Pendekatan Pembelajaran Sains Terpadu Pendekatan Sains Terpadu
Istilah pembelajaran terpadu berasal dari kata “integrated teaching and learning” atau “integrated curriculum approach”. Konsep ini dikemukakan oleh John Dewey sebagai usaha untuk mengintegrasikan
perkembangan
dan
pertumbuhan
peserta
didik
dan
kemampuan
pengetahuannya. Dewey mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkugan dan pengalaman dalam kehidupannya. Sehubungan dengan itu, pendekatan pembelajaran terpadu membantu anak untuk belajar menghubungkan apa yang telah dan baru mereka pelajari. Tidak ada defenisi tentang pembelajaran terpadu yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Jakobs memandang bahwa pembelajaran terpadu sebagai pendekatan kurikulum interdisipliner (interdisciplinary curriculum approach). Menurutnya, pembelajaran terpadu merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran sebagai proses untuk mengaitkan dan mempadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, kebutuhan dan minat anak, serta kebutuhan dan tuntutan ligkungan sosial keluarga. Dari sisi perspektif bahasa, pembelajaran terpadu sering diartikan sebagai pendekatan tematik (thematic approach). Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai proses dan strategi yang mengintegrasikan isi bahasa (membaca, menulis, berbicara dan mendengar) dan mengaitkannya dengan mata pelajaran yang lain. Konsep ini mengintegrasikan bahasa sebagai pusat pembelajaran yang dihubungkan dengan berbagai tema atau topik pembelajaran. Pembelajaran terpadu sering juga disebut pembelajaran koheren (a coherent curriculum approach), yang memandang bahwa pembelajaran terpadu merupakan pendekatan untuk mengembangkan program pembelajaran yang menyatukan dan menghubungkan berbagai program pendidikan. Kurikulum tidak harus terdiri atas bagian-bagianyang mengakumulasikan pengalama belajar peserta didik, kurikulum dapat diumpamakan seperti sebuah “hutan dengan pohon” terpadu, relevan dan bermanfaat. Keterhubungan dalam kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan kebutuhan, serta minat nyata anak, tetapi juga antara tujuan dan kegiatan, serta masyarakat umum. Pendekatan terpadu menekankan pada langkah membuat atau melakukan hubungan antara bagian program pembelajaran dan kehidupan peserta didik, dengan lingkungan sosial sekitarnya. Definisi lain tentang pendekatan terpadu adalah pendekatan holistik yang mengombinasikan aspek epistemologi, sosial, psikologi dengan pendekatan pedagogi untuk pendidikan anak.
Pendekatan ini berusahamenghubungkan antara otak dan raga, antara pribadi dan pribadi, antara individu dan komunitas, dan antara pengetahuan lainnya. Pembelajaran terpadu menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi anak, baik aktivitas informal maupun formal, meliputi pembelajaran inquiri secara aktif sampai penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman anak untuk membantu anak mengerti dan memahami dunia mereka. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis yang memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Pembelajaran ini merupakan model yang berusaha untuk memadukan beberapa pokok bahasan. Keterpaduan ini darpat dilihat pada aspek proses dan waktu, aspek materi belajar, dan aspek kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran peserta didik SD/MI sampai SMA/MA sesuai dengan kompetensi dan materi ajar yang terdapat dalam kurikulum. Beberapa prinsip dasar pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut. 1. The hidden curriculum . Maksudnya adalah anak tidak hanya terpaku pada pernyataan, atau pokok bahasan tertentu, karena sangat mungkin pembelajaran yang dikembangkan itu memuat pesan “tersembunyi” yang sejatinya penuh makna bagi anak. 2. Subjects in the curriculum . Maksudnya, bagian yang perlu didahulukan dalam pemilihan pokok atau topik belajar , waktu belajar dan penilaian kemajuan harus menjadi pertimbangan utama. 3. The learning environment . Maksudnya, lingkungan belajar di kelas harus bisa memberi kebebasan bagi anak untuk berpikir dan berkreativitas. 4. Views of the sosial world . Maksudnya masyarakat sekitar harus membuka diri atau bersikap terbuka dan peduli untuk memberi wawasan dalam rangka pengembangan pembelajaran di sekolah. 5. Values and attitude . Maksudnya, anak-anak memperoleh sikap dan norma dari lingkungan masyarakat, termasuk rumah, sekolah, dan panutanya baik verbal maupun nonverbal. Model pembelajaran terpadu memiliki sintaks yang berbeda dengan model pembelajaran pada umumnya. Sintaks pembelajaran terpadu lebih fleksibel karena dapat diadopsi dari berbagai model pembelajaran yang lain. Secara umum, sintaks pembelajaran terpadu ditunjukkan pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Sintaks pembelajaran terpadu Tahap
Tingkah Laku Guru 1. Mengaitkan pelajaran sebelumnya.
