BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang besar, yang terkenal akan budayanya
yang ramah kepada setiap pendatang. Negara dimana asas saling
menghormati dijunjung tinggi. Inilah negara dimana orang-orangnya
saling toleran dan senantiasa menjunjung tinggi kebersamaan.
Mungkin itulah gambaran bangsa Indonesia berabad-abad yang lalu,
sehingga bangsa barat ingin menguasai negara ini, negara yang selain
orang-orangnya sopan, juga memiliki sumberdaya alam yang tak
terkatakan. Berubah seratus delapan puluh derajad. Saat ini bangsa ini
mengalami kemunduran yang luar biasa dalam bidang tatakrama dan sopan
santun, yang sebenarnya justru itulah yang seharusnya menjadi ciri
khas bangsa ini, kini hilang digerogoti oleh teknologi dan kemajuan
jaman.
Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945, merdeka dari para
penjajah. Tetapi kini secara tidak disadari bangsa ini kembali
dijajah, dijajah secara moral sehingga terkikis kebudayaannya,
sehingga banyak orang dari bangsa ini lupa akan jati dirinya. Mereka
melupakan kebudayaan dasarnya, yaitu kebudayaan yang bukan hasil karya
semata melainkan hasil dari hati nurani bangsa ini yaitu tatakrama.
Banyak para pemuda saat ini yang tidak lagi memperhatikan
masalah tatakrama. Hal ini terbukti dengan banyaknya para pemuda yang
tidak tahu tentang cara bersikap dengan orang secara baik dan benar,
cara bertutur kata yang baik, dan cara berperilaku yang semestinya
dilakukan oleh kawula muda. Jati diri bangsa ini sudah mulai terkikis
oleh jaman sehingga menimbulkan dampak yang besar seperti saat ini.
Hal ini diperparah dengan tidak pedulinya para kawula muda tentang
pentingnya tatakrama dan sopan santun dalam kehidupan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka perumusan masalah yang penulis urai yaitu:
1. Apakah yang disebut tata krama dan sopan santun?
2. Apa penyebab lunturnya sopan santun dan tata krama bangsa
Indonesia?
3. Apa akibat hilangnya sopan santun dan tata krama?
4. Bagaimana peranan pendidikan karakter dalam pembentukan sopan
santun pada anak?
5. Apa saja langkah atau upaya pembinaan sopan santun san tata krama
pada anak?
3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui lebih mendalam mengenai pengertian sopan santun dan tata
krama.
2. Mengetahui penyebab lunturnya sopan santun dan tata krama bangsa
Indonesia.
3. Mengetahui akibat dari hilangnya sopan santun dan tata krama.
4. Mengetahui peranan pendidikan karakter dalam pembenatukan sopan
santun pada anak.
5. Mengetahui langakah atau upaya pembinaan sopan santun dan tata
krama pada anak.
4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Diharapkan mampu memberikan pemahaman mengenai sopan santun dan
tata krama.
2. Memberikan informasi apa saja yang menyebabkan lunturnya sopan
santun bangsa Indonesia.
3. Memberikan informasi akibat hilangnya sopan santu dan tata krama.
4. Dapat membantu memberikan pembelajaran khususnya bagi calon
pendidik untuk meningkatkan peranan dan dukungan terhadap
pentingnya penanaman sopan santun pada anak-anak.
5. Membantu memberikan informasi mengenai langakh atau upaya dalam
pembinaan sopan santun dan tata krama pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sopan Santun
Dalam interaksi sosial antar personal terjadi komunikasi aktif
untuk menciptakan hubungan yang baik dan tertata. Komunikasi yang
tercipta ini bukan sekadar hubungan personal semata, melainkan
didasari oleh rasa tanggung jawab terhadap eksistensi kita sebagai
manusia beradab. Sopan santun adalah salah satu konsep komunikasi
antar personal yang terbaik. Dengan menerapkan konsep ini, maka
diharapkan kondisi kehidupan dapat menjadi lebih baik. Dalam konteks
luasnya, sifat ini adalah adab kebiasaan positif yang diterapkan dan
diberlakukan dalam komunikasi masyarakat. Setiap orang berusaha untuk
menampilkan yang terbaik bagi dirinya dan kehidupannya. Hal ini bukan
hanya akan bermanfaat bagi dirinya, melainkan juga orang-orang di
sekitarnya. Sifat ini berhubungan dengan nilai dan norma yang ada di
suatu masyarakat.
