BAB 4 Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Probolinggo
Rencana pola pemanfaatan ruang meliputi batas-batas kawasan lindung dan kawasan budidaya, letak, ukuran dan fungsi kawasan lindung dan budidaya.
4.1 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian kemampuan lingkungan hidup mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan guna kepentingan pembangunan bekelanjutan. Pengelolaan kawasan
lindung
adalah
upaya
penetapan,
pelestarian
dan
pengendalian
pemanfaatan kawasan lindung. Pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Probolinggo secara umum ditujukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup terintegrasi antara kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dengan pelestariannya. Dalam konteks ini diharapkan bahwa penempatan ruang dalam rangka pengembangan wilayah diserasikan dengan kemampuan dan daya dukung wilayahnya. Adapun kawasan lindung di Kabupaten Probolinggo dapat dibagi menjadi: kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung lainnya. Adapun rencana pola pelestarian kawasan lindung adalah sebagai berikut. Rencana pola ruang kawasan lindung dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-1
Tabel 4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung No
Pola Ruang Wilayah
Luas (Ha)
1.
Kawasan Hutan Lindung
2.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya: a. Kawasan bergambut b. Kawasan resapan air
3.
1.087,622
b. Sempadan Sungai
2.507,794
Kawasan sekitar danau atau waduk
d. Kawasan sekitar mata air e.
Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal
f.
Kawasan perlindungan setempat lainnya 1) Sempadan Rel Kereta Api 2) Sempadan SUTET 3) Hutan mangrove
237,906 899,208 -
72,827 0,003 209,310
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya: a.
Kawasan suaka alam
-
b.
Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
-
c.
Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut
d.
Cagar alam dan cagar alam laut
18,8
e.
Kawasan pantai berhutan bakau
258,459
f.
Taman nasional {BTS (Bromo, Tengger, Semeru} dan taman nasional laut
g.
Taman hutan raya
-
h.
Taman wisata alam dan taman wisata alam laut
-
i.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
-
7.452.000
5.828,10
Kawasan rawan bencana alam a.
Kawasan rawan tanah longsor
b.
Kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir
c.
Kawasan rawan bencana alam lainnya
6.
2.507,794
Sempadan Pantai
c.
5.
-
Kawasan perlindungan setempat: a.
4.
22.650,80
Abrasi Pantai
32.423,5 1.461,072
596,742
Kawasan lindung geologi: a.
Kawasan cagar alam geologi
b.
Kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah: Letusan Gunung Tipe A
-
3.165,45
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-2
No
Pola Ruang Wilayah Tipe B Tipe C
Luas (Ha) 2.356,89 2.364,95
Sumber :Hasil Rencana Tahun,2009
4.1.1 Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Kriteria penetapan kawasan lindung adalah: Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175; atau Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih; dan atau Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 1.000-2.000 meter/dpl. Sesuai dengan Kepres No. 32 Tahun 1990 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2008 maka lahan-lahan yang memiliki kemiringan diatas 40% atau memiliki kemiringan 15%–40% pada tanah-tanah yang sangat peka erosi diarahkan fungsinya sebagai kawasan hutan lindung. Intensitas pengarahan ini semakin tinggi, karena pada beberapa lokasi lahan-lahan tersebut diatas ada yang berupa tanah pasir atau berbatu dan memiliki intensitas hujan diatas 27,7 mm/hari. Berdasarkan data Perum Perhutani KPH Probolinggo Wilayah Kabupaten Probolinggo tahun 2009 bahwa luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Probolinggo kurang lebih22,650,80 Ha yang terletak di bagian selatan – timur dan selatan – barat Probolinggo yaitu kecamatan yang diharapkan dapat meningkatkan fungsi serapan air terutama adalah Kecamatan Lumbang, Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber Kecamatan Kuripan, Kecamatan Tiris, Kecamatan Krucil dan Kecamatan Gading. Adapun pengelolaan kawasan ini diarahkan pada: 1.
Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui pengembangan vegetasi tegangan tinggi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air;
2.
Perluasan hutan lindung di wilayah Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, terutama pada area yang mengalami alih fungsi;
3.
Meningkatkan kegiatan pariwisata alam (misalnya mendaki gunung, out bond, camping) terutama di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, sekaligus menanamkan gerakan cinta alam;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-3
4.
Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan hutan lindung;
5.
Penetapan larangan untuk melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan kecuali berbagai usaha dan/atau kegiatan penunjang kawasan lindung yang tidak mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah bentang alam serta ekosistem alam;
6.
Pengaturan
berbagai
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
tetap
dapat
mempertahankan fungsi lindung; 7.
Pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang mengganggu fungsi lindung;
8.
Penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup;
9.
Pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung;
10. Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung dengan sistem strip cropping; 11. Penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi lindung kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan keberadaan hutan lindung untuk kepentingan hidrologis. Adapun kegiatan yang dapat diperbolehkan membuat pos pengamatan kebakaran, pos penjagaan, papan petunjuk atau penerangan, patok triangulasi, tugu, tiang listrik dan menara stasiun televisi serta jalan setapak untuk pariwisata yang bangunannya bersifat tidak permanen; Berbagai kerusakan telah terjadi pada hutan lindung di wilayah-wilayah tersebut berupa: Alih fungsi hutan lindung menjadi tegalan di pegunungan Tinggi Hyang meliputi Kecamatan Krucil, Kecamatan Gading, Kecamatan Pakuniran dan juga di Kecamatan Lumbang. Alih fungsi hutan lindung menjadi kebun campuran di lereng Gunung Tarub di Kecamatan Tiris Hutan lindung rusak akibat longsor di kawasan Bromo-Tengger-Semeru/BTS dan Kecamatan Sukapura Untuk mengatasi berbagai kerusakan tersebut maka rencana pengelolaan yang dilakukan sebagai berikut, lihat Tabel 4.2 Rencana Pengelolaan Hutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 4.1. Rencana Kawasan Hutan Lindung.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-4
Tabel 4.2 Rencana Pengelolaan Hutan Kondisi
Lokasi
Pegunungan Tinggi Hyang : kelerengan >40% ketinggian 100-1.000 dpl tekstur tanah halus lapisan top soil <30 cm Hutan lindung menjadi tegalan Kecamatan Lumbang: kelerengan 15-40% ketinggian 100-1000 dpl tekstur tanah sedang lapisan top soil 30-60 cm
Hutan lindung menjadi kebun campuran
Hutan lindung rusak akibat longsor
Lereng Gunung Tarub (Tiris): kelerengan 15-40% ketinggian 1000-2000 dpl tekstur tanah haluskasar lapisan top soil >90 cm
Kawasan Bromo Tengger Semeru/BTS Sukapura: kelerengan 15-40% ketinggian 500-2000 dpl tekstur tanah sedangkasar lapisan top soil 60-90 cm
Rencana Dikembalikan ke fungsi semula karena tingkat kelerengan yang besar yang menyebabkan rawan longsor Dilakukan konservasi yang diterapkan dengan sistem terasering dan rorak mengikuti arah kontur. Jenis tegakan yang digunakan mengikuti tegakan yang sudah ada untuk menyesuaikan dengan ekosistem semula. Pengelolaan dengan prinsip hutan kemitraan, yaitu dengan melibatkan mesyarakat lokal secara aktif dalam pengelolaan untuk keberhasilan program dalam jangka waktu yang panjang. Pengendalian erosi dengan tutupan lahan jenis tanaman semak, rumpun bambu sampai tanaman keras dan pengeturan drainase limpasan. Upaya pengembalian fungsi hutan dengan mempertimbangkan fungsi ekosistem dan ekologis dengan menanam kembali pohon buah. Teknologi konservasi yang dapat diterapkan dengan sistem terasering dan rorak yang mengikuti arah kontur. Jenis tegakan yang tepat berupa tanaman pete, akasia, pohon buah (sawo, durian, alpukat) yang dapat dipanen tanpa menganggu tegakannya. Pengelolaan dengan prinsip hutan kemitraan, yaitu dengan melibatkan mesyarakat lokal secara aktif dalam pengelolaan, penanaman, panen dan pasca panen. Kegiatan ini dimaksudkan agar tidak merugikan masyarakat yang pada awalnya telah mengelola hutan untuk kebutuhan ekonominya Pengendalian fungsi hutan dengan tanaman keras bukan hutan tebang misalnya pohon buah, pete, pucung, dsb. Pengelolaan kawasan penyangga dengan tanaman produksi non-kayu, misalnya pinus, kayu putih,, kebun putih, kebun kako, kebun campur dan tanaman keras lainnya. Melibatkan masyarakat yang menggarap hutan tersebut melalui kegiatan reboisasi mulai dari penanaman, perawata, panen dan pasca panen sehingga dapat dipenuhi syarat ekologis dan ekonomisnya. Masyarakat dapat terus memanfaatkan hutan ini tanpa harus menganggu ekologis hutan itu sendiri. Mempertahankan keberadaan kebun campur dengan mengganti tegakan yang ada sehingga tidak mengurangi fungsi ekologis hutan. Pengembangan kebun campur tetap menggunakan sistem terasering mengingat tekstur tanah eksitsting halus dan rawan erosi. Upaya pengendalian top soil dengan metode rorak. Untuk mempertebal lapisan tanah dan menahan erosi digunakan teras bangku. Untuk lokasi dengan kemiringan >40% diperlukan penanganan yang cepat, dapat ditambahkan blok tanah subur pada terasering dan rorak. Jenis vegetasi yang tepat untuk kelerengan >40% adalah beringin, sedangkan untuk kelerengan 15-40% adalah tanaman keras seperti pohon buah, jenis tanaman penutup seperti semak belukar, rumpun bambu dan tanaman keras lainnya.
Sumber: Hasil Rencana, 2009
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-5
Peta 4.1 Rencana Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Probolinggo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-6
Gambar 4.1 Taman Nasional Bromo – Tengger– Semeru
Gambar 4.2 Kawasan Hutan Lindung di Puncak Argopuro
4.1.2 Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya antara lain meliputi kawasan bergambut, serta kawasan konservasi dan resapan air. Adapun kebijaksanaan ruang di kawasan ini ditentukan berdasarkan tujuan pemantapannya, yaitu untuk mencegah terjadinya bencana dan menjaga kelestarian kawasan. 4.1.2.1 Kawasan Bergambut Kriteria kawasan bergambut adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa. Kawasan bergambut juga merupakan kawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang lama. Pada wilayah Kabupaten Probolinggo tidak terdapat jenis kawasan bergambut.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-7
4.1.2.2 Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. Jenis kawasan ini terletak di Kecamatan Kecamatan Lumbang, Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber Kecamatan Kuripan, Kecamatan Tiris, Kecamatan Krucil dan Kecamatan Gading, hutan di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS), Puncak Argopuro. Kawasan ini sebagian besar merupakan kawasan hutan lindung. Penetapan dan pemantapan kawasan resapan air juga merupakan salah satu upaya dalam pelestarian DAS yang ada di Kabupaten Probolinggo. Peningkatan manfaat lindung pada kawasan ini dilakukan dengan cara: 1.
Pembuatan sumur-sumur resapan;
2.
Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu; serta
3.
Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan meresapkan air. Sebagian besar kawasan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air ini
merupakan kawasan hutan lindung, sehingga pelestarian hutan lindung pada dasarnya juga meningkatkan kemampuan akan resapan air. Adapun pengelolaan kawasan ini adalah : 1.
Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;
2.
Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
3.
Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu, dan vegetasi yang menjadi tempat kehidupan berbagai satwa; dan
4.
Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan tanah, bendung) sehingga kawasan ini memberikan kemampuan peresapan air yang lebih tinggi. Kawasan resapan air di Kabupaten Probolinggo seluas kurang lebih 2.507,794
Ha (sesuai dengan catchment area DAS yang ada di Kabupaten Probolinggo). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 4.2. Kawasan Resapan Air.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-8
Peta 4.2 Kawasan Resapan Air Kabupaten Probolinggo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-9
4.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat Rencana kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Probolinggo terdiri dari kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, Kawasan sekitar mata air, Kawasan terbuka hijau, termasuk hutan kota, kawasan sempadan irigasi dan kawasan konservasi sumberdaya ikan. 4.1.3.1 Sempadan Pantai Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Luas kawasan sempadan pantai direncanakan di wilayah Kabupaten Probolinggo adalah 1.087,622 Ha. Kawasan sempadan pantai terletak di sepanjang pantai, yaitu sepanjang pantai utara yang memanjang dari perbatasan Kabupaten Pasuruan sampai ke perbatasan Kabupaten Situbondo. Kecamatan yang memiliki Sempadan Pantai di Kabupaten Probolinggo terdapat 7 Kecamatan antara lain: Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan, dan Kecamatan Paiton. Sempadan pantai sekurang-kurangnya adalah 100 meter dari titik tertinggi muka air ke arah darat. Kondisi pantai yang paling parah adalah pantai di Desa Kalibuntu Kecamatan Kraksaan dan Pantai Desa Sumberanyar dan Desa Pondokkelor Kecamatan Paiton. Desa-desa tersebut merupakan permukiman penduduk yang padat dan pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Menurut informasi, abrasi di Desa Kalibuntu terjadi mulai tahun 1942 setelah di tebangnya hutan bakau di sepanjang pantai desa tersebut. Perlindungan ekosistem ini terdiri atas perlindungan hutan bakau (mangrove), perlindungan terumbu karang terdapat hampir di sepanjang kawasan pesisir di Kabupaten Probolinggo khususnya di Pulau Gili Ketapang dan Laut Binor, sedangkan perlindungan kawasan estuaria sebagai tempat pertemuan sungai dan laut terdapat di berbagai kecamatan. Pada kawasan lindung setempat sempadan pantai ini terdapat fungsi budidaya seperti perikanan, pariwisata, permukiman dan tambak. Guna menjaga kawasan sekitar pantai dari kerusakan lingkungan dan kerusakan ekosistem pantai, maka perlu adanya perlindungan terhadap sempadan sungai, untuk melindungi pantai dari kegiatan yang menganggu kelestarian fungsi pantai dan juga untuk mengantisipasi gelombang pasang dan bahaya tsunami. Sehingga dilakukan pembatasan perluasan kegiatan pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-10
Langkah-langkah pengelolaan ruang yang disusun bagi kawasan ini terutama adalah perlindungan terhadap kawasan sempadan pantai, yaitu 1.
Sosialisasi rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai kepada seluruh masyarakat yang bermukim di sekitar pantai dan kepada seluruh stakeholders pembangunan terkait;
2.
Melarang kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi pantai, merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar pantai;
3.
Alih fungsi bakau untuk tambak diijinkan maksimum 20% dari optimum luas hutan bakau. Pada kawasan yang potensial untuk dilakukan penanaman bakau, maka dilakukan penanaman sehingga menambah area bakau di Kabupaten Probolinggo;
4.
Mengembangkan terumbu karang buatan untuk meningkatkan fungsi ekologis pesisir;
5.
Pada kawasan sempadan yang memiliki fungsi sebagai kawasan budidaya seperti: permukiman perkotaan dan perdesaan, pariwisata, pelabuhan, pertahanan dan keamanan, serta kawasan lainnya, pengembangannya harus sesuai dengan peruntukan lahan yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang kawasan pesisir;
6.
Memantapkan kawasan lindung di daratan untuk menunjang kelestarian kawasan lindung pantai;
7.
Bangunan yang boleh ada di sempadan pantai antara lain dermaga, tower penjaga keselamatan pengunjung pantai;
8.
Menjadikan kawasan lindung sepanjang pantai yang memiliki nilai ekologis sebagai obyek wisata dan penelitian;
9.
Pengembalian fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan;
10. Pengembangan kegiatan budidaya di sempadan pantai : Kegiatan
budidaya
yang
dikembangkan
harus
disesuaikan
dengan
karakteristik setempat dan tidak menimbulkan dampak negatif; Pengembangan kegiatan budidaya di sempadan pantai harus disertai dengan kegiatan eksploitasi
pengawasan
pemanfaatan
sumberdaya tambang,
ruang
terhadap
pemasangan
papan
kegiatan reklame,
seperti papan
penyuluhan dan peringatan; Penetapan kawasan sempadan pantai dengan memperhatikan fungsi lindung, kondisi eksisting dan potensi pengembangannya; Pengembangan kegiatan budidaya di sempadan pantai harus disertai dengan kegiatan penertiban pemanfaatan ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-11
Kegiatan budidaya yang berdampak negatif terhadap fungsi pantai antara lain : Pembuangan limbah padat ke pantai; Pembuangan limbah cair tanpa pengolahan ke pantai; Budidaya pertanian tanpa pengolahan tanah secara intensif; Pembangunan tempat
hunian atau
tempat
usaha tanpa Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB) 11. Perencanaan strategi pengelolaan dilakukan dengan : Perikanan Perikanan laut telah mendekati titik ambang batas dengan semakin dekatnya total penangkapan mendekati 100% MSY. Strategi pengelolaan yang diajukan antara lain: Penerapan secara tegas aturan dan perundang-undangan perikanan Jawa Timur tentang tingkat pemanfaatan, aturan jumlah dan tipe perahu, tata ruang serta fungsi zonasi, ukuran mata jaring minimum, alat tangkap yang diijinkan. Pembuatan terumbu karang buatan ataupun rumpon pada lokasi yang jauh dari terumbu karang alami untuk menciptakan habitat pemijahan yang baru. Meningkatkan keakuratan statistik perikanan dan pengawasan volume penangkapan dengan implementasi analisa stok secara reguler bagi perikanan pelagis maupun demersal. Penyebaran dan pemerataan aplikasi teknologi tepat guna yang ramah Iingkungan dalam usaha penangkapan ikan. Berkaitan dengan perikanan darat, strategi pengelolaan yang diajukan: Memperketat pengawasan pencemaran perairan yang disebabkan oleh kegiatan industri maupun pemukiman. Menghentikan secara bertahap konversi kawasan mangrove menjadi area pertambakan. Memperkenalkan
teknologi
produksi
yang
bersahabat
Iingkungan,
khususnya dalam kaitannya dengan penggunaan pupuk dan pestisida, Memperkenalkan
teknologi
produksi
yang
bersahabat
lingkungan
(silvofishing, penggunaan pupuk & pestisida). Rumput Laut Permasalahan dan ancaman utama kelangsungan budidaya rumput laut di Kabupaten Probolinggo adalah tercemarnya perairan pesisir sehingga strategi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-12
pengelolaannya
dapat
dilakukan
dengan
memperketat
pengawasan
pencemaran perairan yang disebabkan oleh kegiatan industri maupun pemukiman. Dengan demikian strategi yang dilakukan adalah: Penerapan metoda budidaya ramah Iingkungan dan sesuai kondisi perairan. Pengenalan jenis-jenis agrofit Iainnya.
Gambar 4.3 Sempadan Pantai
4.1.3.2 Sempadan Sungai Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990, Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan pelestarian fungsi sungai: Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kirikanan anak sungai yang berada di luar kawasan permukiman. Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter. Luas kawasan sempadan sungai yang direncanakan di wilayah Kabupaten Probolinggo adalah sebesar 2.507,794 Ha. Lokasi persebaran : Kawasan sempadan sungai di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pekalen, yang mencakup kecamatan Krejengan Kawasan sempadan sungai di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Rondoningo, yang mencakup Kecamatan Gading Kawasan sempadan sungai di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pandanlaras, yang mencakup Kecamatan Gading dan Kecamatan Krejengan Kawasan sempadan sungai di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Kertosono, yang mencakup Kecamatan Kraksaan Kawasan sempadan sungai di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pancarglagas, yang mencakup Kecamatan Besuk, Kecamatan Pakuniran, dan Kecamatan Paiton Kawasan sempadan sungai di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Kresek, yang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-13
mencakup Kecamatan Kotaanyar dan Kecamatan Paiton Kebijaksanaan pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Probolinggo ditujukan untuk melindungi kawasan sempadan sungai dari kemungkinan gangguan kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestariannya. Untuk memantapkan fungsinya, kebijaksanaan pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat diarahkan untuk melindungi sungai dari kegiatan penduduk yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Dalam kaitan ini, perlu upaya-upaya : Mempertahankan sempadan sungai sehingga terhindar dari erosi dan kerusakan kualitas air sungai; Pencegahan dilakukan kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air sungai Pengendalian terhadap kegiatan yang telah ada di sepanjang sungai agar tidak berkembang lebih jauh Melarang pembuangan limbah industri ke sungai. 4.1.3.3 Kawasan Sekitar Danau atau Waduk Perlindungan kawasan sekitar waduk/danau dilakukan untuk melindungi dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian waduk/dam. Kriteria kawasan sekitar waduk/dam adalah daratan sepanjang tepian waduk/dam yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi waduk/dam dengan jarak 50–100m. Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau dilakukan untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Di Kabupaten Probolinggo terdapat rawa-rawa/danau-danau yang berperan menyimpan air, menjaga keseimbangan lingkungan selain itu juga sangat potensial sebagai obyek wisata. Ranu dimaksud antara lain Ranu Segaran, Ranu Agung, Ranu Betok, Ranu Wurung, Ranu Sumber Hidup, Danau Rowo Tirto dan Ranu Merah. Luas kawasan perlindungan ranu-ranu ini direncanakan sebesar 237,906 Ha. Pengelolaan kawasan sempadan danau/waduk dilakukan dengan : 1.
Perlindungan sekitar waduk/danau untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
2.
Waduk selain untuk irigasi, pengendali air, perikanan, sumber energi listrik juga untuk pariwisata. Untuk itu diperlukan pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-14
3.
Waduk yang digunakan untuk pariwisata seperti Ranu Segaran, Ranu Agung, Danau Taman Hidup dan Danau Ronggojalu, untuk kepentingan pariwisata diijinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;
4.
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta
5.
Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk.
Gambar 4.4 Kawasan Sekitar Waduk (Ranu)
4.1.3.4 Kawasan Sekitar Mata air Kawasan sekitar mata air, yaitu kawasan kurang lebih berjari – jari 200m dari mata air, merupakan kawasan perlindungan setempat. Di kabupaten Probolinggo saat ini melayani 12 IKK dengan memanfaatkan 4 mata air (unit Kecamatan Sumber, Kecamatan Tiris, Kecamatan Sukapura dan Condong) dan11 unit yang memanfaatkan sumur bor. Sebagai upaya onservasi maka dilakukan penataan sekitar mata air dan menerapkan batas konservasi sekitar dengan jari-jari kurang lebih 200m. Kondisi debit mata air tersebut relatif kecil, yang masing-masing debitnya di bawah 5 liter/detik. Sedangkan untuk sumur bor debit air belum dapat diketahui secara tepat. Sementara kapasitas pompa terpasang untuk sumur bor sekitar 170 liter/detik. Rencana kawasan sempadan mata air di Kabupaten Probolinggo adalah sebesar 899,208 Ha. Pengelolaan kawasan sekitar mata air antara lain dilakukan dengan : 1.
Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-15
2.
Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;
3.
Selain sebagai sumber air minum dan irigasi, sumber air juga digunakan untuk pariwisata peruntukkannya diijinkan selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada. Penggunaan sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu dibuat kolam tersendiri;
4.
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta
5.
Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air.
4.1.3.5 Kawasan Lindung Spiritual dan Kearifan Lokal lainnya A. Masyarakat Tengger Masyarakat Tengger berada di lereng gunung bromo yang sarat dengan acara yang selalu dikaitkan dengan upacara keagamaan maupun upacara adat. Karena sesanti “Titi Luri” yang mereka pegang teguh, maka setiap upacara dilakukan tanpa perubahan persis seperti yang dilaksanakan oleh para leluhurnya berabad-abad yang lalu (“Titi Luri”, berarti mengikuti jejak para leluhur atau meneruskan Agama, Kepercayaan dan Adat-istiadat nenek moyang secara turun temurun). Selain taat beribadah dan sangat patuh menjalankan adat-istiadat, Masyarakat Tengger dikenal jujur, patuh, dan rajin bekerja. Mereka hidup sederhana, tenteram, dan damai. Nyaris tanpa adanya keonaran, kekacauan, pertengkaran maupun pencurian. Suka bergotong royong dengan didukung oleh sikap toleransi yang tinggi, disertai sesuatu yang khas, karena senantiasa mengenakan “kain sarung” kemanapun mereka pergi. Tidak terbatas laki-laki, namun wanitapun juga, yang dewasa maupun anak-anak, semua berkain sarung. Masyarakat Tengger masih percaya dengan dengan roh halus, benda-benda gaib, tempat-tempat keramat serta berbagai mitos. Tempat tinggal Masyarakat Tengger di kawasan Taman Nasional BromoTengger-Semeru Program jangka panjang Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru akan dikembangkan berbagai jenis tumbuhan penyangga sebagai daerah “buffer zone” untuk pelestarian alam serta keindahan dan populasinya, sangat diperlukan kondisi yang terjaga dan kepedulian masyarakat yang tinggal di lingkungannya.Taman Nasonal Bromo-Tengger-Semeru, bukan hanya menjadi kekayaan Nusantara, namun akan menjadi kebanggaan dunia Internasional. Masyarakat Tengger dengan “kondisi khasnya” sangat ideal untuk mendukung usaha-usaha pelestarian sumber daya alam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-16
dan lingkungan, sebagai “buffer zone” bagi kawasan Taman Nasonal Bromo-TenggerSemeru. B. Kesenian Kuda Kecak Satu jenis kesenian yang paling unik dan menarik dari Probolinggo adalah tarian Kuda Kencak. Kata “kencak” sendiri berarti mengangkat kaki berulang kali. Satu gerakan indah dan jenaka yang dilakukan oleh kuda mengiringi irama bunyibunyian dari gamelan yang ditabuh oleh beberapa orang. Sang kuda diberi hiasan warna-warni. Seorang anak yang duduk dipunggungnya juga memakai pakaian yang tidak kurang gemerlapannya, diberi untaian bunga sekeliling kepalanya, dipayungi dengan payung berwarna serta diarak dan diperlakukan bagai pengantin. Tradisi ini sebenarnya
dilakukan
dalam
upacara
mengkhitankan
seorang
anak.
Tetapi
perkembangan menunjukkan bahwa kebiasaan ini juga dilaksanakan sebagai penebus nazar atau niat seseorang. Misalnya saja seseorang akan mempagelarkan Kuda Kencak apabila anaknya sembuh dari sakit. Maka bila anaknya benar-benar telah sembuh, si anak akan menari bersama kuda kencak dan diarak beramai-ramai. C. Tari Glipang Yaitu sebuah tari yang bersumber dari kesenian rakyat Probolinggo yang hidup tumbuh dan berkembang ditengah kehidupan rakyat dan tarian ini diiringi dengan musik tradisional yang dinamakan “Glipang”. Tari Kiprah Glipang ini menggambarkan betapa gagah dan terampilnya para pemuda yang sedang berlatih olah keprajuritan. Perkumpulan Tari Kiprah Glipang yang terkenal berada di Desa Pendil – Banyuanyar hingga banyak orang berkeyakinan bahwa desa inilah tempat asal muasalnya kesenian ini. Tabel 4.3 Potensi Adat dan Budaya Kabupaten Probolinggo No 1 2 3 4 5 6
Potensi Adat dan Budaya Upacara adat Yadnya Kasodo Upacara Adat Unan-Unan Upacara adat Pujan Kasanga Upacara adat Entas-entas Upacara adat Penganten Walaga Upacara Karo
Lokasi Desa Ngadas Kec Sukapura Pegunungan Bromo Pegunungan Bromo Pegunungan Bromo Pegunungan Bromo Pegunungan Bromo
7 8
Upacara Ruwatan Tari Pangore
Pegunungan Bromo Kec Leces
9 10 12 13
Wayang Topeng Kuda Kencak Reyog Samroh
Kec Sumber Kec Bantaran Kec Sukapura Kec Dringu, Kraksaan, Besuk, Pakuniran
Keterangan Pelaksanaan setiap malam purnama Setiap lima tahun sekali
Disertai Pagelaran Sodoran (Tarian Ritual Tengger) Selamatan membuang sangkal anak Gabungan Tari Re Re Re dan Seni Glipang Tari Tradisi Tari Tradisi Seni Pertunjukan Musikalisasi (Islami)
Sumber : Sub Dinas Kebudayaan Kab Probolinggo , 2009
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-17
4.1.3.6 Sempadan Irigasi Kawasan perlindungan setempat lainnya berupa kawasan sempadan irigasi sebagaimana adalah kawasan sepanjang kanan-kiri saluran irigasi primer dan sekunder, baik irigasi bertangggul maupun tidak. Kawasan sempadan irigasi terletak pada kecamatan-kecamatan yang memiliki saluran irigasi primer dan sekunder. Kriteria penetapan kawasan sempadan irigasi adalah : Garis sempadan pada jaringan irigasi diukur dari batas luar tepi atas atau kaki tanggul sebelah luar atau bangunan pengairan yang ada dengan jarak : 5 (lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 4 m3/det (empat meter kubik per detik) atau lebih; 4 (empat) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1 (satu) sampai 4 m3/det (empat meter kubik per detik); atau 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan kurang dari 1 m3/det (satu meter kubik per detik). Garis sempadan jaringan irigasi untuk pagar diukur dari batas luar tepi atas saluran atau bangunannya dengan jarak : 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 4 m3/det (empat meter kubik per detik) atau lebih; 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1 (satu) sampai 4 m3/det (empat meter kubik per detik); atau 1 (satu) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan kurang dari 1 m3/det (satu meter kubik per detik). Upaya penanganan/pengelolaan kawasan sempadan irigasi, melalui : 1.
Perlindungan sekitar saluran irigasi atau sebagai sempadan saluran irigasi dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air irigasi;
2.
Bangunan sepanjang sempadan irigasi yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan irigasi dilarang untuk didirikan;
3.
Saluran irigasi yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan yang tidak langsung mengairi sawah maka keberadaannya dilestarikan dan dilarang untuk digunakan sebagai fungsi drainase;
4.
Melestarikan kawasan sumber air untuk melestarikan debit irigasi;
5.
Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-18
6.
Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi.
4.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kawasan suaka alam yang terdapat di wilayah Kabupaten Probolinggo antara lain berupa suaka alam, suaka margasatwa, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, serta taman nasional dan taman nasional laut. 4.1.4.1 Kawasan Suaka Alam Kriteria kawasan suaka alam adalah: Kawasan yang memiliki keanekaragaman biosfer, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas baik di darat maupun di perairan. Mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengewetan keanekaragaman jenis biota, ekosistem serta gejala dan keunikan alam yang terdapat di dalamnya. Pada wilayah Kabupaten Probolinggo tidak terdapat kawasan suaka alam. 4.1.4.2 Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya Kriteria kawasan suaka alam laut dan perairan adalah: Kawasan yang memiliki keanekaragaman biosfer, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas di wilayah laut dan wilayah perairan lainnya. Mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengewetan keanekaragaman jenis biota, ekosistem serta gejala dan keunikan alam yang terdapat di dalamnya. Pada wilayah Kabupaten Probolinggo tidak terdapat kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya. 4.1.4.3 Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut Kawasan suaka margasatwa terdapat di darat maupun dilaut. Suaka Margasatwa adalah kawasan dengan kriteria sebagai berikut: Kawasan yang ditunjuk yang merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis wisata yang perlu dilakukan upaya konservasinya. Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu. Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria kawasan suaka margasatwa tersebut, kawasan Suaka Margasatwa di Kabupaten Probolinggo adalah Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Hyang dengan luas total sebesar 14.177 Ha, sedangkan yang terdapat di Kabupaten Probolinggo sebesar 7.452.000Ha yang terletak sebagian di Kecamatan Krucil yaitu Puncak Argopuro. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-19
Gambar 4.5 Salah Satu Puncak Gunung Argopuro
4.1.4.4 Cagar Alam dan Cagar Alam Laut 1) Cagar Alam Kawasan cagar alam yang ada di Kabupaten Probolinggo yaitu di Pulau Gili Ketapang, Goa Lawa di Kecamatan Sukapura, Kawah Gunung Bromo dan Cagar Alam Sungai Kolbu dengan luas 18,8 ha. Adapun peraturan cagar alam adalah sebagai berikut: Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta tipe ekosistemnya. Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunan Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia. Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas. Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan upaya konservasi. Rencana pengelolaan kawasan cagar alam antara lain dilakukan dengan : Kondisi Cagar alam ini memiliki kecenderungan rusak, maka diperlukan pengawasan dan pemantauan secara berkelanjutan untuk mengatasi meluasnya kerusakan terhadap ekosistemnya; Untuk menghindari kerusakan, maka perlu dipertahankan hutan hujan tropis yang lengkap vegetasinya dari perdu hingga kanopi; Sebagai kawasan resapan air, sebab diketahui kawasan cagar alam tersebut memiliki curah hujan yang cukup tinggi; Pengembangan penelitian,
fungsi
out bond
tambahan, dan
yaitu
sebagai
obyek
sebagainya.
Dengan
tidak
wisata
pariwisata
mengurangi
fungsi
perlindungan; Apabila terdapat alih fungsi lindung, maka harus dikembalikan ke fungsi semula Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-20
sebagai perlindungan bawahannya; Program pengelolaan, hutan kemasyarakatan dengan konsep berkelanjutan dan konsep desa hutan; Program pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tujuan memberikan pemahaman tentang pentingnya hutan selain mempunyai fungsi ekologis juga secara tidak langsung memiliki nilai ekonomis. 2) Cagar Alam Laut Kawasan cagar alam laut di Kabupaten Probolinggo berupa kawasan perlindungan terumbu karang terdapat hampir di sepanjang kawasan pesisir di Kabupaten Probolinggo khususnya di Pulau Gili Ketapang dan Laut Binor. Rencana kawasan cagar alam laut sebesar 18,8 ha. Untuk kawasan lindung pada terumbu karang diatasnya boleh dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perairan laut (rumput laut dan mutiara) dan aktivitas wisata (seperti berenang, snorkelling, diving) selama kegiatan ini tidak menganggu kelangsungan hidup dari terumbu karang tersebut. Untuk kawasan lindung pada terumbu karang diatasnya boleh dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perairan laut (rumput laut dan mutiara) dan aktivitas wisata (seperti berenang, snorkelling, diving) selama kegiatan ini tidak menganggu kelangsungan hidup dari terumbu karang tersebut. Rencana pengelolaan terumbu karang adalah sebagai berikut: Pelestarian, perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan kondisi/ kualitas ekosistem terumbu karang. Program yang dapat dikerjakan sehubungan dengan strategi tersebut adalah: Meningkatkan efektifitas penegakan hukum terhadap kegiatan yang dilarang oleh hukum (pengeboman, penggunaan alat tangkap yang tidak sesuai, pembuangan Iimbah dan sebagainya), Memantau dan mengevaluasi kondisi terumbu karang untuk melihat adanya kecenderungan peningkatan atau penurunan prosentase karang hidup, Memetakan seluruh gugusan terumbu karang, Menetapkan kawasan konservasi terumbu karang, Melakukan rehabilitasi terumbu karang. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk menciptakan mekanisme kerjasama, koordinasi dan kemitraan antara pemerintah Kabupaten Probolinggo dengan masyarakatnya. Program yang dapat dikerjakan sehubungan dengan strategi tersebut adalah: Meyakinkan masyarakat tentang manfaat jangka panjang yang berkelanjutan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-21
dari konservasi dan pengelolaan terumbu karang, Mengikutsertakan
seluruh
lapisan
masyarakat
pengguna
atau
yang
kehidupannya bergantung pada ekosistem terumbu karang pada upaya konservasi dan pengelolaan mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan pengawasannya. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengembangan usaha ekonomi secara terpadu. Program yang dapat dikerjakan sehubungan dengan strategi tersebut adalah: Mengembangkan program-program penyuluhan mengenai konservasi terumbu karang dan mengembangkan mata pencaharian alternatif yang bersifat berkelanjutan bagi masyarakat pesisir. Pengembangan kapasitas dan kapabilitas pemerintah dan masyarakat daerah dalam menyusun dan melaksanakan program-program pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan keseimbangan antara eksploitasi sumberdaya dan lingkungan hidup yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan masyarakat maupun karakteristik biofisik dan ekonomi wilayah. 4.1.4.5 Kawasan Pantai Berhutan Bakau Kawasan pantai berhutan bakau yaitu kawasan pelestarian alam yang dimaksudkan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut, serta pelindung usaha budidaya dibelakangnya. Kawasan pantai berhutan bakau yang jaraknya dari garis air surut terendah ke arah darat sebesar 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, sepanjang pantai di Kecamatan Tongas, Kecamatan Sumberasih, Kecamatan Dringu, Kecamatan Gending, Kecamatan Pajarakan, Kecamatan Kraksaan dan Kecamatan Paiton ditetapkan sebagai kawasan pantai berhutan bakau yang dilindungi. Kawasan pantai berhutan bakau ini direncanakan memiliki luas 258,459 ha. Mangrove
yang
disekitarnya
terdapat
budidaya
air
payau
(tambak)
keberadaannya harus tetap dipertahankan, dan bila perlu tambak yang langsung menghadap ke laut disekitarnya harus ada mangrove. Selain itu keberadaan hutan yang ada di kawasan darat perlu dilindungi untuk menghindari terjadinya bencana alam yang tidak diinginkan seperti tanah tongsor, erosi, sidementasi, banjir, dan lain sebagainya.
