Suciati Ariningsih, "Pengembangan Model Pendidikan Menengah "Sekolah Kebangsaan " Di Daerah Terpencil, Tertinggal, Terluar dan Perbatasan Sebagai Impelmentasi Pembelajaran PKn". Jurnal Kemasyarakatan Vol.1, No.1 , Juni 2016.
M. Viqy Saputra Misya "Upaya Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan pendidikan di Komunitas Adat Terpencil" ( kepulauan Meranti: Universitas Riau, 2017), 5.
Onisimus Amtu, membenahi pendidikan di wilayah kepulauan, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 107.
Prof. Dr. H. Muhaimi, M.A., Dr. Hj. Suti'ah, M. Pd., Dr. Sugeng Listyo Prabowo, M. Pd., "Manjemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Pengembangan Sekolah/Madrasah", Jakarta: Prenadamedia Group, 2009, hlm. 29.
Ibid, hlm. 110.
Ibid, hlm. 111.
Muhammad Hidayat H. Yusuf, " Pengembangan Budaya Organisasi Dalam Lembaga Pendidikan". Jurnal Tarbawi Vol. 14. No. 1. Januari - Juni 2017
PENGEMBANGAN ORGANISASI PENDIDIKAN
Latar Belakang
Keberadaan suatu organisasi di era globalisasi sekarang menghadapi tantangan yang tidak ringan. Komplektivitas tantangan itu ditandai dengan menguatnya prinsip persaingan dengan pendekatan kualitas dan kualifikasi akademik yang tinggi. Penetapan standar mutu atas barang dan jasa serta kualitas dan profesionalisme setiap individu, semakin memperkuat integritas seseorang yang dibutuhkan. Organisasi-organisasi sosial yang hanya mengandalkan dedikasi dan loyalitas anggotanya, dengan sendirinya akan tergilas karena kemapanan ekonomi seseorang menentukan dukungan kepada organisasinya. Sekalipun demikian, organisasi-organisasi sosial mengedepankan dukungan moral dan keberpihakan, sehingga individu yang bekerja di dalamnya mrasa jauh lebih terhormat, jika dibandingkan dengaan organisasi profit yang bergerak pada bidang produksi dan layanan jasa.
Khususnya di wilayah perbatasan, Wilayah perbatasan merupakan kawasan strategis karena letaknya yang langsung berhadapan dengan wilayah negara lain. Persoalannya adalah potensi wilayah perbatasan yang sangat besar tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga wilayah perbatasan selalu tergolong sebagai kawasan yang tertinggal,terisolir,terpencil,dan belum berkembang. termasuk pula dibidang pendidikan, bahwa wilayah perbatasan sebagaimana halnya didaerah daerah lain tingkat pendidikan masyarakat relatif lebih rendahjika dibandingkan dengan daerah daerah lain. Persebaran saran dan prasarana yang tidak dapat menjangkau desa-desa yang letaknya tersebar dengan jarak yang berjauhan,mengakibatkan pelayanan pendidikan diwilayah perbatasan selalu tertinggal dibanding daerah lainnya. Untuk itu, pembentukan wawasan kejuangan melalui pendidikan kebangsaan sangat diperlukan, sebagai modal partisipasi masyarakat dalam mengisi pembangunan, terutama masyarakat perbatasan karena mereka memiliki aktivitas kesehariannya selalu bersama dengan penduduk negara tetangga. Perkembangan dan kemajuan daerah perbatasan menjadi simbol dan kebanggaan bangsa sekaligus menjadi pintu gerbang dan cerminan bangsa indonesia di dunia internasional, khususnya negara yang berbatasan langsung.
Konsep persaingan yang tidak mengenal unsur-unsur kemanusiaan pada organisasi profit kini mulai merambah di dunia pendidikan. Banyak sekolah-sekolah yang berstandar nasional dan internasional didirikan untuk mematok standar dan kualitas lulusan, biaya sekolah yang tinggi, fasilitas pembelajaran yang lengkap, sistem pembelajaran yang serba lengkap, sistem pembelajaran berbaris kemandirian, kurikulum yang mengadopsi sekolah-sekolah di luar negeri, menggunakan beberapa bahasa asing sebagai bahasa pengantar, kenyamanan peserta didik 24 jam, akses dan layanan informasi dan telekomunikasi serta jaminan kesehatan yang berkualitas tinggi. Sekolah dengan standar demikian hanya dinikmati oleh peserta didik yang memiliki kapasitas sosial, ekonomi dan intelektual yang tinggi. Mereka dari berasal dari keluarga-keluarga dengan pendapatan ekonomi menengah ke atas, memiliki jaringan kerjadan koneksitas dengan pejabat dan pengusaha, dan memiliki fasilitas pendukung yang memadai rumah. Jika demkian, maka sekolah tidak lagi dipahami sebagai lembaga sosial yang mampu menyatukan perbedaan dan mengembangkan keberagaman. Sebaliknya ciri-khas sekolah seperti itu mulai mengarah pada organisasi profit yang mengejar keuntungan besar dan mengabaikan unsur-unsur kemanusiaan seseorang.
