BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Sebelum obat yang diberikan diberikan pada pasien tiba pada tujuanya
didalam tubuh,yaitu tempat kerjanya atau targetsite,obat targetsite,obat harus mengalami banyak proses. Dalam garis besarnya,proses-proses ini dapat dibagi dalam tiga tingkatan tingkatan yaitu fase farmasetik,fase farmokinetika farmokinetika dan fase farmokodinamika. Efek obat tidak tergantung dari factor farmakologi saja,tetapi saja,tetap i juga dari bentuk pemberian dan terutama dari formulasinya. formulasinya. Dimana fator formulasi formulasi yang dapat mengubah efek obat dalam tubuh yaitu benuk sis zat aktif,keadaan kimiawi,zat pembantu,dan proses teknik yang digunakan untuk membuat sediaan. engingat proses perjalanan obat didalam tubuh ini merupakan proses penting yang menentukan berhail atau tidaknya obat itu memberikan suatu efek bagi tubuh maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang perjalanan obat didalam tubuh secara lebih dalam lagi.
!
1.2.
Tujuan "dapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ingin lebih
memahami proes dan nasib obat yang terjadi di dalam tubuh. #arena seperti yang telah kita ketahui bahwa keberhasilan obat mencapai target akan menimbulkan efek yang diharapkan. Selain itu juga maksud dengan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami proses obat yang bisa memberikan efek yang tak diinginkan dan bagaimana obat bisa bersifat racun didalam tubuh.
$
1.2.
Tujuan "dapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ingin lebih
memahami proes dan nasib obat yang terjadi di dalam tubuh. #arena seperti yang telah kita ketahui bahwa keberhasilan obat mencapai target akan menimbulkan efek yang diharapkan. Selain itu juga maksud dengan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami proses obat yang bisa memberikan efek yang tak diinginkan dan bagaimana obat bisa bersifat racun didalam tubuh.
$
BAB II TINJAUAN PUST PUS TAKA
2.1 2.1
Perj Perjal alan anan an Obat bat Dal Dala am Tu Tubu buh h (AD (ADME ME))
Obat yang diberikan pada pasien, akan banyak mengalami proses sebelum tiba pada tempat aksi atau jaringan sasaran. Secara ga ris besar proses-proses ini dapat dibagi menjadi tiga tingkat atau fase, yaitu fase biofarmasetik atau farmasi, fase farmakokinetik, dan fase farmakodinamik. Untuk menghasilkan efek farmakologi atau efek terapi, obat harus mencapai tempat aksinya dalam kosentrasi yang cukup untuk menimbulkan respon. Tercapainya Tercapainya kosentrasi obat tergantung dari jumlah obat yang diberikan, tergantung pada keadaan dan kecepatan obat diabsorbsi dari tempat pemberian dan distribusinya oleh aliran darah ke bagian lain dari badan. Efek karakteristik dari obat akan hilang, hilang, apabila obat telah Bergerak ke luar dari badan dan konsekuens i dari letak aksinya baik dalam bentuk yang tidak berubah atau setelah mengalami metabolisme obat dan terjadi metabolit yang dikeluarkan melalui proses ekskresi. Oleh karena itu sangat penting diketahui bagaimana cara badan telah menangani obat dengan proses absorbs, distribusi, metabolism dan ekskresi, bila kita
%
menentukan suatu dosis, rute, bentuk obat yang diberikan bila dikehendaki efek terapi yang diinginkan dengan efek toksik yang minimal
Faktor-faktor formulasi an! "a#at merubah efek obat "alam tubuh a"alah$
2.2
Bentuk fisik at aktif !amorf atau kristal, kehalusannya" #eadaan kimia$i !ester, garam, garam kompleks dsbnya" %at-at pembantu !at pengisi, pelekat, pelicin, pelindung dan sebagainya" &roses teknik yang digunakan untuk membuat sediaan
fase-fase #erjalanan obat "alam tubuh
Skema'
&
'
2.2.1
Fasa %iofarmasi atau Farmasetika adalah fase yang meliputi $aktu mulai penggunaan obat melalui mulut sampai pelepasan at aktifnya kedalam cairan tubuh. (ase ini berhubungan dengan ketersediaan farmasi dari at aktifnya d imana obat siap diabsorbsi. )alam biofarmasi ini kita akan mengenal beberapa istilah yang berhubungan dengan aspek-aspek yang kita pelajari '
*. #etersediaan farmasi !(armaceutical *+ailability" *dalah ukuran $aktu yang diperlukan oleh obat untuk melepaskan diri dari bentuk sediaannya dan siap untuk proses resorpsi. #ecepatan melarut obat tergantung dari berbagai bentuk sediaan dengan urutan sebagai berikut' &arutan ' sus#ensi ' emulsi ' serbuk ' ka#sul ' tablet ' enterik oate" ' lon! atin!.
