BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan tindakan keperawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum Memberikan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien Pre dan Post Operatif system perkemihan. 2. Tujuan Khusus Mengerti dan memahami berbagai persiapan tindakan operatif yang meliputi: a. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada klien pre operatif system perkemihan. b. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada klien post operatif system perkemihan.
1
BAB II TINAJAUAN TEORITIS
A. PERAWATAN PERIOPERATIF 1. Tujuan dilakukan perawatan
Dilakukan untuk untuk menetapkan menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individu selama periode perioperatif sehingga klien memperoleh kemudahan sejak datang sampai klien sehat kembali. 2. Periode perioperatif
Perioperatif terdiri dari beberapa tahapan yaitu: a. Pre-operatif (sebelum) b. Intra-operatif (selama) c. Post-operatif (sesudah)
B. PRE OPERATIF 1. Pengertian
Perawatan pre operatif
merupakan
tahap pertama dari
perawatan
perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien
dan
berakhir
ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan. Persiapan
pembedahan
dapat
dibagi
menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien). 2. Persiapan psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena : a. Takut akan perasaan sakit, narkosa atau hasilnya b. Keadaan fungsi
penting
dari
perawat
pada
fase
pra
bedah
dan
dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada kepada pasien pra pra bedah : 1) Penjelasan tentang peristiwa a) Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan). b) Hal-hal yang rutin sebelum operasi. c) Alat-alat khusus yang diperlukan d) Pengiriman ke ruang bedah. 2
e) Ruang pemulihan. f) Kemungkinan pengobatan-pengobatan pengobatan-pengobatan setelah operasi : o
Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
o
Perlu kebebasan saluran nafas.
o
Antisipasi pengobatan.
2) Bernafas dalam dan latihan batuk 3) Latihan kaki 4) Mobilitas 5) Membantu kenyamanan 3. Persiapan fisiologi a. Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum. Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain : 1) Aspirasi pada saat pembedahan 2) Mengotori meja operasi. 3) Mengganggu jalannya operasi. b. Persiapan Perut
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi. Maksud dari pemberian lavement antara lain : 1) Mencegah cidera kolon 2) Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi. 3) Mencegah konstipasi. 4) Mencegah infeksi c. Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur 3
bila perlu saja,
lemak dan kotoran harus
terbebas
dari
daerah
kulit
yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2. d. Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain. 1. Pemeriksaan radiologi dan diagnostic, seperti: photo thorax CT Scan (computerized tomography scan ), MRI ( magnrtic resonan imagine ), BNO-IVP, renogram, sytoscopy, mammography CIL ( colon loop ), EKG/ECG, ECHO, EEG, dll. 2. Pemeriksaan laboratorium berupa, pemeriksaan darah, hemoglobin, leukosit, LED, jumblah trombosit, limfosit, protein total (albumin dan globulin ), elektrolit (kalium, natrium, dan klorida ), CT BT, ureum kreatinin, BUN, dll. 3. Biopsy, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan memastikan penyakit pasien sebelum operasi. 4. Pemeriksaan kadar gula darah Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalam rentang normal atau tidak. e. Persetujuan Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.
4. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK) a. Mencegah cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di bawah ini : 1) Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement). 2) Cek gelang identitas / identifikasi pasien. 3) Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci. 4
4) Lepas perhiasan 5) Bersihkan cat kuku. 6)
Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
7)
Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
8) Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran. 9) Kaus
kaki
anti
emboli
perlu
dipasang
pada
pasien
yang
beresiko terhadap tromboplebitis. 10) Kandung kencing harus sudah kosong. 11) Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ; -
Catatan tentang persiapan kulit.
-
Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
-
Pemberian premedikasi.
-
Pengobatan rutin.
-
Data antropometri (BB, TB)
-
Informed Consent
-
Pemeriksan laboratorium.
b. Pemberian obat premedikasi
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar
induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi.
Sedative
biasanya diberikan pada malam menjelang operasi operas i agar pasien pasi en tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.
C. INTRA OPERATIF 1. Data Subyektif
a. Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu. 1) Pengertian tentang bedah yang duanjurka -
Tempat
-
Bentuk operasi yang harus dilakukan.
-
Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di bedah.