Sopan santun dapat diartikan sebagai banyak hal, bergantung pada
bagaimana seseorang menginterpretasikan apa itu etika dan bagaimana
kultur sebuah lingkungan sosial tersebut dijalankan oleh orang
tersebut. Misalnya saja, masyarakat Indonesia akan menganggap bahwa
orang yang menoyor atau memegang kepala orang lain adalah hal yang
tidak sopan. Akan tetapi di Korea, hal itu justru adalah hal yang
lumrah bahkan dianggap sebagai kedekatan antara orang yang satu dengan
orang lain. Namun kembali pada ruang lingkup dimana seseorang tersebut
tinggal, tumbuh, dan berkembang. Sudah sepantasnya apa yang menjadi
sopan santun adalah hal-hal yang berkonotasi positif dan bernilai baik
di mata masyarakat.
Secara etimologis sopan santun berasal dari dua buah kata, yaitu
kata sopan, santun. Keduanya telah bergabung menjadi sebuah kata
majemuk. Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia milik W.J.S.
Poerwadarminta, sopan adalah hormat dan takzim (akan, kepada) atau
tertib menurut adat yang baik. Santun adalah halus dan baik (baik
bahasanya, tingkah lakunya) atau sabar dan tenang. Jadi, sopan santun
adalah pengetahuan yang berkaitan dengan penghormatan melalui sikap,
perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang baik, sesuai dengan
tata krama; peradaban; kesusilaan.
Tata krama atau adat sopan santun atau yang biasa disebut etiket
telah menjadi bahan dalam hidup kita, ia telah menjadi persyaratan
dalam hidup sehari-hari, bahkan menjadi emningkat dan sangat berperan
untuk memudahkan manusia diterima di masyarakat. Tata krama adalah
kebiasaan. Kebiasaan ini merupakan tata cara yang lahir dalam hubungan
antar manusia. Kebiasaan ini muncul karena adanya aksi dan reaksi
dalam pergaulan. Sebagai contoh, kalau orang Indoneisa setuju dengan
apa yang dikemukakan ia akan mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sebaliknya di negeri lain ada yang menyatakan setuju dengan menggeleng-
gelengkan kepalanya.
Tata krama adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam
lingkungan pergaulan antar manusia setempat. Tata krama terdiri atas
tata dan krama. Tata berarti adat, aturan, norma, peraturan. Krama
berarti sopan santun, kelakukan tindakan, perbuatan. Dengan demikian
tata krama berarti adab sopan santun, kebiasaan sopan santun, atau
sopan santun.
2. Penyebab lunturnya sopan santun bangsa Indonesia
Banyak pendapat menyatakan anak muda sekarang kurang menghargai
sesamanya, penghormatan kepada orang yang lebih tua dan empati kepada
yang menderita dinilai menipis. Salah satu contohnya yang mudah
dilihat adalah membiarkan orang tua, perempuan hamil atau ibu yang
sedang menggendong anaknya berdiri, sementara anak muda memilih tetap
duduk di kursi dalam angkutan umum.
Memang tak dapat dipungkiri, seiring dengan perkembangan zaman,
tingkah laku para remaja kian berubah dari waktu ke waktu. Rasa hormat
terhadap orang yang lebih tua secara terang-terangan sering kali tak
ditunjukkan. Datangnya kebudayaan dari barat sangat mempengaruhi nilai-
nilai tradisional bangsa Indonesia, sehingga semakin lama nilai
tradisional Negara kita sendiri semakin pudar. Para remaja Indonesia
kian mengikuti dan mencontoh kebudayaan luar negeri dan melupakan
nilai-nilai tradisional Negara sendiri, seperti contohnya kesopanan.
Sopan santun, atau juga dikenal sebagai tata krama, merupakan
salah satu ciri khas dari masyarakat Indonesia. Sejak dahulu, bangsa
Indonesia dikenal dengan keramahannya, kesopanannya, serta adat
istiadat yg dijunjung tinggi. Namun, apabila kita berkaca pada
kehidupan bangsa saat ini, sungguh ironis sekali dimana banyak sekali
pergeseran yang dilakukan oleh anak- anak, remaja mengenai budaya
sopan santun ini. Di majalah, televisi, internet, tak jarang orang
berani melakukan perilaku yang sebenarnya dianggap tidak sopan, namun
sudah dianggap biasa.
