dalam diri individu yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas terten tertentu tu guna guna mencpa mencpaii suatu suatu tujuan tujuannya nya telah telah ditent ditentuka ukan n oleh oleh diriny dirinya. a. Bimo Bimo walgito (1982) berpendapat bahwa motif adalah suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak, dan biasanya dorongan tindakan ini ditujukan untuk suatu tujuan tertentu. Morgan (1986) mendefinisikan motivasi sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.
28
Dala Dalam m kait kaitan an ini ini apab apabil ilaa sese seseor oran ang g memp mempun unya yaii moti motiva vasi si maka maka ia akan akan memperlihat memperlihatkan kan minat, minat, mempunyai mempunyai perhatian, perhatian, dan keinginan keinginan melakukan melakukan suatu kegiatan. Selain itu, bila ia belajar akan memberikan waktu untuk pelajaran itu, serta berusaha menyelesaikannya (Worrel dan Steilwell, 1981). Penganut toeri dorongan (drive theorities) seperti Freud, Dennis Morgan dan kawan-kawan, berpendapat bahwa tingkah laku seseorang didorong ke arah suatu tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan, kebutuhan ini menyebabkan adanya dorongan internal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang menuju ke arah tercapainya tercapainya suatu tujuan. Tercapainya Tercapainya tujuan tujuan tersebut tersebut akan meny menyeb ebab abka kan n
menu menuru runn nnya ya
inte intens nsit itas as
doro dorong ngan an..
Denn Dennis is
Coon Coon
(198 (1983) 3)
menggambarkan hubungan kebutuhan dengan motivasi sebagai berikut : kebutuhan
dorongan
tingkah laku
tujuan
pengurangan/penambahan kebutuhan kebutuhan
Gambar 3 : Hubungan Kebutuah dengan Motivasi
Morgan (1986) mengatakan bahwa dorongan-dorongan merupakan sesuatu yang yang dapat dapat dipela dipelajari jari dan berasal berasal dari dari pengal pengalama aman-pe n-penga ngalam laman an di masa masa lalu, lalu, sehingga berbeda untuk setiap orang. Selanjutnya ia berpendapat bahwa teori dorongan mungkin lebih tepat diberlakukan pada beberapa motif biologis seperti lapar, haus, dan seks. Menuru Menurutt Bimo Bimo Walgit Walgito o (1982) (1982) bahwa bahwa motif motif itu pada pada dasarny dasarnyaa dapat dapat dibedakan atas dua bagian yaitu : a.
Moti Motiff biog biogen enet etis is adal adalah ah mot motif if yan yang g dida didasa sari ri ole oleh h tunt tuntut utan an yan yang g bers bersif ifat at biologis seperti makan, minum, kawin dan sebagainya. sebagainya.
b.
Motif sosiogenetis adalah motif yang didasari oleh tuntutan yang bersifat sosial sosial seperti seperti
keingi keinginan nan berteman berteman,, bergau bergaul, l, disuka disukaii dan berkump berkumpul ul dan
sebagainya.
29
Atkinson dan Reitman (dalam Sri Mulyani Martaniah, 1982) mengartikan motif sebagai suatu disposisi laten yang mendorong dan meng-arahkan individu untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Tujuan tersebut dapat berupa prestasi, afiliasi ataupun kekuasaan. Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan motif adalah suatu dorongan yang ada dalam diri individu yang bersifat disposisi laten yang mendorong individu untuk bertindak sesuatu, untuk mencapai pemenuhan dari kepentingan dan tujuannya. Menurut beberapa ahli, pengertian motivasi sedikit berbeda dengan motif. Menuru Menurutt Atkins Atkinson on dan Reitme Reitmen n (Sri (Sri Mulyan Mulyanii Martani Martaniah, ah, 1982) 1982) mengat mengataka akan n bahwa motif selalu berhubungan erat dengan motivasi. Atkinson (1985) berpendapat bahwa motivasi adalah sesuatu kondisi a ktif dalam diri individu yang terjad terjadii sewakt sewaktu u motif motif berhub berhubung ungan an dengan dengan suatu suatu pengha pengharap rapan, an, dan bahwa bahwa tind tindak akan an yang yang akan akan dilak dilakuk ukan an adal adalah ah suatu suatu usah usahaa untu untuk k menc mencap apai ai tuju tujuan an motifnya. Wink Winkel el (199 (1991) 1) berp berpen enda dapa patt bahw bahwaa moti motiva vasi si adal adalah ah seba sebaga gaii daya daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat tertentu, bila kebutu kebutuhan han untuk untuk mencap mencapai ai tujua tujua dirasak dirasakan/ an/dih dihayat ayati. i. Sedang Sedangkan kan McClel McClellan land d (1967) berpendapat bahwa timbulnya motivasi adalah ditujukan untuk melakukan sesuatu perbuatan yang timbul sebagai akibat adanya hasil interksi antara motif dalam diri seorang dengan faktor-faktor lain. Tolman Tolman (dalam Atkinson, Atkinson, 1985) 1985) menjelaskan menjelaskan maslah interaksi interaksi melalui melalui konsep cognitive expectancy. Dikatakan bahwa motif tertentu akan diarahkan dan muncul menjadi suatu aktivitas bila terdapat suatu tanda (atau disebut cues) dari situasi yang dihadapi, yang dapat dinilai apabila aktivitas itu dilaksanakan maka akan tercapati suatu kepuasan tertentu. Lebih lanjut Atkinson berpendapat bahwa suat suatu u akti aktivi vita tass terte tertent ntu u dapa dapatt meny menyeb ebab abka kan n terp terpua uask skan anny nyaa bebe beberap rapaa moti motif f sekaligus, ataupun ada juga pada beberapa aktivitas yang sama terpuaskannya hanya satu jenis motif. Aktivitas itu berupa tindakan atau tingkah laku. Dari Dari berbag berbagai ai pendap pendapat at di atas maka maka dapat dapat diambi diambill suatu suatu kesimp kesimpula ulan n bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah motif dalam diri individu pada kondisi aktif karena berhubungan dengan suatu rangsang atau harapan. Sedangkan
30
motif adalah kondisi dalam diri individu yang dapat mendorongya untuk bertindak atau bertingkah laku.
