Meet The Expert Expert
PEMERIKSAAN STRABISMUS
Oleh :
Figa Prima Dani (0910311009 Mare!!"a Sil#ia E!$" (10103110%0 Fa&hi""a&'l Khaira (101031%01 Fe)ria *'!ni Rage!&a (101031100+
Pem)im)ing : ,r- Kemala Sa"'&i. S/-M(K
BA*IAN IMU KESEATAN MATA FAKUTAS KEDOKTERAN UNI2ERSITAS ANDAAS PADAN* %01
BAB I PENDAUUAN 1-1-
a&ar Bela4ang
Pada kondisi penglihatan binokular normal, bayangan suatu benda jatuh secara bersamaan di masing-masing mata (fiksasi bifovea), dan posisi kedua meridian vertikal retina tegak lurus. Salah satu mata bisa tidak sejajar dengan mata yang lain sehingga pada suatu waktu hanya satu mata yang melihat objek yang dipandang. Setiap penyimpangan dari penjajaran okuler yang sempurna ini disebut strabismus. etidaksejajaran tersebut dapat terjadi di segala arah, ke dalam, keluar, atas, bawah, atau torsional. !esar penyimpagan adalah besar sudut mata yang menyimpang dari penjajaran. Strabismus yang terjadi pada kondisi penglihatan binokular disebut strabismus manifest, heterotropia, atau tropia. Sedangkan jika ada deviasi yang hanya muncul setelah penglihatan binokular terganggu disebut strabismus laten, heteroforia, atau foria ". Strabismus dijumpai pada sekitar # $ anak, terapi harus dimulai sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan agar dapat menjamin ketajaman penglihatan dan fungsi penglihatan binokuler sebaik mungkin".
1-%- Ba&a!an Ma!alah
%ulisan ini membahas tentang definisi strabismus,anatomi dan fisiologi strabismus, epidemiologi strabismus,etiologi strabismus, klasifikasi strabismus, diagnosis strabismus, penatalaksanaan strabismus, komplikasi strabismus, dan prognosis strabismus
1-3- T'5'an Pen'li!an
%ulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan memahami tentang strabismus.
1-- Man6aa& Pen'li!an
%ulisan ini dapat memberikan informasi mengenai strabismus terutama tentang pemeriksaan strabismus.
1-7 Me&8,e Pen'li!an
%ulisan ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.
BAB II TINAUAN PUSTAKA %-1-
Penger&ian S&ra)i!m'!
Strabismus adalah suatu kondisi dimana mata tidak selaras antara satu dengan yang lainnya &. Strabismus adalah suatu kelainan mata dimana visual a'is dari kedua mata tidak mengarah secara bersamaan kepada titik fiksasi.
*am)ar 1- Mani6e!&a!i Klini! S&ra)i!m'!
%-%-
Ana&8mi ,an Fi!i8l8gi O&8& Penggera4 Ma&a
&.&.". spek otorik O&8& l'ar )8la ma&a
Pergerakan kedua bola mata dimungkinkan oleh adanya * pasang otot mata luar. Pergerakan bola mata kesegala arah bertujuan untuk memperluas lapangan pandang, mendapatkan penglihatan foveal, dan penglihatan binokular untuk ja uh dan dekat ",+.
*am)ar %- O&8& e4!&ra84'ler
tot penggerak bola mata tersebut adalah ",+ a. tot rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan adduksi atau menggulirnya bola mata kearah nasal dan otot ini dipersarafi oleh nervus okulomotorius. b. tot rektus lateral, kontraksinya akan menghasilkan abduksi atau menggulirnya bola mata kearah temporal dan otot ini dipersarafi oleh nervus abdusen c. tot rektus superior, kontraksinya akan menghasilkan elevasi, adduksi, dan intorsi bola mata dan otot ini dipersarafi oleh nervus okulomotorius d. tot rektus inferior, kontraksinya akan menghasilkan depresi pada abduksi, ekstorsi, dan pada abduksi, dan adduksi &+ derajat pada depresi dan otot ini dipersarafi oleh n. . e. tot oblik superior, kontraksinya akan menghasilkan depresi intorsi bila berabduksi +/ derajat, depresi saat abduksi 0" derajat, dan bila sedang depresi akan berabduksi. tot ini dipersarafi oleh oleh nervus troklear f. tot oblik inferior, elevasi dalam adduksi dan abduksi dalam elevasi, dipersarafi oleh n.