Secara tidak langsung dengan kurangnya kita bersopan santun dan
bertatakrama, jati diri kita sebagai bangsa indonesia sudah mulai
luntur. Inilah masalah besar yang timbul dari hal sepele, perkara yang
seharusnya kita perhatikan sejak kita masih kecil, hal yang seharusnya
diajarkan oleh para orang tua. Memang, masih banyak orang dari bangsa
ini yang masih menjunjung kesopanan dan tatakrama, tetapi lebih banyak
lagi orang-orang yang telah melupakan tentang tatakrama dan sopan
santun tersebut. Inilah persoalan yang mendasar yang menjadi
permasalahan bangsa indonesia saat ini. "Krisis jati diri" mungkin itu
kata yang tepat untuk menyebutkan situasi bangsa Indonesia saat ini.
Sebenarnya kata itu sangat menyakitkan hati bagi oarang-orang yang mau
berfikir. Bangsa ini merupakan bangsa yang berbudaya, namun bangsa ini
kini telah kehilangan jatu dirinya. Bangsa yang dulu hebat karena
budayanya, kini telah rapuh dengan sendirinya. Persoalan inilah yang
menimbulkan masalah yang lebih besar dan mengerikan.
Pada dasarnya kita harus sopan dimana saja, kapan saja dan dalam
kondisi apapun. Apalagi kita hidup dalam budaya Timur yang sarat akan
nilai-nilai kesopanan, sehingga seharusnya kita berpatokan dalam
budaya timur dan berpedoman pada sopan santun ala timur. Sopan santun
itu bukan warisan semata dari nenek moyang, lebih dari itu, dia sudah
menjadi kepribadian kita. Memang kadar kesopanan yang berlaku dalam
setiap masyarakat berbeda–beda, tergantung dari kondisi sosial
setempat. Dan permasalahan ini sangat komplek karena berkaitan dengan
faktor internal dan eksternal yang menyebabnya lunturnya nilai sopan
santun.
Faktor eksternal terealisasi dalam kondisi sekarang yang secara
realita kebudayaan terus berubah karena masuknya budaya barat yang
akan sulit mempertahankan kesopanan disemua keadaan ataupun disemua
tempat. Perubahan tersebut mengalami dekadensi karena berbedanya
kebudayaan barat dengan kebudayaan kita. Misalnya saja sopan santun
dalam tutur kata. Di barat, anak-anak yang sudah dewasa biasanya
memanggil orang tuanya dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia
sendiri panggilan tersebut sangat tidak sopan karena orang tua umurnya
lebih tua dari kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun ibu.
Kemudian sopan santun dalam berpakaian, diluar negeri orang yang
berpakaian bikini dipantai bagi mereka wajar. Tapi bagi kita
berpakaian seperti itu sangat tidak sopan karena dianggap tidak sesuai
dengan norma kesopanan. Selanjutnya Sopan santun dalam bergaul, di
barat jika kita bertemu teman yang berlawanan jenis kita boleh mencium
bibirnya, tetapi di Indonesia hal tersebut sangat bertentangan dengan
kesusilaan. Oleh karena kebudayaan yang masuk tidak tersaring
sepenuhnya menyebabkan lunturnya sopan santun.
Sedangkan faktor internalnya ada pada diri sendiri, keluarga,
lingkungan tempat nongkrong, lingkungan sekolah, ataupun media massa.
Pengetahuan tentang sopan santun yang didapat disekolah mungkin sudah
cukup tapi dilingkungan keluarga ataupun tempat tongkrongan dan media
massa kurang mendukung tindakan sopan disemua tempat ataupun
sebaliknya, sehingga membuat tindakan sopan yang dilakukan oleh anak-
anak atau pun remaja hanya dalam kondisi tertentu. Misalnya penyebutan
nama bagi yang umurnya lebih tua masih dianggap tidak sopan sehingga
mereka memanggil mas, bang, aa, ataupun yang lain. Sedangkan dalam
berpakaian ataupun yang lain kurang diperhatikan. Kita sendiri tak
memungkiri keadaan tersebut, kondisi lingkungan yang kurang peduli
terhadap kesopanan, sehingga akhirnya pada saat-saat tertentu saja
kita sopan. Seperti disekolah, ditempat kuliah, ataupun di tempat-
tempat formal yang lainnya. Keadaan ini seharusnya jangan sampai
terjadi karena lama kelamaan akan menimbulkan hilangnya kebudayaan
kita dan mungkin akhirnya kita tidak mempunyai kebudayaan sendiri.