-
Kegiatan rutin sebelum operasi.
-
Kegiatan rutin sesudah operasi.
-
Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi. 5
2) Pengalaman bedah terdahulu -
Bentuk, sifat, roentgen
-
Jangka waktu
b. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah 1) Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang dianjurkan. 2) Metode-metode penyesuaian yang lazim. 3) Agama dan artinya bagi pasien. 4) Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah. 5) Keluarga dan sahabat dekat -
Dapat dijangkau (jarak)
-
Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.
6) Perubahan pola tidur 7) Peningkatan seringnya berkemih. c. Status Fisiologi 1) Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah. 2) Berbagai alergi medikasi, sabun, plester. 3) Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran. 4) Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia. anoreksia. 5) Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal). 6) Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas. 7) Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.
2. Data Obyektif
a. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris. b. Tingkat interaksi dengan orang lain. c. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas). d. Tinggi dan berat badan. 6
e. Gejala vital. f. Kemampuan penglihatan dan pendengaran. g. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik. h. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir. i.
Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengan diafragma, diafra gma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
j.
Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah vaskuler atau tubuh.
k. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan
3. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul.
a. Takut b. Cemas c. Resiko infeksi d. Resiko injury e. Kurang pengetahuan
D. POST-OPERATIF 1. Pengertian
Perawatan
post
operasi
merupakan
tahap
lanjutan
dari
perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya periode
pasca anaesthesi
asuhan
yang
tergantung
dilakukan.
7
dilaksanakan kepada
prosedur
segera bedah
setelah yang
2. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
a. Mempertahankan ventilasi pulmonari Berikan kepala
posisi
miring
atau
setengah
telungkup
dengan
tengadah kebelakang dan rahang didorong ke depan
pada
pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih. b. Saluran nafas buatan Saluran setelah
nafas
pada
orofaring
biasanya
terpasang
terus
pemberian anaesthesi umum umum untuk mempertahankan saluran tetap
terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction. c. Terapi oksigen O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia.
Selain
pemberian
O2
harus
diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar. d. Mempertahankan sirkulasi Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang pemulihan. e. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit Pemberian mempertahankan infus sangat
infus
merupakan
usaha
pertama
untuk
keseimbangan cairan dan elektrolit. Monitor cairan per
penting untuk mengetahui
kecukupan pengganti
dan
pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor. f. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan Pasien post operasi atau post anaesthesi
sebaiknya pada tempat
tidurnya dipasang pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian. Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter. Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan. 8
3. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk
lebih
jelasnya maka dibawah
ini
adalah
petunjuk perawatan/ observasi diruang pemulihan : a. Posisi pasien
kepala
pasien
lebih
rendah
dan
kepala
dimiringkan
pada
dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi
regional posisi semi fowler. b. Pasang pengaman pada tempat tidur. c. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit. d. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea. e. Beri O2 2,3 liter sesuai program. f. Observasi adanya muntah. g. Catat intake dan out put cairan. Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis : a. Tekanan sistolik < 90 – 100 100 mmHg atau > 150 – 160 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau > dari 90 mmHg. b. HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit c. Suhu > 38,3° C atau kurang dari 35° C. d. Meningkatnya kegelisahan pasien e. Tidak BAK + 8 jam post operasi. f. Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien : a. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi. b. Tanda-tanda vital harus stabil. c. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh. d. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil. e. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna. f. Urine yang keluar harus adekuat (1cc/Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan. g. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
9
h. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan dipindahkan. dipindahkan. i.
Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
j.
Pengangkutan Pasien keruangan Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan
antara lain: a. Keadaan penderita serta order dokter. b. Usahakan pasien jangan sampai kedinginan. c. Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-waktu dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.
4. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi a. Pengkajin awal 1)
2)
Status Respirasi, Melipuiti : -
Kebersihan jalan nafas
-
Kedalaman pernafasaan.
-
Kecepatan dan sifat pernafasan.
-
Bunyi nafas
Status sirkulatori, Meliputi : -
Nadi
-
Tekanan darah
-
Suhu
-
Warna kulit
3)
Status neurologis, meliputi : tingkat kesadaran
4)
Balutan, meliputi :
5)
-
Keadaan drain
-
Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
Kenyamanan, meliputi : -
Terdapat nyeri
-
Mual
-
Muntah 10
6)
7)
Keselamatan, meliputi : -
Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
-
Kabel panggil yang mudah dijangkau.