%-%-%- A!/e4 !en!8ri4 Pengliha&an )in84'lar
Segala yang tercitra di fovea terlihat secara subjektif tepat di depan, jika dua objek yang tidak serupa dicitrakan pada dua fovea maka akan terlihat tumpang tindih, tetapi ketidakserupaan itu akan menghambat fusi untuk membentuk suatu kesan tunggal.",+ 1usi adalah pertumbuhan bayangan menjadi satu persatuan di otak dari dua bayangan mata sehingga secara mental berdasarkan kemampuan otak didapatkan penglihatan tunggal, yang berasal dari sensasi masing-masing mata.+ esan penglihatan tunggal ini mempunyai sifat ketajaman bentuk, warna dan cahaya sedangkan ukuran dimensinya hanya panjang dan lebar. gar tidak terjadi bayangan yang berasal dari titik yang tidak sefaal, maka terjadi pergerakan refleks vergen. + 2adi fusi adalah kemampuan otak untuk membuat suatu bayangan gambar yang berasal dari kedua mata. 1usi akan hilang bila penglihatan satu mata tidak ada. da beberapa syarat agar penglihatan binokular menjadi sensasi tunggal yaitu • • •
!ayangan benda yang jatuh pada kedua fovea sama dalam semua gradasi !ayangan benda selalu terletak pada kedua fovea sentral !ayangan yang diteruskan kedalam SSP dapat menilai kedua bayangan menjadi bayangan tunggal.+
Re6le4! F'!i
dalah usaha mata memperthankan letak mata, reflek ini tanpa disadari dan automatis. 3efleks fusi ini dirangsang oleh terjadinya bayangan terpisah pada kedua mata atau terdapatnya bayangan satu pada dua titik retina. + !eberapa reflek yang berhubungan dengan kedudukan mata, yaitu •
3eflek fiksasi akomodasi, yang perkembangannya bersamaan dan tergantung pada perkembangan otot siliar, ini merupakan reflek adaptasi dekat yaitu untuk melihat benda lebih baik pada keadaan dekat terjadi kontraksi otot siliar,
•
mencembungnya lensa, konvergensi, dan menciutnya pupil. 3eflek fiksasi kompensasi, adalah rekasi fisiologik dimana mata berkaitan pada bidang hori4ontal susunan sistim labirin, dan melalui reflek ini didapatkan
•
keterangan tentang keudukan tubuh sampai pada titik berat tubuh 3eflek fiksasi orientasi, dimana mata berkaitan dengan objek sekitar
•
3eflek fiksasi vergens, adalah reaksi fisiologik berhubungan dengan reflekfiksasi
•
kompensasi dan orientasi 3eflek ambliopia, terjadi akibat rangsangan daerah tepi retina.