2. Pengertian Motif Berprestasi
Kurt Lewin (dalam Sri Mulyani Martaniah, 1982) meneliti masalah motif berprestasi yang dia sebut dengan istilah deermining need, namun yang berhasil meny menyeb ebarl arlua uask skan an kons konsep ep moti motiff
berp berpres resta tasi si dan dan meng mengem emba bang ngka kan n
meto metode de
pengukurannya adalah McClelland. McClelland (1967) menyatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa setiap orang mempunyai mempunyai tiga jenis kebutuhan, kebutuhan, yaitu Need for Achievement Achievement (NAch.) Ach.) atau atau motif motif berpre berprestas stasi; i; Need Need for Power Power (N-Aff (N-Aff.) .) atau atau motif motif berafil berafiliasi iasi.. McClelland (1967) mengatakan bahwa motif berprestasi adalah suatu motif yang ada ada dalam dalam diri diri seseo seseora rang ng yang yang mend mendor oron ong g oran orang g terse tersebu butt untu untuk k beru berusah sahaa mencapai suatu kesuksesan atau keberhasilan dalam suatu kompetisi dengan suatu standard atau ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat dengan acuan prestasi orang lain, akan tetapi juga dapat dengan membandingkan prestaai yang dibuat sebelumnya. Lebih jauh McClelland menggambarkan bahwa orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi, mempunyai sikap yang positif terhadap sutau situasi yang mengacu ke arah preastai. Orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi akan dapat lebih berprestasi dalam studi. Dalam hubungan ini ia dapat berpacu dengan ukuran keunggulan. Dan biasanya hasil yang dicapainya diinternalisasikan dalam dirinya yang kelak ditujukan untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh sebab itu, orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi selalu menginginkan segera evaluasi dari tindakannya. Apabila kegagalan yang diperolehn diperolehnya, ya, maka dia akan segera mempelajari mempelajari akibat-akibat akibat-akibat yang mungkin mungkin menjadi menjadi penyebab penyebab terjadinya terjadinya kegagalan, kegagalan, serta mencari mencari cara-cara cara-cara mengatasiny mengatasinyaa yang lebih baik melalui belajar ataupun latihan. Sedangkan apabila kesuksesan telah dicapai, maka ia biasanya, biasanya, selalu mencari mencari cara-cara cara-cara atau metode baru untuk mengushakan bagaimana keberhasilan di masa lalu dapat lebih diperbaiki lagi, baik dari segi kualitas mauapuan efisiennya. Oleh karen itu dikatakan bahwa ciri seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi selalu menghargai ketepatan waktu.
31
Atkins Atkinson on (1985) (1985) mengan mengangga ggap p bahwa bahwa motif motif berpre berprestas stasii adalah adalah suatu suatu disposisi kepribadian yang selalu berusaha untuk mencapai sesuatu kesuksesan. Dalam Dalam motif motif berpre berprestas stasii terdapa terdapatt dua tenden tendensi si yaitu yaitu (a) tenden tendensi si “mende “mendekat katii keberhasilan” dan (b) tendensi “menghindari kegagalan”. Atk Atkinso inson n
mena menam mbah bahkan kan
bahw bahwaa
pada ada
oran orang g
yang ang
tin tinggi ggi
moti motif f
berprestasinya dalam mencapai suatu hasil lebih bertendensi “untuk mencapai keberhasilan keberhasilan”, ”, sehingga sehingga cenderung lebih senang bekerja pada tugas yang tingkat tingkat kesulitannya sedang. Orang yang rendah motif berpresatsinya dalam mengerjakan tugas, lebih bertendensi “menghindari kegagalan” melakauakan sesuatu tindakan dalam situasi yang memaksa atau pada taraf kesukaran yang rendah. Jika mereka dihadapkan pada tugas yang lebih sukar atau lebih mudah, motif berprestasinya akan lebih rendah rendah.. Dalam Dalam bekerj bekerjaa mereka mereka lebih lebih berten bertenden densi si bagaim bagaimana ana “mengh “menghind indari ari kegaga kegagalan lan”” yang yang didasar didasarii rasa kecema kecemasan san atau atau was-was was-was karena karena takut takut gagal, gagal, sehingga cenderung memilih tugas yang sulit atau yang sangat mudah.