(
B. #etersediaan hayati !Biological *+ailability" *dalah prosentase obat yang diresorpsi tubuh dari suatu dosis yang diberikan dan tersedia untuk melakukan efek terapeutiknya.
. #esetaraan terapeutik !Therapeutical Eui+alent" *dalah syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat paten yang meliputi kecepatan melarut dan jumlah kadar at berkhasiat yang harus dicapai di dalam darah. #esetaraan terapeutik dapat terjadi pada pabrik yang berbeda atau pada batch yang berbeda dari produksi suatu pabrik.
). Bioassay dan standardisasi Bioassay adalah cara menentukan akti+itas obat dengan menggunakan binatang percobaan seperti kelinci, tikus, kodok dan lain-lain. Standarisasi ialah kekuatan obat yang dinyatakan dalam Satuan nternasional atau U !nternational Unit" yang bersamaan dengan standart-standart internasional biologi dikeluarkan oleh /0O. Ukuran-ukuran standart ini disimpan di 1ondon dan openhagen. Tetapi setelah metode (isiko-#imia
)
dikembangkan, bioassay mulai ditinggalkan, begitu pula dengan penggunaan satuan biologi dan selanjutnya kadar dinyatakan dalam gram atau miligram. Obat yang kini masih distandarisasi secara biologi adalah insulin !menggunakan kelinci", *T0 !menggunakan tikus", antibiotik polimiksin dan basitrasin, +itamin * dan ), faktor pembeku darah, preparat-preparat antigen dan antibody, digitalis dan pirogen.
2.2.2
Fasa Farmakokinetika adalah fase ini meliputi $aktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan, setelah obat dilepas dari bentuk sediaan. Obat harus di absorbsi ke dalam darah, yang akan segera di "istribusikan melalui tiap-tiap jaringan dalam tubuh. )alam darah obat dapat mengikat protein darah dan mengalami metabolisme , terutama dalam melintasi hepar !hati". 2eskipun obat akan
didistribusikan melalui badan, tetapi hanya sedikit yang tersedia untuk diikat pada struktur yang telah ditentukan.
*
Skema farmakonetik
A.
Absorbsi
+
*bsorbsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah. #ecepatan dan efesiensi absorbsi tergantung pada cara pemberian. Untuk intra+ena, absorbs sempurna yaitu dosis total obat seluruhnya mencapai sirkulasi sistemik. &roses absorbsi sangat penting dalam menentukan efek obat. &ada umumnya obat yang tidak diabsobsi tidak menimbulkan efek, kecuali antasida dan obat yang bekerja local. &roses absorbs terjadi diberbagai tempat pemberian obat, seperti saluran cerna, otot, rangka, paru-paru, ku lit dan sebagainya. Transfer obat dari saluran cerna tergantung pada sifat-sifat kimianya, obat-obat bisa diabsorbsi dari saluran cernasecara difusi pasif atau transport aktif.
*bsorbsi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain ' 3.
#elarutan obat
*gar dapat diabsorbsi, obat harus dalam larutan. Obat yang diberikan dalam larutan akan lebih cepat diabsorbsi daripada yan g harus larut dulu dalam cairan tubuh sebelum diabsorbsi. Obat yang sukar sekali larut akan sukar diabsorbsi pada saluran gastrointestinal. 4.
#emampuan difusi melalui sel membrane
!
Semakin mudah terjadi difusi dan makin cepat melintasi sel membrane, makin cepat obat diaborbsi. 5.
#osentrasi obat
Semakin tinggi kosentrasi obat dalam larutan, makin cepat diabsorbsi. 6.