sekarang
dengan
pelajaran
Fase-1
2. Memotivasi siswa
Pendahuluan
3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui
konsep-konsep prasarat yang sudah dikuasai oleh siswa 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran 1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan 2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan 3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui charta, atau yang lainnya. 4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui charta, atau yang lainnya
Fase-2 Presentasi Materi
1. Menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar 2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok. 3. Membagi buku siswa dan LKS 4. Mengiangatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan 5. Memberikan bimbingan seperlunya Fase-3 Membimbing pelatihan
6. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan 1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas 2. Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan.
Fase-4
Menelaah pemahaman 3. Meminta anggota kelompok yang lain untuk menanggapi hasil presentasi dan memberikan 4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi umpan balik Fase-5 Mengembangkan dengan
memberikan
1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan
untuk 2. Membeimbing siswa menyimpulkan pembelajaran yang baru saja dipelajari pelatihan lanjutan dan 3. Memberikan tugas rumah penerapan kesempatan
seluruh
materi
Fase-6 Menganalisis mengevaluasi
danGuru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka
http://ekokhoerul.wordpress.com/2012/06/22/pendekatan-pembelajaran-sains-terpadu/
Pendidikan Sains terpadu (Science for All) By Achmad Samsudin A. Perumusan Masalah a. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran IPA dewasa ini banyak timbul permasalahan dalam aplikasi pembelajaran di kelas. Salah satu masalah yang cukup mendesak untuk dicari solusinya terutama dengan menggunakan inovasi pendekatan sistem adalah pembelajaran Sains secara terpadu (pendidikan Sains). Aplikasi dari pembelajaran ini biasanya dalam pembelajaran berbasis lingkungan dan lain sebagainya. Pendidikan Sains terpadu (Science for All) lahir karena adanya ketimpangan skema berpikir holistik terintegrasi (menyeluruh dan terpadu) mengenai Sains. Dulu Sains dipelajari secara terpisah sesuai bidang kajian Sainsnya, seperti bidang kajian fisika, kimia, dan biologi. Kemunculan pendidikan Sains juga menimbulkan masalah baru, dulu kita dapat memandang suatu kajian konsep secara mendalam baik secara bidang kajian fisika, kimia, maupun biologi. Tetapi sekarang dengan adanya pendidikan Sains terpadu ini, pembelajaran dalam penerapan konsep yang ditinjau dari ketiga aspek kajian cenderung dangkal. Sehingga, pembelajaran terkesan setengah-setengah dalam penerapan konsepkonsepnya di lapangan. Siswa juga mendapatkan pembelajaran Sains yang tidak maksimal dan kurang mengenai sasaran dalam pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotor. b. Rumusan Masalah Siswa-siswa SMP mengalami pembelajaran Sains terpadu tetapi dangkal dalam kajian konsep fisika, kimia, dan biologinya. Sehingga siswa SMP tidak dapat menerapkan konsep-konsep IPA secara terpadu dan mendalam dalam kehidupan sehari-hari. B. Tujuan Tujuan pembelajaran Sains terpadu yaitu, siswa SMP dapat menerapkan konsep-konsep IPA secara terpadu dan lebih mendalam dalam kehidupan sehari-hari. C. Identifikasi Kendala Dalam penerapan pendidikan Sains terpadu terdapat beberapa kendala diantaranya, yaitu: 1. Kuantitas dan kualitas tenaga pengajar (guru) yang menguasai ketiga kajian ilmu (fisika, kimia, dan biologi) atau Sains secara terpadu masih sangat jarang, bahkan belum ada di Indonesia. Pada dasarnya, hanya tersedia guru fisika, guru kimia, dan guru biologi yang berdiri sendiri-sendiri. 2. Belum adanya kurikulum yang mantap untuk dapat digunakan sebagai panduan bagi guru dalam pembelajaran IPA (Sains) di kelas. 3. Belum adanya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang mencetak/menghasilkan calon-calon guru pendidikan Sains terpadu. 