Fakta lain yang menunjukkan menurunnya tingkat kesopanan remaja
di Indonesia adalah seperti halnya zaman dahulu, para remaja sangatlah
sopan terhadap orang yang lebih tua. Mereka harus berlutut atau dalam
bahasa jawa "sungkem" jika sedang berhadapan dengan orang yang lebih
tua. Para remaja sangat hormat dan tunduk kepada orang tua dan hal
tersebut membuktikan bahwa para remaja sangatlah sopan terhadap orang
tua. Tetapi sangatlah berbeda dengan zaman sekarang. Kebanyakan remaja
berlaku tidak sopan terhadap orang yang lebih tua. Melawan ketika
dinasihati, memotong pembicaraan, membiarkan berdiri sedangkan ia
tetap memilih duduk dikursi dalam angkutan umum, dan masih banyak lagi
lainnya.
3. Akibat hilangnya sopan santun dan tata krama
Dalam beberapa tahun terakhir nampaknya remaja ataupaun anak-
anak cenderung kehilangan etika dan sopan santun terhadap teman
sebaya, guru, orang yang lebih tua atau bahkan terhadap orang tuanya
sendiri. Hal tersebut disebabkan dari beberapa faktor seperti yang
telah disebutkan di atas. Berbagai kejadian buruk sering kita ketahui
bahwa remja sering melakukan tawuran, membuat keributan, pelecehan
seksual, hingga melakukan pembunuhan. Hal tersebut merupakan dampak
dari budaya sopan santun yang mulai luntur dalam lingkungna masyarakat
kita.
4. Peranan pendidikan karakter
Melihat kondisi demikian, agaknya tepat jika orang tua ikut
berperan dalam pembentukan etika pada anak. Dan orang tua pula
dituntut untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut. Namun mengajarkan
etika tidak bisa dilakukan hanya satu hari. Hal ini membutuhkan proses
yang cukup panjang dan harus dilakukan secara konsisten dan
berkesinambungan. Hal tersebut adalah suatu langkah awal untuk
membentuk suatu generasi yang sadar diri terhadap tatakrama dan sopan
santun.
Nilai-nilai tradisional sebenarnya sangatlah penting bagi remaja-
remaja itu sendiri. Nilai-nilai kesopanan yang dibawa remaja-remaja
Indonesia akan memberi dampak positif bagi mereka yang membawanya.
Remaja-remaja yang menjaga kesopanan di mana saja dan terhadap siapa
saja akan dinilai lebih oleh orang lain dan hal tersebut
menjadikan image yang bagus bagi remaja itu sendiri. Menjaga kesopanan
juga menjanjikan masa depan yang lebih baik karena orang-orang akan
menganggap kita tinggi dan bermartabat.
Nilai-nilai tradisional terutama kesopanan harus tetap dijaga
para remaja Indonesia sehingga tidak hilang seiring dengan
berkembangnya zaman. Nilai-nilai kesopanan sangatlah penting dalam
hidup bermasyarakat dan bersosialisasi dengan orang banyak sehingga
orang lain juga dapat menghormati kita sebagaimana kita telah menjaga
kesopanan dikalangan orang banyak. Dengan menjaga nilai-nilai
kesopanan kita, para remaja yang disebut-sebut sebagai penerus bangsa,
juga dapat memajukan bangsa Indonesia dengan menjaga nilai-nilai
tradisional yang sudah dibawa dari dulu.
Pendidikan karakter juga harus terus diupayakan sebagai
pengganti dari konsep Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang kini telah
tiada dan hanya tinggal menjadi sebuah nama dalam perjalanan sejarah
masa lalu. Pengertian karakter yang banyak dikaitkan dengan pengertian
budi pekerti, akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda
(multiple intelligence) kiranya bisa membantu dalam membentuk norma
kesopanan pada anak. Hal ini Mengingat lingkungan pendidikan merupakan
tempat di mana waktu banyak dihabiskan maka perannya juga tidak boleh
dikecilkan.