stilah-istilah dalam strabismus ",+ •
Phoria deviasi laten, terkontrol fusi, mata tetap lurus dibawah penglihatan
•
binokuler %ropia deviasi manifes, tidak terkontrol fusi, mata tidak lurus rtoforia eseimbangan okuler , erja otot-otot luar bola mata seimbang
•
%erjadi fusi tanpa usaha (kedudukan bola mata tidak berubah walaupun •
mekanisme fusi diganggu) 5eteroforia deviasi okuler laten (tersembunyi), masih dapat diatasi oleh mekanisme fusi 6 menjadi nyata bila fusi diganggu (misalnya esoforia,
•
eksoforia,hiperforia,hipoforia) 5eterotropia deviasi manifes (nyata), tidak dapat diatasi oleh mekanisme fusi
•
(misalnya esotropia, eksotropia, hipertropia, hipotropia) 1usi Proses penggabungan secara mental berdasarkan kemampuan otak untuk mendapatkan satu penglihatan tunggal yang berasal dari dua sensasi masing-
•
masing mata Stereopsis merupakan kesanggupan melihat sebuah benda dengan kedua mata
•
yang memberikan kesan tiga dimensi 7iplopia adalah melihat objek yang sama pada dua lokasi ruang, karena objek penglihatan diproyeksikan pada fovea pada satu mata dan para fovea pada mata
•
lainnya Supresi merupakan perubahan sensasi visual yang terjadi pada saat bayangan
•
dari satu mata, diinhibisi oleh mata tersebut (cortical inhibition) 89 3atio adalah angka yang menyatakan perbandingan dari konvergensi akibat akomodasi dengan besarnya akomodasi : + ; # prisma dioptri 9 akomodasi " dioptri
eni! gera4an ma&a
a. D'4!i, gerakan satu mata
*am)ar 3- *era4an Sa&' Ma&a (D'4!i
b. Pergerakan dua mata kedua mata bergerak ke arah sama 2er!i 2ergen kedua mata bergerak berlawanan arah
*am)ar - *era4an D'a Ma&a %-3-
E/i,emi8l8gi
5afi4ah (&<<#) menunjukkan bahwa penderita baru strabismus periode " juni "//* hingga +" mei &<<" di 3umah Sakit 8ipto angunkusumo (3S8) sebesar +=" kasus dan #",$ diantaranya merupakan strabismus hori4ontal.!erdasarkan studi epidemiologi yang dilakukan oleh >raham ("/=#) menemukan prevalensi esotropia lebih sering muncul daripada eksotropia pada anak usia * sampai = tahun. + %--
E&i8l8gi S&ra)i!m'!
?tiologi Strabismus dan 1aktor 3isiko ". Fa4&8r ana&8mi yang berhubungan dengan heteroporia meliputi a. rbital asimetri b. bnormal interpupillary diatance (P7). P7 yang lebar dikaitkan dengan eksophoria dan kecil dengan esoporia c. erusakan insersi otot ekstraocular d. 7erajat ringannya kelemahan otot ekstraocular e. nomali pusat distribusi persarafan tonik kedua mata
f. @ariasi anatomi dalam posisi makula terkait dengan sumbu optik mata. %- Fa4&8r /!i48l8gi a. Asia ?sophoria ini lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih muda dibandingkan dengan eksoporia yang lebih sering terlihat pada orang tua. b. Peran akomodasi Peningkatan akomodasi dikaitkan dengan esoporia (seperti terlihat pada hipermetropi dan orang yang bekerja dengan jarak yang dekat secara berlebihan) dan menurun akomodasi dengan e'oporia (seperti terlihat pada miopi sederhana). c. Peran konvergensi Penggunaan konvergensi yang berlebihan dapat menyebabkan esoporia (seperti yang terjadi pada miopi bawaan bilateral) sedangkan penurunan penggunaan konvergensi ini sering dikaitkan dengan eksoporia (seperti terlihat pada presbiopi). d. 1aktor disosiasi 1aktor disosiasi seperti penggunaan konstan yang berkepanjangan padasatu mata dapat mengakibatkan eksoporia (seperti yang terjadi pada orang yang menggunakan mikroskop monokular dan melihat menggunakan kaca pembesar monookular). +. Strabismus lebih sering terjadi pada orang dengan beberapa kelainan, seperti pada 0< persen dari pasien dengan sindrom 7own, ## persen pasien dengan cerebral palsy, dan /< persen pasien dengan pert-8rou4on syndrome. #. nak lahir prematur dan berat lahir rendah memiliki risiko yang lebih besar untuk terjadinya strabismus daripada anak-anak yang lahir cukup bulan. 0. danya gangguan refraksi
%-7-
Kla!i6i4a!i S&ra)i!m'!