4. Sarana prasarana pendukung pembelajaran Sains yang kurang lengkap dan memenuhi standard. Sebagai contoh: Masih jarang Laboratorium IPA terpadu di SMP yang menyediakan alat-alat praktikum untuk bidang fisika, kimia, dan biologi secara lengkap. D. Alternatif-alternatif Solusi Sebagai solusi dalam menangani masalah ini, terdapat beberapa alternatif solusi yang ditawarkan, yaitu: 1. Diadakan pelatihan guru tentang pendidikan Sains terpadu. 2. Melengkapi sarana prasarana penunjang dalam laboratorium IPA untuk pembelajaran Sains. 3. LPTK membuka jurusan dan mencetak calon guru pendidikan Sains. 4. Penggunaan modul pendidikan Sains terpadu yang disusun oleh guru dari ketiga bidang kajian (fisika, kimia, dan biologi). 5. Meningkatkan dana pendidikan untuk alokasi pendanaan dalam pendidikan Sains.
E. Seleksi Alternatif Solusi Analisis yang digunakan dalam menyeleksi alternatif solusi yaitu Analisis Operasional Profesional secara quantitatif. Analisis ini menekankan penilaian pada tiap-tiap kriteria solusi. Penilaian dilakukan secara numerik dengan penyajian data menggunakan angka-angka. Dari analisis menggunakan numerik, dihasilkan data penilaian kriteria solusi sebagai berikut: No Aternatif Solusi Efektivitas Efesiensi Kelaikan Skor Teknis Biaya Waktu 1 Diadakan pelatihan guru tentang pendidikan Sains terpadu. 85 85 80 90 90 430 2 Melengkapi sarana prasarana penunjang dalam laboratorium IPA untuk pembelajaran Sains. 75 70 85 65 90 385 3 LPTK membuka jurusan dan mencetak calon guru pendidikan Sains. 95 80 80 75 70 400 4 Penggunaan modul pendidikan Sains terpadu yang disusun oleh guru dari ketiga bidang kajian (fisika, kimia, dan biologi). 80 70 90 70 80 390 5 Meningkatkan dana pendidikan untuk alokasi pendanaan dalam pendidikan Sains. 65 65 80 65 85 360 Dari data penilaian terhadap kriteria solusi diperoleh nilai tertinggi sebesar 430 poin untuk solusi pertama yaitu diadakan pelatihan guru tentang pendidikan Sains terpadu. Maka alternatif solusi ini diambil untuk dijadikan solusi. RENCANA UNTUK: F. Implementasi Yang dimaksud implementasi disini yaitu terbatas pada uji coba alternatif solusi yang sudah diseleksi. Rencana implementasinya pada SMP yang diwakili tiap provinsi satu perwakilan sekolah. Pemilihan SMP tiap provinsi berdasarkan random (acak) untuk mengetahui seberapa besar alternatif solusi ini dapat diterapkan. Setelah alternatif solusi ini diterapkan di SMP yang telah dipilih, maka didapatkan hasil yang kurang sempurna atau sumungkin sudah sempurna. Sehingga akan masuk dalam tahap berikutnya yaitu evaluasi. G. Evaluasi Langkah evaluasi yaitu memberikan penyempurnaan-penyempurnaan pada instrumen alternatif solusi yang diterapkan. Jika siswa SMP dapat menerapkan konsep pendidikan Sains secara terpadu hasilnya kurang maksimal maka dilakukan evaluasi menyeluruh sebelum didesiminasikan. Jika tujuan yang direncanakan telah terpenuhi dengan baik, dalam hal ini siswa SMP yang diajar oleh guru yang sudah dilatih dalam pendidikan Sains terpadu, maka penyempurnaan (modifikasi) tidak perlu dilakukan dan dapat langsung didesiminasikan ke seluruh SMP di Indonesia. Karena alternatif solusi ini menyangkut lingkup nasional, maka evaluasinya harus menyeluruh dan terpadu. H. Modifikasi Jika dalam evaluasi ditemukan beberapa kekurangan dalam pengimplementasiannya, maka diperlukan modifikasi pada sebagian instrumen alternatif solusi. Penyempurnaan bisa dalam teknis pelaksanaan pelatihan ataupun keterlibatan instruktur yang lebih handal. Setelah alternatif solusi yang sudah diseleksi dimodifikasi, langkah yang selanjutnya yaitu desiminasi (penyebaran secara luas) ke seluruh Indonesia dengan melibatkan Lembaga Pendidikan Penjamin Mutu (LPMP), Dinas Pendidikan (Provinsi, Kota/Kabupaten), dan SMP sebagai pelaksana pembelajaran Sains. http://pendidikansains.blogspot.com/2009/02/pendidikan-sains-terpadu-science-for.html