Rencana
pemanfaatan
kawasan
pesisir
ke
daratan
diarahkan
perlindungan mangrove. Kawasan Lindung lain didasarkan atas kategori IUCN: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-22
Kawasan Perlindungan bagi Pengelolaan Sumber daya kawasan lindung yang dikelola untuk keberlanjutan pemanfaatan ekosistem pesisir) di Kecamatan Tongas, Gending, Pajarakan, Sumberasih, Kraksaan dan Paiton.Upaya reboisasi mangrove masih diupayakan di beberapa tempat, antara lain di: Desa Klaseman, (kecamatan Gending) Desa Tambakrejo, Curah Tulis (kecamatan Tongas) Desa Randutatah, Jabung Sisir, dan Binor (kecamatan Paiton) Kawasan budidaya mangrove diarahkan ke Kecamatan Tongas dengan luas 13 Ha, Dringu setuas 22 Ha, Gending seluas 20 Ha, Pajarakan seluas 6 Ha, Kraksaan 8 Ha dan Kecamatan Paiton setuas 7 Ha. Pada kawasan pantai hutan bakau maka, penetapan kawasan ini sesuai dengan kriteria dan ketentuan seperti pada Keppres Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Pada kawasan pantai berhutan bakau ini wilayahnya adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Pokok permasalahan yang terkait dalam pengelolaan sumberdaya mangrove berakar pada masalah hukum, kelembagaan, sosial ekonomi dan masalah ekologi. Komponen strategi pengelolaan mangrove adalah: optimasi kombinasi penggunaan kawasan mangrove secara langsung ataupun tidak, pemeliharaan genetic pool mangrove, konservasi kawasan mangrove, pemeliharaan habitat untuk flora dan fauna, konservasi kawasan untuk kepentingan keanekaragaman hayati, pariwisata, penelitian dan pendidikan, mempertemukan kebutuhan dari komunitas yang hidup dan bergantung pada ekosistem mangrove.Strategi pengelolaan mangrove yang diajukan adalah sebagai berikut: Penyelamatan dan pengamanan kawasan mangrove yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung, cagar alam, suaka margasatwa dan hutan lindung, yang dapat ditempuh dengan cara: Penataan batas, terutama pada kawasan yang belum ditapal batas, Rehabilitasi dan pembinaan untuk kawasan yang mengalami degradasi, Pemantauan dan evaluasi potensi. Penanaman tanaman bakau di pantai yang landai dan berlumpur atau tanaman keras pada pantai yang terjal/bertebing curam. Penyisihan kawasan mangrove untuk ditetapkan peruntukkannya, meliputi jalur hijau dan sempadan pantai, yang dapat ditempuh dengan cara: Inventarisasi dan evaluasi potensi, lokasi dan penyebaran ekosistem Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-23
mangrove, Penunjukkan, penatabatasan dan pengukuhan ekosistem mangrove sesuai dengan fungsi dan tata ruangnya, Rehabilitasi ekosistem mangrove yang mengalami degradasi, Perlindungan ekosistem mangrove dari perusakan, gangguan, ancaman, hama dan penyakit. Penyusunan program dan rencana pengelolaan ekosistem mangrove secara jelas memuat: tujuan yang harus dicapai, kegiatan yang harus dilaksanakan dirinci menurut waktu dan tempat, siapa dan bagaimana dilaksanakan, sarana dan prasarana serta dana yang dialokasikan. Peningkatan dan pemantapan koordinasi di segala bidang, mulai tahap penelitian, perencanaan sampai dengan pengawasan. Pengembangan kawasan pantai
berhutan bakau
harus
disertai
dengan
pengendalian pemanfaatan ruang. Koefisien dasar kegiatan budidaya terhadap luas hutan bakau maksimum 30 %.
Gambar 4.6 Kawasan Pantai Berhutan Bakau di Kec.Paiton
4.1.4.6 Taman Nasional dan Taman Nasional Laut Taman Nasional di Kabupaten Probolinggo yang telah ada adalah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.178/Menhut-II/2005 tentang Penetapan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur seluas 50.276,20 Ha yang terdapat di Kabupaten yaitu Kabupaten Pasuruan, Malang, Lumajang dan Probolinggo. Berdasarkan SK Menhut No.1049/Kpts-II/92 untuk luasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang terdapat di Kabupaten Probolinggo dengan luas 5.828,10 Ha yang telah ada dan merupakan
kawasan
pariwisata
yang
harus
tetap
dipertahankan
fungsinya.
Pengembangan kawasan wisata dititikberatkan pada pengembangan potensi wisata alamiah yang cukup banyak tersebar di Kabupaten Probolinggo. Perlindungan terhadap Taman Nasional, dilakukan untuk pengembangan pendidikan terhadap satwa dan fauna tertentu, peningkatan kualitas lingkungan bagi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-24
wilayah sekitarnya serta perlindungan lingkungan dari pencemaran. Mengingat fungsinya sebagai kawasan hutan lindung, maka keberadaannya dilindungi.
Gambar 4.7 Kawasan Taman Nasional(Bromo-Tengger-Semeru)
4.1.4.7 Taman Hutan Raya Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Adapun kriteria sebagai kawasan taman hutan raya: Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah; Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam; dan Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional bahwa di Kabupaten Probolinggo tidak terdapat Taman Hutan Raya. 4.1.4.8 Taman Wisata AlamDan Taman Wisata Alam Laut Perlindungan Taman WisataAlam dilakukan untuk kebutuhan berwisata yang didukung oleh arsitektur bentang alam yang baik. Keberadaan taman Wisata Alam di wilayah Kabupaten Probolinggo terdapat di Pantai Bentar Indah, Pulau Gili Ketapang, Air Terjun Kalipedati, Air Terjun Madakaripura, Danau Taman Hidup, Danau Ronggojalu, Padang Rumput Sikasur,Taman Nasional Gunung Bromo, Goa Lawe, Ranu Segaran, Ranu Agung, Arung Jeram Sungai Pekalen dan Perkebunan Teh Adung Biru. Kondisi daya tarik wisata alam yang ada di Kabupaten Probolinggo masih baik dan tetap terawat. Mengingat fungsinya sebagai kawasan hutan lindung, maka keberadaannya dilindungi. Rencana pengelolaan kawasan taman wisata alam dilakukan dengan: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-25
Pada kawasan daya tarikwisata alam harus dilestarikan sehingga dapat menunjang kehidupan flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut; Daya tarikwisata alam memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan lokasi daya tarikwisata alam sebagai salah satu daya tarikwisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau daya tarikwisata penelitian dan pendidikan; serta Penerapan sistem insentif bagi pemanfaatan kawasan daya tarikwisata alam yang sesuai dengan fungsinya dan memberikan disinsentif bagi kawasan obyek wisata alam yang tidak sesuai dengan fungsinya.
Ranu Agung Danau Taman Hidup
Air Terjun Madakaripura Gambar 4.8 Obyek Wisata Alam
4.1.4.9 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan Kawasan cagar budaya di Kabupaten Probolinggo sekaligus merupakan kawasan dengan fungsi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kawasan pelestarian alam jenis cagar budaya terdapat di Candi Jabung di Kecamatan Paiton, Candi Kedaton dan Reruntuhan Makan Dewi Rengganis di Kecamatan Krucil. Candi Kedaton
Candi Jabung
Situs Dewi Rengganis
Adat Tengger
Gambar 4.9 Cagar Budaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-26
Rencana pengelolaan kawasan konservasi budaya dan sejarah meliputi : Pada kawasan sekitar candi harus dikonservasi untuk kelestarian dan keserasian benda cagar budaya, berupa Kawasan Pantai Berhutan Bakau di Kec. Paiton mbatasan pembangunan, pembatasan ketinggian, dan menjadikan candi tetap terlihat dari berbagai sudut pandang; Candi juga memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan candi sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau obyek penelitian benda purbakala dan tujuan pendidikan dasar-menengah; Benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional, seperti pabrik gula, perumahan dan berbagai bangunan peninggalan Belanda harus dikonservasi dan direhabilitasi bagi bangunan yang sudah mulai rusak; serta Penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan pemberlakuan sistem disinsentif bagi bangunan yang mengalami perubahan fungsi.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-27
Peta 4.3Kawasan Lindung laut
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-28
Peta 4.4 Rencana kawasan lindung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-29
4.1.5 Kawasan Rawan Bencana Alam Adapun maksud dari direncanakannya kawasan rawan bencana adalah sebagai mitigasi bencana alam dimana mitigasi bencana adalah upaya manusia dalam menurunkan dampak negatif terhadap suatu kejadian bencana, sehingga pengaruh yang lebih buruk dapat dihindari. Dengan demikian penelitian dan pengamatan dalam usaha perencanaan dan persiapan untuk meminimalkan efek bencana alam lebih baik daripada menghadapi kenyataan yang lebih buruk akibat terjadinya bencana. Upaya yang dapat dilakukan terhadap bencana terbagi menjadi: Sebelum terjadinya bencana adalah kesiapsiagaan dan mitigasi Pada saat terjadinya bencana adalah upaya pertolongan bantuan dan respons Setelah terjadinya bencana adalah rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya mitigasi bencana bagi suatu daerah menyangkut perencanaan yang bersifat antisipatif, ini berarti ada usaha untuk melihat ke depan, yakni peramalan dan perencanaan yang berhubungan erat dengan perumusan kebijakan (policy formulation). Wilayah rawan bencana adalah daerah-daerah yang memiliki tingkat erosi tinggi, kawasan pantai, tanah-tanah gundul di kawasan hutan lindung, serta kawasan bersudut lereng lebih dari 45%. Terdapat di Kecamatan Sukapura, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Tongas, Kecamatan Kucil, Kecamatan Tiris, Kecamatan Kuripan, Kecamatan Gading, Kecamatan Bantaran, Kecamatan Sumber, Kecamatan Pakuniran, Kecamatan Kotaanyar, Kecamatan Wonomerto, Kecamatan Paiton, Kecamatan Dringu dan Kecamatan Tegalsiwalan. Selain kawasan rawan bencana yang disebabkan oleh hal-hal di atas, terdapat juga kawasan rawan longsor di Kecamatan Krejengan, Kecamatan Gading, Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Besuk, Kecamatan Kecamatan Pakuniran, Kecamatan Paiton dan Kecamatan Kotaanyar. 4.1.5.1 Kawasan Rawan Tanah Longsor Kawasan rawan longsor di Kabupaten Probolinggo terdapat di Kecamatan Sukapura, Lumbang, Kuripan, Tiris, Krucil dan Maron.Gerakan tanah/longsor dengan kerentanan tinggi seluas 32.423,5 Ha meliputi wilayah Kecamatan Gading, Kotaanyar, Krucil, Kuripan, Lumbang, Pakuniran, Sukapura, Sumber, Tiris. Kawasan ini merupakan kawasan dengan potensi yang tinggi untuk mengalami gerakan tanah, cukup padat permukimannya atau terdapat konstruksi bangunan sangat mahal atau penting. Pada lokasi ini sering mengalami gerakan tanah atau longsoran terutama pada musim hujan atau saat gempa bumi terjadi.Upaya untuk pengendalian kawasan rawan longsor dilakukan hal-hal berikut: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-30
a)
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pedoman pengendalian ini mengacu kepada prinsip-prinsip pengendalian pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Prinsip-prinsip tersebut adalah: Pengendalian pemanfaatan ruang zona berpotensi longsor dilakukan dengan mencermati konsistensi kesesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota/ provinsi dan/atau rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota/provinsi atau rencana detail tata ruang kabupaten/kota. Dalam pemanfaatan ruang zona berpotensi longsor harus memperhitungkan tingkat kerawanan/tingkat risiko terjadinya longsor dan daya dukung lahan/tanah. Tidak diizinkan atau dihentikan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan rawan bencana longsor dengan tingkat kerawanan/ tingkat risiko tinggi; terhadap kawasan demikian mutlak dilindungi dan dipertahankan bahkan ditingkatkan fungsi lindungnya. Kawasan yang tidak terganggu fungsi lindungnya dapat diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan pemanfaatan ruang dengan persyaratan yang ketat.
b) Acuan Peraturan Zonasi pada Kawasan Rawan Longsor c)
Perizinan Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Longsor
d) Perangkat insentif dan disinsentif pada Kawasan Rawan Longsor e)
Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang Kawasan Rawan Longsor
Gambar 4.10 Lokasi Rawan Longsor Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura Keterangan : Daerah terbuka dengan kemiringan sangat terjal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-31
Gambar 4.11 Lokasi Longsor Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang Keterangan : Longsoran di tepi jalan raya
Pada daerah aliran sungai yang umumnya memiliki kontur tajam atau terjal juga merupakan kawasan yang mudah terkena longsor. Untuk ini diperlukan pengelolaan DAS dengan membuat terasering dan penanaman tanaman keras produktif bersama masyarakat. Mengingat kawasan sepanjang DAS ini sekaligus merupakan
kawasan penyangga
untuk
mencegah pendangkalan waduk
yang
disebabkan oleh longsor dan erosi, maka upaya penamanam vegetasi yang berkayu dengan tegakan tinggi juga harus diikuti oleh pengembangan tutupan tanah atau ground cover yang juga memiliki fungsi ekonomi seperti rumput gajah yang dapat digunakan untuk pakan ternak. Secara konsepsional dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.12 Tipologi Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Hasil Kajian Hidrogeomorfologi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-32
Tabel 4.4 Distribusi Tipologi Gerakan Tanah (longsor) terhadap Wilayah Administrasidi Kabupaten Probolinggo No
Zona
Kelas Rendah Menengah
1
A Tinggi
Rendah
2
B Menengah
Tinggi
Kecamatan Sukapura Gading Krucil Sukapura Sumber Gading Krucil Lumbang Pakuniran Sukapura Sumber Tiris Bantaran Banyuanyar Gading Kotaanyar Krucil Kuripan Lumbang Pakuniran Sukapura Sumber Tiris Gading Kotaanyar Krucil Kuripan Lumbang Pakuniran Sukapura Sumber Tiris Gading Kotaanyar Krucil Kuripan Lumbang Pakuniran Sukapura Sumber Tiris
Luas (Ha) 2,053.48 203.54 4,490.15 3,380.43 3,222.82 300.51 1,838.54 1,201.42 37.89 1,615.70 759.37 373.24 25.20 62.03 1,223.78 413.46 519.94 1,235.90 2,422.19 45.59 325.19 130.12 781.33 1,075.60 65.63 9,847.07 3,062.73 650.71 1,539.34 2,772.64 5,823.30 5,925.24 5,122.01 166.15 6,853.41 518.12 1,188.73 4,822.91 1,396.17 639.49 5,472.08
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-33
Lanjutan Tabel 4.4 No
Zona
Kelas
Rendah
3
C
Menengah
Tinggi
Kecamatan Bantaran Banyuanyar Besuk Dringu Gading Gending Kotaanyar Kraksan Krejengan Krucil Kuripan Leces Lumbang Maron Paiton Pajarakan Pakuniran Sumberasih Tegalsiwalan Tiris Tongas Wonomerto Bantaran Gading Krucil Kuripan Pakuniran Tiris Gading Krucil Pakuniran
Luas (Ha) 4,377.59 4,276.30 3,815.03 3,454.01 6,707.61 3,841.69 3,418.89 3,815.39 3,910.89 428.07 2,420.11 3,892.46 3,220.62 5,118.26 5,823.44 2,320.54 3,096.92 3,268.43 4,348.20 2,846.75 7,485.83 4,846.40 32.66 55.32 58.94 403.65 970.11 388.23 22.83 28.50 66.43
Sumber : Studi Identifikasi Kawasan Rawan Bencana Kab. Probolinggo, 2007
Gambar 4.13 Penanganan Kawasan Konservasi dan Rawan Longsor
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-34
4.1.5.2 Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Kawasan Rawan Banjir Kawasan rawan banjir di Kabupaten Probolinggo terdapat di Kecamatan Gending, Dringu, Kraksaan, Sumberasih, Tongas, Krejengan dan Kecamatan Kota Anyar dengan luas total sebesar 1.461,072 Ha. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 4.5Rekapitulasi Debit Banjir di DAS wilayah Kabupaten Probolinggo
Gambar 4.14 Banjir di Kali Besuk (kiri) dan Banjir di daerah Kerep (kanan) Tabel 4.5 Rekapitulasi Debit Banjir di DAS Wilayah Kabupaten Probolinggo No
DAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Curah Menjangan Kedung Jati Bayeman Blobo Besi Pesisir Legundi Kedung Galeng Banyubiru Gending Sumberasih Pekalen Rondoningo Kertosono Kandang Jati Besuk-Jabung Pancarglagas Paiton Kresek Taman
Nilai C
CS 0.265 0.265 0.28 0.265 0.28 0.285 0.28 0.295 0.295 0.29 0.275 0.295 0.295 0.28 0.265 0.27 0.29 0.27 0.275 0.27
0.326 0.333 0.327 0.319 0.300 0.321 0.373 0.325 0.332 0.331 0.339 0.293 0.248 0.290 0.370 0.354 0.243 0.336 0.239 0.303
Intensitas mm 71.623 75.947 78.374 80.351 82.091 83.831 79.967 106.250 112.151 85.270 68.532 85.183 85.666 100.840 79.250 72.921 98.366 83.972 90.083 84.412
Luas Debit Ha M3/dt 811.473 13.954 1,654.861 30.833 5,825.998 116.107 1,953.072 36.828 6943.883 133.092 11,228.453 239.421 5,881.981 136.731 39,072.895 1,105.701 18,017.181 550.930 10,370.162 235.743 5,054.196 89.774 217,904.232 4,460.273 26,453.568 460.179 6,440.385 146.698 2,029.406 43.809 3,709.135 71.967 16,309.545 314.747 3,704.809 78.359 3,842.636 63.368 3,643.107 70.047
Sumber : Studi Identifikasi Kawasan Rawan Bencana Kab. Probolinggo, 2007
Tabel 4.6 Data Distribusi Banjir Kabupaten Probolinggo No. A1.
Pesisir
Tipologi
A2.
Dataran banjir
Kecamatan Gending Dringu Kraksaan Sumberasih Tongas Kraksaan Sumberasih
Luas 244,026 235,745 164,045 106,993 104,889 212,035 171,196
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-35
No. A3.
Tipologi
Kecamatan Tongas Kotaanyar
Cekungan
Luas 61,35 160,793 1.461,072
Total Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2009
Dalam melakukan pengendalian banjir perlu disusun strategi agar dapat dicapai hasil yang diharapkan. Strategi pengendalian banjir meliputi: a)
Pengendalian tata ruang. Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan ruang sesuai kemampuannya dengan mempertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya, penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang.
b)
Pengaturan debit banjir Pengaturan
debit
banjir
dilakukan
melalui
kegiatan
pembangunan
dan
pengaturan: bendungan dan waduk banjir, tanggul banjir, palung sungai, pembagi atau pelimpah banjir, daerah retensi banjir, dan sistem polder. c)
Pengaturan daerah rawan banjir Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara: Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management). Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan sungai, peruntukan lahan dikiri kanan sungai, penertiban bangunan disepanjang aliran sungai.
d)
Peningkatan peran masyarakat. Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir diwujudkan dalam: Pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi masyarakat untuk berperan dalam pengendalian banjir. Bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir. Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang untuk: Mengubah aliran sungai; Mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-36
Membuang benda -benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran, Pengerukan atau penggalian bahan galian tambang. e)
Pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat dilakukan dengan: Penyediaan informasi dan pendidikan Rehabilitasi, rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas umum Melakukan penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat lainnya; Penyesuaian pajak; Asuransi banjir.
f)
Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Pengelolaan daerah tangkapan air dalam pengendalian banjir antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan: Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan, kawasan budidaya dan kawasan lindung); Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak; Konservasi tanah dan air baik melalui metoda vegetatif, kimia, maupun mekanis; Perlindungan/konservasi kawasan - kawasan lindung.
g)
Penyediaan Dana Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara : Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir. Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang rawan banjir. Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah.
4.1.5.3 Kawasan Rawan Abrasi Pantai Kabupaten Probolinggo memimiliki panjang kawasan pesisir sekitar 71,893 Km dan seperti kabupaten lain di Indonesia juga memiliki masalah dengan ekosistem pantainya terutama dengan masalah abrasi pantai. Kawasan rawan abrasi pantai di Kabupaten Probolinggo sebesar 596,742 hektar. Ada banyak faktor yang mengakibatkan sebuah pantai mengalami abrasi, dari sekian faktor yang mempengaruhi ada satu faktor yang sangat domininan yaitu ketahanan pantai itu sendiri dalam menghadapi gelombang air laut. Ketahanan pantai
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-37
akan tercipta dengan sendirinya jika ekosistem di kawasan tersebut masih terjaga, salah satu ekosistem pantai yang berperan penting dalam menciptakan ketahan pantai adalah keberadaaan dari hutan mangrove atau rawa di wilayah pantai tersebut. Selain itu terdapat juga kawasan rawan bencana terhadap abrasi di Kecamatan Kraksaan dan Kecamatan Paiton, rawan bencana terhadap akresi (proses penggerusan kawasan pesisir karena arus laut), yaitu di sekitar Kecamatan Paiton. Sedangkan sedimentasi tejadi di sekitar muara Sungai Rondoningo, Sungai Pandan Laras, Sungai Kertosono, Sungai Pancarglagas, Sungai Paiton, Sungai Kresek, Sungai Kedung Galeng, Sungai Gending Pekalen dan Sungai Lawean. Dari beberapa hal di atas maka, deliniasi kawasan rawan abrasi pantai dicari dengan menganalisa kawasan pantai yang tidak mempunyai vegetasi rawa atau mangrove di pesisirnya. Dari hasil analisa spasial pada peta tata guna lahan didapat distribusi kawasan rawan abrasi pantai sebagai berikut : Tabel 4.7 Distribusi Daerah Rawan Abrasi Pantai No
Kecamatan
1
Tongas
2
Sumberasih
3
Dringu
4
Kraksan
5
Gending
Desa Bayeman Bayeman Curah Dringu Dungun Dungun Tongas Wetan Tongas Wetan Banjarsari Banjarsari Banjarsari Gili Ketapang Gili Ketapang Gili Ketapang Randuputih Randuputih Kalisalam Kalisalam Dringu Dringu Dringu Tamansari Asembakor Asembakor Asembakor Kalibuntu Kalibuntu Kalibuntu Gending Pajurangan
Tata Guna Lahan Tambak Sawah Irigasi Tambak Tambak Sawah Irigasi Tambak Sawah Irigasi Tambak Sawah Irigasi Pemukiman Tegalan Pemukiman Pasir Sawah Irigasi Pemukiman Tambak Sawah Irigasi Tambak Sawah Irigasi Sungai Tambak Tambak Sawah Irigasi Pemukiman Tambak Pemukiman Sungai Tambak Tambak
Luas (Ha) 23.726 4.165 7.47 1.627 0.598 6.861 1.914 15.9 12.279 3.334 11.859 57.449 4.528 4.855 2.484 9.524 9.921 12.203 13.615 2.09 6.589 12.588 0.104 1.19 39.301 4.433 0.952 11.574 33.229
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-38
Lanjutan Tabel 4.7 No
Kecamatan
6
Pajarakan
7
Paiton
Desa Panembangan Panembangan Sukokerto Bhinor Bhinor Bhinor Bhinor Bhinor Randu Tatah Randu Tatah Jabungsisir Sumberrejo Sumberrejo Sumberrejo Sumberrejo Sumberanyar Sumberanyar Sumberanyar Sukodadi Sukodadi Sukodadi Pondok Kelor Pondok Kelor Pondok Kelor Pondok Kelor
Tata Guna Lahan Tambak Sungai Tambak Tanah Kosong Tambak Semak Belukar Sungai Pemukiman Tambak Pemukiman Tambak Tambak Sawah Irigasi Pemukiman Sungai Tambak Sawah Irigasi Pemukiman Tambak Sawah Irigasi Sungai Tambak Sawah Irigasi Pemukiman Sungai
Luas (Ha) 14.085 1.681 21.444 2.945 5.74 1.558 0.322 72.752 41.226 2.94 8.445 14.685 20.68 2.791 1.005 23.455 2.064 18.028 2.337 6.528 0.372 6.647 1.724 6.937 0.421
Sumber : Studi Identifikasi Daerah Rawan Bencana Kab.Probolinggo 2007
Pencegahan terjadinya abrasi pantai dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu : 1. Pendekatan rekayasa struktur/sipil 2. Pendekatan non struktural Penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Rekayasa Struktur Pendekatan rekayasa struktur bertujuan untuk mencegah terjadinya abrasi pantai dalam waktu yang singkat, kegiatan rekayasa struktur diantaranya adalah : Tabel 4.8 Alternaif Penanganan Secara Struktur No 1 2 3 4
Alternatif Penanganan Bangunan Pemecah Gelombang Penurapan Jetty Sistem Polder yang dilengkapi dengan sistem pengendali
Sumber : Dirjen SDA Dep. PU (SNI 1962-89-F)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-39
Gambar 4.15 Penyusunan Balok Beton Sebagai Pemecah Gelombang Buatan Secata Diagonal Paralel Grup Terhadap Garis Pantai
2. Rekayasa Non Struktur Pendekatan rekayasa non struktur bertujuan untuk mencegah terjadinya abrasi pantai dalam jangka waktu yang lama, kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem pantai, kegiatan rekayasa non struktur yang dilakukan ialah merehabilitasi hutan mangrove didaerah peisisir. Banyak pihak belum paham bahwa hutan mangrove adalah suatu ekosistem yang kompleks tetapi labil karena merupakan pertemuan antara ekosistem lautan dan ekosistem daratan. Dalam konteks itu habitat mangrove berperan penting sebagai basis berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lain, serta merupakan habitat berbagai jenis burung, mamalia, dan reptil. Keberadaan hutan mangrove juga dapat menjadi benteng hidup bagi gempuran ombak pasang, termasuk mampu meminimalkan efek bencana tsunami. Berdasarkan hasil penelitian ilmuwan dari Universitas Tohoku Jepang yang bekerja sama dengan ITB, pohon mangrove dapat meredam energi gelombang tsunami secara signifikan. Selain manfaat pasti yang mencegah terjadinya abrasi dan erosi akibat gempuran ombak dan aliran sungai, hutan mangrove juga berfungsi sebagai filter biomekanis yang paling ampuh untuk mengurangi efek pencemaran lingkungan. Untuk itu, pemerintah daerah di Jawa Barat beserta masyarakat harus serius membuat proteksi pada wilayah pantai utara. Di antaranya, dengan membuat jalur hijau sekurang-kurangnya 200 meter dari garis pantai berupa hutan mangrove dan tanaman pantai lainnya yang dapat berfungsi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-40
sebagai penahan gelombang, serta melestarikan keberadaan batu karang yang dapat berfungsi sebagai pemecah gelombang. Kemudian menetapkan zona permukiman berada di belakang jalur hijau tersebut. Untuk program reboisasi hutan mangrove yang rusak, pemerintah dituntut segera mengeluarkan aturan teknis yang menyangkut fungsi lindung, fungsi pelestarian, dan fungsi produksi. Dengan reboisasi hutan mangrove yang tepat waktu, fungsi pengaturan tata air dapat diperbaiki, polusi dan intrusi air laut dapat dicegah, pantai dilindungi dari abrasi, dan kelestarian habitat biota laut bisa dipertahankan. Salah satu tipe zonasi hutan mangrove di Indonesia terdiri dari Avicennia spp. pada daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir. Pada zona ini biasa berasosiasi Sonneratia spp. yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan organik. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora spp. Di Zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp. Terakhir pada zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan daratan rendah biasanya ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.
Gambar 4.16 Salah Satu Tipe Zonasi Hutan Mangrove (Bengen, 2001a)
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove berfungsi sebagai (a) peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen, (b) penghasil sejumlah detritus dari daun dan dahan pohon mangrove, (c) daerah asuhan (nursery grounds), mencari makan (feeding grounds), dan pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya, (d) penghasil kayu untuk konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas (pulp), (e) pemasok larva ikan, udang dan biota lainnya, dan (f) tempat pariwisata (Bengen, 2001a). Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan rawan bencana dapat dilihat pada Peta 4.5 Rencana Kawasan Rawan Bencana. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-41
4.1.6 Kawasan Lindung Geologi Jenis tanah yang terbentuk erat hubungannya dengan batuan penyusun tanah (geologi), iklim dan keadaan medannya. Batuan penyusun tanah yang ada di Kabupaten Probolinggo adalah Aluvium, Endapan Rombakan Cemara Tiga, Pasir Gunung Api Tengger, Batu Gamping Koral, Batuan Terobosan, Batuan Gunung Api Lamongan, Batuan Gunung Api Argopuro, Batuan Gunung Api Ringgit, Batuan Gunung Api Tengger Tua, Gunung Api Tengger dan Batuan Gunung Api Bromo. Keadaan geologi di Kabupaten Probolinggo mayoritas disusun oleh batuan young quartenary, dominan di Kecamatan Tiris seluas 15.345,047 Ha, kemudian di Kecamatan Krucil seluas 13.005,430 Ha. Old Quartenary mayoritas terdapat di Kecamatan Krucil seluas 17.213,060 Ha kemudian di Kecamatan Tiris, Gading dan Sumber. Jenis geologi young quartenary dan old quartenary ini sangat rawan terhadap bencana erosi dan longsor Gambaran penyebaran setiap batuan penyusun tanah secara spasial disajikan pada Peta 4.6. 4.1.6.1 Kawasan Cagar Alam Geologi Kawasan yang mempunyai keunikan batuan, misalnya struktur batuan stalakmit dan stalakit. Kawasan ini pada umumnya berbentuk gua batu. Di Kabupaten Probolinggo yang ditetapkan sebagai kawasan cagar alam geologi adalah kaldera kawah Gunung Bromo. 4.1.6.2 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi Dan Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah di Kabupaten Probolinggo meliputi kawasan rawan letusan gunung berapi. Berdasarkan informasi geologi dan tingkat risiko letusan gunung berapi, tipologi kawasan rawan letusan gunung berapi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe sebagai berikut: 1. Tipe A Kawasan yang berpotensi terlanda banjir lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Selama letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat dan lontaran batu pijar. Kawasan yang memiliki tingkat risiko rendah (berjarak cukup jauh dari sumber letusan, melanda kawasan sepanjang aliran sungai yang dilaluinya,
pada saat
terjadi bencana letusan, masih memungkinkan manusia untuk menyelamatkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-42
diri, sehingga risiko terlanda bencana masih dapat dihindari). 2. Tipe B Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran panas dan gas beracun. Kawasan yang memiliki tingkat risiko sedang (berjarak cukup dekat dengan sumber letusan, risiko manusia untuk menyelamatkan diri pada saat letusan cukup sulit, kemungkinan untuk terlanda bencana sangat besar) 3. Tipe C Kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran panas dan gas beracun. Hanya diperuntukkan bagi kawasan rawan letusan gunung berapi yang sangat giat atau sering meletus. Kawasan yang memilki risiko tinggi (sangat dekat dengan sumber letusan. Pada saat terjadi aktivitas magmatis, kawasan ini akan dengan cepat terlanda bencana,
makhluk
hidup
yang
ada
disekitarnya
tidak
mungkin
untuk
menyelamatkan diri). Kabupaten Probolinggo yang berada di sekitar gunung berapi mempunyai dampak rawan gunung berapi terutama akibat letusan gunung berapi, yaitu Gunung Bromo dan Gunung Lamongan. Diantaranya Kecamatan Kuripan, Kecamatan Sukapura dan Kecamatan Tiris. Tabel 4.9 Daerah Rawan Gunung Berapi di Kabupaten Probolinggo No. 1
Kecamatan Wonomerto
2
Kuripan
3
Sukapura
4.