3. Beberapa Konsep dan Teori Motif Berprestasi.
Para ahli telah mecoba memberikan definisi dan juga melakukan penelitian mengen mengenai ai motif motif berpre berprestas stasi. i. McClel McClellan land d (1967) (1967) member memberikan ikan defini definisi si tentan tentang g moti motiff berp berpre resta stasi, si, yait yaitu u suat suatu u moti motiff yang yang ada ada dala dalam m diri diri sese seseor oran ang g yang yang mendor mendorong ong orang orang tersebu tersebutt untuk untuk berusa berusaha ha mencap mencapai ai suatu suatu kesuk kesuksesa sesan n atau atau keberhasilan dalam suatu kompetisi dengan suatu standar atau ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan ini dapat membandingkan dengan ukuran prestasi orang lain, memban membandin dingka gkan n dengan dengan
presta prestasi si yang yang dibuat dibuat atau diraih diraihnya nya sebelumn sebelumnya. ya.
McClelland menggamabarkan bahwa orang yang mempunyai motif berprestasi yang tinggi, mempunyai sikap yang postif terhadap suatu situasi yang mengacu ke arah prestasi. Orang yang mempunyai motif berprestasi yang tinggi akan dapat lebih berprestasi, karena ia berpacu mencapai hasil dengan-ukuran keunggulan. Menurut Heckhausen (dalam Fuad Abdurahman, 1991) kondisia seperti itu terjadi akibat pada motif berprestasi terdapat kekuatan yang saling bertentangan yaitu ketakutan akan kegagalan, dan harapan akan sukses. Dalam penelitiannya terbuk terbukti ti bahwa bahwa subjek subjek yang yang telah telah memper memperole oleh h latiha latihan n dan mendap mendapat at sukses, sukses,
32
adalah mereka yang sebelumnya mempunyai ketakutan akan gagal lebih tinggi dibanding mereka yang mempunyai harapan akan sukses. Dalam Dalam kaitan kaitan ini Heckha Heckhausen usen (dalam (dalam Fuad Fuad Abdura Abdurahm hman, an, 1991) 1991) juga juga mengembangkan teori motif berprestasi ini ke arah kemampuan koginitif. Dia mengatakan bahwa motif berprestasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan atau mempertahan mempertahankan kan kecakapan kecakapan pribadi pribadi stinggi stinggi mungkin mungkin dalam segala aktivitas, aktivitas, dan suat suatu u
ukur ukuran an
keun keungg ggul ulan an
digu diguna naka kan n
seba sebaga gaii
pemb pemban andi ding ng..
Sela Selanj njut utny nyaa
Heckhausen Heckhausen membedakan membedakan ukuran ukuran keunggulan keunggulan menjadi tiga kelompok kelompok bagian, bagian, yaitu : a.
Yang Yang ber berhu hubu bung ngan an den denga gan n tuga tugas, s, yai yaitu tu men menil ilai ai berd berdas asar arka kan n kesem kesempu purn rnan an hasil;
b.
Yang berhubungan dengan keunggulan diri sendiri, yaitu membandingkan keberhasilan dengan prestasi sendiri;
c.
Yang
berhubungan
dengan
keunggulan
atas
orang
lain,
yaitu
membandingkan keberhasilan diri sendiri dengan keberhasilan orang lain. Heckhausen dan Kukla (dalam Fuad Abdurahman, 1991) mengatakan bahwa oran orang g yang yang memp mempun unya yaii moti motiff berp berpres restas tasii ting tinggi gi,, meng mengan angg ggap ap seba sebaga gaii kesuksesan adalah dikarenakan kemampuan yang tinggi dan usaha yang keras. Sedangkan pada orang lain yang mempunyai motif berprestasi yang rendah menganggap bahwa kegagalan adalah disebabkan kemampuan yang rendah, bukan karena usaha yang kurang.
4. Ciri-ciri Individu yang Mempunyai Motif Berprestasi Tinggi
Berikut ini akan dipaparkan pendapat para ahli, mengenai sifat-sifat dari indi indivi vidu du yang yang memp mempun unya yaii moti motiff berp berpre resta stasi si yang yang ting tinggi gi.. Dari Dari hasil hasil-h -hasi asill penelitiannya, mereka mencoba merumuskan tentang ciri-ciri dan sif at orang yang mempunyai motif berprestasi yang tinggi. Heck Heckha haus usen en (dal (dalam am Fuad Fuad Abdu Abdura rama man, n, 1991 1991)) juga juga tela telah h menc mencob obaa memb memberi erika kan n gamb gambar aran an dari dari sifat sifat-si -sifat fat atau ataupu pun n ciriciri-ci ciri ri dari dari indi indivi vidu du yang yang mempunyai motif berprestasi tinggi yatiu : a.