10 MODEL PEMBELAJARAN SAINS TERPADU (ROBIN FOGARTY, 1991) 14.23 Hepta Jayawardana 3 comments Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah:(1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Model Penggalan (Fragmented) Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda. Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu melalui Kurikulum Terpadu dalam Satu Disiplin Ilmu, mengatakan bahwa pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan tertentu. Kelebihan pembelajaran model ini adalah siswa menguasai secara penuh satu
kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Sedangkan kekurangannya adalah Ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis. 2. Model Keterhubungan (Connected) Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu . Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menatabutir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya se cara terpadu. Kelebihan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antar ideide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap. Kekurangan dalam model ini, model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang bidang pengembangan/mata pelajaran lain. 3. Model Sarang (Nested) Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran . Misalnya, pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi. Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas. Kekurangannya adalah apabila taanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi targget dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran menjadi kabur. 4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced) Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel . Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya
secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama. Kelebihannya yaitu dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna. Sedangkankekurangannya yaitu diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini. 5. Model Bagian (Shared) Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya “overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih . Butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan sebagainya. Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam. Sedangkan kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam. 6. Model Jaring Laba-laba (Webbed) Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Kelebihan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa. Sedangkan kekurangan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan. 7. Model Galur/ benang(Threaded) Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang diesbut meta-curriculum.
Kelebihan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Sedangkan kekurangan yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. 8. Model Keterpaduan (Integrated) Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda , tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran. Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD. Kelebihan dari model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid. Sedangkan kekurangan yaitu model ini sulit dilaksanakan secara penuh; membutuhkan keterampilan tinggi,percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran; dan membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama. 9. Model Celupan/Terbenam (Immersed) Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal initukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kekurangan dari model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini, sehin gga siswa menjadi kehilangan minat belajar.
10. Model Jaringan (Networked) Terakhir, model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikankemungkinan pengubahan konsepsi , bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa. Kelebihan dari model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sasarannya. Sedangkan kekurangannya adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber. (sumber: Robin Fogarty. 1991. How to Integrate the Curricula. Illinois: Skylight Publishing http://heptajayawardana.blogspot.com/2012/10/10-model-pembelajaran-sains-terpadu.html