50
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Pembangunan suatu negara diawali dengan pembentukan karakter pribadi seseorang, dimana karakter pribadi seseorang dapat ditentukan oleh pendidikan yang didapatkan. Pentingnya pendidikan untuk pembangunan nasional adalah untuk membentuk dan mempersiapkan manusia-manusia yang bermutu, bermartabat dan siap memberi inovasi-inovasi baru untuk memajukan negara.
Secara umum pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang pembangunan. Pandangan ini mengandung suatu pengertian bahwa pendidikan dapat memotori dan menopang proses pembangunan. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu kebutuhan masyarakat yang dianggap sangat penting. Namun cukup banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses pemenuhan akan pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu masalah kualitas pendidikan.
Hasbullah, 2005. Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan dari individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan tergantung dari bagaimana kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusianya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas dan mutu pendidikan yang dihasilkan oleh suatu lembaga dalam hal ini sekolah.
Berbagai program telah di lakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada berbagai lembaga-lembaga pendidikan dengan tujuan agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas manusia yang dapat memberi pengaruh positif untuk negara. Dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 dinyatakan bahwa, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, juga untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Peningkatan mutu sekolah berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan kualitas guru dan staf. Enam norma yang menunjukkan pengetahuan dan kualitas guru adalah kolegalitas, percobaan, harapan tinggi, keyakinan dan kepercayaan diri, dukungan nyata, dan mengacu pada dasar pengetahuan. Peranan budaya sekolah dalam membangun mutu sekolah juga memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan diri secara profesional dan secara nyata. Budaya sekolah berperan dalam perbaikan mutu sekolah. Oleh sebab itu, sekolah harus memahami budayanya sebelum melakukan perbaikan mutu sekolah. Pemahaman mengenai budaya sekolah dapat memberikan informasi berkenaan dengan fungsi sekolah dan permasalahan yang dihadapi. Elemen-elemen budaya sekolah yang mencakup nilai - nilai, keyakinan, dan asumsi-asumsi sulit untuk diamati sehingga juga lebih sulit mengalami perubahan. Perubahan terhadap elemen-elemen tersebut menciptakan usaha perbaikan dalam jangka panjang. Peningkatan mutu sekolah melalui intervensi budaya berpengaruh pada perubahan kinerja guru. Perubahan tersebut secara lebih lanjut mempengaruhi perubahan proses belajar-mengajar sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan beberapa pandangan yang dikemukakan dapat dijelaskan bahwa budaya sekolah secara garis besar memiliki dua peranan yaitu meningkatkan kinerja guru dan meningkatkan mutu sekolah. Peranan budaya sekolah dalam meningkatkan kinerja guru mencakup kinerja kepala sekolah, guru, staf, dan siswa. Sementara peranan budaya sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah berkaitan dengan kinerja guru dalam upaya mendidik para siswa/i.
Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan mampu untuk mempunyai karakter disiplin dalam menjalankan tugasnya disegala aspek. Aspek terpenting dalam aplikasi karakter disiplin di sekolah adalah warga sekolah, mencakup kepala sekolah, staf, guru, dan siswa, maka dari itu dalam suatu sekolah atau lembaga mempunyai tata tertib yang diharapkan mampu ditaati oleh seluruh warga sekolah. Sikap itulah yang harus ditumbuhkan dilingkungan sekolah sehari-hari. Budaya sangatlah penting dimiliki oleh setiap sekolah agar kemudian muncul nilai-nilai karakter yang baik lainnya. Pentingnya penguatan nilai karakter didasarkan pada alasan bahwa sekarang banyak terjadi perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma kedisiplinan.
Para guru dan karyawan ketika memasuki wilayah sekolah, pun segera akan menyesuaikan diri. Mereka dengan sadar dan spontan mengikuti nilai, norma, kebiasaan, harapan, dan cara-cara yang berlaku di sekolah. Pada saat memulai pembelajaran, para guru pun mulai melakukan kegiatan dengan serangkaian kegiatan seperti berdoa, menyapa keadaan siswa, menanyakan dan mendengarkan apa saja yang menjadi harapan para siswa, dan seterusnya.
Pada awalnya budaya sekolah dibentuk dalam jaringan yang sifatnya formal. Serangkaian nilai, norma, dan aturan ditentukan dan ditetapkan pihak sekolah sebagai panduan bagi warga sekolah dalam berikir, bersikap, dan bertindak. Dalam perkembangannya, secara perlahan budaya sekolah ini akan tertanam melalui jaringan kultural yang informal, karena sudah menjadi trade mark sekolah yang bersangkutan. Siapa pun yang masuk ke dalam wilayah sekolah, mereka akan dan harus menyesuaikan diri dengan budaya yang berlaku di dalamnya. Kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa pada umumnya banyak berperan dalam jaringan ini.
Hampir semua sekolah memiliki serangkaian atau seperangkat keyakinan, nilai, perilaku, norma, dan kebiasaan yang menjadi ciri khasnya dan senantiasa disosialisasikan dan ditransmisikan melalui berbagai media. Dengan berjalannya waktu, proses tersebut telah membentuk suatu budaya tertentu dalam lingkungan sekolah. budaya tersebut secara langsung menggambarkan perasaan-perasaan, dan pengalaman-pengalaman moral yang ada di sekolah. Budaya sekolah sekali lagi menunjukkan kompleksitas unsur keyakinan, nilai, norma, kebiasaan, bahasa, perilaku dan tujuan-tujuan apa pun yang lebih baik. Budaya sekolah berada pada unsur yang lebih dalam dari sekolah.
Selama ini, sekolah telah mengembangkan dan membangun suatu kepribadian yang unik bagi para warganya. Kepribadian ini, atau budaya ini, dimanifestasikan dalam bentuk sikap mental, norma-norma sosial, dan pola perilaku warga sekolah. Contoh berpikir yang sederhana tentang budaya sekolah ini dapat dilihat pada cara mereka melakukan sesuatu. Budaya ini memengaruhi semua hal yang terjadi sekolah. Budaya ini memengaruhi dan membentuk cara-cara kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan dalam berpikir, merasa, dan bertindak. Dewasa, ini telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar yaitu dari guru yang mendominasi kelas menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran harus menantang, mendorong eksplorasi memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berfikir siswa (Dimyati dan Madjiono 2006:116).
Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004:4). Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan.
Sardiman (2005) mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.
Keteladanan guru yang baik juga merupakan salah satu upaya untuk membentuk karakter siswa yang baik. Karakter baik tersebut ditunjukkan dalam perbuatan dan tingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Tingkah laku yang baik tersebut akan menarik simpati orang lain terhadap dirinya. Tingkah laku yang baik juga akan membuat seseorang mudah untuk mendapatkan teman dalam berinteraksi. Tingkah laku yang baik dari guru dapat membuat hubungan atau interaksi yang baik dengan rekan kerja maupun dengan peserta didik. Interaksi yang baik guru dengan siswaakan berpengaruh terhadapkepribadian atau karakter siswa tersebut.
Di lingkungan sekolah guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam menciptakan situasi nilai-nilai karakter tersebut perilaku guru akan memberi warna terhadap watak peserta didik, diantaranya dengan cara: menciptakan kondisi sekolah yang mencerminkan nilai-nilai keberagaman, kemandirian, dan kesusilaan. Tata tertib dan kedisiplinan sangat penting artinya dalam mewujudkan budaya dan iklim sekolah yang kondusif melalui penciptaan kedisiplinan belajar. Dengan budaya sekolah yang sehat, suasana kekeluargaan, kolaborasi, semangat untuk maju, dorongan bekerja keras dan kultur belajar mengajar yang bermutu dapat diciptakan. Siswa dan guru akan saling bekerjasama untuk berperilaku yang baik, bekerja maksimal, meletakkan target tertinggi serta mewaspadai adanya kultur negatif yang menyimpangdari norma-norma, nilai-nilai, dan keyakinan yang menjadi komitmenbersama. Melalui pemahaman budaya sekolah, maka aneka permasalahan sekolah dapat diketahui dan pengalaman-pengalamannya dapat direfleksikan.
