TUGAS KELOMPOK 4
ETIKA BISNIS DAN PROFESI PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
Oleh:
1. Ira Miranty 2. Lisdawati 3. Henry Handoko WE 4. Christine Araiyati
Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) Fakultas Ekonomi UNLAM Banjarmasin 2014
PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
A.
PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Para individu dalam organisasi membuat keputusan, artinya mereka membuat pilihan-pilihan dari dua alternatif atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk atau jasa yang ditawarkan, cara terbaik untuk membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang baru. Manajer tingkat menengah dan bawah menentukan pabrik manufaktur yang baru. Manajer tingkat menengah dan bawah menentukan jadwal produksi, menyeleksi karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka bekerja. Semakin banyak organisasi memberikan karyawan nonmanajerial otoritas pembuatan keputusam yang berkaitan dengan pekerjaan, maka pengambilan keputusan individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi. Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa pengetian tentang keputusan menurut beberapa tokoh (dihino ambargo 2) adalah sebagai berikut:
Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalahmasalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajat dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi. Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan
pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemiihan di antara sejumlah alternatif.
Horolddan Cyril O’Donnel (2005) juga berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencanan tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi pengambilan keputusan sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan seperti tujuan yang bersifat tunggal (hanya suatu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif). 1) Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan. 2) Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi 3) Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain. 4) Jarang sekali ada satu pilihan yang memuaskan. 5) Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik 6) Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama
7) Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik 8) Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul, dan 9) Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat adanya reaksi atas sebuah masalah ( problem), yang artinya ada ketidaksesuaian antara perkara saat ini dan keadaan yang diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternatif. Namun, berpaling dari hal ini keputusan yang dibuat haruslah keputusan yang baik, rasional, dan mengandung nilai-nilai etis dalam batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu haruslah ada kerangka kerja pengambilan keputusan yang etis atau Ethical Decision Making (EDM) Framework. Menurut Mathis dan Jackson, etika memiliki dimensi-dimensi konsekuensi luas, alternatif ganda, akibat berbeda, konsekuensi tak pasti, dan efek personal: 1. Konsekuensi Luas Keputusan etika membawa konsekuensi yang luas. Misalnya, karena menyangkut masalah etika bisnis tentang pencemaran lingkungan maka diputuskan penutupan perusahaan dan pindah ke tempat lain yang jauh dari karyawan. Hal itu akan berpengaruh terhadap kehidupan karyawan, keluarganya, masyarakat dan bisnis lainnya. 2. Alternatif Ganda Beragam alternatif sering terjadi pada situasi pengambilan keputusan dengan jalur di luar aturan. Sebagai contoh, memutuskan seberapa jauh keluwesan dalam melayani karyawan tertentu dalam hal persoalan keluarga sementara terhadap karyawan yang lain menggunakan aturan yang ada. 3. Akibat Berbeda Keputusan-keputusan dengan dimensi-dimensi etika bisa menghasilkan akibat yang berbeda yaitu positif dan negatif. Misalnya mempertahankan pekerjaan beberapa karyawan di suatu pabrik dalam waktu relatif lama mungkin akan mengurangi peluang para karyawan lainnya untuk bekerja di pabrik itu. Di satu sisi keputusan itu menguntungkan perusahaan tetapi pihak karyawan dirugikan.
4. Ketidakpastian Konsekuensi Konsekuensi keputusan-keputusan bernuansa etika sering tidak diketahui secara tepat. Misalnya pertimbangan penundaan promosi pada karyawan tertentu yang hanya berdasarkan pada gaya hidup dan kondisi keluarganya padahal karyawan tersebut benar-benar qualified . 5. Efek Personal Keputusan-keputusan etika sering mempengaruhi kehidupan karyawan dan keluarganya, misalnya pemecatan terhadap karyawan disamping membuat sedih si karyawan juga akan membuat susah keluarganya.
B.
ETIKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Pengambilan keputusan dilakukan harus mengacu pada nilai-nilai etika dan moral, maka ada baiknya sebelum mengambil keputusan mengacu pada prinsip-prinsip berikut : 1. Autonomy Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan yang perusahaan melakukan eksploitasi terhadap karyawan dan mempengaruhi kebebasan mereka. Setiap keputusan yang diambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan perusahaan. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak. 2. Non-malfeasance Apakah keputusan perusahaan akan menciderai pihak lain. Di pemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
3. Beneficence Apakah keputusan yang diambil benar-benar membawa manfaat. Manfaat yang diambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil. 4. Justice Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurna, namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar. Misalnya dalam keputusan reward , Astra Internasional mempunyai 2 filosofi dasar. Pertama adalah fair secara internal, dimana setiap orang dengan dengan golongan yang sama dan prestasi yang sama maka pendapatannya juga sama. Keputusan ini mencerminkan keadilan di dalam perusahaan itu sendiri. Sementara itu, filosofi lainnya adalah kompetitif secara eksternal, atau gaji yang bersaing dalam industri. 5. Fidelity Fidelity berkaitan dengan kesesuaian keputusan dengan definisi peran yang kita mainkan. Seringkali ini melibatkan ‘looking at the bigger picture’ atau melihat secara keseluruhan dan memahami peran anda dengan baik. Misalnya keputusan Chairman Federal Reserve, Ben S. Bernanke, untuk menyelamatkan Bear Stearns dengan cara menyokong dana bagi akuisisi JP Morgan terhadap Bear Stearns senilai $30 miliar dan dipertanyakan oleh banyak pihak. Namun, Bernanke berpendapat bahwa ia melakukannya demi mencegah kekacauan finansial yang akan dialami pasar jika Bear Stearns benar-benar bangkrut. Ada beberapa ciri dalam pengambilan keputusan yang etis: a) Pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah. b) Sering menyangkut pilihan yang sukar. c) Tidak mungkin dielakkan. d) Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan sosial.
C.
KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan keputusan yang etis diantaranya adalah : 1) Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat abad kesembilan belas, pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar. 2) Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang indivudu. 3) Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga hakhak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Hak-hak tersebut yaitu: a) hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan. b) hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar pekerjaanya. c) hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang melanggar moral dan norma agamanya. d) hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang lain. e) hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil. f) hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan keamananya.
D.
PILIHAN-PILIHAN ETIS SEORANG MANAJER
Seorang manajer mempunyai pilihan-pilihan etis dalam mengambil keputusan, yaitu:
1) Tingkat prekonvesional mematuhi peraturan untuk menghindari hukuman. Bertindak dalam kepentingannya sendiri. 2) Tingkat konvensional menghidupkan pengharapan orang lain. Memenuhi kewajiban sistem sosial. Menjunjung hukum. 3) Tingkat poskonvensional mengikuti prinsip keadilan dan hak yang dipilih sendiri. Mengetahui bahwa orang-orang menganut nilai-nilai yang berbeda dan mencari solusi kreatif untuk mengatasi dilema etika. Menyeimbangkan kepentingan diri dan kepentingan orang banyak.
E.
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGHADAPI ETIKA/MORAL
1) Teori Utilitariansme (tindakan dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan atau kepuasan yang maksimal); 2) Teori Deontologi (tindakan berlaku umum & wajib dilakukan dalam situasi normal karena menghargai: Norma yang berlaku, Misal kewajiban melakukan pelayanan prima kepada semua orang secara obyektif) 3) Teori Hedonisme (berdasarkan alasan kepuasan yang ditimbulkannya): mencari kesenangan, menghindari ketidaksenangan; 4) Teori Eudemonisme (tujuan akhir untuk kebahagiaan).
F.
ANALISIS BIAYA MANFAAT
Analisis efektivitas biaya membandingkan cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama guna mendapatkan cara yang paling murah untuk mencapainya. Analisis biaya manfaat mencari nilai dan membandingkan semua biaya dan manfaat, baik pada kelompok perorangan dan sosial, sebagai akibat intervensi alternatif dan mengkontroversikan ke jumlah uang. Misalnya, dengan analisis biaya manfaat, dapat menghitung manfaat yang diterima program untuk tiap rupiah yang dikeluarkan. Analisis biaya manfaat merupakan metodologi yang banyak digunakan dalam melakukan analisis investasi. Metode ini dapat membantu para pengambilan keputusan dalam menentukan pilihan diantara alternatif alokasi sumber-sumber daya yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang tinggi.
