BAB I PENDAHULUAN
Faal penglihatan yang optimal dicapai seseorang apabila bayangan benda yang dilihat oleh kedua mata dapat diterima setajam-tajamny setajam-tajamnyaa oleh kedua fovea, kemudian kemudian secara simultan simultan (serentak) (serentak) dikirim ke susunan susunan saraf pusat untuk diolah menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. Faal penglihatan optimal seperti terse tersebu butt diata diatas, s, yang terja terjadi di pada pada semua semua arah arah peng pengli liha hatan tan diseb disebut ut sebag sebagai ai penglihatan binokular yang yang normal. 1,2 gar terjadi penglihatan binokular yang normal, diperlukan persyaratan utama, berupa ! yang pertama bayangan yang jatuh pada kedua fovea sebanding dalam ketajaman maupun ukurannya, hal mana berarti bah"a tajam penglihatan pada kedua mata tidak terlalu berbeda sesudah koreksi dan tidak terdapat aniseikonia ( ukuran benda yang dilihat masing-masing mata tidak sama besar ). #ang kedu kedua, a, kedu kedudu duka kan n kedu keduaa mata mata dalam dalam setia setiap p arah arah peng pengli liha hatan tan adal adalah ah sedemikian sedemikian rupa hingga hingga bayangan bayangan benda yang menjadi perhatiannya perhatiannya akan selalu jatuh tepat pada kedua fovea. $edudukan kedua mata ini adalah suatu resultante kerajas kerajasama ama seluruh seluruh otot-ot otot-otot ot ekstri ekstrinsi nsik k perger pergeraka akan n bola bola mata. mata. #ang ketiga ketiga,, susunan saraf pusat mampu menerima rangsangan yang datang dari kedua retina dan menyatukannya menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. 1,% pabila salah satu dari ketiga persyaratan tersebut diatas tidak dipenuhi, maka akan timbul keadaan penglihatan binokular yang tidak normal. &uling atau strabismus berarti suatu kelainan kedudukan bola mata dan bisa terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan kedudukan untuk penglihatan jarak jauh saja atau ke arah atas saja, atau terjadi pada semua arah dan jarak penglihatan.1
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otot-otot dan saraf mata 2.1.1 Otot mata
$edua bola mata digerakkan oleh otot-otot mata luar sedemikian rupa sehingga bayangan benda yang dilihatnya akan selalu jatuh tepat dikedua makula. 'engan demikian didapat faal penglihatan yang normal. erakan-gerakan otot ini teratur, teratur, dan seimbang sehingga didapat penglihatan penglihatan yang binokular binokular yang normal normal pula. 'alam setiap mata didapat * otot untuk menggerakkan bola mata, yang terdiri dari ! muskuli rekti, yang mulai dari anulus +innii, sekeliling . yang terleta terletak k diapek diapekss poster posterior ior orbita orbita dan terdir terdirii dari dari m.rekt m.rektus us mediali medialis, s, m.rekt m.rektus us lateralis, m.rektus superior, dan m.rektus inferior. $eempat otot ini berinsersi di sklera. etak insersinya tidak sama jauh dari kornea. /.rektus medialis 0 mm, m.rek m.rektu tuss infe inferi rior or * mm, mm, m.rek m.rektu tuss late lateral ralis is mm, mm, m.rek m.rektu tuss supe superi rior or mm, mm, jaraknya dari kornea. 3anjang otot kira-kira 4 mm, lebarnya 14 mm. 'ua muskuli obli5, terdiri dari m.obli5 inferior dan superior, m.obli5 inferior mulai dari dari dindin dinding g nasal nasal orbita orbita bebera beberapa pa mm dari dari margo margo orbita orbita berjala berjalan n diba"a diba"ah h m.rekt m.rektus us inferi inferior, or, meleng melengku kung ng sekelil sekeliling ing bola bola mata mata dan berins berinsersi ersi diba"ah diba"ah m.rektus lateralis. /.obli5us superior mulai dari anulus 6innii, diatas m.rektus superior berjalan kedepan menuju trochlea yang melekat pada bagian nasal dari margo orbita superior, kemudian berjalan keba"ah luar posterior dengan sudut 00 derajatuntuk melekat pada sklera diba"ah m.rektus superior.0,*
2
2.1.2 Persarafan mata
ervus cranial yang mempersyarafi otot-otot mata adalah nervus (okulo (okulomot motori orius) us),, nervus nervus 7 (trokl (trokleari earis) s) dan nervus nervus 7 (abdus (abdusens) ens).. 8elain 8elain itu, itu, ervus juga mempersyarafi levator palpebra dan muskulus sfingter pupil. 2,
1. erv ervus us (okul (okulom omot otori orius us)) 8erabut motorik somatik nervus okulomotorius terbagi menjadi dua divisi. 'ivisi superior mempersarafi m. levator palpebra dan m. rektus superior. 'ivisi 'ivisi inferi inferior or memper mempersara sarafi fi m. rektus rektus medial medialis is dan inferio inferior, r, serta serta m. obli5us inferior.
3
2. ervus 7 ( troklearis) ervus troklearis merupakan satu-satunya syaraf cranial yang keluar dari batang otak, sehingga rentan terganggu oleh trauma kepala. $emudian mele"ati sinus kavernosus dan fissura orbitalis superior mempersyarafi m. obli5ue superior. %. ervus 7 ( abdusens) ervus abdusens berasal dari caudal pons, diba"ah ventrikel 7. ukleusnya mengandung 444-*444 a9on. Fasikulus keluar dari batang otak mele"ati fossa posterior dan berjalan di ba"ah ligamen petroklinoid (ligament gruber), selanjutnya memasuki sinus kavernosus dan fisura orbitalis superior mempersyarafi m. rektus lateralis.
4
o
:rigo
1
/. ;ektus superior
2
/. ;ektus /edialis
%
anulus 6inii dekat fisura orbitalis superior
insersi
nervasi
mm di belakang limbus
anulus 6inii
0 mm di belakang limbus
/. ;ektus nferior
anulus 6inii
* mm di belakang limbus
/. :blikus nferior
fossa lakrimal
sklera posterior 2 mm dari kedudukan macula
0
/. :blikus 8uperior
anulus 6inii
sklera di belakang temporal belakang bola mata
7
*
/. ;ektus ateralis
anulus 6inii di atas dan di ba"ah foramen optic
mm di belakang limbus
7
2.2 Fso!o"
8etiap otot dari keenam otot ekstraokular berperan dalam mengatur posisi mata dalam tiga sumbu rotasi. $erja primer suatu otot adalah efek utama yang ditimbulkannya pada rotasi mata.
