PENERAPAN PENGAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
Eka Wahyuni
FKIP, Universitas Lampung
Email :
[email protected]
Abstrak
Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang harus dimiliki oleh peserta didik. Selanjutnya, matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, yang mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia dalam mendasari perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan pemahaman konsep tersebut, perlu diterapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Metode Reciprocal Teaching ini dapat meningkatkan antusias siswa dalam belajar sehingga siswa aktif berdiskusi dan menjelaskan hasil pekerjaannya dengan baik dengan demikian penguasaan konsep suatu materi matematika dapat ditingkatkan.
Keyword : Pemahaman Konsep Matematika, Reciprocal Teaching
APPLICATION RECIPROCAL TEACHING TO IMPROVE THE COMPREHENSION OF MATHEMATICAL
CONCEPT OF STUDENTS
Eka Wahyuni
FKIP, State University of Lampung
Email :
[email protected]
Abstract
The comprehension of mathematical concepts is one of the skill or proficiency of mathematics that must be possessed by the learners . Furthermore , mathematics is a universal science that underlies the development of modern technology , which has an important role in a variety of disciplines and promote the power of human thought in the underlying technology development . To improve the comprehension of the concept, should be applied learning models Reciprocal Teaching . Reciprocal Teaching method can increase students' enthusiasm in learning so that students actively discuss and explain the results of her work well with such mastery of the mathematical concept of a material can be improved .
Keyword : The Comprehension of Mathematical concepts, Reciprocal Teaching
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan dewasa ini tengah mendapat sorotan yang sangat tajam berkaitan dengan tuntutan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnyalah mendapat perhatian secara terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu dilakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa henti.
Oleh karena itu,lembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus-menerus mengupayakan suatu program yang sesuai dengan perkembangan anak,perkembangan zaman,situasi,kondisi,dan kebutuhan peserta didik (Sa'ud,2008:2).
Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Seperti yang diungkapkan oleh Hudojo (1988:1) bahwa matematika berfungsi mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan pengetahuan yang esensial sebagai dasar untuk bekerja seumur hidup dalam abad globalisasi.Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornellius (dalam Abdurrahman,2009:253) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan :
"(1) sarana berpikir yang jelas dan logis,(2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari,(3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas,dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya."
Belajar matematika tidak sama dengan belajar sejarah, metode menghafal tidak cukup karena matematika bukanlah ilmu hafalan. Jika ingin berhasil mengerjakan soal-soal matematika maka harus banyak berlatih dan memahami rumus-rumusnya. Begitu juga dengan pengamatan Gestalt (Gestalt Theory) yang menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, yang menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis. Hal ini bertentangan dengan pemikiran tentang belajar yang mengacu pada proses bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, dan siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri (Sagala, 2009 : 38).
Rendahnya pemahaman konsep siswa tersebut dilatarbelakangi oleh pembelajaran matematika di sekolah yang masih menggunakan pembelajaran yang bersifat teacher oriented. Pada prosesnya guru menerangkan materi dengan metode ceramah, siswa mendengarkan kemudian mencatat hal yang dianggap penting. Sumber utama pada proses ini adalah penjelasan guru. Siswa hanya pasif mendengarkan uraian materi dan menerima begitu saja ilmu atau informasi dari guru. Seperti yang diungkapkan oleh Depdiknas (Sagala, 2009 : 93) bahwa sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal dan kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi strategi utama dalam belajar. Hal ini tentu berakibat informasi yang didapat kurang begitu melekat dan membekas pada diri siswa.
Ansari (2008:3) mengungkapkan bahwa hal yang seperti ini akan mengakibatkan dua konsekwensi :
"Pertama,siswa kurang aktif dan pola pembelajaran ini kurang menanamkan pemahaman konsep sehingga kurang mengundang sikap kritis. Kedua,jika siswa diberi soal yang berbeda dengan soal latihan,mereka kebingungan karena tidak tahu harus memulai darimana mereka bekerja."