Sementara analisis penetapan biaya berguna bagi management dan perencanaan, tetapi terdapat juga batasan-batasan: 1) Keputusan tidak sepenuhnya didasari oleh pertimbangan ekonomi. Pertimbangan-pertimbangan politis, teknis, administratif dan logistik seringkali lebih berpengaruh pada pilihan akhir sebuah strategi. 2) Analisis efektifitas biaya 3) Intervensi seringkali berakibat pada hasil kesehatan positif lainnya 4) Tidak mungkin mengkuantifikasi manfaat yang tak nyata Manajemen perusahaan makin meningkatkan kesadarannya bahwa keputusan bisnis sering kali memiliki dampak yang tidak dapat diukur dengan mudah menggunakan analisis akuntansi tradisional. Pemerintah dan kelompokkelompok kepentingan khusus dengan cepat menunjukkan bahwa banyak biaya yang dihasilkan dari keputusan bisnis tidak tercermin dalam (atau yang diluar) laporan perusahaan. Polusi kerusakan misalnya harus ditanggung oleh pihak lain, bukan oleh perusahaan yang menyebabkan masalah. Dapat dimengerti, jika kemudian, eksekutif perusahaan mencari teknik analisis yang memperhitungkan biaya dan manfaat eksternal tersebut ketika mereka berunding tentang kebijakan perusahaan. Tak pelak lagi bagi mereka meminta kepada akuntan untuk mengembangkan analisis biaya manfaat yang diperlukan untuk melengkapi proyek tingkat pengembalian yang biasa dilakukan. Bagaimana anggaran biaya manfaat berbeda dari analisis akuntansi tradisional dalam hal cakupan dan fokus. Penggunaan analisis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni : 1. Organisasi Sektor Swasta a) Dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif b) Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat c) Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publik evaluasi alokasi sumber daya untuk proyek-proyek atau kampanye kepentingan umum d) Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa e) Perhitungan waktu luang 2. Organisasi Sektor Publik Evaluasi alternatif program sosial mengarah pada alokasi sumber daya untuk :
a) Program kesehatan b) Program pendidikan c) Fasilitas rekreasi d) Proyek konservasi e) Proyek-proyek perbaikan transportasi f) Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi Teknis Analisis Biaya Manfaat Umumnya analisis ini tidak menggunakan keterangan seperti pendapatan, beban dan laba bersih, terminologi yang dipakai dalam Analisis Biaya dan Manfaat adalah keuntungan, biaya, dan kelebihan manfaat atas biaya. Konsep analisis biaya dan manfaat tentang manfaat dan biaya lebih luas dari pendapatan dan biaya, karena mereka memperhitungkan nilai-nilai eksternal masa depan sampai sekarang. Proyek harus dilakukan jika manfaatnya melebihi biaya atau rasio keuntungan/biaya lebih besar dari satu.
G.
ANALISIS ETIS UNTUK PEMECAHAN MASALAH
Kebanyakan para pelaku bisnis mengambil keputusan berdasarkan kepentingan para pemilik atau para pemegang saham, pandangan ini merupakan pendekatan secara tradisional. Pendekatan secara tradisional ini dimodifikasi menjadi dua cara, pertama asumsi bahwa seluruh stakeholder hanya ingin memaksimalkan keuntungan jangka pendek. Kedua, hak dan kewajiban dari beberapa kelompok non-shareholder seperti karyawan, konsumen atau klien, supplier , kreditor, tokoh masyarakat dan pemerintah memiliki kepentingan dari hasil keputusan yang dibuat dan juga tujuan dan perusahaan itu ikut dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan yang modern saat ini sangat mempertimbangkan kelompok shareholder dan kelompok diluar shareholder , kedua kelompok tersebut menjadi pembentuk dari sebuah stakeholder yang menjadi company respond . Jika kehilangan salah satu unsur stakeholder atau biasa disebut primary stakeholder . Hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan tidak dapat berpotensi secara penuh, dan mungkin dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan. Asumsi bahwa kelompok shareholder monolitik hanya tertarik pada keuntungan jangka panjang yang sedang mengalami modifikasi, disebabkan karena perusahaan yang modern