Setiap sekolah memiliki keunikan berdasarkan pola interaksi komponen sekolah secara internal dan eksternal. Oleh sebab itu, dengan memahami ciri-ciri kultural sekolah akan dapat diusahakan tindakan nyata untuk perbaikanmutu. jika tercipta budaya sekolah yang baik maka karakter siswa akan baikpula. Sikap baik guru dalam mengajar dapat dijadikan contoh bagi siswa-siswanya. Sikap baik guru dapat ditunjukkan dengan bersikap adil pada semua siswa, percaya dan suka kepada siswa, bersikap sabar dan relaberkorban untuk kepentingan pembelajaran, beribawa dihadapan siswa, bersikap baik terhadap guru-guru, bersikap baik terhadap masyarakat umum, benar-benar menguasai mata pelajaran yang diajarkan, menyukai matapelajaran yang diajarkan dan berpengetahuan luas.
Dengan terbentuknya budaya sekolah yang baik maka dapat membuat, terwujudnya peningkatan hasil belajar siswa, terciptanya kinerja guru yang tinggi, terarahnya perilaku warga sekolah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil yang baik, terciptanya kerja tim warga sekolah yang kompak, tersaringnya budaya global yang tidak sesuai dengan budaya lokal sekolah, terwujudnya peningkatan komitmen dan motivasi warga sekolah dan orang tua siswa.
SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan sebagai objek penelitian yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Berdasarakan wawancara yang dilakukan dengan guru di SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan, terdapat 35 guru / pegawai yang terbagi 17 perempuan dan 18 laki-laki. Hasil wawancara yang diperoleh bahwa masih terdapat permasalahan bahwa dalam proses belajar mengajar dimana masih terdapat guru yang sebatas memberikan materi tanpa menjelaskan lebih lanjut materi yang disampaikan. Misalkan guru hanya menuliskan materi di papan tulis kemudian menyuruh siswa untuk mencatat.
Permasalahan lain juga yang terjadi ditunjukkan dengan adanya guru yang terlambat datang ke sekolah dan terlambat masuk kelas. Munculnya perilaku ini dapat berpengaruh perubahan perilaku siswa sehari-hari. Kurangnya partisipasi guru dalam pelaksanaan rapat yang dilaksanakan bagi seluruh guru dan staf atau karyawan dapat meghambat proses pengambilan keputusan atau kebijakan yang diambil oleh sekolah. Terkadang guru tidak mengikuti dengan tanpa memberikan alasan, padahal yang seharusnya guru dapat melaksanakan peraturan- peraturan sekolah yang telah dibuat. Permasalahan lainnya juga dimana terdapat siswa/I yang memiliki perilaku yang tidak sopan seperti halnya pada saat berpapasan dengan guru para siswa/I tidak menyapa atau memberi salam kepada guru.
masih terdapat juga guru yang memiliki sikap kaku dan tidak suka humor pada saat mengajar, hal tersebut dapat berpengaruh pada jalannya proses pembelajaran serta berpengaruh pada perbuatan dan tingkah laku warga sekolah terutama siswa. Siswa yang mengalami penurunan dalam pemahaman materi dapat berimbas pada prestasi siswa dimana masih banyak yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai yakni 75.
Pola kepemimpinan kepala sekolah akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan kemajuan sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memotivasi bawahannya, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang dalam mencapai tujuan, sangat bergantung kepada kewibawaan yang dimilikinya. Paradigma baru manajemen pendidikan memberikan kewenangan luas kepada kepala sekolah dalam melakukan perencanaan, pengorgranisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pendidikan di sekolah. Kondisi yang terjadi di lapangan Kepala sekolah belum menjadi agen perubahan dalam hal mengkoordinir sumber daya pendidikan yang tersedia, sehingga pengembangan sekolah berjalan lambat, dan hanya sebatas menjalankan program-program yang telah digariskan oleh dinas pendidikan.
Banyak guru yang sudah terbiasa tidak disiplin dalam melaksanakan tugasnya, hai ini dapat dilihat dari fakta bahwa sebagian besar guru tidak tertib ketika mengawali dan mengakhiri KBM sehingga jam efektif menjadi berkurang, dengan adanya erilaku seperti ini dapat menghambat prestasi belajar siswa yang akan dicapai. Terdapat beberapa guru yang hanya memperlihatkan disiplin hanya jika kepala sekolah berada disekolah, dan jika mengetahui kepala sekolah berhalangan atau menghadiri rapat / pertemuan para guru merasa bebas dan kemudian menjadi tidak disiplin, hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru menjadi sangat rendah ketika tidak diawasi oleh kepala sekolah. Banyak sekolah sering mengadakan kegiatan-kegiatan incidental dengan mengorbankan jam-jam belajar efektif, seperti rapat guru , melayat, kegiatan – kegiatan perlombaan, dan kegiatan sosial lainnya, hal ini tentu mengurangi jam belajar efektif.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berkeinginan untukmelakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan 2016/2017"
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
Koordinasi kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaan cenderung masih kurang
Belum maksimalnya budaya sekolah yang menjadikan perubahan karakter pada guru dan peserta didik.
Kinerja guru cenderung masih kurang.
Prestasi siswa cenderung belum maksimal
PEMBATAS MASALAH
Berdasarkan masalah yang teridentifikasi diatas maka dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah diatas penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah Terdapat Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan Tahun Ajaran 2016/2017 ?
TUJUAN PENELITIAN
Sesuai rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk Mengetahui seberapa besar Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan Tahun Ajaran 2016/2017.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:
Manfaat teoritis
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru.
Manfaat praktis
Bagi sekolah, dapat dijadikan dasar untuk pengembangan sekolah dimasa akan datang yaitu sekolah dapat memperbaiki karakter guru dan siswa yang kurang.
Bagi masyarakat dan orang tua khususnya, sebagai bahan masukan untuk menyusun Perencanaan dan peningkatan pendidikan untuk anaknya agar merasa terpenuhi atas kebutuhan belajarnya.
Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
BAB 2
KAJIAN TEORI
Budaya Sekolah
Pengertian Budaya
Budaya merupakan suatu pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Budaya dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang persoalan dan memecahkannya. Kebudayaan juga didefinisikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar (Koentjaraningrat, 2003:72).
Dengan demikian maka budaya terbentuk melalui proses perjalanan waktu dalam sejarah yang berkembang dari generasi ke generasi berikutnya. Memperhatikan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan keseluruhan konsep dari sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang meliputi kemampuan berfikir, sosial, teknologi, politik, ekonomi, moral dan seni yang diperoleh dari satu angkatan keangkatan selanjutnya secara turun temurun dan tercermin dalam wujud fisik maupun abstrak.