Selain itu, rendahnya pemahaman konsep siswa juga dapat diakibatkan oleh pembelajaran yang monoton. Pada model pembelajaran umumnya guru-guru mengajarkan sebagian besar bahan dan materi dengan cara yang sama yang berdampak kepada kesulitan belajar siswa. Sebab kesulitan belajar siswa tidak selamanya disebabkan oleh faktor intelegensi, akan tetapi bisa disebabkan karena penggunaan metode belajar yang tidak sesuai. Pemilihan metode tidak boleh asal pilih, sesuaikan metode mana yang cocok untuk setiap materi. Sesuai dengan pernyataan (Slameto, 2010 : 65) yang mengatakan bahwa agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode yang diusahakan yang setepat mungkin. Dengan demikian guru sebaiknya menggunakan metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi sehingga kemampuan anak dapat terlayani.
Pemahaman yang dituntut dalam tujuan pembelajaran matematika tersebut adalah pemahaman rasional,yaitu pemahaman atas konsep yang termuat dalam suatu skema atau struktur pengetahuan yang kompleks yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas dan kompleks.
Hudojo (1988:3) mendukung pentingnya pemahaman konsep dengan pernyataan bahwa:
"Dalam proses belajar matematika ,prinsip belajar harus terlebih dahulu dipilih,sehingga waktu mempelajari matematika dapat berlangsung dengan lancar,misalnya mempelajari konsep B yang mendasarkan pada konsep A,seseorang perlu memahami lebih dahulu konsep A.Tanpa memahami konsep A,tidak mungkin orang itu memahami konsep B.Ini berarti mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta,mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu."
Berdasarkan pernyataan inilah maka pemahaman konsep akan suatu materi dalam matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama. Dengan paham akan suatu konsep, maka berbagai macam variasi soal dan permasalahannya akan mudah teratasi.
Untuk memenuhi tuntutan dalam pemahaman konsep perlu diterapkan pendekatan Reciprocal Teaching dalam pembelajaran, guna meningkatkan pemahaman konsep siswa dimana pada prosenya melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, dan mendorong pembelajaran mandiri yang berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.
PEMBAHASAN
Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal yang tidak akan pernah dipisahkan dari kehidupan kita, belajar pada diri manusia terjadi dari ia lahir hingga ia meninggalkan dunia ini. Banyak para ahli mendefinisikan tentang belajar, diantaranya : Menurut Slameto (2010:2) menyatakan bahwa: "Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sabagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya". sedangkan Menurut Gagne (dalam Slameto,2010:13) menyatakan bahwa: "Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku". Hamalik (2010:28) juga menyatakan bahwa: "Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan". Kemudian menurut Daryanto (2010: 2) "Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya".
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan perubahan lainnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan manjadi sopan. Kriteria keberhasilan dalam belajar ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
Pengertian Konsep
Salah satu kunci keberhasilan dalam pembelajaran matematika adalah penguasaan konsep. Siswa dapat peka terhadap matematika hanya jika mereka mengerti konsep dan makna atau interpretasinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa: "Konsep : (1) rancangan atau buram dan sebagainya, (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit, (3) linguistik gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain". Sedangkan Gagne (Ruseffendi, 1991:165) berpendapat bahwa konsep adalah: "Ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan non contoh". Pengertian lainnya seperti yang dikemukakan Rosser (Sagala, 2009:73) bahwa : "Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama". Dari beberapa kutipan di atas dapat ditarik pengertian konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk mengelompokkan objek-objek tertentu kedalam contoh dan bukan contoh.
Konsep Matematika
Dalam pembelajaran matematika, setiap konsep diharapkan dapat dipahami oleh siswa. Dari pengertian konsep yang telah dijabarkan sebelumnya dapat ditarik pengertian konsep matematika adalah ide/gagasan abstrak yang dapat digunakan untuk mengelompokkan/ mengklasifikasikan objek-objek matematika berdasarkan ciri-ciri yang sama sehingga terdapat contoh-contoh dan yang bukan contoh berdasarkan pengertian objek yang dirumuskan.
Konsep dalam matematika membantu siswa dalam menjelaskan masalah. Salah satu ukuran seseorang memahami suatu konsep apabila seseorang itu dapat menyatakan pengertian konsep dengan bahasanya sendiri. Agar seorang siswa mampu memahami suatu konsep matematika lebih baik, maka siswa tersebut juga harus memiliki suatu kemampuan dasar terlebih dahulu. Kemampuan dasar adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki untuk suatu pokok bahasan tertentu (yang baru), apabila kemampuan itu tidak dikuasai dimana hal tersebut merupakan prasyarat mutlak, untuk itu apapun tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak mungkin tercapai.