Tiris
Desa 1. Pekalen 1. Wringinanom 2. Meryono 1. Ngegung 2. Sepikerep 3. Sariwani 4. Ngadisari 5. Ngedes 6. Ngadirejo 1. Ranuagung 2. Tlogosari
Gunung Bromo Bromo Bromo Bromo Bromo Bromo Bromo Bromo Bromo Lamongan dan Raung Lamongan dan Raung
Sumber: Dinas PU Pengairan Kab. Probolinggo, tahun 2008
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-43
Tabel 4.10 Distribusi Daerah Rawan Letusan Gunung Api Tipologi A No
Kecamatan
Desa Desa Ledokombo
1
Sumber
Desa Wonokerso
Desa Sariwani
Desa Wonokerto
Desa Ngadirejo 2
Sukapura Desa Ngepung
Desa Sapikerep
Desa Sukapura
3
Kuripan
4
Tiris
5
Wonomerto
Tata Guna Lahan Hutan Hutan Semak Belukar Sub Total Semak Belukar Hutan Tegalan Perkebunan Pemukiman Pemukiman Tegalan Perkebunan Pemukiman Tegalan Perkebunan Semak Belukar Sawah Irigasi Perkebunan Pemukiman Tegalan Semak Belukar Tanah Kosong Perkebunan Tegalan Pemukiman Perkebunan Pemukiman Tegalan Semak Belukar
Tegalan Desa Wringinanom Sawah Irigasi Semak Belukar Tegalan Sawah Tadah Hujan Desa Menyono Sawah Irigasi Pemukiman Sub Total Tegalan Semak Belukar Desa Tlogosari Perkebunan Pemukiman Perkebunan Pemukiman Danau Ranu Desa Ranugedang Tegalan Semak Belukar Hutan Tegalan Semak Belukar Desa Ranuagung Perkebunan Pemukiman Hutan Tegalan Desa Pedagangan Semak Belukar Perkebunan Sub Total Sawah Irigasi Desa Jrebeng Sawah Tadah Hujan Pemukiman Sawah Tadah Hujan Desa Patalan Pemukiman Sawah Irigasi Sub Total Total
Luas (Ha) 5.93 45.20 0.33 51.46 204.66 12.81 269.14 154.63 11.48 7.00 128.86 8.20 2.95 215.78 40.94 1.52 0.34 32.96 92.26 18.46 101.93 16.07 0.50 49.16 18.95 19.92 2.90 26.47 31.25 1,469.17 21.57 69.77 6.92 22.01 44.10 6.82 22.86 194.05 46.83 210.72 21.16 3.04 178.15 2.41 0.40 93.93 153.63 88.70 62.94 96.22 135.27 0.86 54.13 122.82 58.72 9.91 1,339.84 11.93 6.91 5.45 14.97 7.88 63.79 110.93 3,165.45
Sumber : Dep. ESDM dan analisa spasial, 2009
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-44
Tabel 4.11 Distribusi Daerah Rawan Letusan Gunung Api Tipologi B No
Kecamatan
1
Sumber
2
Sukapura
3
Tiris
Desa
Tata Guna Lahan Luas (Ha) Semak Belukar 0.66 Desa Ledokombo Hutan 7.63 Semak Belukar 0.03 Desa Wonokerso Hutan 12.19 Sub Total 20.51 Tegalan 148.22 Desa Ngadas Semak Belukar 54.20 Perkebunan 44.20 Semak Belukar 432.82 Desa Sariwani Pasir 1.53 Hutan 0.19 Tegalan 0.37 Desa Wonokerto Tegalan 228.75 Semak Belukar 114.83 Desa Ngadirejo Perkebunan 35.35 Pemukiman 0.73 Tegalan 92.17 Desa Jetak Perkebunan 8.46 Pemukiman 6.85 Tegalan 80.24 Semak Belukar 117.91 Desa Wonotoro Perkebunan 11.73 Pemukiman 6.85 Tegalan 2.11 Semak Belukar 192.32 Desa Ngadisari Perkebunan 85.60 Pemukiman 18.18 1,683.59 Tegalan 18.58 Desa Tlogosari Semak Belukar 117.22 Tegalan 3.56 Tanah Kosong 6.28 Desa Ranugedang Semak Belukar 240.02 Hutan 17.63 Tegalan 7.48 Desa Ranuagung Semak Belukar 166.14 Hutan 17.70 Tegalan 2.48 Desa Pedagangan Tanah Kosong 25.96 Semak Belukar 29.73 652.79 Total 2,356.89
Sumber : Dep. ESDM dan Analisa Spasial, 2009
Tabel 4.12 Distribusi Daerah Rawan Letusan Gunung Api Tipologi C No
Kecamatan
Desa Desa Ngadas
Desa Sariwani 1
Sukapura Desa Ngadirejo
Desa Ngadisari
Tata Guna Lahan Luas (Ha) Tanah Kosong 20.54 Pasir 121.19 Semak Belukar 491.60 Tanah Kosong 39.87 Pasir 467.57 Semak Belukar 224.26 Pasir 265.62 Tanah Kosong 57.63 Semak Belukar 524.44 Tanah Kosong 101.90 Semak Belukar 10.98 Pasir 309.38 Total 2,634.95
Sumber : Dep. ESDM dan Analisa Spasial, 2009
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-45
Dari data diatas dapat diketahui: Tipe A meliputi Kecamatan Sumber, Sukapura, Kuripan, Tiris, Wonomerto dengan luas 3.165,45 Ha. Tipe B meliputi Kecamatan Sumber, Sukapura, Tiris dengan luas 2.356,89 Ha Tipe C meliputi Kecamatan Sukapura, pada kawasan ini ditentukan kawasan lindung untuk kawasan budidaya terbatas, yaitu kehutanan dan pariwisata (wisata geofisik) dengan luas 2.634,95 Ha. Dari data diatas pula dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di kawasan rawan bencana letusan gunung api, di wilayah Kecamatan Sukapura ada berupa permukiman diantaranya berada di: Desa Ngadirejo Desa Jetak Desa Wonotoro Desa Ngadisari Adanya permukiman di wilayah rawan bencana tersebut, maka perlu disediakan jalur evakuasi dan ruang evakuasi bencana antara lain: Untuk Desa Ngadirejo diarahkan ruang evakuasi bencana berada di Kantor Desa Wonokerto sehingga meningkatkan aksesibilitas menuju Kantor Desa tersebut. Untuk Desa Jetak, Wonoroto dan Ngadisari, diarahkan ruang evakuasi bencana berada di Kantor Desa Jetak sehingga meningkatkan aksesibiltas menuju kantor desa tersebut. Untuk meminimalisir dampak letusan gunung berapi terhadap manusia dan lingkungan maka dilakukan hal-hal berikut : Pengendalian Pemanfaatan Ruang pedoman pengendalian ini mengacu kepada prinsip-prinsip pengendalian pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Prinsip-prinsip tersebut adalah: Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
rawan letusan gunung berapi
dilakukan dengan mencermati konsistensi kesesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang kawasan strategis atau rencana detail tata ruang. Dalam peruntukan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi harus memperhitungkan tingkat risiko. Tidak diizinkan atau dihentikan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-46
kawasan rawan gempa bumi dengan tingkat risiko tinggi terhadap kawasan demikian mutlak dilindungi dan dipertahankan fungsi lindungnya. Acuan Peraturan Zonasi pada Kawasan Rawan Letusan Gunung Api Perizinan Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Perangkat insentif dan disinsentif pada Kawasan Rawan Letusan Gunung Api Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Api Pedoman Penataan ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Api
Gambar 4.17 Daerah Rawan Letusan Gunung Berapi (Gunung Bromo)
Gambar 4.18 Pemantauan Deformasi Gunung Api
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-47
4.1.7 Kawasan Lindung Lainnya Kawasan lindung lainnya meliputi kawasan cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma nutfah dan kawasan pengungsian satwa. Namun yang terdapat di Kabupaten Probolinggo adalah kawasan perlindungan plasma nutfah dan kawasan pengungsian satwa, seadangkan jenis lainnya tidak terdapat di wilayah Kabupaten Probolinggo. 4.1.7.1 Cagar Biosfer Cagar Biosfer adalah situs yang ideal untuk penelitian, pemantauan jangka panjang, pelatihan, pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat sehingga mernberikan peluang bagi rnasyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam konservasi dan pemanfaatan sumber daya secara lestari. Kriteria umum mengenai suatu kawasan yang dapat ditetapkan menjadi cagar biosfer: Kawasan tersebut harus memiliki sistem ekologi yang mewakili biogeografi utama, termasuk adanya kerusakan yang diakibatkan oleh intervensi manusia. Kawasan tersebut harus memiliki nilai penting bagi konservasi keanekaragaman hayati. Kawasan tersebut harus memberikan peluang untuk mengeksplorasi dan mendemonstrasikan berbagai pendekatan kearah pembangunan berkelanjutan pada skala regional. Berdasarkan ketentuan tersebut maka di Kabupaten Probolinggo tidak terdapat kawasan lindung cagar biosfer. 4.1.7.2 Taman Buru Kawasan Taman Buru adalah kawasan hutan negara yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional bahwa di Kabupaten Probolinggo tidak ada kawasan taman buru. 4.1.7.3 Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Kawasan plasma nutfah pada dasarnya merupakan kawasan yang kaya akan keanekaragaman
hayati
dan
merupakan
kawasan
yang
harus
dijaga
untuk
keseimbangan ekosistem dalam jangka panjang. Untuk jenis kawasan ini di Kabupaten Probolinggo terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan kawasan perairan tepian pantai utara Kabupaten Probolinggo. Kawasan ini
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-48
mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi dan merupakan sumber plasma nutfah sehingga kawasan plasma nutfah tidak hanya ada di pantai utara Probolinggo. 4.1.7.4 Kawasan Pengungsian Satwa, Terumbu Karang dan kawasan Koridor Bagi Jenis Satwa atau Biota Laut yang Dilindungi Kawasan pengungsian satwa yaitu kawasan yang merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya; memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi; merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan. Kawasan pengungsian satwa sebenarnya tidak terdapat di Kabupaten Probolinggo, namun daerah yang setidak-tidaknya dapat memberikan fungsi tersebut adalah kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Kawasan ini menjadi salah satu tujuan pengungsian satwa pada saat terjadi pergantian musim. Untuk ini harus dilakukan pelestarian kawasan, penelitian dan salah satu tujuan wisata alam. Kawasan konservasi sumberdaya ikan adalah kawasan perairan tepian pantai dan darat dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan secara berkelanjutan. Kawasan ini terletak di 22 Kecamatan di Kabupaten Probolinggo antara lain kecamatan yang berada di wilayah pesisir dan kecamatan yang memiliki budidaya perikanan darat. Kriteria penetapan kawasan sumberdaya ikan adalah kawasan konservasi yang terkait dengan perikanan, antara lain dengan terumbu karang, padang lamun, nakau, rawa, danau, sungai, dan embung yang dianggap penting untuk dilakukan konservasi. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan sumberdaya ikan melalui: Perlindungan sekitar kawasan sumberdaya ikan untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumberdaya alam tersebut. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi sumberdaya ikan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-49
Peta 4.5 Kawasan Rawan Bencana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-50
Peta 4.6 Arahan evakuasi dan ruang Bencana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-51
4.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA 4.2.1 Rencana Peruntukan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan berupa kayu dan non kayu (damar,jati, mahoni, pinus, rotan dan hasil hutan lainnya). Kawasan hutan produksi juga memiliki fungsi perlindungan sebagai daerah resapan air, berarti bahwa kawasan ini tidak boleh dialih fungsikan untuk kegiatan lain, dan harus dikendalikan secara ketat. Berdasarkan jenisnya, hutan produksi terbagi 3 (tiga) yaitu hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi konversi. Sesauai dengan data Perum Perhutani KPH Probolinggo Tahun 2009 bahwa kawasan hutan produksi di Kabupaten Probolinggo seluas 22.696,50ha terdapat di wilayah bagian barat dan timur yang merupakan dataran tinggi Kabupaten Probolinggo, yaitu di Kecamatan Pakuniran, Kecamatan Gading, Kecamatan Krucil, Kecamatan Tiris, dan sebagian Kecamatan Lumbang dan Kecamatan Sukapura. Kawasan hutan ini dikelola oleh Perum Perhutani (KPH/Kesatuan Pemangku Hutan) meliputi hutan jati dan hutan rimba. Hutan jati dibudidayakan untuk diambil hasil hutan kayu sedangkan hutan rimba dibudidayakan untuk diambil hasil hutan non kayu. Wilayah yang termasuk ke dalam kawasan hutan produksi ini memiliki kemiringan lereng lahan sebagai berikut: Kecamatan Sukapura mayoritas (75%) dengan kemiringan 25-45% Kecamatan Krucil mayoritas (70%) dengan kemiringan 15-45% Kecamatan Tiris, Kecamatan Gading, Kecamatan Pakuniran, dan Kecamatan Lumbang mayoritas kemiringan lahannya 0-8% dengan persentase masing-masing sebesar 55%, 60%, 57%, dan 45%. Sedangkan letak wilayah dari permukaan laut adalah : Kecamatan Sukapura dan Kecamatan Krucil mayoritas berada di ketinggian >1.000 dpl, masing-masing 82% dan 48% Kecamatan Tiris, Kecamatan Gading, Kecamatan Pakuniran, dan Kecamatan Lumbang mayoritas di ketinggian 100-500 dpl, masing-masing 55%, 44%, 53%, dan 65%. Melihat karakteristik di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Sukapura dan Kecamatan Krucil rentan dengan bencana longsor. Namun demikian Kecamatan Tiris, Kecamatan Gading, Kecamatan Pakuniran, dan Kecamatan Lumbang walaupun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-52
mayoritas dengan kemiringan datar namun 30% wilayahnya dengan kemiringan >15% sehingga tetap berpotensi longsor. Rencana pengelolaan kawasan hutan produksi meliputi: Beberapa hutan produksi yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat kerapatan tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan percepatan reboisasi; Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak; Pengelolaan kawasan hutan produksi dengan pengembangan kegiatan tumpang ari atau budidaya sejenis dengan tidak mengganggu tanaman pokok. Peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan hutan kerakyatan; Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya; Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah; Peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam; serta Mengarahkan kawasan hutan produksi yang ada di kawasan perkotaan untuk membentuk hutan kota. 4.2.1.1 Peruntukan Hutan Produksi Terbatas Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat).Kawasan hutan produksi terbatas ditujukan untuk memanfaatkan hasil hutan secara terbatas yang eksploitasinya dilakukan dengan cara tebang pilih. 4.2.1.2 Peruntukan Hutan Produksi Tetap Kawasan peruntukan hutan produksi tetap ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat).Kawasan hutan produksi tetap, dilakukan dengan memanfaatkan hasil hutan yang eksploitasinya dilakukan dengan cara tebang pilih maupun tebang habis.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-53
4.2.1.3 Peruntukan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi Kawasan hutan produksi konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria: Memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat); dan/atau Merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya dukung dan daya tamping lingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana kawasan hutan produksi dapat dilihat pada Peta 4.8.
4.2.2 Kawasan Hutan Rakyat Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan kriteria kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. Hutan rakyat seringkali dibangun dalam bentuk campuran antara tanaman-tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian jangka pendek. Rencana pengelolaan kawasan hutan di Kabupaten Probolinggo seperti yang disebutkan di atas juga merupakan bagian dari rencana pengelolaan hutan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Probolinggo, yaitu : Upaya pelestarian kawasan lindung, pengolahan hasil hutan secara terbatas melalui hak penguasaan hutan kemasyarakatan (HPHKM) Peningkatan pembinaan masyarakat desa hutan oleh KPH (Perhutani) dan dinas yang menaungi bidang kehutanan. Usaha peningkatan kualitas hutan dan lingkungan dengan pengembangan obyek wisata alam yang berbasis pada pemanfaatan hutan. Rencana pengelolaan tersebut lebih diutamakan di 2 (dua) kawasan pengembangan, yaitu kawasan barat (Kecamatan Sukapura) dan kawasan timur (Kecamatan Krucil). Pengembangan kawasan hutan rakyat bertujuan pula untuk mengurangi lahan kritis yang ada di Kabupaten Probolinggo. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana kawasan hutan rakyat dapat dilihat pada Peta 4.9.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-54
Peta 4.7 Rencana Kawasan Hutan Produksi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-55
Peta 4.8 Rencana Kawasan Hutan Rakyat
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-56
4.2.3 Kawasan Peruntukan Pertanian Pembahasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, hortikultura dan rencana pengembangan agropolitan. Pada rencana lahan pertanian ini juga direncanakan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kecamatan Gading, Kecamatan Krucil, Kecamatan Pakuniran, Kecamatan Pajarakan, Kecamatan Krejengan, Kecamatan Besuk, Kecamatan Paiton, Kecamatan Maron seluas kurang lebih 10.467 Ha (sepuluh ribu empat ratus enam puluh tujuh hektar). 4.2.3.1 Peruntukan Pertanian Lahan Basah Kawasan persawahan menyebar dari hulu hingga hilir di Kabupaten Probolinggo namun dominan terdapat di Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Gending dan Kecamatan Maron. Berdasarkan hasil tabel kesesuaian lahan yang bersumber dari Land System with land suitability and environmental hazards Surabaya dan Land System with land suitability and environmental hazards dan hasil evaluasi kesesuaian lahan, menunjukkan bahwa potensi persawahan menyebar di seluruh kecamatan namun dengan kategori sesuai bersyarat. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan upaya-upaya untuk memanipulasi lahan baik secara fisik maupun kimiawi agar sesuai dengan kondisi ideal yang diharapkan antara lain kontur lahan yang mendekati datar dan kandungan zat hara yang mencukupi. Memanipulasi lahan secara fisik juga dimaksudkan
untuk
mencegah
terjadinya
longsor
pada
lahan-lahan
dengan
kemiringan di atas 15% (agak curam). Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Probolinggo dikembangkan berdasarkan
fungsi
kawasan dan
potensinya di
setiap
Pengembangan kawasan pertanian lahan basah diarahkan peran,
efisiensi,
produktivitas
yang
berkelanjutan,
wilayah
kecamatan.
untuk meningkatkan
peluang
ekstensifikasi,
mempertahankan saluran irigasi teknis dan peningkatan irigasi sederhana dalam skala wilayah. Pertanian lahan basah adalah lahan yang sepanjang tahun dapat ditanami padi karena cukup air yang bersumber dari air irigasi.Berdasarkan Kepmen PU No. 309 Tahun 2007 tentang daerah irigasi, bahwa luas irigasi di Kabupaten Probolinggo seluas 37.125 Ha. Sehingga potensi pengembangan sawah irigasi juga seluas daerah irigasi. Namun apabila didasarkan pada kondisi eksisiting serta permasalahan mengenai tingginya intensitas pembangunan serta konversi lahan maka luas sawah irigasi di Kabupaten Probolinggo direncanakan sebesar 29.009,563 Ha. Hal ini juga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-57
disesuaikan dengan kemampuan daerah dalam mempertahankan luasan kawasan pertanian. Upaya mempertahankan luasan kawasan pertanian di Kabupaten Probolinggo juga dapat dilakukan dengan cara: Pengembangan prasarana pengairan; Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan pertanian yang subur; serta Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lain. Adapun arahan pengelolaan sawah di Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut: Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya. Perubahan fungsi sawah ini hanya diijinkan pada kawasan perkotaan dengan perubahan maksimum 50 % dan sebelum dilakukan perubahan atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam pelayanan daerah irigasi yang sama. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan maksimum 20 % dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang akan diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang sama; Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan maka tidak boleh dilakukan alih fungsi. Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis; serta Kawasan
yang
ditetapkan
sebagai
kawasan
pertanian
diarahkan
untuk
meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan cooperative farming dan holtikultura dengan mengembangkan kawasan good agriculture practices; 4.2.3.2 Peruntukan Pertanian Lahan Kering Pertanian lahan kering adalah lahan yang ketika musim hujan ditanami padi dan saat musim kemarau ditanami padi gogo atau palawija seperti kacang hijau, kedelai, kacang tanah, ubi kayu. Termasuk dalam pertanian lahan kering adalah peruntukan tegalan, kebun campuran dan lahan pertanian yang tidak mendapat
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-58
layanan irigasi atau sawah tadah hujan. Luas lahan pertanian berupa lahan kering di Kabupaten Probolinggo 697,644 Ha. Lahan Kering dengan luas yang cukup dominan terdapat di Kecamatan Tongas, Kecamatan Bantaran, Kecamatan Leces, Kecamatan Tegalsiwalan, Kecamatan Kotaanyar, Kecamatan Sumber dan Kecamatan Kuripan. Sedangkan lahan kebun campuran dominan terdapat di wilayah bagian timur yang merupakan perbukitan dengan sebagian besar lahan dimanfaatkan untuk tanaman buah-buahan dan sebagian tanaman jenis lainnya. Juga terdapat lahan terbuka yang cukup dominan di bagian utara dan barat yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman palawija, tembakau dan lainnya. Tabel kesesuaian lahan yang berasal dari Land System with land suitability and environmental hazards dan hasil kesesuaian lahan menunjukkan bahwa potensi areal tanaman lahan kering khususnya palawija dan buah-buahan tersebar di seluruh wilayah kecamatan, (kecuali komoditi sayuran) namun dengan kategori sesuai bersyarat. Seperti halnya tanaman lahan basah, maka untuk lahan kering ini juga perlu dilakukan manipulasi lahan secara fisik dan kimiawi. Manipulasi secara fisik khususnya pada lahan di atas kemiringan 15% (agak curam) untuk mengantisipasi terjadinya longsor. Beberapa bagian tegalan terutama yang terletak pada kawasan lindung atau diperuntukkan tanaman keras, dapat dialihfungsikan menjadi kawasan hutan atau perkebunan. Dengan alih fungsi ini maka luas tegalan diperkirakan akan mengalami penurunan. Adapun arahan pengelolaan lahan tegalan ini adalah sebagai berikut : Kawasan
pertanian
lahan
kering
secara
spesifik
dikembangkan
dengan
memberikan tanaman tahunan yang produktif. Lahan ini diperuntukkan untuk menunjang kehidupan secara langsung untuk rumah tangga masyarakat sehingga memiliki penggunaan tanah campuran seperti palawija, hortikultura maupun penunjang perkebunan dalam skala kecil; Dalam beberapa hal kawasan ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang; serta Alih fungsi lahan tegalan menjadi kawasan terbangun diarahkan meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan kebutuhan fasilitas dan berbagai sarana masyarakat.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-59
4.2.3.3 Peruntukan Hortikultura Pertanian holtikutura merupakan budidaya tanaman yang mengolah tanaman bunga, buah, sayuran dan obat-obatan. Pertanian holtikultura pada umumnya terletak pada kawasan lahan basah maupun lahan kering. Sehingga luasan lahan peruntukan tanaman holtikultura mempunyai luasan yang menyatu dengan kawasan pertanian lahan basah dan lahan kering. Peruntukan holtikultura yang ada di Kabupaten Probolinggo antara lain berupa kawasan yang ditanami jenis sayuran. Pengembangan kawasan holtikultura dilakukan dengan cara: 1.
Pengembangan sistem agropolitan dan pengembangan kawasan perdesaan khususnya pada pusat sentra produksi pertanian, diarahkan di Kecamatan Sukapura, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Sumber, Kecamatan Tiris dan Kecamatan Krucil;
2.
Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan industri pengolahan hasil pertanian menjadi makanan dan sejenisnya;
3.
Pengembangan komoditas unggulan. Rencana pengelolaan kawasan holtikutura di Kabupaten Probolinggo adalah
sebagai berikut: a)
Mengutamakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki kemampuan pemasaran yang luas terutama ekspor;
b) Kawasan ini sebaiknya tidak diadakan alih fungsi lahan kecuali untuk kegiatan pertanian dengan catatan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lebih luas; c)
Beberapa bagian kawasan hortikultura khususnya sayuran terletak pada ketinggian diatas 1.000 meter dpl, dan banyak memiliki kelerengan >40%. Kawasan ini harus dilakukan peningkatan konservasi lahan dengan mengolah secara teknis dan vegetatif; serta
d) Kawasan holtikultura buah-buahan di Kecamatan Tiris, Krucil, Sukapura, Sumber dan Tongas dikembangkan dengan memperhatikan nilai ekonomi yang tinggi. 4.2.3.4 Peruntukan Kawasan Agropolitan Dikabupaten Probolinggo terdapat kawasan peruntukan lainnya yaitu kawasan peruntukan pertanian khusus yaitu kawasan agropolitan. Berdasarkan rencana Pengembangan
Kawasan
Agropolitan
Kabupaten
Probolinggo
terkait
dengan
pengembangan pertanian lahan kering dijabarkan sebagai berikut: A. Pusat Pengembangan : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-60
Pada kawasan agropolitan Kabupaten Probolinggo bagian barat, ditempatkan di Kecamatan Tongas yang juga merupakan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) dan sekitarnya, sedangkan pada bagian timur, ditempatkan di Kecamatan Gading yang merupakan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp). Secara umum pusat pengembangan memiliki arahan fungsi sebagai : Pusat administrasi dan pemerintahan kawasan agropolitan Kabupaten Probolinggo bagian barat (Kecamatan Tongas) dan bagian timur (Kecamatan Gading) Pusat transaksi dan distribusi daerah atau simpul jasa perhubungan (kegiatan pengumpulan, produksi maupun pemasaran) Pusat kegiatan transportasi kawasan (terminal) Pusat pelayanan sarana dan prasarana pendukung kawasan Kegiatan jasa/pelayanan masyarakat Kegiatan industri pengolahan Permukiman B. Sub Pusat Pengembangan : Sub Pusat Pengembangan I Bagian Barat ditempatkan di Kecamatan Sukapura dengan pusat lingkungan antara lain Desa Ngadisari, Wonokerto, Sukapura, Sapikerep, dan Pakel. Sub Pusat Pengembangan II Bagian Barat ditempatkan di Kecamatan Lumbang dengan pusat lingkungan antara lain Desa Lumbang, Sapih, Purut, Branggah, dan Palangbesi. Sub Pusat Pengembangan III Bagian Barat ditempatkan di Kecamatan Sumber dengan pusat lingkungan antara lain Desa Sumber, Cepoko, Tukul, Wonokerso, dan Pandansari. Sub Pusat Pengembangan I Bagian Timur ditempatkan di Kecamatan Tiris dengan pusat lingkungan antara lain Desa Tegalwaru, Pesawahan, Ranugedang, Tiris, dan Andungbiru. Sub Pusat Pengembangan II Bagian Timur ditempatkan di Kecamatan krucil memiliki pusat-pusat lingkungan antara lain Desa Krucil dan Desa Bremi. Masing-masing sub pusat memiliki arahan fungsi sebagai berikut : Sub Pusat Pengembangan I Bagian Barat Pusat distribusi regional Pusat transaksi dan distribusi pusat lingkungan. Pusat kegiatan produksi komoditi pertanian dan pariwisata berdasarkan potensi pusat lingkungan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-61
Pusat kegiatan transportasi pusat lingkungan (terminal) Pusat pelayanan sarana dan prasarana pendukung daerah hinterland Kegiatan industri pengolahan Permukiman Sub Pusat Pengembangan II Bagian Barat Pusat distribusi regional Pusat transaksi dan distribusi pusat lingkungan. Pusat kegiatan produksi komoditi pertanian berdasarkan potensi pusat lingkungan Pusat kegiatan transportasi pusat lingkungan (terminal) Pusat pelayanan sarana dan prasarana pendukung daerah hinterland Kegiatan jasa Permukiman Sub Pusat Pengembangan III Bagian Barat Pusat distribusi regional Pusat transaksi dan distribusi pusat lingkungan. Pusat kegiatan produksi komoditi pertanian berdasarkan potensi pusat lingkungan Pusat kegiatan transportasi pusat lingkungan (terminal) Pusat pelayanan sarana dan prasarana pendukung daerah hinterland Kegiatan jasa Permukiman Sub Pusat Pengembangan I Bagian Timur Pusat distribusi regional Pusat transaksi dan distribusi pusat lingkungan. Pusat kegiatan produksi komoditi pertanian dan pariwisata berdasarkan potensi pusat lingkungan Pusat kegiatan transportasi pusat lingkungan (terminal) Pusat pelayanan sarana dan prasarana pendukung daerah hinterland Kegiatan industri pengolahan Permukiman Sub Pusat Pengembangan II Bagian Timur Pusat distribusi regional Pusat transaksi dan distribusi pusat lingkungan. Pusat kegiatan produksi komoditi pertanian berdasarkan potensi pusat lingkungan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-62
Pusat kegiatan transportasi pusat lingkungan (terminal) Pusat pelayanan sarana dan prasarana pendukung daerah hinterland Kegiatan jasa Permukiman Sedangkan secara umum pusat lingkungan memiliki arahan fungsi sebagai berikut: Kegiatan produksi lokal komoditi pertanian Kegiatan transaksi dan distribusi lokal Kegiatan transportasi lokal (terminal antara) Kegiatan jasa Permukiman Rencana
Pengembangan
kawasan
agropolitan
bertujuan
untuk
mengelompokkan kawasan agropolitan Kabupaten Probolinggo ke dalam pembagian zona sesuai dengan karakteristiknya masing-masing kecamatan sesuai dengan komoditi unggulan dan karakteristiknya.
Gambar 4.19 Produk-Produk Agropolitan
Rencana pengembangan pertanian lahan basah dan lahan kering di Kabupaten Probolinggo yaitu antara lain: 1.
Intensifikasi dan Diversifikasi Tanaman Hortikultura di Kecamatan Sumber, Kuripan, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Kotaanyar, Tongas;
2.
Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan di Kecamatan Tongas, Lumbang, Dringu, Krucil;
3.
Peningkatan peran KUD dan KOPTAN di semua kecamatan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-63
4.
Mengoptimalkan konsep agrowisata di Kecamatan Sukapura, Sumber, Gading, Tiris, Krucil;
5.
Pengembangan agroindustri di Kecamatan Lumbang, Sumber, Dringu, Gading, Tiris;
6.
Pengembangan agropolitan Kecamatan Sukapura, Sumber, Lumbang, Tongas, Kecamatan Krucil, Tiris dan Gading;
7.
Pengembangan Komoditas Unggulan dengan : Pengembangan Tanaman/Komoditi unggulan wilayah di Kecamatan Tongas, Lumbang, Sukapura, Tiris, Krucil,Gading, Dringu Pengembangan Tanaman /komoditas Prospektif di Kecamatan Dringu, Pajarakan, Kraksaan, Paiton, Kotaanyar, Besuk, Krejengan, Gading, Maron, Gending, Banyuanyar, Sumberasih Lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta4.10Peta Rencana Kawasan Pertanian
Sawah dan 4.11. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian dan Peta 4.12. Rencana pengembangan Kawasan Agropolitan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-64
Peta 4.9 Rencana Kawasan Pertanian Sawah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-65
Peta 4.10 Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-66
Peta 4.11 Rencana pengembangan Kawasan Agropolitan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-67
Tabel 4.13 Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Probolinggo No.
Kecamatan
Zona
Kegiatan
Kawasan Agropolitan Kabupaten Probolinggo Bagian Barat 1. Tongas Pengembangan Market hasil pertanian bagian utara hortikultura, (Zona pusat perkebunan, perikanan, regional (outlet peternakan, dan pemasaran) kehutanan Pusat perdagangan dan jasa
2.
3.
Komoditas Utama
Fungsi Kawasan pusat regional/outlet yang berfungsi sebagai daerah pemasaran
Mangga Kapas Belimbing Sirsat Jeruk keprok Kambing Ubi jalar Ayam ras Pisang Sapi
Mangga Kelapa Kapuk randu Nangka Kambing Pisang Sapi Entok Ubi kayu
Lumbang
Pengembangan bagian tengah (zona pengumpul bahan baku)
Pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, dan kehutanan
Daerah pengumpul bahan baku yang berfungsi sebagai tempat kegiatan untuk mengumpulkan bahan baku hasil pertanian yang nantinya akan melayani kawasan sentra produksi
Sumber
Pengembangan bagian selatan (zona sub sentra pertanian dan pariwisata)
Pertanian hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan wisata
Daerah sub produksi hasil pertanian
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Kentang Ubi jalar Kelinci Cengkeh Kopi Bawang putih Bawang
Rencana Dilihat dari posisinya wilayah ini sangat berpotensi bagi pusat (outlet) pemasaran komoditi pertanian yang ada di Kabupaten Probolinggo. Komoditi mangga merupakan komoditi yang potensial untuk dikembangkan karena lahannya yang sesuai dan potensi pasar yang telah terbuka lebar hingga ke mancanegara. Juga telah didukung oleh pemerintah Kabupaten Probolinggo sebagai salah satu komoditi khas Probolinggo. Komoditi kapas memiliki potensi yang besar namun pangsa pasar yang dimiliki masih terbatas. Komoditi buah-buahan, seperti belimbing, sirsat, dan jeruk keprok sangat potensial untuk dikembangkan karena lahannya yang sesuai. Dilihat dari posisinya yang berada di tengah-tengah kawasan agropolitan Kabupaten Probolinggo bagian barat, maka wilayah ini tepat diperuntukkan sebai wilayah pengumpul bahan baku Komoditi mangga juga sangat potensial untuk dikembangkan. Persaingan komoditi ini sangat besar sehingga memerlukan kajian yang lebih dalam dalam proses pemasarannya. Komoditi perkebunan seperti kelapa, kapuk randu memiliki cukup potensi, namun lahan yang ada masih dimiliki penduduk secara perorangan (bukan perkebunan) Komoditi buah-buahan, seperti nangka dan pisang sangat potensial untuk dikembangkan dilihat dari kesesuaian lahannya. Komoditi kentang sangat potensial untuk dikembangkan tetapi masih memiliki pasar lokal. Industri pengolahan pasca panen untuk kentang sudah ada sehingga potensial berkembang, namun pemasarannya masih terbatas Komoditi perkebunan, seperti cengkeh, kopi memiliki jangkauan pemasaran yang regional. Komoditi ini potensial untuk lebih dikembangkan namun jaringan transportasi di wilayah ini cenderung sulit untuk dilalui
No.
4.
Kecamatan
Sukapura
Zona
Pengembangan bagian barat (zona sentra pertanian dan pariwisata)
Kegiatan
Sentra pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan wisata
Kawasan Agropolitan Kabupaten Probolinggo Bagian Timur 5. Gading Pengembangan Pertanian tanaman bagian tengah pangan, perkebunan, (zona pengumpul hortikultura, bahan baku) peternakan, dan kehutanan
Komoditas Utama daun Kelapa Sawi/petsai Sapi Kentang Bawang daun Sawi/petsai Kobis Kelapa Kuda Kelinci Tomat Entok
Mangga Rambutan Aren Pinang Itik Durian Kelapa Ayam buras
Fungsi
Daerah produksi hasil pertanian dan tempat wisata
Daerah pengumpul bahan baku yang berfungsi sebagai tempat kegiatan untuk mengumpulkan bahan baku hasil pertanian yang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Rencana Komoditi hortikultura lainnya (bawang putih, bawang daun, sawi/petai) sangat potensial untuk dikembangkan karena dilihat dari kesesuaian lahannya yang mendukung. Komoditi ini belum memiliki pengolahan pasca panen yang menunjang pemasaran Keberadaan objek wisata Gunung Bromo menjadi salah satu daya tarik pengunjung yang dapat dimanfaatkan sebagai outlet pemasaran komoditi unggulan bagi pengunjung Perlu dikembangkan pasar induk untuk menampung komoditas pertanian untuk mencegah adanya permainan harga hasil pertanian oleh tengkulak. Pembenahan di Desa Ngadisari menjadi Desa Wisata yang dapat memperkaya obyek wisata bagi pengunung untuk menambah obyek yang sudah ada di dalam kawasan TN BTS. Penambahan fasilitas penginapan/homestay yang layak, meningkatkan kebersihan dan keramahan. Peningkatan kualitas pelayanan bagi pengunjung melalui pembekalan masyarakat di sekitarnya. Komoditi kentang sangat potensial untuk dikembangkan tetapi masih memiliki pasar lokal. Industri pengolahan pasca panen untuk kentang sudah ada sehingga potensial berkembang, namun pemasarannya masih terbatas Komoditi hortikultura lainnya (bawang putih, kobis, tomat, bawang daun, sawi/petai) sangat potensial untuk dikembangkan karena dilihat dari kesesuaian lahannya yang mendukung. Komoditi ini belum memiliki pengolahan pasca panen yang menunjang pemasaran Dilihat dari posisinya yang berada di tengah-tengah kawasan agropolitan Kabupaten Probolinggo bagian timur, maka wilayah ini tepat diperuntukkan sebai wilayah pengumpul bahan baku Komoditi mangga juga sangat potensial untuk dikembangkan. Persaingan komoditi ini sangat besar sehingga memerlukan kajian yang lebih dalam dalam proses pemasarannya. Komoditi perkebunan seperti kelapa, aren, pinang memiliki cukup potensi, namun lahan yang ada masih dimiliki penduduk
No.
Kecamatan
Zona
Kegiatan
6.
Tiris
Pengembangan bagian selatan (zona sub sentra pertanian dan pariwisata)
Pertanian hortikultura, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan wisata
7.
Krucil
Pengembangan bagian timur (zona sentra pertanian dan pariwisata)
Sentra pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan wisata
Fungsi nantinya akan melayani kawasan sentra produksi Daerah sub produksi hasil pertanian
Daerah produksi hasil pertanian dan tempat wisata
Sumber: Pengembangan Kawasan Agropolitan Kab Probolinggo dan Hasil Rencana, 2009
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Komoditas Utama Kapuk randu Sapi
Manggis Alpokat Pinang Durian Aren Pisang Kopi Cengkeh Kelapa Sapi Perah Sapi Potong
Sapi perah Kopi Cengkeh Aren Durian Kobis Nangka Tomat Kelinci
Rencana secara perorangan (bukan perkebunan) Komoditi buah-buahan, seperti rambutan sangat potensial untuk dikembangkan dilihat dari kesesuaian lahannya. Komoditi manggis sangat potensial untuk dikembangkan karena telah memiliki pang pasar mancanegara. Industri pengolahan pasca panen untuk manggis belum ada Komoditi perkebunan, seperti pinang, aren, kopi, teh memiliki jangkauan pemasaran yang regional. Komoditi ini potensial untuk lebih dikembangkan namun jaringan transportasi di wilayah ini cenderung sulit untuk dilalui Komoditi buah-buahan lainnya (alpokat, durian, pisang) sangat potensial untuk dikembangkan karena dilihat dari kesesuaian lahannya yang mendukung dan pangsa pasar yang sudah ada. Komoditi ini sudah memiliki pengolahan pasca panen yang menunjang pemasaran, namun masih sulit pemasaran dan modal Komoditi sapi perah sangat potensial untuk dikembangkan karena telah memiliki pasar tetap. Industri pengolahan untuk susu belum ada karena masih dimonopoli oleh PT Nestle dan kurangnya inovasi pihak pengelola Komoditi perkebunan, seperti kopi, cengleh, aren memiliki jangkauan pemasaran regional. Komoditi ini potensial untuk lebih dikembangkan namun jaringan transportasi di wilayah ini cenderung sulit untuk dilalui Komoditi hortikultura lainnya (kobis, tomat, durian, nangka) sangat potensial untuk dikembangkan karena dilihat dari kesesuaian lahannya yang mendukung. Komoditi ini belum memiliki pengolahan pasca panen yang menunjang pemasaran Keberadaan objek wisata Gunung Arjuno, Wisata Rafting menjadi salah satu daya tarik pengunjung yang dapat dimanfaatkan sebagai outlet pemasaran komoditi unggulan bagi pengunjung
4.2.4 Kawasan Peruntukan Perkebunan Luas kawasan perkebunan di Kabupaten Probolinggo adalah 28.137,581 Ha. Komoditi perkebunan utamanya adalah tebu dan tembakau. Tabel kesesuaian lahan yang bersumber dari Land System with land suitability and environmental hazards Surabaya dan hasil kesesuaian lahan menunjukkan bahwa potensi areal komoditi perkebunan tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Berdasarkan arahan pola pemanfaatan kawasan perkebunan menurut RTRW Propinsi Jawa Timur 2005-2020, kawasan pengembangan perkebunan di Kabupaten Probolinggo meliputi: Kecamatan Tiris, Kecamatan Krucil dan Kecamatan Sumber
dengan komoditi
apokat, dan kopi; Kecamatan Lumbang, Kecamatan Tongas, Kecamatan Maron, Kecamatan Gading, Kecamatan Pakuniran, Kecamatan Kotaanyar, Kecamatan Paiton, Kecamatan Besuk, dengan komoditi mangga; Kecamatan Leces, Kecamatan Dringu, Kecamatan Tegalsiwalan, Kecamatan Gending, Kecamatan Banyuanyar, Kecamatan Sumberasih berupa komoditi bawang merah; serta kawasan perkebunan pantura dengan komoditi yang dikembangkan antara lain kelapa, tembakau, tebu, jambu mete dan kapas. Dengan
demikian
kawasan
perkebunan
di
Kabupaten
Probolinggo
dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang ada pada daerah masingmasing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran, efisiensi, produktivitas yang berkelanjutan, mengembangkan kawasan industri berbasis unggulkan, introduksi komoditas baru yang potensial dan memiliki kesesuaian lahan dengan kategori sesuai. Lebih rinci dijelaskan sebagai berikut : 1.
Intensifikasi dan Pengembangan tanaman perkebunan/keras di Kecamatan Sukapura, Sumber, Paiton, Kraksaan, Pajarakan, Gading, Dringu, Tongas, Sumberasih.
2.
Penyediaan Bibit unggul tanaman perkebunan (kopi, cengkeh, randu, kelapa hibryda, tembakau) di Kecamatan Sukapura, Sumber, Paiton, Kraksaan, Pajarakan, Gading, Dringu, Tongas, Sumberasih.
3.
Tebu rakyat intensifikasi di Kecamatan Banyuanyar, Kraksaan, Pajarakan, Maron, Gending, Dringu, Wonomerto, Tongas, Sumberasih.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-71
4.
Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan di Kecamatan Tongas, Lumbang
5.
Mengoptimalkan konsep agrowisata di Kecamatan Sumber, Sukapura, Gading, Tiris, Krucil. Upaya pemanfaatan perkebunan antara lain adalah :
1.
Mengembangkan industri pengolahan hasil komoditi;
2.
Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi di kota Kraksaan;
3.
Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman perkebunan yang rusak atau pada area yang telah mengalami kerusakan yaitu mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah menjadi area pertanian tanaman pangan;
4.
Pengembangan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk tanaman perkebunan sesuai dengan rencana, seperti kelapa, cengkeh, tembakau, kopi, jahe, kapas, jambu mente dan aren;
5.
Diversifikasi tanaman perkebunan sebagai upaya untuk optimalisasi pemanfaatan lahan kering;
6.
Pengembangan pasar produksi perkebunan; dan
7.
Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan meningkatkan kualitas bahan baku untuk memperoleh nilai tambah. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan perkebunan, meliputi :
1.
Kawasan perkebunan tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan yang lain, dan dapat ditingkatkan perannya sebagai penunjang pariwisata dan penelitian;
2.
Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan masing-masing; dan
3.
Penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi, keindahan/estetika dan keuangan. Rencana pengembangan perkebunan di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat
dalam Tabel 4.15 dan Peta 4.13. tentang Rencana Peruntukan Perkebunan Tabel 4.14 Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Perkebunan dan Tanaman Tahunan Kecamatan Tongas Lumbang
Fungsi Pusat regional (outlet pemasaran) Pengumpul bahan baku
Rencana - persiapan infrastruktur pendukung industri - pengembangan komoditi potensial kapas. Pangsa pasar kapas masih terbatas. - pembangunan/pengembangan agroindustri didukung oleh KUD, Koptan - pengembangan komoditi potensial kelapa dan kapuk randu,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-72
Kecamatan
Fungsi
Sumber
Sub sentra pertanian & pariwisata
Sukapura
Sub sentra pertanian & pariwisata Sub sentra pertanian & pariwisata
Gading
Tiris
Sub sentra pertanian & pariwisata
Krucil
Sub sentra pertanian & pariwisata
Rencana saat ini pengusahaan hanya oleh masyarakat. - meningkatkan usaha agroindustri skala kecil - pengembangan komoditi potensial cengkeh, kopi, kelapa, jangkauan pemasaran masih regional karena kendala jaringan transportasi - pengembangan komoditi potensial kelapa. - Keberadaan Gn bromo dapat dimanfaatkan outlet pemasaran komoditi unggulan untuk menarik wisatawan. - meningkatkan usaha agroindustri kecil - pengembangan komoditi potensial (aren, pinang, kelapa, kapuk randu). Kelapa, aren, pinang hanya diusahakan oleh masyarakat - meningkatkan usaha agroindustri kecil - pengembangan komoditi potensial (pinang, aren, kopi, cengkeh, kelapa). Pinang, kopi, aren, cengkeh jangkauan pemasaran masih regional karena kendala jaringan transportasi - penyediaan terminal agribisnis - pengembangan komoditi potensial (kopi, cengkeh, aren), jangkauan pemasarannya masih regional karena kendala jaringan transportasi - Keberadaan Gn Arjuno dapat dimanfaatkan outlet pemasaran komoditi unggulan untuk menarik wisatawan.