%-7-1- E!8&r8/ia a- N8n/are&i4 (comitant o
:on akomodatif dibagi & yaitu infantil dan didapat ". nfantil
o
•
!ermanifestasi pada usia * bulan, tetapi dapat timbul beberapa saat setelah
•
usia " tahun. 7eviasinya bersifat comitant , yakni sudut deviasi kira-kira sama dalam
•
semua arah pandangan dan biasanya tidak dipengaruhi oleh akomodasi Penyebabnya tidak berkaitan dengan kelainan refraksi atau tergantung pada
paresis otot ekstra okular." &. 7idapat timbul pada anak-anak, biasanya setelah usia & tahun." komodatif %erjadi bila terdapat mekanisme akomodasi fisiologik yang normal disertai respons konvergensi berlebihan, tetapi divergensi fusi relatifnya cukup untuk menahan mata tetap lurus. da & mekanisme patofisiologik yang bekerja besama-sama atau tersendiri
o
-
?sotropia akomodatif akibat hiperopia khasnya timbul pada usia &-+
-
tahun,tetapi dapat munsul lebih dini atau lebih lambat ?sotropia akomodatif akibat rasio 89 yang tinggi deviasinya lebih besar
pada penglihatan dekat dibandingkan dengan penglihatan jauh. " komodatif parsial dapat terjadi suatu mekanisme campuran ; sebagian
ketidakseimbangan otot dan sebagian ketidakseimbangan akomodasi9konvergensi. " )- Pare&i4(incomitant : ?sotropia paretik terjadi akibat paresis atau paralisis satu atau kedua otot rektus lateralis. !iasa disebabkan oleh kumpulan salah satu atau kedua otot rektus lateralis sebagai akibat kelumpuhan nervus abducens. Penyebab lainnya adalah fraktur dinding medial orbita dengan penyempitan otot rektus medialis, penyakit mata tiroid dengan kontraktur otot rektus medialis, dan sindrom retraksi 7uane. "
%-7-%- E4!8&r8/ia a- In&ermi&en
erupakan penyebab lebih dari separuh kasus ekstropia. nset deviasi mungkin pada tahun pertama dan dalam praktiknya semua kasus sudah muncul pada pada usia 0 tahun. 7ari anamnesis sering diketahui bahwa kelainan tersebut memburuk secara progresif. " )- K8n!&an elainan ini dapat dijumpai sejak lahir atau muncul belakangan sewaktu ekstropia intermiten berkembang menjadi ekstropia konstan. " - P8la ;A< ,an ;2<
Suatu deviasi hori4ontal dapat incomitant secara verikal, yakni terjadi perbedan deviasi pada posisi melirik ke atas atau ke bawah (pola atau @). Pola memperlihatkan lebih esodeviasi atau kurang eksodeviasi pada posisi melirik ke atas dibandingkan dengan melirik kebawah. Pola @ memperlihatkan kurang esodeviasi atau lebih eksodeviasi pada posisi melirik ke atas dibandingkan dengan posisi melirik ke bawah. Pola bermakna secara diagnostik apabila lebih besar dari "< P7 dan pola @ apabila lebih besar dari "0 P7. Pola-pola ini sering berkaitan dengan kerja berlebihan otot-otot obliBuus inferior untuk pola @ dan obliBuus superior untuk pola ." ,- e&er868ria adalah deviasi mata yang ditahan untuk tidak bermanifes oleh
penglihatan binokuler.
%-+-
Diagn8!i!
%-+-1- Anamne!i!
7alam menegakkan diagnosis strabismus diperlukan anamnesis yang cermat. 5al-hal yang dapat ditanyakan adalah sebagai berikut -
3iwayat keluarga seperti strabismus, miopia, atau ambliopia. Strabismus dan
-
ambliopia sering ditemukan dalam hubungan keluarga. Asia onset apakah sudah ada sejak bayi C ni merupakan faktor penting untuk prognosis jangka panjang, Semakin dini onset strabismus, semakin berat prognosis
-
fungsi penglihatan binokularnya. 2enis nset awitan dapat perlahan, mendadak, atau intermiten. 2enis 7eviasi ketidaksesuaian penjajaran dapat terjadi di semua arah, dapat lebih besar di posisi-posisi menatap tertentu, termasuk posisi primer untuk juah atu
-
dekat. 1iksasi salah satu mata mungkin terus menerus menyimaoang atau mungkin
-
terlihat fiksasi yang berpindah-pindah. >ejala penyerta seperti diplopia atau sakit kepala karena massa intrakranial. 3iwayat kelainan neuromuskular maupun sistemik. 3iwayat trauma. 3iwayat pajanan obat atau toksin sebelumnya, seperti logam berat. 3iwayat pengobatan sebelumnya, jika ada bagaimana pengobatannya dan hasilnya. 3iwayat persalinan. ",&,0