Hudojo (1988:85) mengatakan bahwa:
"Konsep matematika sebagai ilmu mengenai struktur akan mencakup tentang pola umum bentuk/ model matematika. Simbol-simbol itu diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan. Simbol-simbol itu dapat menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk konsep baru. Konsep baru tersebut terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Simbol-simbol itu barulah berarti bila dilandasi oleh suatu ide. Dengan perkataaan lain, ide harus dipahami terlebih dahulu sebelum ide itu disimbolkan. Hal ini berarti bahwa suatu permasalahan dapat diselesaikan dengan cara memformulasikan permasalahan tersebut kedalam bentuk atau pola matematikanya".
Jika siswa tidak dapat menguasai konsep dasar suatu masalah maka dapat dipastikan bahwa siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam merancang penyelesaian dan melaksanakan rancangan penyelesaian masalah tersebut. Kebanyakan siswa yang dihadapkan dengan suatu masalah akan selalu mencari masalah yang dianggapnya memiliki kesamaan dengan masalah yang dihadapinya tadi tanpa mencoba memahami masalah yang dihadapinya dan menguasai konsep dari masalah tersebut.
Selain harus memiliki suatu kemampuan dasar terlebih dahulu, konsep matematika juga akan berhasil dipelajari jika dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari (konkrit) seperti yang dikemukakan oleh Dienes dalam Kristiyanto (2007) berpendapat bahwa: "Tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkrit akan dapat dipahami dengan baik". Jadi makin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep-konsep tertentu, akan makin jelas konsep yang dipahami siswa karena siswa akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajarinya itu.
Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman konsep merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran matematika. Karena tanpa pemahaman konsep, belajar matematika menjadi tidak bermakna. Selain itu, pemahaman konsep juga salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Suharsimi (2011) menyatakan bahwa "Pemahaman adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasi, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan". Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa pemahaman konsep terdiri dari beberapa aspek, diantaranya kemampuan mengerti/menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, kemampuan menerangkan atau menjelaskan, mengenali, dan menginterpretasikan atau menyimpulkan.
Pemahaman berdasarkan taksonomi dari Bloom dalam Herdian menyebutkan:
"Pemahaman dapat digolongkan dalam tiga segi yang berbeda yaitu pemahaman transalasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Pemahaman transalasi adalah kemampuan untuk memahami suatu ide yang dinyatakan dengan cara lain dari pada pernyataan asli yang dikenal sebelumnya, misalnya seseorang mampu mengubah soal ke dalam bentuk simbol atau sebaliknya; siswa mampu membedakan kubus dengan limas; dua garis yang saling berpotongan, bersilangan, dan sejajar; titik-titik yang terletak pada bidang dan tidak terletak pada bidang; dua bidang berpotongan; dua bidang sejajar; dan sebagainya. Pemahaman interpretasi adalah kemampuan untuk memahami atau mampu mengartikan suatu ide yang diubah atau disusun dalam bentuk lain, seperti kesamaan, grafik, tabel, diagram dan sebagainya. Pemahaman ekstrapolasi adalah keterampilan untuk meramalkan kelanjutan dari kecenderungan yang ada menurut data tertentu (menghitung). Misalnya, jika siswa diberi suatu pernyataan tentang garis yang melalui dua titik yang ada pada bangun ruang, maka siswa bisa menunjukkan bahwa kedua titik tersebut terletak pada satu bidang; jika siswa diberi sudut antara dua garis dalam bangun ruang, maka siswa bisa menentukan besar sudutnya, dan sebagainya".
Skemp dalam Herdian membedakan dua jenis pemahaman konsep, yaitu:
Pemahaman instrumental, yaitu pemahaman atas konsep yang saling terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.
Pemahaman relasional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.
Pemahaman instrumental diartikan sebagai pemahaman konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana. Dalam hal ini seseorang hanya memahami urutan pengerjaan atau algoritma. Siswa dikatakan memiliki pemahaman instrumental bila hanya mengetahui rumus tanpa mengetahui maksudnya. Sedangkan pemahaman relasional termuat skema atau struktur yang dapat digunakan pada penjelasan masalah yang lebih luas dan sifat pemakaiannya lebih bermakna.