Lebih ebih sena senan ng dan mem mempuny punyai ai kepe keperc rcay ayaa aan n apab apabil ilaa men menghad ghadap apii tug tugas yang berhubungan dengan prestasi;
33
b.
Lebih mementingkan masa depan, pandang terhadap penghargaan akan masa depan lebih penting daripada pemuasan diri masa skarang. Jadi mereka mampu menunda dorongan diri saat ini demi masa depan yang lebih baik.
c.
Cend Cender erun ung g mem memil ilih ih tuga tugass yan yang g tar taraf af kesu kesuka kara rann nnya ya seda sedang ng;;
d.
Lebi Lebih h tan tangg gguh uh meng menger erjak jakan an tuga tugas, s, serta serta lebi lebih h sen senan ang g bek bekerj erjaa sam samaa den denga gan n seseorang berdasarkan kemampuan dan prestasi;
e.
Beru Berusa saha ha unt untuk uk mem mempe pers rsia iapk pkan an dir dirii agar agar leb lebih ih mam mampu pu men menca capa paii sesu sesuat atu u yang diinginkan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang mempuayi motivasi
yang yang ting tinggi gi,, just justru ru akan akan menu menuru run n moti motiva vasin sinya ya apab apabil ilaa selal selalu u memp memper erol oleh eh keberh keberhasil asilan an dalam dalam melaks melaksana anakan kan tugas. tugas. Sebali Sebalikny knyaa apabil apabilaa mereka mereka kadang kadang-kadang kadang mengal mengalami ami kegaga kegagalan lan,, maka maka hal ini justru justru akan akan dapat dapat mening meningkat katkan kan motivasinya kembali (Gage dan Berliner, 1979). Pusat Teknologi Pengembangan (PTP), ITB Bandung (1990), mengatakan bahwa motif berprestasi adalah suatu keinginan dalam diri seseoang yang ditujukan ditujukan untuk berprestasi berprestasi lebih baik.keinginan baik.keinginan ini ditandai ditandai dengan dengan beberapa beberapa perbuatan antara lain adalah : a.
Berusaha me m elakukan se s esuatu se s ecara kr k reatif da d an in i novatif sa s aa t menentukan standar prestasi kerjanya;
b.
Selalu berusaha mendapatkan umpan balik atas apa yang dikerjakan;
c.
Senantiasa
berusaha
mencari
pekerjaan
yang
resikonya
dirasakannya akan dapat diatasinya sendiri.
5. Pengukuran Motif Berprestasi
Pengukuran motif berprestasi yang sudah banyak dikenal adalah dengan teknik teknik TAT (Thema (Thematic tic Apperce Appercepti ption on Test). Test). Murray Murray (dalam (dalam Mahrit Mahrita, a, 1991) 1991) menyusun tes ini berdasar atas anggapan dasar bahwa motivasi adalah hasil dari ide-ide yang bertujuan kepada pemuasan suatu harapan atau kebutuhan. Mortivasi merupakan merupakan sumber informasi informasi yang dapat dipercaya dipercaya mengenai mengenai motif. Terdapat Terdapat hubungan antara motivasi dan persepsi dengan rangsangan dari luar yang berasal dari lingkungan lingkungan yang dipisahkan dipisahkan dengan hasil fantasi. Selanjutny Selanjutnyaa hubungan hubungan
34
tersebut ditimbulkan dalam bentuk yang disebut appersepsi. Dalam appersepsi terk terkan andu dung ng unsu unsurere-un unsu surr moti motiva vasi. si. Jadi Jadi appe apperse rseps psii dapa dapatt menj menjad adii sumb sumber er informasi tentang motivasi apabila orang dapat menginterpretasikan dengan benar. TAT terdiri atas suatu seni gambar yang berarti ganda (ambigous) seperti ilustrasi cerita cerita dalam dalam majala majalah, h, kepada kepada peserta peserta tes dimint dimintaa mengar mengarang ang cerita cerita tentan tentang g masing-masing gamabar dengan menjelaskan; 1) apa yang terjadi dalam gambar, 2) ke arah apa adegan yang digambarkan, 3) apa yang dirasakan atau dipikirkan orang-orang dalam gamabar, dan 4) apa yang akan terjadi di akhir cerita. Tes yang lain untuk mengukur motif berprestasi adalah tes yang disusun Albe Albert rt Mehr Mehrab abia ian n (dal (dalam am Mahrit Mahrita, a, 1991 1991). ). Mehr Mehrab abia ian n meng menguk ukur ur ciriciri-ci ciri ri kepr keprib ibad adian ian oran orang g yang yang memp mempun unya yaii moti motiff berp berpre resta stasi si ting tinggi gi deng dengan an cara cara menyus menyusun un skala skala