PERCOBAAN VI KIMIA TEMBAGA I. Tujuan Percobaan Adapun tujuan yang dari percobaan ini adalah sebagai berikut 1. Mempelajari beberapa reaksi pendahuluan tentang tembaga 2. Mempelajari pembuatan tembaga 3. Mempelajari reaksi antara Cu2O dan CuO dengan senyawa asam II. Landasan Teori Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+mengalami disporpodionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai dalam keadaan bagaimana Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada banyak jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+). Disporpodionasi ini akan menjadi sempurna. Dilain pihak jika Cu+dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap). Cu2+sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap. (Petrucci, 1987 :350)
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Melebur pada 1038 . Karena potensial standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) (8M) dengan mudah melarutkan tembaga : 3Cu + 8HNO3 3Cu2+ + + 2NO + 4H2O Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga : Cu + 2H2SO4 Cu2+ + + SO2 + 2H2O Tembaga ,udah ,udah larut dalam air raja : 3Cu + 6HCl + 2HNO3 3Cu2+ + 6Cl- + 2NO + 4H2O Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa – senyawa tembaga(I) diturunkan dari tembaga (I) oksida Cu 2O yang merah, dan mengandung ion tembaga(I), Cu+. Senyawa – senyawa ini tidak berwarna, kebanyakan garam tembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak(I).
100
mereka mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga(II), yang dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam. Garam – garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air; warna ini benar – benar benar khas hanya untuk ion tetrakuokuprat(II) [Cu(H 2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya ion kompleks tetrakuokuprat(II) (yaitu warna ion tembaga(II) dalam larutan air), adalah 500 dalam batas konsentrasi 1 dalam 10 4. Garam – garam garam tembaga(II) anhidrat, seperti tembaga(II) sulfat anhidrat CuSO 4, berwarna putih(atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion kompleks tetrakuo. (G. Svehla.1985:229)
Tembaga memiliki elektron s tunggal di luar kulit 3 d yang yang terisi. Ini agak kurang umum dengan golongan alkali kecuali stoikiometri formal dalam tingkat oksidasi +1. Kulit d yang yang terisi jauh kurang efektif daripada kulit gas mulia dalam melindungi elektron s dari muatan inti, sehingga potensial pengionan pertama Cu lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron – elektron elektron pada kulit d juga dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga juga jauh lebih tinggi daripada alkali. Faktor – faktor faktor ini bertanggung jawab bagi sifat lebih mulia tembaga. Pengaruhnya adalah membuat lebih kovalen dan memberikan energi kisi yang lebih tinggi, yang tidak dilampaui oleh jari – jari CU+ yang lebih kecil, 0,93 dibandingakn dengan Na + , 0,95 Å, dan K + , 1,33 Å. Tembaga tidak melimpah (55ppm) namun terdistribusi secara luas sebagai logam, dalam sulfida, arsenida, klorida, dan karbonat. Mineral yang paling umum adalah chalcopyrite CuFeS 2. Tembaga diekstraksi dengan permanganan dan peleburan oksidatif, atau dengan pencucian dengan bantuan mikroba, yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat. Tembaga digunakan dalam aliasi seperti kuningan dan bercampur sempurna dengan emas. Ia sangat lambat teroksidasi superfisial dalam uap udara, kadang – kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat (dari SO2 dalam atmosefer). Senyawaan tembaga mengkatalisis sederatan reaksi yang sangat beragam, heterogen, homogen, dalam fase uap, dalam pelarut organik, dan dalam larutan
101
akua. Banyak dari reaksi ini, khususnya bila dalam larutan akua, melibatkan sistem oksidasi – reduksi reduksi dan suau siklus redoks Cu I - CuII. Senyawa tembaga memiliki banyak kegunaan dalam kimia organik untuk oksidasi, misalnya oksidasi fenol dengan kompleks Cu 2+, -amina, halogenasi, reaksi kopling, dan sejenisnya. Tembaga(II) dianggap penting dalam biokimia. (Albert Cotton.1989:477) Beberapa Sifat Kimia Tembaga
a. Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3. b. Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 °C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 ºC, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah. c. Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer seperti HCl encer dan H 2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl 2 ¯(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan kesetimbangan bergeser ke arah produk.
Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut
d. Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi
102
e. Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH 3)4+. f. Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida. (Emel Seran.2010. Diakses 9 Mei 2014)
103
III. Metode Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
1) Tabung reaksi 2) Rak tabung reaksi 3) Tabung lebur 4) Gelas kimia 5) Corong 6) Penjepit tabung 7) Gelas ukur 10 mL 8) Pembakar bunsen 9) Gelas kimia 10) Pipet tetes 3.1.2 Bahan
1) Tembaga 2) Kalium Natrium Tartrat 3) H2SO4 1 M 4) HNO3 2M 5) Glukosa 6) Tembaga (II) Oksida 7) Amoniak 8) HCl pekat 9) CuSO4 0,25 M 3.2 Skema Kerja 3.2.1 Percobaan Pendahuluan
Sekeping Logam Dibakar pada nyala api HASIL
Sekeping Tembaga 104
Dimasukkan ke dalam 2 mL asam nitrat encer Dipanaskan Diperiksa gas yang terbentuk HASIL
2 mL tembaga sulfat Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan tetes demi tetes NaOH samapai larutan amoniak berlebih HASIL
2 mL tembaga sulfat Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan larutan HCl pekat samapi tidak terjadi perubahan HASIL
3.2.2 Tembaga (I) dan Tembaga (II)
5 mL temabaga sulfat Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 5 mL NaOH Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 1 gr glukosa Dipanaskan sampai terbentuk endapan Endapan 105
Dibiarkan endapan mengendap Dicuci dengan air HASIL
0,1 gr CuO
0,1 gr Cu2o
Dimasukkan ke dalam tiga tabung t abung reaksi berbeda Ditambahkan secara perlahan HCl encer, H2SO4 encer, dan HNO 3 encer ke dalam masing – masing masing tabung reaksi sampai asam berlebih Dipanaskan Diamati apa yang terjadi HASIL
106
IV. Hasil dan Pembahasan Pembahasan 4.1 Data Pengamatan 4.1.1 Percobaan Pendahuluan No
1 2
3
4
Perlakuan
Hasil
Sekeping logam dipanaskan pada nyala nyala api
Terjadi perubahan warna, dari merah bata menjadi ungu dan terakhir hitam dan timbul asap - Sekeping logam tembaga - Tidak terjadi perubahan direndam dalam HNO3 encer - Dipanaskan - Larutan HNO3 menjadi biru muda, dan gas yang terbentuk berwarna cokelat dan menimbulkan bau menyengat - Berwarna biru - 2 mL larutan CuSO 4 - (+) 26 tetes NaOH encer - Perubahan warna menjadi biru pekat dan terdapat terdapat endapan - Perubahan warna menajdi hijau - (+) 24 tetes NaOH tosca - Larutan menjadi bening dan - Didiamkan endapan hijau lumut 2 mL CuSO4 + HCl pekat Terjadi perubahan warna dari biru menjadi biru aqua
4.1.2 Tembaga (I) dan Tembaga (II) 4.1.2.1 Pembuatan Tembaga (I) Oksida Perlakuan
- 5 mL CuSO4 + NaOH + Glukosa
- Dipanaskan
Hasil
- Larutan berwarna biru tua, glukosa tidak larut, permukaan larutan berwana biru kehijauan dan terdapat gumpalan - Terjadi perubahan warna menjadi jingga j ingga dengan endapan jingga menjadi cokelat dan timbul aroma karamel
4.1.2.2 Reaksi Antara Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan asam No Perlakuan Hasil
1
- Endapan Cu2O + HCl - Dipanaskan
2
-
Endapan Cu2O + HNO3
3
- dipanaskan - Endapan Cu2O + H2SO4
- Tembaga mengendap, endapan berwarna cokelat cokelat menajadi cokelat cokelat keabu-abuan - Larutan menjadi hijau dan endapan tetap ada - Sebagian endapan melarut, larutan abu – abu abu menjadi dari bening - Larutan menjadi hijau muda - Tidak terjadi reaksi
107
4
5 6
-
dipanaskan CuO + HCl Dikocok Dipanaskan
-
CuO + H2SO4 Dikocok Dipanaskan CuO + HNO3 Dikocok
- Dipanaskan
-
Larutan menjadi hijau Larutan berwarna hitam Larutan menjadi biru aqua Larutan menjadi hijau dan tembaga larut - Larutan berwarna hitam - Larutan menjadi - Larutan menjadi biru dan tembaga larut - Larutan berwarna hitam - Larutan menjadi biru kehitaman dan tembaga tidak larut - Larutan menjadi biru dan tembaga larut