Sumber: Pengembangan Kawasan Agropolitan Kab Probolinggo dan Hasil Rencana 2009
4.2.5 Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria: Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.Kabupaten Probolinggo memiliki tipe perikanan tangkap, dan perikanan budidaya. Kawasan perikanan di Kabupaten Probolinggo dikembangkan berdasarkan potensi yang ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perikanan diarahkan untuk meningkatkan peran, efisiensi, produktivitas yang berlanjut dan meningkatkan nilai tambah beberapa komoditi yang potensial. Upaya penanganan/pengelolaan kawasan perikanan, meliputi : Mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki potensi pengairan untuk perikanan; Pengembangan teknologi perikanan budidaya; dan Pengembangan sistem informasi pemasaran
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-73
Peta 4.12 Rencana Peruntukan Perkebunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-74
4.2.5.1 Peruntukan Perikanan Tangkap Kawasan perikanan tangkap di Kabupaten Probolinggo terdapat pada kawasan perikanan laut. Daerah potensi ikan laut terdapat di semua kecamatan yang terletak di bagian utara Kabupaten Probolinggo yaitu Kecamatan Paiton, Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Pajarakan, Kecamatan Gending, Kecamatan Dringu, Kecamatan Tongas dan Kecamatan Sumberasih. Untuk perikanan tangkap, arahan pengembangan yang dilakukan diantaranya berupa pengembangan kawasan perikanan tangkap yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) di Kecamatan Paiton. Selain itu terdapat prospek pengembangan budidaya air laut sebagai penunjang perikanan tangkap. Rencana pengembangan perikanan tangkap adalah sebagai berikut: Mengendalikan dan membatasi metode dan penggunaan alat tangkap dalam rangka mengendalikan pemanfaatan potensi perikanan tangkap khususnya jenis ikan demersal diarahkan di kawasan yang padat (sekitar P. GiLi Ketapang). Menerapkan alat tangkap sesuai jalur penangkapan SK Mentan. Mendorong pemanfaatan potensi perikanan di Laut Selatan melalui peningkatan teknologi dan kemampuan armada perikanan. Pengadaan dan Pengembangan TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Pengadaan dan pengembangan koperasi nelayan di Kecamatan Tongas, Gending, Dringu, Sumberasih, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton. Pemberdayaan masyarakat sekitar dalam pengembangan dan pengelolaan perikanan. Peningkatan sarana dan prasarana berupa Pelabuhan Perikanan Pantai. Pemanfaatan teknologi informasi untuk perikanan (remote, GIS, GPS). Zonasi yang layak untuk kegiatan perikanan tangkap harus berdasarkan data sumberdaya ikan (fishing ground), alat tangkap yang dipakai, serta tingkat pemanfaatan yang sudah dicapai. Walaupun sumber daya ikan bisa pulih sendiri (renewable resources); pengelolaannya tidak boleh melebihi maximum sustainable yield (MSY) agar supaya tidak tebih tangkap (over fishing). Untuk mencegah timbutnya konflik dalam pemanfaatan sumber daya ikan di laut; maka penataan zonasi perikanan tangkap sangat menentukan berdasarkan tingkat kemampuan dan teknotogi nelayan; karena itu jalur penangkapan digunakan sebagai pedoman (SK Mentan Nomor: No, 392/KPTS/IK.120/4/99 tentang Jalur-jalur Penangkapan Ikan); yaitu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-75
Jalur Penangkapan Ikan I dengan batas 0 - 6 mil laut terbagi atas: Jalur 0 sampai 3 mil laut bagi nelayan dengan klasifikasi peralatan alat penangkap ikan menetap dan alat penangkap ikan tidak menetap yang tidak dimodifikasi. Jalur 3 sampai 6 mil laut : bagi nelayan dengan klasifikasi peralatan: Alat penangkap ikan tidak menetap yang dimodifikasi, kapat perikanan tanpa motor atau bermotor tempet dengan ukuran kurang dari 12 m atau kurang dari 5 GT, pukat cincin (purse seine dengan ukuran kurang dari 150 m), Jaring ingsang hanyut dengan ukuran kurang dari 1.000 m. Jalur penangkapan Ikan II dengan Batas perairan di luar Jalur Penangkapan Ikan I sampai 12 mil kearah laut, dengan klasifikasi peralatan kapal motor dengan maksimum 60 GT, menggunakan pukat cincin, maksimum 600 m (1 kapal); maksimum 1000 m ( 2 kapal), Jaring ingsang hanyut, dengan ukuran maksimum 2.300 m. Perikanan laut telah mendekati titik ambang batas dengan semakin dekatnya total penangkapan mendekati 100% MSY sehingga diperlukan: Penerapan secara tegas aturan dan perundang-undangan perikanan Jawa Timur tentang tingkat pemanfaatan, aturan jumlah dan tipe perahu, tata ruang serta fungsi zonasi, ukuran mata jaring minimum, alat tangkap yang diijinkan. Pembuatan terumbu karang buatan ataupun rumpon pada lokasi yang jauh dari terumbu karang alami untuk menciptakan habitat pemijahan yang baru. Meningkatkan
keakuratan
statistik
perikanan
dan
pengawasan
volume
penangkapan dengan implementasi analisa stok secara reguler bagi perikanan pelagis maupun demersal. Penyebaran dan pemerataan aplikasi teknologi tepat guna yang ramah Iingkungan dalam usaha penangkapan ikan. Untuk lebih jelas mengenai kawasan perikanan tangkap dapat dilihat pada Peta 4.14. 4.2.5.2 Peruntukan Budidaya Perikanan Kawasan budidaya perikanan yang ada di Kabupaten Probolinggo yaitu berupa areal pemeliharaan ikan darat berupa tambak terdapat di Kecamatan Paiton, Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Pajarakan, Kecamatan Gending, Kecamatan Dringu, Kecamatan Tongas, Kecamatan Banyuanyar, Kecamatan Maron, Kecamatan Gading,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-76
Kecamatan Tegalsiwalan, Kecamatan Tiris dan Kecamatan Sumberasih. Sedangkan yang berupa kolam terdapat hampir di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber, Kecamatan Kuripan, Kecamatan Bantaran, Kecamatan Kucil, Kecamatan Pakuniran, Kecamatan Kotaanyar, Kecamatan
Krejengan,
Kecamatan Wonomerto dan Kecamatan Lumbang. Rencana kawasan perikanan budidaya Kabupaten Probolinggo adalah sebagai berikut: Mengembangkan metode budidaya yang berbasis kelestarian sumberdaya pesisir Mengembangkan,
meningkatkan
dan
mengoptimalkan
kegiatan
budidaya
perikanan di wilayah pesisir, berdasarkan potensi yang tersebar di wilayah utara Mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasil-hasil perikanan budidaya yang didukung oleh industri pengolahan ikan dan dukungan akses yang baik ke pasar. Pengembangan penerapan teknologi dalam kegiatan usaha budidaya perikanan. Mendorong dan meningkatkan bantuan permodalan usaha kepada kegiatan usaha masyarakat pertambakan Pengembangan budidaya perairan laut terutama pada budidaya rumput laut, mutiara dan keramba dengan peningkatan teknologi dan lokasi pengembangan Pengembangan budidaya air payau yang diupayakan tidak merusak ekosistem yang ada Pengembangan pengelolaan limbah perikanan secara terpadu Pemberdayaan masyarakat sekitar dalam pengembangan dan pengelolaan perikanan Penerapan dan Sertifikasi CBIB (Cara Budidaya Ikan yang Baik) Adapun beberapa kriteria yang dapat dipakai pedoman penentuan kawasan budidaya tambak udang, dan bandeng atau rumput laut meliputi parameter kualitas tanah, kualitas air dan faktor faktor pendukung yang lain. Persyaratan budidaya tambak udang; kualitas tanah dengan tekstur sandy-clay atau sandy-clay loam, derajat keasaman pH 6,5-7,5 dengan kualitas air seperti suhu 29 - 30 CO; pH antara 7,5-8,5; satinitas 15-25%o kecerahan 30-40 cm; DO 4-7 ppm, NH+4-N < 1,0 mg/l,; N02- N < 0,25 mg/l, dan tidak ada kandungan logam berat. Persyaratan ini tidak berbeda jauh dengan persyaratan budidaya bandeng, karena kedua komoditi ini dapat dibudidayakan dengan sistem campuran (poly culture). Arahan kawasan perikanan budidaya tambak (udang dan bendeng) dapat dilihat pada Tabel 4.16 dan Peta 4.15 tentang Rencana Kawasan Budidaya Tambak.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-77
Tabel 4.15 Arahan Kawasan Budidaya Tambak No. 1.
2.
Kecamatan Tongas
Sumberasih
3.
Dringu
4.
Gending
5.
Pajarakan
6.
Kraksaan
7.
Paiton
Lokasi desa Bayeman Dungun Curah Dringu Tongas Wetan Pesisir Lemah Kembar Banjarsari Dringu Pabean Bulang Klaseman Pesisir Gejugan Karanggeger Asembakor Kebonagung Sidopekso Jabung Sisir Randu Tatah Karang Anyar Jumlah Total
Tongas Kulon Curah Tulis Tambakrejo
Luas Tambak (Ha)
73,014
250,490 33.815 Gending Pajuragan Curahsawo Sukokerto Penambangan Patokan Asembagus Kalibuntu Pondok Kelor Sumber Anyar Sumber Rejo
432.754 238.865 665.600
282.075 1.976.613
Sumber: Rencana Tata Ruang Pesisir, Laut dan Pulau Kecil Kab. Probolinggo 2007
4.2.5.3 Kawasan Pengolahan Perikanan Rencana kawasan pengolahan perikanan diarahkan pada kawasan pesisir yang potensial. Kawasan ini merupakan kawasan yang diarahkan menjadi kawasan minapolitan. Sesuai dengan program Pemerintah Kabupaten Probolinggo maka kawasan peruntukan pengolahan perikanan diarahkan pada kawasan minapolitan yang terletak pada kawasan pesisir yaitu Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Panjarakan, Kraksaan Dan Paiton.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-78
Peta 4.13 Kawasan Alat Tangkap Perikanan Laut
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-79
Peta 4.14 Rencana Kawasan Budidaya Tambak
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-80
4.2.6 Kawasan Peruntukan Pertambangan Sesuai dengan Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, menyebutkan rencana kawasan peruntukan pertambangan meliputi: peruntukan mineral dan batubara, peruntukan minyak dan gas bumi, peruntukan air tanah di kawasan pertambangan. Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional terdiri atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan panas bumi, serta air tanah. Kawasan peruntukan pertambangan ditetapkan dengan kriteria: Memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi; Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan pertambangan secara berkelanjutan;dan/atau Merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil. 4.2.6.1 Peruntukan Mineral dan Batubara Rencana peruntukan kawasan pertambangan mineral dan batubara sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah. Pertambangan batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal. Pertambangan mineral dan/atau batubara dikelola berasaskan: Manfaat, keadilan, dan keseimbangan; Keberpihakan kepada kepentingan bangsa; Partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas; Berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Kewenangan pemerintah kabupaten dalam pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, antara lain adalah: Pembuatan peraturan perundang-undangan daerah; Pemberian iup dan ipr, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan pengawasan usaha pertambangan di wilayah kabupaten dan wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil; Pemberian iup dan ipr, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-81
pengawasan usaha pertambangan operasi produksi yang kegiatannya berada di wilayah kabupaten dan wilayah laut sampai dengan 4 (empat) mil; Penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian, serta eksplorasi dalam rangka memperoleh data dan informasi mineral dan batubara; Pengelolaan informasi geologi, informasi potensi mineral dan batubara, serta informasi pertambangan pada wilayah kabupaten; Penyusunan neraca sumber daya mineral dan batubara; Pengembangan
dan
pemberdayaan
masyarakat
setempat
dalam
usaha
pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan; Pengembangan dan peningkatan nilai tambah dan manfaat kegiatan usaha pertambangan secara optimal; Penyampaian informasi hasil inventarisasi, penyelidikan umum, dan penelitian, serta eksplorasi dan eksploitasi kepada Menteri dan gubernur; Penyampaian informasi hasil produksi, penjualan dalam negeri, serta ekspor kepada Menteri dan gubernur; Pembinaan dan pengawasan terhadap reklamasi lahan pasca tambang; dan Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan. Pertambangan mineral digolongkan atas: Pertambangan mineral radioaktif; Pertambangan mineral logam; Pertambangan mineral bukan logam; dan Pertambangan batuan. Bahan galian tambang di Kabupaten Probolinggo berupa bahan galian (pertambangan batuan) yaitu berupa pasir dan batu, dengan jenisnya berupa batu gunung pasir, tanah urug, tras dan pasir/kerikil batu. Selain itu juga terdapat tambang panas bumi. Lokasi galian daratan berada di Kecamatan Tongas, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Sumberasih, Kecamatan Wonomerto, Kecamatan Bantaran dan Kecamatan Maron. Sedangkan galian sungai berada di Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Paiton, Kecamatan Kotaanyar, Kecamatan Pakuniran dan Kecamatan Gading. Kegiatan
penggalian
bahan
tambang
sebagian
besar
masih
berupa
pertambangan rakyat yang dikelola secara tradisional. Kegiatan penggalian ini, khususnya
pasir
dan
batu
kali,
sering
kali
masyarakat
setempat
kurang
memperhatikan aspek pelestarian lingkungan sehingga menimbulkan perubahan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-82
morfologi sungai pada saat penggalian batu kali dan pasir. Kondisi ini pada akhirnya dapat mengancam/merusak struktur bangunan yang terdapat di sepanjang aliran sungai, misalnya jembatan, saluran irigasi dan sebagainya. Rencana pengelolaan kawasan pertambangan meliputi : 1.
Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;
2.
Pengembangan kegiatan pertambangan diarahkan pada kegiatan penambangan panas bumi yang terletak di Gunung Argopuro dan di sekitar Mata Air Tancak. Rencana yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan panas bumi ini adalah dengan pemanfaatan panas bumi sebagai bahan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang merupakan interkoneksi dari PLTU Paiton;
3.
Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/reklamasi sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan, dengan melakukan penimbunan tanah subur dan/atau bahan-bahan lainnya, sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup;
4.
Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan;
5.
Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran kapur dan batubata - genting, sebab dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan;
6.
Pada kawasan yang teridentifikasi bahan tambang golongan B atau A (migas) dan bernilai ekonomi tinggi, sementara pada bagian atas kawasan penambangan adalah kawasan lindung atau kawasan budidaya sawah yang tidak boleh alih fungsi, atau kawasan permukiman, maka eksplorasi dan/atau eksploitasi tambang harus disertai AMDAL, kelayakan secara lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi terhadap pengaruhnya dalam jangka panjang dan skala yang luas;
7.
Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang ketat; serta
8.
Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti tanaman jarak pagar dan tanaman nilam. Untuk lebih jelasnya mengenai produksi pertambangan dapat dilihat pada
Tabel 4.17 dan Peta 4.16 Peta Rencana Kawasan Pertambangan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-83
Tabel 4.16 Luas dan Produksi Daerah Pertambangan Batuan di Kabupaten Probolinggo No.
Uraian
Luas (Ha)
Produksi ( Ton)
1.
Batu Gunung
57,00
25.000,00
2.
Pasir
70,00
30.000,00
3.
Tanah Urug
92,00
95.000,00
4.
Pasir/Kerikil Batu
60,00
45.000,00
5.
Hasil Tambang Lainnya
-
0
Sumber : Dispenda Kab Probolinggo, 2008
4.2.6.2 Peruntukan Minyak dan Gas Bumi Di Kabupaten Probolinggo mempunyai potensi pertambangan gas bumi terbesar di Jawa Timur. Kawasan pertambangan gas bumi saat ini teridentifikasi terdapat di Kecamatan Paiton yang telah di optimalkan dikembangkan sebagai PLTU Paiton. Kawasan pertambangan gas bumi lainnya yang potensial terdapat di kawasan sekitar Pegunungan Hyang. Kawasan ini belum dikembangkan karena terletak pada kawasan lindung sekitar Pegunungan Hyang. Rencana pengembangan kawasan pertambangan yaitu dengan mengembangkan kawasan pertambangan di PLTU Paiton dan pengembangan gas bumi di Pegunungan Hyang. Untuk lebih jelasnya Rencana Kawasan Pertambangan dapat dilihat pada Peta 4.16 tentang Rencana Kawasan Pertambangan. 4.2.6.3 Peruntukan Air Tanah Di Kawasan Pertambangan. Pengelolaan air tanah didasarkan pada Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air. Adapun dasar kebijakan pengelolaan air tanah, antara lain: Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan dan penghidupan rakyat Indonesia, mengingat fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup. Air tanah harus dikelola secara bijaksana, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Pengelolaan air tanah secara teknis perlu disesuaikan dengan perilaku air tanah meliputi keterdapatan, penyebaran, ketersediaan, dan kualitas air tanah serta lingkungan keberadaannya. Pengelolaan air tanah wajib mengacu kebijakan pengelolaan air tanah pada cekungan air tanah, kebijakan ini mengacu pada UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air (SDA) Kebijakan pengelolaan air tanah ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pengelolaan air tanah perlu diarahkan pada keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah yang terintegrasi dalam kebijakan dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-84
pola pengelolaan sumber daya air. Kegiatan utama dalam pengelolaan air tanah yang mencakup konservasi dan pendayagunaan air tanah diselenggarakan untuk mewujudkan: Kelestarian dan kesinambungan ketersediaan air tanah Kemanfaatan air tanah yang berkelanjutan Berdasarkan ketentuan tersebut maka izin penggunaan air tanah yaitu Hak Guna Air yang terdiri dari hak guna pakai dan hak guna usaha.Secara prinsip izin hak guna air ini dikeluarkan oleh Bupati/Walikota sesuai kewenangannya, setelah memperoleh rekomendasi teknis dari Menteri atau Gubernur sesuai kewenangannya. Peruntukan kawasan pertambangan akan mempengaruhi peruntukan air tanah, maka dalam pengembangannya harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Pengembangan kawasan pertambangan terlebih dahulu harus mempunyai analisa dan perhitungan dampak lingkungan terhadap air tanah. Sehingga sesuai dengan ketentuan diatas pengembangan kawasan pertambangan tidak mengganggu atau merusak kelesatarian air tanah, karena menyangkut hajat hidup dasar masyarakat.
4.2.7 Kawasan Peruntukan Industri Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria: Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri; Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup;dan/atau Tidak mengubah lahan produktif. Kawasan peruntukan industri yang terbagi ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu industri besar, industri sedang dan industri rumah tangga yang tersebar hampir di semua kecamatan yang didominasi (60%) oleh industri sedang dan rumah tangga. Selain itu juga terdapat kelompok non sentra industri yang juga tersebar di seluruh kecamatan yang didominasi (83%) oleh industri rumah tangga. 4.2.7.1 Peruntukan Industri Besar Kawasan industri besar adalah kawasan industri Paiton dibangun dan dikelola secara khusus oleh sebuah PMA dimana penempatan lokasinya tanpa mengkonversi lahan pertanian. Kawasan Industri Paiton ini direncanakan untuk menjadi Kawasan Industrial Estate. Industri besar lainnya yang juga di bawah manajemen PMA berlokasi di Kecamatan Tongas, Kecamatan Gending, Kecamatan Wonomerto, dan Kecamatan Leces. Selain itu beberapa industri besar lainnya di bawah manajemen PMDN berlokasi di Kecamatan Kecamatan Sumberasih, Kecamatan Leces, Kecamatan Gending, Kecamatan Pajarakan, dan Kecamatan Dringu.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-85
4.2.7.2 Peruntukan Industri Sedang Kawasan yang akan direncanakan menjadi industri sedang adalah kawasan industri di Kecamatan Tongas. Industri ini antara lain konvensi, meubeler dan lainnya. Peruntukan industri sedang lainnya adalah industri maritim yang ada di Kecamatan Paiton. Rencana kawasan industri di wilayah pesisir adalah: Pengembangan fungsi dan peran pelabuhan sebagai pusat inlet dan outlet barang dan orang dalam rangka mendorong kebangkitan usaha pelayaran Pengembangan industri maritim dalam rangka menunjang perkembangan PLTU diarahkan ke lokasi barat Pelabuhan PLTU Paiton Pengembangan dan peningkatan industri perikanan yang diarahkan Industri penangkapan ikan yang diarahkan pada kawasan PPI Paiton untuk beroperasi di perairan Selat Madura Industri Pengolahan Ikan yang diorientasikan pada pengolahan harus perikanan budidaya di wilayah pesisir Kabupaten Probolinggo dan Situbondo diarahkan di daerah Kraksaan Industri pengolahan hasil tangkapan diarahkan ke Kawasan PPI Paiton Industri Kapal Rakyat (Fiber dll.) diarahkan ke Kec. Sumberasih. Rencana kawasan industri maritim kawasan pesisir Kabupaten Probolinggo dapat ditihat pada Peta 4.17. 4.2.7.3 Industri Kecil dan Rumah Tangga Pengembangan industri kecil dan rumah tangga terdapat di beberapa lokasi yaitu antara lain : Desa Jorongan, Kecamatan Leces, pengembanganklaster industri (IKM) mebel dan konveksi. Randu Putih, Kecamatan Dringu, pengembanan klaster industri dan kerajinan etnik meliputi wisata industri, produk haritage dan pengembangan ekonomi berbasis kerajinan Desa Krucil, Kecamatan Krucil, pengembangan agroindustri sapi perah. Untuk Kabupaten Probolinggo, rencana pengembangan kawasan industri berlokasi di Desa Tongas Kulon dan Desa Curah Tulis, Kecamatan Tongas, Kecamatan Leces dan Kecamatan Paiton. Kegiatan industri pada kawasan perencanaan ini tidak berdiri sendiri dalam artian kegiatan industri tersebut berdampingan dengan kegiatan lainnya, misalnya perumahan, pemerintah, perdagangan, dan lain-lain dalam pengembangannya, kegiatan industri akan dipisahkan dengan kegiatan lain yang berdekatan. Pemisahan meliputi pemisahan fisik yang dilakukan dengan pemberian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-86
batas berupa daerah penyangga/buffer zone dan pemisahan fungsional yang dilakukan dengan pemisahan lokasi kegiatan yang berbeda. Rencana pengelolaan kawasan industri dan perdagangan, yaitu : Pengembangan kawasan sentra industri rumah tangga terutama pada kawasan perdesaan dan perkotaan; Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan; Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM; dan Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam berinvestasi dan Penjelasan tentang kepastian hukum yang menunjang investasi. Sedangkan arahan pengembangan kawasan industri : Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologis, memperhatikan daya dukung lahan dan tidak mengkonversi lahan pertanian secara besar-besaran. Pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi bawahan Pengembangan kegiatan industri harus didukung oleh sarana dan prasarana industri Pengembangan kegiatan industri berbasis sumberdaya lokal yang berkelanjutan Industri yang dikembangkan memiliki keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan
pertimbangan
efisiensi
biaya
produksi,
biaya
keseimbangan
lingkungan dan biaya aktifitas sosial; serta Setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi ramah lingkungan, dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya bencana industri.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-87
Peta 4.15Rencana Kawasan Pengembangan pertambangan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-88
Peta 4.16Rencana Kawasan Industri Maritim
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-89
4.2.7.4 Agroindustri Agroindustri merupakan bagian pengembangan dari agropolitan. Subsistem pengolahan (down-stream agribusiness) yakni industri yang mengolah komoditas pertanian primer (agroindustri) menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (finish product). Subsistem agrooutput terdiri atas subsistem hilir yang mencakup pengolahan pasca panen serta pemasaran, antara lain sebagai berikut: A. Pengembangan Sub Sistem Agro Proses Pengembangan agro proses meliputi lahan, Sumber Daya Manusia (SDM), ruang produksi, finansial, hingga olahan produk pertanian yang ada, antara lain sebagai berikut: a)
Kawasan Agropolitan Bagian Barat
1. Mangga Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agroproses pada komoditi mangga adalah: a. Peningkatan Sumber Daya Manusia pertanian Peningkatan dan pemanfaatan informasi dan teknologi yang tersedia terutama di sektor pertanian melalui pemberdayaan kelompok tani Peningkatan kualitas SDM petani oleh pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan LSM b. Peningkatan Pembiayaan Pengadaan lembaga keuangan yang mampu menyediakan modal usaha atau pinjaman, bentuk lembaga tersebut dapat berupa koperasi. Pemberian bantuan modal dari pemerintah, melaui program kredit dengan bunga rendah bagi pelaku industri agro dan usaha tani. Kerjasama dengan pihak swasta selaku investor untuk menanamkan modal disektor pertanian terpadu. Peningkatan pemanfaatan sistem kredit dari perbankan dan lembaga keuangan di kalangan petani Pemberdayaan kelompok tani serta mengoptimalkan fungsi KUD dengan peningkatan aksesnya terhadap perbankan dan lembaga keuangan 2. Kentang Kentang merupakan komoditi unggulan di Kecamatan Sukapura dan Sumber. Komoditi kentang pada subsistem agroproses memiliki permasalahan berupa upah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-90
buruh tani yang rendah serta pembiayaan produksi yang cukup tinggi secara pribadi. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agroproses pada komoditi kentang adalah: a. Peningkatan Sumber Daya Manusia pertanian Peningkatan dan pemanfaatan informasi dan teknologi yang tersedia terutama di sektor pertanian melalui pemberdayaan kelompok tani. Peningkatan kualitas SDM petani oleh pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan LSM b. Peningkatan Pembiayaan Pengadaan lembaga keuangan yang mampu menyediakan modal usaha atau pinjaman, bentuk lembaga tersebut dapat berupa koperasi. Pemberian bantuan modal dari pemerintah, melaui program kredit dengan bunga rendah bagi pelaku industri agro dan usaha tani. Kerjasama dengan pihak swasta selaku investor untuk menanamkan modal disektor pertanian terpadu Peningkatan pemanfaatan sistem kredit dari perbankan dan lembaga keuangan di kalangan petani Pemberdayaan kelompok tani serta mengoptimalkan fungsi KUD dan Kopertan dengan peningkatan aksesnya terhadap perbankan dan lembaga keuangan b) Kawasan Agropolitan Bagian Timur 1. Manggis Komoditi manggis pada subsistem agroproses tidak memiliki permasalahan yang signifikan. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agroproses pada komoditi manggis adalah: a. Peningkatan Sumber Daya Manusia pertanian Peningkatan dan pemanfaatan informasi dan teknologi yang tersedia terutama di sektor pertanian melalui pemberdayaan kelompok tani. Peningkatan kualitas SDM petani oleh pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan LSM b. Peningkatan Pembiayaan Pengadaan lembaga keuangan yang mampu menyediakan modal usaha atau pinjaman, bentuk lembaga tersebut dapat berupa koperasi. Pemberian bantuan modal dari pemerintah, melaui program kredit dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-91
bunga rendah bagi pelaku industri agro dan usaha tani. Kerjasama dengan pihak swasta selaku investor untuk menanamkan modal disektor pertanian terpadu Peningkatan pemanfaatan sistem kredit dari perbankan dan lembaga keuangan di kalangan petani Pemberdayaan kelompok (paguyuban) tani serta mengoptimalkan fungsi KUD dan Kopertan dengan peningkatan aksesnya terhadap perbankan dan lembaga keuangan 2. Mangga Komoditi mangga pada subsistem agroproses tidak memiliki permasalahan yang signifikan. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agroproses pada komoditi mangga adalah: a. Peningkatan Sumber Daya Manusia pertanian Peningkatan dan pemanfaatan informasi dan teknologi yang tersedia terutama di sektor pertanian melalui pemberdayaan kelompok tani (paguyuban) Peningkatan kualitas SDM petani oleh pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan LSM b. Peningkatan Pembiayaan Pengadaan lembaga keuangan yang mampu menyediakan modal usaha atau pinjaman, bentuk lembaga tersebut dapat berupa koperasi.. Pemberian bantuan modal dari pemerintah, melaui program kredit dengan bunga rendah bagi pelaku industri agro dan usaha tani. Kerjasama dengan pihak swasta selaku investor untuk menanamkan modal disektor pertanian terpadu Peningkatan pemanfaatan sistem kredit dari perbankan dan lembaga keuangan di kalangan petani Pemberdayaan kelompok (paguyuban) tani serta mengoptimalkan fungsi KUD dan Kopertan dengan peningkatan aksesnya terhadap perbankan dan lembaga keuangan 3. Sapi Perah Pada subsistem agroproses komoditi sapi perah memiliki permasalahan berupa tingginya biaya untuk mendapatkan bibit sapi perah. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agroproses pada komoditi sapi perah adalah: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-92
a. Peningkatan Sumber Daya Manusia Peternak Peningkatan dan pemanfaatan informasi dan teknologi yang tersedia terutama di sektor peternakan melalui pemberdayaan kelompok tani. Peningkatan kualitas SDM petani oleh pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan LSM serta melalui koperasi susu. b. Peningkatan Pembiayaan Peningkatan fungsi koperasi susu dalam penyediaan modal bagi peternak. Pemberian bantuan modal dari pemerintah, melalui program kredit dengan bunga rendah bagi peternak. Kerjasama dengan pihak swasta selaku investor untuk menanamkan modal disektor peternakan terpadu. B. Pengembangan Sub Sistem Agro Output Pada subsistem agrooutput terdiri atas subsistem hilir yang mencakup pengolahan pasca panen serta pemasaran, antara lain sebagai berikut a) Kawasan Agropolitan Bagian Barat 1. Mangga Komoditi mangga pada subsistem agrooutput tidak memiliki permasalahan yang signifikan, hanya kurangnya upaya membuat produk olahan yang berbahan dasar mangga. Agroindustri mangga terdapat di Kecamatan Tongas berupa pengolahan manisan mangga. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agro output pada komoditi mangga adalah: Perluasan Jaringan Pemasaran Promosi komoditi mangga pada tingkat regional-nasional, untuk memperluas pangsa pasar Pembentukan kemitraan antara petani-kelompok tani dengan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusi Pemberdayaan Terminal Agribisnis yang terdapat di Kecamatan Tongas. Peningkatan Sarana Prasarana Pengolahan Pembangunan gudang penyimpanan saprotan, dengan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak Pemkab dan Dinas Pertanian ataupun swadaya petani Pembangunan
gudang
penyimpanan,
bekerjasama
dengan
lembaga
permodalan Pemkab, dan kelompok tani, khususnya untuk penyediaan cold storage.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-93
Peningkatan Pasca Panen Inovasi dan diversifikasi produk olahan Peningkatan penguasaan teknologi dalam industri pengolahan Peningkatan kualitas produk industri pengolahan Peningkatan efisiensi proses produksi Peningkatan alat-alat industri olahan Menciptakan produk olahan yang spesifik Peningkatan skala produksi dengan efisiensi proses produksi 2. Kentang Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agro outputpada komoditi kentang adalah: Perluasan Jaringan Pemasaran Promosi komoditi kentang pada tingkat regional-nasional, untuk memperluas pangsa pasar Pembentukan kemitraan antara petani-kelompok tani dengan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusi Pemberdayaan Terminal Agribisnis yang terdapat di Kecamatan Tongas Peningkatan Sarana Prasarana Pengolahan Pembangunan toko pertanian, baik dikelola oleh pemerintah ataupun swasta Pembangunan gudang penyimpanan saprotan, dengan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak Pemkab ataupun swadaya petani, Pembangunan
gudang
penyimpanan,
bekerjasama
dengan
lembaga
permodalan Pemkab, dan kelompok tani, khususnya untuk penyediaan cold storage Peningkatan Pasca Panen Inovasi dan diversifikasi produk olahan Peningkatan penguasaan teknologi dalam industri pengolahan Peningkatan kualitas produk industri pengolahan Peningkatan efisiensi proses produksi Peningkatan alat-alat industri olahan Menciptakan produk olahan yang spesifik Peningkatan skala produksi dengan efisiensi proses produksi 3. Keripik Kentang Komoditi olahan keripik kentang pada subsistem agrooutput memiliki permasalahan berupa jumlah produksi yang belum maksimal akibat kurangnya biaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-94
dan faktor produksi serta kurangnya jalur distribusi dan alat angkut. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agro outputpada komoditi kentang adalah: Perluasan Jaringan Pemasaran Promosi komoditi keripik kentang pada tingkat regional-nasional, untuk memperluas pangsa pasar Pembentukan kemitraan antara petani-kelompok tani dengan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusi Pemberdayaan Terminal Agribisnis yang terdapat di Kecamatan Tongas Peningkatan Pasca Panen Inovasi dan diversifikasi produk olahan Peningkatan penguasaan teknologi dalam industri pengolahan Peningkatan kualitas produk industri pengolahan Peningkatan efisiensi proses produksi Peningkatan alat-alat industri olahan Menciptakan produk olahan yang spesifik Peningkatan skala produksi dengan efisiensi proses produksi b) Kawasan Perencanaan Bagian Timur a) Manggis Komoditi manggis pada subsistem agrooutput memiliki permasalahan berupa kurangnya jalur distribusi dimana hanya ada satu orang pengepul sehingga petani tidak mempunyai nilai tawar. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agro outputpada komoditi manggis adalah: Program Perluasan Jaringan Pemasaran Promosi komoditi manggis, untuk memperluas pangsa pasar Pembentukan kemitraan antara petani-kelompok tani dengan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusi Pemberdayaan Terminal Agribisnis yang terdapat di Kecamatan Tongas Peningkatan Sarana Prasarana Pengolahan Pembangunan toko pertanian, baik dikelola oleh pemerintah ataupun swasta Pembangunan gudang penyimpanan saprotan, dengan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak Pemkab ataupun swadaya petani Pembangunan
gudang
penyimpanan,
bekerjasama
dengan
lembaga
permodalan Pemkab dan kelompok tani, khususnya untuk penyediaan cold storage
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-95
Peningkatan Pasca Panen Inovasi dan diversifikasi produk olahan Peningkatan penguasaan teknologi dalam industri pengolahan Peningkatan kualitas produk industri pengolahan Peningkatan efisiensi proses produksi Peningkatan alat-alat industri olahan Menciptakan produk olahan yang spesifik Peningkatan skala produksi dengan efisiensi proses produksi b) Mangga Komoditi mangga pada subsistem agrooutput tidak memiliki permasalahan yang signifikan, hanya kurangnya upaya membuat produk olahan yang berbahan dasar mangga. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agro outputpada komoditi mangga adalah: Perluasan Jaringan Pemasaran Promosi komoditi mangga pada tingkat regional-nasional, untuk memperluas pangsa pasar Pembentukan kemitraan antara petani-kelompok tani dengan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusi Pemberdayaan Terminal Agribisnis yang terdapat di Kecamatan Tongas Peningkatan Sarana Prasarana Pengolahan Pembangunan toko pertanian, baik dikelola oleh pemerintah ataupun swasta Pembangunan gudang penyimpanan saprotan, dengan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak Pemkab ataupun swadaya petani Pembangunan
gudang
penyimpanan,
bekerjasama
dengan
lembaga
permodalan Pemkab, dan kelompok tani, khususnya untuk penyediaan cold storage Peningkatan Pasca Panen Inovasi dan diversifikasi produk olahan Peningkatan penguasaan teknologi dalam industri pengolahan Peningkatan kualitas produk industri pengolahan Peningkatan efisiensi proses produksi Peningkatan alat-alat industri olahan Menciptakan produk olahan yang spesifik Peningkatan skala produksi dengan efisiensi proses produksi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-96
c) Sapi Perah Komoditi sapi perah pada subsistem agrooutput memiliki permasalahan berupa tidak adanya upaya pengolahan susu menjadi produk siap jual secara mandiri. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agrooutput pada komoditi sapi perah adalah: Program Perluasan Jaringan Pemasaran Pembentukan kemitraan antara petani-kelompok tani dengan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusi Peningkatan Sarana Prasarana Pengolahan Perbaikan dan peningkatan penggunaan alat-alat modern yang sesuai standar internasional melalui kerjasama antara pemerintah, koperasi dan swasta Peningkatan Pasca Panen Inovasi dan diversifikasi produk olahan secara mandiri dengan teknologi sederhana melalui kerjasama antara pemerintah dan koperasi. Peningkatan penguasaan teknologi dalam industri pengolahan Peningkatan kualitas produk industri pengolahan Peningkatan efisiensi proses produksi Peningkatan alat-alat industri olahan Menciptakan produk olahan yang spesifik Peningkatan skala produksi dengan efisiensi proses produksi d) Keripik Pisang Komoditi
olahan
keripik
pisang
pada
subsistem
agrooutput
memiliki
permasalahan berupa jumlah produksi yang belum maksimal akibat kurangnya biaya dan faktor produksi serta kurangnya jalur distribusi dan alat angkut. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan subsistem agrooutput pada komoditi keripik kentang adalah: Perluasan Jaringan Pemasaran Promosi komoditi keripik pisang pada tingkat regional-nasional, untuk memperluas pangsa pasar Pembentukan kemitraan antara petani-kelompok tani dengan perusahaan untuk memperluas jaringan distribusi Pemberdayaan Terminal Agribisnis yang terdapat di Kecamatan Tongas Peningkatan Pasca Panen Inovasi dan diversifikasi produk olahan Peningkatan penguasaan teknologi dalam industri pengolahan Peningkatan kualitas produk industri pengolahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-97
Peningkatan efisiensi proses produksi Peningkatan alat-alat industri olahan Menciptakan produk olahan yang spesifik Peningkatan skala produksi dengan efisiensi proses produksi
Gambar 4.20 Produk Olahan Agroindustri Mangga dan Kentang
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana peruntukan industri dapat dilihat pada Peta 4.18.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-98
Peta 4.17 Rencana Kawasan Pengembangan industry
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-99
4.2.8 Kawasan Peruntukan Pariwisata 1. Peruntukan Pariwisata Budaya Pariwisata Budaya yang ada di Kabupaten Probolinggo antara lain: Desa Wisata Segaran, Desa Wisata Dusun Seruni, Kampung Nelayan Gili Ketapang, Candi Jabung, Candi Kedaton, Pondok Pesantren. Rencana pengembangan kawasan pariwisata budaya dengan pengembangan lingkage sistem pariwisata, koridor pariwisata dan paket wisata. Untuk lebih jelasnya lihat tabel Tabel 4.19, Tabel 4.20dan Peta 4.19 dan Peta 4.20. 2. Peruntukan Pariwisata Alam Pariwisata alam yang ada di Kabupaten Probolinggo antara lain:daya tarik Wisata Alam Gunung Bromo, Air Terjun Madakaripura, Gua Lawa, Danau Ronggojalu, Pantai Bentar Indah, Pulau Gili Ketapang, Perkebunan Teh Andung Biru, Ranu Agung, Ranu Segaran, Arung Jeram Sungai Pekalen, Air Terjun Kali Pedati, Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang (Danau Taman Hidup, Puncak Gunung Argopuro, Reruntuhan Makam Dewi Rengganis, dan Padang Rumput Sikasur). Rencana pengembangan kawasan pariwisata alam dengan pengembangan lingkage sistem pariwisata, koridor pariwisata dan paket wisata.Untuk lebih jelasnya lihat tabel Tabel 4.18, Tabel 4.19dan Peta 4.19 dan Peta 4.20. 3. Peruntukan Pariwisata Buatan Kawasan peruntukan pariwisata buatan yang ada di Kabupaten Probolinggo berupa kawasan pendidikan yang direncanakan di sekitar PLTU Paiton. Rencana pengembangan kawasan pariwisata alam dengan pengembangan lingkage sistem pariwisata, koridor pariwisata dan paket wisata. Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria: Memiliki daya tarik wisata; dan/atau Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan. Kabupaten Probolinggo merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pariwisata sebagai salah satu alternatif daerah tujuan wisata unggulkan Jawa Timur maupun Nasional, karena keanekaragaman daya tarik wisata yang dimilikinya. Daya tarik wisata di Kabupaten Probolinggo terbagi dalam 3 jenis yaitu wisata alam, wisata buatan, wisata desa, wisata religi, dan wisata pendidikan. Lihat Tabel 4.18.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-100
Tabel 4.17 Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolinggo Jenis Daya Tarik Wisata Wisata Alam
Nama Tempat Wisata Obyek Wisata Alam Gunung Bromo Air Terjun Madakaripura Gua Lawa Danau Ronggojalu Pantai Bentar Indah Pulau Gili Ketapang Perkebunan Teh Andung Biru Ranu Agung Ranu Segaran Arung Jeram Sungai Pekalen
Wisata Buatan
Wisata Desa
Air Terjun Kali Pedati Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang (Danau Taman Hidup, Puncak Gunung Argopuro, Reruntuhan Makam Dewi Rengganis, dan Padang Rumput Sikasur) Agrowisata Kokap
Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang Desa Ngadas , Kecamatan Sukapura Desa Banjarsawah, Kecamatan Tegalsiwalan Desa Curahsawo, Kecamatan Gending Desa Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih Desa Andung Biru, Kecamatan Tiris Desa Ranu Agung, Kecamatan Tiris Desa Segaran Kecamatan Tiris Desa Pesawahan, Kecamatan Tiris ; Desa Condong, Kecamatan Gading Kecamatan Krucil Kecamatan Krucil
Desa Sumberbendo, Kecamatan Sumberasih
Agrowisata Desa Bremi Agrowisata Anggur
Desa Bremi, Kecamatan Krucil Kecamatan Leces
Pemandian Tirta Jabung
Desa Jabung, Kecamatan Paiton
Desa Wisata Segaran
Desa Segaran, Kecamatan Tiris Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura
Desa Wisata Dusun Seruni
Wisata Budaya
Lokasi
Kampung Nelayan Gili Ketapang
Pulau Gili Ketapang
Candi Jabung
Desa Jabung, Kecamatan Paiton
Daya Tarik Wisata Obyek wisata alam yang juga tempat berlangsungnya Upacara Adat Kasada bagi masyarakat Tengger Wisata alam sakral berupa Air Suci Tirta Sewana Gua sebagai sarang kelelawar Wisata alam air yang dipercaya mengandung nilai magis Wisata bahari dan keindahan hutan mangrove Terumbu karang dan wisata bahari serta wisata budaya Kampung Nelayan Keindahan, keasrian suasana perkebunan dataran tinggi Wisata danau alam Wisata danau alam Wisata alam minat khusus untuk arena olahraga arung jeram Wisata alam air tejun Merupakan kawasan konservasi yang memiliki potensi wisata alam terbatas
Wisata buatan agrowisata yang sudah dilengkapi dengan fasilitas tempat berenang dan taman rekreasi, dan fasilitas pendukung lain Merupakan desa wisata agro Merupakan wisata agro kebun anggur Merupakan pemandian yang dilengkapi fasilitas kolam renang Merupakan salah satu desa wisata Merupakan tempat wisata untuk melihat pemandangan Gunung Bromo dengan fasilitas Gardu Pandang Penanjakan II Suatu perkampungan dengan mayoritas penduduknya sebagai nelayan Wisata peninggalan sejarah arkeologi jaman Kerajaan Mojopahit
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-101
Jenis Daya Tarik Wisata Wisata Religi Wisata Pendidikan
Nama Tempat Wisata Candi Kedaton Pondok Pesantren PLTU Paiton
Lokasi Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Daya Tarik Wisata
Krucil Kraksaan, Pajarakan, Paiton Paiton
Wisata peninggalan sejarah Wisata religi/keagamaan berupa pondok pesantren Wisata pendidikan di kompleks pembangkit listrik
Sumber: Hasil Survey, 2009 dan Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo, 2009
Gunung Bromo
Agrowisata Anggur
Pulau Giliketapang
Candi Jabung
Wisata Pendidikan PLTU Paiton
Arung Jeram S. Pekalen
Gambar 4.21 Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolinggo
Proses
perencanaan
dan
pengembangan
sektor
Pariwisata
Kabupaten
Probolinggo menggunakan analisis cluster obyek wisata. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kawasan perencanaan yang mencakup beberapa daya tarik wisata sehingga
mempermudah
dalam
proses
perencanaan
dan
pengembangannya.