Pengertian Budaya Sekolah
Secara etimologis pengertian budaya (culture) berasal dari kata colore, yang berarti membajak tanah, mengolah, memelihara ladang (Poespowardojo, 2007). Setiap sekolah memiliki keunikan tersendiri, hal ini tercermin dari budaya sekolah ( Kultur Sekolah ) dari seluruh anggota masyarakat sekolah, baik itu melalui sistem ataupun tradisi yang dilaksanakan dan diwariskan secara turun temurun. Jadi peran kepala sekolah pada dasarnya harus dapat menciptakan budaya bagaimana orang belajar dan bagaimana kita bisa membantu mereka belajar. Short dan Greer (Zuchdi 2011) mendefinisikan budaya sekolah sebagai keyakinan, kebijakan, norma, perilaku dan kebiasaan di dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan dan guru-guru di sekolah. Budaya sekolah, dengan demikian, merupakan konteks di belakang layar sekolah yang menunjukkan keyakinan, nilai, norma, perilaku dan kebiasaan yang telah dibangun dalam waktu yang lama oleh semua warga dalam kerja sama di sekolah. Budaya sekolah berpengaruh tidak hanya pada kegiatan warga sekolah, tetapi juga motivasi dan semangatnya. Contohnya: senyum, sapa, salam, sopan, santun, dan perilaku pada kegiatan belajar mengajar, kebiasaan/kegiatan rutin, peraturan, hadiah, hukuman dan budaya sekolah lebih fokus pada perilaku dan kebiasaan bersama dari suatu sekolah.
Budaya sekolah merupakan salah satu unsur sekolah yang penting dalam mendukung peningkatan prestasi dan mutu sekolah. Konsep budaya dalam dunia pendidikan berasal dari budaya tempat kerja di dunia industri seperti yang disampaikan oleh Deal dan Peterson (2001: 3) merupakan Konsep budaya memiliki sejarah yang panjang dalam menjelaskan perilaku manusia pada umumnya dan kelompok-kelompok pada khususnya. Ilmuwan sosial lainnya kemudian menerapkan konsep budaya kepada aspek-aspek yang lebih spesifik atau terbatas yakni mengenai pola perilaku dan cara berpikir manusia dalam bekerja formal pada organisasi- organisasi. Budaya sekolah dikembangkan dari konsep budaya tersebut yang mengatur perilaku warga sekolah melalui penetapan tata tertib atau aturan-aturan yang harus ditaati bersama oleh warga sekolah. merupakan asumsi-asumsi dasar, norma-norma, nilai-nilai, budaya artifak yang diyakini warga sekolah dan dapat mempengaruhi fungsi sekolah. Definisi ini mengacu pada sejumlah elemen budaya yakni asumsi-asumsi dasar, norma dan nilai, dan budaya artifak, serta sejumlah aspek budaya yakni segala kebiasaan dan yang berpengaruh pada perilaku seseorang disekolah.
Sebuah sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang baik dan menantang serta menyenangkan, adil, kreatif, inovatif, terintegratif, dan dedikatif terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan iptek dan berlandaskan imtak, tuntutan sekolah yang profesional membutuhkan pengelolaan yang tepat melalui pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah.
Budaya yang baik akan secara efektif menghasilkan kinerja yang terbaik pada Setiap individu, Kelompok kerja atau unit kerja, budaya pada setiap manusia memiliki perbedaan karena budaya tergantung pada apa yang terdapat dalam diri individu. Budaya sekolah terbentuk dari berbagai macam norma, pola perilaku, sikap, dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh para anggota komunitas sebuah lembaga pendidikan. Kultur sekolah atau budaya sekolah itu sangatlah penting dikarenakan nilai-nilai budaya itu dapat dijadikan sebagai dasar / pedoman dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu. Posisi budaya sekolah sebagai sumber nilai dan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Budaya sekolah menurut Kemendiknas (Doni Koesoema 2012: 125) budaya sekolah didefinisikan sebagai keseluruhan sistem berfikir, nilai, moral, norma, kebiasaan dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamaya dan lingkungan alamnya. Hal senada juga dikemukakan oleh Wrem (Doni Koesoema 2012:125) Kultur sekolah merupakan sebuah pola perilaku dan cara bertindak yang terbentuk secara otomatis menjadi bagian hidup dalam sebuah komunikasi pendidikan. Dasar pola berprilaku dan bertindak itu adalah norma sosial, peraturan sekolah, dan kebijakan pendidikan yang ada di dalam tingkat lokal.
Budaya sekolah yang baik dapat dilihat dari komponen input sekolahan, cotohnya seperti kebiasaan atau habit yang ada didalam sekolahan tersebut. Kebiasaan-kebiasaan yang sudah sering dilakukan di dalam bahkan di luar sekolah dapat mempengaruhi karaker siswa itu sendiri. Karena dengan kebiasaan yang dilakukan oleh siswa maka mereka akan cenderung melakukan hal-hal positif, seperti membuang sampah pada tempatnya, senyum kepada teman, salam dan sapa kepada guru, menghormati penjaga sekolah, satpam, dan tukang bersih di sekolahan. Namun kebiasaan ini tidak hanya dilakukan oleh siswa, namun juga oleh seluruh warga sekolah karna seorang anak akan mengikuti apa yang di lihatnya sehari-hari. Budaya sekolah yang baik akan mendorong seluruh anggota sekolah untuk disiplin dan tanggug jawab terhadap segala kewajibannya, karena nilai, moral, sikap dan perilaku siswa selama di sekolaha dipengaruhi oleh struktur dan budaya sekolah.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah merupakan Interaksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral, sikap, perilaku , kebiasaan serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah.Selain itu, budaya sekolah diyakini merupakan aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Budaya sekolah sebenarnya dapat dikembangkan terus-menerus kearah yang lebih positif.
Aspek-aspek mengenai budaya utama (core culture) yang direkomendasikan untuk dikembangkan sekolah yaitu sebagai berikut:
Budaya jujur Adalah budaya yang menekankan pada aspek-aspek kejujuran pada masyarakat dan teman-teman.
Budaya saling percaya Adalah budaya yang mengkondisikan para siswa dan warga sekolah untuk saling mempercayai orang lain.
Budaya kerja sama Adalah budaya yang membuat orang-orang saling membantu dalam berbagai hal untuk mencapai tujuan.
Budaya membaca Adalah budaya yang membuat seseorang menjadi gemar membaca.
Budaya disiplin dan efisien Adalah budaya taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercayai termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.
Budaya bersih Adalah budaya yang mengajarkan tentang bagaimana menjaga kebersihan baik badan maupun lingkungan.
Budaya berprestasi Budaya yang menciptakan kondisi yang kompetitif untuk memacu prestasi siswa.
Budaya memberi penghargaan dan menegur Adalah budaya yang memberikan respon dengan menyapa pada setiap orang yang ditemui.
Budaya sekolah merupakan pola dari nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendididkan, seperti cara melaksanakan pekerjaan disekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang diciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh,unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. Setiap sekolah harus dapat menciptakan budaya sekolah sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolah. Kegiatan tidak hanya terfokus pada intrakulikuler, tetapi juga ekstrakulikuler yang dapat mengembangkan otak kiri dan kanan secara seimbang sehingga melahirkan kreativitas, bakat dan minat siswa. Selain itu, dalam menciptakan budaya sekolah yang kokoh, kita hendak berpedoman pada misi dan visi sekolah yang tidak hanya mencerdasakan otak saja, tetapi watak siswa serta mengacu pada 4 tingkatan umum kecerdasan yaitu: kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan rohani (SQ) dan kecerdasan sosial. Keterlibatan orang tua dalam menunjang kegiatan sekolah, keteladanan guru (mendidik dengan benar, memahami bakat, minat dan kebutuhan belajar anak, menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan serta memfasilitasi kebutuhan belajar anak), dan prestasi siswa yang membangakan adalah tiga hal yang akan menyuburkan budaya sekolah. Pengelolaan kelas yang baik maka akan menyebabkan prestasi akademik yang tinggi. Bila siswa memiliki karakter yang baik, maka hal ini akan berpengaruh langsung terhadap prestasi akademik yang tinggi. Langkah pertama dalam mengaplikasikan pendidikan karakter di sekolah adalah menciptakan suasana atau iklim sekolah yang cocok yang akan membantu transformasi guru-guru dan siswa, juga staf-staf sekolah. Semua langkah dalam model pembelajaran nilainilai karakter ini akan berkontribusi terhadap budaya sekolah.