Beberapa indikator yang terkait dengan kemampuan pemahaman konsep menurut Kilpatrick dan Findell (Mulyani, 2008:27) yaitu :
Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari;
Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut;
Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma;
Kemampuan memberikan contoh dan non contoh dari konsep yang telah dipelajari;
Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika;
Kemampuan mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika);
Kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
Sedangkan menurut Anderson dan Krathwol (2009) ada tujuh indikator atau aspek yang termuat dalam kemampuan pemahaman konsep yaitu:
Interpreting (menginterpretasikan/menafsirkan), misalnya menguraikan sesuatu dengan kata-kata sendiri, menafsirkan gambar dengan kata-kata atau sebaliknya, menafsirkan bilangan-bilangan dengan kata-kata dan sebaliknya.
Exemplifying (memberikan contoh), misalnya mengidentifikasi suatu kejadian/contoh-contoh defenisi dari suatu konsep umum dan menggunakan keistimewaan untuk memilih atau membangun suatu spesifikasi contoh.
Classifying (mengklasifikasikan), misalnya mendeteksi contoh-contoh bentuk yang relevan antara contoh khusus dan konsep.
Summarizing (merangkumkan), misalnya memberi kesan sebuah statement tunggal yang mewakili suatu informasi yang disajikan, atau abstrak dari sebuah tema umum.
Inferring (menduga) yaitu menemukan sebuah bentuk dari sejumlah contoh-contoh yang serupa. Menduga suatu objek terjadi ketika seseorang dapat membuat objek abstrak dari sebuah konsep /sejumlah contoh-contoh melalui hubungan pengkodean contoh-contoh yang relevan.
Comparing (membandingkan) adalah mendeteksi keserupaan dan perbedaan antara dua hal/ lebih suatu objek, kejadian, ide, masalah, situasi.
Explaining (menjelaskan), misalnya mengkonstrusikan dan menggunakan penyebab dan efek model sebuah system.
Dalam proses belajar matematika, prinsip belajar harus terlebih dahulu dipilih yaitu pembelajaran pemahaman konsep dasar, sehingga sewaktu mempelajari matematika dapat berlangsung dengan lancar, misalnya mempelajari konsep B yang mendasarkan pada konsep A, siswa perlu memahami lebih dahulu konsep A. Tanpa memahami konsep A, tidak mungkin siswa tersebut memahami konsep B. Ini berarti bahwa dalam mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta berdasarkan pada pengalaman belajar yang lalu. Matematika akan dimengerti dan dipahami bila siswa dalam belajarnya terjadi keterkaitan antara informasi yang diterima dengan jaringan representasinya.
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa untuk mengenal, memahami, memberikan contoh, menduga, membandingkan, menjelaskan, serta menerapkan konsep, prosedur dan ide matematika berdasarkan pembentukan pengetahuan sendiri bukan sekedar menghapal.
Pengertian Pembelajaran Reciprocal Teaching
Pembelajaran secara harfiah diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk dapat memberdayakan semua potensi peserta didik guna menguasai kompetensi yang diharapkan (Djamarah,2010:5). Di dalam kegiatan pembelajaran terkandung nilai-nilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Setiap siswa diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum proses pembelajaran dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pembelajaran.
Menurut Palincsar dan Brown (1986) :
Strategi reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang didasarkan pada prinsip-prinsip membuat pertanyaan, mengajarkan keterampilan metakognitif melalui pengajaran, dan pemodelan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa yang berkemampuan rendah. Reciprocal teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan dengan baik. Dengan menggunakan pendekatan reciprocal teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi materi lanjutan, dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami. Untuk mempelajari strategi-strategi tersebut guru dan siswa membaca bahan pelajaran yang ditugaskan di dalam kelompok kecil, guru memodelkan empat keterampilan tersebut di atas.
Pembelajaran reciprocal teaching merupakan suatu kegiatan instruksional yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam bentuk dialog untuk memahami makna satu teks bacaan. Dengan demikian pembelajaran reciprocal teaching menuntut siswa untuk lebih aktif dan mandiri dalam memahami informasi melalui empat srtategi yaitu :
Bertanya
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Pertanyaan yang diberikan oleh siswa diharapkan tidak hanya sekedar membantu siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang diingatnya, akan tetapi meningkatkan kemampuan siswa untuk memperjelas gagasan.