108
4.2 Pembahasan
Temabaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Senyawaan tembaga mengkatalisis sederatan reaksi yang sangat beragam, heterogen, homogen, dalam fase uap, dalam pelarut organik, dan dalam larutan akua. Banyak dari reaksi ini, khususnya bila dalam larutan akua, melibatkan sistem oksidasi – reduksi reduksi dan suau siklus redoks Cu I - CuII. Pada percobaan ini kita dapat melihat reaksi yang terjadi pada tembaga dengan senyawa lain serta dapat menegtahui pembuatan senyawa Temabag (I). percobaan ini diawali dengan percobaan pendahuluan, dimana disini kita dapat melihat bagaimana reaksi yang terjadi ketika senyawa tembaga direaksikan dengan senyawa lainnya. 4.2.1
Percobaan Percobaan Pendahuluan
Logam Cu dibakar
Percobaan pendahuluan diawali dengan mengamati reaksi yang terjadi ketika sekeping logam tembaga dibakar pada pembakar bunsen. Reaksi yang dapat diamati yaitu perubahan warna pada keping tembaga, dimana sebelum dibakar, keping tembaga berwarna merah bata namun setelah proses pembakaran terjadi perubahan warna menjadi ungu. Terjadinya perubahan warna ini menunjukan bahwa tembaga mengalami oksidasi menjadi tembaga (I) oksida. Dengan reksi sebagai berikut: 2Cu + O2 2CuO Reaksi antara logam Cu dengan HNO 3 Encer
Selanjutnya, sekeping tembaga dicelupkan ke dalam larutan HNO 3 encer kemudian dipanaskan. Disini ketika tembaga dimasukkan ke dalam larutan HNO 3 tidak terjadi reaksi, namun setelah dilakukan pemanasan terjadi reaksi antar keduanya dengan ditunjukan melalui perubahan warna dari larutan, dari bening menajdi biru muda dan uap dari dari pemanasan berwarna cokelat. cokelat. Gas yang terbentuk ini merupakan gas nitrogen. Ketika tembaga dioksidasi oleh asam nitrat pekat, HNO 3, untuk menghasilkan ion Cu 2+, asam nitrat direduksi direduksi menjadi gas gas nitrogen dioksida, gas gas beracun coklat dengan bau yang tidak enak, reakasi yang terjadi adalah : 109
Cu(s)
+
4HNO3(aq)
Cu(NO3)2(aq)
+
2NO2(g)
+
2H2O(l)
Dalam hal ini, tembaga direaksikan dengan asam nitrat encer, menghasilkan oksida nitrat, NO, sebagai gantinya: 3Cu(s) + 8HNO3(aq) 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l). Menurut literatur yang didapat, perubahan warna yang terjadi seharusnya hijau bukan biru, tembaga hanya biru saat moelekul air ditambahkan ke dalam larutan. Dalam asam asam nitrat pekat, ion nitrat dikoordinasikan dikoordinasikan dengan dengan ion tembaga (II), dan menghasilkan larutan berwarna hijau sebagai hasil reaksi. Sama halnya dengan asam asam nitrat pekat, pekat, larutan membiru ketika ketika air ditambahkan ditambahkan pada asam nitrat encer. Pada perobaan ini tidak dilakukan penambahan air, namun warna yang dihasilkan sudah biru, kemungkinan ini dapat terjadi karena uap air yang terbentuk pada dinding tabung reaksi mengalir dan bercampur dengan larutan sehingga larutan berwarna biru. CuSO4 + NaOH
Pada percobaan ini dilakukan pencampuran antara larutan CuSO 4 dan NaOH. Penambahan larutan NaOH dilakukan tetes demi tetes untuk mengamati setiap perubahan yang terjadi. Larutan CuSO 4 berwarna biru, setelah ditambahkan NaOH terjadi perubahan perubahan warna menjadi menjadi biru pekat dan terdapat endapan. endapan. Reaksi yang terjadi pada penambahan NaOH pertama yakni : CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Cu(OH)2(s) + Na2SO4(aq) Ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang menempel pada ion tembaga. Setelah ion hidrogen hilang dari dua molekul air, yang tersisa sebuah kompleks netral yang tidak larut dalam air sehingga endapan terbentuk.