5
orientasi mata didalam orbita dan pengaruh jaringan ikat orbita, yang mengatur arah kerja otot ekstraokular dengan menjadi origo mekanis fungsional otot-otot tersebut. :tot rektus medialis dan lateralis masingmasing menyebabkan aduksi dan abduksi mata, dengan efek ringan pada elevasi atau torsi. :tot rektus vertikalis dan obli5us memiliki fungsi vertikal maupun torsional. 8ecara umum, otot-otot rektus vertikalis merupakan elevator dan depresor utama mata, dan otot obli5us terutama berperan dalam gerakan torsional.
3osisi mata ditentukan oleh keseimbangan yang dicapai oleh tarikan keenam otot ekstraokular. /ata berada dalam posisi memandang primer saat keduanya memandang lurus kedepan dengan posisi kepala dan badan tegak. =ntuk menggerakkan mata ke arah pandangan yang lain, otot agonis menarik mata ke arah tersebut dan otot antagonis berelaksasi. >idang kerja suatu otot adalah arah pandangan yang dihasilkan saat otot itu mengeluarkan daya kontraksinya yang terkuat sebagai suatu agonis. ,*,
o :tot
erak primer
erak sekunder
1
m.rektus lateralis
bduksi
-
2
m.rektus medialis
duksi
-
%
m.rektus superior
duksi,intorsi
m.rektus inferior
'epresi
duksi,ekstorsi
0
m.obli5us superior
ntorsi
bduksi,depresi
*
m.obli5us inferior
ekstorsi
bduksi,elevasi
1. erak satu mata . 'uksi ! rotasi monokuler, dengan mata lain ditutup 1) duksi adalah rotasi monokuler kenasal 2) bduksi adalah rotasi monokuler ketemporal
6
%) 8upraduksi adalah rotasi monokuler keatas ) nfraduksi adalah rotasi monokuler keba"ah >. ?orsi 1) ntorsi ! insikloduksi, memutarnya satu mata kearah hidung. 2)
2. 3ergerakan kedua mata . 7ersi ! pergerakan dari kedua mata kearah yang sama 1) 'ekstroversi@levoversi
!
pergerakan
dari
kedua
mata
dari
kedua
mata
kekanan@kekiri 2) 8upraversi@infraversi
!
pergerakan
keatas@keba"ah %) 'e9trocycloversi ! pergerakan memutar dari kedua mata kekiri ( clock "ise) ) evocycloversi ! pergerakan memutar dari kedua mata kekiri (counterclock"ise) >. 7ergens ! pergerakan dari kedua mata dengan arah yang berala"anan 1) $onvergens ! kedua mata bergerak kearah nasal 2) 'ivergens ! kedua mata bergerak kearah temporal
3ada gerakan mata yang terkoordinir , satu otot dari satu mata bergandengan dengan satu otot dari mata lain untuk melakukan peregrakan dalam * arah jurusan kardinal dari penglihatan. :tot-otot yang berpasangan ini disebut Ayoke muscleB. /enurut hukum Cering ! pada setiap gerakan mata bersama ke * arah kardinal, yoke muscle mendapat rangsangan kekuatan yang sama. 3ergerakan mata luru keba"ah@keatas tak dianggap sebagai jurusan penglihatan kardinal, karena tak ada pasangan Ayoke muscleB yang terutama bertanggung ja"ab terhadap gerakan ini. 0
Cukum 8herington! 2-% otot pada satu mata, bekerja bersama-sama untuk mengadakan suatu gerakan. Dontohnya ! elevari dilakukan oleh m.rektus superior
7
dan m.obli5us inferior. $edua otot ini bekerja sinergistik. :tot sinergistik untyk suatu fungsi, mungkin antagonistik untuk fungsi lain, seperti pada m.rektus superior dan m.obli5us inferior sinergistik untuk elevasi, tetapi antagonistik untuk torsi, karena m.rektus superior menyebabkan intorsi sedangkan m.obli5us inferior melakukan ekstorsi.0
2 macam istirahat mata! 1. stirahat anatomis, yaitu kedudukan mata pada ""aktu tidur dimana pupil terletak temporal atas. Cal ini untuk penyesuaian dari bola mata dengan ruang orbita, sehingga dengan demikian tak ada tarika pada . ?erjadinya karena tonus dari otot-otot luar mata. 2. stirahat fungsionil, yaitu terjadi pada "aktu seseorang melihat jauh atau melamun, dimana pada mata tak ada akomodasi.
2 macam aksis mata! 1. ksis visualis ! merupakan garis yang menghubungkan objek yang dilihat, nodal point, makula. 2. ksis optika ! merupakan garis yang menghubungkan sentral kornea, nodal point dan fovea sentralis. $alau aksis visualis dari kedua mata dalam keadaan istirahat fungsionil sejajar, maka kedua mata dalam keadaan ortoforia yaitu keadaan dimana sama sekali tidak ada kemungkinan untuk berdeviasi dari kedua mata kalau fusi terjadi. $alau tidak sejajar dapat dikatakan heteroforia atau heterotropia.
8
2.2 Stra#sm$s 2.2.1
'efinisi 8trabismus (/ata juling) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penyimpangan abnormal dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya, sehingga garis penglihatan tidak paralel dan pada "aktu yang sama, kedua mata tidak tertuju pada benda yang sama. 2,%
2.2.2
sekitar %E remaja dan de"asa muda. $ondisi ini mengenai pria dan "anita dalam perbandingan yang sama. 8trabismus mempunyai pola keturunan, sebagai contoh, jika salah satu atau kedua orangtuanya strabismus, sangat memungkinkan anaknya akan strabismus juga. amun, beberapa kasus terjadi tanpa adanya ri"ayat strabismus dalam keluarga. nak-anak disarankan untuk dilakukan pemeriksaan mata saat usia %- tahun. >ila terdapat ri"ayat keluarga strabismus, pemeriksaan mata 2.2.%
disarankan
dilakukan
saat
usia
12-1
bulan. 2
2.2.