Peran Budaya Sekolah dalam meningkatkan Kinerja Guru dan Mutu Sekolah
Budaya sekolah memiliki dua peranan penting yaitu meningkatkan kinerja sekolah dan membangun mutu sekolah dikemukakan Hinde E.R. (2003) .
Budaya sekolah berperan dalam memperbaiki kinerja guru
apabila budaya yang berkembang di sekolah tersebut memenuhi kualifikasi sehat, solid, kuat, positif, dan profesional. Budaya sekolah yang memenuhi kualifikasi tersebut mencerminkan jati diri, kepribadian, dan adanya komitmen yang luas pada sekolah tersebut. Adanya budaya sekolah yang baik di lingkungan sekolah akan mampu mendorong guru dan siswa untuk bekerja dan berusaha mencapai target hasil tertinggi.
Peranan budaya sekolah dalam membangun mutu sekolah
Budaya sekolah memegang peranan penting dalam peningkatan mutu sekolah. Peningkatan sekolah dapat ditunjukkan dengan penetapan program akademik yang baru, kebijakan kedisiplinan, pengembangan staf, guru, dan siswa. Hinde (2003: 7) mengidentifikasi Norma-norma dalam upaya peningkatan mutu sekolah berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan kualitas guru dan staf. Enam norma yang menunjukkan pengetahuan dan kualitas guru adalah kolegalitas, percobaan, harapan tinggi, keyakinan dan kepercayaan diri, dukungan nyata, dan mengacu pada dasar pengetahuan. Peranan budaya sekolah dalam membangun mutu sekolah juga memberikan kesempatan kepada staf untuk mengembangkan diri secara profesional dan secara nyata. Keefektifan staf dalam berinteraksi dengan guru tercermin dalam enam norma yaitu apresiasi dan pengakuan, kepedulian, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, melindungi hal-hal penting, tradisi, dan komunikasi terbuka.
Berdasarkan beberapa pandangan yang dikemukakan diatas dapat dijelaskan bahwa budaya sekolah secara garis besar memiliki dua peranan yaitu meningkatkan kinerja guru dan meningkatkan mutu sekolah. Dalam hal untuk meningkatkan kinerja guru mencakup kinerja kepala sekolah, budaya sekolah. Sementara peranan budaya sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah berkaitan dengan prestasi siswa.
Kinerja Guru
Pengertian Kinerja
Mangkunegara (2004: 67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sulistiyani dan Rosidah (2003: 223) menyatakan kinerja merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Secara definitif (Bernandin dan Russell) dalam Sulistiyani dan Rosidah (2003) juga mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu. Penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan, (Hasibuan, 2005: 87). Menurut Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2005), penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.
Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan.Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja. Smith dalam (Mulyasa, 2005: 136) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau unjuk kerja. Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena suatu organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan.
Berdasarkan pengertian tentang kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu terutama atasan pegawai yang bersangkutan.
Pengertian Kinerja Guru
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 67) adalah kinerja guru secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Wirawan (2009 : 5) mengartikan kinerja guru sebagai keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Kinerja merupakan gambaran mengenai hasil kerja guru yang berkaitan dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut Susilo Martoyo (2007), Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran, kinerja guru selain berkenaan dengan derajat penyelesaian tugas-tugas yang dicapai guru, juga merefleksikan seberapa baik guru telah memenuhi persyaratan pekerjaannya, sehingga kinerja diukur dalam artian hasil . Hasil dari penilaian terhadap guru apapun hasilnya akan sangat bermanfaat bagi seorang pimpinan dalam membuat rancangan selanjutnya.
Prestasi kinerja guru yang rendah dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi baik secara intern maupun ekstern. Faktor intern atau internal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau kompetensi yang dimiliki, serta faktor-faktor pendukung lainnya yaitu motivasi yang ada dalam individu tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan yang akan memberikan pengaruh pada kinerja guru yang meliputi perilaku, penampilan, rekan kerja, kepala sekolah, dan sebagainya. Kinerja guru dalam arti sebagai penampilan kerja menuntut adanya pengekspresian potensi atau kemampuan dari guru serta menuntut adanya pengambilan tanggung jawab atau kepemilikan menyeluruh terhadap pekerjaannya. Seseorang yang mampu mengekspresikan potensi atau kemampuannya secara maksimal dapat menangani suatu pekerjaan dengan baik dan akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, dalam hal ini peran dari lingkungan pekerjaan seperti suasana kerja, iklim organisasi, dan kerjasama dengan rekan sejawat sangat penting karena dapat mempengaruhi terhadap kinerja guru baik secara individual maupun secara kelembagaan. David dkk dalam Vela Miari Nurma Arimbi (2011: 15) mengungkapkan:"untuk dapat mengetahui tingkat kualifikasi kinerja guru dan tingkah lakunya harus melingkupi tiga kategori guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang dikelolanya, yaitu merencanakan atau memprediksi aktivitas ruang kelas, mengorganisaikan sekaligus melakukan kontrol terhadap sikap siswa dalam proses belajarnya, dan mengajar dalam arti terfokus pada penyedia bimbingan belajar bagi siswa. Belajar mengajar pada hakikatnya dapat menjadi dua aktivitas, yaitu kegiatan belajar dan kegiatan mengajar dan masing-masing kegiatan memiliki makna yang berbeda".
Dengan demikian dari berbagai pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja guru merupakan prestasi guru yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, dan kesungguhannya.
Menurut Kunandar (2011: 263), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. Dalam Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru, indikator kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran adalah:
guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan karakteristik peserta didik
guru menyusun bahan ajar secara runtut, logis, kontekstual, dan mutakhir
guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif;
guru memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa baik di dalam kelas maupun diluar kelas yang didukung oleh lingkungan sekitar. Menurut Djahiri (Kunandar, 2011: 293), dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan dimasa yang akan datang (life skill). Dalam Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru, kegiatan program pembelajaran berupa:
Guru memulai pembelajaran dengan efektif;
Guru menguasai materi;
Guru menerapkan pendekatan/ strategi pembelajaran yang efektif;
Guru memanfaatkan sumber/ media dalam pembelajaran;
Guru memotivasi dan/atau memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran;
Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran;
Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif.
Sedangkan kegiatan penilaian pembelajaran adalah:
Guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik;
Guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagai yang tertulis dalam RPP;
Guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya.
Menurut Martinis Yamin dan Maisah (2010: 16-17), komponen pengelolaan pembelajaran terbagi menjadi empat kompetensi yang kemudian dibagi lagi menjadi indikator, yaitu:
Penyusunan rencana pembelajaran: mendikripsikan tujuan/ kompetensi pembelajaran, menentukan materi, mengorganisir materi, menentukan metode/strategi pembelajaran, menentukan sumber belajar/media/alat peraga, menyusun perangkat penilaian, menentukan teknik penilaian, mengalokasikan waktu.
Pelaksanaan interaksi belajar mengajar: membuka pelajaran, menyajikan materi, menggunakan metode/strategi, menggunakan alat peraga/media, menggunakan bahasa yang komunikatif, memotivasi siswa, mengorganisasi kegiatan, berintaksi secara komunikatif, menyimpulkan pelajaran, memberikan umpan balik, melaksanakan penilaian, tepat menggunakan waktu.