%-+-%- Pemeri4!aan Fi!i4
Arutan pemeriksaan yang akan dilakukan adalah inspeksi, ketajaman penglihatan, tes sensorik, duksi dan versi, penentuan sudut deviasi. 0
a- In!/e4!i nspeksi saja dapat membedakan apakah strabismus terjadi konstan atau intermiten,
berpindah-pindah atau tidak, dan apkah berubah-ubah. ungkin uga ditemukan adanya ptosis dan posisi kepala yang abnormal. 5arus diperhatikam kualitas fiksasi masingmasing mata dan kedua mata secara bersamaan. )- Ke&a5aman Pengliha&an etajaman penglihatan perlu diperiksa pada masing-masing mata dengan koreksi refraksi optimum untuk mendukung ada atau tidaknya ambliopia. Pada anak-anak preverbal atau nonverbal, pemeriksaan ketajaman penglihatan dapat dilakukan dengan metode 8S. 8 (Centered ) menunjukkan lokasi refleks cahaya kornea pada masingmasing mata. Pemeriksaan dilakukan pada kondisi monokular (mata yang lain ditutup). :ormalnya, refleks cahaya kornea berada di tengah kornea dan posisinya simetris pada kedua mata. S ( steadiness) menunjukkan ketetapan fiksasi pasien pada cahaya pemeriksa dimana cahaya yang digerakkan perlahan-lahan dalam kondisi monokular. ( maintain) menunjukkan kemampuan pasien strabismus mempertahankan kesegarisan dalam kondisi binokular (mata yang lain tidak ditutup). 2ika ditemukan kelainan, maka ditulis uncentral , unsteady, dan unmaintained (A8, AS, A) * Pada usia &,0-+ tahun, dapat dilakukan uji ketajaman penglihatan pengenalan menggunakan gambar llen. Pada usia # tahun, banyak anak-anak dapat memahami permainan D?E jungkir balik Snellen atau uji pengenalan 5%@. Aji 5%@ lebih umum dipilih, karena uji permainan D?E jungkir balik mudah keliru akibat terbalij-balik. Pada usia 0-* tahun, sebagian besar anak dapat menjalani uji ketajaman penglihatan Snellen. " - Pemeri4!aan Sen!8ri4 !eberapa pemeriksaan sensorik yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1- Pemeri4!aan S&ere8/!i! Pemeriksaan dilakukan dengan sasaran dan kaca terpolarisasi untuk memisahkan
rangsangan. Satu mata melihat sasaran melalui lensa yang terpolarisasi hori4ontal dan satunya melalui lensa yang terpolarisasi vertikal. Sasaran yang dilihat secara monokular memiliki petunjuk-petunjuk kedalaman yang hampir tidak terlihat. Stereogram titik acak (random dot stereogram) tidak memiliki petunjuk kedalaman monokular. asing-masing mata melihat suatu bidang titik-titik acak, tetapi korelasi setiap titik dengan korespondennya terbuat sedemikian rupa sehingga apabila terdapat stereopsis, pasien akan melihat bentuk tiga dimensi. " %- Pemeri4!aan S'/re!i danya supresi mudah diketahui dengan uji empat titik Forth ( Worth four dot test ). 7i depan salah satu mata pasien ditaruh kaca yang berisi sebuah lensa merah,
sedangkan di mata yang lain lensa berwarna hijau. Pasien diperlihatkan senter yang berisi bintik-bintik merah, hijau, dan putih. !intik-bintik warna tersebut adalah penanda persepsi yang melalui setiap mataG bintik putih yang memiliki potensial terlihat oleh krdua mata, dapat menandakan adanya diplopia. 2arak antara titik-titik dan jarak cahaya yang dipegang menentukan ukuran daerah retina yang diperiksa. 7aerah fovea dapat diperiksa pada jarak jauhG daerah perifer pada jarak dekat." 3- P8&en!ial 6'!i Pada orang dengan deviasi bermanifestasi, status potensial fusi penglihatan binokular dapat ditentukan dengan uji filter merah. Sebuah filter merah diletakkan di depan salah satu mata. Pasien diminta melihat ke suatu sasaran cahaya fiksasi yang terlihat jauh atau dekat. %erlihat sebuah cahaya putih dan merah. 7i depan satu atau kedua mata diletakkan sebuah prisma supaya dapat membawa dua bayangan menjadi satu. pabila terdapat potensial fusi, kedua bayangan akan menyatu dan terlihat sebagai sebuah cahaya tunggal berwarna merah muda. pabila tidak terdapat fusi, pasien tetap melihat satu cahaya merah dan satu cahaya putih."