Penetapan pusat pengembangan didasarkan kepada pertimbangan sebagai berikut ini. Kemudahan aksesibilitas Aksesibilitas merupakan salah satu faktor perkembangan suatu wilayah maupun kawasan. Semakin mudah pencapaian/akses suatu tempat, maka semakin besar peluang berkembangnya suatu wilayah/kawasan tersebut. Jarak antara tempat wisata
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-102
Tempat wisata yang ada di wilayah perencanaan tersebar di seluruh wilayah. Karena pertimbangan jarak dari tempat wisata yang satu dengan tempat wisata yang lain maka perlu dilakukan pembagian berdasarkan cluster. Salah satunya dilihat dari kedekatan/jarak antara tempat wisata yang ada. Banyaknya pergerakan Pola pergerakan wisatawan adalah kegiatan/perjalanan wisatawan ke tempat wisata yang akan maupun telah dikunjungi. Pada umumnya wisatawan memiliki kecenderungan untuk berkunjung ke tempat wisata lain dengan jarak yang dekat dengan lokasi obyek wisata yang telah dikunjungi dan memiliki kegiatan/ragam wisata yang berbeda dan variatif. Arahan oleh rencana tata ruang Didalam arahan rencana tata ruang dalam pengembangan kawasan dilakukan dengan menumbuhkan embrio-embrio pertumbuhan baru. Embrio-embrio ini diletakkan pada daerah-daerah yang belum berkembang. Adanya embrio ini akan dilengkapi dengan sarana prasarana. Pembagian cluster salah satunya menjadikan tempat wisata sebagai magnet penarik pertumbuhan. Harapan adanya pembagian cluster ini adanya penyebaran sarana prasarana berdasarkan kebutuhan. Hasil pengelompokan beberapa cluster dapat dilihat pada Tabel 4.19. Tabel 4.18 Rencana Pusat Pelayanan Tempat Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolinggo Cluster
Daya Tarik Wisata Gn Bromo, Desa Wisata Dusun Seruni, Air Terjun Madakaripura, Gua Lawa
A
B
C
Pantai Bentar Indah, Pulau Gili Ketapang, Kampung Nelayan Gili Ketapang, Agrowisata kokap, Agrowisata Anggur, Danau Ronggojalu, Candi Jabung, Pemandian Tirta Jabung, PLTU Paiton, Pondok Pesantren
Arung Jeram Sungai Pekalen, Ranu Agung, Ranu Segaran, Desa Wisata Segaran, Candi Kedaton, Perkebunan Teh Andung Biru, Agrowisata
Pusat Pelayanan Cluster Daya tarik wisata unggulan/pusat pelayanan cluster A : Gunung Bromo Posisi : Sebelah barat - Sukapura - Lumbang Daya tarik wisata unggulan/ pusat pelayanan cluster B : Pantai Bentar Indah Posisi : Sebelah utara - Gending - Sumberasih - Leces - Tegalsiwalan - Paiton - Kraksaan - Pajarakan - Pulau Gili Ketapang Daya tarik wisata unggulan/ pusat pelayanan cluster C : Arung Jeram Sungai Pekalen Posisi : Sebelah timur
Pusat Pelayanan Pariwisata Kabupaten Sub pusat pelayanan
Pusat pelayanan, didasarkan atas: Aksesibilitas Banyaknya pergerakan Ketersediaan fasilitas Arahan rencana tata ruang
Sub pusat pelayanan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-103
Cluster
Daya Tarik Wisata Desa Bremi, Air Terjun Kali Pedati, Suaka Margasatwa dataran Tinggi Yang,
Pusat Pelayanan Cluster
Pusat Pelayanan Pariwisata Kabupaten
Gading Tiris Krucil
Sumber: Revisi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Probolinggo 2007
Tabel diatas menunjukkan rencana zona pengembangan pariwisata Kabupaten Probolinggo dimana pusat pelayanan berada di Cluster B. Fungsi pusat pengembangan pelayanan adalah untuk menentukan pelayanan wisata bagi semua daya tarik wisata di Kabupaten Probolinggo, diantaranya adalah sebagai pusat fasilitas pariwisata bersama yang dapat diakses oleh semua tempat wisata yang ada. Upaya pengembangan pariwisata dilakukan perencanaan sebagai berikut : A. Rencana Pengembangan Jalur/Koridor Pariwisata Koridor wisata yang dipetakan sebagai jalur touring sudah ada, berisi informasi pintu masuk wisatawan (gateway) jalur barat, utara, timur dan selatan. Koridor jalur barat : Surabaya-Probolinggo melalui Kabupaten Pasuruan Koridor jalur utara: melalui pelabuhan Tanjung tembaga Koridor jalur timur: Banyuwangi-Bondowoso melalui Kabupaten Situbondo Koridor jalur selatan: Jember melalui Kabupaten Lumajang Dalam perencanaannya di setiap gateway dibangun pintu gerbang masuk Kabupaten Probolinggo disertai Pusat Informasi Wisata. B. Rencana Prioritas Pengembangan Pariwisata Berikut
ini
prioritas pengembangan wisata
untuk
wilayah
Kabupaten
Probolinggo: Kawasan prioritas pengembangan wisata alam (gunung, pantai, dan arung jeram), yang dipusatkan pada daya tarik wisata Gunung Bromo, Pantai Bentar Indah, dan Arung Jeram Sungai Pekalen. Kawasan prioritas pengembangan wisata budaya/sejarah di Candi Jabung dan Candi Kedaton. Kawasan prioritas pengembangan wisata rekreasi, yang dipusatkan di Agrowisata Kokap, Danau Ronggojalu. Sedangkan
apabila
didasarkan
pada
cluster
di
atas
maka
prioritas
pengembangan wisata adalah sebagai berikut : 1. Cluster A (Daya Tarik Wisata Alam Gunung Bromo, Desa Wisata Dusun Seruni, Air Terjun Madakaripura, Gua Lawa) : Kawasan prioritas pengembangan wisata alam, yang dipusatkan daya tarik Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-104
Wisata Alam Gunung Bromo. 2. Cluster B (Pantai Bentar Indah, Pulau Gili Ketapang, Kampung Nelayan Gili Ketapang, Agrowisata Kokap, Agrowisata Anggur, Danau Ronggojalu, Candi Jabung, Pemandian Tirta Jabung, PLTU Paiton, Wisata Religi Pondok Pesantren) : Kawasan prioritas pengembangan wisata alam, yang dipusatkan Pantai Bentar Indah. Kawasan prioritas pengembangan wisata budaya/sejarah di Candi Jabung. Kawasan prioritas pengembangan wisata rekreasi, yang dipusatkan di Agrowisata Kokap, Danau Ronggojalu. 3. Cluster C (Arung Jeram Sungai Pekalen, Ranu Agung, Ranu Segaran, Desa Wisata Segaran, Candi Kedaton, Perkebunan Teh Andung Biru, Agrowisata Desa Bremi, Air Tejun Kali Pedati, Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang) : Kawasan prioritas pengembangan wisata alam, yang dipusatkan Arung Jeram Sungai Pekalen. Kawasan prioritas pengembangan wisata budaya/sejarah di Reruntuhan Makam Dewi Rengganis. Kawasan prioritas pengembangan wisata rekreasi, yang dipusatkan di Perkebunan Teh Andung Biru. C. Rencana Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Pengembangan kawasan wisata harus ditunjang pula dengan rencana pengembangan sarana dan prasarana pariwisata. Untuk itu langkah-langkah yang harus diambil adalah: Melengkapi daya tarik wisata, terutama obyek wisata prioritas dengan fasilitas penunjang wisata sesuai dengan karakter dari setiap obyek wisata tersebut, dan karakter serta keinginan pengunjung ketika mendatangi lokasi; Pengembangan sistem jaringan air bersih, penerangan (listrik), dan jaringan telekomunikasi ke obyek-obyek wisata sangat diperlukan, terutama pada obyekobyek wisata prioritas. Meningkatkan fungsi dan sistem transportasi yang menghubungkan pintu gerbang wisata Kabupaten Probolinggo dengan setiap obyek wisata, yaitu berupa peningkatan jaringan jalan dan pengadaan angkutan umum menuju obyek wisata, minimal pada waktu-waktu tertentu, dimana frekuensi pengunjung sedang tinggi. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi dengan pengusaha jasa angkutan umum, supaya dapat menyediakan angkutan umumnya pada waktu-waktu tertentu untuk melayani penumpang/wisatawan ke obyek wisata.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-105
D. Rencana Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Pariwisata 1. Terminal Fasilitas terminal merupakan fasilitas prioritas untuk mengembangkan wisata karena terkait dengan perjalanan wisata. Lokasi penempatan terminal diletakkan pada wilayah yang memiliki karakteristik : Mudah diakses dari obyek wisata Berada/dekat dengan pusat pelayanan Mudah menjangkau obyek-obyek wisata Pada saat ini keberadaan terminal Bayuangga yang terletak di Kota Probolinggo telah menjadi fasilitas dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Probolinggo serta telah terdapatnya sub terminal non bus di wilayah Kabupaten Probolinggo. Cluster A (Obyek Wisata Alam Gunung Bromo, Desa Wisata Dusun Seruni, Air Terjun Madakaripura, Gua Lawa) gerbang utama adalah dari arah Barat melalui Kecamatan Tongas. Rencana pengembangan TNB Cemorolawang khusus parwisata yang terletak di Sukapura yang melayani transportasi darat khusus angkutan pariwisata meliputi rute Bayuangga–Ngadisari (Cemorolawang) dan rute Tongas/ Lumbang–Sukapura (Ngadisari). Terminal ini direncanakan sebagai terminal pemberangkatan angkutan wisata yang mengikuti rute wisata. Cluster B (Pantai Bentar Indah, Pulau Gili Ketapang, Kampung Nelayan Gili Ketapang, Agrowisata Kokap, Agrowisata Anggur, Danau Ronggojalu, Candi Jabung, Pemandian Tirta Jabung, PLTU Paiton, Wisata Religi Pondok Pesantren) gerbang utama dari jalur barat dan timur Kabupaten Probolinggo. Pengembangan
TNB Jorongan
yang melayani
rute Situbondo/Besuki–
Bayuangga PP dan rute Jember/Lumajang–Bayuangga PP yang teletak di Kecamatan Leces. Cluster C (Arung Jeram Sungai Pekalen, Ranu Agung, Ranu Segaran, Desa Wisata Segaran, Candi Kedaton, Perkebunan Teh Andung Biru, Agrowisata Desa Bremi, Air Tejun Kali Pedati, Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang) gerbang utama dari jalur Selatan dan Timur Kabupaten Probolinggo. Pengembangan TNB Sumberlele yang melayani rute Situbondo/Besuki– Bayuangga PP terletak diKecamatan Kraksaan. 2. Angkutan Umum Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-106
Secara umum jaringan angkutan umum melayani seluruh wilayah Kabupaten Probolinggo. Sedangkan untuk pengembangan angkutan umum dapat berupa penambahan armada angkutan umum untuk tiap trayek atau rute nya. Adanya rute yang langsung menuju obyek wisata dari tempat-tempat pemberhentian/terminal akan menarik jumlah wisatawan yang mengunjungi obyek wisata di Kabupaten Probolinggo. Selain itu diperlukan rencana perbaikan kualitas angkutan umum sebagai upaya memberikan kenyamanan dan keamanan bagi setiap wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata di Kabupaten Probolinggo. 3. Jaringan Jalan Perkembangan pada pusat-pusat obyek wisata berada juga sangat dipengaruhi oleh sistem jaringan jalan dan sistem transportasi yang menghubungkan antara satu tempat ke tempat lain baik di dalam wilayah perencanaan maupun di luar wilayah perencanaan. Pada umumnya lokasi obyek wisata dilewati oleh jalan arteri dan kolektor. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Propinsi Jawa Timur, ada beberapa rencana jaringan jalan di wilayah Kabupaten Probolinggo yaitu: Pengembangan jaringan jalan tol Surabaya-Pasuruan-Probolinggo. Pengembangan jaringan jalan arteri primer Surabaya–Sidoarjo–Gempol–Pasuruan– Probolinggo–Situbondo–Banyuwangi. Pengembangan
jaringan
jalan
arteri
primer
yang
menghubungkan
Kota
Probolinggo-Kabupaten Probolinggo-Kabupaten Lumajang. Sedangkan
untuk
rencana
jaringan
jalan
sebagai
upaya
peningkatan
pengembangan pariwisata di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.19 Rencana Pembangunan Fasilitas Jalan Menuju Obyek Wisata di Kabupaten Probolinggo Cluster A
B
C
Obyek Wisata Obyek Wisata Alam Gunung Bromo, Desa Wisata Dusun Seruni, Air Terjun Madakaripura, Gua Lawa
Pantai Bentar Indah, Pulau Gili Ketapang, Kampung Nelayan Gili Ketapang, Agrowisata Kokap, Agrowisata Anggur, Danau Ronggojalu, Candi Jabung, Pemandian Tirta Jabung, PLTU Paiton, Wisata Religi Pondok Pesantren Arung Jeram Sungai Pekalen, Ranu Agung, Ranu Segaran, Desa Wisata Segaran, Candi Kedaton, Perkebunan Teh Andung Biru, Agrowisata Desa Bremi, Air Tejun Kali Pedati, Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang (Reruntuhan Makam Dewi Rengganis,
Rencana Jaringan Jalan Perbaikan dan pelebaran jalan Perkerasan jalan, pengaspalan jalan Pembuatan bahu jalan Pembangunan dinding-dinding penahan longsor, baik yang berada di atas bangunan jalan maupun di bawah jalan Peningkatan kualitas perkerasan jalan dan pengaspalan jalan Pembuatan rambu dan penunjuk arah jalan menuju obyek wisata Perbaikan dan pelebaran jalan Perkerasan jalan, pengaspalan jalan Perencanaan dan pembangunan ulang tikungan-tikungan yang mempunyai manuver membahayakan Pembangunan dinding-dinding penahan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-107
Cluster
Obyek Wisata Puncak Gunung Argopuro, Danau Taman Hidup, Padang Rumput Sikasur)
Rencana Jaringan Jalan longsor, baik yang berada di atas bangunan jalan maupun di bawah jalan Pemberian guard rill terutama pada tikungan berbahaya Pembuatan rambu dan penunjuk arah jalan menuju obyek wisata
Sumber: Revisi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Probolinggo 2007
Rencana pemanfaatan ruang pariwisata antara lain mencakup rencana zona pengembangan pariwisata. Beberapa obyek wisata terbagi atas beberapa zona, misalnya zona pelayanan entrance, pengelola dan zona rekreasi/aktivitas wisata. Di beberapa obyek wisata terdapat zona-zona khusus seperti: Wisata alam Gunung Bromo dengan zona konservasi dan zona penyangga. Candi Jabunga dengan zona konservasi Ranu Agung dengan zona konservasi Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang dengan zona konservasi dan zona penyangga. Kepariwisataan Kabupaten Probolinggo dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang ada dalam kawasan hutan tersebut. Pengembangan kepariwisataan diarahkan pada pemanfaatan potensi obyek-obyek wisata semaksimal mungkin
dengan
tetap
memperhatikan
kaidah
agama,
budaya,
pendidikan,
lingkungan hidup, ketenteraman dan ketertiban serta kenyamanan, meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan obyek-obyek yang ada di wilayah mereka. Strategi yang digunakan untuk pengendalian kawasan pariwisata adalah : Penataan dan pengendalian kawasan wisata dan sekitarnya diatur secara khusus dalam perencanaan tata ruang kawasan wisata. Dalam rangka penataan tersebut, rencana kegiatan dan lingkungan bangunan serta bangunan harus mengikuti ketentuan, yaitu: ketinggian bangunan tidak lebih dari 4 lantai atau 15 meter dari muka tanah asli. Luas dasar lantai maksimum 40% dari luas Persil. Rancang bangun (building design) dan tata ruangnya (siteplan) harus sesuai dengan budaya jawa pada umumnya atau jawa timur khususnya. Dominasi penggunaan tanahnya untuk penghijauan. Pada kawasan yang digunakan untuk kegiatan keagamaan (yang disyahkan oleh pemerintah) harus diserasikan (fisik bangunannya) dengan kebudayaan yang ada dengan tidak mengurangi atau merendahkan nilai-nilai yang ada. Penataan lainnya disesuaikan dengan ciri khas adat dan budaya setempat. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-108
Tabel 4.20 Rencana Pengembangan Pariwisata Kabupaten Probolinggo Rencana/Bentuk Jenis Wisata Wisata Alam
Nama Obyek Wisata Obyek Wisata Alam Gunung Bromo
Lokasi
Daya Tarik
Rencana Kegiatan Wisata
Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura
Kawah kaldera Gunung Bromo Padang savana Lautan pasir Upacara Adat Kasada yang terkenal
Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang Desa Ngadas , Kecamatan Sukapura
Wisata air terjun
Melihat matahari terbit Menikmati keindahan alam jajaran Pegunungan Bromo Menikmati keindahan padang savana Berkuda Melihat upacara adat masyarakat suku Tengger Berkemah Berenang Menikmati pemandangan alam
Danau Ronggojalu
Desa Banjarsawah, Kecamatan Tegalsiwalan
Wisata danau
Pantai Bentar Indah
Desa Curahsawo, Kecamatan Gending
Wisata bahari dan keindahan hutan mangrove
Pulau Gili Ketapang
Desa Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih
Perkebunan Teh Andung Biru
Desa Andung Biru, Kecamatan Tiris
Ranu Agung
Desa Ranu Agung, Kecamatan Tiris Desa Segaran, Kecamatan Tiris
Terumbu karang dan wisata bahari serta wisata budaya Kampung Nelayan Keindahan, keasrian suasana perkebunan teh ataran tinggi Wisata danau alam
Air Terjun Madakaripura Gua Lawa
Ranu Segaran
Arung Jeram Sungai Pekalen
Air Terjun Kali Pedati Suaka Margasatwa
Desa Pesawahan, Kecamatan Tiris ; Desa Condong, Kecamatan Gading Kecamatan Krucil Kecamatan Krucil
Gua sebagai sarang kelelawar
Wisata danau alam Wisata alam minat khusus untuk arena olahraga arung jeram Wisata alam air terjun Potensi wisata alam terbatas
Menikmati keindahan gua Menikmati suasana pertanian dan perkebunan Melihat kelelawar Berenang Memancing Berperahu Melihat pemandangan danau Event khusus seperti pagelaran musik Berenang Memancing Berperahu Melihat pemandangan pantai Event pariwisata Berenang Memancing Berperahu Melihat pemandangan laut Menyelam Melihat terumbu karang Petik teh Menikmati keindahan pemandangan alam Hiking Menikmati pemandangan alam Berenang
Menikmati pemandangan alam Berenang Memancing Berperahu Olah raga arung jeram Outbond Outdoor management training Night rifting Combat game Ultimate paintball Adventure/touring Berenang Menikmati pemandangan alam Pendakian Ekspedisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-109
Rencana/Bentuk Jenis Wisata
Wisata Buatan
Nama Obyek Wisata Dataran Tinggi Yang
Agrowisata Kokap Agrowisata Desa Bremi
Wisata Budaya
Wisata Desa
Desa Sumberbendo, Kecamatan Sumberasih Desa Bremi, Kecamatan Krucil
Daya Tarik
Melihat keindahan pemandangan alam pegunungan Penelitian
Merupakan desa wisata agro
Menikmati keindahan pemandangan alam khas pegunungan Menikmati pemandangan pertanian, perkebunan warga Melihat pola hidup masyarakat pedesaan Menginap di Pesanggrahan Dewi Rengganis Menikmati pemandangan alam pertanian - perkebunan Wisata agro Melihat pola hidup masyarakat sekitar perkebunan Berenang
Kecamatan Leces
Merupakan wisata agro kebun anggur
Pemandian Tirta Jabung
Desa Jabung, Kecamatan Paiton Desa Jabung, Kecamatan Paiton
Merupakan wisata pemandian Wisata peninggalan sejarah arkeologi jaman Kerajaan Mojopahit Wisata peninggalan sejarah Merupakan salah satu desa wisata Merupakan tempat wisata untuk melihat pemandangan Gunung Bromo dengan fasilitas Gardu Pandang Penanjakan II Suatu perkampungan dengan mayoritas penduduknya sebagai nelayan Wisata
Candi Jabung
Candi Kedaton
Kecamatan Krucil
Desa Wisata Segaran
Desa Segaran, Kecamatan Tiris Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura
Kampung Nelayan Gili Ketapang
Pulau Gili Ketapang
Pondok
Kecamatan
Rencana Kegiatan Wisata
: Danau Taman Hidup, Puncak Gunung Argopuro, Reruntuhan Makam Dewi Rengganis, dan Padang Rumput Sikasur Wisata buatan agrowisata
Agrowisata Anggur
Desa Wisata Dusun Seruni
Wisata Religi
Lokasi
Berenang Memancing Bermain di arena playground
Melihat pemandangan candi Penelitian
Melihat pemandangan candi Penelitian Melihat atraksi wisata yang dimiliki oleh masyarakat sekitar Melihat akrivitas masyarakat desa di sekitar Gunung Bromo Melihat budaya/kegiatan adat masyarakat sekitar Melihat pemandangan laaalam dengan fasilitas Gardu Pandang Penanjakan II Melihat pola hidup masyarakat nelayan Melihat budaya masyarakat sekitar
Melihat pola hidup dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-110
Rencana/Bentuk Jenis Wisata
Nama Obyek Wisata Pesantren
Lokasi
Daya Tarik
Kraksaan, Kecamatan Pajarakan, Kecamatan Paiton
religi/keagam aan berupa pondok pesantren
Miniatur Ka’bah
Desa Curahsawo, Kecamatan Gending
Wisata Pendidikan
PLTU Paiton
Kecamatan Paiton
Merupakan miniatur ka’bah sebagai salah satu tempat wisata religi yang terdapat di Kabupaten Probolinggo Wisata pendidikan di kompleks pembangkit listrik
Wisata Konvensi/Belanja
Kerajinan Keramik, Lampu Hias; Souvenir bebahan serangga yang diawetkan Pasar Buah
Desa Laweyan, Kecamatan Sumberasih; Desa Bremi, Kecamatan Krucil
Produk khas masyarakat Kabupaten Probolinggo
Kecamatan Kraksaan
Makanan Khas (Soto Kraksaan)
Kecamatan Kraksaan
Anggur dan Mangga sebagai produk unggulan Makanan khas Kabupaten Probolinggo
Rencana Kegiatan Wisata aktivitas para santri di pondok pesantren Mielihat kegiatan ritual keagamaan yang dilakukan para santri pada saat hari-hari besar keagamaan Penelitian, studi Sebagai tempat latihan bagi masyarakat yang akan melaksanakan haji
Menikmati pemandangan alam daerah pesisir pantai paiton Wisata pendidikan dan industri Melihat pola pembangkit listrik Wisata alam bahari pesisir paiton Melihat proses pembuatan hasil kerajinan
Melihat dan membeli hasil buah-buahan
Melihat proses pembuatan dan membeli makanan khas Kabupaten Probolinggo
Sumber: Revisi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Probolinggo dan Hasil Rencana, Tahun 2009
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-111
Peta 4.18 Rencana Pelayanan Pariwisata
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-112
Peta 4.19 Peta Rencana Lokasi Pengembangan Kawasan Pariwisata
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-113
4.2.9 Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan permukiman meliputi kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal. Kawasan permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni permukiman perdesaan dan perkotaan, untuk Kabupaten Probolinggo terdapat juga permukiman pesisir. Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria: Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana; Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung. Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi: Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadikan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman; Setiap
kawasan
permukiman
dilengkapi
dengan
sarana
dan
prasarana
permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing; Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai; Perkotaan besar dan menengah penyediaan permukiman selain disediakan oleh pengembang dan masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan kasiba/lisiba berdiri sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan pengembangan perumahan secara vertikal; Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan; Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha; Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil, permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil pertanian; Membentuk klaster-klaster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara klaster permukiman disediakan ruang terbuka hijau (RTH); dan Pengembangan
permukiman
kawasan
khusus
seperti
penyediaan
tempat
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-114
peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan sesuai dengan rencana tata ruang. Sedangkan pengembangan permukiman untuk kawasan pantai direncanakan dengan mengacu pada arahan criteria lokasi sebagai berikut: Bebas dari pencemaran/polusi air, udara dan suara Memiliki kemudahan akses untuk air bersih Memiliki aksesibilitas yang tinggi dengan kegiatan lain Tidak berada di bawah permukaan air laut Mudah dan aman dalam mencapai tempat kerja Memiliki kemiringan tanah rata-rata >15% Memberikan kemungkinan untuk pengembangan pembangunan 4.2.9.1 Peruntukan Permukiman Perkotaan Kawasan permukiman perkotaan adalah merupakan pusat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perkotaan, jumlah penduduk yang padat menduduki lahan yang retatif sempit dan dinamika kehidupan yang retatif tinggi dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Penggunaan lahan perkotaan (urban) termasuk didalamnya penggunaan lahan untuk perumahan/permukiman, kegiatan perdagangan/jasa, perusahaan/ industri dan fasilitas sosial yang terletak di kota kabupaten maupun kota-kota kecamatan. Kawasanpermukiman perkotaan ini diarahkan pada ibu kota kecamatan yang ada di Kabupaten Probolinggo.Terkait dengan permukiman perkotaan di Kabupaten Probolinggo, rencana penataan dan pengembangannya sebagai berikut : Seiring dengan pengembangan Perkotaan Kraksaan sebagai ibukota Kabupaten Probolinggo, maka permukiman di perkotaan Kraksaan ini akan meningkat pesat, sehingga perlu peningkatan kualitas permukiman melalui penyediaan infrastruktur yang memadai pada permukiman padat, penyediaan perumahan baru, dan penyediaan Kasiba-Lisiba Berdiri Sendiri. Pada setiap kawasan permukiman disediakan berbagai fasilitas yang memadai sehingga menjadi permukiman yang layak dan nyaman untuk dihuni; Pengembangan pusat permukiman baru di sekitar gerbang tol dan perkotaan sekitarnya terutama di Tongas, Gending dan Paiton, juga pengembangan di sekitar pesisir Utara akibat adanya Rencana pembangunan jalan TOL Pasuruan – Banyuwangi yang yang melintasi wilayah Kabupaten Probolinggo. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-115
Permukiman perkotaan yang merupakan
bagian
dari
ibukota kecamatan
pengembangannya adalah untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni; Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak,
saluran
pembuangan
air
hujan,
pengadaan
sarana
lingkungan,
pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan air bersih; Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan penyediaan infrastruktur
yang
memadai,
seperti
penyediaan
jaringan
drainase
dan
pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan sistem sanitasi yang baik. Kawasan opermukiman baru harus menghindari pola enclove; serta Pada kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno, bangunan tersebut harus dilestarikan dan dipelihara; Selanjutnya bangunan dapat dialihfungsikan asalkan tidak merusak bentuk dan kondisi bangunannya. Luas rencana permukiman perkotaan di Kabupaten Probolinggo seluas 4.715,23 Ha. 4.2.9.2 Peruntukan Permukiman Perdesaan Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada, kawasan dengan ciri dan karakteristik Sifat dan karakteristik lingkungan permukiman yang masih mencirikan tata dan lingkungan kehidupan rural. Luas penggunaan ruang untuk perumahan di lingkungan permukiman pedesaan ini adalah 500 m 2. Interaksi pergerakan di lingkungan permukiman masih rendah dan sangat dipengaruhi oleh interaksi hubungan eksternal. Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Probolinggo terletak di pergunungan dan dataran tinggi, dataran rendah, dan di pesisir. Setiap lokasi memiliki karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter masingmasing. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah pegunungan dan dataran tinggi kegiatan, pengembangan permukiman diarahkan pada pertanian tanaman keras, perkebunan dan sebagian hortikultura, dan pariwisata. Kawasan ini terdapat di Kecamatan Krucil, Kecamatan Tiris, Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber, Kecamatan
Lumbang dan Kecamatan
Kuripang. Pada
kawasan ini
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-116
perkembangan permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah, umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campur, termasuk peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan pertanian menjadi kawasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan pengembangan untruk kawasan terbangun. Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil. Kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan, yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Kawasan agropolitan di Kabupaten Probolinggo adalah di Kecamatan Tiris, Kecamatan Krucil, Kecamatan Gading, Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber, Kecamatan Lumbang, dan Kecamatan Tongas. Untuk rencana permukiman perdesaan di Kabupaten Probolinggo direncanakan seluas 12.052,56 Ha. Sedangkan berdasarkan arahan rencana pengembangan permukiman (RP4D) Kabupaten Probolinggo, terdapat tiga pokok rencana yang dikembangkan untuk aspek permukiman, yaitu: 1.
Rencana pengembangan kawasan permukiman baru Jika dilihat dari penambahan dan persebaran penduduk, maka dibutuhkan
adanya pengembangan kawasan permukiman baru untuk menampung pertambahan jumlah penduduk. Selain penambahan jumlah penduduk, perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan juga didukung beberapa faktor lain antara lain kesiapan lahan kesesuaian peruntukan dan daya dukung lahan, jaminan ketersediaan air, terbentuknya kelompok pendukung pembangunan perumahan dan permukiman yang tidak hanya mendukung usaha peningkatan kualitas lingkungan hidup, namun juga usaha peningkatan kesehatan masyarakat, serta sasaran strategis yang telah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-117
disepakati. Pembangunan di sektor perumahan rakyat berdasarkan tingkat kesesuaian lahan tersebut akan diprioritaskan di Kecamatan Tongas, Kecamatan Sumberasih, Kecamatan Gending dan Kecamatan Pajarakan. Kegiatan pembangunan perumahan dan permukiman dilakukan dengan melakukan pengelolaan antara lain berupa pembentukan kelompok swadaya masyarakat dalam pembangunan dan perbaikan permukiman terutama di pinggiran kota dan di desa-desa, pengetatan dan pelarangan pembangunan permukiman formal oleh pengembang di kawasan lahan produktif serta penentuan kawasan-kawasan untuk perumahan di lahan-lahan tidak produktif. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kecamatan Tongas, Sumberasih, Gending dan Pajakan direncanakan sesuai dengan arahan di dalam RP4D Kabupaten Probolinggo untuk empat kecamatan ini. Arahan utamanya terbagi menjadi lima aspek, yaitu: Perlindungan terhadap kawasan pesisir sehingga pengembangan permukiman dibatasi dan diarahkan secara intensif, Peningkatan kualitas kawasan permukiman dari penyediaan prasarana dan sarana dasarnya, peremajaan dan relokasi kawasan permukiman kumuh yang berada di atas tanah ilegal, Pengembangan kawasan permukiman baru, dan Pengembangan kawasan unggulan perdesaan sebagai kawasan terpilih pusat pengembangan. 2.
Rencana Pengembangan dan Peningkatan Jaringan Sarana dan Prasarana Dasar Rencana pengembangan jaringan sarana dan prasarana dasar perumahan dan
permukiman
meliputi
ketersediaan
peribadatan,
perekonomian,
kegiatan
sarana/fasilitas sosial,
sarana
pendidikan, pelayanan
kesehatan, umum
dan
transportasi. 3.