Penilaian prestasi belajar: memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran, memilih soal berdasarkan tingkat pembeda, memperbaiki soal yang tidak valid, memeriksa jawaban, mengklarifikasi hasil-hasil penilaian, mengolah hasil penilaian, membuat intreprestasi kecenderungan hasil penilaian, menentukan korelasi antar soal berdasarkan penilaian, mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian, menyimpulkan hasil penilaian secara logis dan jelas.
Pelaksanaan tindak lanjut: menyusun program tindak lanjut hasil penilaian, mengklarifikasikan kemampuan siswa, mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian, melaksanakan tindak lanjut, mengevaluasi hasil tindak lanjut, menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja guru
Kinerja yang dilaksanakan oleh guru memiliki banyak faktor dalam mencapai tingkat ketercapaian, faktor itu dapat berupa faktor intern maupun faktor ekstern. Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru maka dampak yang diberikan pun juga akan bervariatif, hal itu tergantung pada faktor apa yang mempengaruhi kinerja guru.
Menurut Suyadi Prawirosentono (1999: 27-32) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:
Efektivitas dan efisiensi.
Otoritas dan tanggung jawab meliputi perencanaan program pengajaran, kegiatan belajar mengajar, evaluasi
Disiplin, meliputi disiplin waktu, disiplin kerja, dan taat pada peraturan yang berlaku.
Inisiatif dan kreatifitas,
KERANGKA BERPIKIR
Budaya sekolah yang baik akan mendorong seluruh anggota mayarakat sekolah untuk meningkatkan kinerjanya agar tujuan sekolah dapat tercapai. Karena nilai, moral, sikap dan perilaku siswa selama di sekolah dipengaruhi oleh struktur dan budaya sekolah. budaya sekolah merupakan lingkungan belajar yang mendorong perilaku positif dan kepribadian siswa sehingga menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Setiap sekolah memiliki keunikan berdasarkan pola interaksi komponen sekolah secara internal dan eksternal. Oleh sebab itu, dengan memahami cirri-ciri kultural sekolah akan dapat diusahakan tindakan nyata untuk perbaikan mutu. jika tercipta budaya sekolah yang baik maka karakter siswa akan baik pula.
Keteladanan guru yang juga merupakan salah satu upaya untuk membentuk karakter siswa yang baik. Karakter baik tersebut ditunjukkan dalam kebiasaan dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku yang baik tersebut akan menarik simpati orang lain terhadap dirinya. Perilaku yang baik juga akan membuat seseorang mudah untuk
mendapatkan teman dalam berinteraksi. perilaku yang baik seorang
siswa membuat hubungan atau interaksi yang baik dengan teman-teman.
Interaksi seorang siswa dengan teman-teman akan berpengaruh terhadap
kepribadian atau karakter siswa tersebut.
Kinerja guru yang maksimal juga diharapkan oleh semua pihak sekolah agar mampu memberikan kontribusi yang maksimal sehingga hasil yang akan dicapai memuaskan. Ketika guru mampu melaksanakan tugas dengan baik dan dilaksanakan secara tepat waktu dapat berpengaruh pada keberlangsungan proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran sebaiknya guru tidak monoton dalam memberikan materi, karena hal tersebut dapat mempengaruhi pola pikir siswa yang mengikuti pembelajaran. Saat pembelajaran dilaksanakan secara monoton tidak bervariasi siswa akan merasa bosan kemudian malas untuk menerima materi yang disampaiakan. Guru harus menggunakan metode yang tepat dan bervariasi agar siswa tidak merasa bosan ketika proses pembelajaran.
(Sugiyono, 2003:14) mengatakan bahwa Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dirumuskan bahwa budaya sekolah mempunyai peran yang penting terhadap kinerja guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel bebas Budaya Sekolah (X) dan variabel terikat Kinerja Guru (Y).
Berdasarkan uraian diatas, dapat digambarkan melalui kerangka berpikir berikut:
BUDAYA SEKOLAH
(X)
KINERJA GURU
(Y)
PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yag relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis, atara lain:
Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa Kelas X Jurusan Tata Boga Smk N 3 Klaten (Albertin Dwi Astuti ; 2015) Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui keadaan budaya sekolah SMK N 3 Klaten, Mengetahui karakter siswa jurusan tata boga SMK N 3 Klaten, Mengetahui pengaruh budaya sekolah terhadap karakter siswa SMK N 3 Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan expost facto. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMK N 3 Klaten, sedangkan sampel yang dibutuhkan adalah 72 siswa dengan taraf kesalahan yang digunakan sebesar 5% yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Uji coba angket dilakukan dengan 28 siswa.Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, uji persyaratan hipotesis (uji normalitas, uji linearitas). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: Variabel keadaan budayasekolah pada siswa kelas X jurusan tata boga SMK N 3 Klaten sebesar 45% termasuk dalam kategori cukup.
Pengaruh budaya kerja terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar SMK Prambanan (Susi Suryani, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya kerja terhadap kinerja guru dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan di Kecamatan Prambanan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Untuk validitas data menggunakan validitas isi. Hasil penelitan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan budaya kerja terhadap kinerja guru Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan di kecamatan Prambanan dengan sumbangan efektif sebesar 22,1% dan persamaan regresinya =53,196+0,557 , sehingga apabila terdapat kenaikan pada prediktor akan menyebabkan naiknya prediksi, begitupula sebaliknya.
HIPOTESIS PENELITIAN
Ha
=
Terdapat pengaruh antara budaya sekolah terhadap kinerja guru SMPKatolik Bunda Hati Kudus Woloan
Ho
=
Tidak Terdapat pengaruh antara budaya sekolah terhadap kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey. Menurut Kerlinger (Sugiyono, 2008; 11), penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Bebas (Y) Kinerja Guru
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran, kinerja guru selain berkenaan dengan derajat penyelesaian tugas-tugas yang dicapai guru, juga merefleksikan seberapa baik guru telah memenuhi persyaratan pekerjaannya, sehingga kinerja diukur dalam artian hasil.
Perencanaan program pengajaran,
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan
Evaluasi hasil pembelajaran
Variabel Terikat (X) Budaya Sekolah
Budaya sekolah adalah keyakinan, norma, perilaku dan kebiasaan di dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan dan guru-guru di sekolah. Budaya sekolah, dengan demikian, merupakan konteks di belakang layar sekolah yang menunjukkan keyakinan, nilai, norma, perilaku dan kebiasaan yang telah dibangun dalam waktu yang lama oleh semua warga dalam kerja sama di sekolah.
keyakinan,
perilaku dan
kebiasaan
SUBJEK PENELITIAN
Populasi
Populasi merupakan keseluruhan individu dari permasalahan yang diteliti. Suharsimi Arikunto (2010:173). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru dan pegawai Smp Katolik Bunda Hati Kudus Woloan yang berjumlah 35 orang
Sampel
Menurut Sugiyono (2009:90) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Slovin (dalam Riduan,2009:95) sebagai berikut:
n=NN.d2+1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 = Presisi (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)
Dengan rumus tersebut jumlah sampel yang diperoleh adalah :
n=NN.d2+1= 3535.0,052+1= 351,0875=32,18
=dibulatkan menjadi 32 sampel
Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Tempat penelitian telah dilaksanakan di SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan
Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2017 hingga Maret 2017.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen angket(questioner) dan dokumentasi, instrument angket untuk Budaya Kerja (variabel bebas), dan Kinerja Guru (variabel terikat).
Wawancara
Menurut Sugiyono (2012; 137) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru memberikan informasi tentang masalah budaya sekolah yang mempengaruhi kinerja guru.
Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, (Sugiyono, 2012; 137). Kuesioner juga merupakan salah satu teknik pengumpuan data yang efisien apabila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan responden. Kuesioner juga cocok digunakan jika jumlah responden cukup besar.