Sirkulasi pada letak absorbsi
7ika tempat absorbsi mempunyai banyak pembuluh darah, maka absorbs obat akan lebih cepat dan lebih banyak. 2isalnya pada injekasi anestesi local ditambah adrenalin yang dapat menyebabkan +asokonstriksi, dimaksudkan agar absorbs obat diperlambat dan efeknya lama.
8.
1uas permukaan kontak obat
Obat lebih cepat diabsorbsi olehi bagian tubuh yang mempunyai luas permukaan yang besar, misalnya endetarium paru-paru, mokusa usus, dan usus halus. 9.
Bentuk sediaan cair
#ecepatan absorbs obat tergantung pada kecepatan pelepasan obat dari bahan pemba$anya. Urutan kecepatan obat dari bentik peroral sebagai berikut '
!!
larutan dalam air : serbuk - kapsul - tablet bersalut gula - tablet bersalut enteric. Beberapa hal sebagai contoh dimana bentuk obat mempengaruhi absorbs ' -
*bsorbs obat dapat diperpanjang dengan penggunaan bentuk obat
long-acting. -
#ecepatan absorbs injeksi dapat diturunkan dengan menggunakan
suspense atau emulsi, untuk obat yang sukar larut. -
*bsorbs obat dapat dipercepat dengan memperkecil ukuran partikel.
-
7umlah dan sifat bahn pengikat serta bahan penghacur, tekanan tablet
akan mempenggaruhi absorbs obat dalam bentuk tablet,
;.
2elalui mulut !oral"
-
2elalui sublingual !diba$ah lidah" atau buccal !antara gusi dan pipi"
-
2elalui rectal
-
2elalui parental
!$
%.
-
2elalui endotel paru-paru
-
2elalui kulit !efek local", topical
-
2elalui urogenital !efek local"
-
2elalui +aginal !efek local"
Distribusi
Obat setelah diabsorbsi akan tersebar melalui sirkulasi darah keseluruh badan. )alam peredarannya, kebanyakan obat-obat di distribusikan melalui membrane badan dengan cara yang relati+e lebih muda dan lebih cepat dibanding dengan eliminasi atau pengeluaran obat. )istribusi adalah proses suatu obat yang secara re+ersible meninggalkan aliran darah dan masuk ke interstisium !cairan ekstrasel" dan=atau ke sel-sel jaringan. &engiriman obat dari plasma ke interstinum terutama tergantung pada aliran darah, permeabilitas kapiler, derajat ikatan ion obat tersebut dengan protein plasma atau jaringan dan hidrofobisitas dari obat tersebut.
(actor-faktor penting yang berhubungan dengan distribusi obat antara lain '
&erfusi darah melalui jaringan
!%
&erfusi darah melalui jaringan dan organ ber+ariasi sangat luas. &erfusi yang tinggi adalah pada daerah paru-paru, hati, ginjal, jantung, otak dan daerah yang perfusinya rendah adalah lemak dan tulang. Sedangkan perfusi pada otot dan kulit adalah sedang. &erubahan dalam aliran kecepatan darah !sakit jantung" akan mengubah perfusi organ seperti hati, ginjal dan berpengaruh terhadap kecepatan eliminasi obat.
#adar gradien, p0 dan ikatan at dengan makromolekul
&enetrasi obat tergantung pada luasnya kadar gradient, bentuk yang dapat berdifusi bebas, factor seperti p0 gradient dan ikatan pada konstituen intraseluler akan mempengaruhi akumulasi dalam jaringan.
&artisi ke dalam lemak
Obat yang larut dalam lipid dapat mencapai kosentrasi yang tinggi dalam jaringan lemak. Obat akan disimpan oleh larutan fisis dalam lemak netral. 7umlah lemak adalah 38> dari berat badan dan merupakan tempat penyimpanan untuk obat. 1emak juga mempunyai peranan dalam membatasi efek senya$a yang kelarutannya dalam lemak adalah tinggi dengan bekerja sebagai akseptor obat selama fase redistribusi.
Transfer aktif
!&
&emasukan ke dalam jaringan dapat juga terjadi dengan proses transport aktif. 2etadon, propanolol dan amfetamin diangkut ke dalam jaringan paru-paru oleh proses aktif. 0al ini merupakan mekanisme yang penting untuk pemasukan obat tersebut yang besar dalam paru-paru.
