PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
I. Tujuan Um Umum: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tubuh pasien pada awal pemeriksaan.
II. II. Taha Tahapa pan n A. Persiap Persiapan an baha bahan n dan dan alat: alat: Bahan Bahan : kapas kapas dan alkohol alkohol Alat Alat
: -
Term Termom omet eter er bada badan n (dar (darii air air raks raksa) a)
-
Stop watch atau bisa menggunakan jam tangan
-
Tensimeter
B. Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok, kelompok, yang akan dibimbing dibimbing oleh 1 instruktur. instruktur. C. Mahasiswa berlatih berlatih dengan dengan saling saling periksa secara secara bergantian bergantian dengan dengan temannya. temannya. D. Pengukuran Pengukuran dilakukan dilakukan tiga kali pada pada tiap-tiap pemeriksaa pemeriksaan n dan hasil yang diambil diambil adalah hasil rata-ratanya.
III.Dasar teori Tanda-tanda vital adalah nadi, respirasi, suhu, dan tekanan darah. darah . Semua tanda tanda vital vital tersebut tersebut sebaikn sebaiknya ya diukur diukur pada pada setiap setiap awal pemeriks pemeriksaan aan.. Tanda-ta Tanda-tanda nda tersebut penting karena merupakan acuan pengukuran klinis kuantitatif nilai yang baik untuk melakukan tindakan medik selanjutnya. Pengukuran nadi bertujuan untuk menentukan kecepatan dan keteraturan kerja jantung dan keadaan keadaan aliran aliran arteri. Denyut nadi nadi identik dengan dengan denyut denyut jantung, dimana dimana kecep kecepat atan an deny denyut ut jantu jantung ng beruba berubahh-uba ubah h oleh oleh karen karenaa perub perubah ahan an kesei keseimba mbang ngan an penga pengaruh ruh saraf saraf parasi parasimpa mpatis tis pada pada Nodus Nodus Sinoa Sinoatri trium um (SA). (SA). Siste Sistem m Paras Parasim impat patis is mengontr mengontrol ol kerja kerja jantung jantung dalam dalam situasisituasi-situ situasi asi yang santai dan tenang tenang sehingga sehingga memperlambat denyut jantung, sedangkan sistem Simpatis mengontrol jantung kerja jantung pada situasi-situasi darurat seperti pada rasa cemas, ketakutan atau pada saat berolahraga, yang memerlukan peningkatan kebutuhan akan aliran darah sehingga denyut jantung menjadi cepat. Pada orang dewasa normal kecepatan denyut nadi berkisar 50-70 denyut/menit. Seorang atlet yang berlatih biasanya memiliki kecepatan denyut nadi istirahat yang lebih rendah daripada orang normal yang hidup santai 70 denyut / menit). Pengukuran respirasi bertujuan untuk menentukan kecepatan pernafasan untuk menilai menilai integri integritas tas dan fungsi fungsi kardiopu kardiopulmon lmonar ar dan neurolog neurologik. ik. Kecepat Kecepatan an respiras respirasii yang normal adalah 12-18 siklus/menit pada orang dewasa muda dan orang setengah baya yang sehat dan agak lebih cepat pada orang berumur tua yang sehat. Kecepatan
respirasi yang normal tidak berarti bahwa oksigenasinya memadai. Penyakit paru obstruksi kronik dan obat narkotik dapat memperlambat respon respirasi. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan distres (mempercepat) pernafasan yaitu disfungsi jantung, terutama sisi kiri jantung (ventrikel kiri); penyakit paru; masalah respirasi ekstrapulmonar (kelainan pada hidung, nasofaring, laring, trakea); asidosis; anxietas dan stimulus psikologik seperti panik dan cemas. Pengukuran suhu tubuh bertujuan menentukan normalitas, demam dan hipotermia tubuh pasien. Suhu tubuh normal secara tradisional dianggap berada pada 37ºC. Namun sebenarnya tidak ada suhu tubuh “normal” karena suhu bervariasi dari organ ke organ. Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen, toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka umumnya relatif konstan. Suhu oral dan rektum merupakan tempat yang mudah digunakan untuk memantau suhu tubuh. Suhu oral istirahat rata-rata adalah 37ºC dengan rentang normal 36,1ºC – 37,2ºC. Suhu rektum rata-rata 37,6ºC lebih tinggi 0,6ºC, berkisar antara 36,1ºC – 37,8ºC. Pengukuran suhu tubuh juga dapat dilakukan secara
aksiler , yaitu dengan
menempatkan termometer di bawah ketiak pasien. Pengukuran cara ini umum dilakukan, tetapi yang paling ideal adalah pengukuran pada oral dan rektum. Pengukuran tekanan darah bertujuan untuk menentukan adanya normotensi, hipertensi atau hipotensi pada pasien. Tinggi tekanan darah arteri pada orang dewasa normal dalam keadaan istirahat pada posisi berbaring adalah 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 70 mmHg untuk tekanan diastolik (120/70 mmHg).
IV. Cara Pemeriksaan Tanda-tanda vital A. Pemeriksaan Denyut Nadi 1. Pasien dalam keadaan duduk/berbaring 2. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan karena pakaian. 3. Raba dan hitung kulit yang menutupi arteri yang berdenyut, umumnya sebagian besar dilakukan pada arteri radialis pada pergelangan tangan. 4. Bila kesulitan menemukan, coba lakukan fleksi pergelangan tangan secara pasif pada beberapa derajat. 5. Bila kesulitan menemukan, cobalah di tempat lain, misalnya di arteri karotis komunis pada pertengahan atas lateral leher, dan arteri temporalis superficialis anterior telinga. 6. Sekali anda menemukan denyut nadi, “tetaplah di situ” selama beberapa saat untuk menilai kecepatan, keteraturan baik waktu, intensitas, karakter maupun kekuatannya.