$lasifikasi0 . 3aralitik (nonkomitan)
9
8udut deviasi tak sama untuk semua arah. 'isebabkan hilangnya fungsi dari satu atau lebih dari satu otot mata luar. 3aralise ini dapat total atau sebagian (parese). >. onparalitik (komitan) 8udut deviasi tetap untuk semua arah 1. komodatif , berhubungan dengan kelainan refraksi 2. onakomodatif, tak ada hubungan dengan kelainan refraksi 'eviasi ini dapat! 1. 8trabismus@heterotropia@s5uint (manifes) /erupakan deviasi yang manifes dimana tidak mungkin untuk melakukan penglihatan binokular tunggal. Fiksasi terjadi dengan satu mata dan tidak pernah dengan dua mata pada "aktu yang sama. a. 8trabismus konvergens esotropia crossed eye deviasi kenasal b. 8trabismus divergens eksotropia "all eye deviasi ketemporal c. Cipertropia deviasi mata keatas d. Cipotropia deviasi mata keba"ah 2. Ceteroforia $eadaan dimana mata mempunyai kecenderungan untuk berdeviasi kesalah satu arah, yang dapat diatasi dengan penglihatan binokuler tunggal. 'eviasinya laten, hanya dapat dilihat bila mata sebelahnya ditutup. a.
sikloforia
(G)
memutar
ketemporal, sikloforia (-) memutar kenasal.
10
ST%ABIS&US PA%ALITIKA 'NON(O&ITANT) IN(O&ITANT*
?anda-tanda ! 1.erak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. Cal ini menjadi nyata pada kelumpuhan total dan kurang nampak pada parese. ni dapat dilihat, bila penderita diminta supaya matanya mengikuti suatu obyek yang digerakkan ke * arah kardinal, tanpa menggerakkan kepalanya (e9curtion test). $eterbatasan gerak kadang-kadang hanya ringan saja, sehingga diagnosa berdasarkan pada adanya diplopia saja.2,0 2.'eviasi $alau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal. 'eviasi ini akan tampak lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh bekerja. ?etapi bila mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.
11
/ata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. /ata melihat kekiri tak tampak esotropia. /ata melihat kekanan esotropia nyata sekali .2,0, 3arese m.rektus lateral mata kanan /ata kiri fiksasi (mata sehat) mata kanan ditutup (mata sakit) deviasi mata kanandeviasi mata primer /ata kiri yang sehat ditutup, mata kanan yang sakit fiksasi, deviasi mata kiri deviasi sekunder, yang lebih besar dari pada deviasi primer. %.
'iplopia ! terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih
nyata bila mata digerakkan kearah ini. . :cular torticollis (head tilting) 3enderita biasanya memutar kearah kerja dari otot yang lumpuh. $edudukan kepala yang miring, menolong diagnosa strabismus paralitikus. 'engan memiringkan kepalanya, diplopianya terasa berkurang. 0. 3royeksi yang salah /ata yang lumpuh tidak melihat obyek pada lokalisasi yang benar. >ila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh menunjukkan suatu obyek yang ada didepannya dengan tepat, maka jarinya akan menunjukkan daerah disamping obyek tersebut yang sesuai dengan daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Cal ini disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar dibutuhkan oleh otot yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita. *. 7ertigo, mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. $eadaan ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.
'iagnosa berdasarkan ! 1. $eterbatasan gerak 2. 'eviasi %. 'iplopia. (penglihatan ganda) $etiga tanda ini menjadi nyata, bila mata digerakkan kearah lapangan kerja dari otot yang sakit. 3ada keadaan parese, dimana keterbatasan gerak mata tak begitu nyata adanya diplopi merupakan tanda yang penting.
12
Dara pemeriksaannya dengan tes diplopi.'engan cara ini dapat diketahui! 1. 3ada arah mana didapat diplopia 2. pakah diplopianya bertambah kesatu arah %. /ata mana yang menderita. 'engan demikian dapat diketahui mata mana dan otot mana pada mata itu yang salah. Daranya ! 3enderita disuruh mengikuti gerak korek api, dengan matanya, tanpa menggerakkan kepalanya, yang digerakkan keatas, keba"ah, kekanan dan kekiri, secara maksimal. 'iperhatikan apakah timbul diplopia pada salah satu arah.2,0, 3engukuran derajat deviasinya dengan tes Cirschberg, tes $rimski, tes /addo9 cross. $elumpuhan otot dapat mengenai satu otot, biasanya m.rektus lateralis, m.obli5us superior atau salah satu otot yang diurus oleh .. 'apat juga mengenai beberapa otot yang diurus oleh ..
I.
ESOT%OPIA
PA%ALITIKUS
+
ABDUSEN
PAL(,
+
NON(O&ITANT ESOT%OPIA
8ering terdapat pada orang de"asa yang mendapat trauma dikepala, tumor atau peradangan dari susunan saraf serebral. &arang ditemukan pada anak-anak, yang biasanya disebabkan trauma pada "aktu lahir, kelainan kongenital dari m.rektus lateralis atau persarafannya. 2,0,* Tanda-tandana • •
• •
gangguan pergerakan mata kearah luar diplopi homonim, yang menjadi lebih hebat, bila mata digerakkan kearah luar kepala dimiringkan kearah otot yang lumpuh deviasinya menghilang, bila mata digerakkan kearah yang berla"anan dengan otot yang lumpuh
13
•
pada anak diba"ah * tahun, dimana pola sensorisnya belum tetap, timbul
•
supresi, sehingga tidak timbul diplopia pada orang de"asa, dimana esotropianya terjadi sekonyong-konyong, penderita mengeluh ada diplopia, karena pola sensorisnya sudah tetap dan bayangan dari obyek yang dilihatnya jatuh pada daerah-daerah retina dikedua mata yang tidak bersesuaian (corresponderend).
Pen"o#atan 3enderita diobati dahulu secara nonoperatif selama * bulan, menurut kausanya,
kalau dapat dengan kerjasama beserta seorang ahli saraf. >ila terdapat diplopia, mata yang sakit ditutup untuk menghilangkan diplopia dan segala akibatnya. dapula yang menutup mata yang sehat untuk menghilangkan diplopianya. 2,0,* >aik pada anak ataupun de"asa, bila setelah * bulan pengobatan belum ada perbaikan, baru dilakukan operasi, yaitu reseksi dari m.rektus lateralis ata u reseksi dari m.rektus medialis, sebab bila dibiarkan terlalu lama dapat terjadi atrofi dari otot.
KELU&PUHAN DA%I N.III 'N. OKULO&OTO%IUS*
3ada kelumpuhan total dari saraf ini didapatkan !
•
ptosis bola mata hampir tak dapat bergerak. $eterbatasan bergerak kearah atas,
•
kenasal dan sedikit kearah ba"ah. mata berdeviasi ketemporal, sedikit keba"ah. $epala berputar kearah bahu
•
pada sisi otot yang lumpuh. sedikit eksoftalmus, akibat paralise dari % mm rekti yang dalam keadaan
•
• •
normal mendorong mata kebelakang. pupil midriasis, reaksi cahaya negatif, akomodasi lumpuh. ada crossed diplopia.