Sa$ar
)istribusi obat ke susunan syaraf pusat dan janin harus menembus sa$ar khusus yaitu sa$ar darah otak dan sa$ar uri. Sa$ar darah otak, penetrasi obat dari peredaran darah ke dalam ruang ekstraseluler susunan saraf sentral dan cairan cerebrospinal dibatasi atau ditentukan oleh keadaan permukaan absorbs.
katan obat dengan protein plasma
(actor yang penting dalam distribusi obat adalah ikatannya dengan protein plasma yang merupakan makromolekul. Banyak obat terikat dengan protein di dalam plasma darah dan jaringan lain. Umumnya ikatannya merupakan proses re+ersible dan akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat. &rotein yang terdapat dalam plasma dan mengadakan ikatan dengan obat adalah albumin. Bentuk persamaan obat dengan protein dapat dituliskan sebagai berikut '
!'
Obat #rotein #lasma
kom#leks obat-#rotein #lasama
katan senya$a kompleks obat tersebut akan berdisosiasi, hingga bentuk obat tersebut dapat diekskresikan.
*.
Metabolisme
2etabolisme sering disebut biotransformasi dan merupakan suatu istilah yang menggambarkan metabolism obat. #ebanyakan obat akan mengalami biotransformasi terlebih dahulu agar dapat dikeluarkan dari badan. &ada dasarnya tiap obat merupakan at asing yang tidak diinginkan oleh badan dan badan berusaha merombak at tersebut menjadi metabolit yang bersifat hidrofil agar lebih lancar diekskersikan melalui ginjal, jadi reaksi biotransformasi yang merupakan peristi$a detoksifikasi.
!(
)alam metabolisme senya$a asli mengalami perubahan kimia$i dan dianggap sebagai mekanisme eliminasi obat, meskipun masalah ekskresi metabolit tetap ada. #ebanyakan metabolit mempunyai sifat partisi yang nyata berbeda dibanding dengan senya$a aslinya terutama sifat lipofilnya menurun. Senya$a baru tersebut mudah diekskresikan karena tidak segera diabsorbsi dari cairan tubuli ginjal. 2etabolism dapat berpengaruh terhadap akti+itas biologi dari obat dengan bermacam-macam cara. #ebanyakan akti+itas farmakologi dapat menurun atau hilang setelah mengalami metabolism. 0al tersebut dapat digunakan untuk menentukan lama maupun intensitas aksi obat. &ada beberapa obat yang disebut produk tidak aktif secara biologi, tetapi metabolisme obat itu dapat mengaktifkan obatnya dalam hal ini dimaksudkan agar tujuan terapi dapat tercapai.
D.
Ekskresi
Organ yang paling penting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresikan dalam struktur tidak berubah atau sebagai metabolit. 7alan lain yang utama adalah eliminasi obat melalui system empedu masuk ke dalam usus kecil, obat atau metabolitnya dapat mengalami reabsorbsi !siklus enterohepatik" dan eliminasi dalam feses !kotoran manusia". 7alur ekskresi yang jumlah obat sedikit ada lah melalui
!)
air ludah dan air susu merupakan suatu rute yang menimbulkan masalah bagi bayi yang disusui. %at yang menguap seperti gas anestesi berjalan melalui epitel paru-paru. ?injal merupakan organ ekskresi yang penting . ekskresi merupakan resultante dari 5 proses antara lain ' a.
(iltrasi di glumerolus
?lumerolus merupakan jaringan kapiler dapat mele$atkan semua at yang lebih kecil dari albumin melalui cela antara sel end otelnya sehingga semua obat yang tidak terikat protein plasma mengalami filtrasi disana. b.
Sekresi aktif di tubuli proksimal
Banyak obat diangkut melaui tubuli proksimal secara aktif ke dalam urine yang ada di tubuli dan disebut sekresi tubuli aktif. Sekresi obat dapat ditunjukan bila kecepatan pembuangan urine melebihi kecepatan filtrasi glomeruli. c.