7. Setelah itu mulailah menghitung denyut nadi tersebut selama 1 menit atau apabila denyut nadi konstan lakukan per 15 detik (dilakukan 4 untuk mencapai 1 menit) 8. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali, kemudian dirata-rata untuk menentukan jumlah denyut nadinya.
B. Pemeriksaan Respirasi 1. Pasien dalam keadaan duduk/berbaring 2. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan karena pakaian 3. Berdiri di belakang pasien dan tanpa sepengetahuannya observasi rongga dadanya 4. Teknik alternatif adalah dengan melakukan auskulasi pada daerah atas sternum (tidak pada trakea), atau pasien diminta meletakkan tangannya di daerah atas sternum, jelaskan kepada pasien bahwa anda sedang menghitung denyut pernafasannya. 5. Amati selama beberapa saat untuk menilai kecepatan, keteraturan baik waktu, intensitas, karakter maupun kekuatannya. 6. Setelah itu mulailah menghitung denyut respirasi tersebut selama 1 menit atau apabila denyut respirasi konstan lakukan per 15 detik (dikalikan 4 untuk mencapai 1 menit) 7. Lakukan penghitungan dalam waktu yang lebih lama jika denyut respirasi abnormal. 8. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali, kemudian dirata-rata untuk menentukan jumlah denyut respirasinya.
C. Pemeriksaan Suhu Tubuh 1. Pasien dalam keadaan duduk/berbaring 2. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan karena pakaian. 3. Siapkan termometer merkuri dan bersihkan dengan alkohol. 4. Sebelum melakukan pengukuran, turunkan suhu termometer dengan cara menggoyangkan termometer merkuri sampai mencapai angka 35ºC atau di bawahnya. 5. Lakukan pengukuran suhu dimulut. Letakkan termometer di bawah lidah. 6. Instruksikan pasien untuk menggigit instrument dengan gigi, cukup ditekan dengan lidahnya dan mulut tertutup rapat.
7. Pertahankan posisi tersebut sampai 5 menit, kemudian dilakukan pembacaan suhu dengan mengamat titik tertinggi merkuri yang tertera pada termometer. 8. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali, kemudian dirata-rata untuk menentukan suhu tubuh dari mulutnya. 9. Lakukan pula pengukuran suhu di aksilar di bawah ketiak. Letakkan termometer pada aksila di bawah ketiak, dengan ipsilateral lengan diaduksikan secara pasif dan dimobilisasi untuk mengepit termometr tersebut. 10. Pertahankan posisi tersebut sampai 5 menit, kemudian dilakukan pembacaan suhu dengan mengamat titik tertinggi merkuri yang tertera pada termometer. 11. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali, kemudian dirata-rata untuk menentukan suhu tubuh dari aksilanya.
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL PASIEN
Kelompok
:
Nama Mahasiswa
:
No. Mahasiswa
:
Tanggal Skill lab
:
Waktu
:
_________________________________________________________________________ A. Data Probandus 1. Jenis Kelamin
:
2. Umur
:
3. Tinggi Badan
:
4. Berat Badan
:
B. Hasil pengukuran 1. Pengukuran denyut nadi
:
2. Pengukuran denyut respirasi : 3. Pengukuran suhu tubuh
:
a. Di mulut
:
b. Di aksila
:
C. Pembahasan :
D. Kesimpulan :
Kediri,
2012
Tanda tangan Instruktur
Tanda tangan Mahasiswa
(........................................)
(........................................)
Check List
KETRAMPILAN MEDIK
No
Kriteria
I. 1. 2. 3.
ANAMNESE Mengucapkan salam pada awal pemeriksaan Menanyakan identitas Mampu mengumpulkan informasi tentang kondisi umum pasien (pasien takut, cemas, pucat, keluar keringat dingin, nafas cepat, dan jari-jari gemetar), dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien Memberi instruksi untuk pemeriksaan tanda-tanda vital
4. II. A. 1. 2. B. 1. 2. C. 1.
2. 3.
4. III .
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL Pemeriksaan denyut nadi Mampu menemukan denyut nadi arteri radialis pergelangan tangan Mampu menghitung dan menyimpulkan jumlah denyut nadi pasien Pemeriksaan respirasi Mampu menempatkan tangan pasien di daerah atas sternum Mampu menghitung dan menyimpulkan jumlah denyut respirasi pasien Pemeriksaan suhu tubuh Mampu menempatkan termometer pada bawah lidah pasien dan memberi instruksi pada pasien untuk mempertahankan posisi tersebut dengan benar Mampu menghitung dan menyimpulkan suhu tubuh pasien dari mulutnya Mampu menempatkan termometer pada bawah ketiak pasien dan memberi instruksi pada pasien untuk mempertahankan posisi tersebut dengan benar Mampu menghitung dan menyimpulkan suhu tubuh pasien dari aksilanya. KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : dilakukan, tetapi kurang benar 2 : dilakukan dengan benar
Skor (paraf) 0 1 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, L., 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem , terj. Pendit, B.U., cet. 1, Penerbit EGC, Jakarta 2. Wilims, J.L., Schneiderman. H., 2005, Buku Saku Diagnosis Fisik , terj. Sadikin, V., cet. 1, Penerbit EGC, Jakarta 3. Juniper, R.P., Parkins, B.J., 1996, Kedaruratan dalam Praktek Dokter Gigi , terj. Hutauruk, C., cet. 1, Penerbit EGC, Jakarta