Cal tersebut terjadi oleh karena . mengurusi !
14
/.rektus superior, m.rektus medialis, m.rektus lateralis, m.obli5us inferior, m. sfingter pupil, mm.siliaris. bila ini semua lumpuh tinggal m.rektus lateralis, m.obli5us superior yang bekerja, karena itu mata berdeviasi kearah temporal sedikit kearah ba"ah dan intorsi (berputar kearah nasal). 3upil lebar tak ada akomodasi. 2,,0 $elumpuhan . sering tak sempurna hanya mengenai 2-% otot saja. 'apat disertai dengan kelumpuhan dari otot-otot lain. >ila terdapat kelumpuhan dari semua otot-otot, termasuk otot iris dan badan siliar, disebut oftalmoplegia totalis. $alau hanya terdapat kelumpuhan dari otot-otot mata luar, disebut oftalmoplegia eksterna, yang ini lebih sering terjadi. $elumpuhan yang terbatas pada m.sfingter pupil dan badan siliar, disebut oftalmoplegia interna. 0,* Cal ini sering dijumpai misalnya pada ! •
• •
pemakaian midriatika, sikloplegia, "aktu mengadakan pemeriksaan fundus atau refraksi kontusio bulbi akibat lues, difteri, diabetes, penyakit serebral.
'alam hal ini kita dapatkan pupil lebar, tak ada akomodasi. 3ada oftalmoplegia interna, diobati menurut penyebabnya dan lokal diberikan pilokarpin atau eserin. $alau akomodasinya tetap hilang, beri pula kacamata sferis (G) % ' untuk pekerjaan dekat. 3enyebabnya ! $elainannya dapat terjadi pada setiap tempat dari korteks serebri ke otot. /acam kelainan dapat eksudat, perdarahan, periostitis, tumor, trauma, perubahan pembuluh darah yang menyebabkan penekanan atau peradangan pada saraf. &arang-jarang disebabkan peradangan atau degenerasi primer. 3ada umumnya disebabkan oleh lues yang dapat menyebabkan tabes, ensefalitis. nfeksi akut (difteri, influen6a), keracunan (alkohol), diabetes mellitus, penyakit-penyakit sinus, trauma, sebagai penyebab yang lainnya. ?erjadinya bisa sekonyongkonyong ataupun perlahan-lahan, tetapi perjalanan penyakitnya selalu menahun. $ekambuhan
sering terjadi. $alau
telah
terjadi
lama,
prognosis
tidak
15
menguntungkan lagi, karena kemungkinan terjadinya atrofi dari otot-otot yang lumpuh dan kontraksi dari otot la"annya. 0,* 3engobatan ! =ntuk menghindari diplopia, mata yang sakit ditutup. da pula yang menutup mata yang sehat. $alau setelah pengobatan kira-kira * bulan tetap lumpuh, dilakukan operasi reseksi dari otot yang lumpuh disertai resesi dari otot la"annya. 8upaya tidak terjadi atrofi dari otot yang lumpuh. Casil dari operasi ini sering mengece"akan, tetapi perbaikan kosmetis mungkin dapat memuaskan. Ke!$m/$0an m.ret$s meda!s /enyebabkan strabismus divergens, gangguan gerak kearah nasal, cross diplopi.
$elainan ini bertambah bila mata digerakkan kearah nasal (aduksi). $epala dimiringkan kearah otot yang sakit . 2,,0 Ke!$m/$0an m.ret$s s$/eror ?erdapat keterbatasan gerak keatas, hipotropia, diplopia campuran (diplopi
vertikal dan crossed diplopia). >ayangan dari mata yang sakit terdapat diatas bayangan mata yang sehat. $elainan bertambah pada gerakan mata keatas. 2,,0,* Ke!$m/$0an m.ret$s nferor ?erdapat keterbatasan gerak mata keba"ah, hipertropia, diplopi campuran,
crossed, yang bertambah hebat bila mata digerakkan keba"ah. >ayangan dari mata yang sakit terletak lebih rendah. 0,*, Ke!$m/$0an m.o#!$s s$/eror
?erdapat keterbatasan gerak kearah ba"ah terutama nasal inferior, strabismus yang vertikal, diplopia campuran, terutama vertikal dan homonim yang bertambah hebat bila mata digerakkan kearah nasal inferior. >ayangan dari mata yang sakit terletak lebih rendah.,0,* Ke!$m/$0an m.o#!$s nferor
16
?erdapat keterbatasan gerak keatas, terutama atas nasal, strabismus vertikal, diplopia campuran, homonim. $elainan ini bertambah bila mata digerakkan kearah temporal atas. >ayangan dari mata yang sakit terletak lebih tinggi.
II. ST%ABIS&US NONPA%ALITIK
'isini kekuatan duksi dari semua otot normal dan mata yang berdeviasi mengikuti gerak mata yang sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan kekuatan yang sama. 'eviasi primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan deviasi sekunder (deviasi pada mata yang sehat). /ata yang ditujukan pada obyek disebut fi9ing eye, sedang mata yang berdeviasi disebut s5uinting eye. 2,0, D#edaan stra#sm$s non/ara!ta 3 nonaomodatf 3 aomodatf 3 #er0$#$n"an den"an e!anan refras. ST%ABIS&US NONPA%ALITIK NONAKO&ODATIF
'eviasinya telah timbul pada "aktu lahir atau pada tahun-tahun pertama. 'eviasinya sama kesemua arah dan tidak dipengaruhi oleh akomodasi. $arena itu penyebabnya tak ada hubungannya dengan kelainan refraksi atau kelumpuhan otot-otot.0 /ungkin disebabkan oleh ! nsersi yang salah dari otot-otot yang bekerja hori6ontal. angguan keseimbangan gerak bola mata, dapat terjadi karena gangguan yang bersifat sentral, berupa kelainan k"antitas rangsangan pada otot. Cal ini disebabkan kesalahan persarafan terutama dari perjalanan supranuklear, yang mengelola konvergensi dan divergensi. $elainan ini dapat menimbulkan proporsi yang tidak baik antara kekuatan konvergensi dan divergensi. =ntuk melakukan konvergensi dari kedua mata, harus ada kontraksi yang sama dan serentak dari kedua m.rektus internus, sehingga terjadi gerakan yang sama dan simultan dari mata ke nasal. 'ivergensi dan konvergensi adalah bertentangan, overaction dari yang satu menyebabkan kelemahan dari yang lain dan sebaliknya. ;angsangan sentral yang berlebihan untuk konvergensi, menyebabkan kedudukan bola mata yang normal
17
untuk penglihatan jauh (divergensi) sedang menjadi strabismus konvergens untuk penglihatan dekat (konvergensi).2,0,* D#edaan
1. $elebihan konvergensi ! (convergence e9cess) pada penglihatan jauh normal, pada penglihatan dekat timbul strabismus konvergens. 2. $elebihan divergensi (divergence e9ess) ! pada penglihatan dekat normal. pada penglihatan jauh timbul strabismus divergens. %. $elemahan konvergensi ! (convergence insufficiency) ! pada penglihatan jauh normal, pada penglihatan dekat timbul strabismus divergens. . $elemahan divergensi (divergence insufficiency) ! pada penglihatan dekat normal, pada penglihatan jauh timbul strabismus konvergens. $ekurangan daya fusi ! $elainan daya fusi kongenital sering didapatkan. 'aya fusi ini berkembang sejak kecil dan selesai pada umur * tahun. ni penting untukk penglihatan binokuler tunggal yang menyebabkan mata melihat lurus. ?etapi bila daya fusi ini terganggu secara kongenital atau terjadi gangguan koordinasi motorisnya, maka akan menyebabkan strabis mus.0 3ada kasus yang idiopatis, kesalahan mungkin terletak pada dasar genetik.