Rencana Peningkatan Kualitas Permukiman (Rehabilitasi, Revitalisasi, Refungsi, Peremajaan, Pebaikan) Di dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Probolinggo terindikasi bahwa penambahan dan penyebaran penduduk mengakibatkan pemadatan di wilayah Utara, Tengah dan Barat. Oleh karena itu rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman baru akan berada pada wilayah tersebut.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-118
Perbaikan permukiman melalui Program Peremajaan Kampung (PPK) dilakukan pada desa-desa yang mempunyai kepadatan bangunan di atas 250 bangunan/Ha. Disamping itu juga diperuntukkan bagi kawasan yang belum atau kurang dilengkapi oleh prasarana dasar (jalan belum diperkeras, akses air bersih sangat jauh/tidak tersedia, tidak ada drainase, pengumpul dan pengolah air limbah, persampahan) dan sarana dasar (gedung sekolah, balai kesehatan, bangunan ibadah, sarana olah raga dan bermain). Berdasarkan kriteria tersebut rencana perbaikan permukiman perlu dilaksanakan di Desa Bayeman (56,07 Ha) dan Desa Tongas Wetan (59,20 Ha) Kec. Tongas; Desa Laweyan (22 Ha), Desa Giliketapang (13 Ha) dan Desa Jangur (23 Ha) di Kecamatan Sumberasih; Desa Sebaung (42 Ha) di Kecamatan Gending; dan Desa Pajarakan
Kulon
(30,71
Ha)
di
Kecamatan
Pajarakan.
Namun
yang
perlu
diprioritaskan adalah pada Desa Giliketapang (Kec. Sumberasih) yang memiliki kepadatan tertinggi (116 rumah/Ha). Kegiatan PPK direncanakan selain untuk menata kembali permukiman yang ada, juga dimaksudkan dapat mempertahankan karakteristik tatanan permukiman tradisional khususnya pada permukiman nelayan masyarakat Madura yang ada (cluster shape dari Tanean Lanjeng). Alternatif peremajaan kampung dilakukan dengan penataan kembali permukiman yang kumuh pada lahan-lahan dengan status bukan hak milik (tetapi merupakan tanah negara) untuk meningkatkan status lahan dan hunian agar diperoleh kualitas ruang luar yang dapat dipergunakan untuk aktifitas sosial, fasilitas parkir, tempat bermain anak, dan seterusnya, serta untuk membatasi perkembangan kepadatan bangunan dengan cara vertikal (Rumah Susun). Lisiba yang disiapkan untuk Program Peremajaan maupun Relokasi di Kecamatan Tongas, dan Sumberasih disiapkan tidak jauh dari lokasi awal mereka. Untuk itu Pemerintah Daerah menyiapkan terlebih dahulu lahan untuk relokasi sehingga siap prasarana dasarnya. Lokasi Lisiba tersebut berada di dalam atau sekitar Desa Dungun dan Curah Dringu (Kecamatan Tongas); Desa Jangur, Muneng dan Muneng Kidul (Kecamatan Sumberasih). Kualitas rumah tidak hanya ditinjau dari fisiknya saja. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai kualitas kondisi fisik bangunan rumah meliputi aspek kondisi rumah, kondisi lantai, kondisi ventilasi, genangan air hujan/air kotor, kepadatan hunian, kepadatan bangunan dan pembagian ruang. Kriteria kualitas buruk dan sedang yang perlu ditingkatkan serta bangunan yang telah berkualitas baik dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-119
Tabel 4.21 Kriteria Kualitas Kondisi Rumah Kriteria 1. Kondisi Rumah
2. Kondisi Lantai
Buruk Cepat lapuk/rusak, tidak terawatt, tidak tahan cuaca, nonpermanen, umur2-3 tahun Tanah, lembab
Sedang Mudah rusak, dirawat/diganti, tidak tahan cuaca, semi permanen, umur 4-8 tahun Sebagian siplester/dikeramik JEndela hanya satu sisi tiap ruangnya Sebagian halaman tergenang, cepat surut Antara 60%-70% terbangun
Baik Awet, dirawat, tahan cuaca, permanen, umur 915 tahun
3. Kondisi Ventilasi
Tidak ada jendela
4. Genangan air hujan/kotor 5. Kepadatan bangunan (luas rumah/halaman) (%) 6. Pembagian ruang
Seluruh halaman tergenang, lama surut Diatas 70% halaman terbangun Semua aktivitas dilakukan dalam 1 ruang
Ada ruang serbaguna (ruang tamu=ruang tidur)
Ada sendiri-sendiri untuk tiap-tiap kegiatan Diatas 6 (m2/org)
7. Kepadatan hunian (luas rumah per orang) (m2/org)
Kurang dari 4 m2/org
Antara 4-6 m2/org
Lantai dikeramik Ada jendela di kedua sisi ruang Tidak ada genangan Kurang dari 60% terbangun
Sumber: RP4D Kabupaten Probolinggo Tahun 2007
Salah satu upaya pengembangan permukiman perdesaan melalui Penetapan Orde Kawasan Pemukiman Perdesaan. Desa-desa yang direncanakan menjadi desa unggulan dikembangkan melalui program KTP2D, sehingga prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh desa-desa hinterlandnya dapat terpenuhi dengan jangkauan yang layak. Adapun desa-desa yang dikembangkan tersebut meliputi: Kecamatan Tongas
:
Desa-desa Bayeman, Tongas Wetan, Dungun, Curah Dringu;
Kecamatan Sumberasih
:
Desa-desa Muneng Kidul, Laweyan, Sumurmati;
Kecamatan Gending
:
Desa-desa
Pajurangan,
Randupitu,
Pilatan,
Sumberkerang; Kecamatan Pajarakan
:
Desa-desa Pajarakan Kulon, Tanjung, Karanggeger
Lebih jelasnya lihat Peta 4.22. tentang Rencana desa unggulan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-120
Peta 4.20 Rencana Peruntukan Permukiman
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-121
Peta 4.21 Rencana Pengembangan Desa Unggulan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-122
4.2.9.3 Rencana Fasilitas Pendukung Permukiman Untuk pengembangan jaringan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman dilengkapi pula dengan ketersediaan sarana/fasilitas perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, peribadata dan fasilitas lainnya. A. Rencana Fasilitas Perdagangan dan Jasa Rencana pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa pada wilayah Kabupaten Probolinggo dilakukan dengan menyesuaikan pada prospek wilayah dan target pengembangan wilayah. 1. Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Pusat Kegiatan Lokal Untuk wilayah PKL/PKLp, pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa diarahkan pada fasilitas yang memiliki skala pusat pelayanan yang mampu mendukung aktivitas ekonomi bagi wilayah pendukungnya. Bentuk fasilitas yang dikembangkan antara lain : Pasar induk dengan skala pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan primer. Pertokoan dengan skala pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier. Fasilitas jasa yang mencakup fasilitas perbengkelan, bank, hotel, agen wisata, dan pegadaian. 2. Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Pusat Kegiatan Lokal promosi Pengembangan fasilitas dikembangkan untuk melayani kebutuhan penduduk skala kecamatan serta untuk membantu pengembangan potensi ekonomi yang diwilayah kecamatan. Pengembangan fasilitas dalam skala perkotaan meliputi : Pengembangan fasilitas perdagangan untuk mendukung pengembangan sentra industri seperti pasar lokal, toko, supermarket. Pengembangan
fasilitas
jasa
yang
mencakup
fasilitas
perbengkelan,
koperasi, reparasi barang elektronik, usaha fotocopy, salon. 3. Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Pusat Pelayanan Kawasan Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa untuk wilayah PPK diarahkan pada pengembangan fasilitas yang mampu melayani kebutuhan masyarakat seharihari. Fasilitas perdagangan dan jasa yang dikembangkan antara lain: Fasilitas perdagangan yang melayani kebutuhan masyarakat sehari-hari seperti toko bahan pokok, warung, kios. Pengembangan fasilitas jasa seperti KUD, persewaan alat pesta, fasilitas kredit, salon.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-123
Tabel 4.22 Rencana Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2029 KEBUTUHAN FASILITAS PERDAGANGAN DAN JASA PADA TAHUN PERENCANAAN
JUMLAH PENDUDUK (JIWA) NO
KECAMATAN
2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
TOKO/WARUNG
Sukapura Sumber Kahuripan Bantaran Leces Tegalsiwalan Batuanyar Tiris Krucil Gading Pakuniran Kotaanyar Paiton Besuk Kraksaan Krajengan Pajarakan Maron Gending Dringu Wonomerto Lumbang Tongas Sumberasih JUMLAH
2019
2024
2029
21,915 23,508 25,216 27,049 28,901 31,751 34,883 38,323 32,191 34,222 36,381 38,677 45,726 49,985 54,639 59,728 63,989 73,427 84,256 96,682 37,723 39,870 42,139 44,538 62,766 73,889 86,948 102,400 70,690 77,858 85,753 94,448 59,425 67,443 76,542 86,868 55,054 59,799 64,952 70,549 57,442 73,012 92,803 117,958 43,335 51,207 60,509 71,501 89,982 117,254 152,791 199,099 51,710 56,833 62,462 68,649 78,567 94,878 114,575 138,362 45,446 53,593 63,201 74,532 36,488 40,785 45,588 50,958 73,838 86,458 101,235 118,538 44,365 48,654 53,356 58,514 62,229 75,233 90,955 109,963 51,832 67,974 89,144 116,907 32,672 34,177 35,751 37,398 74,328 85,759 98,949 114,167 75,329 94,732 119,131 149,815 1,295,943 1,512,301 1,772,159 2,085,623
2014
2019
2024
PERTOKOAN
2029
2014
2019
PUSAT PERTOKOAN+PASAR LINGKUNGAN
2024
2029
2014
2019
2024
PUSAT PERBELANJAAN DAN NIAGA
2029
2014
2019
2024
2029
88
94
101
108
4
4
4
5
1
1
1
1
0
0
0
0
116
127
140
153
5
5
6
6
1
1
1
1
0
0
0
0
129
137
146
155
5
6
6
6
1
1
1
1
0
0
0
0
183
200
219
239
8
8
9
10
2
2
2
2
0
0
0
0
256
294
337
387
11
12
14
16
2
2
3
3
1
1
1
1
151
159
169
178
6
7
7
7
1
1
1
1
0
0
0
0
251
296
348
410
10
12
14
17
2
2
3
3
1
1
1
1
283
311
343
378
12
13
14
16
2
3
3
3
1
1
1
1
238
270
306
347
10
11
13
14
2
2
3
3
0
1
1
1
220
239
260
282
9
10
11
12
2
2
2
2
0
0
1
1
230
292
371
472
10
12
15
20
2
2
3
4
0
1
1
1
173
205
242
286
7
9
10
12
1
2
2
2
0
0
1
1
360
469
611
796
15
20
25
33
3
4
5
7
1
1
1
2
207
227
250
275
9
9
10
11
2
2
2
2
0
0
1
1
314
380
458
553
13
16
19
23
3
3
4
5
1
1
1
1
182
214
253
298
8
9
11
12
2
2
2
2
0
0
1
1
146
163
182
204
6
7
8
8
1
1
2
2
0
0
0
0
295
346
405
474
12
14
17
20
2
3
3
4
1
1
1
1
177
195
213
234
7
8
9
10
1
2
2
2
0
0
0
0
249
301
364
440
10
13
15
18
2
3
3
4
1
1
1
1
207
272
357
468
9
11
15
19
2
2
3
4
0
1
1
1
131
137
143
150
5
6
6
6
1
1
1
1
0
0
0
0
297
343
396
457
12
14
16
19
2
3
3
4
1
1
1
1
301
379
477
599
13
16
20
25
3
3
4
5
1
1
1
1
5,184
6,049
7,089
8,342
216
252
295
348
43
50
59
70
11
13
15
17
Sumber : Hasil Analisa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
B. Rencana Fasilitas Pendidikan Rencana fasilitas pendidikan didasarkan pada prosentase penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan, diketahui bahwa 30.62 % penduduk di Kabupaten Probolinggo hanya menamatkan pendidikan SD atau sederajat, 9.12% merupakan lulusan SLTP atau sederajat, 5.68 % merupakan lulusan SLTA atau sederajat, serta 0.81% merupakan lulusan akademik atau perguruan tinggi. Dilihat dari perkembangan potensi dan prospek pengembangan wilayah sebagai kawasan prioritas pertambangan, perindustrian, pertanian dan perkebunan, maka pendidikan kejuruan perlu lebih ditingkatkan untuk menciptakan tenaga kerja yang siap pakai dan memiliki ketrampilan khusus. Akan tetapi jika dilihat dari banyaknya jumlah fasilitas pendidikan SLTA dan kejuruan yang ada saat ini masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 30 % dari jumlah sekolah yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo, maka perlu dilakukan pengembangan sektor pendidikan SLTA dan jenjang kejuruan mengingat terdapat beberapa wilayah yang memiliki potensi tetapi belum memiliki sumberdaya manusia yang memadai. Untuk kedepannya, orientasi pergerakan penduduk dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan pada tingkat TK, SD, dan SMP diarahkan akan terlayani pada lingkup wilayah kecamatan, untuk tingkat SMA orientasi pergerakan penduduk diarahkan ke wilayah pusat pelayanan. Secara keseluruhan, orientasi pengembangan fasilitas pendidikan yang dikembangkan di Kabupaten Probolinggo diupayakan sebagai berikut : 1. Fasilitas Pendidikan di PKL/PKLp Pengembangan fasilitas pendidikan pada pengembangan sekolah-sekolah unggulan Pengembangan fasilitas pendukung seperti perpustakaan utama skala regional. Pengembangan fasilitas pendidikan untuk sekolah-sekolah khusus seperti Sekolah Luar Biasa dan Pondok Pesantren. 2. Fasilitas Pendidikan di wilayah Perkotaan Pengembangan fasilitas pendidikan pada wilayah perkotaan diarahkan pada pengembangan fasilitas penddidikan sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, serta sekolah-sekolah kejuruan berbasis potensi daerah. Pengembangan perpustakaan skala kota. 3. Fasilitas Pendidikan di Wilayah pedesaan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-125
Pengembangan fasilitas pendidikan untuk wilayah perdesaan diarahkan untuk pengembangan fasilitas pendidikan tingkat sekolah dasar serta tingkat pra sekolah. Untuk mendukung kegiatan pendidikan di wilayah perdesaan, diperlukan pengembangan fasilitas perpustakaan skala desa. C. Rencana Fasilitas Kesehatan Rencana fasilitas pendidikan didasarkan orientasi pergerakan penduduk dalam pelayanan kesehatan diarahkan mengikuti skala pelayanan dari fasilitas kesehatan yang ada. Untuk pelayanan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, praktek dokter dan lainnya, penduduk Kabupaten Probolinggo akan bergerak pada wilayahnya masingmasing hingga pada wilayah pusat Kecamatan. Sementara untuk memperoleh pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Bersalin, penduduk akan bergerak menuju pusat pelayanan SSWP hingga pada wilayah Ibukota Kabupaten, bahkan pada wilayah di luar Kabupaten Probolinggo seperti Kota Lamongan dan Bojonegoro. 1. Fasilitas Kesehatan di PKL dan PKLp Pengembangan Rumah Sakit tipe C untuk PKLp dan Rumah Sakit tipe B di Kecamatan Kraksaan sebagai Ibukota Kabupaten dan PKL. Pengembangan fasilitas kesehatan untuk wilayah PKLp diarahkan untuk pengembangan fasilitas Puskesmas yang memiliki peralatan yang lengkap, tenaga medis yang memadai, memiliki fasilitas rawat inap. Selain puskesmas pusat, fasilitas lain yang perlu dikembangkan adalah apotik, praktek dokter, serta rumah sakit bersalin. 2. Fasilitas Kesehatan di Pusat Pelayanan Kecamatan/PPK Pada wilayah perkotaan, pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan untuk pengembangan fasilitas kesehatan puskesmas utama dengan fasilitas pendukung yang ideal berupa ruang rawat inap, rumah sakit bersalin, praktek dokter, serta apotik. 3. Fasilitas Kesehatan di Wilayah perdesaan Pengembangan fasilitas kesehatan untuk wilayah perdesaan diarahkan untuk pengembangan fasilitas puskesmas pembantu, posyandu, praktek dokter, praktek bidan, serta peningkatan toko-toko obat. D. Fasilitas Peribadatan Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan kegiatan ibadah, maka diperlukan pengembangan fasilitas peribadatan. Analisis pengembangan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-126
fasilitas peribadatan disesuaikan dengan jumlah penduduk pendukung dalam suatu wilayah. Pengembangan fasilitas peribadatan di Kabupaten probolinggo diarahkan pada pengembangan menurut pelayanan perwilayahan sehingga distribusi pelayanan dari fasilitas tersebut dapat merata. 1. Fasilitas Peribadatan di Pusat Pelayanan/PKL Analisis
pengembangan
fasilitas
peribadatan
yang
diarahkan
pada
pengembangan fasilitas peribadatan yang memberi pelayanan untuk skala wilayah regional dengan fasilitas pengembangan berupa masjid utama/besar, islamic centre gereja, pura dan vihara. 2. Fasilitas Peribadatan di Pusat Pelayanan Kecamatan (PKLp dan PPK) Pengembangan fasilitas peribadatan untuk skala pelayanan kecamatan disesuaikan
dengan
jumlah
penduduk
pendukung
pada
setiap
kecamatan.
Pengembangan fasilitas peribadatan tersebut mencakup pengembangan fasilitas masjid. Untuk penyediaan fasilitas gereja, pura dan vihara, disesuaikan dengan jumlah penduduk pendukungnya. Jika dalam perkembangannya terdapat jumlah pendukung yang belum memadai maka perlu dilakukan pengembangan fasilitas peribadatan. 3. Fasilitas Peribadatan di Wilayah pedesaan Pengembangan fasilitas peribadatan untuk wilayah pelayanan perdesaan diarahkan untuk pengembangan fasilitas berupa masjid untuk skala pelayanan kelurahan/desa, dan musholla.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-127
Tabel 4.23 Jumlah Kebutuhan fasilitas Kesehatan Di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2029 NO
2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sukapura Sumber Kahuripan Bantaran Leces Tegalsiwalan Batuanyar Tiris Krucil Gading Pakuniran Kotaanyar Paiton Besuk Kraksaan Krajengan Pajarakan Maron Gending Dringu Wonomerto Lumbang Tongas Sumberasih JUMLAH
JUMLAH FASILITAS KESEHATAN PADA TAHUN PERENCANAAN
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
KELURAHAN
2019
2024
POSYANDU
2029
21,915 23,508 25,216 27,049 28,901 31,751 34,883 38,323 32,191 34,222 36,381 38,677 45,726 49,985 54,639 59,728 63,989 73,427 84,256 96,682 37,723 39,870 42,139 44,538 62,766 73,889 86,948 102,400 70,690 77,858 85,753 94,448 59,425 67,443 76,542 86,868 55,054 59,799 64,952 70,549 57,442 73,012 92,803 117,958 43,335 51,207 60,509 71,501 89,982 117,254 152,791 199,099 51,710 56,833 62,462 68,649 78,567 94,878 114,575 138,362 45,446 53,593 63,201 74,532 36,488 40,785 45,588 50,958 73,838 86,458 101,235 118,538 44,365 48,654 53,356 58,514 62,229 75,233 90,955 109,963 51,832 67,974 89,144 116,907 32,672 34,177 35,751 37,398 74,328 85,759 98,949 114,167 75,329 94,732 119,131 149,815 1,295,943 1,512,301 1,772,159 2,085,623
2014
2019
BALAI PENGOBATAN WARGA
2024
2029
2014
BKIA/KLINIK BERSALIN
PUSKESMAS PEMBANTU
2019
2024
2029
2014
2019
2024
2029
2014
2019
2024
PUSKESMAS
APOTIK/RUMAH OBAT
2019
2024
18
19
20
22
9
9
10
11
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
23
25
28
31
12
13
14
15
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
26
27
29
31
13
14
15
15
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
37
40
44
48
18
20
22
24
2
2
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
2
2
51
59
67
77
26
29
34
39
2
2
3
3
0
0
0
0
1
1
1
1
2
2
3
3
30
32
34
36
15
16
17
18
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
50
59
70
82
25
30
35
41
2
2
3
3
0
0
0
0
1
1
1
1
2
2
3
3
57
62
69
76
28
31
34
38
2
3
3
3
0
0
0
0
1
1
1
1
2
3
3
3
48
54
61
69
24
27
31
35
2
2
3
3
0
0
0
0
0
1
1
1
2
2
3
3
44
48
52
56
22
24
26
28
2
2
2
2
0
0
0
0
0
0
1
1
2
2
2
2
46
58
74
94
23
29
37
47
2
2
3
4
0
0
0
0
0
1
1
1
2
2
3
4
35
41
48
57
17
20
24
29
1
2
2
2
0
0
0
0
0
0
1
1
1
2
2
2
72
94
122
159
36
47
61
80
3
4
5
7
0
0
0
0
1
1
1
2
3
4
5
7
41
45
50
55
21
23
25
27
2
2
2
2
0
0
0
0
0
0
1
1
2
2
2
2
63
76
92
111
31
38
46
55
3
3
4
5
0
0
0
0
1
1
1
1
3
3
4
5
36
43
51
60
18
21
25
30
2
2
2
2
0
0
0
0
0
0
1
1
2
2
2
2
29
33
36
41
15
16
18
20
1
1
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
2
2
59
69
81
95
30
35
40
47
2
3
3
4
0
0
0
0
1
1
1
1
2
3
3
4
35
39
43
47
18
19
21
23
1
2
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
2
2
50
60
73
88
25
30
36
44
2
3
3
4
0
0
0
0
1
1
1
1
2
3
3
4
41
54
71
94
21
27
36
47
2
2
3
4
0
0
0
0
0
1
1
1
2
2
3
4
26
27
29
30
13
14
14
15
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
59
69
79
91
30
34
40
46
2
3
3
4
0
0
0
0
1
1
1
1
2
3
3
4
60
76
95
120
30
38
48
60
3
3
4
5
0
0
0
0
1
1
1
1
3
3
4
5
1,037
1,210
1,418
1,668
518
605
709
834
43
50
59
70
0
0
0
0
11
13
15
17
43
50
59
70
Sumber : Hasil Rencana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
2029 2014 2019
2024 2029 2014
2029
Tabel 4.24 Rencana Jumlah Fasilitas Pendidikan Tahun 2014-2029 NO
Tahap I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sukapura Sumber Kahuripan Bantaran Leces Tegalsiwalan Batuanyar Tiris Krucil Gading Pakuniran Kotaanyar Paiton Besuk Kraksaan Krajengan Pajarakan Maron Gending Dringu Wonomerto Lumbang Tongas Sumberasih JUMLAH
JUMLAH FASILITAS PENDIDIKAN PADA TAHUN PERENCANAAN
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
KECAMATAN
Tahap 2
Tahap 3
TK Tahap 4
21,915 23,508 25,216 27,049 28,901 31,751 34,883 38,323 32,191 34,222 36,381 38,677 45,726 49,985 54,639 59,728 63,989 73,427 84,256 96,682 37,723 39,870 42,139 44,538 62,766 73,889 86,948 102,400 70,690 77,858 85,753 94,448 59,425 67,443 76,542 86,868 55,054 59,799 64,952 70,549 57,442 73,012 92,803 117,958 43,335 51,207 60,509 71,501 89,982 117,254 152,791 199,099 51,710 56,833 62,462 68,649 78,567 94,878 114,575 138,362 45,446 53,593 63,201 74,532 36,488 40,785 45,588 50,958 73,838 86,458 101,235 118,538 44,365 48,654 53,356 58,514 62,229 75,233 90,955 109,963 51,832 67,974 89,144 116,907 32,672 34,177 35,751 37,398 74,328 85,759 98,949 114,167 75,329 94,732 119,131 149,815 1,295,943 1,512,301 1,772,159 2,085,623
SD
SLTP
SLTA
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
22
24
25
27
14
15
16
17
5
5
5
6
5
5
5
6
29
32
35
38
18
20
22
24
6
7
7
8
6
7
7
8
32
34
36
39
20
21
23
24
7
7
8
8
7
7
8
8
46
50
55
60
29
31
34
37
10
10
11
12
10
10
11
12
64
73
84
97
40
46
53
60
13
15
18
20
13
15
18
20
38
40
42
45
24
25
26
28
8
8
9
9
8
8
9
9
63
74
87
102
39
46
54
64
13
15
18
21
13
15
18
21
71
78
86
94
44
49
54
59
15
16
18
20
15
16
18
20
59
67
77
87
37
42
48
54
12
14
16
18
12
14
16
18
55
60
65
71
34
37
41
44
11
12
14
15
11
12
14
15
57
73
93
118
36
46
58
74
12
15
19
25
12
15
19
25
43
51
61
72
27
32
38
45
9
11
13
15
9
11
13
15
90
117
153
199
56
73
95
124
19
24
32
41
19
24
32
41
52
57
62
69
32
36
39
43
11
12
13
14
11
12
13
14
79
95
115
138
49
59
72
86
16
20
24
29
16
20
24
29
45
54
63
75
28
33
40
47
9
11
13
16
9
11
13
16
36
41
46
51
23
25
28
32
8
8
9
11
8
8
9
11
74
86
101
119
46
54
63
74
15
18
21
25
15
18
21
25
44
49
53
59
28
30
33
37
9
10
11
12
9
10
11
12
62
75
91
110
39
47
57
69
13
16
19
23
13
16
19
23
52
68
89
117
32
42
56
73
11
14
19
24
11
14
19
24
33
34
36
37
20
21
22
23
7
7
7
8
7
7
7
8
74
86
99
114
46
54
62
71
15
18
21
24
15
18
21
24
75
95
119
150
47
59
74
94
16
20
25
31
16
20
25
31
1,296
1,512
1,772
2,086
810
945
1108
1304
270
315
369
435
270
315
369
435
Sumber : Hasil Analisa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Tabel 4.25 Rencana Luas Fasilitas Pendidikan Tahun 2014-2029 LUAS FASILITAS PENDIDIKAN PADA TAHUN PERENCANAAN NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
KECAMATAN
Sukapura Sumber Kahuripan Bantaran Leces Tegalsiwalan Batuanyar Tiris Krucil Gading Pakuniran Kotaanyar Paiton Besuk Kraksaan Krajengan Pajarakan Maron Gending Dringu Wonomerto Lumbang Tongas Sumberasih JUMLAH
TK
SD
SLTP
SLTA
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
2.63
2.82
3.03
3.25
4.93
5.29
5.67
6.09
1.23
1.32
1.42
1.52
1.23
1.32
1.42
1.52
3.47
3.81
4.19
4.60
6.50
7.14
7.85
8.62
1.63
1.79
1.96
2.16
1.63
1.79
1.96
2.16
3.86
4.11
4.37
4.64
7.24
7.70
8.19
8.70
1.81
1.92
2.05
2.18
1.81
1.92
2.05
2.18
5.49
6.00
6.56
7.17
10.29
11.25
12.29
13.44
2.57
2.81
3.07
3.36
2.57
2.81
3.07
3.36
7.68
8.81
10.11
11.60
14.40
16.52
18.96
21.75
3.60
4.13
4.74
5.44
3.60
4.13
4.74
5.44
4.53
4.78
5.06
5.34
8.49
8.97
9.48
10.02
2.12
2.24
2.37
2.51
2.12
2.24
2.37
2.51
7.53
8.87
10.43
12.29
14.12
16.63
19.56
23.04
3.53
4.16
4.89
5.76
3.53
4.16
4.89
5.76
8.48
9.34
10.29
11.33
15.91
17.52
19.29
21.25
3.98
4.38
4.82
5.31
3.98
4.38
4.82
5.31
7.13
8.09
9.19
10.42
13.37
15.17
17.22
19.55
3.34
3.79
4.31
4.89
3.34
3.79
4.31
4.89
6.61
7.18
7.79
8.47
12.39
13.45
14.61
15.87
3.10
3.36
3.65
3.97
3.10
3.36
3.65
3.97
6.89
8.76
11.14
14.15
12.92
16.43
20.88
26.54
3.23
4.11
5.22
6.64
3.23
4.11
5.22
6.64
5.20
6.14
7.26
8.58
9.75
11.52
13.61
16.09
2.44
2.88
3.40
4.02
2.44
2.88
3.40
4.02
10.80
14.07
18.33
23.89
20.25
26.38
34.38
44.80
5.06
6.60
8.59
11.20
5.06
6.60
8.59
11.20
6.21
6.82
7.50
8.24
11.63
12.79
14.05
15.45
2.91
3.20
3.51
3.86
2.91
3.20
3.51
3.86
9.43
11.39
13.75
16.60
17.68
21.35
25.78
31.13
4.42
5.34
6.44
7.78
4.42
5.34
6.44
7.78
5.45
6.43
7.58
8.94
10.23
12.06
14.22
16.77
2.56
3.01
3.56
4.19
2.56
3.01
3.56
4.19
4.38
4.89
5.47
6.11
8.21
9.18
10.26
11.47
2.05
2.29
2.56
2.87
2.05
2.29
2.56
2.87
8.86
10.37
12.15
14.22
16.61
19.45
22.78
26.67
4.15
4.86
5.69
6.67
4.15
4.86
5.69
6.67
5.32
5.84
6.40
7.02
9.98
10.95
12.01
13.17
2.50
2.74
3.00
3.29
2.50
2.74
3.00
3.29
7.47
9.03
10.91
13.20
14.00
16.93
20.46
24.74
3.50
4.23
5.12
6.19
3.50
4.23
5.12
6.19
6.22
8.16
10.70
14.03
11.66
15.29
20.06
26.30
2.92
3.82
5.01
6.58
2.92
3.82
5.01
6.58
3.92
4.10
4.29
4.49
7.35
7.69
8.04
8.41
1.84
1.92
2.01
2.10
1.84
1.92
2.01
2.10
8.92
10.29
11.87
13.70
16.72
19.30
22.26
25.69
4.18
4.82
5.57
6.42
4.18
4.82
5.57
6.42
9.04
11.37
14.30
17.98
16.95
21.31
26.80
33.71
4.24
5.33
6.70
8.43
4.24
5.33
6.70
8.43
155.51
181.48
212.66
250.27
291.59
340.27
398.74
469.27
72.90
85.07
99.68
117.32
72.90
85.07
99.68
117.32
Sumber : Hasil Rencana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Tabel 4.26 Jumlah Fasilitas Peribadatan Di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2029 NO
Tahap I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sukapura Sumber Kahuripan Bantaran Leces Tegalsiwalan Batuanyar Tiris Krucil Gading Pakuniran Kotaanyar Paiton Besuk Kraksaan Krajengan Pajarakan Maron Gending Dringu Wonomerto Lumbang Tongas Sumberasih JUMLAH
JUMLAH FASILITAS PERIBADATAN PADA TAHUN PERENCANAAN
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
KELURAHAN
Tahap 2
Tahap 3
Masjid Tahap 4
21,915 23,508 25,216 27,049 28,901 31,751 34,883 38,323 32,191 34,222 36,381 38,677 45,726 49,985 54,639 59,728 63,989 73,427 84,256 96,682 37,723 39,870 42,139 44,538 62,766 73,889 86,948 102,400 70,690 77,858 85,753 94,448 59,425 67,443 76,542 86,868 55,054 59,799 64,952 70,549 57,442 73,012 92,803 117,958 43,335 51,207 60,509 71,501 89,982 117,254 152,791 199,099 51,710 56,833 62,462 68,649 78,567 94,878 114,575 138,362 45,446 53,593 63,201 74,532 36,488 40,785 45,588 50,958 73,838 86,458 101,235 118,538 44,365 48,654 53,356 58,514 62,229 75,233 90,955 109,963 51,832 67,974 89,144 116,907 32,672 34,177 35,751 37,398 74,328 85,759 98,949 114,167 75,329 94,732 119,131 149,815 1,295,943 1,512,301 1,772,159 2,085,623
Tahap I
Tahap 2
Langgar/Musholah
Tahap 3
Tahap 4
Tahap I
Tahap 2
Gereja
Tahap 3
Tahap 4
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
1
1
1
1
4
4
5
5
4
4
4
4
1
1
1
2
5
6
6
7
5
5
6
6
1
1
1
2
6
6
7
7
5
6
6
6
2
2
2
2
8
9
10
11
7
8
9
10
3
3
3
4
12
13
15
17
10
12
14
16
2
2
2
2
7
7
8
8
6
6
7
7
3
3
3
4
11
13
16
18
10
12
14
17
3
3
3
4
13
14
15
17
11
13
14
15
2
3
3
3
11
12
14
16
10
11
12
14
2
2
3
3
10
11
12
13
9
10
10
11
2
3
4
5
10
13
17
21
9
12
15
19
2
2
2
3
8
9
11
13
7
8
10
12
4
5
6
8
16
21
27
36
15
19
25
32
2
2
2
3
9
10
11
12
8
9
10
11
3
4
5
6
14
17
21
25
13
15
18
22
2
2
3
3
8
10
11
13
7
9
10
12
1
2
2
2
7
7
8
9
6
7
7
8
3
3
4
5
13
16
18
21
12
14
16
19
2
2
2
2
8
9
10
11
7
8
9
9
2
3
4
4
11
14
16
20
10
12
15
18
2
3
4
5
9
12
16
21
8
11
14
19
1
1
1
1
6
6
6
7
5
6
6
6
3
3
4
5
13
15
18
21
12
14
16
18
3
4
5
6
14
17
21
27
12
15
19
24
52
60
71
83
233
272
319
375
209
244
286
337
Sumber : Hasil Analisa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Lanjutan.. NO
Tahap I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sukapura Sumber Kahuripan Bantaran Leces Tegalsiwalan Batuanyar Tiris Krucil Gading Pakuniran Kotaanyar Paiton Besuk Kraksaan Krajengan Pajarakan Maron Gending Dringu Wonomerto Lumbang Tongas Sumberasih JUMLAH
JUMLAH FASILITAS PERIBADATAN PADA TAHUN PERENCANAAN
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
KELURAHAN
Tahap 2
Tahap 3
Pura Tahap 4
21,915 23,508 25,216 27,049 28,901 31,751 34,883 38,323 32,191 34,222 36,381 38,677 45,726 49,985 54,639 59,728 63,989 73,427 84,256 96,682 37,723 39,870 42,139 44,538 62,766 73,889 86,948 102,400 70,690 77,858 85,753 94,448 59,425 67,443 76,542 86,868 55,054 59,799 64,952 70,549 57,442 73,012 92,803 117,958 43,335 51,207 60,509 71,501 89,982 117,254 152,791 199,099 51,710 56,833 62,462 68,649 78,567 94,878 114,575 138,362 45,446 53,593 63,201 74,532 36,488 40,785 45,588 50,958 73,838 86,458 101,235 118,538 44,365 48,654 53,356 58,514 62,229 75,233 90,955 109,963 51,832 67,974 89,144 116,907 32,672 34,177 35,751 37,398 74,328 85,759 98,949 114,167 75,329 94,732 119,131 149,815 1,295,943 1,512,301 1,772,159 2,085,623
Vihara
Klenteng
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
3
3
3
3
3
4
4
4
7
8
9
9
4
4
4
5
4
5
5
6
10
11
12
13
4
4
5
5
5
5
6
6
11
12
12
13
6
6
7
7
7
8
8
9
16
17
19
20
8
9
10
12
10
11
13
15
22
25
29
33
5
5
5
6
6
6
7
7
13
14
14
15
8
9
11
13
10
11
13
16
21
25
29
35
9
10
11
12
11
12
13
15
24
26
29
32
7
8
9
11
9
10
12
13
20
23
26
29
7
7
8
9
9
9
10
11
19
20
22
24
7
9
11
15
9
11
14
18
19
25
31
40
5
6
7
9
7
8
9
11
15
17
21
24
11
15
19
25
14
18
24
31
31
40
52
68
6
7
8
8
8
9
10
11
18
19
21
23
10
12
14
17
12
15
18
21
27
32
39
47
6
7
8
9
7
8
10
12
15
18
21
25
5
5
6
6
6
6
7
8
12
14
15
17
9
11
13
15
11
13
16
18
25
29
34
40
5
6
7
7
7
8
8
9
15
17
18
20
8
9
11
14
10
12
14
17
21
26
31
37
6
8
11
14
8
11
14
18
18
23
30
40
4
4
4
5
5
5
6
6
11
12
12
13
9
11
12
14
12
13
15
18
25
29
34
39
9
12
15
19
12
15
18
23
26
32
40
51
160
187
219
258
201
234
275
323
440
513
601
707
Sumber : Hasil Analisa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Tahap I
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
4.2.10 Kawasan Peruntukan Lainnya. 4.2.10.1
Kawasan Peternakan
Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu sentra peternakan ternak besar di Jawa Timur. Jenis ternak yang diusahakan masyarakat mencakup ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak besar dominan terdapat di Kecamatan Bantaran, Kecamatan Tiris, Kecamatan Kucil. Ternak kecil dominan terdapat di Kecamatan Leces dan Kecamatan Tongas. Jenis unggas dominan terdapat di Kecamatan Wonomerto, Kecamatan Tongas dan Kecamatan Sumberasih. Bila melihat pada masing-masing jenis ternak diketahui: Sentra ternak sapi potong tertinggi terdapat di Kecamatan Bantaran Sentra ternak sapi perah tertinggi terdapat di Kecamatan Kucil Sentra ternak domba tertinggi terdapat di Kecamatan Wonomerto Sentra ternak ayam buras hampir merata di seluruh kecamatan Berdasarkan Land System with land suitability and environmental hazards dan peta sistem lahannya menunjukkan bahwa potensi usaha peternakan berada di seluruh kecamatan. Demikian juga dengan hasil analisis perekonomian dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa basis sub sektor peternakan berada di seluruh kecamatan kecuali di Kecamatan Kutipan, Kecamatan Kucil dan Kecamatan Pakuniran. Adapun arahan pengelolaan peternakan di Kabupaten Probolinggo diarahkan sebagai berikut : Meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan mengembangkan padang penggembalaan, dan pada beberapa bagian dapat menyatu dengan kawasan perkebunan atau kehutanan; Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi tersendiri, diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan ternak; Mengembangkan sistem inti - plasma dalam pengembangan peternakan; Mengolah hasil ternak sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi; Pengembangan ternak unggulan yang dimiliki oleh daerah yaitu komoditas ternak yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif; serta Ternak unggas dan ternak lain yang memiliki potensi penularan penyakit pada manusia harus dipisahkan dari kawasan permukiman; Sedangkan
rencana
Pengembangan
Kawasan
Agropolitan
Kabupaten
Probolinggo terkait dengan pengembangan kawasan peternakan adalah sebagai berikut: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-133
Tabel 4.27 Rencana Pengembangan Kawasan Peternakan Kecamatan Tongas
Zona Pusat regional (outlet pemasaran) Pengumpul bahan baku
Lumbang Sumber
Sub sentra pertanian & pariwisata Sub sentra pertanian & pariwisata
Sukapura Dringu
Pengumpul bahan baku
Gading
Sub sentra pertanian & pariwisata Sub sentra pertanian & pariwisata
Krucil
Rencana persiapan infrastruktur pendukung industri pengembangan komoditi potensial kambing dan ayam ras. pembangunan/pengembangan agroindustri didukung oleh KUD, Koptan pengembangan komoditi potensial kambing, sapi, pengembangan komoditi potensial kelinci pengembangan komoditi potensial kuda, kelinci, entok Keberadaan Gn bromo dapat dimanfaatkan outlet pemasaran komoditi unggulan untuk menarik wisatawan. pengembangan komoditi potensial sapi, ayam buras. Komoditi ini masih diusahakan dalam skala kecil oleh masyarakat meningkatkan usaha agroindustri kecil pengembangan komoditi potensial itik, ayam buras penyediaan terminal agribisnis pengembangan komoditi potensial sapi perah, kelinci Keberadaan Gn Arjuno dapat dimanfaatkan outlet pemasaran komoditi unggulan untuk menarik wisatawan.