penguk pengukura uran n yang yang mempun mempunyai yai rentan rentangan gan negati negatiff dan positi positif f masing-masing masing-masing empat empat skala. Ciri-ciri Ciri-ciri orang yang mempunyai mempunyai motif berprestasi berprestasi tinggi menjadi acuan untuk menyusun kisi-kisi dan butir-butir pertanyaan. Delam Delam peneli penelitai tain n ini, ini, penguk pengukura uran n motif motif berpre berpresta stasi si dilaku dilakukan kan dengan dengan menggunak menggunakan an tes motif berprestasi berprestasi yang diadopsi diadopsi dari tes yang disusun disusun oleh Siti Rahayu Rahayu Hadito Haditono, no, yang yang penuli penuliss modifi modifikasi kasi redaksi redaksiny nyaa sesuai sesuai kebutu kebutuhan han,, tes berupa tes ceritera, yang terdiri atas 40 item. Tes yang dijdawab benar atau sesuai dengan standar keunggulan masingmasing seperti tesebut di atas diberi skor 1. dan yang dijawab salah diberi skor 0. kemungkinan skor tinggi yang dapat dicapai responden adalah 40 x 1, sedangkan kemungkinan skor terendahnya adalah 40 x 0. Makin tinggi skor yang dicapai makin tinggi pula motif berprestasi seseorang, sebaliknya makin rendah skor yang dicapai makin rendah pula motif berprestasi seseorang.
6. Hubungan antara Motif Berprestasi dengan Prestasi Belajar.
Menurut Winterbottom (dalam Sri Mulyani Martaniah, 1982) bahwa anakanak dengan motif berprestasi yang tinggi, ternyata lebih mampu berdiri sendiri dan mengua menguasi si kecaka kecakapan pan-kec -kecaka akapan pan tertent tertentu. u. McClel McClellan land d dan Winter Winter (1976) (1976) menemukan bahwa dengan adanya beberapa latihan peningkatan motif berprestasi menyebabk menyebabkan an naiknya naiknya prestasi prestasi dari individu. individu. McClelland (1976) mengatakan mengatakan bahwa ukuran kesenangan yang tinggi bukan dari berhasil tidaknya serta
35
bagaimana usaha yang diberikan dalam mencapai suatu kesuksesan. Apabila mereka memberikan banyak usaha dan tenaga untuk mencpai kesuksesan, maka tingkat tingkat kepuasanny kepuasannyaa menjadi menjadi sangat tinggi. Motif berprestasi berprestasi dapat ditingkatkan ditingkatkan melalui latihan-latihan khusus. Orang yang tinggi motif berprestasinya biasanya mempunyai persiapan diri yang lebih baik dan apabila dalam konteks belajar, mereka mempsiapkan diri dalam belajar. Dengan kata lain mereka mempunyai kebiasaan belajar yang lebih baik. Penelitian Koentjoro (1990) menemukan bahwa ada pengaruh pelatihan motif berprestasi terhadap penaikan indeks prestasi para mahasiswa di Yogyakarta. Dari Dari keselu keseluruh ruhan an uraian uraian tentan tentang g motif motif berpre berprestas stasi, i, dapat dapat disimp disimpulk ulkan an bahwa pada dasarnya motif berprestasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan atau mempertahankan prestasi setinggi mungkin dalam segala aktivitas, dan suatu ukuran keunggulan digunakan sebagai pembanding. .
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Husaeni, 1988. Pidato Sambutan Wisuda Sarjana STIA-LAN RI, Jakarta. Anastasi, A, 1961. Psycological Testing, The Mcmillan Company: New York. Aris Ananta, 1987. Landasan Ekonometrika, PT. Gramedia, Jakarta. Atkinson, J.W., 1958, Motives in Fantasy, Action, and Society. D. Van Nostran Co, Inc Princeton : New Jersey Atkins Atkinson, on, J.W. & Reitma Reitman. n. P., 1958. Perfor Performan mance ce as a Functio Function n Of Motive Motive Strength and Expectancy of Goal Attainment. Dalam J.W. Atkinson (ed) Moti Motive vess in Fant Fantasy asy Actio Action n and and Soci Societ ety. y. D. Van Van Nostr Nostran and d Co Inc. Inc. Princeton : New York. Atwi Atwi Supa Suparm rman an,, 1994 1994,, Pida Pidato to Lapo Laporan ran Ketu Ketuaa STIASTIA-LA LAN, N, Wisu Wisuda da Sarj Sarjan anaa XXVIII, Jakarta. Bamban Bambang g Tri Cahyon Cahyono, o, 1983. 1983. Teori Teori dan Prakte Praktek k Kewiras Kewiraswas wastaa taan n (Tinja (Tinjauan uan Psikologi Industri), Liberty : Yogyakarta.