Pengembangan sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan dimaknai sebagai sebuah tindakan manajemen untuk memperbaiki dan memberdayakan sistem, mekanisme, layanan, kebijakan, dan program budaya organisasi, kepemimpinan, kurikulum, anggaran, peningkatan kapasitas guru, peserta didik dan staf sekolah, sehingga tidak hanya berorientasi pada pemenuhan sarana dan prasarana, dan mengabaikan unsur manusia. Sebagai faktor penentu keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Pengembangan organisasi pendidikan, tidak juga mengabaikan aspek persaingan dan kompetensi sebagaimana yang digambarkan di atas, tetapi jika arah pendidikan nasioanl sudah mengadopsi prinsip untung-rugi, maka eksistensi sekolah sebagai instrumen pemberdayaan kemanusiaan menjadi hilang. Pengembangan sekolah adalah sebuah proses re-orientasi nilai dam kebajikan yang menjadi pemerataan dan keseimbangan pendidkan yang mudah dijangkau dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. Masyarakat yang hidup di pulau-pulau kecil dan terpencil, memerlukan suatu kebijakan pengembangan sekolah yang benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat serta memberikan kepastian mengenai masa depan generasi mudanya.
Dalam kaitan itu, bagian ini secara khusus menyoroti program dan kebijakan pengembangan sekolah sebagai konsep dan strategi kunci untuk mengatasi masalah kesenjangan antara tuntunan masyarakat dan dinamika persaingan yang semakin meningkat tajam. Bahwa sekolah sebagai suatu organisasi memerlukan program pengembangan sehingga kapasitas yang dimiliki dapat ditingkatkan untuk memberikan kontribusi positif bagi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Organisasi yang sehat, tentu dikelola oleh pemimpin yang profesional karena kepemimpinannya diarahkan untuk mengelola organisasi sesuai fungsi dan kewenangan, serta mendayagunakan potensi organisasi untuk mencapai tujuan. Hal ini juga menjadi keinginan bersama, jika organisasi dimaksud adalah sekolah sebagai institusi pendidikan.
Pembahasan
Kebijakan Pendidikan
Kebijakan Pendidikan merupakan terjemahan dari "educational policy", yang tergabung dari kata education dan policy. Kebijakan adalah seperangkat aturan, sedangkan pendidikan menunjuk kepada bidangnya. pendidikan hampir sama artinya dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Kebijakan pendidikan adalah seperangkat aturan sebagai bentuk keberpihakan pemerintah dalam upaya membangun satu sistem pendidikan sesuai dengan tujuan dan cita-cita yang diinginkan bersama. Keberpihakan tersebut menyangkut dalam konteks politik, anggaran, pemberdayaan, tata aturan, dan sebagainya. Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategi pendidikan yang dijabarkan dari visi dan misi pendidikan, dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Kebijakan Pendidikan sebagai pertimbangan yang didasarkan atas sistem nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional, pertimbangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk mengoperasikan pendidikan yang bersifat melembaga, pertimbangan tersebut merupakan perencanaan umum yang dijadikan pedoman untuk mengambil keputusan, agar tujuan yang bersifat melembaga bisa tecapai.
Pengembangan Organisasi
Kata organisasi jika ditinjau dari aspek maknanya, berarti: kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu atau kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Pengertian ini mengindikasikan bahwa organisasi adalah suatu kesatuan dan susunan (wadah) yang terdiri dari sekumpulan orang yang bekerja sama melalui suatu sistem, perangkat, material dan sumber daya lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Orang-orang yang berkumpul bersama dan mewadahi dirinya dalam suatu organisasi tentu memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan kerjasama, kekompakan, solidaritas, dedikasi, loyalitas, kesetiaan, komitmen, dan ketaatan untuk menjalankan kesepakatan, keputusan, program dan kebijakan sesuai fungsi dan kewenangan yang dimiliki masing-masing individu dalam organisasi.
Kepemimimpinan juga merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam organisasi, baik buruknya organisasi sering kali sebagian besar tergantung pada faktor pemimpin. Berbagai riset juga telah membuktikan bahwa faktor pemimimpinmemegang peranan penting dalam pengembangan organisasi. Faktor pemimpin yang sangat penting adalah karakter dari orang yang menjadi pemimpin tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Covey (2005) bahwa 90 persen dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada karakter.