)i tubuli proksimal dan distal terjadi reabsorbsi pasif untuk bentuk non ion. Oleh karena itu untuk obat berupa elektrolit lemah, proses reabsorbsi ini bergantung pada p0 lumen tubuli yang menentukan derajat ionisasi. Bila urine lebih basa, asam lemah terionisasi lebih banyak sehingga reabsorbsinya berkurang, akibatnya ekskresinya meningkat. Sebaliknya bila urine lebih
!*
asam, ekskresi asam lemah berkurang. #eadaan yang berla$anan terjadi dalam ekskresi basa lemah. Banyak metabolit obat yang berbentuk di hati di ekskresi ke dalam usus melalui empedu, kemudian dibuang melalui feses, tetapi lebih sering diserap kembali di saluran cerna dan akhirnya diekskresi melalui ginjal. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relati+e kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. 1iur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu.
2.2.+
Fasa Farmako"inamika adalah fase dimana obat telah berinteraksi dengan sisi reseptor dan siap memberikan efek. (ase farmakodinamik sendiri yang dipelajari adalah efek obat dalam tubuh atau mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologis tubuh. #ebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui salah satu dari proses interaksi obat dengan reseptor, interaksi obat dengan enim, dan kerja obat non spesifik.nteraksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat berinteraksi dengan bagian dari sel, ribosom, atau tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor.
!+
bereaksi, maka efeknya akan meningkat. nteraksi obat dengan enim dapat terjadi jika obat atau at kimia berinteraksi dengan enim pada tubuh. Obat ini bisa dengan cara mengikat !membatasi produksi" atau memperbanyak produksi dari enim itu sendiri. ontohnya obat kolinergik. Obat kolinergik bekerja dengan cara mengikat enim asetilkolin esterase. Enim ini sendiri bekerja dengan cara mendegradasi asetilkolin menjadi asetil dan kolin. 7adi ketika asetilkolin esterase dihambat, maka asetilkolin tidak akan dipecah menjadi asetil dan kolin.@ang ketiga adalah kerja non spesifik. 2aksud dari kerja non spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan cara tanpa mengikat reseptor. ontoh dari obat-obatan ini adalah Aa-bikarbonat yang merubah cairan p0 tubuh, alkohol yang mendenaturasi protein, dan norit yang mengikat toksin, at racun, atau bakteri. Obat yang berikatan dengan reseptor disebut agonis. #alau ada obat yang tidak sepenuhnya mengikat reseptor dinamakan dengan agonis parsial, karena yang diikat hanya sebagian !parsial". Selain menimbulkan efek farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu senya$a kimia juga bisa tidak menimbulkan efek farmakologis. at tersebut diberinama antagonis. 7ika nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara bersamaan dan obat antagonis memiliki ikatan yang lebi kuat maka dapat menghalangi efek agonis. *ntagonis sendiri ada yang kompetitif dan antagonis non-kompetitif.
$
)isebut antagonis kompetitif ketika obat itu berikatan di tempat yang sama dengan obat agonis.
2.+
*ara -ara #emberian obat
)isamping faktor formulasi, cara pemberian obat turut menentukan cepatlambatnya dan lengkap atau tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek yang diinginkan,yaitu efek sistemis !di seluruh tubuh " atau efek lokal ! setempat ", keadaan pasien dan sifat-sifat fisika : kimia obat. a) Efek ,istemis
!3" Oral
&emberiannya melalui mulut. 2udah dan aman pemakaiannya , laim dan praktis Tidak dapat diterapkan untuk obat yang bersifat merangsang !emetin, aminofillin" atau yang diuraikan oleh getah lambung !benil penisilin, insulin,dan oksitosin"
$!
)apat terjadi inakti+asi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat kerjanya )igunakan untuk mencapai efek lokal dalam usus misalnya untuk obat cacing,
dan obat diagnostik untuk pemotretan lambung-usus. &emberian antibiotik untuk sterilisasi lambung-usus pada infeksi atau sebelum
operasi.
!4" Oromukosal &emberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu '
Sub 1ingual ' Obat ditaruh diba$ah lidah • Terjadi resorpsi oleh selaput lendir ke +ena-+ena lidah yang sangat banyak. • Obat langsung masuk peredaran darah tanpa melalui hati !tidak di•
•
inaktifkan". Efek yang diinginkan tercapai lebih cepat. Efektif untuk serangan jantung, asthma. #urang praktis untuk digunakan terus menerus karena dapat merangsang
•
selaput lendir mulut. Bentuk tablet kecil contoh sosorbid tablet.
