PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
PERKOLASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ekstrak adalah sediaan pekat diperoleh dengan cara ekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan pelarut yang sesuai. Salah satu kriteria ekstrak yang baik yakni terdapat senyawa aktif, baik secara kuantitas dan kualitas sehingga memiliki aktivitas biologis tinggi. Pemilihan pelarut dalam proses penyarian adalah salah satu faktor yang berpengaruh dalam menghasilkan ekstrak yang baik. Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah ad alah pelarut yang optimal untuk ekstraksi senyawa aktif, sehingga senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak yang dihasilkan terkandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan (Anonim, 2000). Pelarut yang optimal dapat menyari senyawa aktif dengan baik dan selektif, sehingga ekstrak hasil penyarian memiliki aktivitas yang paling tinggi. Untuk didapatkan komposisi pelarut yang optimal perlu dilakukan suatu proses optimasi. Jumlah senyawa yang terambil dalam proses ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu metode ekstraksi, pelarut dan lamanya waktu ekstraksi (Rostagno et al. 2004). Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan gesekan (friksi).
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
1
PERKOLASI
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Dan juga karena ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.
Karena
kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi
lapisan
batas,
sehingga
dapat
meningkatkan
perbedaan
konsentrasi. Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka perkolasi diganti dnegan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan
sari dengan
pemanasan
pada
reperkolasi tidak dilakukan
pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara simplisia dibagi dalam beberapa percolator (Arief TQ, Mochammad, 2004.).
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
2
PERKOLASI
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Percobaan
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui ekstraksi simplisia daun sirsak dengan menggunakan metode ekstraksi perkolasi b. Agar mahasiswa dapat mengetahui
ekstraksi herba krokot dengan
menggunakan metode ekstraksi perkolasi
2. Tujuan Percobaan
a. Untuk memahami ekstraksi simplisia daun sirsak dengan menggunakan metode ekstraksi perkolasi. b. Untuk memahami ekstraksi herba krokot dengan menggunakan metode ekstraksi perkolasi.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
3
PERKOLASI
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkolasi 1. Definisi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya terusmenerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) (DitJen POM, 2000). 2. Prinsip
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder yang
bagian
bawahnya
diberi
sekat berpori.
Cairan penyari dialirrkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari
akan
melarutkan
zat
aktif
sel-sel
yang
dilalui
sampaimencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatangaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangii dengan gaya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan dalam perkolasi antara lain, gaya beratnya, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, dayya kapiler, dan daya gesekan (Agoes, 2007).
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
4
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
PERKOLASI
3. Keuntungan
a. Proses penarikan zat berkhasiat (zat aktif) dari tumbuhan lebih sempurna (Agoes, 2007). b. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan maserasi karena adanya aliran cairan penyari menyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi (Anonim, 1986). 4. Kerugian (Agoes, 2007)
a. Waktu yang dibutuhkan cukup lama dan peralatan yang digunakan mahal. b. Cairan yang digunakan banyak B. Sampel a) Herba krokot 1. Gambar Herba Krokot
2. Nama Simplisia
: Portulaca Oleracea Herba
3. Klasifikasi
Regnum
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
5
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Hamamelidae
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Portulacaceae
Genus
: Portulaca
Spesies
: Portulaca oleracea L.
PERKOLASI
4. Morfologi
Tumbuhan Krokot memiliki daun tunggal, tersebar atau berhadapan, umumnya rontok, dalam keadaan segar berdaging dan berwarna hijau. Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, ujung dari pangkal membundar atau tumpul, panjang tiap helaian sampai 10 mm dan lebar samai 4 mm (Anonim 1995). Ujung daun melekuk kedalam. Pangkal daun meruncing, tepi daun rata, panjang 1-4 cm. Permukaan atau daun warna hijau tua sedangkan bagian bawah merah tua. Bunga berkelompok, keluar dari ujung-ujung cabang, mahkota bunga kecil, berjumlah 5, warna kuning. Bunga mekar dari jam 8-10 pagi, layu menjelang sore. Buah berkotak, biji bnayak, kecil. Krokot merupakan tumbuhan berumur setahun, batang merebah, bentuk bulat, lunak dan berair, tidak berkayu, kulit batang warna colat keunguan, panjang batang 10-5 cm (Djauhariyah, 2004).
