PEMANFAATAN RUANG PADA POLA PERMUKIMAN DESA TRADISIONAL DAN RUMAH TRADISIONAL DI NIAS SELATAN Oleh: Budiana Setiawan
A. PENDAHULUAN Masyarakat Nias Selatan mempunyai pola permukiman dan bentuk arsitektur rumah tradisional yang unik dan menarik, yang pada saat ini masih dapat kita temukan p ada beberapa desa tradisional, terutama yang terletak di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nia s Selatan. Desa-desa tradisional tersebut, antara lain: Bawögozali, Bawömataluwo, Orahili Fau, Hilisimaitano, Ono Hondrö, Botohilitano, Hilinawalo Fau, Hilimaetaniha, dan lain-l ain. Desa-desa tradisional di Nias Selatan pada umumnya terletak di punggung bukit. Rumah-rumah terdiri dari 2 baris memanjang, saling berhadapan, dan berjajar rapa t. Di tengahtengah permukiman terdapat halaman desa yang memanjang dan lantainya diperkeras dengan batu, dan di depan rumah-rumah penduduk dipenuhi dengan batu-batu megalitik. Sed angkan rumah-rumah tradisional berbentuk empat persegi panjang dengan atap yang menjula ng tinggi dan berdiri di atas tiang-tiang kolong yang besar dan kokoh. Batu-batu megalitik di halaman desa tersebut merupakan bukti kepercayaan lama masyarakat Nias Selatan. Pada saat ini sebagian besar masyarakat Nias Selatan memeluk agama Kristen atau Katholik. Tidak hanya pola permukiman dan bentuk arsitektur rumah tradisional, aktivitas masyarakatnya sehari-hari pun menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Ketika data ng ke sebuah desa tradisional, kita harus mendaki bukit, lalu menaiki puluhan anak tangga yan g curam untuk mencapai halaman desa yang terletak di punggung bukit. Setelah mencapai halaman desa, kita akan melihat berbagai bentuk batu-batu megalitik dan patung-patung batu berderet -deret di depan rumah. Uniknya, batu-batu megalitik tersebut juga digunakan untuk menjemur pakaian. Selain dijemur di atas batu-batu megalitik, pakaian juga dijemur di atap-atap ru mah penduduk. Di samping itu, di lantai batu di sela-sela batu-batu megalitik juga digunakan untu k menjemur hasilhasil pertanian, seperti: padi, kopi, ketela, kopra, dan lain-lain. Aktivitas ma syarakat tersebut menjadi hal yang kontradiktif. Di tempat yang sama terdapat benda-benda yang ber nilai suci dan sakral, tetapi sekaligus untuk aktivitas yang bersifat profan. Sebelum memasuki desa pun, di pinggir jalan di bawah desa kita akan melewati kompleks makam terlebih dahulu. Y ang menarik,