Selain melalui mata pelajaran PMP atau yang sekarang menjadi PKn
(Pendidikan Kewarganegaraan), dalam pembentukan karakter bangsa yang
sopan, santun serta beratata krama juga bisa diterapkan melalui mata
pelajaran bahasa daerah dan pelajaran agama. Sayangnya, pendidikan
budaya di lingkungan sekolah sejauh ini belum bisa mencapai tujuan
utamanya. Pendidikan bahasa Jawa hanya mengajarkan tutur bahasa Jawa.
Seharusnya, pengajaran tentang kebudayaan Jawa yang berkaitan dengan
budi pekerti dan kepribadian juga diajarkan. Perkembangan zaman saat
ini merupakan pemicu dari lambatnya pemahaman budaya masyarakat
termasuk pendidik. Selain itu, secara disiplin ilmu mereka juga tidak
paham tentang budaya sebenarnya. Padahal pendidikan karakter yang
selama ini digemborkan dalam sistem pendidikan, sangat erat kaitannya
dengan kearifan lokal, termasuk budaya dan bahasa Jawa.
5. Langkah-langkah pembinaan sopan santun dan tata krama pada anak.
Upaya ini dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Preventif
Pada dasarnya langkah – langkah pembinaan sopan santun bagi
siswa secara preventif meliputi seluruh upaya pembinaan yang
continue, tidak terputus-putus, konsisten, meningkat secara
kualitas sesuai waktu mulai dari TK, SD, SLTP, SLTA. Pembinaan
tersebut meliputi pendidikan latihan, pengembangan, permunculan,
dan pembiasaan sikap dan perilaku sesuai norma nilai sopan santun
yang pelaksanaanya tidak dapat dipisahkan dari agama dan budaya
bangsa Indonesia.
Pembinaan sikap dan perilaku sesuai norma nilai sopan santun
terhadap siswa akan berjalan efektif dan efisien bila para
instruktur dibina dan dilatih dan dibiasakan bersikap sebagai
berikut:
1) Keterlibatan langsung
a) Efektif efisien dan simpatik
b) Menumbuhkan ketertiban internal
c) Siswa harus sering dimunculkan atau dihadapkan dalam
kenyataan hidup yang memang memerlukan perlakuan
tertentu.
2) Menghindari Kognisi sebanyak mungkin
Kognisi merupakan penunjang daripada pendekatan psikomotor
bukan cara pendekatan yang utama.
a) Hindari memberikan kognisi dengan mengomel, menegur
anggota didepan orang banyak, mengomel yang tidak
mengenal batas waktu, tempat dan sasaran.
b) Hindari khotbah yang tidak tepat pada sasarannya.
c) Upayakan pendekatan 4 atau 6 mata ( Bapak / Ibu )
d) Meminta maaf kepada anggota, akan, sedang dan sesudah
menyinggung adalah mutlak.
Peristiwa yang sering terjadi pada saat menasehati da
memberikan pengarahan dan petunjuk walaupun disadari bahwa etnis
anthropologik tidak orang tua meminta maaf kepada anak.
3) Pendekatan Psikomotor Pembiasaan, adalah pendekatan yang
utama dilaksanakan seiring dengan usia anak.
a) Pembiasaan penerapan sikap dan perilaku tertentu untuk
mengahadapi masalah tertentu.
b) Sering dimunculkan dalam situasi dan kondisi tertentu
yang membutuhkan sikap dan perilaku norma nilai sopan
santun tertentu.
c) Penghargaan dan hukuman (reward atau punishment) adalah
cara yang mungkin paling efektif.
d) Hindari punishment sebanyak mungkin, kembangkan reward
system yang lebih banyak.
e) Hindari atau jangan mempergunakan hukuman fisik
badaniah.
f) Jangan merendahkan martabat siswa remaja didepan orang
lain atau teman-temanya.
g) Jangan menjelekan teman siswa apapun keadaanya.
h) Perkuat perbuatan yang baik, perlemah perbuatan yang
kurang baik
4) Pendekatan Filisofis
a) Kurangi pemikiran masa lalu, pikir, ambil tindakan pada
masa kini untuk mendapatkan masa esok yang cerah.
b) Selesaikan keterampilan yang dapat memberikan nafkah
sedini mungkin.