Sumber: Laporan Pengembangan Kawasan Agropolitan Kab Probolinggo dan hasil Rencana, 2009
Dengan demikian maka kawasan peternakan di Kabupaten Probolinggo dikembangkan berdasarkan potensi yang ada pada daerah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan peternakan diarahkan untuk meningkatkan peran, efisiensi, produktivitas yang berkelanjutan, meningkatkan nilai tambah melalui pengembangan agrobisnis peternakan. Sedangkan rencana kawasan peternakan dapat dilihat pada Peta 4.23.
Gambar 4.22 Komoditi Potensial Sapi Perah di Kec. Krucil
4.2.10.2
Kawasan Pengembangan Sektor Informal
Kawasan khusus untuk pengembangan sektor informal diarahkan pada pengembangan kawasan khusus untuk perdagangan dan jasa. Kawasan perdagangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-134
dan
jasa
tumbuh
perkotaan.Rencana kecenderungan
pesat
disekitar
pengembangan
kawasan
jalur
kawasan
perdagangan-jasa
Pantura
dan
perdagangan yang
telah
pada
pusat-pusat
disesuaikan ada
dan
dengan
kebutuhan
pengembangan sesuai struktur fungsional perkotaan. Kawasan perdagangan dan jasa skala regional untuk melayani wilayah Kabupaten Probolinggo (misalnya pasar induk, show room, mall/ department store, hotel, Jasa Notariat, Money Changer, bank dan sebagainya) diarahkan di Pusat perkotaan Kraksaan yaitu Kelurahan Semampir dan Kelurahan Patokan. Fasilitas regional untuk pelayanan jalur Pantura (misalnya: SPBU, rumah makan, penginapan, perbengkelan dan sebagainya) diarahkan pada perkotaa sepanjang Pantura yaitu: Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Panjaran dan Paiton. Sedangkan di masing-masing kecamatan dikembangkan kawasan perdagangan skala kecamatan pada kawasan perkotaan seperti pasar kecamatan, pasar hewan, SPBU, SPBE, bank/koperasi dan sebaginya. Dalam pengembangan kawasan perdagangan dan jasa perlu diberikan ruang publik, terutama di wilayah perkotaan yang berhubungan dengan adanya kegiatan perdagangan informal PKL. Pedagang kaki lima (street trading/street hawker) adalah salah satu usaha dalam perdagangan dan salah satu wujud sektor informal. Kecenderungannya PKL berada pada lokasi strategis terkait dengan arah pergerakan orang dan terkait dengan sektor pelayanan perdagangan-jasa lainnya (pasar, mall/plaza, tempat mangkal kendaraan dan sebagainya). Pengadaan tempat khusus untuk PKL pada tempat-tempat strategis di pusat kota dengan sistem pengelolaan khusus agar tidak menimbulkan permasalahan kota dan operasional. Sistem pengelolaan khusus tersebut antara lain : relokasi pada kawasan khusus, pada waktu tertentu dan untuk jenis barang/ niaga khusus (misalnya: PKL khusus kuliner, PKL khusus barang bekas, PKL khusus buah dan sebagainya). Kawasan khusus untuk sektor informal ini diarahkan pada kawasan strategis sekitar pusat kota mendukung kawasan perdagangan dan jasa formal. Pengembangan kawasan perdagangan dilakukan secara bersinergi dengan perdagangan informal sebagai sebuah aktivitas perdagangan yang saling melengkapi. Pengembangan kawasan khusus sektor informal lokasinya diarahkan sesuai dengan arahan dalam rencana detail perkotaan. 4.2.10.3
Kawasan Khusus Pesisir Kabupaten Probolinggo
Kawasan khusus pada kawasan pesisir Kabuapten Probolinggo meliputi kawasan alur pelayaran, kawasan militer, kawasan konservasi serta kawasan DLKP. 1. Kawasan Jalur Pelayaran Kawasan jalur pelayaran, disesuaikan dengan jalur pelayaran resmi yang diterbitkan oleh Departemen Perhubungan Laut. Alur pelayaran ini melayani baik alur Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-135
pelayaran penumpang maupun barang. Alur pelayaran penumpang ini melayani pelayaran dari Pelabuhan di Kabupaten Probolinggo ke Surabaya dan Bali maupun sebaliknya. Sedangkan pelayaran barang yaitu mengangkut batu tiara ke pelabuhan Paiton serta mengangkut kayu baik dari maupun ke Pulau Kalimantan. 2. Kawasan Konservasi Kawasan konservasi yang diarahkan di kawasan laut adalah kawasan konservasi terumbu karang yang terdapat di sebelah Utara Kecamatan Paiton dan sebelah Utara dan Timur Pulau Gili Ketapang yang tampak pada Peta 4.24. 3. Kawasan DLKP Kawasan DLKP atau daerah lingkungan kerja Pelindo III Cabang Kabupaten Probolinggo ini melayani kapal-kapal penumpang dan barang yang singgah dan bersandar di pelabuhan yang ada di kawasan pesisir Kabupaten Probolinggo. Daerah. Lingkungan Kerja Pelindo III Cabang Kabupaten Probolinggo diarahkan pada kawasan sebelah Utara Pesisir Kabupaten Probolinggo. Kawasan DLKP dapat dilihat pada Peta 4.25.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-136
Peta 4.22Kawasan Militer
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-137
Peta 4.23 Kawasan KonservasiLaut
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-138
Peta 4.24 DLKP
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-139
4.2.10.4 Tempat Latihan Militer Di kawasan pesisir Kabupaten Probolinggo ini terdapat kawasan yang dimiliki oteh militer yang terletak di Kecamatan Lending. Selain kawasan tersebut di kawasan pesisir tepatnya di Kecamatan Paiton terdapat kawasan militer yang berupa lapangan tembak Angkutan Laut. Area Lapangan tembak ini diarahkan di sebelah Utara Kecamatan Paiton. Rencana penetapan tempat latihan militer di Kabupaten Probolinggo antara lain: Instalasi militer di Posal Paiton Daerah Latihan Militer di Kecamatan Paiton (Sukodadi) Daerah Latihan Militer (Kobangdikal) di Sumberanyar Daerah Latihan Militer di Gunung Bentar Untuk lebih jelas mengani area lapangan tembak ini dapat dilihat pada Peta 4.23. 4.2.10.5 Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Pesisir dan Pulau Gili Ketapang A. Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Pesisir Beberapa permasalahan yang harus diselesaikan dalam kaitannya dengan perencanaan kawasan pantai utara Kabupaten Probolinggo adalah : Kualitas sumber daya manusia yang ada membutuhkan perhatian khusus agar dapat lebih berperan aktif pengelolaan sumber daya alam secara lebih optimal. Kurangnya pemahaman sumber daya manusia terhadap peranan penting dari sejumlah habitat alam dalam menjaga keseimbangan ekologi, sehingga dalam proses pengelolaan sumber daya alam sering terjadi secara eksploitasi bukan secara eksplorasi. Konversi hutan lindung menjadi kawasan pemukiman, industri, rekreasi dan pariwisata, transportasi, kehutanan serta pertanian selain dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat juga menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem wilayah pesisir dan laut. Konflik kepentingan antara swasta, masyarakat, sektoral dan pemerintah daerah. Konflik kepentingan ini disebabkan karena tidak adanya batas kewenangan dan kekuasaan yang jelas antar pihak yang berkepentingan di wilayah pesisir dan laut. Selain itu tidak adanya lembaga atau institusi koordinasi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kawasan ini. Pola penangkapan ikan yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan, seperti
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-140
dengan menggunakan peledak maupun dengan pukat harimau akan berdampak terhadap penurunan kelestarian lingkungan. Hal ini terjadi karena di dalam ekosistem laut terdapat suatu pola rantai kehidupan (makanan) yang sangat mempengaruhi habitat yang ada di dalamnya. Maka beberapa alternatif program yang diusulkan untuk dilaksanakan dalam kaitannya dengan rencana kawasan pantai utara Kabupaten Probolinggo adalah : Program pemberdayaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya alam yang lebih optimal dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem. Program pelestarian, perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan kondisi/kualitas ekosistem pantai. Program pengelolaan sumber daya alam laut melalui suatu sistem yang dapat mengorganisir pihak-pihak yang berkepentingan Prioritas utama pengembangan adalah: Proyek pengembangan kemampuan penguasaan teknologi Proyek pengikutsertaan seluruh lapisan masyarakat pengguna atau yang kehidupannya bergantung pada ekosistem pantai/laut pada upaya konservasi dan pengelolaan
mulai
dari
perencanaan
sampai
dengan
pelaksanaan
dan
pengawasannya. Proyek penyelamatan dan pengamanan kawasan mangrove yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung, cagar alam, suaka margasatwa dan hutan produksi, yang dapat ditempuh dengan cara penataan batas, terutama pada kawasan yang belum ditapal batas dan rehabilitasi ekosistem mangrove yang mengalami degradasi, Proyek pemetaan seluruh gugusan terumbu karang dan menetapkan kawasan konservasi terumbu karang serta rehabilitasi terumbu karang. Proyek peningkatan koordinasi pengelolaan sumber daya alam laut/pantai melalui suatu lembaga /instansi B. Rencana pemanfaatan ruang Peruntukan lahan dipisahkan atas pemanfaatan lahan pada kawasan lindung dan peruntukan lahan pada kawasan budidaya. Pada kawasan lindung pemanfaatan lahan pada prinsipnya merupakan tindakan pelestarian, rehabilitasi dan tidak boleh mengganggu fungsi lindung. Pada kawasan budidaya pemanfaatan lahan yang dapat dilakukan yaitu untuk kegiatan perumahan, pertanian, sosial ekonomi, industri, perikanan, pertambangan dan kehutanan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-141
Pola penggunaan lahan yang ada di kawasan pantai saat ini menunjukkan kecenderungan perkembangan kegiatan pelayanan umum dan kegiatan regional pada kawasan sepanjang jalan arteri primer. Kecenderungan perkembangan ini meliputi perubahan penggunaan lahan maupun pengisian penggunaan lahan pada lahan kosong oleh kegiatan non permukiman. Sementara itu perkembangan pada kawasan di sepanjang pantai banyak diisi oleh kegiatan perikanan berupa budidaya tambak intensif maupun tradisional. Pada
penggunaan lahan untuk kawasan pantai
secara
umum
diatur
berdasarkan prinsip - prinsip sebagai berikut: Kawasan di sepanjang jalan arteri primer diarahkan untuk pengembangan industri dan pergudangan serta kegiatan pelayanan umum perkotaan Kawasan di sepanjang jalan kolektor primer dan lokal primer diarahkan bagi kegiatan pelayanan umum dan permukiman kepadatan rendah. Kawasan di sepanjang jalan lingkungan akan dimanfaatkan dengan dominasi bagi kegiatan permukiman kepadatan sedang dan tinggi. Kawasan di sepanjang pantai akan dimanfaatkan dengan dominasi bagi kegiatan perikanan. Sebagian besar lahan yang ada akan tetap dipertahankan untuk kegiatan pertanian. Kawasan dengan potensi wisata seperti di Taman Wisata Bentar, Candi Jabung, Pulau Gili Ketapang akan tetap dipertahankan sebagai kawasan wisata. C. Kawasan Permukiman Pantai Untuk permukiman desa - desa pesisir terutama kampung nelayan yang berada di sekitar koridor jalan arteri primer, pengembangannya perlu dikendalikan secara ketat terutama disekitar sempadan pantai dan sekitar hutan mangrove. Sedangkan permukiman
desa-desa
pesisir
yang
terkait
dengan
kawasan
perkotaan
pengembangannya perlu dikendalikan terutama pada permukiman yang ada di sempadan pantai dan muara sungai. Sedangkan limbah dan permukiman perkotaan dengan segala aktivitasnya perlu adanya pengendalian dan pengelolaan secara terpadu sebelum dibuang ke laut melalui sungaisungai yang ada di daerah tersebut. Rencana kawasan permukiman di wilayah pesisir adalah sebagai berikut: Membatasi dan merelokasi kawasan kawasan permukiman yang berada pada kawasan kawasan berfungsi lindung dan dilindungi di wilayah pesisir Mendorong pengembangan dan pertumbuhan pusat pusat permukiman secara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-142
hierarkis dan terkait secara fungsional D. Rencana pengembangan utilitas Sejalan dengan perkembangan Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo dan peranannya pada tahun mendatang, dituntut adanya peningkatan pelayanan utilitas kota. Rencana pengembangan utilitas kota terdiri dari perencanaan pengadaan rencana sistem penyaluran air limbah, pengelolaan sampah dan perencanaan pengembangan jaringan listrik. Air bersih Sistem penyediaan air bersih di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo pada masa akan datang direncanakan dapat dilayani dengan sistem perpipaan. Dalam rangka pengembangan pelayanan air bersih pada tahun 2013, serta penyediaan air bersih bagi seluruh penduduk yang memenuhi persyaratan kesehatan, maka diperlukan pengembangan saluran distribusi air bersih di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo Dan uraian tersebut di atas, maka hal pokok dalam perencanaan pengadaan pelayanan air bersih di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo adalah : Pemilihan sumber air baku yang mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk sampai tahun 2029. Perencanaan dan pengembangan sistem jaringan Distribusi yang disesuaikan dengan perencanaan Tata Ruang Kota Probolinggo. Studi kelayakan pengadaan air bersih. Berkaitan dengan sumber air baku bagi pengembangan air bersih yang akan dimanfaatkan di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo, alternatif pengembangan sumber adalah : Penggunaan sistem perpipaan air PDAM Kota Proboiinggo. Penggunaan air tanah yaitu dengan membuat sumur bor. E. Pematusan dan pengolahan limbah Penyaluran air limbah Perencanaan penyaluran air limbah dan pematusan yang akan dibahas dalam bagian ini adalah meliputi : Penyaluran limbah air bekas (air kotor), yaitu penyaluran limbah yang berasal dari rumah tangga maupun fasilitas lainnya seperti industri, perkantoran dan lain-lain. Penyaluran limbah air hujan, yaitu penyaluran limpasan air hujan yang jatuh
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-143
ketanah dan tidak dimanfaatkan lagi. Mengingat kondisi air tanah di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo relatif dalam, maka perencanaan untuk menerapkan sistem septictank untuk penyaluran atau pembuangan air bekas cukup efisien. Penerapan sistem lain yang juga cukup menguntungkan adalah pengadaan saluran air buangan yang diusahakan oIeh penduduk kota secara berkelompok dan pembangunan saluran induk yang disediakan oleh pemerintah. Saluran ini harus terkait dengan sungai yang mengalir di Bagian Wilayah Kota selama tidak memberikan dampak negatip terhadap ekosistem sungai dan sekitarnya. Perencanaan saluran air limbah rumah tangga di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo, dapat disatukan dengan saluran air hujan/drainase yang akan direncanakan (setelah diolah terlebih dahulu/dibuatkan resapan). Dalam rangka meningkatkan sanitasi lingkungan penduduk kota, khususnya dalam aktivitas mandi, cuci dan pembuangan kotoran (tinja) manusia, maka pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) umum dapat dikembangkan di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo. Strategi pembangunan sarana tersebut dapat diterapkan pada kawasan padat penduduk yang terutama terdapat dikawasan pesisir pantai. Hal ini mengingat wilayah Kabupaten Probolinggo relatif sulit memperoleh air bersih dari sumber air tanah (sumur), terlebih lagi pada wilayah bagian utara kota (pesisir pantai). Penyaluran air hujan (drainase) Limpasan air hujan yang ada di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo perlu penanganan khusus yaitu dengan penyediaan saluran-saluran pembuangan. Hal ini disebabkan kondisi topografi kota yang relatif datar, sehingga limpasan air hujan dapat tergenang di lokasi-lokasi tertentu. Selain itu pematusan air hujan yang terencana dengan sistem drainase yang baik dapat mencegah erosi akibat aliran air, mencegah kerusakan bangunan lainnya seperti jalan, perumahan, bangunanbangunan penting lainnya. Dengan demikian pengadaan saluran drainase didasarkan atas pertimbanganpertimbangan : Besarnya kerugian yang mungkin terjadi akibat genangan air hujan. Derajat nilai bangunan. Biaya pembangunan sistem drainase. Yang harus diingat adalah bahwa prinsip penyaluran air hujan (drainase) harus diarahkan pada badan air sungai terdekat, sehingga mengurangi elevasi saluran Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-144
akibat panjangnya lintasan. Sungai-sungai yang berada di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo mengalir ke arah utara, menuju ke laut. Pengelolaan persampahan Sistem pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo mulai dari pengumpulan hingga pembuangan, dilakukan oIeh perorangan. Hal ini akan menimbulkan masalah terutama jika lahan pembuangan yang diusahakan secara individu itu mulai terbatas, sehingga kecenderungan untuk membuang sampah di sembarang tempat menjadi lebih besar. Untuk mengatasi hal di atas, pengelolaan sampah di Kawasan Pantai Kabupaten Probolinggo sudah harus ditangani oIeh dinas/lembaga kebersihan kota bersama-sama organisasi masyarakat. Pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan sampah, pengangkutan hingga pembuangannya harus ditangani secara terpadu dan terencana. Tempat pembuangan sementara dan akhir yang ada sekarang diusahakan secara individu harus sudah diarahkan kepada pembuangan akhir yang terpusat di satu lokasi. F. Rencana Pemanfaatan Lahan Pulau Giliketapang Rencana pengelolaan pemanfaatan Pulau Gili Ketapang di Kabupaten Probolinggo adalah: Meningkatkan perlindungan disekitar Pulau dan kerusakan ekosistem misal: terumbu karang, fishing ground Mengembangkan dan meningkatkan perekonomian (kegiatan usaha) pada pulau berdasarkan potensi sumber daya dan jasa lingkungan pesisir dan Laut Rencana pemanfaatan tahan Pulau Gili Ketapang diarahkan menjadi 2 (dua kawasan) yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya baik di pesisir maupun di laut. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya di Pulau Gili Ketapang diarahkan untuk budidaya pesisir dan budidaya laut. Dimana yang termasuk budidaya pesisir adalah pemukiman, tegatan dan lain sebagainnya yang berfungsi mendukung kegiatan budidaya dan perlindungan kawasan. Permukiman perdesaan, hampir sebagian besar permukiman yang ada di Pulau Gili Ketapang termasuk pemukiman pedesaan. Budidaya Laut ini tertetak antara daratan dan kawasan Lindung (di dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-145
kawasan Lindung) P. GiLi Ketapang dengan luas 14.8 Ha. Lihat Tabel berikut. Tabel 4.28 Arahan Lokasi Budidaya Laut No 1. 2.
Jenis Ikan Ikan Dasar Rumput Laut
Kawasan Gill Ketapang Gill Ketapang
Luas (Ha) 14.8 14.8
Sumber : Rencana Tata Ruang Pesisir, Laut dan Pulau Kecil Kab. Probolinggo 2007
Kawasan Lindung Laut Kawasan tindung di PuLau Gili Ketapang merupakan kawasan lindung laut yang diarahkan perlindungan ekosistem terumbu karang dan fishing ground di P. Gili Ketapang. Kawasan Pariwisata Laut Kawasan pariwisata laut yang ada di pesisir Kabupaten Probolinggo merupakan wisata bahari laut yang terletak di Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih dengan luas 5.4 Ha. Rencana pemanfaatan tahan PuLau Gili Ketapang dapat dilihat padaPeta 4.24.
Gambar 4.23 Pulau Gili Ketapang
4.2.10.6 Ruang Terbuka Hijau Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) menurut UU No. 26 Tahun 2007 adalah area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pembagian RTH kawasan perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH privat. RTH publik merupakan RTH yang dimiliki oleh kota/kawasan perkotaan yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk RTH publik adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan yang termasuk RTH privat adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-146
Ruang terbuka hijau, terutama untuk wilayah perkotaan sangat diperlukan sebagai ‘paru-paru’ (dengan proses kebalikan dari paru-paru manusia dan binatang) yang memproses gas CO2 dan menghasilkan O2. Di samping itu, dengan ditanamnya pohon
yang
relatif
besar,
juga
memberikan
kesejukan/keteduhan,
selain
pemandangan yang asri. Ruang terbuka hijau juga dapat berfungsi sebagai daerah peresapan
air
hujan,
sehingga
dapat
mengurangi
terjadinya
genangan.
Pengalokasiannya serta penataannya harus sudah nampak pada Master Plan tata ruang kota atau permukiman; dan harus ikuti secara bertanggung jawab. Proporsi RTH kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Probolinggo adalah paling sedikit 30 % dari luas kawasan perkotaan, yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja di tanam. Pembagian RTH ini terdiri dari RTH publik paling sedikit 20 % dan RTH privat 10 %. Distribusi RTH kawasan perkotaan disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang wilayah. Proporsi 30 % merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota/kawasan perkotaan, baik keseimbangan sistem hidrologi dan sistem mikroklimat, maupun sistem ekologis lain, yang selanjutnya akan meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota/ kawasan perkotaan. Untuk rencana luasan RTH pada kawasan perkotaan di Kabupaten Probolinggo adalah seluas 13.368,754 Ha dengan distribusinya sebagai berikut: Tabel 4.29 Rencana Luasan RTH Kawasan Perkotaan di Kabupaten No.
Kecamatan
1.
Sukapura
Wilayah Perkotaan Desa Sukapura
1.312,634
Desa Sapikerep
1.527,365
Desa Wonokerto
377,228
Desa Ngadas
905,100
Desa Jetak
162,343
Desa Wonotoro
460,600
Total Perkotaan Sukapura 2.
Sumber
Desa Sumber
Total Perkotaan Sumber 3.
Kuripan
4.
Bantaran
Luas (Ha)
Desa Kedawung
Total Perkotaan Kuripan
Rencana Luasan RTH (Ha)
4.745,270
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
1.423,581
2.224,783 2.224,783
667,435
1.392,245 1.392,245
Desa Bantaran
323,815
Desa Patokan
204,637
Arahan Penggunaan Lahan
417,674
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-147
No.
5.
6.
7.
8.
Kecamatan
Wilayah Perkotaan Desa Karanganyar
285,535
Desa Besuk
242,670
Desa Legundi
385,850
Total Perkotaan Bantaran Leces Desa Sumberkedawung Desa Tigasan Wetan
843,000
Total Perkotaan Leces Tegalsiwalan Desa Tegalsiwalan
1.490,000
Desa Banjar Sawah
311,498
10.
11.
12.
Krucil
587,100
Desa Gununggeni
789,750 1.927,550 974,990
Desa Segaran
778,434 2.671,479
Desa Krucil
1.326,566
Desa Bermi
1.222,408 2.548,974 367,420
Desa Kali Acar
703,670 1.721,770 2.034,200
Desa Sumberkembar
1.598,000 4.237,900
578,265 lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau 801,444
764,692
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau 516,531 lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau 1.271,370
381,000
Desa Triwungan
191,920
Desa Sukorejo
243,351
Desa Plampang
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
605,700
Desa Sogaan
Total Perkotaan Kotaanyar Paiton Desa Karanganyar
220,266
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
650,680
Desa Gading Wetan
Total Perkotaan Pakuniran Kotaanyar Desa Kotaanyar
447,000
918,055
Desa Ranuagung
Total Perkotaan Gading Pakuniran Desa Pakuniran
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
214,200
Desa Liprak Kidul
Desa Talkandang 13.
734,221 336,500
Total Perkotaan Krucil Gading Desa Wangkal
432,752
422,723
Desa Liprak Kulon
Total Perkotaan Banyuanyar Tiris Desa Tiris
Arahan Penggunaan Lahan
382,000 265,000
Total Perkotaan Tegalsiwalan Banyuanyar Desa Banyuanyar Kidul
Rencana Luasan RTH (Ha)
1.442,507
Desa Leces
Total Perkotaan Tiris 9.
Luas (Ha)
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
173,921 990,192
297,058
527,470 75,509
Desa Taman
115,072
Desa Paiton
218,505
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-148
No.
14.
15.
16.
17.
Kecamatan
Wilayah Perkotaan Desa Sukodadi
175,607
Desa Pondokkelor
196,723
Desa Sumberanyar
382,308
Total Perkotaan Paiton Besuk Desa Besuk Agung
1.691,194 157,000
Desa Alas Kandang
203,000
Total Perkotaan Besuk Kraksaan Kelurahan Semampir Kelurahan Sidomukti
151,162
Kelurahan Kraksaan Wetan
160,645
Kelurahan Kandang Jati Kulon
112,320
Desa Asembagus
322,269
Desa Rondokuning
171,871
Desa Bulu
312,400
Desa Sidopekso
219,641
Desa Rangkang
132,711
Desa Kebonagung
414,600
Desa Sumberlele
191,965
Desa Kalibuntu.
100,010
Desa Rawan
132,506
Desa Karangren
186,094 886,800
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau 153,900
lapangan olahraga, stadion, alun-alun, taman kota, jalur hijau, taman rekreasi
818,303
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau 266,040
160,325 64,690
Desa Sukokerto
341,942
Desa Karangbong
123,876
Desa Sukomulyo
166,715
Desa Ketompen
123,876 981,424
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
294,427
172,337
Desa Maron Kulon
170,750
Desa Maron Kidul
485,325
Desa Brabe
539,750
Desa Gending
507,358
149,389 418,811
Total Perkotaan Pajarakan Maron Desa Maron Wetan
Gending
2.727,678
Desa Opo-opo
Total Perkotaan Krejengan Pajarakan Desa Pajarakan Kulon
Arahan Penggunaan Lahan
136,877 301,207
Total Perkotaan Maron 19.
513,000
Kelurahan Patokan
Total Perkotaan Kraksaan Krejengan Desa Krejengan
Rencana Luasan RTH (Ha)
153,000
Desa Besuk Kidul
Desa Tanjung
18.
Luas (Ha)
1.368,162 221,800
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau 410,449 lapangan olahraga,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-149
No.
20.
21.
Kecamatan
Wilayah Perkotaan Desa Sebaung
256,500
Desa Pajurangan
377,900
Desa Randupitu
97,000
Desa Pikatan
148,200
Desa Sumberkerang
344,100
Total Perkotaan Gending Dringu Desa Pabean Desa Kalirejo
126,707
Desa Kalisalam
118,331
Desa Tamansari
393,394
Total Perkotaan Dringu Wonomerto Desa Patalan
990,125
23.
24.
Desa Negororejo
590,000
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
237,000 3.535,000
1.060,500
422,060 561,708
Desa Tongas Kulon
403,470
Desa Dungun
144,210
Desa Curah Dringu
111,680
Desa Curah Tulis
532,110
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
2.175,238
652,571
262,000
Desa Muneng Kidul
241,000
Desa Laweyan
187,000
Desa Jangur
157,000
Desa Sumurmati
112,100
Total
348,720
1.377,000
Desa Tongas Wetan
Total Perkotaan Sumberasih
297,038
439,000 541,000
Total Perkotaan Tongas Sumberasih Desa Muneng
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
1.162,400
Desa Branggah
Total Perkotaan Lumbang Tongas Desa Bayeman
433,650
508,400
351,000
Desa Wonogoro
taman kota, jalur hijau
654,000
Desa Lambang Kuning
Desa Tandonsentul
Arahan Penggunaan Lahan
216,818 134,875
Total Perkotaan Wonomerto Lumbang Desa Lumbang
Rencana Luasan RTH (Ha)
1.445,500
Desa Kedungdalem
Desa Sepuhgembol 22.
Luas (Ha)
lapangan olahraga, taman kota, jalur hijau
959,100
287,730
44.562,512
13.368,754
Sumber: Hasil Rencana, 2010
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-150
4.2.10.7
Ruang Dalam Bumi
Pendahuluan Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 33 telah memberikan implikasi bahwa pemerintah sebagai penyelenggara negara harus mengetahui potensi atau sumber kekayaan buminya yang meliputi wilayah darat, laut dan ruang diatasnya termasuk didalam perut bumi itu sendiri. Oleh sebab itu pemerintah harus melakukan optimalisasi sumber kekayaan buminya yang terkandung pada semua wilayah tersebut untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi bahan tambang diberbagai tempat di Indonesia sering menimbulkan konflik kepentingan dalam hal penggunaan lahan, oleh karena bahan tambang umumnya berada dalam tanah yang pemanfaatannya sering dengan cara mengupas lapisan tanah diatasnya. Hal lainya yang jadi pemicu konflik penggunaan lahan adalah wilayah pertambangan yang belum dialokasikan ruangnya dalam rencana tata ruang wilayah. Untuk itu perlu dibuat kebijakan yang mengatur tentang arahan pengembangan dan pengamanan potensi pertambangan nasional agar pemanfaatan bahan tambang untuk kemakmuran rakyat sesuai amanat UUD 1945 dapat tercapai. Rencana pengembangan ruang dalam bumi sesuai dengan potensi Kabupaten Probolinggo adalah pengembangan ruang dalam bumi untuk pertambangan energi panas bumi. Pengembangan penambangan panas bumi diarahkan pada optimalisasi pengembangan PLTU Paiton dan rencana eksplorasi panas bumi di Pegunungan Argopuro. Rencana pengembangan ruang dalam bumi disekitar PLTU Paiton telah memiliki lahan dan sarana-prasarana yang memadai dan mendukung. Tetapi untuk pengembangan ruang dalam bumi untuk pengembangan panas bumi di Pegunungan Hyang memerlukan kajian dan analisa khusus dan pengendalian yang ketat karena terletak pada kawasan lindung. Secara detail pengembangan kawasan untuk ruang dalam bumi di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada pola ruang kawasan pertambangan. Dalam kegiatan pertambangan banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha pertambangan antara lain meliputi aspek otonomi daerah, kebijakan antar sektor, kepastian hukum dan nilai tambah. Implementasi otonomi daerah di sub sektor pertambangan umum menimbulkan konsisi masih adanya peraturan daerah yang
belum sinkron dengan peraturan
perundangan yang lebih tinggi. Sehingga dari aspek legalitas memerlukan waktu untuk penyelesainnya. Kemampuan sumberdaya manusia dan teknologi yang dimiliki belum optimal sehingga seringkali memunculkan adanya pungutan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-151
retribusi tambahan dengan dalih untuk penungkatan pendapatan asli daerah. Dalam peraturan masih dijumpai adanya kebijakan lintas sektoral yang saling tumpang tindih. Sebagai contoh untuk penyusunan amdal banyak sektor yang masih berkeinginan untuk menanganinya. Penerapan jaminan dan kepastian hukum masih belum optimal, dimana masih banyak dijumpai kegiatan pertambangan tanpa izin yang semakin marak yang terkadang beroperasi pada wilayah pertambangan yang sudah mendapat izin resmi dari pemerintah. Kebutuhan komoditi mineral dalam negeri terus meningkat menyebabkan munculnya fenomena pengurasan sumberdaya mineral di daerah terutama pada wilayah pertambangan tanpa izin dan KP-KP bermasalah lainnya. Sebagian besar bahan galian tersebut masih di ekspor dalam bentuk bahan mentah yang dapat mengurangi nilai tambah yang diperolehnya. Untuk itu perlu segera diantisipasi karena
sumberdaya
tidak
terbarukan
tersebut
merupakan
modal
dasar
pembangunan nasional. Dalam tataran implementasi untuk menyediakan ruang bagi kegiatan pertambangan yang terdapat dalam bumi terdapat beberapa kendala antara lain: Pengelolaan dan pengusahaan sumber daya di permukaan bumi tidak termasuk pengusahaan di bawah permukaan bumi (pertambangan) atau sebaliknya. Pertambangan terutama kegiatan penambangan (produksi) bahan tambang tidak dapat diprediksi dengan pasti kegiatan usahanya karena keberadaan bahan tambang tidak kasat mata, diperlukan kegiatan penyelidikan dan eksplorasi. Penetapan zonasi kawasan peruntukan pertambangan di dalam kawasan budidaya dapat tumpang tindih dengan peruntukan lain (industri, pertanian, perkebunan, dll.), karena kepastian penggunaan ruang tergantung dari hasil tahapan kegiatan eksplorasi/eksploitasi. Penetapan zonasi kawasan peruntukan pertambangan yang sesuai dengan letak ‘in situ’ dan keekonomian tambang belum tentu berada di dalam kawasan budidaya dan dapat berada di kawasan lindung. Proses alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya sangat sulit, bahkan tidak memungkinkan, bilamana proses penilaiannya melalui penelitian terpadu sesuai amanat UU 41/1999 tentang Kehutanan. Dalam proses penyusunan RTRW Prov/Kab/Kota untuk penetapan kawasan Lindung dan kawasan Budidaya pada dasarnya ditentukan oleh status kawasan hutan, karena fungsi kawasan hutan adalah pengendali fungsi ruang dalam RTRW.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-152
Seluruh kegiatan Non Kehutanan dibatasi di dalam Kawasan Budidaya, termasuk kegiatan pertambangan. Sektor-sektor non-pertambangan seharusnya memahami kendala dan kesulitan yang dihadapi sektor pertambangan jangan memaksakan bahwa penambangan sudah dapat direncanakan jauh sebelumnya. Wilayah-wilayah yang nyata-nyata sudah diketahui cadangannya dan/atau wilayah yang tengah dalam masa penyelidikan pendahuluan/eksplorasi/eksploitasi dan secara legal telah ada izin atau kontraknya maka harus dilindungi secara hukum di dalam tata ruang sebagai kawasan peruntukan pertambangan. Wilayah yang berpotensi bahan tambang harus diberikan alokasi ruang dalam bentuk wilayah prospek usaha pertambangan sebagai arahan prospek pertambangan ke depan. Wilayah prospek pertambangan ini tidak dipengaruhi oleh kendala sektor budi daya atau lindung lainnya, namun dalam pengusahaannya tetap mengikuti ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Cara ini suatu upaya representasi sumber kekayaan negara di darat dan laut dalam rencana tata ruang. Kajian ‘trade off’ kegiatan pertambangan dengan pertimbangan aspek-aspek riil, antara biaya & manfaat VS resiko & manfaat, sebagaimana disyaratkan dalam PP 26/2009 tentang Penataan Ruang pasal 110. Untuk lebih jelasnya rencana pola ruang kawasan budidaya di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.30 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya No 1 2 3 4 5
6
7
Pola Ruang Wilayah Kawasan Hutan Produksi a. Peruntukan Hutan Produksi Terbatas b. Peruntukan Hutan Produksi Tetap c. Peruntukan Hutan Produksi yang dapat dikonversi Kawasan Hutan Rakyat Kawasan Peruntukan Pertanian a. Peruntukan Pertanian Lahan Basah b. Peruntukan Pertanian lahan Kering c. Peruntukan Peruntukan Hortikultura Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan Peruntukan Perikanan a. Peruntukan Perikanan Tangkap b. Peruntukan Budi daya Perikanan c. Peruntukan Kawasan Pengolahan Ikan Kawasan Peruntukan Pertambangan a. Peruntukan Mineral dan Batu Bara b. Peruntukan Minyak dan Gas Bumi c. Peruntukan Panas Bumi d. Peruntukan Air Tanah di kawasan Pertambangan Kawasan Peruntukan Industri a. Peruntukan Industri Besar b. Peruntukan Industri Sedang c. Peruntukan Indutri Rumah Tangga
Luas (Ha) 22.696,50 29.009,563 697,644 28.137,581 51.908,79 1.996,76 77,801 1,204,53 -
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-153
No 8
9
10
Pola Ruang Wilayah Kawasan Peruntukan Pariwisata a. Peruntukan Pariwisata Budaya b. Peruntukan Pariwisata Alam c. Peruntukan Pariwisata Buatan Kawasan Peruntukan Permukiman a. Peruntukan Permukiman Perkotaan b. Peruntukan Permukiman Perdesaan Kawasan Peruntukan lainnya a. Kawasan Peternakan b. Kawasan Khusus c. Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Pesisir dan Pulau Gili Ketapang d. Kawasan Terbuka Hijau e. Lahan Cadangan
Luas (Ha) 4.715,23 12.052,56 13.368,75 2.714,24
Sumber :Hasil Rencana tahun 2009
Dari uraian rencana pola ruang di atas, secara umum dapat dilihat pada Peta 4.27 Rencana Pola Ruang Kabupaten Probolinggo. Secara keseluruhan, kebutuhan pengembangan pada rencana pola ruang dapat dilihat pada tabel berikut:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-154
Tabel 4.31 Kebutuhan Pengembangan Rencana Pola Ruang Kabupaten Probolinggo Pola Ruang WIlayah A. Kawasan lindung 1. Hutan lindung No
2.