36
Bene Benedi dict ctus us Labr Labre, e, 1994 1994,, Peng Pengaru aruh h Perse Perseps psii Sisw Siswaa tent tentan ang g Inte Interak raksi si dala dalam m Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Tingkat Aspirasi terhadap Sikap Siswa tentang Disiplin Skolah, Tesis, Universitas Indonesia, tidak diterbitkan, Jakarta. Bimo Walgito, 1982, Bimbingan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Perguruan Tinggi, Yayasan Penerbit Fak. Psikologi, Cet. I, Yogyakarta. Bintoro Bintoro Tjokroamid Tjokroamidjojo, jojo, 1992. 1992. Perencanaan Perencanaan Pembangun Pembangunan. an. C.V., H. Masagung, Masagung, Jakarta. Bloom, Bloom, B.S., et. el., 1956, Taxonomy Taxonomy of Education Educational al Objectivies, Objectivies, Handbook Handbook I, Cognitive Domain, David Mekay, New York. Borg, Borg, Walter Walter R., and Gall Gall Meredi Meredith th Damien Damien,, 1979, 1979, Educa Educatio tional nal Researc Research h An Introduction, Longman Inc., New York. Brower, M.A., 1970. Kepribadian dan Perubahannya, PT. Gramedia, Jakarta. Bruner Bruner J., J.J. Goodno Goodnow w & G.A. G.A. Austin Austin,, 1967, 1967, A Study Study of Thinki Thinking, ng, Scienc Sciencee Edition, Inc., New York. Buchari Buchari Zainun, Zainun, 1989. 1989. Pengembang Pengembangan an Kualits Kualits Aparatur Aparatur Negara, Pidato Wisuda Wisuda VII Sarjana STIA-LAN RI. Bandung. Chil Child, d, Denn Dennis, is, 1977 1977,, Psyc Psycho holo logy gy and and the the Teac Teache her, r, 2nd 2nd ed, ed, Holt Holt,, Rine Rineha hart rt,, Winston. Cole, A.H., 1959. Bussiness Enterprise in its Social Setting. Harvard University Press: Massachusetts. Cole, L., 1959. Psychology Psychology of Adolescence. Adolescence. 5th ad. Rinehart Rinehart & Winston, Winston, Inc: New York. Conny Semiawan, 1990. Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilaian di dalam Dunia Pendidikan, Mutiara Sumber Widya, Jakata. Coon, Coon, Dennis, Dennis, 1983, 1983, Introductio Introduction n to Psychology Psychology;; Exploratio Exploration n and Application, Application, 3rd ed, st. Paul, West Publ. Co. Costa, P.T., Jr., and R.R. McCrae, 1984. Personality and Vocational Interests in an Adult Sample. Journal of Aplied Psychology. 69 (3). 390 – 400. Crow, R.O., and Crow, 1973. General Psychology. Adams & Co: New Jersey. Dali Dali S. Naga Naga (199 (1992) 2),, Peng Pengan anta tarr Teor Teorii Skor Skor pada pada Peng Penguk ukur uran an Pend Pendid idik ikan an , Penerbit Gunadarma, Jakarta.
37
Eddy Eddy Soewar Soewardi di Kartaw Kartawidj idjaja aja,, 1992, 1992, Menguk Mengukur ur Sikap Sikap Sosial, Sosial, Pegang Pegangan an untuk untuk peneliti dn Praktisi, Bumi Aksara, Jakarta. Edwards Allen L., Techniques of Attitude Scale Constructional, Appleton Century – Crofts, Inc, New York, 1957. 1957. Eysenck, H.J., adn G.D. wilson (ed.) 1976. A Textbook of Human Psychology. MTP Press Ltd. : England. Fuad Abdurrahman, Abdurrahman, 1991, Prediksi Prediksi Prestasi Prestasi Belajar Belajar MIPA Berdasarkan Berdasarkan Kondisi Kondisi Kognit Kognitif if Awal. Awal. Motiva Motivasi si Berpre Berprestas stasi, i, dan Sikap, Sikap, Diserta Disertasi si FPS-IK FPS-IKIP IP Jakarta. Galloway, Charles, 1976. Psychology for Learning and Teaching, New York, Mc Graw-Hill Book Co. Gibs Gibson on J.F. J.F. and and J.M. J.M. Donn Donnel ely, y, 1973 1973.. Orga Organi niza zati tion onal al X Stru Struct ctur uree Pros Proses es Behaviour, Bussiness Publishing Inc., USA. Gilmer, B. VH, 1970, Psychology. Harper International. New York. Goble, Frank G., 1991, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik, Abraham Maslow. Penerbit Kanisius, Jakarta. Good, Thomas L., and Jere E. Brophy, 1990. Educational Psychology, Longman, New York. H.A.R. H.A.R. Tilaar, Tilaar, 1990, 1990, Pendidikan Pendidikan dalam Pembangun Pembangunan an Nasional Nasional Menyongso Menyongsong ng Abad XXI, Balai Pustaka, Jakarta. Herman Hudoyo, 1979, Pengembang angan Kurik rikulum Matematik tika Pelaksanaannya di Depan Kelas, Usaha Nasional, Surabaya.
dan
Hunter, J.E., & Hunter, R.F., 1984. Validity and Utility of Alternative Predictors. Psychology Bulletin. No. 72-98. Kerlinger, Fred N., 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral. (Alih Bahasa Landung R. Simatupang, Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Kimble, DC., 1974. Adulthood and Aging. John Wiley & Sons, Inc : New York Kuntjoro, Kuntjoro, 1990, Pengaruh Pengaruh Achievemen Achievementt Motivation Motivation Traning dna Jenis Kegiatan Kegiatan Mahasiswa terhadap Peningkatan Indeks Prestasi Mahasiswa, Laporang Penelitian, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta.