Kemudian dilakukan penambahan NaOH lagi sampai amonia berlebih, terjadi perubahan lagi menjadi larutan berwarna hijau toska, dan setelah didiamkan larutan menajdi bening dan endapan yang terbentuk tetap ada. Amonia 110
bertindak baik sebagai basa dan ligan. Dalam jumlah kecil amonia, ion hidrogen ditarik ion SO42- persis seperti dalam kasus ion hidroksida untuk menghasilkan kompleks netral yang sama. CuSO4 + 4NH3 [Cu(NH3)4] + SO4 CuSO4 + HCl
Disini praktikan merekasikan antara HCl pekat dengan CuSO 4 hingga tidak terjadi perubahan lagi. HCl pekat yang ditambahkan pada CuSO 4 sebanyak 50 tetes. Reaksi yang terjadi yakni perubahan warna larutan dari biru menjadi biru aqua. Penambahan HCl pekat akan mengakibatkan mengakibat kan ion SO 4 digantikan oleh klorida. Dengan reaksi yang terjadi yaitu : CuSO4 + 4Cl- + H+ CuCl42- + HSO44.2.2
Tembaga (I) dan Tembaga (II)
Pembuatan Pembuatan Cu(I) Oksida
Percobaan ini diawali dengan pembuatan senyawa Cu(I) oksida. Untuk memperoleh Cu(I) oksida dilakukan dengan merekasikan CuSO 4 dengan NaOH serta glukosa. Disini terjadi reaksi dengan adanya perubahan warna, kemudian dilakukan pemanasan sehingga larutan menjadi jingga dan tercium aroma karamel, aroma karamel ini berasal dari glukosa yang dipanaskan. Proses pemanasan pemanasan ini dimaksudkan untuk mempercepat proses reaksi. Terjadi perubahan warna menunjukkan bahwa pada penambahan glukosa akan mereduksi ion Cu 2+ dari CuSO4, reaksi ini menghasilkan endapan berwarna bata, yang merupakan temabaga (I) oksida. Reaksi yang terjadi : H
O
-
O
C
O C
H
C
OH
HO
C
H
+ Cu
2+
-
H
C
OH
HO
C
H
+ Cu2O
+ OH
H
C
OH
H
C
OH
H
C
OH
H
C
OH
CH2OH
+ H2O
CH2OH
111
Reaksi antara Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II)
Endapan Tembaga (I) oksida kemudian digunakan untuk melihat reaksi antara Tembaga (I) Oksida dengan HCl, HNO 3, dan H2SO4. Percobaan ini dilakukan untuk membandingkan reaksi antara Tembaga (I) oksida dan Tembaga (II) oksida dengan beberapa senyawa asam. Selain itu, kiata dapat melihat mana yang mengalami reaksi disproposionasi. d isproposionasi. Kimia tembaga tembaga dibatasi oleh reaksi reaksi yang melibatkan ion tembaga (I) dalam larutan. larutan. Ini adalah adalah contoh dari disproporsionasi disproporsionasi yamg merupakan suatu reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama. Jadi, sebagian dari zat itu mengalami oksidasi dan sebagian lagi mengalami reduksi. Reaksinya