akomodatif,
sehingga
bila
kelainan
refraksinya
dikoreksi,
strabismusnya hanya diperbaiki sebagian saja.2,0
Tanda-tanda 1. $elainan kosmetik, sehingga pada anak-anak yang lebih besar merupakan
beban mental. 2. ?ak terdapat tanda-tanda astenopia. %. ?ak ada hubungan dengan kelainan refraksi. . ?ak ada diplopia, karena terdapat supresi dari bayangan pada mata yang berdeviasi.
18
3ada strabismus yang monokuler, karena supresi dapat terjadi ambliopia e9 anopsia. >ila deviasinya mulai pada umur muda dan sudut deviasinya besar, maka bayangan dimakula yang terdapat pada mata yang fiksasi (fi9ing eye) terdapat didaerah diluar makula pada mata yang berdeviasi (s5uiting eye). &adi terdapat abnormal retinal correspondence (binocular fals projection). 3engukuran derajat deviasinya dilakukan dengan ! tes Cisrchberg, tes $rimsky, tes /addo9 cross. 3emeriksaan kekuatan duksi untuk mengukur kekuatan otot. ,0, Pen"o#atan Ad. 1. Preo/eratf 2)4)5
3engobatan yang paling ideal pada setiap strabismus adalah bila tercapai hasil fungsionil yang baik, yaitu penglihatan binokuler yang normal dengan stereopsis, disamping perbaikan kosmetik . Cal ini sukar dicapai karena tergantung dari pada ! 1. lamanya strabismus. 2. umur anak pada "aktu diperiksa. %. sikap orang tuanya. . kelainan refraksi. 3ada strabismus yang sudah berlangsung lama dan anak berumur * tahun atau lebih pada "aktu diperiksa pertama, maka hasil pengobatannya hanya kosmetis saja. 8edapat mungkin ambliopia pada mata yang berdeviasi harus dihilangkan dengan! 1. /enutup mata yang normal (terapi oklusi patching). 'engan demikian penderita dipaksa untuk memakai matanya yang berdeviasi. >iasanya ketajaman penglihatannya menunjukkan perbaikan dalam -14 minggu. 3enutupan ini mempunyai pengaruh baik pada pola sensorisnya retina, tetapi tidak mempengaruhi deviasi. 8ebaiknya terapi penutupan sudah dimulai sejak usia * bulan, untuk hindarkan timbulnya ambliopia. 3ada anak berumur diba"ah 0 tahun dapat diteteskan sulfas atropin 1 tetes satu bulan, sehingga mata ini tak dipakai kira-kira 2 minggu. da pula yang menetesinya setiap hari dengan homatropin sehingga mata ini beberapa jam sehari tak dipakai. 8edang pada anak-anak yang lebih besar, dilakukan penutupan matanya 2- jam sehari. 3enetesan atau
19
penutupan jangan dilakukan terlalu lama, karena takut menyebabkan ambliopia pada mata yang sehat ini. 2. 3engobatan dengan cara penutupan, pada anak yang sudah mengerti (% tahun), harus dikombinasikan dengan latihan ortoptik untuk mendapatkan penglihatan binokuler yang baik. $alau pengobatan preoperatif sudah cukup lama dilakukan, kira-kira 1 tahun, tetapi tak berhasil, maka dilakukan operasi. ?indakan operatif sebaiknya dilakukan pada umur -0 tahun, supaya bila masih ada strabismusnya yang belum terkoreksi dapat dibantu dengan latihan. 3rinsip operasinya ! reseksi dari otot yang terlalu kuat reseksi dari otot yang terlalu lemah. ESOT%OPIA NONAKO&ODATI6A /eliputi lebih dari setengahnya strabismus nonparalitika. 'eviasinya sudah
timbul pada "aktu lahir atau pada tahun-tahun pertama. 'eviasinya sama kesemua arah dan tak terpengaruhi oleh akomodasi, tak ada hubungan dengan kelainan refraksi atau kelumpuhan otot. ,0 3enyebabnya mungkin insersi yang salah dari otot bekerja hori6ontal, kelainan persarafan supranuklear atau kelainan genetis. 3engobatan ! ?erapi penutupan secepat mungkin, disamping latihan ortoptik, sebelum dilakukan tindakan operatif H a. resesi dari m.rektus medialis b. reseksi dari m.rektus lateralis.
ST%ABIS&US NONPA%ALITIKA AKO&ODATI6A !
angguan keseimbangan konvergensi dan divergensi dapat juga berdasarkan akomodasi, jadi berhubungan dengan kelainan refraksi. 0 'apat berupa ! strabismus konvergens (esotropia) strabismus divergens (eksotropia). 3emeriksaan yang dilakukan !