38
Mahrit Mahrita, a, 1991, 1991, Hubung Hubungan an antara antara Ketera Keterampi mpilan lan Belajar Belajar dengan dengan Kemand Kemandiri irian an Belajar Belajar serta Motivasi Berprestasi Berprestasi dan Jangka Waktu tertentu tertentu : Penelitian Penelitian ini di UPBJJ-UT Banjarmasin, Desertasi, FPS-IKIP, Jakarta.
Marvin Marvin,, P., P., 1971. 1971. Develo Developin ping g Decisio Decision n for Action Action.. Don Jones Irwin, Irwin, Inc. Inc. : Illionis. Marzuk Marzukii Usman, Usman, 1997, 1997, Memban Membangun gun Visi Kewira Kewiraan an Aparat Aparatur ur Pemerin Pemerintah tah di Daerah Daerah menyon menyongso gsong ng Era perdag perdagang angan an Bebas, Bebas, makala makalah h Semina Seminarr Reenginering enginering Leadership Leadership for Organizatio Organizational nal Motivation Motivation,, tidak diterbitkan diterbitkan,, LAN, Jakarta Masrun, Masrun, 1979, 1979, Reliab Reliabilit ilitas as dan cara-ca cara-cara ra Menent Menentuka ukanny nnya, a, Fakult Fakultas as Psikol Psikologi ogi,, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. --------------,, 1979 1979,, Anal Analisi isiss Item, Item, Faku Fakult ltas as Psik Psikol olog ogi, i, Univ Univer ersit sitas as Gajah Gajah Mada, Mada, Yogyakarta. McClel McClellan land, d, D.C., D.C., 1961. 1961. The Achiev Achieving ing Societ Society. y. Vakil Vakil & Sons Sons Privat Privatee Ltd. Ltd. : Bombay. McCord, McCord, J., 1979. Some Child Rearing Antencenden Antencendents ts of Criminal Criminal Behaviour Behaviour in Adultmen. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 37. p 14771486. Mift Miftah ah Toha Toha,, 1993 1993,, Peni Pening ngka kata tan n Sumb Sumber er Daya Daya Manu Manusia sia Apara Aparatu turr Nega Negara, ra, Majalah Manajemen Administrasi Negara No. II/Februari, Jakarta. Monks. F.J. : Knoers, A.M.P. & Haditono, S.R., 1982. Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Morgan, Cliford T., er.al., 1986. Introduction to Psychology, Mc Graw-Hill Book Company, New York. Moul Mouly, y, Geor George ge J., J., 1967 1967,, Psyc Psycho holo logy gy for for Effec Effecti tive ve Teac Teachi hing ng,, 2nd 2nd ed, ed, Holt Holt Rinehart Winston, Florida. Pandji Anaraga, 1992. Psikologi Kerja, Rineka Cipta, Jakarta. Pedhazur, Pedhazur, E.J., 1973. 1973. Multiple Multiple Regression Regression in Behaviour Behaviour Research, CBS Collage Publishing, New York. Phopha Phophan, n, James., James., 1973. 1973. Educat Education ional al Statis Statistic, tic, Harper Harper & Row Publis Publisher her,, New York.
39
Pras Praset etya ya Iraw Irawan an,, Suci Suciat ati, i, Wa Ward rdha hani ni,, 1994 1994,, Teor Teorii Bela Belaja jar, r, Moti Motiva vasi si,, dan dan Keterampilan Mengajar, PAU, Ditjen Dikti Depdikbud, Jakarta. Reilly, Robert R. & Lewis, Erneet, 1983. Educational Psychology Application for Classroom Learning and Instruction, New York, Mc. Millan Publ. Co., Inc. Rodgers, R.C. & Maranto, C.L., 1989. Causal Model of Publishing Productivity in Psychology, Journal of Applied Psychology. Vol 74. 636 – 649. Roepke, J., 1978. Roepke Roepke,, J., 1978. 1978. Kewiras Kewiraswast wastaan aan Prisma (9), 66 - 82.