Ion tembaga (I) dalam larutan l arutan yang tidak proporsional untuk membentuk ion tembaga (II) dan endapan tembaga. 1. Cu2O + HCl Ketika tembaga(I) oksida direaksikan dengan HCl, tembaga tersebut mengendap pada dasar tabung reaksi, endapan yang awalnya berwarna merah bata berubah menajdi abu – abu. Kemudian dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk mempercepat reaksi antar keduanya. Setelah dilakukan pemanasan pemanasan terjadi perubahan warna larutan menjadi hijau muda dan endapan tidak larut. Penambahan HCl dimaksudkan untuk melarutkan tembaga sehingga akan terbentuk kompleks klorin, dengan reaksi Cu2O(s) + 2HCl(aq) 2CuCl(s) + H2O(l) Dengan adanya ion klorida berlebih dari HCl, akan memberikan reaksi kestabilan, dan melarutkan tembaga (I) oksida, sehingga reaksi menjadi CuCl(s) + Cl-(aq) [CuCl2]-(aq) 2. Cu2O + HNO3
112
Dengan perlakuan yang sama, direaksikan Cu 2O dengan HNO3 menghasilkan reaksi berupa perubahan warna larutan dari bening menajadi abu – abu dimana sebagian tembaga melarut. Dengan reaksi yang terjadi Cu2O + 2HNO3 2Cu(NO3) + H2O 3. Cu2O + H2SO4 Reaksi yang dapat diamat pada percobaan ini yaitu tidak terjadi perubahan dimana temabag tidak larut, namun dilakukan pemanasan sehingga tembaga larut dan larutan berwarna hijau muda. Menurut literatur, seharusnya pada reksi ini terbentuk endapan cokelat dan larutan berwarna biru yanag terjadi karena adanya reaksi disproposionasi. Reaksi yang terjadi: Cu2O + H2SO4 Cu + CuSO 4 + H2O 4. CuO direaksikan HCl, HNO3, H2SO4 Ketika CuO direaksikan dengan HCl, HNO3, DAN H2SO4, terjadi reaksi yang sama dimana terjadi perubahan warna larutan ketika sudah dipanaskan, dimana larutan awal berwarna abu – abu abu menjadi hijau untuk reaksi dengan HCl dan biru reaksi dengan HNO 3 dan H2SO4 dengan semua endapan tembaga melarut. Dengan reaksi ketiga sebagai berikut : CuO + 2HCl CuCl2 + H2O CuO + 2HNO3 Cu(NO3) + H2O CuO + H2SO4 CuSO4+ H2O
113
V.
Kesimpulan dan Saran
5.1
Kesimpulan Reaksi Pendahuluan
1. Reaksi yang terjadi pada pembakaran logam Cu merupakan reaksi oksidasi 2. Keping tembaga yang direndam dalam larutan HNO 3 akan dioksidasi oleh asam nitrat untuk menghasilkan ion Cu 2+, asam nitrat direduksi menjadi nitrogen dioksida. 3. Ion hidroksida dari NaOH menghilangkan ion hidrogen dari ligan air yang menempel pada ion tembaga, serta penambahan NaOH berlebih bertujuan agar terbentuk amonia, amonia, dimana amonia bertindak bertindak baik sebagai sebagai basa dan ligan. 4. Penambahan Penambahan HCl pekat pekat akan mengakibatkan mengakibatkan ion SO 4 digantikan oleh klorida Tembaga (I) dan Tembaga (II)
1. Untuk memperoleh Cu(I) oksida dilakukan dengan merekasikan CuSO 4 dengan NaOH serta glukosa. 2. Reaksi disproporsionasi disproporsionasi merupakan suatu reaksi redoks yang yang oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama. Jadi, sebagian dari zat itu mengalami oksidasi dan sebagian lagi mengalami reduksi. 5.2
Saran
Kekurangan alat dan bahan dapat mengganggu kelangsungan praktikum, oleh karena itu, disarankan untuk melengkapi semua alat dan bahan sehingga setiap percobaan dapat terlaksana dengan baik.
114
VI.