,- D'4!i ,an 2er!i D'4!i (r8&a!i m8n84'lar dengan satu mata tertutup, amat yang alin mengikuti
sasaran yang bergerak dalam semua arah pandangan. Setiap pengurangan gerakan rotasi mengisyaratkan adanya keterbatasan dalam bidang kerja otot yang bersangkutan. eterbatasan disebabkan oleh kelemahan kontraksi atau kegagalan relaksasi otot antagonisnya." 2er!i (gera4an ma&a 48n5'ga& @ersi diperiksa dengan meminta pasien mengikuti suatu sumber cahaya di sembilan posisi diagnostik primer (lurus ke depan), sekunder (kanan, kiri, atas, dan bawah), dan tersier (atas dan kanan, bawah dan kanan, atas dan kiri, bawah dan kiri). Perbedaan gerakan rotasi salah satu mata terhadap mata yang lain dicatat sebagai suatu overaction atau underaction. Pada posisi tersier, otot-otot obliBus dikatakan bekerja berlebihan (overaction) atau kurang bekerja (underaction) dalam kaitannya dengan rektus pasangannya. 1iksasi dalam bidang suatu kerja otot yang paresis menimbulkan overaction otot pasangannya, karena diperlukan persarafan yang lebih besar untuk kontraksi otot yang underaction. Sebaliknya fiksasi dengan mata yang normal akan menyebabkan otot yang paresis kurang bekerja. " e. Penen&'an S','& De#ia!i 1- U5i T'&'/ da + tipe uji tutup uji tutup buka, uji tutup bergantian, dan prisma simultan plus uji tutup. Semua pemeriksaan dapat dilakukan dalam jarak dekat maupun jauh. #
=
U5i &'&'/=)'4a (cover-uncover test Pemeriksaan ini mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan
hampir mendeteksi seluruh kasus strabismus. Pemeriksaan tutup-buka mata dapat dilakukan pada pasien berusia diatas *-= bulan. = Antuk melakukan tes tersebut, pasien diminta untuk melihat ke satu titik fiksasi, seperti target yang detail dan menarik seperti mainan atau artu Snellen khusus. emudian tutup mata yang difiksasi dan observasi mata yang lain, mata yang diobservasi akan mencari titik fiksasi. pabila mata yang tidak ditutup tidak bergerak menandakan mata normal, akan tetapi bila mata bergerak mencari fiksasi, mata tersebut tidak dalam posisi ortho. =
*am)ar 7 : Aji tutup (cover test )* . Posisi mata pasien sebelum diperiksa !. %utup mata kiri dan tidak ada kelainan pada mata kanan tidak ada deviasi mata kanan 8. %utup mata kanan dan tidak ada kelainan pada mata kiri tidak ada deviasi mata kiri 7. ata kanan bergerak ke luar untuk fiksasi saat mata kiri ditutup esotropia ?. Mata kanan bergerak ke
Cover-uncover test monokular adalah tes
dalam untuk fksasi ketika mata kiri ditutup : eksotropia 1. Mata kanan bergerak ke bawah ketika mata kiri ditutup : hipertropia kanan G. Mata kanan bergerak ke atas ketika mata kiri ditutup : hipotropia kanan
paling penting untuk melihat manifestasi strabismus dan membedakan heteroforia dan heterotropia (>ambar 0 dan *). Saat satu mata ditutup, pemeriksa dengan seksama melihat pergerakan pada mata yang lainnya, apabila ada pergerakan menandakan
adanya heterotropia. Pergerakan mata yang ditutup saat penutup dilepas menunjukkan heteroforia yang bermanifestasi jika binokular diganggu. Pada pasien heterophoria, mata akan lurus sebelum dan sesudah dilakukan uji tutup. * *am)ar + : Aji tutup-buka (coveruncover test )* . %utup dibuka pada mata kanan dan tidak ada gerakan mata tidak ada deviasi mata kanan !. %utup dibuka pada mata kiri dan tidak ada gerakan mata tidak ada deviasi mata kiri 8. etika tutup mata dibuka, mata kiri bergerak ke luar esoforia 7. etika tutup mata dibuka, mata kiri bergerak ke dalam eksoforia ?. etika tutup mata dibuka, mata kiri bergerak ke bawah
hiperoria kiri 1. etika tutup mata dibuka, mata kiri bergerak ke atas
hipooria kiri Pemeriksaan harus dilakukan pada kedua mata.