20
3emeriksaan refraksi harus dilakukan dengan sikloplegia, untuk menghilangkan pengaruh dari akomodasi. Daranya ! 3ada anak-anak dengan pemberian sulfas atropin 1 tetes sehari, tiga hari berturutturut, diperiksa pada hari keempat. 3ada orang de"asa diteteskan homatropin 1 tetes setiap 10 menit, tiga kali berturut-turut, diperiksa 1 jam setelah tetes terakhir. 3engukuran derajat deviasi dengan tes Cirschberg, tes $rismky, tes /addo9 cross. 3emeriksaan kekuatan duksi, untuk mengukur kekuatan otot yang bergerak pada arah hori6ontal (adduksi m.rektus medialisH abduksi m.rektus lateralis). 3engobatan ! 1. koreksi dari kelainan refraksi, dengan sikloplegia. 2. hindari ambliopia dengan penetesan atropin atau penutupan pada mata yang sehat. %. meluruskan aksis visualis dengan operasi (mata menjadi ortofori). . memperbaiki penglihatan binokuler dengan latihan ortoptik. ST%ABIS&US
KON6E%7ENS
NONPA%ALITIK
AKO&ODATIF
'KONKO&ITAN AKO&ODATIF*
'inamakan juga esotropia, dimana mata berdeviasi kearah nasal. $elainan ini berhubungan dengan hipermetropia atau hipermetropia yang disertai astigmat. ?ampak pada umur muda, antara 1- tahun, dimana anak mulai mempergunakan akomodasinya untuk melihat benda-benda dekat seperti mainan atau gambargambar. /ula-mula timbul periodik, pada "aktu penglihatan dekat atau bila keadaan umumnya terganggu, kemudian menjadi tetap, baik pada penglihatan jauh ataupun dekat.2,0 $adang-kadang dapat menghilang pada usia pubertas. nak yang hipermetrop, mempergunakan akomodasi pada "aktu penglihatan jauh, pada penglihatan dekat akomodasi yang dibutuhkan lebih banyak lagi. komodasi dan konvergensi
erat
hubungannya,
dengan
penambahan
akomodasi
konvergensinyapun bertambah pula. 3ada anak dengan hipermetrop ini, mulai terlihat esoforia periodik pada penglihatan dekat, disebabkan rangsangan
21
berlebihan untuk konvergensi. ambat laun kelainan deviasi ini bertambah sampai fiksasi binokuler untuk penglihatan dekat tak dapat dipertahankan lagi, dan terjadilah strabismus konvergens untuk dekat. $emudian terjadi pula esotropia pada penglihatan jauh.2,0 3engobatan !2,,0, 1. $oreksi refraksi dengan sikloplegia. Carus diberikan koreksi dari hipermetropia totalis, dan kacamata dipakai terus-menerus. $arena terdapat akomodasi yang berlebihan, juga dapat diberikan kacamata untuk dekat meskipun belum usia presbiopia, untuk mengurangi akomodasinya. &adi diberikan kacamata bifokal. 2. /ata yang sehat ditutup atau ditetesi atropin untuk memperbaiki visus pada mata yang sakit, 1 tetes 1 bulan 1 kali dapat juga dengan homatropin setiap hari atau penutupan mata yang sehat. $acamata harus diperiksa berulang kali, karena mungkin terdapat perubahan, sampai kelainan refraksinya tetap. %. atihan ortoptik harus dilakukan bersamaan dengan perbaikan koreksi untuk memperbaiki pola sensorik dari retina, sehingga memperbesar kemungkinan untuk dapat melihat binokuler. . $alau setelah tindakan diatas esotropianya masih ada, dan kelainan deviasinya tidak begitu besar, dapat diberikan koreksi dengan prisma, basis temporal. 0. >ila semua tindakan tidak menghilangkan kelainan deviasinya, maka dilakukan operasi, untuk meluruskan matanya. *. 8etelah operasi, diteruskan latihan ortoptik untuk memperbaiki penglihatan binokuler. 3ada esotropia untuk jarak jauh, dilakukan reseksi m.rektus eksternus, (otot yang lemah). 3ada esotropi jarak dekat, perlu resesi m.rektus internus (otot yang kuat). =ntuk esotropi yang hebat, lebih dari %4 derajat, terjadi jauh dekat, dilakukan operasi kombinasi. 1 ST%ABIS&US
DI6E%7ENS
NONPA%ALITIK
AKO&ODATIF
'EKSOT%OPI KONKO&ITAN AKO&ODATIF*
/ata berdeviasi kearah temporal. Cubungannya dengan miopia. 8ering juga didapat, bila satu mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang lain penglihatannya tetap baik, sehingga rangsangan untuk konvergensi tak ada, maka mata yang sakit berdeviasi keluar.2,0
22
8trabismus divergens biasanya mulai timbul pada "aktu masa remaja atau de"asa muda. ebih jarang terjadi. 'apat dimulai dengan ! 1. $elebihan divergensi 2. $elemahan konvergensi. 3ada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat, orang miop hanya sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkan kelemahan konvergensi dan timbullah kelainan eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk penglihatan jauhnya normal. tetapi pada keadaan yang lebih lanjut, timbul juga eksotropia pada jarak jauh. >ila penyebabnya divergens yang berlebihan, yang biasanya merupakan kelainan primer, mulai tampak sebagai eksotropia untuk jarak jauh. ?etapi lama kelamaan kekuatan konvergensi melemah, sehingga menjadi kelainan yang menetap, baik untuk jauh maupun dekat.2, 3engobatan !2,0, $oreksi penuh dari miopinya, ditambah overkoreksi 4,0-4,0 dioptri untuk memaksa mata itu berakomodasi, kacamata ini harus dipakai terus-menerus. atihan ortoptik, untuk memperbaiki penglihatan binokuler, disamping terapi oklusi. :perasi, bila cara yang terdahulu tak memberikan pengobatan yang memuaskan. 3ada eksotropia hanya untuk jarak jauh, dilakukan dari m.rektus lateralis, sedang pada kelemahan dari daya konvergensi, yang timbulkan eksotropia pada jarak dekat dilakukan reseksi dari m.rektus medialis. =ntuk eksotropia yang menetap untuk jauh dan dekat, dilakukan operasi kombinasi. >ila kelainan deviasinya tak begitu besar, dapat dicoba dulu dengan kacamata prisma basis nasal. 3ada bayi dan anak kecil ada kecenderungan konvergensi yang berlebihan, yang dipengaruhi oleh persarafan supranuklear. $ecenderungan untuk berdivergensi menjadi lebih besar dengan bertambahnya umur. $arena itu, bila tidak ada daya untuk berfusi, seperti pada mata yang buta atau mata dengan visus yang sangat menurun, maka mata ini akan berdeviasi kenasal pada anak-anak sampai umur *
23
tahun dan pada orang-orang yang lebih dari * tahun usianya akan berdeviasi kearah temporal. 2,0,* HETE%OFO%IA 3enyebab dari heteroforia dan strabismus konkomitan sama, hanya
berbeda dalam adanya usaha penderita untuk mengatasi kelainan deviasi pada heteroforia. 3ada strabismus konkomitan penglihatan binokuler tak terdapat lagi. $arena itu mungkin saja pada pemeriksaan pertama didapatkan heteroforia tetapi pada pemeriksaan berikutnya sudah menjadi strabismus. Campir semua orang mempunyai heteroforia derajat rendah dan keadaan ini dianggap normal, karena orang yang betul-betul ortoforia, dimana betul-betul tak ada kelainan deviasi, jarang terdapat. Ceteroforia yang berderajat besar menyebabkan timbulnya keluhan astenopia, karena otot-otot luar mata harus bekerja lebih berat untuk mengatasi heteroforianya. $eluhan ini terdiri dari sakit kepala, sakit dimata, kelopak terasa berat, mual vertigo, penglihatan tak jelas, kadang-kadang diplopia.2,0 3enyebab yang refrakstif! a. Cipermetropia, dengan banyaknya akomodasi yang dibutuhkan untuk penglihatan jauhdan dekat, supaya dapat melihat jelas sehingga juga terdapat kelebihan konvergensi yang mengakibatkan esoforia. b. /iopia, dengan terlalu sedikitnya akomodasi konvergensipun berkurang yang menyebabkan eksoforia.