5. Manfaat/khasiat penggunaan
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
6
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
PERKOLASI
Tumbuhan Krokot berkhasiat sebagai obat disentri, radang usus buntu, sakit perut, radang gusi, demam, digigit binatang berbisa, eksim, jantung berdebar, kencing darah, dan bisul (Djauhariyah, 2004). Secara tradisional tanaman krokot digunakan sebagai obat alternatif untuk mengobati penyakit kulit (borok, bisul, radang
kulit, dan kudis)
(Dalimartha, 2009). 6. Kandungan kimia
Tanaman krokot mengandung garam kalium (KCl, KSO4, KNO3), 1noradrenalin noradrenalin, dopa mine, dopa, nicotin acid, tanin, saponin, vitamin (A, B dan C) (Hariana, 2005).
b) Daun sirsak 1. Gambar Daun Sirsak
2. Klasifikasi
Menurut Sunarjono, 2005 Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
7
PERKOLASI
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
Ordo
: Polycarpiceae
Familia
: Annonaceae
Genus
: Annona
Spesies
: Annona muricata L.
3. Morfologi
Morfologi dari daun sirsak adalah berbentuk bulat dan panjang, dengan bentuk daun menyirip dengan ujung daun meruncing, permukaan daun mengkilap, serta berwarna hijau muda sampai hijau tua. Terdapat banyak putik di dalam satu bunga sehingga diberi nama bunga berpistil majemuk. Sebagian bunga terdapat dalam lingkaran, dan sebagian lagi membentuk spiral atau terpencar, tersusun secara hemisiklis. Mahkota bunga yang berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari dua lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih-putiham, dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya. Bunga umumnya keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon bentuknya sempurna (hermaprodit) (Sunarjono, 2005).
4. Manfaat/khasiat penggunaan
Daun sirsak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif untuk pengobatan kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak.
Selain
untuk
pengobatan
kanker,
tanaman
sirsak
juga
dimanfaatkan untuk pengobatan demam, diare, anti kejang, anti jamur, anti parasit, anti mikroba, sakit pinggang, asam urat, gatal-gatal, bisul, flu, dan lain lain (Mardiana, 2011). AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
8
PERKOLASI
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
5. Kandungan kimia
Daun
sirsak
mengandung
kandungan
kimia
lainnya
alkaloid,
tanin,
termasuk Annonaceous
dan
beberapa
acetogenins.
Acetogenins merupakan senyawa yang memiliki potensi sitotoksik. Senyawa sitotoksik adalah senyawa yang dapat bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker (Mardiana, 2011). Acetogenins merupakan inhibitor kuat dari kompleks I mitokondria atau NADH dehidrogenase. Zat ini akan mengakibatkan penurunan produksi ATP yang akan menyebabkan kematian sel kanker, lalu kemudian memicu terjadinya aktivasi jalur apoptosis serta mengaktifkan p53 yang dapat menghentikan siklus sel untuk mencegah terjadinya proliferasi tak terkendali (Retnani, 2011).
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
9
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
PERKOLASI
10
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
PERKOLASI
BAB III METODE PRAKTIKUM A. Alat dan Bahan 1. Alat Yang Digunakan
a. Alat perkolasi b. Batang pengaduk c. Gelas kimia 250 mL d. Pisau e. Sarung tangan f.
Talenan
g. Timbangan digital 2. Bahan Yang Digunakan
a. Air b. Daun sirsak c. Herba krokot
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
11
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
PERKOLASI
B. Cara Kerja
1. Penyiapan sampel : a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. b. Dipanen sampel segar. c. Dicuci bersih sampel pada air mengalir. d. Dirajang sampel yang akan digunakan, kemudian ditimbang sebelum dikeringkan. e. Dikringkan sampel dibawah sinar matahari. 2. Proses Ekstraksi a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. b. Ditimbang sampel yang akan diekstraksi. c. Diremaserasi sampel dengan cara dimasukkan kedalam bejana tertutup kemudian ditambahkan cairan penyari dengan perbandingan 1 : 7,5, kemudian di diamkan selama ± 3 jam. d. Dipindahkan sampel sedikit demi sedikit kedalam perkolator yang bagian bawahnya telah diberi sekat berpori untuk menahan sampel. e. Dialirkan cairan penyari dari atas kebawah untuk melewati/melarutkan sampel. f. Diatur tetesan cairan penyari dengan kecepatan 1 mL per menit. g. Ditambahkan berulang-ulang cairan penyari untuk mengaliri sampel dan dihentikan jika cairan penyari yang mengaliri sampel berwarna bening. h. Dimasukkan kedalam wadah tertutup rapat dan dihitung ekstrak yang didapatkan.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
12
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
PERKOLASI
13
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
PERKOLASI
BAB IV DATA PENGAMATAN A. Perhitungan Daun Sirsak
1. % C =
=
2800 3000
100%
= 93,3%
2. % K =
100
=
171,69
100%
= 58,2% 3. % =
=
200
100%
= Herba Krokot
1. % C =
ℎ ℎ
=
3300 2526
100%
= 130%
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
14
PERKOLASI
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
2. % K =
=
ℎ 503,4 190,58
100%
= 2,64% 3. % =
=
200
100%
=
B. Tabel Pengamatan
Volume (mL)
Berat
Berat sampel No. Nama sampel
Cairan
Ekstrak
Ekstrak
residu
penyari
cair
kental
(g)
3000
2800
171,69
mL
mL
gram
3300
2526
190,58
mL
mL
gram
(g)
1.