-
U5i &'&'/ )ergan&ian penutup ditaruh bergantian di depan mata yang pertama
dan kemudian mata yang pertama dan kemudian di mata yang lain. Aji ini memperlihatkan deviasi total (heterotropia ditambah heteroforia bila ada juga). Penutup harus di pindahkan dengan cepat dari satu mata ke mata yang lain untuk -
mencegah refusi heteroforia." U5i &'&'/ )ergan&ian /l'! /ri!ma Antuk mengukur deviasi secara kuantitatif, diletakkan prisma dengan kekuatan yang semakin meningkat di depan satu mata sampai terjadi netralisasi gerakan mata pada uji tutup bergantian. 8ontohnya, untuk mengukur esodeviasi penuh, penutup dipindah-pindah sambil diletakkan prisma dengan kekuatan base-out yang semakin tinggi di depan satu mata sampai gerkan refiksasi hori4ontal mata yang berdeviasi tersebut dinetralisasi. 7eviasi yang lebih besar mungkin memerlukan dua prisma yang diletakkan di depan kedua mata, tetapi prisma-prisma itu tidak boleh DditumpukE pada arah yang sama di depan satu mata. "
%- U5i O)5e4&i6 Penentuan klinis posisi mata yang tidak memerlukan pengamatan sensorik pasien
(uji objektif) dianggap kurang akurat walaupun kadang-kadang masih bermanfaat. 7ua metode yang sering digunakan tergantung pada pengamatan posisi refleksi cahaya pada kornea." = U5i ir!h)erg bservasi dari refleks cahaya kornea merupakan suatu penilaian objektif dari keadaan bola mata yang sejajar. !iasanya pada bayi baru lahir dan balita, metode tersebut merupakan metode yang dapat dikerjakan dengan mudah untuk memeriksa keadaan mata yang juling.= Pasien diarahkan untuk melihat kearah sinar yang berada didepan mata dengan jarak & kaki. ata pasien lurus melihat sumber cahaya dan bandingkan pantulan sinar yang direfleksikan oleh kornea dari tiap mata. :ormalnya, terlihat pantulan sinar senter tersebut di tengah pupil kornea secara simetris dan berada dalam posisi aksis visual dari setiap mata. Pada mata yang mengalami deviasi, pantulan cahaya di kornea akan berada di tengah pupil, akan tetapi terposisi pada arah yang berlawanan dengan deviasinya. Sebagai contohG bila senter diarahkan ke tengah kornea, keadaan normal pantulan kedua sinar tersebut harus berada sitengah pupil. 7ikatakan eksotropia bila " sinar berada di tengah pupil (mata yang terfiksir) sedangkan pantulan sinar lainnya akan berada di nasal kornea dan sebaliknya pada keadaan mata yang esotropia.=
*am)ar > : U5i ir!h)erg (4anan ,an U5i Krim!4" (4iri +
=
Me&8,e re6le4! /ri!ma ('5i Krim!4"
Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya. Sebuah prisma ditempatkan di depan mata yang dipilih, dan kekuatan prisma yang diperlukan untuk membuat refleks cahaya yang terletak di tengah kornea mata yang strabismus menentukan ukuran sudut deviasinya. "
%->-
T'5'an ,an Prin!i/ Tera/i S&ra)i!m'!