3emeriksaan ! 1. Dover and cover test untuk membedakan foria dan tropia 2. $ekuatan duksi untuk mengetahui letak kelainan otot. %. /acam dan derajat foria dapat ditentukan dengan ! 'isplacement test • /addo9 rod test • /addo9 cross test • /addo9 "ing test untuk jarak dekat • . 3emeriksaan refraksi dengan koreksinya, memakai sikloplegia. 3engobatan !
24
1.
2.
$oreksi dan refraksi, kacamata ini harus dipakai untuk beberapa lama misalnya 2 bulan. 3erbaikan keadaan umum, terutama pada yang nonrefraktif, yang disebabkan oleh neurastenia dsb, dimana forianya tidak dapat diperbaiki dengan koreksi refraksinya. &uga ditekankan jangan memakan bahan yang
%.
.
0.
merangsang seperti alkohol. atihan prisma, untuk melatih otot-otot yang lemah. Cal ini dapat dilakukan juga dengan amblioskopi atau sinaptofor. $alau setelah 2 bulan, tak ada perbaikan diberikan kacamata prisma, yang kekuatannya dibagi sama besar dikedua mata. >ila kacamata biasa dan juga kacamata prisma belum memberikan hasil, baru dilakukan operasi yaitu reseksi dari otot yang lemah atau resesi dari otot yang kuat. 3ada kelainan anatomi dari otot, mungkin dilakukan kombinasi dari kedua operasi.
2.8
Da"noss 2)4 1. namnesis ?entang keluarga, apakah keluarga yang lain juga ada yang •
•
menderita keadaan ini. =mur pada "aktu keadaan ini timbul, hal ini penting untuk
•
prognosis. 3ermulaan terjadinya, apakah perlahan-lahan, sekonyong-
•
konyong, bersamaan dengan penyakit lain. /acam deviasi, pada keadaan apakah penderita melihat deviasinya, apakah kalau melihat dekat, jauh atau bila mata
•
2.
capai. pakah deviasinya tetap besarnya. Fiksasi ! apakah selalu mata yang sama yang berdeviasi,
apakah kedua mataberdeviasi bergantian. $etajaman penglihatan 3emeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur %-%,0 tahun, sedangkan diatas umur 0-* tahun dapat digunakan 8nellen chart.
%.
3enentuan kelainan refraksi 3ada anak-anak diberikan sulfas atropin 1E tiga hari berturut-turut 1 tetes sehari dan refraksinya diperiksa pada hari keempat. 3ada orang
25
de"asa, dipakai homatropin %E, 1 tetes tiap 10 menit % kali berturutturut, dan pemeriksaan dilakukan 1 jam setelah tetes terakhir. 'apat .
pula dilakukan dengan retinoskopi.0, nspeksi pakah strabismusnya tetap, intermitten, bergantian, monokuler, berubah-ubah. Carus ditentukan fiksasi pada masing-masing mata dan kedua mata sekaligus. danya gerakan
nistagmoid, menunjukkan
visus yang sangat buruk.
0.
Cover
and Uncover
Test !
menentukan adanya heterotropia atau
heteroforia.0, $edua mata melihat lurus kedepan, satu mata ditutup. 3ada ortoforia ! mata yang ditutp tidak bergerak, sehingga "aktu • •
tutup buka mata tak bergerak. 3ada esoforia ! mata yang ditutup bergerak kenasal, pada "aktu
•
tutup dibuka, mata bergerak dari nasal ketengah. 3ada eksoforia ! mata yang ditutup bergerak ketemporal, bila tutup dibuka, mata bergerak dari temporal ketengah. &adi, pada heteroforia terdapat gerakan dari perifer ketengah, pada "aktu tutup dibuka. 3ada heterotropia (strabismus), deviasi tetep ada, meskipun tutupnya ditutup atau dibuka. ?etapi bila mata yang baik ditutup, maka mata yang lainnya bergerak, hingga aksis visualis mengambil posisi normal, sedang mata yang baik yang ada dibelakang tutup bergerak mengalami deviasi. >ila tutup dipindah, maka terjadilah keadaan sebaliknya, mata yang terbuka akan bergerak mengalami posisi fiksasi, sedang mata yang lainnya akan berdeviasi.
26
ambar .
Cover and Uncover
Test *.
apangan kekuatan otot, dapat diperiksa secara obyektif dan subjektif. 0, a. 8ubyektif ! dengan perimeter, memakai obyek 1 cm putih, satu mata ditutup. /ata yang lain mengikuti gerakan tes obyek yang digerakkan sepanjang meridian perimeter, tanpa menggerakkan kepalanya, jadi mengenai fovea sentralis. 3emeriksaan ini berharga pada parese otot mata, dimana terdapat kehilangan dari suatu bagian dari lapangan ini. b. :byektif ! dilakukan hal yang sama dengan perimeter, tetapi sekarang pemeriksa menggerakkan oftalmoskop yang menyala sepanjang perimeter, sedangkan penderita harus mengikutinya dengan matanya, tanpa menggerakkan kepalanya, pemeriksa memperhatikan :ftalmoskop
.
letak
refleks
cahaya
oftalmoskop
dipupil.