Observasi
(Sugiyono, 2012; 145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi yang dilakukan disekolah diperlukan untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Analisis kebutuhan berfungsi untuk memberikan informasi tentang permasalahan yang muncul disekolah yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket untuk mengukur budaya sekolah dan kinerja guru. Angket merupakan sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang mendasar dari laporan diri sendiri, pengetahuan, dan atau keyakinan pribadi dari subjek yang diteliti dan berjumlah 32 guru yang ada di SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Instrumen ini disusun sebanyak 30 butir pernyataan dengan teknik penskoran adalah sebagai berikut:Sangat Setuju (5), Setuju (4), Ragu – Ragu (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1).
Teknik Analisa Data
Untuk menguji hipotesis pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru menggunakan teknik analisis regresi sederhana antara X terhadap Y.
Teknik Analisis Regresi Sederhana
Teknik analisis regresi sederhana (Sugiyono, 2012:262) adalah sebagai berikut:
Ý=a+bX
Dimana:
a = Bilangan Konstanta
b = Koefisien Regresi
Y = (dibaca Y Topi) Variabel Kinerja Guru
X = Variabel Budaya Sekolah
Koefisien a dan b dapat dicari dengan rumus:
a= y x2-( x)( xy)n x2- x2
b=n xy-( x)( y)n x2- x2
Teknik Korelasi
Teknik korelasi Person (Product Moment Corelation) dari Sugiyono (2012:255):Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
rxy=n xy-( x)( y){(n x2)- x2}{n( y2)- y2}
Dimana:
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel
X = Jumlah Skor X
Y = Jumlah Skor Y
X2 = Jumlah Skor X Yang Dikuadratkan
Y2 = Jumlah Skor Y Yang Dikuadratkan
XY = Jumlah Hasil Kali X Dan Y
Uji t
Untuk menguji signifikan dari koefesien korelasi digunakan uji t (Sugiyono,2012:259), dengan rumus sebagai:
t=n-21-r2
Dimana:
t = signifikan koefisien korelasi
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
r2 = derajat penentu (koefisien determinasi)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Tempat Penelitian
Visi Misi SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan
Visi
Terdidik, mandiri, religius, berbudaya, cerdas, dan terampil
Misi
Membentuk warga sekolah yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur dengan mengembangkan sikap dan perilaku religius baik didalam sekolah maupun diluar sekolah.
Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingi tahu, bertoleransi, bekerja sama saling menghargai disiplin, jujur, kerja keras, kreatif dan inofatif.
Meningkatkan nilai kecerdasan, cinta ilmu dan keingintahuan peserta didik dalam bidang akademik maupun nonakademik.
Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan, komunikatif, tanpa takut salah dan demokratis.
Mengupayakan pemanfaatan waktu belajar, sumber daya fisik, dan manusia agar memberikan hasil yang terbaik bagi peserta didik.
Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai, cinta tanah air, semangat kebangsaan.
Pelaksanaan proses belajar mengajar SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan
Bentuk pelaksanaan belajar mengajar di SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloandibagi menjadi dua bentuk kegiatan yaitu Inta Kurikuler dan Ekstra Kurikuler.
Kegiatan Intra Kurikuler
Kegiatan intra kurikuler adalah kegiatan belajar mengajar dimana materi yang disampaikan dikelas, yang mana telah disusun berdasarkan bidang studi dan disesuaikan dengan pengajaran secara terjadwal oleh pegawai setempat, yang pelaksanaannya diserahkan kepada wakil kepada sekolah urusan kurikulum. Kegiatan intra kurikuler bidang studi keterampilan ibadah disusun berdasarkan kurikulum lokal yang disampaikan dan disesuaikan dengan alokasi waktu yaitu siswa diharuskan masuk kesekolah pada pukul 06.45 untuk ibadah bersama sebelum proses belajar mengajar dimulai.
Kegiatan Ekstra Kurikuler
Ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran tujuannya agar siswa lebih memperkaya dan memperluas wawasan serta menerapkan lebih lanjut, pengetahuan yang dimiliki dan dipelajari dari berbagai mata pelajaran ekstra kurikuler. Bentuk dari ekstra kurikuler yang dilaksanakan di SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan adalah sebagai berikut: Pramuka, Kesenian (Drum Band, Tarian, Kolintang,), Olahraga, dll. Untuk Ekstra pramuka wajib diikuti siswa kelas VII dan siswa kelas VIII, yang dilaksanakan pada hari jumat sore.
Penyajian data
Untuk membuktikan kuat lemahnya pengaruh dan diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajaukan dalam skripsi ini, maka akan dibuktikan dengan mencari nilai koefisien korelasi antara variabel X (Budaya Sekolah) dengan variabel Y (Kinerja Guru). Data penelitian yang diambil berbentuk kuesioner (kuesioner budaya sekolah dan kinerja guru). Kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitas sebelum digunakan dengan menggunakan microsoft excel. Data yang diambil sebanyak 32 guru di SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan.
Melalui pedoman dan hasil pengumpulan data, maka diperoleh skor dari tiap individu sebagai berikut :
Tabel 4.1
Tabel Untuk Menghitung Regresi Linear Sederhana
N
X
Y
X2
Y2
XY
1
120
115
14400
13225
13800
2
116
134
13456
17956
15544
3
139
145
19321
21025
20155
4
132
140
17424
19600
18480
5
141
129
19881
16641
18189
6
144
146
20736
21316
21024
7
135
138
18225
19044
18630
8
137
134
18769
17956
18358
9
136
139
18496
19321
18904
10
133
143
17689
20449
19019
11
139
126
19321
15876
17514
12
132
127
17424
16129
16764
13
134
128
17956
16384
17152
14
137
123
18769
15129
16851
15
128
127
16384
16129
16256
16
138
132
19044
17424
18216
17
126
128
15876
16384
16128
18
142
135
20164
18225
19170
19
128
150
16384
22500
19200
20
142
134
20164
17956
19028
21
134
133
17956
17689
17822
22
114
110
12996
12100
12540
23
128
132
16384
17424
16896
24
127
125
16129
15625
15875
25
124
137
15376
18769
16988
26
129
126
16641
15876
16254
27
142
127
20164
16129
18034
28
136
130
18496
16900
17680
29
117
147
13689
21609
17199
30
108
120
11664
14400
12960
31
121
119
14641
14161
14399
32
128
136
16384
18496
17408
N
(32)
4187
4215
550403
557847
552437
Sumber diolah (2017)
Pengolahan Data
Uji Validasi Angket
Uji coba dilakukan pada 32 orang responden dengan 30 pertanyaan (item soal) terhadap masing-masing Variabel dan dari hasil perhitungan dan analisis data dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel maka didapati hasil bahwa untuk item variabel budaya sekolah dengan jumlah 25 item soal yang dinyatakan valid yaitu pada item pertanyaan nomor (2,3,4,5,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18, 20,21,22,23,24 ,26,27 ,28,29,30) (yang digunakan) sedangkan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 5 item pertanyaan yakni pada nomor (1,6,8,19,25) (tidak digunakan). Sedangkan hasil untuk item variabel kinerja guru dengan jumlah 25 item soal yang dinyatakan valid yaitu pada item pertanyaan nomor (1,2,4,5,7,9,10,11,12,13,14,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30) (yang digunakan) sedangkan yang dinyatakan tidak valid sebanyak 5 item pertanyaan yakni pada nomor (3,6,8,15,16) (tidak digunakan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3
Uji Reliabilitas Instrument
Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel pada masing – masing variabel X (budaya sekolah) dan Y (kinerja guru) diperoleh pada uji reliabilitas budaya sekolah r11 sebesar 1,202 dan Distribusi rtabel taraf kepercayaan 95% (taraf nyata = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = n- 2 (25-2 = 23) sebesar 0,388. Maka hasil yang diperoleh r11> rtabel (1,202 > 0,388). Dengan demikian hasil uji reliabilitas budaya sekolah dapat disimpulkan bahwa Reliabel. Sedangkan hasil perhitungan uji reliabilitas kinerja guru diperoleh r11 sebesar 1,203 dan Distribusi rtabel sebesar 0,388. Maka hasil yang diperoleh r11> rtabel (1,203 > 0,388). Dengan demikian hasil uji reliabilitas kinerja guru dapat disimpulkan bahwa Reliabel. jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5
Uji Normalitas Data
Berdasarkan hasil yang didapat dengan menggunakan SPSS V.23,0, diketahui, bahwa nilai signifikan sebesar 0,200, yang berarti 0,200 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang akan diuji berdistribusikan Normal. jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Analisis Data
Uji Regresi
Bentuk persamaan regresi adalah Ý = a + bX. Untuk dapat menghitung regresi maka lebih dahulu dicari nilai konstanta a dan koefisien b adalah sebagai berikut :
Ý=a+bX
b=n xy-( x)( y)n x2- x2
b=32552437-(4187)(4215)32550403-(4187)2
b=17677984-1764820517612896-17530969 = b=2977981927 =0,363
a= y x2-( x)( xy)n x2- x2
a=4215 550403-4187(552437)32550403-(4187)2
a=2319948645-231305371917612896-17530969
a=689492681927=81,16
Dengan demikian Hasil Persamaan Regresi Yakni : Ý =81,16+0,363X hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara budaya sekolah terhadap kinerja guru, dimana dapat dilihat bahwa apabila budaya sekolah bertambah 81,16 maka akan terjadi peningkatan kinerja guru sebesar 0,363.