• •
Bucal' Obat diletakkan diantara pipi dan gusi. •
!5" njeksi *dalah pemberian obat secara parenteral, yaitu di ba$ah atau menembus kulit= selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk '
2emberikan efek obat dengan cepat.
$$
Terutama untuk obat-obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung )iberikan pada pasien yang tidak sadar, atau tidak mau bekerja sama. #eberatan pada pasien yang disuntik !sakit" dan mahal, sulit digunakan. *da bahaya infeksi, dapat merusak pembuluh atau saraf.
2acam-macam jenis suntikan' 3. Subkutan =hipodermal !s.c". &enyuntikan di ba$ah kulit , hanya untuk obat yang tidak merangsang dan larut baik dalam air atau minyak, efeknya agak lambat dibanding cara i.m atau i+, mudah digunakan sendiri contohnya suntikan nsulin.
,ubkutan hi#o"ermal (s.).
%$4. ntra muscular !i.m". &enyuntikan dilakukan dalam otot , resorpsi obat berlangsung 3 -5 menit untuk memperpanjang kerja obat sering dipakai larutan atau suspensi dalam minyak. Tempat injeksi otot pantat atau lengan atas.
ntra musular (i.m).
5. ntra +ena !i.+". &enyuntikan dilakukan didalam pembuluh darah, efeknya paling cepat !3C detik" karena benda asing langsung dimasukkan kedalam aliran darah, sehingga mengakibatkan reaksi-reaksi hebat seperti turunnya tekanan darah secara mendadak shock dan sebagainya. nfus intra+ena dengan obat sering dilakukan dalam rumah sakit pada keadaan darurat, atau dengan obat yang
$&
cepat metabolismenya dan ekskresinya guna mencapai kadar plasma tetap tinggi. Bahaya trombosis terjadi bila infus dilakukan terlalu sering pada satu tempat.
ntra /ena (i./).
6. ntra arteri !i.a". &enyuntikan kedalam pembuluh nadi, dilakukan untuk membanjiri suatu organ misalnya &ada penderita kanker hati.
8. ntra cutan !i.c" &enyuntikan dilakukan didalam kulit , absorbsi sangat perlahan misalnya tuberculin test dari 2antouD.
$'
ntra utan (i.)
9. ntra lumbal &enyuntikan dilakukan kedalam ruas tulang belakang !sumsum tulang belakang" misalnya anestetika umum.
;. ntra peritonial. &enyuntikan kedalam ruang selaput ! rongga " perut.
C. ntra cardial &enyuntikan kedalam jantung.
. ntra pleural &enyuntikan kedalam rongga pleura.
$(
3. ntra articuler &enyuntikan kedalam celah-celah sendi.
!6" mplantasi Obat dalam bentuk &ellet steril dimasukkan diba$ah kulit dengan alat khusus !trocar". Terutama digunakan untuk efek sistemik lama , misalnya obat-obat hormon kelamin !estradiol dan testosteron". *kibat resorpsi yang lambat satu pellet dapat melepaskan at aktifnya secara teratur selama
5-8 bulan.
!8"
ontoh ' Suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek lokal mis $asir
$)
Salep yang dioleskan pada permukaan rektal hanya mempunyai efek lokal.
!9" Transdermal. ara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap secara perlahan dan kontinyu masuk kedalam sistim peredaran darah, langsung ke jantung. Umumnya untuk gangguan jantung misalnya *ngina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 46 jam contohnya Aitrodisk dan Aitroderm TTS !Therapeutik Transdermal System", dan preparat hormon.
b) Efek lokal (#emakaian setem#at)
$*
!3" #ulit !&ercutan" Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit, bentuk obat salep, cream dan lotio.
!4" nhalasi. Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan, dan pernafasan. ontoh' bentuk sediaan gas, at padat atau aerosol.
!5" 2ukosa 2ata )an Telinga Obat diberikan melalui selaput = mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi kedalam darah dan menimbulkan efek.
!6" ntra +aginal. Obat diberikan melalui selaput lendir atau mukosa +agina , biasanya berupa obat anti fungi dan pencegah kehamilan. )apat berbentuk o+ula, salep, cream dan cairan bilas
$+
!8" ntranasal. Obat diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput atau mukosa hidung yang membengkak, contohnya Otri+in