Kawasan Resapan Air
Permasalahan Alih fungsi hutan lindung menjadi tegalan di pegunungan Tinggi Hyang meliputi Kecamatan Krucil, Kecamatan Gading, Kecamatan Pakuniran dan juga di Kecamatan Lumbang. Alih fungsi hutan lindung menjadi kebun campuran di lereng Gunung Tarub di Kecamatan Tiris Hutan lindung rusak akibat longsor di kawasan Bromo-TenggerSemeru/BTS dan Kecamatan Sukapura
Sebagian besar kawasan resapan air adalah berupa hutan lindung yang terjadi alih fungsi; Berkembangnya penduduk sehingga turut berkembang pula wilayah terbangun yang mengurangi
Kebutuhan Pengembangan Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui pengembangan vegetasi hutan/jayu/MPJS yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air; Perluasan hutan lindung di wilayah Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, terutama pada area yang mengalami alih fungsi; Penetapan larangan untuk melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan kecuali berbagai usaha dan/atau kegiatan penunjang kawasan lindung yang tidak mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah bentang alam serta ekosistem alam; Penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi berbagai usaha dan/atau kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup; Pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung; Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk kriteria kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung yang dapat digunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya yang dapat diambil hasil hutan non-kayunya; Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung dengan sistem campuran untuk fungsi lindung; Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan tanah, bendung) sehingga kawasan ini memberikan kemampuan peresapan air yang lebih tinggi. Menjaga kawasan hutan agar ttidak terjadi alih fungsi lahan sehingga berpengaruh pula terhadap penyerapan air.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Rencana Pembangunan Pengembalian ke fungsi semula, konservasi, pengelolaan dan pengendalian erosi; Pengembalian fungsi hutan, konservasi dan pengelolaan dengan prinsip hutan kemitraan; Pengendalian fungsi hutan, pengelolaan kawasan penyangga dan mempertahankan keberadaan kebun campur; Pengendalian top soil dengan metoda rorak; Gerakan Penghutanan Kembali Kawasan Hutan lindung/GERHAN; Perlindungan dan pemantapan Kawasan Hutan Lindung
Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu; Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan meresapkan air; Pembuatan sumur-sumur resapan.
No 3.
Pola Ruang WIlayah
resapan air. Kawasan Perlindungan Setempat a) Sempadan Kondisi pantai yang paling parah Pantai adalah pantai di Desa Kalibuntu Kecamatan Kraksaan dan Pantai Desa Sumberanyar dan Desa Pondokkelor Kecamatan Paiton. Desa - desa tersebut merupakan permukiman penduduk yang padat dan pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Menurut informasi, abrasi di Desa Kalibuntu terjadi mulai tahun 1942 setelah di tebangnya hutan bakau di sepanjang pantai desa tersebut. b) Sempadan Adanya limbah industri yang Sungai dibuang ke sungai Adanya kegiatan budidaya di wilayah sempadan sehingga mengganggu fungsi sungai
c) Sekitar waduk
d) Sempadan Mata air 4.
Permasalahan
Adanya kegiatan budidaya yang mengganggu fungsi waduk
Adanya kegiatan budidaya yang menggangu daerah konservasi mata air Kawasan Suaka Alam, pelestarian alam dan cagar budaya a) Cagar Alam Adanya kegiatan budidaya yang
Kebutuhan Pengembangan
Rencana Pembangunan
Perlindungan sekitar sempadan pantai untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas pantai. Selain sebagai tempat berlabuh perahu kecil nelayan, juga digunakan untuk pariwisata, dimana peruntukannya diijinkan selama tidak mengurangi kualitas sumberdaya alam tersebut. Pengembangan tanaman bakau untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap pantai. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi pantai.
Pengendalian kegiatan di sekitar sempadan pantai, pengembalian fungsi lindung pantai yang mengalami kerusakan dan pengembangan pariwisata pantai
Pencegahan dilakukan dengan mengendalikan kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air sungai Pengendalian terhadap kegiatan yang telah ada di sepanjang sungai agar tidak berkembang lebih jauh Pengamanan aliran sungai Penanganan limbah industri
Pencegahan dan pengendalian kegiatan budidaya, pengamanan aliran sungai, penanganan limbah industri, pengembangan sistem sanitasi dan pengelolaan air buangan Penataan sempadan sungai Pekalen Penataan sempadan anak sungai Pembangunan waduk Penataan saluran gendongan sungai Penataan dan perlindungan kawasan sekitar ranu/waduk Pengembangan waduk sebagai lokasi pariwisata
Perlindungan sekitar waduk/danau untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; Waduk selain untuk irigasi, pengendali air, perikanan, sumber energi listrik juga untuk pariwisata. Untuk itu diperlukan pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya; Penataan sekitar mata air dan menerapkan batas konservasi sekitar dengan jari-jari kurang lebih 200 m Kondisi Cagar alam ini memiliki kecenderungan rusak,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Penataan dan perlindungan kawasan sekitar mata air Perlindungan cagar alam di pulau Gili
No
Pola Ruang WIlayah
Permasalahan menggangu kawasan lindung cagar alam
b) Kawasan pantai berhutan bakau
Penebangan hutan bakau masih sering terjadi
c) Taman Nasional
Adanya kecenderungan perkembangan kawasan budidaya yang bisa mengganggu fungsi Taman Nasional
d) Taman Wisata Alam
Kurangnya promosi terhadap taman wisata dan kurangnya atraksi pada obyek wisata
Kebutuhan Pengembangan maka diperlukan pengawasan dan pemantauan secara berkelanjutan untuk mengatasi meluasnya kerusakan terhadap ekosistemnya; Untuk menghindari kerusakan, maka perlu dipertahankan hutan hujan tropis yang lengkap vegetasinya dari perdu hingga kanopi; Apabila terdapat alih fungsi lindung, maka harus dikembalikan ke fungsi semula sebagai perlindungan bawahannya; Program pengelolaan hutan konversi dengan konsep berkelanjutan dan konsep desa hutandengan program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM); Penyelamatan dan pengamanan kawasan mangrove yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung, cagar alam, suaka margasatwa dan hutan bakau, yang dapat ditempuh dengan cara penataan batas, terutama pada kawasan yang belum ditapal batas, Penanaman tanaman bakau di pantai yang landai dan berlumpur atau tanaman keras pada pantai yang terjal/bertebing curam. Perlindungan terhadap Taman Nasional, dilakukan untuk pengembangan pendidikan terhadap satwa dan fauna tertentu, peningkatan kualitas lingkungan bagi wilayah sekitarnya serta perlindungan lingkungan dari pencemaran. Mengingat fungsinya sebagai kawasan konservasi, maka keberadaannya dilindungi. Pada kawasan obyek wisata alam harus dilestarikan sehingga dapat menunjang kehidupan flora dan fauna yang hidup di daerah tersebut; Obyek wisata alam memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan lokasi obyek wisata alam sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau obyek penelitian dan pendidikan; serta Penerapan sistem insentif bagi pemanfaatan kawasan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Rencana Pembangunan Ketapang Perlindungan Cagar alam di Goa Lawe Perlindungan Cagar alam di sungai Kolbu seluas 18,8 ha Perlindungan dan konservasi lingkungan dataran tinggi Hyang
Pelestarian, perlindungan, perbaikan/rehabilitasi dan peningkatan kondisi/ kualitasekosistem terumbu karang Reboisasi hutan mangrove
Pelestarian dan perlindungan terhadap kawasan Taman Nasional
Pengembangan pariwisata di Kawasan Taman Nasional Pengembangan obyek wisata alam pantai Bentar Indah Pengembangan obyek wisata alam Pulau Gili Ketapang Pengembangan obyek wisata alam air terjun Kalipedati Pengembangan obyek wisata alam air terjun Madakaripura
No
Pola Ruang WIlayah
Permasalahan
Kebutuhan Pengembangan obyek wisata alam yang sesuai dengan fungsinya dan memberikan disinsentif bagi kawasan obyek wisata alam yang tidak sesuai dengan fungsinya.
e) Kawasan cagar budaya
5.
Kurangnya minat untuk menjaga candi sebagai salah satu kawasan yang harus dilestarikan sehingga semakin lama semakin rusak
Kawasan Rawan Bencana Alam a) Kawasan Masih terdapat kawasan yang Rawan rentan terhadap bahaya longsor Longsor antara lain terdapat di Kecamatan Sukapura, Lumbang, Kuripan, Tiris, Krucil dan Maron. b) Kawasan Kawasan rawan banjir di Rawan Kabupaten Probolinggo terdapat di Banjir/ Kecamatan Gending, Dringu, genangan Kraksaan, Sumberasih, Tongas, Krejengan dan Kecamatan Kota Anyar dengan luas total sebesar 1.461,072 Ha
Penetapan kawasan yang dilestarikan baik di perkotaan maupun perdesaan disekitar benda cagar budaya.
Rencana Pembangunan Pengembangan obyek wisata alam Danau Taman Hidup Pengembangan obyek wisata alam Danau Ronggojalu Pengembangan obyek wisata alam Padang Rumput Sikasur Pengembangan obyek wisata alam Ranu agung Ranu jeram Pengembangan obyek wisata alam perkebunan teh Adung Biru kawasan sekitar candi harus dikonservasi untuk kelestarian dan keserasian benda cagar budaya, berupa pembatasan pembangunan, pembatasan ketinggian, dan menjadikan candi tetap terlihat dari berbagai sudut pandang; Pengembangan jalur wisata yang menjadikan candi sebagai salah satu obyek wisata; Rehabilitasi bagi benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional yang sudah mulai rusak
Pengendalian pemanfaatan ruang di daerah rawan longsor serta dilakukan upaya preventif berupa penghijauan di tanah-tanah yang kritis/gundul.
Penanganan daerah-daerah rawan longsor dengan cara reboisasi
Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management). Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan sungai, peruntukan lahan dikiri kanan sungai, penertiban bangunan disepanjang aliran sungai.
Pengaturan debit banjir Penataan daerah lingkungan sungai Menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir Pengelolaan daerah tangkapan air dengan rehabilitasi hutan dan lahan yang rusak serta konservasi lahan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
No
Pola Ruang WIlayah
Permasalahan
Kebutuhan Pengembangan
Rencana Pembangunan air
6.
7.
Kawasan Lindung Geologi a) Kawasan Gempa merupakan bencana yang rawan tidak bisa diprekdisikan secara gempa pasti Kabupaten Probolinggo memiliki daerah rawan gempa diantaranya kecamatan Gading, Krucil, Pakuniran, Tiris
b) Kawasan rawan letusan gunung berapi
Kabupaten Probolinggo yang berada di sekitar gunung berapi mempunyai dampak rawan gunung berapi terutama akibat letusan gunung berapi, yaitu Gunung Bromo dan Gunung Lamongan. Diantaranya Kecamatan Kuripan, Kecamatan Sukapura dan Kecamatan Tiris.
Kawasan Lindung Lainnya (perlindungan plasma nutfah)
Kawasan ini merupakan kawasan dimana masyarakat tidak menyadari keberadaannya sehingga diperlukan pengembangan perlindungan
B. Kawasan Budidaya 1. Peruntukan Hutan Produksi
Beberapa hutan produksi yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat kerapatan tegakan
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan gempa bumi dilakukan dengan mencermati konsistensi kesesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang kawasan strategis atau rencana detail tata ruang. Dalam peruntukan ruang kawasan rawan gempa bumi harus memperhitungkan tingkat risiko. Tidak diizinkan atau dihentikan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan rawan gempa bumi dengan tingkat risiko tinggi terhadap kawasan demikian mutlak dilindungi dan dipertahankan fungsi lindungnya. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dilakukan dengan mencermati konsistensi kesesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang kawasan strategis atau rencana detail tata ruang. Dalam peruntukan ruang kawasan harus memperhitungkan tingkat risiko. Tidak diizinkan atau dihentikan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan rawan letuan gunung berapi dengan tingkat risiko tinggi terhadap kawasan demikian mutlak dilindungi dan dipertahankan fungsi lindungnya. Perlindungan sekitar kawasan perlindungan plasma nutfah untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumberdaya alam tersebut. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi sumberdaya plasma nutfah.
Penanganan daerah-daerah rawan gempa
Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;
Pengembangan hutan produksi (GERHAN) Upaya pengolahan hasil hutan secara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Penanganan daerah-daerah rawan letusan gunung berapi Pembangunan saluran lahar dan posko siaga
Pengembangan perlindungan plasma nutfah di wilayah pantai
No
Pola Ruang WIlayah
Permasalahan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan percepatan reboisasi;
2.
Peruntukan Pertanian
Lahan pertanian semakin lama semakin menyusut Kurangnya pembinaan Kurangnya modal bagi petani Kurangnya sisteminformasi pasar sehingga petani tidak memiliki hak tawar
Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan kawasan hutan produksi dengan pengembangan kegiatan tumpang ari atau budidaya sejenis dengan tidak mengganggu tanaman pokok. Peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan hutan produksi dengan pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM); Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya; Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah; Peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam; serta Pengembangan prasarana pengairan; Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan pertanian yang subur; serta Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lain. Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman tahunan yang produktif. Lahan ini diperuntukkan untuk menunjang kehidupan secara langsung untuk rumah tangga masyarakat sehingga memiliki penggunaan tanah campuran seperti palawija, hortikultura maupun penunjang perkebunan dalam skala kecil; Dalam beberapa hal kawasan ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang; Alih fungsi lahan tegalan menjadi kawasan terbangun diarahkan meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan kebutuhan fasilitas dan berbagai sarana masyarakat. Pengembangan sistem agropolitan dan pengembangan kawasan perdesaan khususnya pada pusat sentra produksi pertanian, diarahkan di Kecamatan Sukapura, Kecamatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Rencana Pembangunan terbatas melalui hak penguasaan hutan kemasyarakatan (HPHKM) Peningkatan pembinaan masyarakat desa hutan oleh HPH dan HPHTI Usaha peningkatan kualitas hutan dan lingkungan dengan pengembangan obyek wisata alam yang berbasis pada pemanfaatan hutan
Intensifikasi dan diversifikasi tanaman hortikultura Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan Penyuluhan dan pendampingan petani Peningkatan peran/revitalisasi KUD dan KOPTAN Pembentukan kelompok UPJA dan peningkatan peranannya Mengoptimalkan konsep agrowisata Pengembangan agropolitan Pengembangan komoditas unggulan Pengembangan komoditas pertanian lahan basah Peningkatan kapasitas produktifitas pertanian suistanable Perningkatan dan peluang ekstensifikasi Mempertahankan irigasi teknis dan peningkatan irigasi sederhana Pengembangan kawasan pertanian lahan kering
No
Pola Ruang WIlayah
Permasalahan
3.
Peruntukan perkebunan
Banyak alih fungsi lahan kawasan perkebunan Kurangnya penyediaan bibit unggul dan sistem informasi pemasaran
4.
Peruntukan perikanan
Para nelayan kesulitan dalam penyediaan kebutuhan untuk mencari ikan
5.
Peruntukan Pertambangan
Eksploitasi SDA seringkali melewati ambang batas sehingga bisa merusak lingkungan
Kebutuhan Pengembangan Lumbang, Kecamatan Sumber, Kecamatan Tiris dan Kecamatan Krucil; Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan industri pengolahan hasil pertanian menjadi makanan dan sejenisnya; Pengembangan komoditas unggulan. Intensifikasi dan Pengembangan tanaman perkebunan/keras di Kecamatan Sukapura, Sumber, Paiton, Kraksaan, Pajarakan, Gading, Dringu, Tongas, Sumberasih. Penyediaan Bibit unggul tanaman perkebunan (kopi, cengkeh, randu, kelapa hibryda, tembakau) di Kecamatan Sukapura, Sumber, Paiton, Kraksaan, Pajarakan, Gading, Dringu, Tongas, Sumberasih. Tebu rakyat intensifikasi di Kecamatan Banyuanyar, Kraksaan, Pajarakan, Maron, Gending, Dringu, Wonomerto, Tongas, Sumberasih. Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan di Kecamatan Tongas, Lumbang Mengoptimalkan konsep agrowisata di Kecamatan Sumber, Sukapura, Gading, Tiris, Krucil. Mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki potensi pengairan untuk perikanan; Pengembangan teknologi perikanan budidaya; dan Pengembangan sistem informasi pemasaran Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/reklamasi sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan, dengan melakukan penimbunan tanah subur dan/atau bahan-bahan lainnya, sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup; Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Rencana Pembangunan
Intensifikasi dan pengembangan tanaman perkebunan/keras Penyediaan bibit unggul tanaman perkebunan Intensifikasi tebu rakyat Pengembangan perkebunan kopi, kelapa dan cengkeh Pengembangan perkebunan kelapa, tembakau, tebu, jambu mete dan kapas Pengembangan strategi pemasaran produk unggulan Mengoptimalkan konsep agrowisata Pengembangan agropolitan perkebunan Pengembangan budidaya ikan air tawar Pengembangan budidaya tambak Pengembangan industri pengolahan Pengembangan perikanan tangkap Penanganan kawasan penambangan bahan batuan (darat dan sungai)
No
Pola Ruang WIlayah
Permasalahan
6.
Peruntukan industri
Kabupaten Probolinggo memiliki sumberdaya lokal yang sangat banyak dan beraneka ragam, tetapi tidak memiliki sarana untuk pengolahan
7.
Peruntukan Pariwisata
Kurangnya promosi dan atraksi pada tiap obyek wisata
Kebutuhan Pengembangan Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang ketat; serta Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti tanaman jarak pagar dan tanaman nilam. Pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologis, memperhatikan daya dukung lahan dan tidak mengkonversi lahan pertanian secara besar-besaran. Pengembangan kegiatan industri harus didukung oleh sarana dan prasarana industri Pengembangan kegiatan industri berbasis sumberdaya lokal yang berkelanjutan Industri yang dikembangkan memiliki keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan lingkungan dan biaya aktifitas sosial; serta Setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi ramah lingkungan, dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya bencana industri. Rencana pengembangan jalur wisata Rencana prioritas pengembangan wisata Rencana pengembangan sarana dan prasarana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Rencana Pembangunan
Pembangunan kawasan industrial estate Pembangunan sarana dan prasarana agroindustri Pengembangan industri kecil dan kerajinan Pengembangan industri pengolahan ikan tangkap Pengembangan industri pengolahan perikanan budidaya Pengembangan industri kapal rakyat Pengembangan dan peningkatan kawasan estate Paiton dikelola PMA Pengembangan kawasan industri Paiton dan Leces. Rencana pengembangan jalur/koridor pariwisata Rencana prioritas pengembangan pariwisata Penataan ruang kawasan yang berpotensi wisata Pembangunan sarana dan prasarana wisata Pembangunan pasar wisata, pusat kawasan peristirahatan, dll Pengembangan fasilitas jalan menuju
No
Pola Ruang WIlayah
Permasalahan
8.
Peruntukan Permukiman
Kurangnya infrastruktur sarana permukiman di beberapa permukiman di wilayah Kabupaten Probolinggo
9.
Peruntukan Peternakan
Kurangnya infrastruktur pendukung untuk pengolahan peternakan Kurangnya informasi pemasaran
Kebutuhan Pengembangan
Perlu peningkatan kualitas permukiman melalui penyediaan infrastruktur yang memadai pada permukiman padat, penyediaan perumahan baru, dan penyediaan Kasiba-Lisiba Berdiri Sendiri. Pada setiap kawasan permukiman disediakan berbagai fasilitas yang memadai sehingga menjadi permukiman yang layak dan nyaman untuk dihuni; Pengembangan pusat permukiman baru di sekitar gerbang tol dan perkotaan sekitarnya terutama di Tongas, Gending dan Paiton, juga pengembangan di sekitar pesisir Utara akibat adanya Rencana pembangunan jalan TOL Pasuruan – Banyuwangi yang yang melintasi wilayah Kabupaten Probolinggo. Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana lingkungan, pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan air bersih; Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan drainase dan pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan sistem sanitasi yang baik. Kawasan opermukiman baru harus menghindari pola enclove; serta Meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan mengembangkan padang penggembalaan, dan pada beberapa bagian dapat menyatu dengan kawasan perkebunan atau kehutanan; Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi tersendiri, diarahkan mempunyai keterkaitan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Rencana Pembangunan obyek wisata Pemeliharaan dan perbaikan berkala Candi Jabung Pengembangan agrowisata Kokap Pengembangan Danau Ronggojalu Rencana pengembangan kawasan permukiman baru Rencana peningkatan dan pengembangan jaringan sarana dan prasarana dasar Rencana peningkatan kualitas permukiman Perbaikan permukiman melalui Program Peremajaan Kampung Pengembangan Permukiman melalui Program Desa Unggulan
Persiapan infrastruktur pendukung industri Pengembangan komoditi potensial ternak Pengembangan outlet pemasaran komoditi unggulan di Gunung Bromo
No
Pola Ruang WIlayah
Permasalahan
Kebutuhan Pengembangan dengan pusat distribusi pakan ternak; Mengembangkan sistem inti - plasma dalam pengembangan peternakan; Mengolah hasil ternak sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi; Pengembangan ternak unggulan yang dimiliki oleh daerah yaitu komoditas ternak yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif; serta Ternak unggas dan ternak lain yang memiliki potensi penularan penyakit pada manusia harus dipisahkan dari kawasan permukiman;
Sumber: Hasil Rencana, 2009
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029
Rencana Pembangunan dan Arjuno.
Peta 4.25 Rencana Pemanfaatan Lahan Pulau Gili Ketapang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-165
Peta 4.26rencana pola ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-166
BAB 4 Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Probolinggo ................................. 4-1 4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ......................................................... 4-1 4.1.1 Kawasan Hutan Lindung ......................................................................... 4-3 4.1.2 Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya ........................................................................................................... 4-7 4.1.2.1 Kawasan Bergambut ......................................................................... 4-7 4.1.2.2 Kawasan Resapan Air ....................................................................... 4-8 4.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat........................................................... 4-10 4.1.3.1 Sempadan Pantai ............................................................................ 4-10 4.1.3.2 Sempadan Sungai ........................................................................... 4-13 4.1.3.3 Kawasan Sekitar Danau atau Waduk ............................................. 4-14 4.1.3.4 Kawasan Sekitar Mata air ............................................................... 4-15 4.1.3.5 Kawasan Lindung Spiritual dan Kearifan Lokal lainnya ............... 4-16 4.1.3.6 Sempadan Irigasi ............................................................................ 4-18 4.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya ................ 4-19 4.1.4.1 Kawasan Suaka Alam ..................................................................... 4-19 4.1.4.2 Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya ......................... 4-19 4.1.4.3 Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut ........................... 4-19 4.1.4.4 Cagar Alam dan Cagar Alam Laut ................................................. 4-20 4.1.4.5 Kawasan Pantai Berhutan Bakau .................................................... 4-22 4.1.4.6 Taman Nasional dan Taman Nasional Laut ................................... 4-24 4.1.4.7 Taman Hutan Raya ......................................................................... 4-25 4.1.4.8 Taman Wisata AlamDan Taman Wisata Alam Laut ...................... 4-25 4.1.4.9 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan ............................. 4-26 4.1.5 Kawasan Rawan Bencana Alam ............................................................ 4-30 4.1.5.1 Kawasan Rawan Tanah Longsor .................................................... 4-30 4.1.5.2 Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Kawasan Rawan Banjir 4-35 4.1.5.3 Kawasan Rawan Abrasi Pantai ....................................................... 4-37 4.1.6 Kawasan Lindung Geologi .................................................................... 4-42 4.1.6.1 Kawasan Cagar Alam Geologi ....................................................... 4-42 4.1.6.2 Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi Dan Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Air Tanah ............................................. 4-42 4.1.7 Kawasan Lindung Lainnya .................................................................... 4-48 4.1.7.1 Cagar Biosfer .................................................................................. 4-48 4.1.7.2 Taman Buru .................................................................................... 4-48 4.1.7.3 Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah .......................................... 4-48 4.1.7.4 Kawasan Pengungsian Satwa, Terumbu Karang dan kawasan Koridor Bagi Jenis Satwa atau Biota Laut yang Dilindungi ......................................... 4-49 4.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya ..................................................... 4-52 4.2.1 Rencana Peruntukan Hutan Produksi .................................................... 4-52 4.2.1.1 Peruntukan Hutan Produksi Terbatas ............................................. 4-53 4.2.1.2 Peruntukan Hutan Produksi Tetap .................................................. 4-53 4.2.1.3 Peruntukan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi ...................... 4-54 4.2.2 Kawasan Hutan Rakyat .......................................................................... 4-54 4.2.3 Kawasan Peruntukan Pertanian ............................................................. 4-57 4.2.3.1 Peruntukan Pertanian Lahan Basah ................................................ 4-57 4.2.3.2 Peruntukan Pertanian Lahan Kering ............................................... 4-58 4.2.3.3 Peruntukan Hortikultura ................................................................. 4-60 4.2.3.4 Peruntukan Kawasan Agropolitan .................................................. 4-60 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-167
4.2.4 Kawasan Peruntukan Perkebunan .......................................................... 4-71 4.2.5 Kawasan Peruntukan Perikanan............................................................. 4-73 4.2.5.1 Peruntukan Perikanan Tangkap ...................................................... 4-75 4.2.5.2 Peruntukan Budidaya Perikanan..................................................... 4-76 4.2.5.3 Kawasan Pengolahan Perikanan ..................................................... 4-78 4.2.6 Kawasan Peruntukan Pertambangan ...................................................... 4-81 4.2.6.1 Peruntukan Mineral dan Batubara .................................................. 4-81 4.2.6.2 Peruntukan Minyak dan Gas Bumi ................................................. 4-84 4.2.6.3 Peruntukan Air Tanah Di Kawasan Pertambangan. ....................... 4-84 4.2.7 Kawasan Peruntukan Industri ................................................................ 4-85 4.2.7.1 Peruntukan Industri Besar .............................................................. 4-85 4.2.7.2 Peruntukan Industri Sedang ............................................................ 4-86 4.2.7.3 Industri Kecil dan Rumah Tangga .................................................. 4-86 4.2.7.4 Agroindustri .................................................................................... 4-90 4.2.8 Kawasan Peruntukan Pariwisata .......................................................... 4-100 4.2.9 Kawasan Peruntukan Permukiman ...................................................... 4-114 4.2.9.1 Peruntukan Permukiman Perkotaan ............................................. 4-115 4.2.9.2 Peruntukan Permukiman Perdesaan ............................................. 4-116 4.2.9.3 Rencana Fasilitas Pendukung Permukiman .................................. 4-123 4.2.10 Kawasan Peruntukan Lainnya. ............................................................ 4-133 4.2.10.1 Kawasan Peternakan ..................................................................... 4-133 4.2.10.2 Kawasan Pengembangan Sektor Informal .................................... 4-134 4.2.10.3 Kawasan Khusus Pesisir Kabupaten Probolinggo ........................ 4-135 4.2.10.4 Tempat Latihan Militer................................................................. 4-140 4.2.10.5 Rencana Pemanfaatan Lahan Kawasan Pesisir dan Pulau Gili Ketapang 4-140 4.2.10.6 Ruang Terbuka Hijau ................................................................... 4-146 4.2.10.7 Ruang Dalam Bumi ...................................................................... 4-151 Tabel 4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ........................................................ 4-2 Tabel 4.2 Rencana Pengelolaan Hutan .......................................................................... 4-5 Tabel 4.3 Potensi Adat dan Budaya Kabupaten Probolinggo ..................................... 4-17 Tabel 4.4 Distribusi Tipologi Gerakan Tanah (longsor) terhadap Wilayah Administrasidi Kabupaten Probolinggo ....................................................................... 4-33 Tabel 4.5 Rekapitulasi Debit Banjir di DAS Wilayah Kabupaten Probolinggo .......... 4-35 Tabel 4.6 Data Distribusi Banjir Kabupaten Probolinggo ........................................... 4-35 Tabel 4.7 Distribusi Daerah Rawan Abrasi Pantai ...................................................... 4-38 Tabel 4.8 Alternaif Penanganan Secara Struktur ......................................................... 4-39 Tabel 4.9 Daerah Rawan Gunung Berapi di Kabupaten Probolinggo ......................... 4-43 Tabel 4.10 Distribusi Daerah Rawan Letusan Gunung Api Tipologi A ...................... 4-44 Tabel 4.11 Distribusi Daerah Rawan Letusan Gunung Api Tipologi B ...................... 4-45 Tabel 4.12 Distribusi Daerah Rawan Letusan Gunung Api Tipologi C ...................... 4-45 Tabel 4.13 Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Probolinggo . 4-68 Tabel 4.14 Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Perkebunan dan Tanaman Tahunan ....................................................................................................................... 4-72 Tabel 4.15 Arahan Kawasan Budidaya Tambak.......................................................... 4-78 Tabel 4.16 Luas dan Produksi Daerah Pertambangan Batuan di Kabupaten Probolinggo ..................................................................................................................................... 4-84 Tabel 4.17 Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolinggo ............................................ 4-101 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-168
Tabel 4.18 Rencana Pusat Pelayanan Tempat Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolinggo ................................................................................................................ 4-103 Tabel 4.19 Rencana Pembangunan Fasilitas Jalan Menuju Obyek Wisata di Kabupaten Probolinggo ................................................................................................................ 4-107 Tabel 4.20 Rencana Pengembangan Pariwisata Kabupaten Probolinggo ................. 4-109 Tabel 4.21 Kriteria Kualitas Kondisi Rumah ............................................................ 4-120 Tabel 4.22 Rencana Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2029 ....................................................................................................... 4-124 Tabel 4.23 Jumlah Kebutuhan fasilitas Kesehatan Di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2029 .................................................................................................................. 4-128 Tabel 4.24 Rencana Jumlah Fasilitas Pendidikan Tahun 2014-2029 ........................ 4-129 Tabel 4.25 Rencana Luas Fasilitas Pendidikan Tahun 2014-2029 ............................ 4-130 Tabel 4.26 Jumlah Fasilitas Peribadatan Di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2029 4131 Tabel 4.27 Rencana Pengembangan Kawasan Peternakan ........................................ 4-134 Tabel 4.28 Arahan Lokasi Budidaya Laut ................................................................. 4-146 Tabel 4.29 Rencana Luasan RTH Kawasan Perkotaan di Kabupaten ....................... 4-147 Tabel 4.30 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya ................................................ 4-153 Tabel 4.31 Kebutuhan Pengembangan Rencana Pola Ruang Kabupaten Probolinggo ... 4155 Gambar 4.1 Taman Nasional Bromo – Tengger– Semeru............................................. 4-7 Gambar 4.2 Kawasan Hutan Lindung di Puncak Argopuro .......................................... 4-7 Gambar 4.3 Sempadan Pantai ...................................................................................... 4-13 Gambar 4.4 Kawasan Sekitar Waduk (Ranu) .............................................................. 4-15 Gambar 4.5 Salah Satu Puncak Gunung Argopuro ..................................................... 4-20 Gambar 4.6 Kawasan Pantai Berhutan Bakau di Kec.Paiton ...................................... 4-24 Gambar 4.7 Kawasan Taman Nasional(Bromo-Tengger-Semeru).............................. 4-25 Gambar 4.8 Obyek Wisata Alam ................................................................................. 4-26 Gambar 4.9 Cagar Budaya ........................................................................................... 4-26 Gambar 4.10 Lokasi Rawan Longsor Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura .......... 4-31 Gambar 4.11 Lokasi Longsor Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang ...................... 4-32 Gambar 4.12 Tipologi Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Hasil Kajian Hidrogeomorfologi ...................................................................................................... 4-32 Gambar 4.13 Penanganan Kawasan Konservasi dan Rawan Longsor ........................ 4-34 Gambar 4.14 Banjir di Kali Besuk (kiri) dan Banjir di daerah Kerep (kanan) ............ 4-35 Gambar 4.15 Penyusunan Balok Beton Sebagai Pemecah Gelombang Buatan Secata Diagonal Paralel Grup Terhadap Garis Pantai ............................................................. 4-40 Gambar 4.16 Salah Satu Tipe Zonasi Hutan Mangrove (Bengen, 2001a) .................. 4-41 Gambar 4.17 Daerah Rawan Letusan Gunung Berapi (Gunung Bromo) .................... 4-47 Gambar 4.18 Pemantauan Deformasi Gunung Api ..................................................... 4-47 Gambar 4.19 Produk-Produk Agropolitan ................................................................... 4-63 Gambar 4.20 Produk Olahan Agroindustri Mangga dan Kentang............................... 4-98 Gambar 4.21 Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolinggo ........................................ 4-102 Gambar 4.22 Komoditi Potensial Sapi Perah di Kec. Krucil ..................................... 4-134 Gambar 4.23 Pulau Gili Ketapang ............................................................................. 4-146 Tabel 4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ........................................................ 4-2 Tabel 4.2 Rencana Pengelolaan Hutan .......................................................................... 4-5 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-169
Tabel 4.3 Potensi Adat dan Budaya Kabupaten Probolinggo ..................................... 4-17 Tabel 4.4 Distribusi Tipologi Gerakan Tanah (longsor) terhadap Wilayah Administrasidi Kabupaten Probolinggo ....................................................................... 4-33 Tabel 4.5 Rekapitulasi Debit Banjir di DAS Wilayah Kabupaten Probolinggo .......... 4-35 Tabel 4.6 Data Distribusi Banjir Kabupaten Probolinggo ........................................... 4-35 Tabel 4.7 Distribusi Daerah Rawan Abrasi Pantai ...................................................... 4-38 Tabel 4.8 Alternaif Penanganan Secara Struktur ......................................................... 4-39 Tabel 4.9 Daerah Rawan Gunung Berapi di Kabupaten Probolinggo ......................... 4-43 Tabel 4.10 Distribusi Daerah Rawan Letusan Gunung Api Tipologi A ...................... 4-44 Tabel 4.11 Distribusi Daerah Rawan Letusan Gunung Api Tipologi B ...................... 4-45 Tabel 4.12 Distribusi Daerah Rawan Letusan Gunung Api Tipologi C ...................... 4-45 Tabel 4.13 Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Probolinggo . 4-68 Tabel 4.14 Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Perkebunan dan Tanaman Tahunan ....................................................................................................................... 4-72 Tabel 4.15 Arahan Kawasan Budidaya Tambak.......................................................... 4-78 Tabel 4.16 Luas dan Produksi Daerah Pertambangan Batuan di Kabupaten Probolinggo ..................................................................................................................................... 4-84 Tabel 4.17 Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolinggo ............................................ 4-101 Tabel 4.18 Rencana Pusat Pelayanan Tempat Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolinggo ................................................................................................................ 4-103 Tabel 4.19 Rencana Pembangunan Fasilitas Jalan Menuju Obyek Wisata di Kabupaten Probolinggo ................................................................................................................ 4-107 Tabel 4.20 Rencana Pengembangan Pariwisata Kabupaten Probolinggo ................. 4-109 Tabel 4.21 Kriteria Kualitas Kondisi Rumah ............................................................ 4-120 Tabel 4.22 Rencana Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2029 ....................................................................................................... 4-124 Tabel 4.23 Jumlah Kebutuhan fasilitas Kesehatan Di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2029 .................................................................................................................. 4-128 Tabel 4.24 Rencana Jumlah Fasilitas Pendidikan Tahun 2014-2029 ........................ 4-129 Tabel 4.25 Rencana Luas Fasilitas Pendidikan Tahun 2014-2029 ............................ 4-130 Tabel 4.26 Jumlah Fasilitas Peribadatan Di Kabupaten Probolinggo Tahun 2014-2029 4131 Tabel 4.27 Rencana Pengembangan Kawasan Peternakan ........................................ 4-134 Tabel 4.28 Arahan Lokasi Budidaya Laut ................................................................. 4-146 Tabel 4.29 Rencana Luasan RTH Kawasan Perkotaan di Kabupaten ....................... 4-147 Tabel 4.30 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya ................................................ 4-153 Tabel 4.31 Kebutuhan Pengembangan Rencana Pola Ruang Kabupaten Probolinggo ... 4155 Peta 4.1 Rencana Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Probolinggo ............................ 4-6 Peta 4.2 Kawasan Resapan Air Kabupaten Probolinggo ............................................... 4-9 Peta 4.3Kawasan Lindung laut .................................................................................... 4-28 Peta 4.4 Rencana kawasan lindung .............................................................................. 4-29 Peta 4.5 Kawasan Rawan Bencana .............................................................................. 4-50 Peta 4.6 Arahan evakuasi dan ruang Bencana ............................................................. 4-51 Peta 4.7 Rencana Kawasan Hutan Produksi ................................................................ 4-55 Peta 4.8 Rencana Kawasan Hutan Rakyat ................................................................... 4-56 Peta 4.9 Rencana Kawasan Pertanian Sawah .............................................................. 4-65 Peta 4.10 Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian .............................. 4-66 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-170
Peta 4.11 Rencana pengembangan Kawasan Agropolitan ........................................... 4-67 Peta 4.12 Rencana Peruntukan Perkebunan ................................................................. 4-74 Peta 4.13 Kawasan Alat Tangkap Perikanan Laut ....................................................... 4-79 Peta 4.14 Rencana Kawasan Budidaya Tambak .......................................................... 4-80 Peta 4.15Rencana Kawasan Pengembangan pertambangan ........................................ 4-88 Peta 4.16Rencana Kawasan Industri Maritim.............................................................. 4-89 Peta 4.17 Rencana Kawasan Pengembangan industry................................................. 4-99 Peta 4.18 Rencana Pelayanan Pariwisata ................................................................... 4-112 Peta 4.19 Peta Rencana Lokasi Pengembangan Kawasan Pariwisata ....................... 4-113 Peta 4.20 Rencana Peruntukan Permukiman ............................................................. 4-121 Peta 4.21 Rencana Pengembangan Desa Unggulan ................................................... 4-122 Peta 4.22Kawasan Militer .......................................................................................... 4-137 Peta 4.23 Kawasan KonservasiLaut ........................................................................... 4-138 Peta 4.24 DLKP ......................................................................................................... 4-139 Peta 4.25 Rencana Pemanfaatan Lahan Pulau Gili Ketapang ................................... 4-165 Peta 4.26rencana pola ruang ...................................................................................... 4-166
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 2010-2029 4-171