Tabel 4.2
Pengelompokan data untuk menguji kelinieran dan keberartian regresi
X
Kelompok
n1
Y
108
1
1
120
114
2
1
110
116
3
1
134
117
4
1
147
120
5
1
115
121
6
1
119
124
7
1
137
126
8
1
128
127
9
1
125
128
10
4
127
128
150
128
132
128
136
129
11
1
126
132
12
2
140
132
127
133
13
1
143
134
14
2
128
134
133
135
15
1
138
136
16
2
139
136
130
137
17
2
134
137
123
138
18
1
132
139
19
2
145
139
126
141
20
1
129
142
21
3
135
142
134
142
127
144
22
1
146
Data olahan (2017)
Menguji kelinieran dan keberartian regresi (Uji Varian)
JK T= ΣY2
JK G= Σ X (ΣY2 -(ΣY)2ni)
JK α= (ΣY)2n
JK b/a= b (ΣXY-ΣXΣYn)
JK S= JK T- JK α-JKab
JK TC= JK S- JK G
Tabel 4.3
Ringkasan ANAVA untuk menguji kelinearitas dan keberartian regresi
Sumber variansi
Dk
JK
RJK
Fhitung
Ftabel
Total JK (T)
n
ΣY2
Koefisien (a)
1
JK α
JK α
Regresi (b/a)
1
JK b/a
S reg2= JK (b/a)
Sisa
n – 2
JK S
S res2= JK (JK(s)n-2)
Tuna Cocok
k – 2
JK TC
S TC2=(JK(TC)k-2)
S Reg2S Res2
Galat
n - k
JK G
S G2=(JK(G)n-K)
S TC2
(Bahan ajar Ekonometrika Fakultas Ekonomi UNIMA Oleh Dr. Joubert Dame, M.Si)
JK (T) =557847
JK α= (4215)232 = 1776622532 = 555195
JK b/a = 0,363 (552437-4187421532)
= 0,363 (930,5938) = 337,8055313
JK (G) = Σ(ΣY2-(ΣY)2n)
{1202- 12021} + {1102- 11021} + {1342- 13421} +1472- 14721+ 1152- 11521 +1192- 11921+ 1372- 13721+ {1282- 12821} + {1252- 12521} + {1272+1502+1322+ 1362- (127+150+132+136)24} + {1262- 12621}+ 1402+1272- (140+127)22 + 1432- 14321 + 1282+1332- (128+133)22 + 1382- 13821 + 1392+1302- (139+130)22+ 1342+1232- (134+123)22+1322- 13221 + 1452+1262- (145+126)22 + 1292- 12921 + 1352+1342+ 1272- (135+134+127)22 + 1462- 14621
= 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 292,75 + 0 + 84,5 + 0 + 12,5 + 0 + 40,5 + 60,5 + 0 + 180,5 + 0 + 38 + 0 = 709,25
JK (S) = 557847 – 555195 - 337,8055313 = 2315
JK (TC) = 2315 – 709,25 = 1605
Tabel 4.4
Tabel Analisis Varian (ANAVA) untuk regresi regresi linear Y = 81,16 + 0,363X
Sumber Variansi
Dk
JK
RJK
Fhitung
Ftabel
Total JK (T)
32
557847
Regresi (a)
1
555195
555195
Regresi (b/a)
1
337,8055313
S reg2= 337,8055313
S Reg2S Res2= 337,805531360,91218997
= 5,545778791
= 5,5457
4,10
Sisa / Residen
38
2315
S res2= (231538)= 60,91218997
Tuna Cocok
22-2
=20
1605
S TC2=160520
= 80,27066094
S TC2S G2 =80,2706609470,925
= 1, 131768
= 1,13
2,77
Galat
32-22
= 10
70,25
S G2=709,2510= 5,854167
*) Signifikan pada taraf 0,05
Pengambilan keputusan pengujian keberartian dengan menggunakan dk pembilang k – 2 (22 – 2 = 20) dan dk penyebut n – k (32 – 22 = 10) maka diperoleh Ftabel sebesar 2,77 pada taraf signifikan 0,05. Dari hasil diatas diperoleh Fhitung sebesar 1,31 maka Ftabel < Fhitung sebesar 2,77< 1,13.
Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti menarik kesimpulan bahwa Ha diterima dan tolak Hoyang berarti pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan berbentuk regresi linear.
Teknik Korelasi
Teknik korelasi Person (Product Moment Corelation) dari Sugiyono (2012:255): Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
rxy=n xy-( x)( y){(n x2 - x2}{n( y2)- y2}
rxy=32552437-(4187)(4215){(32 . 550403)-41872} {32(557847)-42152}
rxy=17677984-(17648205){(17612896)-(17530969)} {(17851104)-(17766225)}
rxy=29779{81927} {84879} rxy=29779286,23 (291,34) rxy=2977983389,94
rxy=0,357
Berdasarkan perhitungan uji korelasi diatas diperoleh nilai rxy sebesar 0,357 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa antara variabel x (budaya sekolah) dan variabel y (kinerja guru) terdapat hubungan sebesar 0,357.
Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Mencari besarnya sumbangan (kontribusi) variabel X (budaya sekolah) dengan variabel Y (kinerja guru), dengan menggunakan rumus :
KP=r2x 100
=0,357 x 0,357 100=(0,1275) 100 = 12,75%
Dengan demikian besarnya pengaruh ditentukan oleh koefisien determinasi, artinya variabel X (Budaya Sekolah) memberikan kontribusi terhadap variabel Y (kinerja guru) di SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan sebesar 12,75 % dan sisanya 87,25 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Uji t
Untuk menguji signifikan dari koefesien korelasi digunakan uji t (Sugiyono, 2012:259), dengan rumus sebagai:
t=n-21-r2
t=32-21-0,1275
t=300,872 t=5,477230,93406 t=5,86386
Hipotesis dalam penelitian ini yakni :
Jika thitung ttabel, maka tolak Ho dan terima Ha, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya sekolah dengan kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan,
Jika thitung ttabel, maka tolak Ha dan terima Ho, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya sekolah dengan kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan,
Berdasarkan perhitungan diatas, pengujian hipotesis dengan taraf kepercayaan 95% dan taraf nyata = 0,05 dan n = 32, dengan dk = n-2 (32-2 = 30) sehingga diperoleh hasil Ttabel sebesar 1,69726.