Sebelum menyusun pertanyaan siswa terlebih dahulu diminta untuk membaca tentang materi yang akan diajarkan, ada baiknya dari beberapa buku yang berbeda. Siswa harus membuat pertanyaan dari bahan bacaan, baik yang dapat dijawab sendiri maupun tidak. Kebaikan dari tahap ini adalah siswa dapat menentukan hal-hal yang ingin diketahui, menumbuhkan minat, sekaligus berusaha memahami apa yang sedang dipelajari dan dibaca. Tahap ini juga dapat memperkuat daya analisis siswa. Dengan menggunakan beberapa sumber/buku, siswa akan terbiasa membandingkan berbagai informasi dari sumber yang berbeda-beda.
Menyimpulkan
Palincsar dan brown(1986) mengemukakan:
Pada tahap ini siswa ditugaskan untuk menyimpulkan intisari dari materi yang telah dipelajari. Yang harus ada dalam rangkuman atau intisari tersebut adalah konsep dasar dari pokok bahasan yang sedang dipelajari. Konsep dasar dapat diberikan oleh guru dalam bentuk petunjuk ketika memberikan tugas. Rangkuman harus mengandung jawaban-jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat. Tahap ini akan membantu siswa dalam menentukan beberapa konsep yang lebih luas, sehingga akan meningkatkan retensi siswa.
Membuat Prediksi
Aplikasi dari pemahaman antarkonsep dilakukan dalam tahap pembuatan prediksi. Dalam membuat prediksi siswa tidak hanya tergantung pada konsep yang ada dalam pokok bahasan tetapi juga beberapa konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Prediksi yang dibuat dapat berupa sebuah hipotesis atau gagasan aplikatif. Pembuktian prediksi tidak harus dilakukan pada saat itu namun bisa saja pada kesempatan lain. Hal ini akan memacu siswa untuk mencari jawaban atas kebenaran prediksinya. Dengan demikian tahap ini akan membiasakan siswa meningkatkan rasa ingin tahunya.
Menjelaskan
Kegiatan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisir secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di kelas .
Pada tahap ini beberapa orang siswa diminta untuk menjelaskan isi buku/materi yang telah dibaca. Siswa lainnya diminta untuk memperhatikan dan berusaha menjawab pertanyaan yang telah dibuat. Tahap ini akan memperkuat daya ingat dan pemahaman siswa. Guru dituntut untuk berpengetahuan luas dan terampil mengarahkan pembicaraan serta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan siswa. Pembelajaran reciprocal teaching merupakan salah satu kegiatan pengajaran yang sangat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa karena bersifat efektif, efisien dan menyenangkan yang terjalin dalam suatu interaksi timbal balik. Dalam pola interaksi tersebut, guru dan siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk berdiskusi, bertanya, menghadapi masalah, serta melakukan kegiatan pelaporan. Para siswa juga dibimbing agar memiliki kemampuan berkreatifitas dan mampu berpikir kritis sehingga dapat menerapkan pemahaman yang timbul ketika membaca isi atau materi suatu bahan pelajaran.
Tujuan reciprocal teaching adalah membantu siswa dengan atau tanpa kehadiran guru, lebih aktif dalam memahami tulisan. Strategi ini dipilih tidak hanya untuk memahami bacaan tetapi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar memperhatikan pembelajaran dan pemikiran mereka sendiri. Sruktur dialog dan interaksi anggota kelompok menghendaki partisipasi seluruh siswa dan memelihara hubungan baru diantara siswa dengan perbedaan kemampuan.
Pembelajaran reciprocal teaching atau pembelajaran terbalik terutama dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerjasama untuk mengajarkan pemahaman-pemahaman bacaan-bacaan secara mandiri di kelas. Sebagaimana diungkapkan oleh Trianto (2007:173) yakni:
Penggunaan pendekatan Pengajaran terbalik ini dipilih karena beberapa sebab yaitu : (a) Merupakan kegiatan yang secara rutin digunakan pembaca; (b) Meningkatkan pemahaman maupun memberi pembaca peluang untuk memantau pemahaman sendiri; (c) Sangat mendukung dialog bersifat kerjasama (diskusi).
Kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran reciprocal teaching mengarahkan guru dalam mengawasi siswa bekerja secara pribadi mapun kelompok dalam mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan sebagai bahan acuannya dalam belajar. Dalam hal ini guru juga berusaha untuk membangkitkan motivasi bagi siswa yang kurang mampu dalam mengakses informasi tentang materi yang akan dipelajari. Secara individual guru juga membantu siswa dalam menyusun diagnosa ataupun prediksi dengan mengontrol siswa melakukan tanya jawab melalui kegiatan diskusi. Siswa juga dituntun untuk mengembangkan kemampuan menulis dan mengeksplisitkan proses pemecahan suatu masalah.
Selain itu, menurut dalam proses pembelajaran reciprocal teaching guru juga bertugas antara lain:
Memberi perhatian pada keaktifan kelompok selama pelaksanaan kegiatan diskusi.
Memilah batasan tugas yang akan dipecahkan oleh siswa.
Menyediakan bahan-bahan pelengkap untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
Memberi petunjuk-petunjuk kepada siswa dalam memecahkan masalah.
Memeriksa hasil diagnosa (prediksi) yang disusun oleh siswa.
Membantu siswa menyimpulkan hasil diagnosa yang diperolehnya.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hal mendasar yang senantiasa muncul dan bahkan selalu mewarnai ketidakberesan hasil pembelajaran matematika, yaitu tentang lemahnya pemahaman konsep matematika yang dimiliki siswa. Asumsinya, mau bagaimanapun model belajarnya, siapapun yang menyampaikannya, dan di tempat bagaimanapun. berlangsungnya pembelajaran, jika dalam diri setiap peserta belajar telah tertanam penguasaan konsep dasar yang memadai, maka target ketuntasan basil belajar dapat diraih. Dengan demikian kegagalan belajar seorang siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas guru dan keprofesionalan guru saat mengajar.
Untuk mengembangkan kempuan seorang siswa dipengaruhi oleh pemahaman terhadap sebuah informasi bentuk materi yang tidak terlepas dari filosofi materi, kemudian kemampuan seorang guru sebagai informan yang memang menguasai substansi materi, dan lebih penting pengembangan pengetahuan tidak hanya didasari kuatnya daya ingat tetapi aplikasi dalam kehidupan itu yang lebih penting. Sehingga membentuk kesiapan seorang siswa untuk menghadapi kehidupan pasca pendidikan secara mental di masyarakat.
Dengan demikian untuk memenuhi tuntutan global untuk memenuhi pemahaman konsep dapat dilakukan dengan cara mengaplikasikan model pembelajaran Reciprocal Teaching yang menuntut kemampuan guru sebagai pusat informasi dan menguasai bidang yang diajarkan, guna meningkatkan pemahaman konsep siswa dimana pada proses pembelajarannya melibatkan siswa secara aktif, dan mendorong pembelajaran mandiri yang berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan, dimana keterampilan-keterampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa yang membaca pemahamannya rendah. Manfaatnya adalah dapat meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran karena siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dan menjelaskan hasil pekerjaannya dengan baik sehingga penguasaan konsep suatu materi matematika dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Anderson dan Krathwol. 2009. Mathematical Concept in Education (http://www.idonbiu.com/2009/05perbedaan-perbedaan-kontekstual.html)
Ansari. 2009. Komunikasi Matematika, Jakarta : Penerbit Pena.
Daryanto. 2010. Belajar Dan Mengajar. Bandung : Penerbit Yrama Widya.
Djamarah,S.B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Penerbit PT Asdi Mahasatya.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika, http://herdy07.wordpress.com/2010/05/07/kemampuan-pemahaman-matematis
Hudojo,H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK,
Kristiyanto,AL. 2007. Pembelajaran Matematika Berdasarkan Teori, (http://kris21.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-berdasarkan-teori04.html)
Palinscar,A.S&Btown,A., Mathematical Concept (http://www.ncrel.org/sdrs/area/isuues/stones/atrisk/at6lk38.html)
Sagala,Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Penerbit Alfabeta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : Penerbit Rinek Cipta.
Sa'ud, Udin Syaefuddin. 2008. Inovasi Pendidikan, Bandung : Penerbit Alfa Beta.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta : Penerbit Prestasi Pustaka.