-
Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
Perawatan, meliputi : -
Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
-
Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.
8)
Nyeri, meliputi : -
Waktu
-
Tempat.
-
Frekuensi
-
Kualitas
-
Faktor yang memperberat / memperingan
b. Data Subyektif
Pasien
hendakanya
ditanya
mengenai
gejala-gejala
ketidak
nyamanan setelah ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan- pertanyaan yang langsung misalnya :”Bagaimana perasaan anda?”, dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan. Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat narkotika yang cukup banyak. c. Data Objektif
1) Sistem Respiratori 2) Status sirkulatori 3) Tingkat Kesadaran 4) Balutan 5) Posisi tubuh 11
6) Status Urinari / eksresi. d. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah. e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan manifestasi klinik post operasi. Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain : 1) Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap. 2) Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan insufisisensi ginjal. f.
Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
1) Diagnosa Umum -
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
-
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
-
Nyeri akut berhubungan dengan dengan proses pembedahan.
-
Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
2) Diagnosa Tambahan -
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
-
Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.
-
Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
salah
memahami
informasi. -
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.
-
Nausea
berhubungan
dengan
efek
anaesthesi,
ketidaseimbangan elektrolit. -
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
12
narkotika,
-
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
-
Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.
13
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perawatan pre operatif
merupakan
perioperatif yang dimulai
sejak
pasien
ketika
dan
berakhir
pasien
tahap pertama dari diterima masuk
di
perawatan
ruang
terima
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan. Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan. Perawatan pre
dan
post
operasi merupakan
tahap
lanjutan
dari
perawatan
intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan /
pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Namun untuk meningkatkan pemahaman tentang tindakan kolaboratif persiapan operasi, maka penulis berkeinginan menyumbangkan beberapa pemikiran yang dituangkan dalam bentuk bentuk saran sebagai berikut : 1.
Bagi pembaca
Bisa menambah pengetahuna tentang tindakan kolaboratif persiapan sebelu dan sesudah perasi. Sehingga, dapat dijadikan sebagai penmbahan ilmu dalam bidang keperawatan
2.
Bagi Pendidikan
Untuk meningkatkan dan memperlancar dalam proses pembuatan makalah, hendaknya pihak pendidikan menambah literature-literatur di perpustakaan khususnya tindakan kolaboratif persiapan sebelum dan sesudah operasi dan menambah kapasitas jaringan internet yang lebih tinggi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2008. 2008. Keperawatan Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC. Nurachmah, Elly. 2000. Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah. medikal-bedah . Jakarta : EGC. Fernsebner, Billie. 2005. Buku 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif Perioperatif vol.2. vol.2 . Jakarta : EGC Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi. Operasi . Yogyakarta : Sahabat Setia Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi, revisi , Jakarta: EGC. http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-dasarkeperawatan perioperatif.html, di akses 16 Mei 2011
15
MAKALAH
PERAWATAN PASIEN PRA, INTRA DAN PASCA OPERASI Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
2014
16
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT. Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami tentang Manajemen Keperawatan yang akan sangat berguna terutama untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.
Sukabumi, April 2014
Penulis
17 i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................. ............................................ ........................... ..... i DAFTAR ISI ........................................... ................................................................. ............................................ .......................................... .................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................... .................................................................. ............................................. ........................ 1 B. TUJUAN .......................................... ................................................................. ............................................. ............................................ ........................ 1
BAB II TINAJAUAN TEORITIS
A. PERAWATAN PERIOPERATIF.............................. .................................................... .......................................... ....................2 B. PRE OPERATIF ............................................................ .................................................................................. ...................................... ................ 2 C. INTRA OPERATIF ............................................ .................................................................. ............................................ ........................... ..... 5 D. POST-OPERATIF .......................................... ................................................................ ............................................ ............................... ......... 7
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................... .................................................................. ............................................. .................................. ............ 14 B. SARAN ............................................ ................................................................... ............................................. ............................................ ........................ 14
DAFTAR PUSTAKA
18ii