c) Siswa dibiasakan mengalami konflik, tetapi konflik yang
terselesaikan, dan hindarkan konflik mengambang yang
dapat membuat penumpukan kemarahan terpendam.
d) Siswa tidak boleh dianggap anak kecil terus menerus,
batas mendidik siswa adalah usia 18 tahun.
e) Jadilah pendengar yang baik bagi siswa yang sedang
berbicara untukmendapatkan tanggapan ( response ) yang
baik dari siswa.
f) Upayakan siswa selalu mampu memecahkan masalah.
g) Bila siswa menyimpang dari aturan sopan santun,
peraturan, adat, hukum dan agama, maka harus diberitahu,
tetapi jangan merendahkan harkat dan mertabat siswa.
h) Hormat kepada siswa adalah keharusan (dalam masalah
sikap hormat kepada anak dan siswa perlu adanya konsesus
nasional bagaimana tata caranya. Secara umum, hampir
semua kultur etnis bangsa Indonesia cenderung anak harus
mengormati orang tua dan tidak sebaliknya. Pandangan ini
menurut situasi sekarang sebaiknya diubah. Anak yang
dihormati akan menghayati rasa hormat dan diharapkan
dapat menghormati orang lain).
5) Penampilan fisik yang tepat dan benar. Guru dan orang tua
sukar memberikan sesuatu pandangan apabila penampilan diri
pribadi, berdandan, cara bicara, intonasi, dan ritme yang
kurang tepat.
6) Represif
Pembinaan bagi siswa yang berprilaku menyimpang disamping
dianjurkan pemeriksaan kepada psikiater, karena ada
kemungkinan gangguan organik atau ganggguan jiwa, perlu pula
dilakukan tindakan represif berupa tindakan hukum sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tindakan represif
disesuaikan dengan kalitas dan kuantitas penyimpangan sikap
perilaku.
a) Teguran verbal ringan – sedang dan keras.
b) Teguran tulisan ringan – sedang dan keras.
c) Skorsing ringan – sedang dan berat.
d) Dikembalikan kepada orang tua.
e) Ke pengadilan.
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Sopan santun adalah pengetahuan yang berkaitan dengan
penghormatan melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti
yang baik, sesuai dengan tata krama; peradaban; kesusilaan. Tata Krama
adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan
pergaulan antar manusia setempat. Lunturnya atau hilangnya sopan
santun dan tata krama disebabkan oleh faktor internal dan eksternal
sehingga menimbulkan banyak perlakuan atau tindakan negatif pada anak
atau remaja, seperti tawuran. Peranan pendidikan karakter dalam
penanaman sopan santun dan tata krama pada anak dapat dilakukan
melalui mata pelajaran PKn, Bahasa Daerah dan pelajaran Agama.
2. Saran
Teruntuk generasi-generasi muda Indonesia yang cerdas, semangat,
baik, berwawasan luas, sehat jasmani dan rohani, moral yang baik dan
menjunjung tinggi kesopanan, mari kita bersatu rapatkan barisan kita,
perbaiki kembali kepribadian kita, akhlak kita, moral kita, dan
lihatlah ke dalam diri kita sendiri dan renungkan kembali apa yang
harus kita lakukan sebagai generasi muda Indonesia agar Negara kita
Negara yang bersih, sehat, maju, kuat, dan cerdas dengan anak-anak
dari generasi yang akan datang. Kita semua tahu, sebagi generasi muda
Indonesia masa depan Indonesia bergantung pada generasi muda
selanjutnya yang akan maju menggantikan generasi senior yang memang
sudah waktunya menyerahkan kepemimpinan kepada generasi-generasi muda
untuk mengurus dan membenahi Negara kita Indonesia menjadi Negara yang
lebih baik, adil, jujur, dan bersih dari segala macam keburukan-
keburukan yang kotor
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto. 2010. http://belajarpsikologi.com/pengertian-tata-krama/. Diakses
tanggal 7 juni 2014 pukul 07.35.
Maula, Finayatul.2012. http://www.infodiknas.com/%E2%80%9Csopan-
santun%E2%80%9D-sebuah-budaya-yang-terlupakan.html. Diakses tanggal 7 Juni
2014 pukul 07.21.
Soewardi, Ivan N.2009. http://v2ir.blogspot.com/2009/11/tata-krama-siswa-
dan-sopan-santun.html. Daikses tanggal 7 Juni 2014 pukul 09.38.