mencari shareholders yang terdiri dari perorangan maupun institusi yang tertarik pada keuntungan jangka panjang dan bagaimana etika bisnis diterapkan. Investor yang etis mengembangkan jaringan formal dan informal melalui kegiatan perusahaan mereka, mereka juga memutuskan bagaimana untuk memilih wakil-wakil mereka, serta bagaimana pendekatan ke direktur agar mereka memperhatikan dan tetap pada ruang lingkup atas perlindungan terhadap lingkungan. Mereka juga memberikan kompensasi dan nilai lebih terhadap kegiatan HAM pada suatu negara tertentu seperti Afrika Selatan. Kepentingan Yang Fundamental Dari Stakeholder Para decision maker menggabungkan kepentingan kelompok stakeholder dan menciptakan tiga kepentingan yang mendasar, yaitu dapat menghasilkan keputusan yang dapat mengakomodir kepentingan mereka suatu keputusan sebaiknya mempertimbangkan pendistribusian yang adil antara keuntungan dan beban. Suatu keputusan hendakya tidak bertentangan dengan hak-hak stakeholder, termasuk hak dalam membuat keputusan : 1) Well-offness: keputusan sebaiknya menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada biaya 2) Fairness: Pendistribusian hendaknya mempertimbangkan keseimbangan antara keuntungan dan biaya 3) Right : Hasil keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak stakeholder Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir Keuntungan adalah kepentingan utama yang ingin didapat oleh para pemegang saham dan merupakan hal yang penting untuk mencerminkan ketahanan dan kesehatan suatu perusahaan. Pada waktu inflasi, keuntungan dapat merubah inventory di harga yang lebih tinggi. Pengkajian Terhadap Pengaruh Yang Tidak Dapat Dikuantifisir Keadilan bukan merupakan konsep yang absolut, hal ini merupakan petunjuk yang berasal dari suatu kejadian ekonomi yang berorientasi dalam mencari keuntungan dan biaya yang menjadi dasar dari keputusan tersebut. Contohnya adalah keputusan untuk menaikan pajak lebih tinggi pada pendapatan tinggi, tetapi melihat secara adil sesuai dengan kapasitas mereka untuk membayar pajak. Alasan dan perspektif diperlukan untuk menilai kewajaran dengan teliti.
H.
1.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS Tahap Perkembangan Moral
Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment ) dari kapasitas seseorang untuk menimbang-nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh-pengaruh luar sehingga ia akan makin cenderung berperilaku etis. Sebagai misal, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah dari perkembangan moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan sekerja dan akan mengikuti aturan dan prosedur suatu organisasi. Individu-individu yang telah maju ketahap-tahap yang lebih tinggi itu menaruh nilai yang bertambah pada hakhak orang lain, tak peduli akan pendapat mayoritas, dan kemungkinan besar menantang praktik-praktik organisasi yang mereka yakini secara pribadi sebagai sesuatu hal yang keliru. 2.
Lingkungan Organisasi
Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung perilaku etis dengan memberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak-etis dengan memberikan hukuman/sangsi. Kode etis yang tertulis, perilaku moral yang tinggi dari para seniornya, pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian kinerja sebagai dasar promosi bagi individuindividu, dan hukuman bagi individu-individu yang bertindak tak-etis merupakan suatu contoh nyata dari kondisi lingkungan organisasional sehingga kemungkinan besar dapat menumbuh kembangkan pengambilan keputusan yang sangat etis. 3.
Tempat kedudukan kendali
Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil suatu keputusan-keputusan yang tak-etis, namun jika mereka dikendalai oleh lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang mana sedikit banyak tidak menyukai pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan individu-individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh suatu lingkungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak-etis.
DAFTAR PUSTAKA
http://ateisindonesia.wikidot.com/pengambilan-keputusan-secara-etis
http://dexsuar.blogspot.com/2013/07/etika-bisnis-analisis-biaya-manfaat.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
http://jameswidodo-heart.blogspot.com/2009/11/pengambilan-keputusan-etis-danfaktor.html
http://juprilumbantoruan.blogspot.com/2013/10/pendekatan-dalam-pengambilankeputusan.html
http://memebali.blogspot.com/2013/04/etika-bisnis-dan-profesi-pendekatan.html