%ujuan terapi strabismus pada anak-anak adalah •
Pemulihan efek sensorik strabismus yang merugikan (ambliopia, supresi dan
•
hilangnya stereopsis) Penjajaran mata yang dapat dicapai dengan terapi medis dan atau bedah. %erapi untuk strabismus dan ambliopia harus dilakukan segera setelah diagnosis
ditegakkan, dianjurkan sebelum usia dua tahun. Setelah usia H tahun manfaat untuk mengurangi ambliopia kurang bermanfaat. " Secara umum, beberapa terapi yang dapat dilakukan pada strabismus adalah a- Tera/i Me,i! 1- Tera/i am)li8/ia 7eviasi akibat strabismus dapat berkurang dan jarang bertambah setelah terapi
ambliopia.%erapi nonbedah untuk ambliopia dapat berupa terapi oklusi dan penalisasi atropin.%erapi oklusi dilakukan dengan cara menutup mata yang baik untuk merangsang mata yang mengalami ambliopia. 2ika terdapat selisih refraksi yang signifikan diantara kedua mata, terapi cukup dilakukan dengan menggunakan kaca mata. Penutupan mata dilakukan secara full-time untuk ambliopia yang bersifat parah selama # bulan dan parttime pada ambliopia yang tidak terlalu parah. %erapi penalisasi atropin dilakukan dengan cara meneteskan sikloplegia pada mata yang baik sehingga menurunkan kemampuan akomodasi." %- Ala&=ala& 8/&i4 dengan penggunaan kacamata prisma. )- Tera/i Be,ah 1- Re!e4!i ,an re!e!i 3eseksi dan resesi adalah tindakan bedah yang biasa dilakukan pada otot-otot rektus.
3eseksi merupakan tindakan untuk meregangkan otot, sedangkan resesi adalah tindakan untuk melemaskan otot, dengan membebaskan otot dari perlekatan fasia. tot obliBuus superior diperkuat dengan melipat atau memajukan tendonnya. Pelemahan otot obliBuus superior dilakukan dengan cara tenektomi (pemutusan parsial atau total tendon otot). %- Pengge!eran &i&i4 /erle4a&an 8&8& Selain penguatan dan pelemahan sederhana, titik perlekatan otot dapat dipindahkan.
%indakan bedah yang akan dilakukan berbeda berdasarkan kalsifikasi strabismus yaitu sebagai berikut a- Tera/i E!8&r8/ia Pada infantil esotropia, terapi bedah dilakukan sebelum berusia
bulan )- Tera/i e4!8&r8/ia E4!8&r8/ia In&ermi&en
!anyak pasien dengan intermiten eksotropia yang pada akhirnya dilakukan tindakan operatif. apan waktu yang tepat untuk tindakan surgikal dan penggunaan terapi nonsurgikal untuk menunda tindakan surgikal masih dalam kontroversi. !eberapa oftalmologist cenderung untuk menunda tindakan operatif pada anak-anak yang mempunyai tajam penglihatan dan stereopsis yang baik. eskipun demikian beberapa oftalmologist khawatir dengan penundaan tindakan operatif karena terlalu lama menunda dapat menyebabkan supresi permanen pada mata yang mengalami kelainan. Nonsurgical management •
oreksi lensa merupakan terapi yang dianjurkan untuk miopia dan astigmatisme
•
yang mencetuskan eksodeviasi Part time patching untuk mata yang dominan
Surgical management ?ksotropia diterapi melalui tindakan bedah yaitu resesi m. 3ectus lateralis dan reseksi m. 3ektus medial. E4!8&r8/ia K8n!&an : 3eseksi m. 3ectus lateral dan reseksi m. 3ektus medial. - Tera/i E!868ria oreksi hipermetropia untuk mengurangi ransangan akomodasi yang berl ebihan • emberikan miotika untuk menghilangkan reflek akomodasi • %erapi dengan menggunakan prisma • %indakan operatif & • ,- Tera/i e4!868ria oreksi kelainan refraksi jika ditemukan • Iatihan ortoptik & • %-Pr8gn8!i! 7engan deteksi dini, prognosis strabismus lebih baik. 5al yang penting diketahui
ialah kapan harus merujuk anak ke dokter spesialis mata. 2ika diagnosis akurat dan tatalaksana yang baik sebelum usia * tahun, prognosis baik. :amun bila anak telah mencapai usia -"< tahun, tatalaksana strabismus tidak sukses dan bisa menghasilkan penurunan visus.0