Daftar Pustaka
Cotton, F. Albert. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press Emel
Seran.2010.
Tembaga.
Diakses
Pada
9
Mei
2014.
http://wanibesak.wordpress.com/2010 http://wanibesak.wor dpress.com/2010/11/07/tembaga-tamb /11/07/tembaga-tambang-sifatang-sifatdan-kegunaan/ Petrucci, Ralph H. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga Svehla, G. Analisa Kualilatif Anorganik Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka
115
Pertanyaan
1. Jelaskan faktor apa yang mempengaruhi kestabilan ion cupri dibandingkan dengan ion cupro? Jawab: Konfigurasi dari : Cu : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1 Cu+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s0 Cu2+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d9 4s0 Ditinjau dari struktur elektron yang lebih stabil adalah Cu +, karena elektronnya terisi penuh, sedangkan untuk ion Cu 2+ tidak stabil karena orbital tidak terisi penuh elektron. 2. Berdasarkan jawaban saudara pada soal No 1, manakah yang lebih banyak kelimpahannya kelimpahannya di alam, senyawa cupro atau senyawa cupri? Jawab: Kelimpahan yang lebih banyak adalah ion Cupri, hal ini dikarenakan kestabilan ion ini dalam membentuk persenyawaanya. persenyawaanya. 3. Faktor apakah yang menyebabkan perbedaan warna antara ion cupro dan ion cupri dalam larutan air? Jawab: Senyawa tembaga (I) stabil dalam larutan air bila keadaan tembaga (I) mengalami disproporsionasi dalam larutan air dan bila konsentrasi dari tembaga tersebut sangat rendah 4. Tuliskan semua reaksi yang terjadi dalam percobaan ini? Jawab: 1)
Oksidasi logam tembaga 2Cu + O2 2CuO
2)
Reaksi logam tembaga dengan asam nitrat encer
() () ( ( )() ) ) () () 3)
Reaksi tembaga (II) sulfat dengan Natrium hidroksida
116
() 4)
Reaksi ion Cupri dengan amonia CuSO4 + 4NH3 [Cu(NH3)4] + SO4
5)
Reaksi tembaga (II) sulfat dengan asam klorida pekat CuSO4 + 4Cl- + H+ CuCl42- + HSO4-
6)
Pembuatan tembaga(I) tembaga(I) / uji fehling H
O
-
O
C H
C
OH
HO
C
H
+ Cu
2+
-
H
C
OH
HO
C
H
+ Cu2O
+ OH
H
C
OH
H
C
OH
H
C
OH
H
C
OH
CH2OH
7)
O C
+ H2O
CH2OH
Reaksi tembaga (I) oksida dengan asam sulfat encer
8)
Reaksi tembaga (I) oksida dengan asam klorida encer Cu2O(s) + 2HCl(aq) 2CuCl(s) + H2O(l) CuCl(s) + Cl-(aq) [CuCl2]-(aq)
9)
Reaksi tembaga (I) oksida dengan asam nitrat encer Cu2O + 2HNO3 → 2Cu(NO3) + H2O
10)
Reaksi tembaga (II) oksida dengan asam sulfat encer
11)
Reaksi tembaga (II) oksida dengan asam klorida encer
12)
Reaksi tembaga (I) oksida dengan asam nitrat encer
( ( ) 5. Jelaskan mengapa ion cupro dapat mengalami reaksi disproporsionasi? disproporsionasi? Jawab: 117
Ion Cu+ mengalami disproporsionasi dalam larutan air meskipun stabil dalam keadaan bebas bebas air. Tembaga (I) klorida tidak melarut dalam air sehingga dengan demikian Cu + tidak mengalami disproporsionasi. Tembaga (I) klorida membentuk ion Cu (I) klorida lebih stabil terhadap Cu (II) klorida. Hal ini terjadi karena Cu+ mudah teroksidasi menjadi Cu (II). Tembaga (I) klorida cukup stabil dan mudah dibuat dengan terurainya tembaga (II) klorida pada saat pemanasan menjadi tembaga (I) klorida
118