Organisasi tidak bisa diklaim sendiri oleh seseorang baik karena jasanya, dedikasinya maupun pengorbanannya. Apapun disumbangkan bagi organisasi adalah bagian dari komitmen kolektif untuk memberdayakan organisasi. Setiap orang dapat mencapai tujuan yang diinginkannya, tetapi jika dalam koridor organisasi, setiap capaian keberhasilan adalah juga capaian keberhasilan bersama. Sepanjang seseorang masih menempatkan dirinya sebagai bagian dari kolektifitas organisasi, maka capaian itu mengarah pada tujuan organisasi. Pada sisi lain, organisasi dapat memperkuat kapasitas seseorang dan pada sisi lainnya kapasitas yang diiliki seseorang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas organisasi. Keberagaman potensi, keterampilan dan kemapuan yang dimiliki organisasi, dapat memperkarya organisasi memasuki proses persaingan. Sumber daya yang dimiliki suatu organisasi adalah keberagaman yang dimiliki anggota-anggotanya, sistem dan prosedur yang aktif-dinamis, sarana dan prasarana yang menunjang, persediaan dana yang cukup, budaya organisasi yang menunjang, persediaan dana yang cukup, budaya organisasi yang dinamis, komitmen dan solidaritas, semangat dan motivasi, serta kepemimpinan yang demokratis. Elemen-elemen inilah yang menjadi dasar mengapa sebuah organisasi begitu penting untuk dikembangkan.
Berbagai pandangan di atas sesungguhnya menginspirasi setiap organisasi termasuk institusi pendidikan, agar dapat mengembangkan kemampuan dan kapasitassetiap sekolah sebagai "embrio" pembentukan manusia-manusia cerdas, terampil, bermutu, profesional, bermartabat dan religius. Identitas sekolah sebagai lembaga pembentuk dan penghasil manusia sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif, seharusnya mewajibkan pemerintah pusat dan daerah serta didukung masyarakat untuk memfokuskan semua upaya reformasi pendidikan melalui program-program pengembangan dan pemberdayaan sekolah sebagai institusi negara untuk kepentingan pemberdayaan kemanusiaan.
Sekolah memerlukan peningkatan kapasitas kelembagaan dan pembangunan kapasitas para penyelenggara pendidikan (kepala sekolah, guru dan staff), sehingga mereka dapat meningkatkan kinerjanya, jika kepala sekolah, guru dan staff administrasinya dikembangkan baik dari kapasitas intelektual, sosial, kepribadian, dan profesionalismenya dalam mewujudkan kepemimpinan, pendidikan, pengajaran dan suatu sistem layanan administrasi yang bermuara pada peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.
Pengembangan Sekolah
Sekolah adalah organisasi pendidikan yang berada pada garis terdepan penyelenggaraan pendidikan dan pengejaran di masyarakat. Sebagai sebuah organisasi, sekolah tidak saja bersifat struktural tetapi keutamaannya adalah pada aspek fungsional. Mengapa demikian? Karena sekolah pada dasarnya mengemban tugas pendidikan dan pengajaran yang berorientasi pada pemberdayaan dan penguatan kapasitas intelektual, sosial-kemanusiaan, integritas dan kemandirian serta menghasilkan karya-krya akademik untuk membangun kapasitas individu dan masyarakat. Struktur sekolah diperlukan, tetapi fungsinya adalah untuk mempermudah penyelenggaraan, memastikan tugas, fungsi dan kewenangan dilaksanakan dan didistribusikan secara pasti sesuai prosedur organisasi. Semua komponen yang bersinergi dalam suatu lembaga pendidikan (kepala sekolah, guru, staff dan siswa) memiliki tugas dan peran masing-masing. Tetapi peran dan fungsi yang dimiliki, bermuara pada tercapainya visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan.
Setidaknya ada lima prinsip pengembangan sekolah secara profesional sebagaiman dikemukakan Murray (G. Petrie, 2005), yaitu: memahami sekolah sebagai tujuan, menciptakan kesamaan belajar, mengembangkan karir dan terus belajar, meneliti misi program pengembangan sekolah, dan menemukan institusi baru. Pandangan ini menegaskan bahwa apapaun bentuk pengembangan yang dilakukan, maka orientasinya adalah pada sekolah bagian institusi yang mengembangkan pendidikan dan pengajaran secara merata, berkeadilan dan menjangkau semua kepentingan masyarakat khususnya peserta didik.