Kesimpulan dari hasil tersebut dapat diartikan thitung ttabel sebesar 5,86386 1,69726, maka berdasarkan kriteria pengujian hipotesis diterima dengan kata lain terima Ha dan tolak Ho. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara budaya sekolah terhadap kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan yang tidak dapat diabaikan.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya sekolah dan kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan, Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel budaya sekolah dan kinerja guru. Budaya sekolah diukur dengan menggunakan angket / kuesioner yang diberikan kepada 32 guru yang merupakan anggota dari populasi guru-guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan. Angket tersebut menggunakan skala likert dengan 30 butir pertanyaan, dimana setiap alternatif pilihan jawaban memiliki skor yang berbeda. Kinerja guru juga diukur dengan menggunakan angket yang diberikan kepada 32 guru yang merupakan bagian dari populasi guru-guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan.Variabel kinerja guru diukur dengan 30 butir pertanyaan yang juga menggunakan skala likert.
Setelah kedua variabel tersebut diukur, maka dapat digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh budaya sekolah dan kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan, dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara budaya sekolah dengan kinerja guru. maka dituangkan dalam bentuk hipotesis kemudian diuji dengan menggunakan analisis regresi sederhana.
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dimana antara variabel X (Budaya Sekolah) dengan Y (Kinerja Guru) diperoleh hasil yang positif .Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya sekolah terhadap kinerja guru. Jadi hipotesis yang peneliti ajukan yaitu terdapat pengaruh antara budaya sekolah terhadap kinerja guru adalah benar dan dapat diketahui.Artinya semakin tinggi tingkat budaya sekolah, maka semakin tinggi pula kinerja guru di SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan.Dengan demikian, hipotesis yang peneliti ajukan dapat diterima.
Hasil Persamaan Regresi Yakni :Y =81,16+0,363X, hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara budaya sekolah terhadap kinerja guru, artinya setiap ada peningkatan 1 unit pada variabel budaya sekolah maka akan terjadi peningkatan pada kinerja guru sebesar 0,363. Adapun untuk uji t terhadap koefisien regresi diperoleh sebesar = 5,86386 kemudian diinterpretasikan dalam tabel taraf signifikan 5% (df = 30) = 1,69726 dan taraf signifikan 1% (df = 30) = 2,45726 diperoleh thitung> ttabel, pada taraf signifikan 5 % (df = 30) sebesar 5,86386 >1,69726 dan pada taraf signifikan 1 % (df = 32) sebesar 5,86386 >2,45726. Selanjutnya mencari nilai koefisien determinasi antara variabel X dan variabel Y, maka digunakan rumus sebagai berikut: (R)2 = r2 X 100% = (0,1275)2 X 100% = 0,1275 X 100% = 12,75 % Sehingga variabel X mempengaruhi variabel Y sebesar 12,75 % sedangkan sisanya 87,25 % adalah pengaruh yang disebabkan oleh variabel lain yang belum diteliti oleh peneliti. Berdasarkan analisis data diatas maka penulis menyimpulkan terdapat pengaruh antara budaya kerja terhadap kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloansehingga hasil yang diharapkan dapat memenuhi standar atau rujukan tertentu dalam mencapai tujuan pendidikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan antara lain :
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan Persamaan Regresi Yakni : Y =81,16+0,363X hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara budaya sekolah terhadap kinerja guru, dimana dapat dilihat bahwa apabila budaya sekolah bertambah 81,16 maka akan terjadi peningkatan kinerja guru sebesar 0,363.
Berdasarkan hasil analisis data diatas menunjukkan bahwa adanya pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai Thitung > Ttabel pada taraf signifikan 5 % sebesar (5,86386> 1,69726) dan pada taraf signifikan 1 % menunjukan bahwa nilai Thitung > Ttabel sebesar (5,86386 > 1,69726). Budaya sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan.
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan oleh koefisien determinasi sebesar 12,75%, artinya variabel X (Budaya Sekolah) memberikan kontribusi terhadap variabel Y (kinerja guru) di SMP Katolik Bunda Hati Kudus Woloan sebesar 12,75 %.
SARAN
Melihat hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat peneliti berikan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Karena adanya pengaruh antara budaya sekolah dan kinerja guru, maka diharapkan guru selalu memperhatikan dan mempertahankan budaya sekolah yang ada serta mampu mengembangan budaya sekolah tersebut demi terwujudnya tujuan pendidikan yang diharapkan
Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar untuk menggapai cita-cita yang tinggi dengan adanya para guru - guru yang akan selalu membimbing dan berusaha untuk memberikan pendidikan sebagaimana mestinya.
Bagi sekolah agar senantiasa dapat menciptakan dan mewujudkan budaya sekolah yang akrab dan tentram serta nyaman untuk melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga diharapkan kinerja guru dapat terus meningkat dan dapat menghasilkan prestasi belajar siswa menjadi baik dan optimal, karena budaya sekolah merupakan salah satu faktor meningkatnya mutu kualitas kinerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi.
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud,
Rineka Cipta.
Doni Koesoema.(2012). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Kanisius:
Yogyakarta.
Hasbulla. (2005). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Prasada
Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi.
Bumi Aksara, Jakarta.
Herminarto Sofyan. (2005). Pengembangan kultur sekolah. Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Hinde, E.R. (2003). School culture and change: An examination of the effects of
school culture on the process of change. Arizona State University West.
Ide Lia Marzuki, 1323012011 (2015) PENGEMBANGAN BUDAYA DAN
IKLIM SEKOLAH DI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG. Masters thesis, Universitas Lampung.
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi –Jilid 1, cetakan kedua, Jakarta:
Rineka Cipta.
Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul "Manajemen Sumber Daya
Manusia" (2004:67)
Martoyo, Susilo. 2007. Manajemen Sumberdaya Manusia. Edisi 5. BPFE.
Yogyakarta
Mohamad Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.
Mulyasa, E. 2004. "Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi". Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya
Mulyasa, E. Standar Kompetensi fl/ dan Sertifikasi Guru, Bandung'. Rosdakarya,
2007.
Peterson, Kent D. and Terrence E. Deal. 2009. The Shaping School Culture
Filedbook. San Francisco: Josses-Bass.
Poespawardojo, S:2007. Pengertian Kearifan Lokal dan Relevasinya dalam
Modernisasi dalam Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Dunia Pustaka Jaya
Riduwan (2009). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk. Administrasi
dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.
Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2012) Memahami penelitian kuantitatif". Bandung : ALFABETA
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas.
Sulistiyani dan Rosidah, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia,. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Suryani Susi. (2013) Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar Sekolah Menengah Atas Dan Kejuruan Di Kecamatan Prambanan
Vela Miari Nurma Arimbi. (2011). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri Di Temanggung. Skripsi. MP FIP UNY.
Wirawan. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta. Penerbit: Salemba Empat.
Zamroni. (2005). Mengembangkan kultur sekolah menuju pendidikan yang
bermutu. Seminar Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Pengembangan Budaya Sekolah. Universitas Negeri Yogyakarta
Zuchdi Darmiyati, dkk. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan
praktik. UNY Press: Yogyakarta