2.
Daun sirsak
Herba krokot
100 g
503,4 g
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
15
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
PERKOLASI
16
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
PERKOLASI
BAB V PEMBAHASAN
Pada praktikum ini akan dilakukan ekstrasi pada sampel daun sirsak dan herba krokot dengan ekstrasi metode perkolasi. Praktikum ini memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman cara pengolahan sampel dan cara ekstrasi sampel dengan menggunakan metode perkolasi. Pada praktikum ini akan dilakukan ekstraksi dengan menggunakan metode perkolasi yang termasuk pada ekstraksi dingin. Pada metode perkolasi serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Kejenuhan dapat terlihat dengan warna yang dihasilkan sama dengan warna dari pelarut yang digunakan. Kelebihan dari metode perkolasi daripada metode maserasi adalah aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi. Sedangkan kekurangan dari metode perkolasi adalah menggunakan pelarut dalam jumlah besar. Pada proses ekstraksi dengan metode perkolasi, dengan di awali dilakukan maserasi selama 3 jam dengan tujuan untuk memberikan kesempatan sebesar-
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
17
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
PERKOLASI
besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya. Untuk menentukan akhir perkolasi, dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat terakhir. Setelah 3 jam massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam percolator tabung yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring yang telah dibasahi oleh etanol. Ini bertujuan untuk menjaga kecepatan aliran cairan penyari, jika kertas saring dibasahi dengan air maka air yang bersifat polar akan mempercepat aliran cairan. Serbuk simplisia dimasukkan sedikit demi sedikit sambil sesekali ditekan hati-hati, ini juga bertujuan untuk mengatur aliran dari cairan penyari. Setelah serbuk simplisia dimasukkan semuanya kemudian dimasukkan cairan penyari kedalam perkolator melalui dinding perkolator agar cairan penyari rata mengenai serbuk simplisia dan supaya tidak terbentuk lubang ditengah-tengah serbuk simplisia. Dan jika telah menunjukkan kejenuhan kemudian disaring dan diuapkan untuk mendapatkan ekstrak kental. Dari praktikum yang telah dilakukan dengan sampel daun sirsak dan herba mahoni diperoleh % cairan penyari yang tidak menguap daun sirsak 93,3% dan herba krokot 130% serta jumlah senyawa metabolit daun sirsak 58,2% dan herba krokot 2,64%. Sedangkan % rendemen belum diketahui karena belum dilakukan proses penguapan.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
18
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
PERKOLASI
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: a. % cairan penyari yang tidak menguap daun sirsak 93,3% dan herba krokot 130% b. Jumlah senyawa metabolit daun sirsak 58,2% dan herba krokot 2,64%.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan praktikum agar tidak terjadi kesalahan.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
19
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
PERKOLASI
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum E kstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta ; 9-11,16. Anonim, 1995, Tumbuhan Obat I ndonesi a, Jilid I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim,1986, Sediaan G alenik , Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
20
PERKOLASI
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI-II
LAMPIRAN
Penimbangan herba krokot Sebelum ekstraksi
Penimbangan herba krokot Setelah ekstraksi
Penimbangan daun sirsak Sebelum ekstraksi
Penimbangan daun sirsak Setelah ekstraksi
Perkolasi daun sirsak dan herba krokot
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
21