Budaya Organisasi di Lembaga Pendidikan
Kondisi eksternal organisasi yang sangat cepat berubah merupakan sebuah tantangan dari organisasi untuk dapat hidup terus. Sebagaimana makhluk hidup, organisasi juga harus pandai menyesuaikan diri dengan lingkungannya jika menginginkan untuk hidup dalm usia yang lebih panjang. Ketidakmampuan organisasi menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan dapat menyebabkan organisasi tersebut mengalami masalah serius, bahkan berakhir kematian (kerugian). Dalam kasus kondisi pendidikan di indonesia, termasuk yang berkaitan dengan madrasah, perubahan tersebut dapat dilihat pada berbagai hal, mulai dari kebijakan penyelenggaraan dari pemerintah, sampai dengan perubahan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah atau madrasah sebagai organisasi pembelajar merupakan kumpulan dari individu-individu pembelajar yang ada di dalamnya. Disamping itu, sekolah dapat dikatakan sebagai organisasi pembelajar apabila memiliki ciri-ciri: Pertama, sekolah atau madrasah memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada di dalamnya untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. Kedua, sekolah atau madrasah tersebut merupakan organisasi yang siap menghadapi perubahan dengan mengelola perubahan itu sendiri. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa yang ada di dalam suatu sekolah atau madarasah tersebut bukan sesuatu yang terjadi secara alami, dan juga bukan sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Dalam hal ini, Peter Senge membagi lima bentuk capaian dalam budaya organisasi pembelajar, antara lain:
Keahlian Pribadi (Personal mastery);
Keahlian Pribadi (Personal mastery) adalah suatu budaya dan norma organisasi yang diterapkan sebagai cara bagi semua individu dalam organisasi untuk bertindak dan melihat dirinya.
Model Mental (Mental Model);
Model Mental (Mental Model) adalah suatu prinsip yang mendasar dari organisasi pembelajar. Di sisi lain dapat diartikan sebagai suatu aktivitas perenungan yang dilakukan dengan terus-menerus memperbaiki gambaran-gambaran di sekitar, dan melihat bagaimana hal itu membentuk tindakan dan keputusan kita.
Visi Bersama (Shared Vision);
Visi Bersama (Shared Vision) merupakan suatu gambaran umum dari organisasi dan tindakan (kegiatan) organisasi yang mengikat orang-orang secara bersama-sama dari keseluruhan identifikasi yang dituju.
Pembelajaran Tim (Team Learning) dan Pembelajaran:
Tim (Team Learning) yaitu suatu keahlian dalam percakapan dan keahlian berpikir kolektif dalam organisasi. Kemampuan di mana membentuk individu-individu cakap dalam percakapan dan cakap dalam berpikir kolektif, sehingganya dapat meningkatkan kecerdasan dan kemampuan sebuah organisasi.
Pemikiran sistem (System Thinking) Pemikiran system
(System Thinking) yaitu kerangka kerja konseptual, di mana suatu cara dalam menganalisis dan berpikir tentang suatu kesatuan dari seluruh prinsip-prinsip organisasi pembelajar. Hal senada juga disampaikan oleh Guthrie, ia menambahkan bentuk capaian dalam budaya organisasi pembelajar sebagai berikut:
1. Pembelajaran tim dan pembelajaran umum (Public and team learning)
2. Bertindak penuh makna dengan memperhitungkan berbagai kemungkinan (Acting in hight level of ambiguity)
3. Dialog secara umum (Dialogue generatively)
4. Melihat organisasi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan (Viewing the organization as an integrated whole).
Daftar Pustaka
Amtu, Onisimus. 2014. Membenahi Pendidikan di Wilayah Kepulauan. Bandung: Alfabeta.
Muhaimin, Suti'ah dan Sugeng Listyo Prabowo. 2009. Manjemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Prenadamedia Group.
Ariningsih, Suciati. 2016. Pengembangan Model Pendidikan Menengah "Sekolah Kebangsaan " Di Daerah Terpencil, Tertinggal, Terluar dan Perbatasan Sebagai Impelmentasi Pembelajaran PKn ( Jurnal Kemasyarakatan Vol. 1) Malang: Universitas Kanjuruhan Malang.
Misya, M. Viqy Syaputra. 2017. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Meningkatkan pendidikan di Komunitas Adat Terpencil. Kepulauan Meranti:Universitas Riau
Yusuf, Muhammad Hidayat H. 2017. Pengembangan Budaya Organisasi Dalam Lembaga Pendidikan. (Jurnal Tarbawi Vol. 14 No. 1). Yogyakarta: UIN Sunan Klaijaga Yogyakarta