dan
Perkem Perkemban bangan gan Ekono Ekonomi mi Indone Indonesia, sia,
Shar Sharma ma,, J.L. J.L.,, Entre Entrepr pren eneu euri rial al Perf Perfor orma manc ncee in Role Role Persp Perspect ectiv ive. e. Abhi Abhina nav v Publications : New Delhi. Sing Singgi gih h D. Guna Gunars rsaa & Y.S. Y.S. Guna Gunars rsaa Y.S. Y.S.,, 1978 1978.. Psik Psikol olog ogii Rema Remaja ja dan dan Permasalahannya, BPK Gunung Mulia : Jakarta. Siti Rahayu Haditono, 1975. Diktat Psikologi Anak. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada : Yogyakarta. ----------------------------, 1979. The Achievement Motivation, Parent’s Educational Level and Child Rearing, Practice in Four Occupational Groups, Desertasi UGM. Yogyakarta. Soenarwan, Soenarwan, 1991, Pengaruh Pengaruh Pengajaran Modul dan Klasikal terhadap terhadap Prestasi Prestasi Belajar Matematika dan IPS Ditinjau dari Inteligensi Siswa dan Need for Achiev Achieveme ement nt Gur, Gur, Lapora Laporan n Peneli Penelitia tian, n, Majalah Majalah Analisi Analisiss Pendid Pendidika ikan, n, Depdikbud, Jakarta. Soet Soetarl arlin inah ah Suka Sukadj dji, i, 1988 1988,, Kelu Keluarg argaa dan dan Kebe Keberh rhas asil ilan an Pend Pendid idik ikan an,, Urusan Urusan Produksi dan Distribusi Alat Tes, FPUI, Depok. Sondang P. Siagian, 1995, Pengembangan Sumber Daya Insani, Gunung Agung, Jakarta. Sri Edi Swason Swasono o (ed.), (ed.), 1976, 1976, Enterp Enterpren reneur eurshi ship p Indone Indonesia, sia, Lembag Lembagaa Penerb Penerbit it Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta. Sri Mulyani Martaniah, Martaniah, 1979, 1979, Teknik Teknik Konseling, Konseling, Penataran Penataran B & P untuk Dosendosen UGM, Yogyakarta. Sugiyono, 1993, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.
40
Suharsimi Arikunto, 1992. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Sumadi Sumadi Suryab Suryabrata rata,, 1993, 1993, Psikolo Psikologi gi Pendid Pendidika ikan, n, PT. Raja Raja Grafin Grafindo do Persad Persada, a, Jakarta. Suparman Sumahami Jaya, 1980, Membina Sikap Mental Wira Swasta, Gunung Jati Jakarta. The The Lian Liang g Gie, Gie, 1988 1988,, Cara Cara Bela Belaja jarr yang yang Efis Efisie ien, n, Pusa Pusatt Kema Kemaju juan an Stud Studii Yogyakarta. Theresi Theresiaa Maria Maria Haning Haningki ki Tirta, Tirta, 1987, 1987, Hubung Hubungan an antar antar Sikap Sikap dan Kebiasa Kebiasaan an Belajar Matematika dengan Prestasi Belajar Matematika di Sekolah Dasar, Tesis, FPMIPA, IKIP, Malang. Toeti Soekamto, Soekamto, Udin Saripudin Saripudin Winataputra, Winataputra, 1994, 1994, Teori Belajar dan Modelmodel Pembelajaran, PAU Ditjen Dikti Depdikbud, Jakarta. Togap Togap P. Simanj Simanjun untak tak,, 1994, 1994, Hubung Hubungan an antara antara Minat Minat terhada terhadap p Matemat Matematika ika dengan Prestasi Matematika Siswa SMA Laki-laki dan Perempuan dengan Inteligensi di atas Rata-rata, Tesis, Universitas Indonesia, tidak diterbitkan Jakarta. Toto Kuwoto, 1990, Penelitian Penelitian tentang tentang Prestasi Prestasi Mahasiswa Mahasiswa Fakultas Fakultas Psikologi Psikologi UGM, Tahun Angkatan dan Jenis Kelamin dan Asal Jurusan di SMA dalam dalam Beberap Beberapaa Mata Mata Kuliah, Kuliah, Penelit Penelitian ian,, Fakult Fakultas as Psikol Psikologi ogi UGM, UGM, Yogyakarta. Wina Winarn rno o Surac Surachm hmad ad,, 1982 1982,, Cara Cara Belaj Belajar ar Terb Terbai aik k di Univ Univer ersit sitas, as, Tarsi Tarsito to,, Bandung. Winkel W.S., 1991, Psikologi Pengajaran, PT. Gramedia, Jakarta. Wisnu Subrata Hendrojuwon Hendrojuwono, o, 1987, 1987, Pengantar Pengantar Psikologi Psikologi Belajar, Belajar, Depdikbud Depdikbud,, Jakarta. Witherington, C.H., 1986, Psikologi Pendidikan, (Alih Bahasa Muchtar Buchari), Bina Aksara, Jakarta. Worrel, Worrel, Yudith Yudith & Stilwe Stilwell, ll, William William E., 1991, 1991, Psycho Psycholog logy y for Theach Theacher er and Students, McGraw-Hill Book Co., New York.
41
42