digerakkan sepanjang perimeter, sampai letak
refleksnya tidak sentral lagi. ;otasi monokuler 0,
27
a. 'iperiksa dengan satu mata ditutup, sedang mata yang lain mengikuti cahaya atau obyek yang digerakkan kesegala arah, dengan demikian kelemahan duksi dapat diketahui yang dapat disebabkan oleh parese dari otot atau kelainan anatomis dari otot. b. 'iperiksa kekuatan duksi (duction po"er test) 3emeriksaan ini dilakukan pada jarak * m, pada jarak mana mata ada dalam keadaan istirahat fungsionil, tanpa akomodasi. 3enderita disuruh melihat lampu (muscle light). $edua mata melihat muscle light, jadi kedua mata dirangsang di fovea sentralis. $emudian pada mata yang kanan, diletakkan prisma dengan basis temporal. Dahaya oleh prisma akan dibias kearah basis, jadi ketemporal dan merangsang retina ekstrafovea, maka akan timbul diplopia, bila m.rektus internus tidak berkontraksi untuk menggerakkan mata kanan ini, sehingga fovea sentralisnya tepat jatuh pada arah sinar yang masuk. 'engan memperbesar kekuatan prisma, maka kekuatan prisma yang terbesar dimana masih dapat melihat tanpa diplopi, menunjukkan kekuatan aduksi. ormal besarnya 10-1 .
prisma dioptri. 7ersi ( penglihatan ke * arah kardinal) 0,, /ata kanan yang sakit ditutup. /ata kiri yang sehat berfiksasi. /eskipun ditutup, pemeriksa masih dapat melihatnya dari belakang tutup. $edua mata digerakkan kekanan atas. /ata kiri bergerak kekanan atas dengan kekuatan normal dari m.obli5us inferior. ;angsangan yang sama didapat juga oleh m.rektus superior dimata kanan sebagai pasangannya yang tidak cukup untuk menggerakkan mata kanan keatas kanan secara normal karena m.rektus superior mata kanan paretis, karena itu timbul underaction, jadi
I.
tampak kelainan deviasi dimata kanan yang disebut deviasi primer. $onvergensi 0,*, 8uatu benda kecil atau sumber cahaya digerakkan kearah pangkal hidung sambil dikatakan kepada penderita supaya tetap melihat kepada benda itu, jangan sampai terlihat ganda, selama mungkin. 'alam keadaan normal bisa sampai dekat sekali pada pangkal hidung. &arak yang terdekat dari pangkal hidung dimana benda terlihat ganda karena konvergensi tak dapat
28
dipertahankan disebut Anear point of convergenceB (titik terdekat konvergensi). ormal 04 mm. 'ivergensi biasanya tak diukur. 3ada pemeriksaan ini m.rektus medialis berkontraksi sedangkan m.rektus 14.
lateralis relaksasi. =ntuk mengetahui macam dan derajat foria dipakai! 0,*, a. 'isplacement tes 3emeriksaan dilakukan pada jarak * m dan penderita disuruh melihat lampu. 3ada mata kanan, dipasang prisma dengan kekuatan 0 prisma diopter, dengan basis ba"ah, maka sinar akan dibias kearah ba"ah dan m.rektus superior akan berusaha mengatasi diplopia. /ata kiri malihat 1 bayangan lampu dan mata kanan 1 bayangan lampu yang terletak diatas bayangan mata kiri, karena bayangan oleh prisma dipindah kearah ape9. ni dalam keadaan ortoforia. b. /addo9 rod test /elalui kaca /addo9 rod, suatu sumber cahaya tampak sebagai garis cahaya. 3emeriksaan dilakukan pada jarak * m dan penderita disuruh melihat muscle light. 3ada mata kanan diletakkan maddo9 rod. /aka :8 melihat sumber cahaya seperti biasa, sedang :' menampaknya sebagai garis cahaya yang melalui :8. ni bila dalam keadaan ortoforia. c. /addo9 Dross untuk foria /addo9 cross terdiri dari papan bersilang dengan tangan-tangan 1 m, dan ditengahnya terdapat bola lampu yang disebut muscle light. 3ada papan itu dituliskan angka-angka dengan jarak 2 cm, karena pemeriksaan dilakukan pada jarak * m, setiap angka menunjukkan kekuatan dioptrinya. 3enderita pada jarak * m harus melihat muscle light dengan kedua matanya. 3ada mata kanan diletakkan /addo9 ;od, maka mata ini melihat garis cahaya, sedang :8
11.
melihat seperti biasa. =ntuk mengukur derajat heterotropia (strabismus) 0,, a. ?es Cirscberg! untuk mengukur derajat tropia, pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada pupil.
29
Dara ! a. 3enderita melihat lurus ke depan. b. etakkan sebuah senter pada jarak 12 inci (kira-kira %4 cm) cm di depan setinggi kedua mata pederita. c. 3erhatikan reflek cahaya dari permukaan kornea penderita. d. $eterangan! - >ila letak di pinggir pupil maka deviasinya 10 derajat (1). -
>ila
diantara
pinggir pupil dan limbus
deviasinya
%4 derajat (2). - >ila letaknya di limbus
deviasinya
0 derajat (%).
ambar 0! tes hichberg
b. ?es $rimsky! untuk mengukur derajat tropia, penderita melihat kepada sumber cahaya. &araknya tak ditentukan. 3erhatikan refleks cahaya pada mata yang berdeviasi. =mpamanya mata kanan berdeviasi ketemporal. ;efleks cahaya terdapat disebelah nasal dari titik tengah pupil. (sentral kornea) kekuatan prisma yang terbesar yang diletakkan didepan mata yang berdeviasi, sampai refleks cahaya terletak disentral kornea, menunjukkan kekuatan deviasinya. c. /addo9 cross untuk mengukur derajat tropia
30
/addo9 cross terdiri dari satu palang dengan tangan dari silangnya berukuran 1 m. 3ada jarak 1 m dari maddo9 cross, kedua mata penderita, muscle light yang terletak ditengah-tengah /addo9 cross dan ujung dari /addo9 cross membentuk segitiga siku sama kaki, dengan sudut dasarnya 0 derajat. 3alang dari maddo9 cross dibagi 0 dan setiap garis menunjukkan 1 derajat. 8uruh penderita melihat muscle light, kalau tidak ada tropia refleks cahaya dari kedua mata terletak ditengah pupil. ?etapi bila terdapat tropia, maka letaknya eksentrik. 12.
mblioskop0,, /eruapakan alat yang penting untuk menentukan keadaan sensoris dari retina. lat ini terdiri dari 2 tabung yang dapat diatur. 'idalamnya terdapat gambar yang didapat dengan sistim cermin. ?abung ini dapat digerakkan vertikal maupun hori6ontal dan ada kalibrasinya. 8uatu sumber cahaya dapat menerangi gambar itu terpisah, bergantian atau bersama-sama.
31